MAKALAH SENI BUDAYA

6
MAKALAH SENI BUDAYA POP SUNDA X(1) Di susun oleh: 1. M Rofiqul M 2. Yoga 3. Edi 4. Ari 5. Nyanyang

Transcript of MAKALAH SENI BUDAYA

Page 1: MAKALAH SENI BUDAYA

MAKALAH SENI BUDAYA

POP SUNDA

X(1)

Di susun oleh:

1. M Rofiqul M2. Yoga 3. Edi4. Ari5. Nyanyang

Page 2: MAKALAH SENI BUDAYA

MENYIBAK PERKEMBANGAN POP SUNDA

SEBUTAN pop atau populer untuk segala jenis kreasi, apakah itu novel atau lagu, kesannya adalah karya yang mengkhalayak, diminati segala lapisan masyarakat, ringan, menghibur, dan mendatangkan keuntungan. Begitulah, sebutan novel pop atau lagu pop, konotasinya memang cenderung ke arah itu.

Biarpun para pengamat suka membedakan karya pop itu ada yang masuk kelompok hiburan dengan huruf H besar sebagai hiburan yang berkualitas dan hiburan dengan h kecil, sebagai (maaf) hiburan yang murahan, tapi penggemar novel atau lagu pop tetap saja tak memedulikannya. Sama saja.

Dengan kesan seperti itu, mestinya lagu pop itu meliputi lagu dangdut, blues, rock, daerah (tradisional), dan lainnya yang terkenal, diminati khalayak dan mendatangkan keuntungan. Jika menyimak perkembangan lagu pop Sunda, yang sangat terasa adalah kesinambungannya yang terus “hidup” hingga saat ini.

Tahun enam puluhan, kalaulah saat itu sudah dikenal istilah lagu pop Sunda, bisa disebut lagu pop Sunda yang sukses, seperti lagu-lagu yang dibawakan grup band Nada Kencana “Oray Orayan” dan “Yaomal Qiyamah”, atau lagu yang dinyanyikan Mus DS “Bulan Dagoan”, Rudi Rusadi “Borondong Garing”, Etty Barjah “Bajing Luncat”, Tati Saleh “Hariring Kuring”, Euis Komariah “Cikapudung”, Nenny Triana “Kutud”, Lilis Suryani “Cai Kopi”, “Cing Tulungan”, Tuty Subardjo “Anteurkeun”, juga lagu-lagu legendaris “Sorban Palid”, “Es Lilin”, “Mojang Priangan”, “Bubuy Bulan”, “Manuk Dadali”, dan “Badminton”.

Pencipta lagu yang melahirkan lagu-lagu (pop) Sunda legendaris itu, antara lain Kosaman Jaya, Mang Koko, Sambas, Iyar Wiyarsih, Djuhari, dan Benny Corda.

Tahun tujuh puluhan, Wandi dan Bimbo juga sempat mencuat dengan lagu-lagu pop Sunda, bahkan di antaranya lagu pop Sunda yang kocak. Selanjutnya, salah satu puncak sukses bisnis lagu pop Sunda, ketika kaset lagu “Kalangkang” ciptaan Nano S. yang dinyanyikan Nining Meida, mampu mencapai omzet fantastis, lebih dari satu juta keping. Sukses yang sama, sebelumnya pernah diraih oleh lagu wanda jaipongan “Daun Pulus” dan “Serat Salira”, ciptaan Gugum Gumbira.

Semaraknya lagu pop Sunda terjadi antara tahun 1980 hingga tahun 1990, saat itu boleh dibilang masa suburnya lagu pop Sunda. Doel Sumbang dan Hetty Koes Endang yang sebelumnya sudah dikenal sebagai penyanyi pop Indonesia, ternyata meraih sukses pula dalam rekaman lagu pop Sunda. Di awal kehadirannya, Doel Sumbang menampilkan lagu-lagu kocak dan kritis, keluar dari tema kisah-kasih, bahkan dengan menggunakan bahasa Sunda yang togmol, tanpa basa-basi. Boleh juga dibilang “basa Sunda gaul”. Tapi selanjutnya, Doel menciptakan lagu Sunda yang romantis, seperti lagu “Pangandaran”. Doel juga banyak mencipta lagu untuk penyanyi Sunda lainnya, apakah itu Hendarso alias Darso, Barakatak, dan Nining Meida. Lagu-lagu ciptaan Doel memang memiliki ciri khas, misalnya lagu yang dinyanyikan oleh Nining Meida “Jol” berbeda sekali dengan lagu ciptaan Nano S. yang dinyanyikan Nining Meida “Kalangkang”.

