Makalah semiotika
Transcript of Makalah semiotika
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drama merupakan ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan
untuk dipertunjukkan di atas pentas. Drama memilki bahasa yang bersifat dialog.
Macam-macam drama dapat ditinjau dari segi kualitas cakapnya, jumlah pelaku,
media pementasannya, penonjolan unsur seninya, orisinalitas, kualitas waktu
pementasannya, sikap terhadap naskah, tukuan penulisan, dan aliran seni yang dianut.
Kegiatan kajian drama merupakan bentuk tanggapan terhadap karya sastra
terutama drama. Kajian drama dalah kegiatan mempelajarai unsur-unsur dan
hubungan antarunsur dalam drama dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara
kerja tertentu. Kegiatan “mempelajari” dalam pemahaman yang bersifat keilmuan
adalah “menganalisis”. Inti dari kegiatan mengkaji adalah menganalisis.
Pada kegiatan kajian drama ini sangat berbeda dengan kegiatan apresiasi
drama, apalagi dengan kegiatan kritik drama. Kegiatan apresiasi drama lebih
menunjukkan kepada kegiatan menggauli karya sastra drama secara sungguh-sungguh
sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap karya sastra drama. Begitu pula kegiatan kritik drama
lebih mengarah terhadap kegiatan penilaian atau pertimbangan baik atau buruk
sesuatu hasil kesusastraan drama dengan memberikan alasan-alasan mengenai isi dan
bentuk hasil kesusastraan drama. Aspek-aspek dalam kritik drama ada tiga, yaitu
analisis, interpretasi, dan penilaian. Tetapi, bagaimana pun juga kajian, apresiasi dan
kritik drama memilki hubungan yang sangat erat karena ketiganya merupakan
tanggapan terhadap karya sastra terutama drama.
1
Berpacu pada pengertian-pengertian di atas, ada beberapa hal yang
berkaitan dengan kegiatan kajian drama, antara lain:
Sikap pengkaji. Sikap pengkaji harus berdasar pada teks drama atau
naskah drama yang ada. Dalam arti lain, harus lebih memusatkan
perhatian terhadap naskah drama tersebut. Hilangkan asumsi-asumsi lain
yang tak ada kaitannya dengan naskah.
Tujuan. Pengkaji memiliki tujuan untuk mengetahui unsur-unsur serta
hubungan antarunsur yang ada pada drama.
Cara dan proses kegiatan. Selama kegiatan kajian drama berlangsung
harus berdasarkan pada pendekan, teori dan cara kerja tertentu.
Pemahaman dan kesimpulan yang didapatkan adalah bersifat ideal dan
objektif.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai:
Naskah apa yang akan dikaji dalam kegiatan kajian drama ini?
Kajian teori jenis apa yang akan digunakan?
Apa pengertian dari kajian teori yang telah dipilih?
Bagaiman langkah-langkah dan pengaplikasian dari kajian teori tesebut
terhadap naskah?|
C. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian kajian drama ini adalah
menggunakan teori Semiotika. Memilih dan menentukan naskah terlebih dahulu.
Selanjutnya naskah tersebut dibaca dan dikaji berdasrkan teori Semiotika. Semiotika
2
akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai sejarah, hakikat dn pengertian dari
semiotika tersebut. Lalu langkah-langkah penerapannya pada proses kajian drama.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Semiotika
1. Sejarah
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant
yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada
hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’ (signified) dan
‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda
(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda
adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah
aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi,
petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180). Suatu penanda tanpa
petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu
petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau
yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu
faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari
sehelai kertas,” kata Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean
berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara
aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung
hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi
Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah
penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi
4
kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori
metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes
pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu
tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak
hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu
wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran
pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan
keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang
sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas
sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan
konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari
denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Tokoh yang dianggap pendiri semiotik adalah dua orang yang hidup
sezaman, yang bekerja dalam bidang yang terpisah dan dalam lapangan yang tidak
sama (tidak saling mempengaruhi), yang seorang ahli linguistik yaitu Ferdinand de
Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat yaiutu Charles Sander Peirce (1839-
1914). Saussure menyebut ilmu semiotik dengan nama semiologi, sedangkan Pierce
menyebutnya semiotik (semiotics). Kemudian hal itu sering dipergunakan berganti-
ganti dengan pengertian yang sama. Di Perancis dipergunakan nama semiologi untuk
ilmu itu, sedang di Amerika lebih banyak dipakai nama semiotik
Semiotika moderen mempunyai dua orang pelopor, yaitu Charles Sanders
Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure. Pierce mengusulkan kata semiotika
untuk bidang penelaahan ini, sedangkan Saussure memakai kata semiologi.
Sebenarnya kata semiotika tersebut telah digunakan oleh para ahli filsafat Jerman
bernama Lambert pada abad XVIII.
5
Pada akhirnya, pemikiran C.S Peirce dan F. de Saussure menginspirasi
tokoh-tokoh lainnya untuk kemudian meneruskan pemikiran mereka. Berikut ini
adalah pandangan para ahli tentang semiotik.
C.S PEIRCE
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang
terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh
panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan)
hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda
yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik)
dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan
tanda ini disebut objek.
Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari
tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant atau pengguna tanda adalah gagasan pemikiran dari orang
yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau
makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
6
Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.
Menurut Pierce, makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan
sesuatu. Ia menyebutnya sebagai representamen. Apa yang dikemukakan oleh tanda,
apa yang diacunya, apa yang ditunjuknya, disebut oleh Pierce dalam bahasa Inggris
object. Dalam bahasa Indonesia disebut “acuan”. Suatu tanda mengacu pada suatu
acuan dan representasi seperti itu adalah fungsinya yang utama. Agar tanda dapat
berfungsi harus menggunakan sesuatu yang disebut ground. Sering ground suatu
tanda berupa kode, tetapi tidak selalu begitu. Kode adalah suatu sistem peraturan
yang bersifat transindividual. Banyak tanda yang bertitik tolak dari ground yang
bersifat sangat individual.
