KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang...

144
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA

Transcript of KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang...

Page 1: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DANPERANAN WANITA

Page 2: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih
Page 3: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

BAB XVIII

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA

A. KESEHATAN

1. Pendahuluan

Sebagaimana diamanatkan dalam Garia-garis Besar Haluan Negara (GBHN), dalam Repelita IV akan makin ditingkatkan pe-layanan kesehatan sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia.

Arah dan kebijaksanaan selanjutnya dari pembangunan dalam bidang kesehatan telah digariskan dalam GBHN sebagai berikut :

(i) Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatan dan kecer- dasan rakyat, pembangunan kesehatan termasuk perbaikan mutu gizi perlu makin ditingkatkan dengan mengembangkan suatu sistem kesehatan nasional. Peningkatan kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat, dan di-arahkan terutama kepada golongan masyarakat yang ber-penghasilan rendah, baik di desa maupun di kota. Perha-tian khusus diberikan kepada daerah terpencil, daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi dan daerah perbatasan.

(ii) Perbaikan kesehatan rakyat dilakukan melalui upaya pen-cegahan dan penyembuhan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat. Pembangunan kesehatan dituju-kan kepada peningkatan pemberantasan penyakit menular dan penyakit rakyat, peningkatan keadaan gizi rakyat, peningkatan pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan, perlindungan rakyat terhadap bahaya narkotika dan penggunaan obat yang tidak memenuhi syarat serta pelayanan kesehatan masyarakat untuk memasyarakatkan perilaku hidup sehat yang dimulai sedini mungkin sejak anak-anak, dan sebagainya.

(iii) Delam rangka lebih mendekatkan pelayanan kesehatan ke-pada rakyat akan dilanjutkan dan ditingkatkan pemba-ngunan serta kemampuan pusat-pusat kesehatan masyarakat dan rumah-rumah sakit, penyediaan tenaga-tenaga medik dan paramedik dan penyediaan obat-obatan yang makin me-rata dan terjangkau oleh rakyat banyak.

XVIII/3

Page 4: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan yang digariskan da-lam GBHN tersebut, pengembangan sistem kesehatan nasional akan dilaksanakan secara bertahap dan akan disesuaikan dengan perkembangan upaya penyempurnaan perangkat peraturan per-undang-undangan, kemampuan tenaga dan organisasi serta kemam-puan teknologi yang ada.

2. Kebijakaanaan dan Langkah-langkah

Dalam Repelita IV pengembangan sistem kesehatan nasional akan lebih diarahkan untuk memberikan dukungan pada bidang-bidang lain seperti pendidikan di dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, keluarga berencana dan bidang-bidang lainnya, agar secara bersama dan serasi menunjang terciptanya kerangka landasan yang makin kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus pada tahap-tahap pembangunan ber-ikutnya.

Untuk tercapainya tujuan-tujuan pokok Repelita IV, pem-bangunan kesehatan akan diselenggarakan melalui lima karya kesehatan yang disebut Panca Karya Husada. Panca Karya Husada merupakan karya yang saling berkait antara yang satu dengan yang lain serta saling berhubungan dengan karya-karya dari pembangunan nasional lainnya dalam suatu Sistem Kesehatan Na-sional. Panca Karya tersebut adalah :

(i) Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan;(ii) Pengembangan tenaga kesehatan;(iii) Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan

dan bahan berbahaya bagi kesehatan;(iv) Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan;(v) Peningkatan dan pemantapan manajemen dan perundang-

undangan.

Keseluruhan kebijaksanaan dan langkah-langkah serta pro-gram pembangunan di bidang kesehatan dalam Repelita IV akan lebih diserasikan dan diseimbangkan dengan bidang-bidang pem-bangunan lainnya agar dapat menunjang tercapainya sasaran bi-dang-bidang tersebut. Keserasian dan keseimbangan tersebut juga diwujudkan di antara program-program dan kegiatan kese-hatan sendiri, seperti antara pencegahan dan pengobatan, de-mikian pula antara upaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan Swasta.

Adapun program pembangunan dalam Repelita IV terdiri atas program-program berikut : (i) pelayanan kesehatan; (ii) pen-

XVIII/4

Page 5: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

cegahan dan pemberantasan penyakit; (iii) penyuluhan kese-hatan; (iv) pendidikan, latihan dan pendayagunaan tenaga ke-sehatan; (v) pengendalian pengadaan dan pengawasan obat, ma-kanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan berbahaya; (vi) perbaikan gizi; (vii) penyediaan air bersih; (viii) pening-katan kesehatan lingkungan; (ix) penyempurnaan efisiensi apa-ratur kesehatan; (x) penyempurnaan prasarana fisik kesehatan; (xi) penelitian dan pengembangan kesehatan; (xii) partisipasi generasi muda dalam pembangunan kesehatan; dan (xiii) pening-katan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan.

Program-program pembangunan tersebut pada dasarnya meru-pakan kelanjutan dan peningkatan program-program pembangunan pada Repelita I, Repelita II, dan Repelita III, yang dikem-bangkan sesuai dengan tahapan pembangunan.

3. Pelaksanaan Program Pembangunan

a. Pelayanan Kesehatan

1) Pelayanan Kesehatan Puskesmas

Kegiatan ini dimulai dalam Repelita I dengan tujuan utama untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kese-hatan kepada masyarakat. Di samping melalui Puskesmas, pela-yanan kesehatan masyarakat dalam Repelita I diselenggarakan pula melalui Balai Pengobatan (BP) dan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA). Dalam Repelita II dan Repelita III, BP dan BKIA ditingkatkan menjadi Puskesmas Pembantu, sedang Pus-kesmas ditingkatkan jumlahnya. Di samping itu sejak Repelita II, diadakan pula Puskesmas Keliling. Dengan demikian pada akhir Repelita II setiap Kecamatan setidak-tidaknya memiliki satu Puskesmas lengkap dengan perumahan dokter dan paramedis, obat-obatan serta peralatan sederhana. Sebagian dari Puskes-mas telah didukung dengan 2-3 Puskesmas Pembantu per Keca-matannya, serta didukung pula oleh Puskesmas Keliling untuk melayani penduduk daerah-daerah terpencil.

