Makalah Seminar Kerja Praktek PENGOLAHAN DATA · PDF fileINDOSAT, Tbk SEMARANG ... teknologi,...
Transcript of Makalah Seminar Kerja Praktek PENGOLAHAN DATA · PDF fileINDOSAT, Tbk SEMARANG ... teknologi,...
Makalah Seminar Kerja Praktek
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE
PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG
Heri Setio Jatmiko (L2F 009 051), Ajub Ajulian Zahra M, ST. MT (197107191998022001)
Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055
ABSTRAK
Berkembang pesatnya GSM ( Global System for Mobile Technology ) di negara Eropa membawa
dampak bagi seluruh dunia termasuk Indonesia. Sekarang ini GSM sudah digunakan lebih dari milyaran
pelanggan. Untuk mengimbangi perkembangan GSM yang semakin meningkat maka Operator seluler
bersaing dengan berbagai cara, salah satu faktor kompetitif yang khas adalah jaringan dan kualitas
layanan. Kualitas dapat diukur secara obyektif dengan Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur
karakteristik tertentu dari layanan dengan menggunakan rumus dan data yang dikumpulkan dari kondisi
jaringan yang ada di lapangan.
Call Setup Success Rate (CSSR) adalah salah satu indikator kinerja utama (KPI) yang digunakan
oleh operator jaringan untuk menilai kinerja jaringan mereka. Hal ini diasumsikan memiliki pengaruh
langsung terhadap kepuasan pelanggan dengan layanan yang disediakan oleh jaringan dan operatornya.
Menurut standar ITU-T (International Telecommunication Union – Telecommunications), nilai CSSR yang
ideal harus mencapai >95%.
Kata Kunci : GSM, KPI, CSSR
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era modern, teknologi dan ilmu
pengetahuan berkembang begitu pesat. Dunia
telekomunikasi sekarang ini bisa juga dikatakan
sebagai bidang yang mengalami kemajuan paling
pesat. Pada masa dahulu berkomunikasi dengan
seseorang yang berada di tempat yang jauh sangat
sulit dijangkau tetapi semuanya terasa mudah dan
cepat dengan adanya perkembangan teknologi
telekomunikasi.
Karena pesatnya kemajuan teknologi
telekomunikasi maka akan diimbangi oleh
banyaknya pengguna jasa GSM. Hal ini
diwujudkan dengan semakin banyaknya operator
penyedia layanan yang berlomba-lomba
meningkatkan kehandalannya baik dalam segi
teknologi, aplikasi jaringan maupun manajemen
pemasarannya. Kehandalan jaringan juga
merupakan masalah penting yang harus benar-
benar dijaga kualitasnya karena berpengaruh
terhadap unjuk kerja jaringan. Unjuk kerja
jaringan yang kehandalannya kurang bagus dapat
menyebabkan permasalahan komunikasi pada
jaringan GSM.
Oleh karena itu diperlukan optimalisasi
jaringan radio yang bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas, kualitas dan performa infrastruktur
jaringan tersebut. Optimalisasi jaringan radio
dapat dilakukan salah satunya dengan Drive Test.
Drive Test (DT) bertujuan untuk mengumpulkan
informasi jaringan secara real di lapangan.
Informasi yg dikumpulkan merupakan kondisi
aktual radio frequency (RF) di suatu base
transceiver station (BTS) maupun dalam lingkup
base station subsystem (BSS).
Salah satu parameter kualitas jaringan
yang perlu diperhatikan yaitu Call Setup Success
Rate (CSSR). Call Setup Success Rate (CSSR)
merupakan persentase tingkat keberhasilan
pembangunan hubungan dengan ketersediaan
kanal suara (biasanya ditentukan nilai standarnya
agar mencapai > 95%).
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan Kerja Praktek di Base Station
System (BSS) PT. Indosat, Tbk adalah:
1. Mengkaitkan antara ilmu pengetahuan
yang diperoleh dibangku perkuliahan
dengan pengetahuan dan teknologi
yang diperoleh di perusahaan.