Di samping itu tanda diinterprestasikan. Hal ini menunjukkan setelah
dihubungkan dengan acuan, dari tanda yang orisinal berkembang suatu tanda baru
yang disebut interpretant. Pengertian interpretant di sini jangan dikacaukan dengan
pengertian interpretateur, yang menunjukkan penerima tanda. Jadi, tanda selalu
terdapat dalam hubungan trio: dengan ground-nya, dengan acuannya, dan dengan
interpretant-nya. (lihat Sudjiman, 1991)
Berdasarkan hubungan antara tanda dan acuannya (denotasi), Pierce
membedakannya menjadi 3 (tiga) jenis tanda, yaitu : (1) ikon, (2) indeks, dan (3)
simbol. Hal ini dinyatakan sebagai berikut : Pada prinsipnya ada tiga hubungan yang
mungkin ada. (1) Hubungan antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan
kemiripan, tanda itu disebut ikon. (2) Hubungan ini dapat timbul karena ada
kedekatan eksistensi; tanda itu disebut indeks. (3) Akhirnya hubungan ini dapat pula
berbentuk secara konvensional; tanda itu adalah simbol.
Tanda ikon merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya,
atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa
yang dimaksudkannya. Misalnya kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis
yang digambarkannya, foto dan lain-lain. Benda-benda tersebut mendapatkan sifat
7
tanda dengan adanya relasi persamaan di antara tanda dan denotasinya, maka ikon
seperti qualisign merupakan suatu firstness.
Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaannya
suatu denotasi, sehingga dalam terminologi Pierce merupakan suatu Secondness.
Indeks dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan
dengan apa yang diwakilinya.
Misalnya tanda asap dengan api, tiang penunjuk jalan, tanda penunjuk
angin dan sebagainya.
Simbol adalah suatu tanda, di mana hubungan tanda dan denotasinya
ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu
kesepakatan bersama (konvensi). Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah simbol.
Ditinjau dari hubungan tanda dengan interpretannya, tanda dibagi menjadi
3 (tiga), yaitu :
(1) Rheme bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first
dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan
(2) Decisign (dicentsign) bilamana antara lambang itu dan intepretannya
terdapat hubungan yang benar ada (merupakan secondness)
(3) Argument bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat
yang berlaku umum (merupakan thirdness).
AART VAN ZOEST
Aart van Zoest (1978) dengan mengutip pendapat Pierce yang membagi
keberadaan menjadi tiga kategori : Firstness, Secondness dan Thirdness, membagi
tanda berdasarkan ground dari tanda-tanda tersebut sebagai berikut : (1) Qualisign,
8
(2) Sinsign, dan (3) Legisigns. Awalan kata Quali- berasal dari kata “quality”, Sin-
dari “singular”, dan Legi- dari “lex” (wet/hukum).
Qualisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya.
Misalnya sifat warna merah adalah qualisign, karena dapat dipakai tanda untuk
menunjuk-kan cinta, bahaya, atau larangan.
Sinsign (singular sign) adalah tanda-tanda yang menjadi tanda
berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat
individual bisa merupakan sinsign. Misalnya suatu jeritan, dapat berarti heran,
senang, atau kesakitan. Seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya
tertawa, nada suara dan caranya berdehem. Kesemuanya itu adalah sinsign. Suatu
metafora walaupun hanya sekali dipakai dapat menjadi sinsign. Setiap sinsign
mengandung sifat sehingga juga mengandung qualisign. Sinsign dapat berupa tanda
tanpa berdasarkan kode.
Legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan
yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa adalah
legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap legisign mengandung di dalamnya suatu
sinsign, suatu second yang menghubungkan dengan third, yakni suatu peraturan yang
berlaku umum, maka legisign sendiri adalah suatu thirdness.
Menurut Aart Van Zoest, adanya tanda ditentukan oleh 3 (tiga) elemen,
yaitu : (1) tanda yang dapat dilihat atau tanda itu sendiri, (2) sesuatu yang ditunjukkan
atau diwakili oleh tanda, (3) tanda lain dalam pikiran penerima tanda. Di antara tanda
dan yang diwakilinya ada sesuatu hubungan yang menunjukkan representatif yang
akan mengarahkan pikiran kepada suatu interpretasi.
Hal ini menunjukkan representasi dan interpretasi merupakan karakteristik
tanda. Tanda mempunyai arti langsung dari suatu tanda yang telah diketahui bersama
atau yang menjadi pengertian bersama yang disebut denotasi. Sedangkan pengertian
tak langsung atau arti ke 2 dari denotasi tadi disebut konotasi. Tanda yang diberi arti
sepihak oleh penerima disebut symptom, dengan demikian artinya konotatif.
9
Pengertian symptom sendiri adalah jika suatu tanda tidak dimaksudkan tanda oleh
pengirim tanda.
Selanjutnya menurut Aart van Zoest, studi semiotika dibagi menjadi 3
(tiga) daerah kerja, yaitu : (1) Semiotik Sintaksis, studi tanda yang dipusatkan pada
penggolongannya, dan hubungan dengan tanda-tanda yang lain caranya berkerja sama
dalam menjalankan fungsinya. Namun semiotik sintaksis tidak hanya dibatasi
mempelajari hubungan antara tanda di dalam sistem tanda yang sama, melainkan juga
mempelajari tanda dalam sistem lain yang menunjukkan kerjasama. Misalnya dalam
film, antara gambar dan kata-kata, pada dasarnya berasal dari sistem tanda yang
berbeda, tetapi bekerja sama. (2) Semiotik semantik, penyelidikannya diarahkan
untuk mempelajari hubungan di antara tanda dan acuannya (denotasi), serta
interprestasi yang dihasilkan. (3) Semiotik Pragmatik, penyelidikannya diarahkan
untuk mempelajari hubungan di antara tanda dan pemakai tanda Dengan adanya tiga
tataran tersebut, maka akan semakin lengkap usaha untuk mempelajari ‘gramatika’
sistem semiotika tertentu. Perbedaan yang paling penting dalam taraf pragmatik
adalah di antara symptom-symptom dan signal-signal. yang dimaksud dengan
symptom adalah bila suatu tanda tidak dimaksudkan oleh pengirim tanda sebagai
tanda. Sedangkan signal adalah suatu tanda yang memang dimaksudkan oleh
pengirim tanda sebagai tanda. Dalam signal ada aspek repretentatifnya, ada denotasi
tertentu, berbeda dengan symptom yang tidak memiliki denotasi tertentu yang sengaja
diberikan. Pada situasi komunikasi, perhatian pertama ditujukan kepada signal,
namun dalam situasi demikian bisa juga muncul symptom-symptom yang tidak
disengaja. Menurut Aart van Zoest, justru terkadang symptom memiliki kekuatan
kebenaran yang lebih jika dibanding dengan signal, karena signal dapat berbohong,
sedangkan symptom tidak.