Dalam Repelita III tidak saja jumlah Puskesmas terus di-tambah tetapi juga fungsinya ditingkatkan agar dapat melayani masyarakat dengan lebih baik. Peningkatan fungsi dilakukan dengan memperbaiki dan memperluas sebagian Puskesmas yang jumlah pengunjungnya makin padat. Sejumlah Puskesmas juga di-tingkatkan menjadi Puskesmas Perawatan dengan menambah 10 tempat tidur di tiap Puskesmas tersebut. Selain itu Puskes-mas-Puskesmas yang terpencil mulai dilengkapi dengan sarana

XVIII/5

Page 6: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

komunikasi jarak jauh, dan dilaksanakan pelayanan dokter terbang.

Sejak awal Repelita I (1969/70) sampai dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84), di Indonesia terdapat 5.353 buah Puskesmas, 13.636 Puskesmas Pembantu, dan 2.479 Puskes-mas Keliling (Tabel XVIII-1 dan 2). Sejak Repelita I, se-tiap tahunnya dibangun/diadakan sekitar 100 - 200 Puskesmas, 1.000 - 2.000 Puskesmas Pembantu, dan 300 - 500 Puskesmas Ke-liling. Pembangunan ini sebagian terbesar dilaksanakan mela-lui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan.

Kecenderungan membangun Puskesmas baru pada Repelita IV makin berkurang dibanding dengan Repelita-Repelita sebelum-nya, oleh karena hampir semua daerah Kecamatan telah terpe-nuhi kebutuhannya. Tambahan Puskesmas untuk setiap Kecamatan dalam Repelita IV diutamakan untuk daerah berpenduduk relatif padat (lebih dari 30.000) atau berwilayah luas. Sementara itu untuk sejumlah Puskesmas yang telah dibangun lebih dari 5 ta-hun, mulai dilakukan perbaikan dan perluasan. Dalam pada itu, dalam Repelita IV jumlah pembangunan Puskesmas Pembantu tiap tahunnya ditingkatkan; sedangkan pengadaan Puskesmas Keliling mengikuti perkembangan pengadaan Puskesmas dan Puskesmas Pem-bantu.

Tabel XVIII-2 memberikan gambaran jumlah Puskesmas, Pus-kesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling sejak sebelum Repe-lita. Jumlah Puskesmas seluruhnya yang ada sampai akhir tahun pertama Repelita IV (1984/85) adalah 5.453. Apabila diban-dingkan keadaan pada akhir Repelita III, II dan I, maka jumlah Puskesmas telah meningkat berturut-turut sekitar 2%, 25%, dan 133%. Sebelum Repelita (1968), jumlah Puskesmas hanya 207 buah atau kurang dari 4% dari jumlah Puskesmas yang ada saat ini yaitu 5.453 buah.

Dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dibangun pula 1.500 buah Puskesmas Pembantu. Dengan demikian sejak Re-pelita II sampai tahun 1984/85 di seluruh Indonesia telah tersedia 15.136 Puskesmas Pembantu. Apabila dibandingkan dengan jumlah sampai akhir Repelita III dan akhir Repelita II, maka sampai tahun pertama Repelita IV, jumlah Puskesmas Pembantu meningkat masing-masing dengan 11% dan 27%.

Dalam upayw perluasan jangxauan pelayanan kepada masyara-kat, diselenggarakan juga pelayanan Puskesmas Keliling, pela-yanan dokter terbang di berbagai wilayah, sistem komunikasi

XVIII/6

Page 7: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 1

PERKEMBAHGAH PELAKSARAAH PROGRAM BANTUAN SARANA KESEHATAN,1973/74 - 1984/85

I) 197 Satuan (AAkhir7Re) - (Akhir7Re)1982/832) (AkhirBRe-pelita I) pelita II) pelita III)

A. Pelayanan Kesehatan Maeyarakat

1. Bantuan Obat-obatan rupiahper pen-duduk

- 70 250 250 250

2. Pembangunan Puskesmas unit 2.343 4.353 200 5.353 1003. Pembangunan Puskesmas Pembantu gedung - 6.636 2.000 13.636 1.500

4. Pembangunan Humah Dokter rumah - 338 360 1.270 2005. Perbaikan Puskesmas gedung - 5 1.000 2.500 5006. Perbaikan Puskemas Pembantu gedung - 208 1.000 3.000 1.000

7. Pengadaan Puskesmas Keliling

B. Saran Penyediaan Air Beraih

unit 604 500 2.479 500

1. Penampungan Mata Air denganPerpipaan (Pp) buah 108 692 100 625 20

2. Penampungan Air Hujan (PAM) bak 24 1.680 6.000 19.000 4.5003. Perlindungan Mata Air (PMA) buah 10 311 500 6.400 450

4. Sumur Artetis (SA) sumur 3 351 25 200 205. Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTDK) sumur ) 34.681 65.000 213.000 60.000

2.8826. Sumur Pompa Tangan Salem (SPTDL) sumur ) 3.061 7.000 25.000 7.500

7. Sumur Gali sumur 500 18.500 12.511

C. Sarana Kesehatan Perumahan danLingkungan

1. Pembangunan Jamban Keluarga2. Saran Pembuangan Air Limbah

buah 2.456 1.050.000 195.000 746.530 16.765

(SPAL) buah - 5.000 30.765 18.980

1) Angka kumulatip sejak Repelita I2) Angka tahunan

XVIII/7

Janis Program 1984/852)

Page 8: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 2

PERKEMBANGAN JJMLAR PIJSKESMAS, BALAI PENGOBATAN, DAN BKIA,1968- 1984/85

1973/741) 1978/791)2) 1983/841) 1984/85

Fasilitas Kesehatan 1968 (Akhir Re- (Akhir Re- 1982/83 (Akhir Re-2) 1)pelita I) pelita II) pelita III)

1. Puskesmas 207 2.343 4.353 200 5.353 100' 5.453

2. Puskesmas Pembantu - 6.636 2.000 13.6363) 1.500 15.136

3. Puskesmas Keliling - - 604 500 2.479 500 2.979

4. Balai Pengobatan (BP) 6.500 7.124 4.1804) - -

5. Balai KesejahteraanIbu dan Anak (BKIA) 5.580 6.801 2.4124) -

1) Angka kumulatip sejak sebelum Repelita I2) Angka tahunan3) Termasuk 44 Puskesmas Non-Inpres4) Sebagian telah ditingkatkan menjadi Puskesmas Pembantu

XVIII/8

Page 9: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

GRAFIK XVIII - 1PERKEMBANGAN ,IUMLOH PUSKESMAS, BALAI PENGOBATAN, DAN BKIA,

1968 - 1984/85

XVIII/9

Page 10: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

SSB dan lain-lain. Khusus untuk Puskesmas Keliling sampai akhir Repelita III telah tersedia 2.479 buah Puskesmas Keli-ling baik kendaraan roda empat maupun perahu bermotor. Apa-bila ditambah dengan Puskesmas Keliling yang disediakan dalam tahun 1984/85 sebanyak 500 buah, maka sejak Repelita II sam-pai tahun 1984/85 telah tersedia 2.979 buah Puskesmas Keli-ling.

Melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, sejak Repelita II disediakan pula bantuan obat-obatan untuk Puskesmas. Dalam Repelita II, tiap tahunnya diberikan bantuan obat-obatan seharga Rp 70,- per jiwa. Jumlah bantuan ini di-tingkatkan menjadi Rp 250,- per jiwa per tahun dalam Repelita III.

Dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas, upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter dan paramedis di Puskesmas-Puskesmas terus dilakukan. Dari sejumlah 5.453 Puskesmas yang tersedia sampai dengan tahun 1984/85, sebagian besar (71%) telah mempunyai tenaga dokter. Sisanya (29%) baru mempunyai tenaga paramedis dan sedang diusahakan dilengkapi pula dengan tenaga dokter.

Apabila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita I, II, dan III, maka Puskesmas yang dilayani oleh tenaga dok-ter masing-masing adalah 28%, 45%, dan 71%. Jumlah tenaga dokter yang ditempatkan di Puskesmas-Puskesmas sejak Repelita II dan III berturut-turut adalah 2.700, dan 2.850.

Untuk tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah ditem-patkan sejumlah 600 dokter umum, 100 dokter gigi, dan 5.000 orang tenaga paramedis dan pembantu paramedis.

Untuk menarik minat tenaga dokter muda untuk bekerja di Puskesmas-Puskesmas di daerah-daerah jauh dari kota dan ter-pencil, dokter yang telah bekerja dengan baik selama 2 - 3 tahun di Puskesmas memperoleh kesempatan pertama untuk meng-ikuti pendidikan keahlian atau memperoleh pengalaman lain, misalrya di rumah-rumah sakit kabupaten. Kesempatan ini juga penting artinya bagi penambahan ilmu pengetahuan dan penga-laman para dokter yang telah beberapa tahun bertugas di Pus-kesmas.

2) Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

Dalam Repelita I dan sebelumnya, kegiatan KIA dilaksana-kan melalui Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA). Sejak

XVIII/10

Page 11: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Repelita II pelayanan KIA diintegrasikan ke dalam Puskesmas dan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas.

Dari 13 kegiatan Puskesmas dalam Repelita IV, pelayanan KIA merupakan kegiatan yang langsung mempunyai dampak ter-hadap penurunan angka, kematian balita. Upaya penurunan ini dilaksanakan dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, persalin-an, ibu menyusui, bayi dan balita.

Dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85), cakupan nasi-onal pelayanan meliputi 53% ibu hamil, 43% persalinan, 35% ibu menyusui, serta 57% bayi dan 17% balita. Apabila diban-dingkan dengan pelayanan KIA pada Repelita-Repelita sebelum-nya telah terjadi peningkatan pencakupan pelayanan.

Pelayanan KIA dilaksanakan terutama oleh tenaga bidan dan dukun bayi. Oleh karena itu peningkatan program KIA selama ini banyak melatih tenaga bidan dan dukun bayi. Dalam Repe-lita I, II dan III, tiap tahunnya telah dididik sebanyak rata-rata 3.000 orang bidan dan sekitar 4.000 - 6.000 orang dukun bayi. Dalam tahun 1984/85, jumlah yang dilatih bertambah dengan 3.000 orang, sehingga jumlah dukun bayi yang telah di-latih sejak Repelita I menjadi sebanyak 83.000.

3) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan anak-anak se-kolah, sejak Repelita I dilakukan kegiatan-kegiatan Usaha Ke-sehatan Sekolah. Sasaran kegiatan adalah sekolah-sekolah tingkat SD, SMTP dan SMTA. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan berkala untuk menemukan gejala-gejala pe-nyakit sedini mungkin, pemberian pengobatan tahap pertama pa-da anak-anak yang memerlukan. Di samping itu kepada anak-anak sekolah juga diberikan pengetahuan dan praktek cara-cara pen-cegahan penyakit, dilakukan imunisasi, dan diberikan penge-tahuan tentang bagaimana menjaga serta membina kesehatan lingkungan.

UKS dilaksanakan dengan membina guru-guru sekolah melalui penataran-penataran dan dengan mengadakan kunjungan ke seko-lah-sekolah oleh para petugas Puskesmas. Sampai dengan tahun pertama Repelita IV jumlah sekolah yang telah melaksanakan UKS tidak kurang dari 108.575 sekolah, terdiri dari 95.404 SD, 9.280 SMTP dan 3.891 SMTA. Jumlah guru yang ditatar rata-rata setahun sejumlah 6.508 guru SD, 348 guru SMTP dan 156 guru SMTA.

XVIII/11

Page 12: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Dalam tahun 1984/85, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penemuan dini penyakit atau kelainan anak kelas satu SD, ke-las satu SMTP, dan kelas satu SMTA termasuk madrasah, yang dilaksanakan di 10.426 sekolah, dan temukarya yang dilaksana-kan di 151 Puskesmas dan Pondok Pesantren.

4) Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Pelayanan kesehatan masyarakat di samping melalui Puskes-mas dilakukan juga melalui Rumah Sakit. Sebelum Repelita di seluruh Indonesia baru tersedia 1.125 Rumah Sakit (Umum dan Khusus), dengan 85.520 tempat tidur. Dalam Repelita I dilaku-kan penggolongan-penggolongan Rumah Sakit menjadi RS kelas D (dengan 25 - 100 tempat tidur), C (100 - 400 tempat tidur dengan 4 dokter keahlian dasar), B (400 - 1000 tempat tidur dengan dokter semua bidang keahlian), dan A (lebih dari 1.000 tempat tidur dengan dokter sub-spesialis). Adapun 4 keahlian dasar untuk RS kelas C adalah ahli penyakit dalam, ahli be-dah, ahli kandungan/kebidanan, dan ahli kesehatan anak.

Dengan penggolongan tersebut, sejumlah RS yang ada sebe-lum Repelita, diturunkan statusnya menjadi Puskesmas. Oleh karena itu apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum Repe-lita, terjadi penurunan jumlah RS pada akhir Repelita I (Tabel XVIII-4). Keadaan RS dalam Repelita II masih kurang lebih sama dengan keadaan selama Repelita I, kecuali adanya peningkatan jumlah tempat tidur RS.

Pembangunan pelayanan kesehatan melalui RS mulai mening-kat dalam Repelita III. Seperti terlihat pada Tabel XVIII-4, selama Repelita III jumlah RS dan tempat tidur telah bertam-bah berturut-turut 14% dan 27% dari keadaan pada akhir Repe-lita I, dengan sarana, tenaga dan fungsi pelayanan yang jauh lebih baik dari pada Repelita-Repelita sebelumnya.

Selama Repelita III telah dibangun 34 RS Umum yang ter-diri dari 22 RS Daerah Tingkat II (termasuk 2 RS di Timor-Timur), 1 RS Propinsi (Dili Timor Timur), dan 11 RS baru sebagai pengganti RS Kabupaten/Kodya yang dipindahkan, serta 9 RS Khusus yang terdiri dari 8 RS Jiwa dan 1 RS Kusta (Ujung Pandang) (Tabel XVIII-3). Agar dapat berfungsi dengan lebih baik, kepada RSU-RSU baru tersebut diberikan pula subsidi biaya operasional sejak tahun 1982/83. Di samping itu selama Repelita III telah ditingkatkan sarana, fungsi dan tenaga 10 RS Vertikal (kelas B dan A), 8 RS Daerah (kelas C dan B) yang digunakan sebagai RS Pendidikan, dan 28 RS Propinsi (kelas C).

XVIII/12

Page 13: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 3

HASIL USAHA PENINGKATAN PELAYARAN KESEHATAN MELALUI RUMAH SAKIT (RS),1979/70 - 1984/85

Jenia Usaha BataanRepelita I1969/70 -

Repelita I I1974/75 -

Repelita I I I1979/80 - 1983/842) 1984/852)

1973/741) 1978/791) 1983/841)

1. Pembaag,nan Rumah Sakit Umum Gedung 5 343) 24)2. Pembangunan Rumah Sakit Khusua gedung 95) 26) 36)

3. Penempatan 4 dokter keahlianpokok pada HSU prang 53 2657) 51

4. Rehabilitasi fisik , prasaranadan peralatan

rumahsakit 91 71 1.0807) 231 123

5. Bantuan kepada RS Swasta (obat-obatan, peralatan, ambulans)

rumahsakit - 426 122 76

1) Angka kumulatip lima-tahunan2) Angka tiap tahunan3) Angka diperbaiki (22 RS Daerah Tingkat I I , 11 RS Baru/Pengganti dan 1 RS Propinsi di D i l i )4) Baru dimulai5) Angka diperbaiki (8 RS Jima dan 1 RS Kusta)6) RS Jima, angka diperbaiki untuk tahun 1983/847) Angka diperbaiki.

XVIII/13

Page 14: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 4

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),1968 - 1984/85

1973/741) 1978/791) 1982/832) 1983/841)

Janis Rumah Sakit

1968 (Akhir Re- (Akhir Re-pelita I) pelita II)

(Akhir Repe-lita III)

1984/852)

Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah(gedung) TT (gedung) TT (gedung) TT (gedung) TT (gedung) TT (gedung) TT

A. Rumah Sakit Umum (RSU) 798 63.737 5813) 63.6433) 612 72.405 10 2.977 666 79.534 8 2.340

1.RSU Vertikal 10 5.260 10 5.763 2 1.057 13 7.892

2.RSU Prop./Kab./KOdya 289 26.596 265 28.09D 1.051 295 31.379 3 1.705

3.RSU ABRI 97 10.936 129 13.625 115 12.058

4.RSU Departemen lain 72 8.977 76 9.412 76 8.851 2 31

5.RSU Seasta 113 11.874 132 15.515 8 869 1674) 19.354 3 604

B. Rumah Sakit Khusus (RSK) 327 21.783 535 18.110 557 22.316 37 965 607 23.818 35 343

1.RSK Vertikal 35 6.906 33 7.430 3 40 7.340 127

2.RSK Prop./Kab./Kodya 58 4.318 45 4.615 20 44 4.061

3.RSK ABRI 43 667 54 745 - 25 457 41

4.RSK Departemen lain 9 106 10 253 10 10 195

5.RSK Sxasta 390 6.113 415 9.273 34 935 488 11.765 25 175

Jumlah 1.125 85.520 1.116 81.753 1.169 94.721 47 3.942 1.273 103.352 33 2.683

1) Angka kumulatip aejak sebelum Repelita I2) Angka tahunan3) Jumlah RSU dan tempat tidur pada tabun 1973/74 lebih kecil daripada tahun

1968, karena sebagian RSU diturunkan statuanya menjadi Puakesmas4) Termasuk 4 Klinik Speaialis

Page 15: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Kemudian pada kurun waktu yang lama telah ditingkatkan RS Daerah tingkat II kelas D menjadi kelas C dengan menambah te-naga dokter dengan 4 keahlian dasar beserta peralatannya se-hingga pada akhir Repelita III terdapat 79 RS Daerah Tingkat II kelas C.

Pada tahun terakhir Repelita III telah pula dimulai per-siapan pembangunan 3 buah RS Regional (kelas A) di Ujung Pandang dan Medan serta (kelas B) di Menado. Pembangunan dan pengembangan RS pada tahun 1984/85 melanjutkan persiapan pem-bangunan ke 3 RS Regional tersebut dan meneruskan/menyelesai-kan pembangunan/pengembangan RS-RS yang telah dimulai dalam Repelita III.

Kesepuluh RS Vertikal yang ditingkatkan sarana, tenaga, dan fungsinya adalah : 1. RSUP dr. Djamil Padang, 2. RSUP Palembang, 3. RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, 4. RSVP Persaha-batan, 5. RSUP Fatmawati, 6. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, 7. RSUP dr. Karyadi Semarang, 8. RSUP dr. Sardjito Yogya-karta, 9. RSUP Tegalyoso Klaten, dan 10. RSUP Sanglah Den-pasar.'Sedang 8 RSU Daerah yang digunakan untuk RS Pendidikan adalah : 1. RSU dr. Zainul Abidin Banda Aceh, 2. RSU dr. Pri-ngadi Medan, 3. RSU dr. Achmad Muchtar Bukittinggi, 4. RSU Surakarta, 5•. RSU dr. Sutomo Surabaya, 6. RSU dr. Sjaiful Anwar Malang, 7. RSU Dadi Ujung Pandang, dan 8. RSU Gunung Wenang Manado.

Peningkatan ke-28 RS yang dikelola oleh propinsi telah dilaksanakan dengan memperluas/memperbaiki gedung dan prasa-rana pelayanan khusus, menambah peralatan medis dan nonmedis, memberikan bantuan obat-obatan dan menambah tenaga dokter ahli, diluar 4 keahlian dasar.

Sejak Repelita II kepada ke-28 RS Propinsi tersebut di-berikan bantuan obat-obatan, seharga Rp 100,- per hari/tempat tidur. Bantuan itu dalam tahun 1982/83 dinaikkan menjadi Rp 200,- kemudian menjadi Rp 300,- per hari/tempat tidur pada tahun 1984/85. Di samping itu melalui INPRES Bantuan Sarana Kesehatan, kepada RS Kabupaten/Kodya dan PUSKESMAS diberikan bantuan obat-obatan seharga Rp 250,- per jiwa per tahun pada Repelita III sampai Repelita IV tahun pertama.

Diluar 22 RSU Kabupaten yang baru dan 11 pengganti dalam Repelita III telah diselesaikan penambahan/penggantian sarana dan prasarana pelayanan di RSU-RSU Kabupaten/Kodya lainnya. Penambahan/penggantian tersebut meliputi perbaikan gedung

XVIII/15

Page 16: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

poliklinik, laboratorium, ruang sinar-X, ruang operasi, ge-dung administrasi, dapur lengkap dengan peralatannya, gedung cuci dan peralatan gas medik bagi ruangan-ruangan yang memer-lukan. Untuk mendukung perbaikan sarana tersebut, dilaksana-kan pula penambahan daya listrik, penyediaan air bersih dan lain-lain.

Dalam Repelita III diperhatikan Pula peningkatan RS-RS khusus yakni RS Jiwa, RS Kusta, RS Mata, dan RS Ortopedi-Pro-tese. Untuk itu telah dibangun 8 RS Jiwa baru di Palu, Kenda-ri, Pakanbaru, Jambi, Ambon, Bengkulu, Banjarmasin dan Sema-rang; serta satu RS Kusta di Ujung Pandang. Selain pembangu-nan baru, terhadap ke-4 jenis RS khusus tersebut telah diada-kan pula penambahan/perluasan ruangan-ruangan, perbaikan ge-dung, penambahan peralatan dan tenaga, dan lain sebagainya.