2. Membantu memberikan pembekalan
dan keterampilan kepada setiap
mahasiswa tentang kondisi yang
terdapat di lapangan.
3. Mampu memahami dan menganalisa
parameter kualitas jaringan GSM
khususnya Call Setup Success Rate
(CSSR).
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan ini terdapat pembatasan-
pembatasan masalah yang terkait dengan kerja
praktek yang dilakukan. Adapun pembatasan
masalahnya sebagai berikut:
1. Pembahasan GSM tidak dilakukan
secara mendetail, namun hanya
sebatas pengenalan arsitektur GSM.
2. Parameter kualitas jaringan GSM
yang dibahas hanya Call Setup
Success Rate (CSSR).
2. GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE
COMMUNICATION (GSM)
2.1 Sejarah dan Perkembangan GSM
Sejarah dan Perkembangan GSM dimulai
pada tahun 80-an yaitu ketika teknologi seluler
banyak digunakan, tetapi saat itu teknologi masih
analog, seperti AMPS, TACS, dan NMT. Karena
teknologi yang digunakan analog, maka beberapa
sistem yang dikembangkan di beberapa negara
yang berbeda tidak saling kompatibel satu dengan
yang lainnya, sehingga mobilitas user sangat
terbatas pada suatu area sistem teknologi tertentu
saja.
Untuk itu maka pada tahun 1982, negara –
negara Eropa membentuk sebuah organisasi
bertujuan untuk menentukan standard-standard
telekomunikasi mobile yang dapat digunakan di
semua Negara Eropa. Organisasi ini diberi nama
Group Speciale Mobile (GSM). Latar belakang
pembentukan organisasi ini adalah keadaan tiap-
tiap negara pada saat itu yang masih
menggunakan sistem telekomunikasi wireless
analog yang tidak kompatible untuk akses antar
Negara, sehingga tidak memungkinkan dilakukan
roaming antar negara. Organisasi ini kemudian
menghasilkan standard-standard telekomunikasi
bergerak yang kemudian dikenal dengan GSM
(Global System for Mobile communication). GSM
sendiri mulai diimplementasikan di negara eropa
pada awal tahun 1990-an. Pemakaian GSM
kemudian meluas ke Asia dan benua Amerika.
Pada saat ini GSM merupakan teknologi
komunikasi bergerak yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia.
2.2 Arsitektur Jaringan GSM
Secara umum, network element dalam
arsitektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi :
1. Mobile Station (MS)
2. Base Station Sub-system (BSS)
3. Network Sub-System (NSS)
4. Operation and Support System (OSS)
Secara bersama-sama, keseluruhan
network element di atas akan membentuk sebuah
PLMN (Public Land Mobile Network).
Gambar 1 Arsitektur GSM
2.2.1 Mobile Station (MS)
Mobile Station (MS) adalah sebuah
perangkat yang digunakan oleh suatu pelanggan
untuk melakukan panggilan maupun sms. Secara
umum sebuah Mobile Station terdiri dari :
1. Mobile Equipment (ME) atau handset
2. Subscriber Identity Module (SIM) atau
Sim card
2.2.1.1 Mobile Equipment (ME) atau
handset
ME adalah suatu perangkat GSM
yang berada di sisi pelanggan yang memiliki
fungsi sebagai terminal transceiver (pengirim
dan penerima sinyal) untuk berkomunikasi
dengan perangkat GSM lainnya. Secara
international, ME diidentifikasi dengan IMEI
(International Mobile Equipment Identity).
IMEI (International Moblie Equipment
Identity) adalah nomor identitas khusus tiap
ponsel GSM berupa deretan angka sepanjang
15 digit. IMEI dapat dimunculkan dilayar
ponsel dengan menekan tombol *#06#. Data
IMEI ini disimpan oleh EIR (Equipment
Identity Register) untuk keperluan
authentikasi.
2.2.1.2 Subscriber Identity Module (SIM)
atau Sim card
Subscriber Identity Module (SIM)
adalah sebuah smart card yang berisi seluruh
informasi pelanggan dan beberapa informasi
service yang dimilikinya. Mobile Equipment
(ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM
card di dalamnya, kecuali untuk panggilan
emergency (SOS) dapat dilakukan tanpa
menggunakan SIM card.
2.2.2 Base Station Sub-System (BSS)
Semua fungsi hubungan radio
dikonsentrasikan pada BSS. BSS bertanggung
jawab untuk pembangunan dan pemeliharaan
hubungan ke MS. BSS mengalokasikan kanal
radio untuk suara dan pesan data, membangun
hubungan radio, dan melayani sebagai relay
station antara MS dan MSC. Secara umum,
Base Station Sub-system terdiri dari dua atau
tiga bagian tergantung dari bagaimana fungsi
tersebut digunakan yaitu TRC (Transcoder
Controller), BTS (Base Transceiver Station)
dan BSC (Base Station Controller).
2.2.2.1 Transcoder Controller ( TRC )
TRC menjalankan pengadaptasian
kecepatan dari informasi. Fungsi tersebut
dapat juga diletakkan di beberapa titik
hubungan hardware yang terpisah atau
bersama-sama dengan BSC di titik hubungan
BSC / TRC. Kecepatan bit per-kanal
dikonversi dari 64 kbps menjadi 16 kbps.
2.2.2.2 BTS (Base Transceiver Station)
BTS adalah perangkat GSM yang
berhubungan langsung dengan MS. BTS
berhubungan dengan MS melalui air
interface atau disebut juga Um Inteface. BTS
berfungsi sebagai pengirim dan penerima (
transceiver ) sinyal komunikasi dari/ke MS
yang menyediakan radio interface antara MS
dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai
transceiver, maka bentuk fisik sebuah BTS
adalah tower dengan dilengkapi antena
sebagai transceiver.
2.2.2.3 BSC ( Base Station Controller )
BSC adalah perangkat yang
mengontrol kerja BTS-BTS yang secara hiraki
berada di bawahnya. BSC merupakan
interface yang menghubungkan antara BTS
(komunikasi menggunakan A-bis interface)
dan MSC (komunikasi menggunakan A
interface).
2.2.3 Network Switching Subsystem (NSS)
2.2.3.1 Mobile Switching Center (MSC)
MSC adalah network element
central dalam sebuah jaringan GSM. Semua
hubungan (voice call/transfer data) yang
dilakukan oleh mobile subscriber selalu
menggunakan MSC sebagai pusat
pembangunan hubungannya.
2.2.3.2 Home Location Register (HLR)
HLR adalah network element yang
berfungsi sebagai sebuah database untuk
penyimpan semua data dan informasi
mengenai pelanggan yang tersimpan secara
permanen, dalam arti tidak tergantung pada
posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai
pusat informasi pelanggan yang setiap waktu
akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi
terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR
selalu berhubungan dengan HLR dan
memberikan informasi posisi terakhir dimana
pelanggan berada. Informasi lokasi ini akan
diupdate apabila pelanggan berpindah dan
memasuki coverage area suatu MSC yang
baru.
2.2.3.3 Visitor Location Register (VLR)
VLR adalah network element yang
berfungsi sebagai sebuah database yang
menyimpan data dan informasi pelanggan,
dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu
area yang bernaung dalam wilayah MSC.
2.2.3.4 Authentication Center (AuC)
AuC menyediakan parameter-
parameter authentikasi pelanggan untuk
mengakses jaringan GSM dan encryption
yang memeriksa identitas pemakai dan
memastikan kemantapan dari setiap call.
2.2.3.5 Equipment Identity Registration
(EIR)
EIR memuat data-data peralatan
pelanggan (Mobile Equipment) yang
diidentifikasikan dengan IMEI (International
Mobile equipment Identity).
2.2.4 Operation and Support System (OSS)
Operation and Support System (OSS)
sering juga disebut dengan OMC (Operation
and Maintenance Center adalah sub system
jaringan GSM yang berfungsi sebagai pusat
pengendalian dan maintenance perangkat
(network element) GSM yang terhubung
dengannya.
Interface pada Jaringan GSM :
Gambar 2 Interface Jaringan GSM
Ada empat antar-muka ( interface )
utama yang ada pada jaringan GSM yang
digunakan untuk informasi trafik dan pensinyalan.
Interface tersebut adalah A-Interface, A-ter
Interface, A-bis Interface, dan Air Interface. A-
Interface menghubungkan jalur informasi antara
MSC / VLR dengan TRC, A-ter Interface antara
TRC dengan BSC, A-bis Interface mengirim
informasi antara BSC dan BTS, sementara Air
Interface beroperasi antara BTS dan MS.
3. CALL SETUP SUCCESS RATE
(CSSR)
3.1 Key Performance Indicators Parameter
KPI menjadi acuan kehandalan dari suatu
jaringan GSM secara keseluruhan. Ada tiga
parameter Key Performance Indikator (KPI) yaitu
Accessibility (berkaitan dengan CSSR),
Retainability ( berkaitan dengan CDR ), Mobility
(berkaitan dengan HOSR). Ketiga parameter
tersebut menjadi acuan dalam meningkatkan
performansi jaringan telekomunikasi. Menurut
standar ITU-T (International Telecommunication
Union – Telecommunications), nilai CSSR harus
mencapai >95%, nilai CDR harus mencapai < 5%,
dan nilai HOSR harus mencapai >95%.
3.2 Call Setup Success Rate (CSSR)
Dalam telekomunikasi, CSSR adalah nilai
yang digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan jaringan dalam memberikan
pelayanan baik berupa voice call, video call
maupun SMS, dengan kata lain membuka jalan
untuk komunikasi dan terkadang karena berbagai
alasan, tidak semua upaya untuk melakukan
panggilan (Call Attempt) dapat terkoneksi ke
nomor yang dituju. Saat hendak melakukan
panggilan, call attempt memanggil prosedur call
setup dan jika berhasil maka panggilan akan
terhubung.
Keberhasilan call setup terdiri dari dua
prosedur yaitu [4] :
Prosedur pertama adalah prosedur
penugasan untuk membuat koneksi sinyal
antara mobile station (MS) dan jaringan.
Hal ini hanya dapat terjadi saat MS
mengirimkan sebuah permintaan kanal
pesan ke BTS yang membutuhkan saluran
sinyal (SDCCH). Kemudian terjadi proses
signaling antara MS dan jaringan untuk
mengaktifkan saluran sinyal dan
menerima layanan yang diminta oleh MS.
Keberhasilan untuk menduduki SDCCH
diakui dengan mengirimkan pesan dari
MS ke BTS dan kemudian ke BSC.
Selanjutnya terjadi koordinasi prosedur
(otentikasi, penyandian, dll) yang
dilakukan SDCCH.
Prosedur kedua adalah prosedur
penugasan untuk menempati sumber daya
radio (kanal suara). MSC adalah inisiator
dari prosedur ini. MSC mengirimkan
pesan penugasan ke BSC untuk sumber
daya radio (Radio Resource). Kemudian
terjadi proses signaling antara BTS dan
BSC untuk mengalokasikan dan
mengaktifkan sumber radio yang cocok
(Traffic channel - TCH). Jika TCH
tersebut berhasil diduduki oleh MS maka
BSC mengirimkan pesan assignment
complete.
Gambar 3 Diagram alir call setup pada GSM
Melalui perhitungan nilai CSSR tersebut
maka akan dapat diketahui seberapa handal
jaringan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Perhitungan CSSR menggunakan
rumusan sebagai berikut :
3.3 Pengambilan dan Pengolahan data
Dalam pembuatan laporan CSSR
performance, pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi yang sudah tersedia di PT.
Indosat, Tbk. Aplikasi tersebut bernama Aplikasi
“Servo Analytic”. Aplikasi Servo Analytic adalah
aplikasi yang digunakan untuk mengambil data
CSSR performance pada BSC. Data diambil
selama satu bulan dari tanggal 1 September 2012
– 29 September 2012 di BTS Adipala 1, Adipala
2, Adipala 3 dengan menggunakan aplikasi Servo
Analytic.
Setelah diperoleh data dari aplikasi Servo
Analytic maka dapat dilakukan pengolahan data.
Dari data tersebut diolah sedemikian rupa
sehingga didapatkan data yang dikemas menjadi
sebuah report seperti gambar berikut:
Call attempt – block call
CSSR % = x 100%
Call attempt
Gambar 4 Tampilan Performance Report di BTS
Adipala
3.4 Analisa Data
Setelah dilakukan pengolahan data dan
tersedia performance report seperti pada Gambar
4 maka dapat dilihat CSSR performance. Pada
report diatas terlihat bahwa data CSSR pada
tanggal 2 sampai 4 September 2012 di BTS
Adipala 1 dengan Cell Id (CI) 27001 terjadi
penurunan performansi sehingga perlu dilakukan
analisis data untuk mengetahui penyebab turunnya
performansi dan dapat ditemukan solusinya.
Sesuai dengan standar KPI yang ditentukan ITU-T
(International Telecommunication Union –
Telecommunications), target call setup success
rate (CSSR) performance yang sudah ditentukan
yaitu > 95 %. Jika dilihat secara grafik maka
performansi CSSR di BTS Adipala dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 5 Grafik Call Setup Success Rate (CSSR)
Performance di BTS Adipala
Langkah awal untuk mengetahui
penyebab terjadinya penurunan CSSR
performance yaitu dengan melihat parameter
SDCCH (Standalone Dedicated Control Channel)
pada BTS Adipala 1.
Gambar 6 Grafik SDCCH Block Rate di BTS
Adipala
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa
SDCCH (Standalone Dedicated Control Channel)
Block Rate di BTS Adipala, semuanya bernilai nol
termasuk BTS Adipala 1 pada tanggal 2 – 4
September 2012. Hal ini membuktikan bahwa
penurunan CSSR performance bukan disebabkan
oleh SDCCH Block. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisa pada parameter SDCCH
(Standalone Dedicated Control Channel) Drop
Rate di BTS Adipala 1.
Gambar 7 Grafik SDCCH Drop Rate di BTS
Adipala
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa
SDCCH (Standalone Dedicated Control Channel)
Drop Rate di BTS Adipala 1 pada tanggal 2 – 4
September 2012 bernilai < 1 %. Hal ini
membuktikan bahwa penurunan CSSR
performance bukan disebabkan oleh SDCCH
Drop. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa
pada parameter TCH Availability di BTS Adipala
1.
Gambar 8 Grafik TCH (Traffic Channel)
Availability di BTS Adipala
Berdasarkan grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan kanal untuk
melayani trafik pada BTS Adipala 1 bernilai
100%. Hal ini membuktikan bahwa kanal trafik
pada BTS Adipala 1, semuanya berfungsi dengan
baik sehingga penurunan CSSR performance
bukan disebabkan oleh TCH (Traffic Channel) Availability. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisa pada parameter TCH Blocking di BTS
Adipala 1.
Gambar 9 Grafik TCH (Traffic Channel) Blocking
di BTS Adipala
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa
nilai TCH (Traffic Channel) Blocking pada BTS
Adipala 1 memiliki nilai yang cukup tinggi pada
tanggal 2 - 4 September 2012. Nilai TCH
Blocking pada tanggal 2 September 2012 sebesar
4,96%, tanggal 3 September 2012 sebesar 4,40%,
dan tanggal 4 September 2012 sebesar 5,18%.
Penyebab terjadinya TCH (Traffic Channel)
Blocking diantaranya adalah time slot yang sudah
penuh. Hal ini dapat dibuktikan dengan
menganalisa BH TCH (Busy Hour Traffic
Channel) dan Max Available Circuit Switch BTS
Adipala 1 pada tanggal 2 – 4 September 2012.
Gambar 10 Grafik BH TCH (Busy Hour Traffic
Channel) di BTS Adipala
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa
BH TCH (Busy Hour Traffic Channel) BTS
Adipala 1 memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan trafik pada BTS Adipala 2 dan
Adipala 3. BH TCH (Busy Hour Traffic Channel)
BTS Adipala 1 pada tanggal 2 September 2012
sebesar 44,29 Erlang, tanggal 3 September 2012
sebesar 38,31 Erlang, dan tanggal 4 September
2012 sebesar 60,79 Erlang. Tingginya BH TCH
(Busy Hour Traffic Channel) pada BTS Adipala 1
seharusnya diimbangi dengan kapasitas BTS yang
memadai agar tidak terjadi Call Block. Tetapi
kenyataannya, pada tanggal 2 – 4 September 2012
terjadi TCH Blocking di BTS Adipala 1 karena
kapasitas BTS yang tidak mampu menghandle
tingginya trafik pada jam sibuk. Hal ini dapat
dibuktikan dengan membandingkan parameter
Max Available Circuit Switch dengan BH TCH
(Busy Hour Traffic Channel).
Gambar 11 Perbandingan grafik BH TCH dan
Max Available Circuit Switch di BTS Adipala
Dapat dilihat bahwa BTS Adipala 1 pada
tanggal 2 – 4 September 2012 memiliki trafik
yang melebihi kapasitas pada saat jam sibuk
sehingga BTS menjadi overload dan
menyebabkan terjadinya Call Block. Kapasitas
BTS Adipala 1 pada tanggal 2 September 2012
sebesar 43 Erlang dengan BH TCH (Busy Hour
Traffic Channel) sebesar 44,29 Erlang, tanggal 3
September 2012 sebesar 37 Erlang dengan BH
TCH (Busy Hour Traffic Channel) sebesar 38,31
Erlang, dan tanggal 4 September 2012 sebesar 58
Erlang dengan BH TCH (Busy Hour Traffic
Channel) sebesar 60,79 Erlang. Hal ini
membuktikan bahwa BTS Adipala 1 pada tanggal
2 – 4 September 2012 mengalami TCH (Traffic
Channel) Blocking.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyebab terjadinya penurunan CSSR
performance pada tanggal 2 - 4 September 2012
karena kapasitas BTS adipala 1 yang tidak mampu
menghandle besarnya trafik pada saat jam sibuk
yang menyebabkan terjadinya Call Block. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat keberadaan BTS
Adipala yang dapat dilihat dengan menggunakan
aplikasi google earth.
Gambar 12 Lokasi BTS Adipala 1 dengan
menggunakan aplikasi google earth
Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa
BTS Adipala memiliki 3 sektor yaitu BTS
Adipala 1, Adipala 2, dan Adipala 3. Pada BTS
Adipala 1 terlihat bahwa BTS tersebut mengcover
daerah perumahan yang cukup luas sehingga
harus melayani banyak pelanggan yang
menyebabkan tingginya traffic terutama pada saat
jam sibuk. Hal ini secara otomatis menyebabkan
BTS mengalami overload dan terjadi call block.
Berbeda dengan BTS Adipala 2 yang berbagi
coverage dengan BTS Cantelan dan BTS Adipala
3 yang mengcover daerah persawahan sehingga
trafik pada BTS tersebut tidak terlalu besar dan
kemungkinan terjadinya call block cukup kecil.