10
FERDINAND DE SAUSSURE
Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut
signifier atau penanda, dan gagasan-gagasan dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut
signified.
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim
makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek
bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan
interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai
“objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses
penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada
mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah,
menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan,
seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).
BAUDRILLARD
Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. Di mana peristiwa yang
tampil tidak mempunyai asal-usul yang jelas, tidak merujuk pada realitas yang
sudah ada, tidak mempunyai sumber otoritas yang diketahui. Konsekuensinya,
11
kata Baudrillard, kita hidup dalam apa yang disebutnya hiperrealitas (hyper-
reality). Segala sesuatu merupakan tiruan, tepatnya tiruan dari tiruan, dan yang
palsu tampaknya lebih nyata dari kenyataannya (Sobur, 2006).
Sebuah iklan menampilkan seorang pria lemah yang kemudian menenggak
sebutir pil multivitamin, seketika pria tersebut memiliki energi yang luar biasa,
mampu mengerek sebuah truk, tentu hanya ‘mengada-ada’. Karena, mana
mungkin hanya karena sebutir pil seseorang dapat berubah kuat luar biasa.
Padahal iklan tersebut hanya ingin menyampaikan pesan produk sebagai
multivitamin yang memberi asupan energi tambahan untuk beraktivitas sehari-
hari agar tidak mudah capek. Namun, cerita iklan dibuat ‘luar biasa’ agar
konsumen percaya. Inilah tipuan realitas atau hiperealitas yang merupakan hasil
konstruksi pembuat iklan. Barangkali kita masih teringat dengan pengalaman
masa kecil (entah sekarang masih ada atau sudah lenyap) di pasar-pasar
tradisional melihat atraksi seorang penjual obat yang memamerkan hiburan sulap
kemudian mendemokan khasiat obat di hadapan penonton? Padahal sesungguhnya
atraksi tersebut telah ‘direkayasa’ agar terlihat benar-benar manjur di hadapan
penonton dan penonton tertarik untuk beramai-ramai membeli obatnya.
2. Pengertian
Secara leksikal, semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia, sedangkan semiotika adalah
ilmu atau teori tentang lambang dan tanda (bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb);
atau semiologi adalah ilmu tentang semiotik.
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan
semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah
ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
12
Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotik biasanya
didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-
tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk
mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal
serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa
diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut
membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau
pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Semiotika
merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan
juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga
unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda
merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu
pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh
penggunanya sehingga disebut tanda. Semiotik, atau dalam istilah Barthes
semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan
(humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak
dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal
mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda.
Semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata Yunani
semion yang berarti tanda. Tanda bisa terdapat dimana-mana, misalnya : lampu
lalu lintas, bendera, karya sastra, bangunan dan lain-lain. Hal ini disebabkan
manusia adalah Homo Semioticus, yaitu manusia mencari arti pada barang-barang
dan gejala-gejala yang mengelilinginya.
Semiotika sebagai pendekatan meninjau karya adalah dengan melakukan
otokritik terhadap karya-karya yang dibuat. Unsur kritik dalam meninjau karya
adalah perian atau deskripsi, yaitu menyebutkan, mencatat dan melaporkan hal
yang tersaji secara langsung yang tampak melalui penglihatan mengenai wujud.
Unsur kedua adalah orakan atau analisis, yaitu menyatakan bagaimana suatu hal
13
yang disebutkan dalam perian tergambar atau tersusun, dengan menyatakan sifat,
kualitas dan elemen-elemen seni rupa (garis, warna, bidang, tekstur) bertalian
dengan yang telah diuraikan. Unsur ke tiga adalah tafsir atau interprestasi, yaitu
menyatakan atau mengutarakan makna dari hasil seni. Unsur yang ke empat atau
terakhir adalah menyatakan nilai atau mutu hasil seni. (lihat Feldman, 1967 dan
Garret, 1978)
Pendekatan semiotika merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan
mengontrol karya-karya yang dibuat karena Karya seni merupakan suatu tanda
yang diciptakan seniman yang dapat dibaca oleh penonton atau penerima tanda.
Komposisi merupakan salah satu aspek pokok pertama yang dilihat
penonton dalam karya seni, sebab dapat mengkomunikasikan visi seniman dalam
arti karya seninya kepada pengamat. Sebagai sebuah tanda, komposisi yang
merupakan penyusunan atau pengorganisasian dari unsur-unsur seperti tekstur,
garis, bidang dan sosok gumpal, yang disusun dalam satu kesatuan, akan
memberikan kesan yang berbeda-beda, misalnya stabil atau
dinamis. Garis merupakan tanda, secara qualisign (istilah dalam ilmu semiotik)
garis yang mendatar memperlihatkan ketenangan, kedamaian, bahkan
kematian. Garis vertikalsecara qualisign menggambarkan kekokohan, kestabilan,
kemegahan dan kekuatan. Garis diagonal menandakan tidak dalam keadaan
seimbang, sehingga menunjukkan gerakan, hidup dan dinamis. Garis yang
bengkok atau melengkung mengesankan sesuatu yang indah, lemas, lincah dan
meliuk. Garis yang dibuat zig-zag secara qualisign menyiratkan semangat dan
gairah. Garis horisontal juga menunjukkan tanda ikonis, karena mengingatkan
benda-benda yang di alam seperti cakrawala, pohon yang tumbang dan lain-lain.
Garis vertikal secara ikonis dapat diasosiasikan pokok pohon, dinding gedung dan
batu karang. Garis diagonal sebagai tanda ikonis bertautan dalam ingatan pada
pucuk-pucuk pohon yang di tiup angin, orang berlari dan kuda yang sedang
melonjak. Sedangkan garis bengkok atau melengung, berkaitan dengan gerak
ombak yang mengalun menuju pantai.
14
Seperti yang telah disebut di muka, warna merupakan qualisign, sifat
merah dapat dipakai sebagai tanda bahaya dan larangan. Selain itu, sifat merah
yang panas dapat dipakai untuk menunjukkan gairah, semangat dan cinta. Biru
secara qualisign memperlihatkan kedalaman dan ketenangan. Kuning menerang-
kan kehangatan dan keramahan. Putih mengesankan sesuatu yang terang, ringan
dan netal. Hitam secara qualisign menandakan suatu kedalaman, kekokohan dan
keabadian.
Sebagai tanda ikon, warna biru mengingatkan pada langit, warna putih
bertautan dengan awan, warna kuning mengingatkan pada bulan, warna mera
pada matahari dan bunga mawar, warna hitam pada batu.
Tekstur atau barik adalah nilai raba suatu permukaan, secara qualisign
tekstur memperlihatkan sifat keras, halus, lunak, kasar atau licin. Sebagai tanda
ikon, barik keras mengingatkan pada tekstur batu, barik halus dapat diasosiasikan
pada kapas, barik lunak bertautan ingatan pada helai bunga dan daun muda, barik
kasar berkaitan dengan ingatan pada kulit kayu dan pasir, barik licin
mengingatkan pada lumut.
Berdasarkan uraian di atas, karya-karya yang dibuat dengan kertas ini
merupakan tanda yang dapat dibaca sebagai berikut : Kertas yang selama ini
dikenal sebagai bahan atau alas untuk mengekspresikan seni di atas
permukaannya (karya seni grafis cetak dan gambar), fungsinya ingin diubah.
Kertas tersebut bukan untuk menumpahkan ekspresi di atas permukaannya
melalui pena, kuas, pinsil dan lain-lain, tetapi kertas itu sendiri ingin dihadirkan
secara utuh denga hasil akhir dalam dirinya sebagai media yang telah
mengandung nilai-nilai seni (paper art). (lihat Bahari, 1993 ; 1995)
Secara visual, bentuk-bentuk atau sosok gumpal yang dihadirkan dalam
karya adalah bentuk-bentuk yang bertekstur, bergelombang dan timbul seperti
relief. Hal ini melawan realitas atau pengalaman sehari-hari di mana kertas dalam
bentuk lembaran-lembaran adalah daftar sehingga dapat dipergunakan sebagai
15
alas menulis, menggambar dan mencetak. Dalam ilmu semiotik hal ini dapat
dikategorikan sinsign (singular sign).
Unsur garis pada karya kertas merupakan qualisign, garis vertikal dan
horisontal yang bersilang dalam karya menandakan kekokohan , kestabilan,
kekuatan dan ketenangan. Hal ini dimaksudkan sebagai unsur kontras untuk
mengimbangi sifat kacau dari tekstur, sehingga akan saling menonjolkan.
persilangan garis tidak ditempatkan tepat di tengah-tengah bidang karya
(porosnya), untuk menghindari kesan formil atau resmi dapat menghadirkan
masalah seperti memberikan perbandingan (proporsi) bidang-bidang sisi atas dan
bawahnya, di sisi kiri dan kanannya. pembagian tersebut, menimbulkan gaya
berat yang berbeda, mengakibatkan (munculnya) kesan dinamis pada karya (dan
sekaligus harmonis). Selain itu, kesan dinamis diperkuat dengan adanya garis
diagonal pada daerah pemusatan titik persimpangan hasil dari penempatan bidang
kertas yang lain di atas permukaan kertas pertama, masalah memperkuat tersebut
dapat digategorikan sebagai redundance. Unsur warna kertas merupakan
qualisign, warna-warna yang digunakan diperoleh secara alami untuk membuat
kertas, yaitu warna putih memperlihatkan sesuatu yang terang, ringan dan netral,
warna kuning gading menunjukkan kelembutan dan kehangatan, nada warna
kuning kecoklat-coklatan menandakan kerapuhan, kuno dan usang. Unsur tekstur
secara qualisign memperlihatkan ketidak beraturan, kasar, (tetapi juga lunak dan
lembut).
Elemen-elemen pada karya, seperti serat- serat yang panjang dan
pinggiran kertas merupakan unsur garis, garis dapat menjadi aktif seakan-akan
merupakan kekuatan yang bergerak dan garis dapat pula tak aktif seperti pada
batas semu antara dua sosok gumpal atau ruang, antara warna dengan warna.
Garis vertikal dan horisontal pada pinggiran kertas yang dibuat lurus
dimaksudkan untuk menghadirkan unsur yang teratur supaya mengimbangi sifat
kacau dari tekstur sebagai unsur kontras, sehingga akan saling menonjolkan.
16
Selain itu, kehadiran garis tersebut akan mengintegrasikan bagian yang belum
beraturan dalam bidang karya.
Warna-warna yang dipergunakan adalah warna-warna yang cenderung
diperoleh secara alami dari warna-warna bahan mentah pokok untuk membuat
kertas, yakni warna putih, krem, nada warna kuning kecoklat-coklatan dan lain-
lain, secara qualisign memberikan kesan netral dan lembut, supaya mengimbangi
sifat kacau dari tekstur sebagai unsur kontras, sehingga akan saling menonjolkan.
Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang
berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili
sesuatu yang lain.
Contohnya : asap bertanda adanya api
Secara Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang
memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
Pengertian yang paling singkat yang dikemukakan oleh Preminger
(2001:89). Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. “Ilmu ini menganggap
bahwa kejadian sosial di masyarakat dan kebudayaannya merupakan tanda-tanda.
1. Hubungan penalaran dengan jenis penandanya.
a. Qualism : Penanda yang bertalian dengan kualitas
b. Sin Sign : Penanda yang bertalian dengan kenyataan
c. Legisign : Penanda yang bertalian dengan kaidah
2. Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya
a. Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa
dengan bentuk objeknya
17
b. Index : sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai penanda yang
mengisyaratkan penandanya
c. Symbol : Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan dalam masayarakat.
3. Hubungan pikiran dengan jenis petandanya
a. Rheme or seme : Penanda yang bertalian dengan mungkin
terpahamnya objek petanda bagi penafsir
b. Dicent or Drcisign or Pheme : penanda yang menampilkan informasi
tentang petandanya.
c. Argument : penanda yang petandanaya akhir bukan suatu benda tetapi
kaidah
3. Macam-macam Semiotik
Ada 9 macam semiotik yang kita ketahui :
Semiotik Analitik
Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda
Semiotik Deskriptif
Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memeperhatikan sistem tanda
yang adapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap
seperti yang disaksiskan sekarang.
Semiotik Faunal (Zoo semiotic)
Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan
18
Semiotik Kultural
Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
Semiotik Naratif
Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam
narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)
Semiotik Natural
Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.
Semiotik Normatif
Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu
lalu lintas.
Semiotik Sosial
Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.
Semiotik Struktural
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yag dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
19
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Naskah drama yang digunakan berjudul “Sayang Ada Orang Lain”.
Berikut merupakan identitas naskah.
Judul : Sayang Ada Orang Lain
Pengarang : Utuy Tatang Sontani
Tahun : 1954
Naskah ini diperoleh dari hasil pembelajaran mata kuliah Apresiasi Drama
Indonesia pada semester ke dua. Naskah ini ditampilkan pula di depan kelas serta
diapresiasi pula dari segi pengarang. Naskah drama “Sayang Ada Orang Lain” ini
mengisahkan sebuah konflik keluarga, terutama konflik suami-istri. Tokoh Suami
istri tersebut bernama Sumint dan Mini. Konflik ini dipicu karena keadaan ekonomi.
Penghasilan Suminta sebagai seorang buruh tidak dapat menutupi keadaan ekonomi
keluarganya. Sehingga konflik keluarga pun timbul. Mini telah kepergok tengah
berselingkuh dengan lelaki lain di dalam sebuah mobil oleh Haji Salim tetangga
Suminta dan Mini sendiri. Dari sanalah konflik pun timbul hingga menimbulkan
perpisahan antara Suminta dan Mini.
Tabel Data
NO. NAMA DATA
1. HAMID: Lho aneh! Istrinya parlente, suaminya kaya gembel
HAMID: Beruntung sungguh beristrikan dia, tapi anehnya kau selalu
kelihatan lesu saja, seperti bagimu langit ini akan ambruk
20
2. HAMID: Engkau sih pesimis terus. Untungnya kau tidak, ya Mini!
SUMINTA: Bagaimana takkan lesu kalau gaji tidak cuklup (SUARANYA
MENGELUH)Coba pikir! Gaji buruh sekarang sudah tidak seimbang lagi
dengan harga-harga kebutuhan. Dengan yang kuterima sekarang
sesungguhnya kami Cuma bisa hidup sepuluh hari. Yang dua puluh hari lagi
mesti ditutup dengan meminjam, menghutang, menggadaikan, kalau perlu
menjual barang yang sudah ada dan keadaan ini sudah berbulan-bulan. Kian
lama hutang itu bukan...
3. SUMINTA: Lantas, mau apa? Gajiku memang tidak cukup!
PEREMPUAN TUA: Lho... tuan tak usah marah. Dan saya tidak perlu tahu
cukup tidaknya.....
4. SUMINTA: Ini dia setannya! (ia melepaskan cekikan dan menunjuk-nunjuk)
SUMINTA: Kau setam! Kau yang bikin gara-gara!
5. MINI: .....Aku akan pergi. Bukan karena ada tamu. Setadi juga aku sudah
mau pergi. (LALU IA MENDAPAT SUMINTA, DAN SAMBIL
MENSIUM DAHIS UMINTA) Aku pergi yaa ka.
HAMID: Duilah!...Seperti baru kawin saja kalian ini.
MINI: Bagi kami lima tahun kawin itu memang rasanya seperti baru lima
hari. (SAMBIL TERUS BERJALAN KELUAR)
6. SUMINTA: Biarlah dia dingin. Aku tidak mengharapkan kau membawa mie.
Aku mengharapkan kau membawa cerita yang terus terang
MINI: Cerita yang terus terang?
SUMINTA: Ya, cerita yang terus terang, yang tidak berputar-putar
......
SUMINTA: Kau lebih baik terus terang saja. Dengan berterus terang orang
bisa mengurangi dosa
7. MINI: Aku cinta padamu, kak. Aku tidak mau melihat kau terus-terusan
susah memikirkan kita berdua.
8. H. SALIM: Aku hampir-hampir tidak percaya pada kataku sendiri, Minta,
21
demi Alloh, aku hampir tidak percaya.
SUMINTA: Ada apa sih?
H. SALIM: Istrimu
SUMINTA: Mengapa? ... Celaka?...
H. SALIM: Bukan celaka. Tadi istrimu bilang mau kemana?
9. H. SALIM: Astagfirulloh! Kau tidak percaya? Buat apa aku sembahyang tiap waktu? Kalau aku bicara dusta, kau Kira aku ini si Hamid, tetangga kita yang sudahkufur itu? Coba kau......
H. SALIM: Sampai jadi aku yang istigfar, Minta! Kau Kira menghapuskan
diri itu apa? Aku
sudah lama mendengarkan di luar. .....Seolah-olah dunia ini sudah kiamat
saja. Setelah istrimu berdosa, kau pula mau bunuh diri? Kau kira bunuh diri
itu kau tidak lebih berdosa, tidak lebih bejat akhlak dari istrimu.
10
.
TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI
BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG
KOSONG, IA MELONGO LALU...
11
.
HAMID: Salahmu juga sih!! Kan aku sudah beberapa kali menganjurkan
supaya kau mengubah cara berpikir. Coba kau berpikir reel, berpikir secara
dialektis. Kau kira kau pesimis lantaran gaji tidak cukup? Tidak! Itu tidak
benar justru lantaran gaji tidak cukup, kau mesti berusaha menggunakan
segala kesempatan, supaya kau bisa membangun rumah tangga yang kuat.
Supaya setelah mempunyai rumah tangga yang kuat pikiranmu jadi sehat,
tidak diganggu oleh kekurangan.
12
.
HAMID: ....Dengan berpikir demikian kau tidak akan melihat, bahwa sesuatu
perbutan untuk mengubah keadaan itu salah atau benar. Tapi kau akan
menganggap bahwa perbuatan itu suatu kemestian, kemestian untuk hidup
tidak kekurangan, supaya pikiran-pikiran jahat tidak timbul. Mengerti
kan?......
13 H. SALIM: .... Tapi bagiku, orang tidak mengakui adanya Tuhan itu adalah
22
. orang murtad, orang yang sudah bejat akhlak, bejat iman, bejat segala-
galanya. Dan sekarang kebejatan akhlaknya itu dugunakannya sebagai modal
untuk menjual istri orang.
14
.
H. SALIM: Itu dia! Dasar manusia kufur! Tidak terpikir olehmu sekarang
betapa jahatnya kawanmu itu! Aku memang sudah lama tidak percaya
kepadanya, Minta coba kau pikr! Dimana-mana dia selalu mengejek oranya
yang percaya kepada Tuhan. Katakanlah dia menganut paham isme ini isme
itu. Tapi bagiku, orang tidak mengakui adanya Tuhan itu adalah orang
murtad, orang yang sudah bejat akhlak, bejat iman, bejat segala-galanya.
Dan sekarang kebejatan akhlaknya itu dugunakannya sebagai modal untuk
menjual istri orang
15
.
(DENGAN TERGOPOH-GOPOH HAJI SALIM DAN HAMID ITU
DATANG LAGI, DAN MEREKA DATANG DENGAN DIIRINGKAN
SEORANG LAKI-LAKI MASIH MUDA BERMATA SERIGALA)
16
.
LELAKI B. S: Apa ini semua?....ribut-ribut perkara tai kebo!
LELAKI B. S: Memang apa perlunya? Di dunia ini tidak apa-apa, tapi orang
goblok maunya ribut-ribut
17
.
H. SALIM: Nanti dulu! Jangan pergi dulu, persoalan ini belum selesai dan
beres.
LELAKI B. S: Apa itu soal? (SAMBIL MELANGKAH PERGI KIE
LUAR). Kau kira kai ini apa menganggap di dunia ada soal yang mesti
dibereskan? Cih, kebo semua!
18
.
DI RUMAH SUMINTA DI KOTA JAKARTA/ DI RUANG TENGAH
YANG SEMPIT DIALATI OLEH PERABOTAN YANG SERBA REYOD.
LAGI-LAGI NAMPAK SUASANA MURAM DAN SEPI SEOLAH-
OLAH DI SANA TAK PERNAH ADA MAKHLUK BERNYAWA. TIBA-
TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI
BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG
23
KOSONG, IA MELONGO LALU...
19
.
HAMID: Terlalu!... sungguh terlalu Mang Haji ini. Soal tek-tek bengek
dibesar-besarkan, Minta.. (MINTA MUNCUL DARI KAMAR) brgini,
inilah kelakuan Mang Haji. Maunya menghasut, terus menghasut. Sampai-
sampai ia sekarang orang lain ke sini
LELAKI B. S: Istri orang lain? Apa itu istri? Dan apa itu orang lain? Saya
hanya tahu ada perempuan makanan saya.
20
.
TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI
BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG
KOSONG, IA MELONGO LALU...
24
B. Pembahasan
1. Analisis Aspek Sintaksis
1. Skema Aktan Greimas dari naskah drama “Sayang Ada Orang Lain”
Penjelasan:
Suminta dan Mini adalah sepasang suami istri yang hidup serba
berkecukupan, bahkan nyaris serba kekurangan. Suminta hanyalah seorang
buruh. Penghasilan Suminta sebagai seorang buruh tidak dapat menutupi
keadaan ekonomi keluarganya. Penghasilan Suminta dalam satu bulan hanya
mampu untuk membiayai kehidupan selama sepuluh hari, sedangkan untuk sisa
dua puluh harinya lagi Suminta dan Mini meminjam sana-sini sehinggahutang
mereka menumpuk. Pada suatu hari Minggu pagi, Mini berniat untuk pergi
keluar. Ia mengatakan kepada Suminta untuk pergi ke rumah kerabatnya.
Tetapi, apa yang terjadi? Haji Salim tetangga Suminta melihat Mini sedang
25
PENGIRIM
Status istri
Menjaga
keutuhan
keluarga
è OBJEK
Mini
è PENERIMA
Suminta
(pergi
meninggalkan
Mini)
é
PENOLONG
Haji Salim
è SUBJEK
Suminta
ç PENENTANG/
PENGHAMBAT
Keadaan
ekonomi
Hamid
Lelaki bermata
serigala
diciumi oleh laki-laki lain di dalam mobil. Di dalam mobil tersebut ada pula
Hamid tetangga Suminta dan Mini pula. Hamid bertugas sebagai mucikari yang
menghubungkan Mini dengan Lelaki Bermata Serigala. Mini dipekerjakan
sebagai wanita panggilan. Mini melakukan itu demi kehidupan ekonomi
keluarganya. Suminta sangat marah besar ketika menegtahui Mini telah
membohongi dirinya. Ia tidak dapat ,menyangka keadaan ekonomi keluarganya
telah membuat Mini berani melakukan perbuatan jinah tersebut. Suminta pun
merasa kaget bahwa Hamid lah yang membuat istrinya mau melakukan
pekerjaan hina tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi antara Suminta dan
Mini, hingga pada akhirnya Mini berniat untuk oeri meninggalkan Suminta dan
rumah kecil mereka, tetapi Suminta melarangnya, karena Sminta lah yang akan
pergi meninggalkan Mini. Suminta dan Mini pun akhirnya berpisah. Mini
sangat sedih ketika Suminta meninggalkan dirinya. Ia sangat terpukul oleh
keadaan tersebut.
2. Tabel Model Fugsional dari naskah drama ”Sayang Ada Orang Lain”
SITUASI AWAL
TRANSFORMASI SITUASI AKHIRTAHAP
AWALTAHAP UTAMA
TAHAP KEBERHASILAN
Mini meminta izin kepada Suminta untuk pergi meminjam uang ke rumah kerabatnya.