Page 3: MAKALAH SENI BUDAYA

Sedangkan Hetty Koes Endang, dengan kekuatan vokalnya, mampu memopulerkan lagu pop Sunda seperti “Cinta”, dan “Emut Bae”. Sukses yang sama juga dialami lagu “Cinta Ketok Magic” ciptaan Nano S. yang dialunkan penyanyi dangdut terkenal Evie Tamala.

Ada juga lagu pop Sunda yang menggunakan lirik campuran Sunda-Indonesia, seperti lagu “Biarin, Kang”, dan “Cinta Pabaliut” ciptaan Gun Gunawi yang dinyanyikan Lala Yuliara.

Nuansa Sunda bisa dirasakan pula pada lagu “Goyang Karawang” dan “Cinta Imitasi” Lilis Karlina, atau lagu dangdut paling populer dari Itje Trisnawati “Duh Engkang” ciptaan Muchtar B.

Patut dicatat pula, prestasi penyanyi pop Sunda Detty Kurnia, yang tampil di Jepang membawakan lagu ciptaan Ubun R. Sah “Sologoto” dan “Enjing Deui”.

**

POPULARITAS lagu pop Sunda dimungkinkan pula berkat sukses sebuah film. Misalnya lagu ciptaan Gun Gunawi “Biarin, Kang”, “Ka Mana Iteung”, “Cinta Pabaliut”, yang sebelumnya muncul dalam film “Si Kabayan Saba Kota”, “Si Kabayan dan Gadis Kota”, serta “Si Kabayan dan Anak Jin”. Kemudian lagu “Kang Kemon” dan “Oneng Sarinongnong” yang ditampilkan dalam film “Glen Kemon Mudik”, dinyanyikan oleh pemeran utama wanitanya, Desy Ratnasari.

Dari sekian banyak penyanyi lagu pop Sunda, rasanya tak satu pun yang mampu menandingi reputasi Darso. Kalau ada yang beranggapan lagu-lagu yang sukses itu mesti dipublikasikan secara gencar di berbagai media massa, sosok Darso dengan lagu-lagu calungnya yang khas, terutama yang diciptakan Uko Hendarto, ternyata bisa bertahan puluhan tahun hingga saat ini, tanpa publikasi yang gencar tentang sosok penyanyi dan lagu-lagunya.

Lebih dari itu, konon, lagu-lagu Darso juga banyak yang diciptakan secara spontan di studio rekaman. Semua itu merupakan ciri khas kekuatan penyanyi alami yang lagu-lagunya telah puluhan tahun menyatu dengan khalayak.

Kini, kehadiran lagu-lagu pop Sunda memang tidak segencar dulu. Jarang ada lagi lagu pop Sunda tampil di TVRI Pusat atau TV swasta. Padahal, zamannya TVRI Pusat punya maskot acara musik Aneka Ria Safari asuhan Eddy Sud, hampir tiap Minggu muncul lagu pop Sunda yang baru. Saat itu, seperti ada satu “kepercayaan”, bahwa lagu-lagu baru jika ditampilkan dalam acara Aneka Ria Safari, niscaya kaset rekamannya akan menuai sukses. Bahkan lagu pop Sunda lama pun menuai sukses ketika ditampilkan dalam irama musik disko, seperti lagu-lagu pop Sunda lama “Cikapundung”, “Sorban Palid”, dll., yang dinyanyikan Helvy Maryand, karena cukup gencar dipublikasikan di TVRI.

Meskipun kini tidak begitu banyak lagi ledakan kaset lagu pop Sunda, bahkan boleh dibilang menurun, tapi tahun ini layak dicatat sambutan terhadap lagu “Ulah Ceurik”, yang sukses tanpa publikasi gencar. Sementara sambutan terhadap lagu pop Sunda lainnya masuk hitungan biasa-biasa saja, malah boleh dibilang ada penurunan. Meski begitu, pencipta lagu pop Sunda tetap bertahan di jalurnya, apakah itu Doel Sumbang, Uko Hendarto, Yan Ahimsa, dan yang lainnya.

Page 4: MAKALAH SENI BUDAYA

Begitu juga penyanyi pop Sunda masih terus bermunculan, bahkan tak sedikit yang berani rekaman dengan modal sendiri.

Apakah menurunnya minat terhadap lagu pop Sunda ini pertanda masyarakat Sunda sudah weureu (pinjam judul lagunya Doel Sumbang) mendengarkan lagu-lagu pop Sunda? Tentu tidak, jika menyimak begitu antusiasnya pemirsa berkaraoke lagu pop Sunda melalui acara Pasosore TVRI Jabar & Banten, serta dalam acara “Dalingding Asih” Bandung TV.

Lagu pop Sunda memang masih ada. Akan halnya awal mula sebutan pop Sunda, menurut Tati Saleh, mulai populer sejak dia mengorbit melalui lagu “Hariring Kuring” ciptaan Djuhari.

TOKOH-TOKOH POP SUNDA NU AYEUNA: