Makalah semiotika

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Drama merupakan ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Drama memilki bahasa yang bersifat dialog. Macam-macam drama dapat ditinjau dari segi kualitas cakapnya, jumlah pelaku, media pementasannya, penonjolan unsur seninya, orisinalitas, kualitas waktu pementasannya, sikap terhadap naskah, tukuan penulisan, dan aliran seni yang dianut. Kegiatan kajian drama merupakan bentuk tanggapan terhadap karya sastra terutama drama. Kajian drama dalah kegiatan mempelajarai unsur-unsur dan hubungan antarunsur dalam drama dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu. Kegiatan “mempelajari” dalam pemahaman yang bersifat keilmuan adalah “menganalisis”. Inti dari kegiatan mengkaji adalah menganalisis. Pada kegiatan kajian drama ini sangat berbeda dengan kegiatan apresiasi drama, apalagi dengan kegiatan kritik drama. Kegiatan apresiasi drama lebih menunjukkan kepada kegiatan menggauli karya sastra drama secara 1

Transcript of Makalah semiotika

Page 1: Makalah semiotika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Drama merupakan ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan

untuk dipertunjukkan di atas pentas. Drama memilki bahasa yang bersifat dialog.

Macam-macam drama dapat ditinjau dari segi kualitas cakapnya, jumlah pelaku,

media pementasannya, penonjolan unsur seninya, orisinalitas, kualitas waktu

pementasannya, sikap terhadap naskah, tukuan penulisan, dan aliran seni yang dianut.

Kegiatan kajian drama merupakan bentuk tanggapan terhadap karya sastra

terutama drama. Kajian drama dalah kegiatan mempelajarai unsur-unsur dan

hubungan antarunsur dalam drama dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara

kerja tertentu. Kegiatan “mempelajari” dalam pemahaman yang bersifat keilmuan

adalah “menganalisis”. Inti dari kegiatan mengkaji adalah menganalisis.

Pada kegiatan kajian drama ini sangat berbeda dengan kegiatan apresiasi

drama, apalagi dengan kegiatan kritik drama. Kegiatan apresiasi drama lebih

menunjukkan kepada kegiatan menggauli karya sastra drama secara sungguh-sungguh

sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan

perasaan yang baik terhadap karya sastra drama. Begitu pula kegiatan kritik drama

lebih mengarah terhadap kegiatan penilaian atau pertimbangan baik atau buruk

sesuatu hasil kesusastraan drama dengan memberikan alasan-alasan mengenai isi dan

bentuk hasil kesusastraan drama. Aspek-aspek dalam kritik drama ada tiga, yaitu

analisis, interpretasi, dan penilaian. Tetapi, bagaimana pun juga kajian, apresiasi dan

kritik drama memilki hubungan yang sangat erat karena ketiganya merupakan

tanggapan terhadap karya sastra terutama drama.

1

Page 2: Makalah semiotika

Berpacu pada pengertian-pengertian di atas, ada beberapa hal yang

berkaitan dengan kegiatan kajian drama, antara lain:

Sikap pengkaji. Sikap pengkaji harus berdasar pada teks drama atau

naskah drama yang ada. Dalam arti lain, harus lebih memusatkan

perhatian terhadap naskah drama tersebut. Hilangkan asumsi-asumsi lain

yang tak ada kaitannya dengan naskah.

Tujuan. Pengkaji memiliki tujuan untuk mengetahui unsur-unsur serta

hubungan antarunsur yang ada pada drama.

Cara dan proses kegiatan. Selama kegiatan kajian drama berlangsung

harus berdasarkan pada pendekan, teori dan cara kerja tertentu.

Pemahaman dan kesimpulan yang didapatkan adalah bersifat ideal dan

objektif.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai:

Naskah apa yang akan dikaji dalam kegiatan kajian drama ini?

Kajian teori jenis apa yang akan digunakan?

Apa pengertian dari kajian teori yang telah dipilih?

Bagaiman langkah-langkah dan pengaplikasian dari kajian teori tesebut

terhadap naskah?|

C. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian kajian drama ini adalah

menggunakan teori Semiotika. Memilih dan menentukan naskah terlebih dahulu.

Selanjutnya naskah tersebut dibaca dan dikaji berdasrkan teori Semiotika. Semiotika

2

Page 3: Makalah semiotika

akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai sejarah, hakikat dn pengertian dari

semiotika tersebut. Lalu langkah-langkah penerapannya pada proses kajian drama.

3

Page 4: Makalah semiotika

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Semiotika

1. Sejarah

Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure

melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant

yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada

hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’ (signified) dan

‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda

(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda

adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah

aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang

ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi,

petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180). Suatu penanda tanpa

petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu

petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau

yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu

faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari

sehelai kertas,” kata Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean

berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara

aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung

hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi

Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah

penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi

4

Page 5: Makalah semiotika

kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori

metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes

pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda

yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu

tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).

Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan

mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak

hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak

dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu

wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran

pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan

keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang

sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas

sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan

konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari

denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Tokoh yang dianggap pendiri semiotik adalah dua orang yang hidup

sezaman, yang bekerja dalam bidang yang terpisah dan dalam lapangan yang tidak

sama (tidak saling mempengaruhi), yang seorang ahli linguistik yaitu Ferdinand de

Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat yaiutu Charles Sander Peirce (1839-

1914). Saussure menyebut ilmu semiotik dengan nama semiologi, sedangkan Pierce

menyebutnya semiotik (semiotics). Kemudian hal itu sering dipergunakan berganti-

ganti dengan pengertian yang sama. Di Perancis dipergunakan nama semiologi untuk

ilmu itu, sedang di Amerika lebih banyak dipakai nama semiotik

Semiotika moderen mempunyai dua orang pelopor, yaitu Charles Sanders

Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure. Pierce mengusulkan kata semiotika

untuk bidang penelaahan ini, sedangkan Saussure memakai kata semiologi.

Sebenarnya kata semiotika tersebut telah digunakan oleh para ahli filsafat Jerman

bernama Lambert pada abad XVIII.

5

Page 6: Makalah semiotika

Pada akhirnya, pemikiran C.S Peirce dan F. de Saussure menginspirasi

tokoh-tokoh lainnya untuk kemudian meneruskan pemikiran mereka. Berikut ini

adalah pandangan para ahli tentang semiotik.

C.S PEIRCE

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang

terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan)

hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda

yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik)

dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan

tanda ini disebut objek.

Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari

tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Interpretant atau pengguna tanda adalah gagasan pemikiran dari orang

yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau

makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

6

Page 7: Makalah semiotika

Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari

sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Menurut Pierce, makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan

sesuatu. Ia menyebutnya sebagai representamen. Apa yang dikemukakan oleh tanda,

apa yang diacunya, apa yang ditunjuknya, disebut oleh Pierce dalam bahasa Inggris

object. Dalam bahasa Indonesia disebut “acuan”. Suatu tanda mengacu pada suatu

acuan dan representasi seperti itu adalah fungsinya yang utama. Agar tanda dapat

berfungsi harus menggunakan sesuatu yang disebut ground. Sering ground suatu

tanda berupa kode, tetapi tidak selalu begitu. Kode adalah suatu sistem peraturan

yang bersifat transindividual. Banyak tanda yang bertitik tolak dari ground yang

bersifat sangat individual.

Di samping itu tanda diinterprestasikan. Hal ini menunjukkan setelah

dihubungkan dengan acuan, dari tanda yang orisinal berkembang suatu tanda baru

yang disebut interpretant. Pengertian interpretant di sini jangan dikacaukan dengan

pengertian interpretateur, yang menunjukkan penerima tanda. Jadi, tanda selalu

terdapat dalam hubungan trio: dengan ground-nya, dengan acuannya, dan dengan

interpretant-nya. (lihat Sudjiman, 1991)

Berdasarkan hubungan antara tanda dan acuannya (denotasi), Pierce

membedakannya menjadi 3 (tiga) jenis tanda, yaitu : (1) ikon, (2) indeks, dan (3)

simbol. Hal ini dinyatakan sebagai berikut : Pada prinsipnya ada tiga hubungan yang

mungkin ada. (1) Hubungan antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan

kemiripan, tanda itu disebut ikon. (2) Hubungan ini dapat timbul karena ada

kedekatan eksistensi; tanda itu disebut indeks. (3) Akhirnya hubungan ini dapat pula

berbentuk secara konvensional; tanda itu adalah simbol.

Tanda ikon merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya,

atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa

yang dimaksudkannya. Misalnya kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis

yang digambarkannya, foto dan lain-lain. Benda-benda tersebut mendapatkan sifat

7

Page 8: Makalah semiotika

tanda dengan adanya relasi persamaan di antara tanda dan denotasinya, maka ikon

seperti qualisign merupakan suatu firstness.

Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaannya

suatu denotasi, sehingga dalam terminologi Pierce merupakan suatu Secondness.

Indeks dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan

dengan apa yang diwakilinya.

Misalnya tanda asap dengan api, tiang penunjuk jalan, tanda penunjuk

angin dan sebagainya.

Simbol adalah suatu tanda, di mana hubungan tanda dan denotasinya

ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu

kesepakatan bersama (konvensi). Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah simbol.

Ditinjau dari hubungan tanda dengan interpretannya, tanda dibagi menjadi

3 (tiga), yaitu :

(1) Rheme bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first

dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan

(2) Decisign (dicentsign) bilamana antara lambang itu dan intepretannya

terdapat hubungan yang benar ada (merupakan secondness)

(3) Argument bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat

yang berlaku umum (merupakan thirdness).

AART VAN ZOEST

Aart van Zoest (1978) dengan mengutip pendapat Pierce yang membagi

keberadaan menjadi tiga kategori : Firstness, Secondness dan Thirdness, membagi

tanda berdasarkan ground dari tanda-tanda tersebut sebagai berikut : (1) Qualisign,

8

Page 9: Makalah semiotika

(2) Sinsign, dan (3) Legisigns. Awalan kata Quali- berasal dari kata “quality”, Sin-

dari “singular”, dan Legi- dari “lex” (wet/hukum).

Qualisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya.

Misalnya sifat warna merah adalah qualisign, karena dapat dipakai tanda untuk

menunjuk-kan cinta, bahaya, atau larangan.

Sinsign (singular sign) adalah tanda-tanda yang menjadi tanda

berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat

individual bisa merupakan sinsign. Misalnya suatu jeritan, dapat berarti heran,

senang, atau kesakitan. Seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya

tertawa, nada suara dan caranya berdehem. Kesemuanya itu adalah sinsign. Suatu

metafora walaupun hanya sekali dipakai dapat menjadi sinsign. Setiap sinsign

mengandung sifat sehingga juga mengandung qualisign. Sinsign dapat berupa tanda

tanpa berdasarkan kode.

Legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan

yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa adalah

legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap legisign mengandung di dalamnya suatu

sinsign, suatu second yang menghubungkan dengan third, yakni suatu peraturan yang

berlaku umum, maka legisign sendiri adalah suatu thirdness.

Menurut Aart Van Zoest, adanya tanda ditentukan oleh 3 (tiga) elemen,

yaitu : (1) tanda yang dapat dilihat atau tanda itu sendiri, (2) sesuatu yang ditunjukkan

atau diwakili oleh tanda, (3) tanda lain dalam pikiran penerima tanda. Di antara tanda

dan yang diwakilinya ada sesuatu hubungan yang menunjukkan representatif yang

akan mengarahkan pikiran kepada suatu interpretasi.

Hal ini menunjukkan representasi dan interpretasi merupakan karakteristik

tanda. Tanda mempunyai arti langsung dari suatu tanda yang telah diketahui bersama

atau yang menjadi pengertian bersama yang disebut denotasi. Sedangkan pengertian

tak langsung atau arti ke 2 dari denotasi tadi disebut konotasi. Tanda yang diberi arti

sepihak oleh penerima disebut symptom, dengan demikian artinya konotatif.

9

Page 10: Makalah semiotika

Pengertian symptom sendiri adalah jika suatu tanda tidak dimaksudkan tanda oleh

pengirim tanda.

Selanjutnya menurut Aart van Zoest, studi semiotika dibagi menjadi 3

(tiga) daerah kerja, yaitu : (1) Semiotik Sintaksis, studi tanda yang dipusatkan pada

penggolongannya, dan hubungan dengan tanda-tanda yang lain caranya berkerja sama

dalam menjalankan fungsinya. Namun semiotik sintaksis tidak hanya dibatasi

mempelajari hubungan antara tanda di dalam sistem tanda yang sama, melainkan juga

mempelajari tanda dalam sistem lain yang menunjukkan kerjasama. Misalnya dalam

film, antara gambar dan kata-kata, pada dasarnya berasal dari sistem tanda yang

berbeda, tetapi bekerja sama. (2) Semiotik semantik, penyelidikannya diarahkan

untuk mempelajari hubungan di antara tanda dan acuannya (denotasi), serta

interprestasi yang dihasilkan. (3) Semiotik Pragmatik, penyelidikannya diarahkan

untuk mempelajari hubungan di antara tanda dan pemakai tanda Dengan adanya tiga

tataran tersebut, maka akan semakin lengkap usaha untuk mempelajari ‘gramatika’

sistem semiotika tertentu. Perbedaan yang paling penting dalam taraf pragmatik

adalah di antara symptom-symptom dan signal-signal. yang dimaksud dengan

symptom adalah bila suatu tanda tidak dimaksudkan oleh pengirim tanda sebagai

tanda. Sedangkan signal adalah suatu tanda yang memang dimaksudkan oleh

pengirim tanda sebagai tanda. Dalam signal ada aspek repretentatifnya, ada denotasi

tertentu, berbeda dengan symptom yang tidak memiliki denotasi tertentu yang sengaja

diberikan. Pada situasi komunikasi, perhatian pertama ditujukan kepada signal,

namun dalam situasi demikian bisa juga muncul symptom-symptom yang tidak

disengaja. Menurut Aart van Zoest, justru terkadang symptom memiliki kekuatan

kebenaran yang lebih jika dibanding dengan signal, karena signal dapat berbohong,

sedangkan symptom tidak.

10

Page 11: Makalah semiotika

FERDINAND DE SAUSSURE

Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut

signifier atau penanda, dan gagasan-gagasan dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut

signified.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim

makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek

bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan

interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai

“objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses

penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada

mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah,

menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan,

seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).

BAUDRILLARD

Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. Di mana peristiwa yang

tampil tidak mempunyai asal-usul yang jelas, tidak merujuk pada realitas yang

sudah ada, tidak mempunyai sumber otoritas yang diketahui. Konsekuensinya,

11

Page 12: Makalah semiotika

kata Baudrillard, kita hidup dalam apa yang disebutnya hiperrealitas (hyper-

reality). Segala sesuatu merupakan tiruan, tepatnya tiruan dari tiruan, dan yang

palsu tampaknya lebih nyata dari kenyataannya (Sobur, 2006).

Sebuah iklan menampilkan seorang pria lemah yang kemudian menenggak

sebutir pil multivitamin, seketika pria tersebut memiliki energi yang luar biasa,

mampu mengerek sebuah truk, tentu hanya ‘mengada-ada’. Karena, mana

mungkin hanya karena sebutir pil seseorang dapat berubah kuat luar biasa.

Padahal iklan tersebut hanya ingin menyampaikan pesan produk sebagai

multivitamin yang memberi asupan energi tambahan untuk beraktivitas sehari-

hari agar tidak mudah capek. Namun, cerita iklan dibuat ‘luar biasa’ agar

konsumen percaya. Inilah tipuan realitas atau hiperealitas yang merupakan hasil

konstruksi pembuat iklan. Barangkali kita masih teringat dengan pengalaman

masa kecil (entah sekarang masih ada atau sudah lenyap) di pasar-pasar

tradisional melihat atraksi seorang penjual obat yang memamerkan hiburan sulap

kemudian mendemokan khasiat obat di hadapan penonton? Padahal sesungguhnya

atraksi tersebut telah ‘direkayasa’ agar terlihat benar-benar manjur di hadapan

penonton dan penonton tertarik untuk beramai-ramai membeli obatnya.

2. Pengertian

Secara leksikal, semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia, sedangkan semiotika adalah

ilmu atau teori tentang lambang dan tanda (bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb);

atau semiologi adalah ilmu tentang semiotik.

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu

yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan

semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata

Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah

ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.

12

Page 13: Makalah semiotika

Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotik biasanya

didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-

tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk

mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal

serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa

diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut

membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau

pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Semiotika

merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan

juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga

unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda

merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu

pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh

penggunanya sehingga disebut tanda. Semiotik, atau dalam istilah Barthes

semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan

(humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak

dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).

Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal

mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem

terstruktur dari tanda.

Semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata Yunani

semion yang berarti tanda. Tanda bisa terdapat dimana-mana, misalnya : lampu

lalu lintas, bendera, karya sastra, bangunan dan lain-lain. Hal ini disebabkan

manusia adalah Homo Semioticus, yaitu manusia mencari arti pada barang-barang

dan gejala-gejala yang mengelilinginya.

Semiotika sebagai pendekatan meninjau karya adalah dengan melakukan

otokritik terhadap karya-karya yang dibuat. Unsur kritik dalam meninjau karya

adalah perian atau deskripsi, yaitu menyebutkan, mencatat dan melaporkan hal

yang tersaji secara langsung yang tampak melalui penglihatan mengenai wujud.

Unsur kedua adalah orakan atau analisis, yaitu menyatakan bagaimana suatu hal

13

Page 14: Makalah semiotika

yang disebutkan dalam perian tergambar atau tersusun, dengan menyatakan sifat,

kualitas dan elemen-elemen seni rupa (garis, warna, bidang, tekstur) bertalian

dengan yang telah diuraikan. Unsur ke tiga adalah tafsir atau interprestasi, yaitu

menyatakan atau mengutarakan makna dari hasil seni. Unsur yang ke empat atau

terakhir adalah menyatakan nilai atau mutu hasil seni. (lihat Feldman, 1967 dan

Garret, 1978)

Pendekatan semiotika merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan

mengontrol karya-karya yang dibuat karena Karya seni merupakan suatu tanda

yang diciptakan seniman yang dapat dibaca oleh penonton atau penerima tanda.

Komposisi merupakan salah satu aspek pokok pertama yang dilihat

penonton dalam karya seni, sebab dapat mengkomunikasikan visi seniman dalam

arti karya seninya kepada pengamat. Sebagai sebuah tanda, komposisi yang

merupakan penyusunan atau pengorganisasian dari unsur-unsur seperti tekstur,

garis, bidang dan sosok gumpal, yang disusun dalam satu kesatuan, akan

memberikan kesan yang berbeda-beda, misalnya stabil atau

dinamis. Garis merupakan tanda, secara qualisign (istilah dalam ilmu semiotik)

garis yang mendatar memperlihatkan ketenangan, kedamaian, bahkan

kematian. Garis vertikalsecara qualisign menggambarkan kekokohan, kestabilan,

kemegahan dan kekuatan. Garis diagonal menandakan tidak dalam keadaan

seimbang, sehingga menunjukkan gerakan, hidup dan dinamis. Garis yang

bengkok atau melengkung mengesankan sesuatu yang indah, lemas, lincah dan

meliuk. Garis yang dibuat zig-zag secara qualisign menyiratkan semangat dan

gairah. Garis horisontal juga menunjukkan tanda ikonis, karena mengingatkan

benda-benda yang di alam seperti cakrawala, pohon yang tumbang dan lain-lain.

Garis vertikal secara ikonis dapat diasosiasikan pokok pohon, dinding gedung dan

batu karang. Garis diagonal sebagai tanda ikonis bertautan dalam ingatan pada

pucuk-pucuk pohon yang di tiup angin, orang berlari dan kuda yang sedang

melonjak. Sedangkan garis bengkok atau melengung, berkaitan dengan gerak

ombak yang mengalun menuju pantai.

14

Page 15: Makalah semiotika

Seperti yang telah disebut di muka, warna merupakan qualisign, sifat

merah dapat dipakai sebagai tanda bahaya dan larangan. Selain itu, sifat merah

yang panas dapat dipakai untuk menunjukkan gairah, semangat dan cinta. Biru

secara qualisign memperlihatkan kedalaman dan ketenangan. Kuning menerang-

kan kehangatan dan keramahan. Putih mengesankan sesuatu yang terang, ringan

dan netal. Hitam secara qualisign menandakan suatu kedalaman, kekokohan dan

keabadian.

Sebagai tanda ikon, warna biru mengingatkan pada langit, warna putih

bertautan dengan awan, warna kuning mengingatkan pada bulan, warna mera

pada matahari dan bunga mawar, warna hitam pada batu.

Tekstur atau barik adalah nilai raba suatu permukaan, secara qualisign

tekstur memperlihatkan sifat keras, halus, lunak, kasar atau licin. Sebagai tanda

ikon, barik keras mengingatkan pada tekstur batu, barik halus dapat diasosiasikan

pada kapas, barik lunak bertautan ingatan pada helai bunga dan daun muda, barik

kasar berkaitan dengan ingatan pada kulit kayu dan pasir, barik licin

mengingatkan pada lumut.

Berdasarkan uraian di atas, karya-karya yang dibuat dengan kertas ini

merupakan tanda yang dapat dibaca sebagai berikut : Kertas yang selama ini

dikenal sebagai bahan atau alas untuk mengekspresikan seni di atas

permukaannya (karya seni grafis cetak dan gambar), fungsinya ingin diubah.

Kertas tersebut bukan untuk menumpahkan ekspresi di atas permukaannya

melalui pena, kuas, pinsil dan lain-lain, tetapi kertas itu sendiri ingin dihadirkan

secara utuh denga hasil akhir dalam dirinya sebagai media yang telah

mengandung nilai-nilai seni (paper art). (lihat Bahari, 1993 ; 1995)

Secara visual, bentuk-bentuk atau sosok gumpal yang dihadirkan dalam

karya adalah bentuk-bentuk yang bertekstur, bergelombang dan timbul seperti

relief. Hal ini melawan realitas atau pengalaman sehari-hari di mana kertas dalam

bentuk lembaran-lembaran adalah daftar sehingga dapat dipergunakan sebagai

15

Page 16: Makalah semiotika

alas menulis, menggambar dan mencetak. Dalam ilmu semiotik hal ini dapat

dikategorikan sinsign (singular sign).

Unsur garis pada karya kertas merupakan qualisign, garis vertikal dan

horisontal yang bersilang dalam karya menandakan kekokohan , kestabilan,

kekuatan dan ketenangan. Hal ini dimaksudkan sebagai unsur kontras untuk

mengimbangi sifat kacau dari tekstur, sehingga akan saling menonjolkan.

persilangan garis tidak ditempatkan tepat di tengah-tengah bidang karya

(porosnya), untuk menghindari kesan formil atau resmi dapat menghadirkan

masalah seperti memberikan perbandingan (proporsi) bidang-bidang sisi atas dan

bawahnya, di sisi kiri dan kanannya. pembagian tersebut, menimbulkan gaya

berat yang berbeda, mengakibatkan (munculnya) kesan dinamis pada karya (dan

sekaligus harmonis). Selain itu, kesan dinamis diperkuat dengan adanya garis

diagonal pada daerah pemusatan titik persimpangan hasil dari penempatan bidang

kertas yang lain di atas permukaan kertas pertama, masalah memperkuat tersebut

dapat digategorikan sebagai redundance. Unsur warna kertas merupakan

qualisign, warna-warna yang digunakan diperoleh secara alami untuk membuat

kertas, yaitu warna putih memperlihatkan sesuatu yang terang, ringan dan netral,

warna kuning gading menunjukkan kelembutan dan kehangatan, nada warna

kuning kecoklat-coklatan menandakan kerapuhan, kuno dan usang. Unsur tekstur

secara qualisign memperlihatkan ketidak beraturan, kasar, (tetapi juga lunak dan

lembut).

Elemen-elemen pada karya, seperti serat- serat yang panjang dan

pinggiran kertas merupakan unsur garis, garis dapat menjadi aktif seakan-akan

merupakan kekuatan yang bergerak dan garis dapat pula tak aktif seperti pada

batas semu antara dua sosok gumpal atau ruang, antara warna dengan warna.

Garis vertikal dan horisontal pada pinggiran kertas yang dibuat lurus

dimaksudkan untuk menghadirkan unsur yang teratur supaya mengimbangi sifat

kacau dari tekstur sebagai unsur kontras, sehingga akan saling menonjolkan.

16

Page 17: Makalah semiotika

Selain itu, kehadiran garis tersebut akan mengintegrasikan bagian yang belum

beraturan dalam bidang karya.

Warna-warna yang dipergunakan adalah warna-warna yang cenderung

diperoleh secara alami dari warna-warna bahan mentah pokok untuk membuat

kertas, yakni warna putih, krem, nada warna kuning kecoklat-coklatan dan lain-

lain, secara qualisign memberikan kesan netral dan lembut, supaya mengimbangi

sifat kacau dari tekstur sebagai unsur kontras, sehingga akan saling menonjolkan.

Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang

berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili

sesuatu yang lain.

Contohnya : asap bertanda adanya api

Secara Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang

memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.

Pengertian yang paling singkat yang dikemukakan oleh Preminger

(2001:89). Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. “Ilmu ini menganggap

bahwa kejadian sosial di masyarakat dan kebudayaannya merupakan tanda-tanda.

1.      Hubungan penalaran dengan jenis penandanya.

a.       Qualism : Penanda yang bertalian dengan kualitas

b.      Sin Sign : Penanda yang bertalian dengan kenyataan

c.       Legisign : Penanda yang bertalian dengan kaidah

2.      Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya

a.       Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa

dengan bentuk objeknya

17

Page 18: Makalah semiotika

b.      Index : sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai penanda yang

mengisyaratkan penandanya

c.       Symbol : Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang

oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan dalam masayarakat.

3.      Hubungan pikiran dengan jenis petandanya

a.       Rheme or seme : Penanda yang bertalian dengan mungkin

terpahamnya objek petanda bagi penafsir

b.      Dicent or Drcisign or Pheme : penanda yang menampilkan informasi

tentang petandanya.

c.       Argument : penanda yang petandanaya akhir bukan suatu benda tetapi

kaidah

   3. Macam-macam Semiotik

Ada 9 macam semiotik yang kita ketahui :

Semiotik Analitik

Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda

Semiotik Deskriptif

Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memeperhatikan sistem tanda

yang adapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap

seperti yang disaksiskan sekarang.

Semiotik Faunal (Zoo semiotic)

Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem

tanda yang dihasilkan oleh hewan

18

Page 19: Makalah semiotika

Semiotik Kultural

Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

Semiotik Naratif

Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam

narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)

Semiotik Natural

Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh alam.

Semiotik Normatif

Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu

lalu lintas.

Semiotik Sosial

Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.

Semiotik Struktural

Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yag dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

19

Page 20: Makalah semiotika

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Naskah drama yang digunakan berjudul “Sayang Ada Orang Lain”.

Berikut merupakan identitas naskah.

Judul : Sayang Ada Orang Lain

Pengarang : Utuy Tatang Sontani

Tahun : 1954

Naskah ini diperoleh dari hasil pembelajaran mata kuliah Apresiasi Drama

Indonesia pada semester ke dua. Naskah ini ditampilkan pula di depan kelas serta

diapresiasi pula dari segi pengarang. Naskah drama “Sayang Ada Orang Lain” ini

mengisahkan sebuah konflik keluarga, terutama konflik suami-istri. Tokoh Suami

istri tersebut bernama Sumint dan Mini. Konflik ini dipicu karena keadaan ekonomi.

Penghasilan Suminta sebagai seorang buruh tidak dapat menutupi keadaan ekonomi

keluarganya. Sehingga konflik keluarga pun timbul. Mini telah kepergok tengah

berselingkuh dengan lelaki lain di dalam sebuah mobil oleh Haji Salim tetangga

Suminta dan Mini sendiri. Dari sanalah konflik pun timbul hingga menimbulkan

perpisahan antara Suminta dan Mini.

Tabel Data

NO. NAMA DATA

1. HAMID: Lho aneh! Istrinya parlente, suaminya kaya gembel

HAMID: Beruntung sungguh beristrikan dia, tapi anehnya kau selalu

kelihatan lesu saja, seperti bagimu langit ini akan ambruk

20

Page 21: Makalah semiotika

2. HAMID: Engkau sih pesimis terus. Untungnya kau tidak, ya Mini!

SUMINTA: Bagaimana takkan lesu kalau gaji tidak cuklup (SUARANYA

MENGELUH)Coba pikir! Gaji buruh sekarang sudah tidak seimbang lagi

dengan harga-harga kebutuhan. Dengan yang kuterima sekarang

sesungguhnya kami Cuma bisa hidup sepuluh hari. Yang dua puluh hari lagi

mesti ditutup dengan meminjam, menghutang, menggadaikan, kalau perlu

menjual barang yang sudah ada dan keadaan ini sudah berbulan-bulan. Kian

lama hutang itu bukan...

3. SUMINTA: Lantas, mau apa? Gajiku memang tidak cukup!

PEREMPUAN TUA: Lho... tuan tak usah marah. Dan saya tidak perlu tahu

cukup tidaknya.....

4. SUMINTA: Ini dia setannya! (ia melepaskan cekikan dan menunjuk-nunjuk)

SUMINTA: Kau setam! Kau yang bikin gara-gara!

5. MINI: .....Aku akan pergi. Bukan karena ada tamu. Setadi juga aku sudah

mau pergi. (LALU IA MENDAPAT SUMINTA, DAN SAMBIL

MENSIUM DAHIS UMINTA) Aku pergi yaa ka.

HAMID: Duilah!...Seperti baru kawin saja kalian ini.

MINI: Bagi kami lima tahun kawin itu memang rasanya seperti baru lima

hari. (SAMBIL TERUS BERJALAN KELUAR)

6. SUMINTA: Biarlah dia dingin. Aku tidak mengharapkan kau membawa mie.

Aku mengharapkan kau membawa cerita yang terus terang

MINI: Cerita yang terus terang?

SUMINTA: Ya, cerita yang terus terang, yang tidak berputar-putar

......

SUMINTA: Kau lebih baik terus terang saja. Dengan berterus terang orang

bisa mengurangi dosa

7. MINI: Aku cinta padamu, kak. Aku tidak mau melihat kau terus-terusan

susah memikirkan kita berdua.

8. H. SALIM: Aku hampir-hampir tidak percaya pada kataku sendiri, Minta,

21

Page 22: Makalah semiotika

demi Alloh, aku hampir tidak percaya.

SUMINTA: Ada apa sih?

H. SALIM: Istrimu

SUMINTA: Mengapa? ... Celaka?...

H. SALIM: Bukan celaka. Tadi istrimu bilang mau kemana?

9. H. SALIM: Astagfirulloh! Kau tidak percaya? Buat apa aku sembahyang tiap waktu? Kalau aku bicara dusta, kau Kira aku ini si Hamid, tetangga kita yang sudahkufur itu? Coba kau......

H. SALIM: Sampai jadi aku yang istigfar, Minta! Kau Kira menghapuskan

diri itu apa? Aku

sudah lama mendengarkan di luar. .....Seolah-olah dunia ini sudah kiamat

saja. Setelah istrimu berdosa, kau pula mau bunuh diri? Kau kira bunuh diri

itu kau tidak lebih berdosa, tidak lebih bejat akhlak dari istrimu.

10

.

TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI

BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG

KOSONG, IA MELONGO LALU...

11

.

HAMID: Salahmu juga sih!! Kan aku sudah beberapa kali menganjurkan

supaya kau mengubah cara berpikir. Coba kau berpikir reel, berpikir secara

dialektis. Kau kira kau pesimis lantaran gaji tidak cukup? Tidak! Itu tidak

benar justru lantaran gaji tidak cukup, kau mesti berusaha menggunakan

segala kesempatan, supaya kau bisa membangun rumah tangga yang kuat.

Supaya setelah mempunyai rumah tangga yang kuat pikiranmu jadi sehat,

tidak diganggu oleh kekurangan.

12

.

HAMID: ....Dengan berpikir demikian kau tidak akan melihat, bahwa sesuatu

perbutan untuk mengubah keadaan itu salah atau benar. Tapi kau akan

menganggap bahwa perbuatan itu suatu kemestian, kemestian untuk hidup

tidak kekurangan, supaya pikiran-pikiran jahat tidak timbul. Mengerti

kan?......

13 H. SALIM: .... Tapi bagiku, orang tidak mengakui adanya Tuhan itu adalah

22

Page 23: Makalah semiotika

. orang murtad, orang yang sudah bejat akhlak, bejat iman, bejat segala-

galanya. Dan sekarang kebejatan akhlaknya itu dugunakannya sebagai modal

untuk menjual istri orang.

14

.

H. SALIM: Itu dia! Dasar manusia kufur! Tidak terpikir olehmu sekarang

betapa jahatnya kawanmu itu! Aku memang sudah lama tidak percaya

kepadanya, Minta coba kau pikr! Dimana-mana dia selalu mengejek oranya

yang percaya kepada Tuhan. Katakanlah dia menganut paham isme ini isme

itu. Tapi bagiku, orang tidak mengakui adanya Tuhan itu adalah orang

murtad, orang yang sudah bejat akhlak, bejat iman, bejat segala-galanya.

Dan sekarang kebejatan akhlaknya itu dugunakannya sebagai modal untuk

menjual istri orang

15

.

(DENGAN TERGOPOH-GOPOH HAJI SALIM DAN HAMID ITU

DATANG LAGI, DAN MEREKA DATANG DENGAN DIIRINGKAN

SEORANG LAKI-LAKI MASIH MUDA BERMATA SERIGALA)

16

.

LELAKI B. S: Apa ini semua?....ribut-ribut perkara tai kebo!

LELAKI B. S: Memang apa perlunya? Di dunia ini tidak apa-apa, tapi orang

goblok maunya ribut-ribut

17

.

H. SALIM: Nanti dulu! Jangan pergi dulu, persoalan ini belum selesai dan

beres.

LELAKI B. S: Apa itu soal? (SAMBIL MELANGKAH PERGI KIE

LUAR). Kau kira kai ini apa menganggap di dunia ada soal yang mesti

dibereskan? Cih, kebo semua!

18

.

DI RUMAH SUMINTA DI KOTA JAKARTA/ DI RUANG TENGAH

YANG SEMPIT DIALATI OLEH PERABOTAN YANG SERBA REYOD.

LAGI-LAGI NAMPAK SUASANA MURAM DAN SEPI SEOLAH-

OLAH DI SANA TAK PERNAH ADA MAKHLUK BERNYAWA. TIBA-

TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI

BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG

23

Page 24: Makalah semiotika

KOSONG, IA MELONGO LALU...

19

.

HAMID: Terlalu!... sungguh terlalu Mang Haji ini. Soal tek-tek bengek

dibesar-besarkan, Minta.. (MINTA MUNCUL DARI KAMAR) brgini,

inilah kelakuan Mang Haji. Maunya menghasut, terus menghasut. Sampai-

sampai ia sekarang orang lain ke sini

LELAKI B. S: Istri orang lain? Apa itu istri? Dan apa itu orang lain? Saya

hanya tahu ada perempuan makanan saya.

20

.

TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI

BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG

KOSONG, IA MELONGO LALU...

24

Page 25: Makalah semiotika

B. Pembahasan

1. Analisis Aspek Sintaksis

1. Skema Aktan Greimas dari naskah drama “Sayang Ada Orang Lain”

Penjelasan:

Suminta dan Mini adalah sepasang suami istri yang hidup serba

berkecukupan, bahkan nyaris serba kekurangan. Suminta hanyalah seorang

buruh. Penghasilan Suminta sebagai seorang buruh tidak dapat menutupi

keadaan ekonomi keluarganya. Penghasilan Suminta dalam satu bulan hanya

mampu untuk membiayai kehidupan selama sepuluh hari, sedangkan untuk sisa

dua puluh harinya lagi Suminta dan Mini meminjam sana-sini sehinggahutang

mereka menumpuk. Pada suatu hari Minggu pagi, Mini berniat untuk pergi

keluar. Ia mengatakan kepada Suminta untuk pergi ke rumah kerabatnya.

Tetapi, apa yang terjadi? Haji Salim tetangga Suminta melihat Mini sedang

25

PENGIRIM

Status istri

Menjaga

keutuhan

keluarga

è OBJEK

Mini

è PENERIMA

Suminta

(pergi

meninggalkan

Mini)

é

PENOLONG

Haji Salim

è SUBJEK

Suminta

ç PENENTANG/

PENGHAMBAT

Keadaan

ekonomi

Hamid

Lelaki bermata

serigala

Page 26: Makalah semiotika

diciumi oleh laki-laki lain di dalam mobil. Di dalam mobil tersebut ada pula

Hamid tetangga Suminta dan Mini pula. Hamid bertugas sebagai mucikari yang

menghubungkan Mini dengan Lelaki Bermata Serigala. Mini dipekerjakan

sebagai wanita panggilan. Mini melakukan itu demi kehidupan ekonomi

keluarganya. Suminta sangat marah besar ketika menegtahui Mini telah

membohongi dirinya. Ia tidak dapat ,menyangka keadaan ekonomi keluarganya

telah membuat Mini berani melakukan perbuatan jinah tersebut. Suminta pun

merasa kaget bahwa Hamid lah yang membuat istrinya mau melakukan

pekerjaan hina tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi antara Suminta dan

Mini, hingga pada akhirnya Mini berniat untuk oeri meninggalkan Suminta dan

rumah kecil mereka, tetapi Suminta melarangnya, karena Sminta lah yang akan

pergi meninggalkan Mini. Suminta dan Mini pun akhirnya berpisah. Mini

sangat sedih ketika Suminta meninggalkan dirinya. Ia sangat terpukul oleh

keadaan tersebut.

2. Tabel Model Fugsional dari naskah drama ”Sayang Ada Orang Lain”

SITUASI AWAL

TRANSFORMASI SITUASI AKHIRTAHAP

AWALTAHAP UTAMA

TAHAP KEBERHASILAN

Mini meminta izin kepada Suminta untuk pergi meminjam uang ke rumah kerabatnya.

Haji Salim melihat Mini diciumi laki-laki lain d dalam mobil. Di dalam mobil tersebut ada pula Hamid. Haji Salim pun memberika informasi tersebut kepada Suminta.

Ketika Mini pulang Suminta pun langsung memarahi Mini untuk jujur apa yang telah dilakukan Mini sedari tadi pergi.

Suminta dan Mini bertengkar hebat. Sehingga Mini berniat untuk pergi meningalkan rumah, tetapi Suminta melarangnya, karena Sumint lah yang akn pergi meninggalkan Mini.

Suminta pergi meninggalkan Mini sendirian. Mini sangat sedih atas kepergian Suminta.

26

Page 27: Makalah semiotika

2. Analisis Aspek Semantik

1. Analisis Tokoh dan Penokohan

Dalam naskah drama Sayang Ada Orang Lain karya Utuy Tatang

Sontani ini terdapat beberapa tokoh dan karakter yang berbeda pula, tokoh-

tokoh tersebut adalah:

Suminta, suami Mini

Pendeskripsian tokoh Suminta pada naskah ini cukup sederhana,

hal ini dilakukan oleh pengarang. Secara fisik tidak ada keterangan

bagaimana sosok Suminta, tetapi dari segi penampilan ada keterangan ia

memiliki penampilan seperti gembel dan selalu terlihat lesu, seperti yang

ada pada percakapan berikut ini

Tabel nomor 1Karakter dari Suminta adalah sosok laki-laki yang pesimis, kurang

bersemangat dan selalu mengeluh terhadap keadaan ekonomi keluarganya,

seperti yang ada pada percakapan berikut ini

Tabel nomor 2Selain itu, Suminta juga memiliki sikap pemarah, ia sensitif

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan uang atau mebayar hutang, hal ini

dikarenakan penghasilan Suminta yang kurang memadai, seperti yang

terlihat pada naskah berikut

Tabel nomor 3Sikap pemarah Suminta dapat terlihat pada saat ia mengetahui bahwa

Hamid lah yang mengajak Mini istrinya untuk bekerja menjadi wanita

panggilan.

Tabel nomor 4Tetapi, Suminta sangat baik terhadap istrinya, ia mencoba

memaafkan istrinya saat ia mengetahui istrinya berani selingkuh dengan

laki-laki lain. Bahkan ia tak rela istrinya yang pergi, sehingga ia yang

memutuskan untuk pergi meninggalkan Mini dan rumah mereka.

27

Page 28: Makalah semiotika

Mini, istri Suminta

Mini secara fisik tak digambarkan oleh si pegarang pada naskah

ini, ia lebih diceritakan secara perilaku. Mini memiliki sikap seorang istri

yang sangat penurut, ia bersikap optimis, ia sangat mencintai suaminya

Suminta, sehingga ia rela melakukan apa saja demi membahagiakan

kehidupan ia dan suaminya. Seperti pada penggalan naskah berikut

Tabel nomor 5Mini juga memiliki sifat pembohong, ia berselingkuh dengan laki-laki lain

demi mendapat uang.

Tabel nomor 6Mini tidak ingin melihat keluarganya terus-terusan susah, sehinga ia rela

melakukan apa pun

Tabel nomor 7Haji Salim, tetangga Suminta dan Mini

Secara fisik Haji Salim digambarkan sebagai sosol lelalki tua

berbadan kurus. Hal ini dideskripsikan pada di awal naskah pada saat

perkenalan para pelaku.

Haji Salim: seorang lelaki tua berbadan kurus

Dari segi karakter Haji Salim memiliki sosok yang sangat peduli

terhadap tetangganya.

Tabel nomor 8

Haji Salim juga sosok lelaki yang sangat taat pada agama. Ia rajin

beribadah dan sangat peduli terhadap urusan agama. No.

Tabel nomor 9 Hamid, tetangga Suminta dan Mini

Hamid dari segi fisik digambarkan oleh pengarang merupakan

sosok lelaki berbadan gemuk. Hal ini di jelaskan pada awal naskah drama

pada saat pengenalan para tokoh selain itu dijelaskan pada prolog darama

juga.

Tabel nomor 10Karakter atau penokohan yang dideskripsikan terhadap diri Hamid

adalah Hamid seorang tetangga yang memberi semangat kepada Suminta,

karena Hamid selalu berpikir optimis.

28

Page 29: Makalah semiotika

Tabel nomor 11

Hamid selalu berpikir ke depan, bagaiman ia mesti mengubah suatu

keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik, tetapi ia selalu

menggunakan segala kesempatan, tidak ada lagi penilaian salah atau

benar. Selain itu, hamid pun berani menjual Mini, istri Suminta.

Tabel nomor 12Tabel nomor 13

Hamid juga dikatakan menganut paham atheisme, atau tidak mengaku

adanya Tuhan.

Tabel nomor 14Laki-laki bermata serigalaSesuai dengan namany, dari segi fisik laki-laki ini hanya diceritakan

memiliki mata seperti serigala. Ia pun digambarkan sebagai sosok lelaki

muda. Seperti yang ada pada keterangan berikut ini:

Tabel nomor 15Karakter yang ia miliki adalah selalu berkata kasar

Tabel nomor 16Bahkan Lelaki Bermata seriagal ini pun tak mau tau mengenai masalah

yang ada pada keluarga Suminta, ia sangat acuh.

Tabel nomor 17Dari semua tokoh tersebut ada pula beberapa tokoh yang muncul pada

naskah ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah:

Sum, penjual perhiasan

Tukang minyak

Perempuan tua pembawa bakul

2. Analisis Latar

Latar yang digunakan pada naskah ini adalah rumah Suminta di

kota Jakarta tepatnya di ruang tengah pada rumah tersebut. Disertai cuaca

pada siang hari dengan suasana yang muram dan sepi. Hal tersebut sesuai

dengan prolog yang ada pada naskah

Tabel nomor 18

29

Page 30: Makalah semiotika

3. Analisis Aspek Pragmatik

Bahasa yang digunakan dalam percakapan ini adalah Bahasa

Indonesia sehari-hari hal ini dapat dilihat pada percakapan yang ada pada saat

itu, meskipun terkadang ditemukan susunan yang kurang tepat atau tidak enak

didengar oleh telinga kita, bahkan sulit untuk dimengerti. Seperti yang ada pada

percakapan berikut ini. Naskah ini menggunakan susunan kalimat aktif dan

menunjukkan

Tabel nomor 19

4. Analisis Aspek Gagasan dan Simbolisasi

Karya sastra merupakan sebuah media yang dapat menimbulkan

sebuah gagasan yang dituangkan dalam sebuah simbol-simbol yang

membutuhkan penafsiran yang berbeda dari sebenarnya. Seperti yang ada

pada naskah drama ini, antara lain:

Keadaan manusia sekarang yang menghalalkan segala cara

Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam persepsi yang timbul

pada dewasa ini. Banyak sekali orang yang ingin kaya mendadak dengan

cara yang instan, mereka menghalalkan segala cara agar menjadi kaya dan

dapat bertahan hidup. Bahkan tak sedikit dari mereka yang siap

mempertaruhkan harga diri dan kehormatan mereka. Betapa mirisnya

ketika beberapa segelintir kaum wanita memperjualbelikan harga diri dan

kehormatan mereka demi mempertahankan kehidupan mereka atu

meningkatkan keadaan ekonomi mereka. Hal ini seperti yang dilakukan

oleh Hamid kepada Mini istri Suminta. Hamid mempengaruhi Mini agar

mau menghalakan segala cara agar memperbaiki rumah tangganya. Seperti

pada Tabel nomor 11, 12, 13 dan 14

Sungguh menyakitkan melihat keadaan wanita sekarang yang

sudah tidak lagi menjungnjung tinggi harga diri dan kehormatan mereka.

Harga diri dan kehormatan para wanita mulai dijajakan di sekitar kita,

30

Page 31: Makalah semiotika

seperti halnya makanan yang diperjualbelikan oleh para pedagang.

Sungguh miris melihat keadaan wanita-wanita pada saat itu hingga

merajalela hingga saat ini. Kebudayaan buruk tersebut terus berkembang.

Paham atheisme yang mulai mempengaruhi orang-orang saat ini

Paham atheisme mulai mempengaruhi orang-orang pada saat itu.

Seperti timbulnya paham komunis hingga muncul sebuat partai menganut

paham komunis, yaitu PKI Partai Komunis Indonesia. Hal tersebut dapat

terlihat pada percakapan yang ada di dalam naskah ini.

Tabel nomo 13 dan 14.

Hal tersebut sungguh merusak keaadan akhlak manusia sekarang.

Meskipun pada dasarnya PKI mulai bekembang pada tahun 1965 hingga

terjadi sebuah peristiwa yang sungguh mengecawakan kita semua,

peristiwa tersebut bernama G30S/PKI. Hal tersebut sungguh menyayat

hati. PKI adalah Partai Komunis Indonesia partai politik di Indonesai yang

berideologi komunis. Dalam sejarah PKI pernah berusaha melakukan

pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda 1926,

mendalangipemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948, serta dituduh

telah membunuh enam jenderal TNI AD di Jakartapada 30 September

1965 yang dikenal dengan peristiwa G30S/PKI. Bisa dibayangkan pada

saat itu PKI sedang hangat-hangatnya diperbincangkan bahkan dianut

meneganai ideologinya, seperti yang dilakukan oleh Hamid pada saat itu.

Penulis membuat naskah ini pada tahun 1954, bisa diartikan pada saat itu

penulis menggambarkan Hamid sebagai sosok yang menganut atheisme,

paham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Masa-masa dimana paham

PKI sedang menjadi-jadi.

31

Page 32: Makalah semiotika

Manusia yang istiqomah dan tetap taat pada agama

Seseorang yang sangat patuh terhadap agama yang ia anut.

Istiqomah suatu keadaan yang tetap berada di jalan Allah Swt. Jalan

kebenaran yang selalu dilewatinya. Hal tersebut dapat dicerminkan oleh

tokoh Haji Salim yang tetap rajin sholat hingga ia berani menolong

tetangganya Suminta dari kebohongan yang dilakuakan oleh istrinya,

Mini. Haji Salim merupakan sosok yang berkebalikan dari Hamid yang

tidak mengakui adanya Tuhan. Haji Salim merupakan sosok manusi yang

sangat taat terhadap agamanya. Hal ini sesuai dengan naskah.

Tabel nomor 9

Haji Salim rajin bersembahyang, ia tetap taat terhadap kepercayaan

yang ia anut, meskipun lingkungan sekitarnya terdapat Hamid,

tetangganya yang ia sebut sebagai manusia murtad. Haji Salim merupakan

sosok yang tetap taat dengan agama yang ia anut, meskipun dunia sudah

mulah bejat bahkan akhlak orng-orang sekarang sudah bejat pula.

Tabel nomor 14

Kehidupan Haji Salim sudah sepatutnya diikuti oleh kita semua. Ia

tetap pada pendiriannya, ia tetap memegang keyakinan yang ia yakini. Hal

tersebut berbeda dengan Suminta yang kurang istiqomah, ia mudah

terpengaruh oleh hasutan Hamid mengenai tak perlu memperdulikan

kembali benar atau salah dalam berbuat.

Tabel nomor 12

32

Page 33: Makalah semiotika

BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Secara leksikal, semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia, sedangkan semiotika adalah

ilmu atau teori tentang lambang dan tanda (bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb);

atau semiologi adalah ilmu tentang semiotik.

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu

yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik

lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion

yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang

mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara

umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotik biasanya didefinisikan

sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-

simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan

informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory

[semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang

kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara

sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan

perilaku manusia.

Analisis mengunakan semiotik, dibagi menjadi analisi sintaksis, analisis

semantik, analisis prargmatik, dan analisis gagasan dan simbolisasi. Semiótica lebih

mengandalkan terhadap tanda-tanda yang muncul pada nazca tersebut. Seperti hal nya

nama tokoh HajiSalim, tokoh tersebut mencirikan seseorang yang sudah naik ají dan

sangat taat terhadap keyakinan yang ia anut.

33

Page 34: Makalah semiotika

B. Saran

Analisis terhadap naskah drama ini diharapkan agar membantu kawan-

kawan yang lain agar lebih memahami mengenai kajian drama mengunakan

pendekatan semiotik. Diharapkan juga agar lebih menyenagi terhadap dunia seni

drama

34