Peranan swasta dalam pembangunan pelayanan RS cukup ber-arti. Peranan tersebut sudah ada sejak sebelum Repelita dan makin meningkat dalam masa 3 Repelita yang lalu. Seperti tam-pak pada Tabel XVIII-4 dari 1.273 RS yang ada pada akhir Re-pelita III, 655 diantaranya adalah RS Swasta (167 RS Umum, 488 RS Khusus). Dalam Repelita IV peranan swasta dalam bidang kerumah-sakitan ini juga makin diberi tempat. Seperti terli-hat untuk tahun 1984/85 (Tabel XVIII-4), dari 33 RS baru 28 adalah RS Swasta. Sedang dari 1.380 tambahan tempat tidur di RS baru 779 buah (604 RS Umum dan 175 RS Khusus) atau 56% berasal dari RS Swasta.

5) Pelayanan Kesehatan Gigi

Pelayanan kesehatan gigi yang pada Repelita I termasuk Program Pemulihan dan Peningkatan Kesehatan diarahkan untuk mendapatkan tingkat kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya bagi para anggota masyarakat dengan jalan menghi-langkan gangguan terhadap kesehatan gigi. Pada masa itu, jumlah Balai Pengobatan Gigi (BPG) telah ditingkatkan dari 215 pada tahun 1969 menjadi 441 pada akhir bulan Maret 1973, jumlah sekolah pengatur rawat gigi dari 2 menjadi 5, dan jumlah sekolah teknisi gigi dari 21 menjadi 56. Sementara itu, pendidikan kesehatan gigi dan pencegahan penyakit gigi secara teratur dilaksanakan terhadap anak sekolah di 9 pro-pinsi.

Dalam Repelita II, usaha peningkatan gigi terutama dilak-sanakan melalui perluasan dan peningkatan kegiatan-kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Dalam tahun 1978/79 te-

XVIII/16

Page 17: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

lah dilakukan pelayanan gigi untuk 12.250 murid dan penambah-an peralatan kesehatan gigi untuk 20 Balai Pengobatan Gigi (BPG). Apabila pada akhir Repelita I UKGS baru dilaksanakan di 17 propinsi, maka pada akhir Repelita II sudah dilaksana-kan di 25 Propinsi untuk 166. Daerah Tingkat II dengan jumlah murid sekolah yang dilayani sekitar 1 juta anak. Usaha pe-ngembangan balai pengobatan gigi telah mencapai 796 buah yang tersebar di 208 Daerah Tingkat II dan yang dilayani oleh 860 tenaga dokter gigi.

Selama Repelita III dilaksanakan pemanduan UKGS selektif di 108 SD, dan pelayanan integrasi kesehatan UKGS di 258 SD di 139 Daerah Tingkat II. Untuk meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan gigi, dalam Repelita III telah ditempatkan 80 dok-ter gigi di RS dan 1.306 dokter gigi di Puskesmas, serta 1.250 perawat gigi di RS, Puskesmas dan unit-unit pelayanan kesehatan lainnya. Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah survai epidemiologis penyakit gigi di 5 propinsi yang menca-kup 11.500 orang, survai kadar fluor dalam pasta gigi, dan standarisasi pelayanan UKGS dan RS.

Pelayanan kesehatan gigi pada tahun pertama Repelita IV telah menunjukkan kemajuan. Melalui Inpres Bantuan Pemba-ngunan Sarana Kesehatan, pada tahun 1984/85 telah ditempatkan sebanyak 100 dokter gigi. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik penempatan tersebut dilengkapi dengan peralatan kesehatan gigi sederhana sebanyak 100 unit, dan 66 unit untuk perawat gigi yang ditempatkan di Puskesmas. Selain itu di-tingkatkan pula pelayanan UKGS di 82 SD, pengadaan klinik gigi basis di 11 RS dan unit teknis gigi di satu RS serta unit bedah mulut sederhana di 10 RS.

6) Pelayanan Kesehatan Jiwa

Dalam rangka peningkatan mutu pemerataan dan pengembangan berbagai jenis pelayanan kesehatan baik yang diselenggarakan oleh Pusat, Daerah maupun Swasta, diupayakan penyediaan pra-sarana dan sarana (fasilitas fisik, alat, obat dan tenaga) di tempat yang masih memerlukan pelayanan kesehatan jiwa. Di sam-ping itu juga diusahakan peningkatan integrasi pelayanan ke-sehatan jiwa di RSU dan Puskesmas, kerjasama/rujukan lintas sektoral, peningkatan peranserta masyarakat dan upaya lain yang bersifat menunjang seperti penelitian, sistem informasi kesehatan jiwa.

Dalam Repelita I, pelayanan kesehatan jiwa dilakukan da-lam bentuk peningkatan fasilitas perawatan dan penelitian ke-

XVIII/17

Page 18: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

sehatan jiwa. Sedangkan dalam Repelita II telah dilaksanakan integrasi kesehatan jiwa melalui 365 Puskesmas dengan 20.488 kunjungan tim dokter ahli jiwa. Di samping itu telah dilatih sekitar 2.500 pasien mental dan dibangun tempat latihan kerja di lima RSJ dengan luas 1.255 m2. Mengingat bangunan-bangunan RSJ dibangun sejak Perang Dunia II, maka telah dilaksanakan rehabilitasi 22 RSJ, rehabilitasi instalasi listrik, air, dan lain-lain. Pada kurun waktu Repelita III telah dibangun 8 RSJ, dua diantaranya dibangun pada tahun 1983/84. Dalam tahun yang lama upaya integrasi pelayanan kesehatan jiwa telah di-laksanakan di 120 Puskesmas dan 11 RSU. Selanjutnya dalam ta-hun pertama Repelita IV (1984/85) integrasi pelayanan kese-hatan jiwa telah dilaksanakan di 103 Puskesmas dan 72 RSU. Demikian pula telah dilakukan persiapan pembangunan 2 RSJ baru, dan penyusunan masterplan RSKO telah dipersiapkan.

7) Laboratorium Kesehatan

Pelayanan laboratorium kesehatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh, dalam tahun pertama Repelita IV telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Bila diamati perkembangannya nampaklah bahwa selama Repelita I telah dilaksanakan pembangunan satu Laboratorium Kesehatan Pusat, 16 Laboratorium Kesehatan Pro-pinsi, pembangunan/rehabilitasi 99 Laboratorium Kabupaten, dan melengkapi600 Laboratorium Puskesmas dengan bantuan per-alatan. Dalam Repelita II, telah dilaksanakan pembangunan ruang-ruang pemeriksaan laboratorium di 5 propinsi, rehabili-tasi listrik di 12 laboratorium kesehatan propinsi, meleng-kapi peralatan laboratorium di 11 laboratorium propinsi, pe-nataran tenaga laboratorium di 20 propinsi, dan bantuan per-alatan laboratorium di 27 laboratorium kabupaten. Dalam Repe-lita III, telah dibangun gedung/ditambah ruang-ruang pemerik-saan di 27 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Serta ditam-bah/dilengkapi alat-alat laboratorium di 26 Balai Laborato-rium dan 137 Laboratorium Kabupaten/Laboratorium RS Kelas C. Pada tahun pertama Repelita IV kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi pembangunan gedung/penambahan ruang-ruang pemeriksaan laboratorium di 7 BLK, penambahan alat-alat laboratorium untuk 24 BLK, bantuan alat-alat laboratorium ke-pada 57 Laboratorium Kabupaten dan bantuan seperangkat per-alatan untuk pemeriksaan malaria untuk 202 laboratorium Pus-kesmas, pengembangan operasional pelayanan pemeriksaan labo-ratorium, sistem rujukan, dan tatalaksana laboratorium di 27 BLK, monitoring Laboratorium Klinik Swasta di 25 propinsi, dan pengembangan program PNPKLK (Program Nasional Pemantapan

XVIII/18

Page 19: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Kualitas Laboratorium Klinik) baik untuk laboratorium peme-rintah maupun untuk laboratorium swasta.

b. Pemberantasan Penyakit Menular

Program Pemberantasan Penyakit Menular ditujukan untuk mencegah timbulnya penyakit, menurunkan angka kematian dan akibat buruk dari penyakit menular. Langkah-langkah yang di-tempuh adalah dengan memutuskan mata rantai penularan penya-kit melalui tindakan terhadap lingkungan dan vektor penyakit serta manusia, misalnya penyemprotan rumah dengan insekti-sida, mengurangi sarang-sarang nyamuk malaria, penyediaan air bersih, imunisasi, pengobatan, penyuluhan, dan lain seba-gainya.

Prioritas penyakit yang harus diberantas didasarkan atas kriteria sebagai berikut : (1) penyakit yang angka kesakitan dan atau kematiannya tinggi, (2) penyakit yang menimbulkan wabah, (3) penyakit yang menyerang bayi, anak-anak dan usia produktip, (4) penyakit yang terutama banyak menyerang pendu-duk pedesaan atau penduduk berpenghasilan rendah di daerah perkotaan, (5) penyakit yang banyak menyerang penduduk di daerah pembangunan sosial-ekonomi, (6) metode dan teknologi pemberantasan yang efektip, dan (7) adanya ikatan perjanjian internasional, seperti International Health Regulation (IHR) atau termasuk dalam Undang-undang Wabah dan Karantina.

Pelaksanaan program sejak Repelita III telah dipadukan baik dengan program-program lainnya dibidang kesehatan maupun program-program berbagai bidang lainnya. Dalam tahun 1984/85, kegiatan P2M pada dasarnya merupakan kelanjutan dan pening-katan kegiatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Prioritas kegiatan dikelompokkan kedalam dua katagori. Prioritas pertama adalah imunisasi, pemberantasan malaria, kholera/gastroenteritis, TB paru, penanggulangan wabah dan penyediaan air bersih. Prioritas kedua adalah pemberantasan penyakit demam berdarah, penyakit kaki gajah (filariasis), penyakit demam keong (schistosomiasis), penyakit gila anjing (rabies) dan penyakit zoonosis lain, patek dan penyakit kela-min. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap penyakit menu-lar dan serangga penular penyakit serta pemberantasan penya-kit kusta, penyakit cacing tambang dan parasit perut lainnya, pembinaan kesehatan jemaah haji dan karantina serta upaya penyehatan lingkungan pemukiman.

XVIII/19

Page 20: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Pelayanan langsung pemberantasan penyakit menular kepada masyarakat tetap dilaksanakan oleh Puskesmas, kecuali untuk beberapa kegiatan yang masih memerlukan penanganan secara khusus. Pelayanan secara khusus ini dilaksanakan oleh ting-katan yang lebih tinggi (kabupaten, propinsi atau pusat), an-tara lain melalui penyemprotan rumah dan pengobatan massal untuk menanggulangi penyakit malaria.

Sejak Repelita I sampai dengan Repelita III secara berta-hap jumlah penyakit yang diberantas bertambah, dan jangkauan program makin meluas. Sementara itu metoda intervensi terha-dap beberapa penyakit menular dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Dampak pemberan-tasan penyakit menular selama ini antara lain dapat ditunjuk-kan dengan adanya kecenderungan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian beberapa penyakit.