Haji Salim melihat Mini diciumi laki-laki lain d dalam mobil. Di dalam mobil tersebut ada pula Hamid. Haji Salim pun memberika informasi tersebut kepada Suminta.
Ketika Mini pulang Suminta pun langsung memarahi Mini untuk jujur apa yang telah dilakukan Mini sedari tadi pergi.
Suminta dan Mini bertengkar hebat. Sehingga Mini berniat untuk pergi meningalkan rumah, tetapi Suminta melarangnya, karena Sumint lah yang akn pergi meninggalkan Mini.
Suminta pergi meninggalkan Mini sendirian. Mini sangat sedih atas kepergian Suminta.
26
2. Analisis Aspek Semantik
1. Analisis Tokoh dan Penokohan
Dalam naskah drama Sayang Ada Orang Lain karya Utuy Tatang
Sontani ini terdapat beberapa tokoh dan karakter yang berbeda pula, tokoh-
tokoh tersebut adalah:
Suminta, suami Mini
Pendeskripsian tokoh Suminta pada naskah ini cukup sederhana,
hal ini dilakukan oleh pengarang. Secara fisik tidak ada keterangan
bagaimana sosok Suminta, tetapi dari segi penampilan ada keterangan ia
memiliki penampilan seperti gembel dan selalu terlihat lesu, seperti yang
ada pada percakapan berikut ini
Tabel nomor 1Karakter dari Suminta adalah sosok laki-laki yang pesimis, kurang
bersemangat dan selalu mengeluh terhadap keadaan ekonomi keluarganya,
seperti yang ada pada percakapan berikut ini
Tabel nomor 2Selain itu, Suminta juga memiliki sikap pemarah, ia sensitif
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan uang atau mebayar hutang, hal ini
dikarenakan penghasilan Suminta yang kurang memadai, seperti yang
terlihat pada naskah berikut
Tabel nomor 3Sikap pemarah Suminta dapat terlihat pada saat ia mengetahui bahwa
Hamid lah yang mengajak Mini istrinya untuk bekerja menjadi wanita
panggilan.
Tabel nomor 4Tetapi, Suminta sangat baik terhadap istrinya, ia mencoba
memaafkan istrinya saat ia mengetahui istrinya berani selingkuh dengan
laki-laki lain. Bahkan ia tak rela istrinya yang pergi, sehingga ia yang
memutuskan untuk pergi meninggalkan Mini dan rumah mereka.
27
Mini, istri Suminta
Mini secara fisik tak digambarkan oleh si pegarang pada naskah
ini, ia lebih diceritakan secara perilaku. Mini memiliki sikap seorang istri
yang sangat penurut, ia bersikap optimis, ia sangat mencintai suaminya
Suminta, sehingga ia rela melakukan apa saja demi membahagiakan
kehidupan ia dan suaminya. Seperti pada penggalan naskah berikut
Tabel nomor 5Mini juga memiliki sifat pembohong, ia berselingkuh dengan laki-laki lain
demi mendapat uang.
Tabel nomor 6Mini tidak ingin melihat keluarganya terus-terusan susah, sehinga ia rela
melakukan apa pun
Tabel nomor 7Haji Salim, tetangga Suminta dan Mini
Secara fisik Haji Salim digambarkan sebagai sosol lelalki tua
berbadan kurus. Hal ini dideskripsikan pada di awal naskah pada saat
perkenalan para pelaku.
Haji Salim: seorang lelaki tua berbadan kurus
Dari segi karakter Haji Salim memiliki sosok yang sangat peduli
terhadap tetangganya.
Tabel nomor 8
Haji Salim juga sosok lelaki yang sangat taat pada agama. Ia rajin
beribadah dan sangat peduli terhadap urusan agama. No.
Tabel nomor 9 Hamid, tetangga Suminta dan Mini
Hamid dari segi fisik digambarkan oleh pengarang merupakan
sosok lelaki berbadan gemuk. Hal ini di jelaskan pada awal naskah drama
pada saat pengenalan para tokoh selain itu dijelaskan pada prolog darama
juga.
Tabel nomor 10Karakter atau penokohan yang dideskripsikan terhadap diri Hamid
adalah Hamid seorang tetangga yang memberi semangat kepada Suminta,
karena Hamid selalu berpikir optimis.
28
Tabel nomor 11
Hamid selalu berpikir ke depan, bagaiman ia mesti mengubah suatu
keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik, tetapi ia selalu
menggunakan segala kesempatan, tidak ada lagi penilaian salah atau
benar. Selain itu, hamid pun berani menjual Mini, istri Suminta.
Tabel nomor 12Tabel nomor 13
Hamid juga dikatakan menganut paham atheisme, atau tidak mengaku
adanya Tuhan.
Tabel nomor 14Laki-laki bermata serigalaSesuai dengan namany, dari segi fisik laki-laki ini hanya diceritakan
memiliki mata seperti serigala. Ia pun digambarkan sebagai sosok lelaki
muda. Seperti yang ada pada keterangan berikut ini:
Tabel nomor 15Karakter yang ia miliki adalah selalu berkata kasar
Tabel nomor 16Bahkan Lelaki Bermata seriagal ini pun tak mau tau mengenai masalah
yang ada pada keluarga Suminta, ia sangat acuh.