4. Kesimpulan
1. Jaringan GSM terbagi dalam beberapa
bagian, yaitu: Mobile Station (MS), Value
Added Service (VAS), Billing System,
Base Station Subsystem(BSS), Network
Switching Subsystem (NSS), Operating
Support Sub system (OSS), dan Other
Network yang semuanya terkoneksi
sehingga dapat mendukung proses
komunikasi.
2. Call Setup Success Rate (CSSR) adalah
nilai yang digunakan untuk mengukur
tingkat ketersediaan jaringan dalam
memberikan pelayanan baik berupa voice
call, video call maupun SMS, dengan kata
lain membuka jalan untuk komunikasi.
3. Pada tanggal 2 – 4 September 2012 terjadi
penurunan performansi BTS Adipala 1
dengan CSSR performance < 95%. CSSR
Performance BTS Adipala 1 pada tanggal
2 September 2012 sebesar 94,44%,
tanggal 3 September 2012 sebesar
94,85%, dan tanggal 4 Sepetember 2012
sebesar 94,22%.
4. Penyebab terjadinya penurunan CSSR
performance pada tanggal 2 - 4 September
2012 karena kapasitas BTS adipala 1 yang
tidak mampu menghandle besarnya trafik
pada saat jam sibuk yang menyebabkan
terjadinya Call Block.
5. Kapasitas BTS Adipala 1 pada tanggal 2
September 2012 sebesar 43 Erlang dengan
BH TCH (Busy Hour Traffic Channel)
sebesar 44,29 Erlang, tanggal 3
September 2012 sebesar 37 Erlang
dengan BH TCH (Busy Hour Traffic
Channel) sebesar 38,31 Erlang, dan
tanggal 4 September 2012 sebesar 58
Erlang dengan BH TCH (Busy Hour
Traffic Channel) sebesar 60,79 Erlang.
6. Pada aplikasi google earth menunjukkan
bahwa BTS Adipala 1 mengcover daerah
perumahan yang cukup luas sehingga
harus melayani banyak pelanggan yang
menyebabkan tingginya traffic terutama
pada saat jam sibuk.
5. Daftar Pustaka
[1] http://artikelindonesia.com/sejarah-gsm-
di-indonesia-dan-perkembangannya.html
dalam artikel “Sejarah dan
Perkembangan GSM”, diakses tanggal 15
September 2012
[2]http://dwikasudrajat.blogspot.com/2008/0
8/arsitektur-jaringan-gsm.html dalam
artikel “Arsitektur Jaringan GSM”,
diakses tanggal 16 September 2012
[3] Taufik, Muhammad Nur, Perangkat
SGSN R7 (Serving GPRS Supporting
Node) sebagai Media Penghubung dalam
Layanan GPRS pada Network Switching
Subsystem(NSS) PT. Indosat, Tbk
Semarang, Laporan Kerja Praktek Teknik
Elektro Undip, 2011
[4]Kollar, Martin, Evaluation of Real Call
Setup Success Rate in GSM, Acta
Electrotechnica et Informatica Vol. 8, No.
3, 53–56, 2008
[5]http://en.wikipedia.org/wiki/Call_Setup_S
uccess_Rate dalam artikel “Call Setup
Success Rate”, diakses tanggal 3 Oktober
2012
BIODATA
Heri Setio Jatmiko
( L2F009051 ) dilahirkan di
Pekalongan, 9 Maret 1991.
Dia telah menempuh
pendidikan di SD Negeri
Panjang Wetan 1
Pekalongan, SMP Negeri 1 Pekalongan, SMA
Negeri 3 Pekalongan dan sampai sekarang
masih menyelesaikan studi S1 di Jurusan
Teknik Elektro Konsentrasi Telekomunikasi,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Semarang.
Semarang, November 2012
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Ajub Ajulian Zahra M, ST. MT
NIP. 197107191998022001