Tabel nomor 17Dari semua tokoh tersebut ada pula beberapa tokoh yang muncul pada
naskah ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah:
Sum, penjual perhiasan
Tukang minyak
Perempuan tua pembawa bakul
2. Analisis Latar
Latar yang digunakan pada naskah ini adalah rumah Suminta di
kota Jakarta tepatnya di ruang tengah pada rumah tersebut. Disertai cuaca
pada siang hari dengan suasana yang muram dan sepi. Hal tersebut sesuai
dengan prolog yang ada pada naskah
Tabel nomor 18
29
3. Analisis Aspek Pragmatik
Bahasa yang digunakan dalam percakapan ini adalah Bahasa
Indonesia sehari-hari hal ini dapat dilihat pada percakapan yang ada pada saat
itu, meskipun terkadang ditemukan susunan yang kurang tepat atau tidak enak
didengar oleh telinga kita, bahkan sulit untuk dimengerti. Seperti yang ada pada
percakapan berikut ini. Naskah ini menggunakan susunan kalimat aktif dan
menunjukkan
Tabel nomor 19
4. Analisis Aspek Gagasan dan Simbolisasi
Karya sastra merupakan sebuah media yang dapat menimbulkan
sebuah gagasan yang dituangkan dalam sebuah simbol-simbol yang
membutuhkan penafsiran yang berbeda dari sebenarnya. Seperti yang ada
pada naskah drama ini, antara lain:
Keadaan manusia sekarang yang menghalalkan segala cara
Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam persepsi yang timbul
pada dewasa ini. Banyak sekali orang yang ingin kaya mendadak dengan
cara yang instan, mereka menghalalkan segala cara agar menjadi kaya dan
dapat bertahan hidup. Bahkan tak sedikit dari mereka yang siap
mempertaruhkan harga diri dan kehormatan mereka. Betapa mirisnya
ketika beberapa segelintir kaum wanita memperjualbelikan harga diri dan
kehormatan mereka demi mempertahankan kehidupan mereka atu
meningkatkan keadaan ekonomi mereka. Hal ini seperti yang dilakukan
oleh Hamid kepada Mini istri Suminta. Hamid mempengaruhi Mini agar
mau menghalakan segala cara agar memperbaiki rumah tangganya. Seperti
pada Tabel nomor 11, 12, 13 dan 14
Sungguh menyakitkan melihat keadaan wanita sekarang yang
sudah tidak lagi menjungnjung tinggi harga diri dan kehormatan mereka.
Harga diri dan kehormatan para wanita mulai dijajakan di sekitar kita,
30
seperti halnya makanan yang diperjualbelikan oleh para pedagang.
Sungguh miris melihat keadaan wanita-wanita pada saat itu hingga
merajalela hingga saat ini. Kebudayaan buruk tersebut terus berkembang.
Paham atheisme yang mulai mempengaruhi orang-orang saat ini
Paham atheisme mulai mempengaruhi orang-orang pada saat itu.
Seperti timbulnya paham komunis hingga muncul sebuat partai menganut
paham komunis, yaitu PKI Partai Komunis Indonesia. Hal tersebut dapat
terlihat pada percakapan yang ada di dalam naskah ini.
Tabel nomo 13 dan 14.
Hal tersebut sungguh merusak keaadan akhlak manusia sekarang.
Meskipun pada dasarnya PKI mulai bekembang pada tahun 1965 hingga
terjadi sebuah peristiwa yang sungguh mengecawakan kita semua,
peristiwa tersebut bernama G30S/PKI. Hal tersebut sungguh menyayat
hati. PKI adalah Partai Komunis Indonesia partai politik di Indonesai yang
berideologi komunis. Dalam sejarah PKI pernah berusaha melakukan
pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda 1926,
mendalangipemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948, serta dituduh
telah membunuh enam jenderal TNI AD di Jakartapada 30 September
1965 yang dikenal dengan peristiwa G30S/PKI. Bisa dibayangkan pada
saat itu PKI sedang hangat-hangatnya diperbincangkan bahkan dianut
meneganai ideologinya, seperti yang dilakukan oleh Hamid pada saat itu.
Penulis membuat naskah ini pada tahun 1954, bisa diartikan pada saat itu
penulis menggambarkan Hamid sebagai sosok yang menganut atheisme,
paham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Masa-masa dimana paham
PKI sedang menjadi-jadi.
31
Manusia yang istiqomah dan tetap taat pada agama
Seseorang yang sangat patuh terhadap agama yang ia anut.
Istiqomah suatu keadaan yang tetap berada di jalan Allah Swt. Jalan
kebenaran yang selalu dilewatinya. Hal tersebut dapat dicerminkan oleh
tokoh Haji Salim yang tetap rajin sholat hingga ia berani menolong
tetangganya Suminta dari kebohongan yang dilakuakan oleh istrinya,
Mini. Haji Salim merupakan sosok yang berkebalikan dari Hamid yang
tidak mengakui adanya Tuhan. Haji Salim merupakan sosok manusi yang
sangat taat terhadap agamanya. Hal ini sesuai dengan naskah.
Tabel nomor 9
Haji Salim rajin bersembahyang, ia tetap taat terhadap kepercayaan
yang ia anut, meskipun lingkungan sekitarnya terdapat Hamid,
tetangganya yang ia sebut sebagai manusia murtad. Haji Salim merupakan
sosok yang tetap taat dengan agama yang ia anut, meskipun dunia sudah
mulah bejat bahkan akhlak orng-orang sekarang sudah bejat pula.
Tabel nomor 14
Kehidupan Haji Salim sudah sepatutnya diikuti oleh kita semua. Ia
tetap pada pendiriannya, ia tetap memegang keyakinan yang ia yakini. Hal
tersebut berbeda dengan Suminta yang kurang istiqomah, ia mudah
terpengaruh oleh hasutan Hamid mengenai tak perlu memperdulikan
kembali benar atau salah dalam berbuat.
Tabel nomor 12
32
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Secara leksikal, semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia, sedangkan semiotika adalah
ilmu atau teori tentang lambang dan tanda (bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb);
atau semiologi adalah ilmu tentang semiotik.
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik
lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion
yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang
mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara
umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotik biasanya didefinisikan
sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-
simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan
informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory
[semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang
kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara
sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan
perilaku manusia.
Analisis mengunakan semiotik, dibagi menjadi analisi sintaksis, analisis
semantik, analisis prargmatik, dan analisis gagasan dan simbolisasi. Semiótica lebih
mengandalkan terhadap tanda-tanda yang muncul pada nazca tersebut. Seperti hal nya
nama tokoh HajiSalim, tokoh tersebut mencirikan seseorang yang sudah naik ají dan
sangat taat terhadap keyakinan yang ia anut.
33
B. Saran
Analisis terhadap naskah drama ini diharapkan agar membantu kawan-
kawan yang lain agar lebih memahami mengenai kajian drama mengunakan
pendekatan semiotik. Diharapkan juga agar lebih menyenagi terhadap dunia seni
drama
34