Beberapa hasil menonjol dari program P2M selama 3 Repe-lita yang lalu adalah : (i) penyakit cacar telah dapat dibas-mi dari Indonesia pada tahun 1972, (2) penyakit pes pada ma-nusia sejak tahun 1970 tidak pernah ditemukan lagi di Indone-sia, (3) angka penyakit patek (frambusia) yang masih tinggi pada tahun 1960-an dapat diturunkan mulai tahun 1980 menjadi 19 per sejuta penduduk di Jawa/Bali, sedangkan diluar Jawa dan Bali angka tersebut masih sekitar 150 per sejuta pendu-duk, (4) angka penyakit malaria di Jawa-Bali dapat diturunkan dari 4,21 per seribu tahun 1973 menjadi 1,34 per seribu pada tahun 1983, (5) angka kematian akibat demam berdarah dapat diturunkan dari 41,5% pada waktu sebelum Repelita (1968) men-jadi 4,1% pada tahun 1982, bahkan telah mencapai 1,7% pada tahun 1984/85, dan (6) angka kematian akibat diare/kholera dapat diturunkan dari 35,8% pada awal Repelita I (1969) men-jadi 1,9% pada awal Repelita IV (1984).

1) Penyakit Malaria

Sebagaimana halnya dalam Repelita III, pencegahan dan pemberantasan masih ditekankan pada upaya untuk menurunkan jumlah penderita dan menanggulangi wabah yang terjadi di Jawa-Bali, melindungi penduduk yang tidak kebal dan berpindah dari Jawa-Bali, dan menurunkan jumlah penderita dan kematian di daerah transmigrasi, pemukiman baru dan daerah yang tingkat sosial-ekonominya rendah.

Kegiatan pencegahan dan pemberantasan meliputi penyem-protan rumah, pengumpulan dan pemeriksaan sediaan darah dan

XVIII/20

Page 21: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

pengobatan penderita. Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dilakukan pengumpulan dan pemeriksaan sekitar 8 juta sediaan darah dan pemberian obat terhadap sekitar 8 juta pen-derita tersangka malaria, dan penyemprotan terhadap lebih dari 2,5 juta rumah.

Pada Tabel XVIII-5, terlihat bahwa kecuali kegiatan pe-nyemprotan rumah, kegiatan-kegiatan pencegahan dan pemberan-tasan malaria terus meningkat sejak Repelita I. Penyemprotan rumah dalam Repelita III sudah tidak perlu seintensif dalam Repelita II sehubungan dengan makin menurunnya jumlah kasus malaria di Jawa-Bali.

Peningkatan pencegahan dan pemberantasan malaria selama tiga Repelita yang lalu telah berhasil menurunkan angka ke-sakitan malaria di Jawa-Bali dari 4,21 per seribu pada tahun 1973 menjadi 1,34 per seribu pada tahun 1983. Dalam Repelita IV direncanakan untuk menurunkan angka kesakitan malaria men-jadi satu per seribu penduduk di Jawa-Bali. Untuk daerah luar Jawa-Bali, angka tersebut direncanakan berkisar antara 3-5 per seribu di daerah prioritas dan 15-10 per seribu di daerah lainnya.

2) Penyakit Diare/Kholera

Dalam Repelita IV direncanakan untuk terus menurunkan angka kematian dan menurunkan angka kesakitan diare/kholera. Untuk itu jangkauan pencarian kasus diare/kholera dan peng-obatan dini akan ditingkatkan sehingga meliputi sekitar 27,7 juta penderita.

Kebijaksanaan untuk menekan angka kematian akibat diare/ kholera diutamakan pada penggunaan oralit atau larutan gula garam. Untuk itu sejak awal Repelita IV (tahun 1984/85) telah dimulai Program Pengembangan Pemberantasan Penyakit Diare (P4D) di kecamatan. Dengan demikian Puskesmas tidak lagi ber-tindak sebagai pusat rehidrasi (RHC). Pelaksanaan P4D seba-gian dipadukan dengan program Perbaikan Gizi (UPGK) dan mela-lui Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (POSYANDU) di desa-desa. Dengan pendekatan RHC distribusi oralit dan penanggulangan diare/kholera dilaksanakan hanya di Puskesmas, sedang dengan P4D distribusi oralit dilaksanakan langsung di desa dan di keluarga-keluarga. Dengan ditunjang oleh penyuluhan yang intensif masyarakat makin tahu manfaat dan cara penggunaan oralit dan/atau larutan gula garam untuk menanggulangi diare/ kholera.

XVIII/21

Page 22: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 5

PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR,1969/70 - 1984/85(dalam ribuan)

Janie UeahaRepelita I Repalita II

1974/75 -1978/79x)

Repalita III1979/80 -1983/84x)

ae)1983/84 1984/85)Bataan 1969/70 -

1973/74 )

1. Pemberantaean Penyakit MalariaPengumpulan dan PemerikeeanSediaan darah eediaan 32.527 40.839 47.534 9.262 8.012Pengobatan penderita orang 32.641 39.039 44.017 9.102• 8.088Penyemprotan rumah rumah 8.629 20.339 16.759 2.353 2.600

2. Pemberantaean PenyakitKholera/Oaatro Enteritis AcuteMencarl dan Mengobati penderita orang 127,3 140 1.201 40 2.390Pengembangan Puakeemaa men,ladi ANCPengembangan Program Pemberantaean

Puakeamee 1,47 0.329 -

Panyakit Diane Keoamatan (P4D) Kecamaten 0.477 0.477 0.482

3. Pemberantaean ArboviroaiaPembereihan a rang nyamuk rumah 568 328Aplikaei Abate rumah 859 6.981 2.602 1.648Penyemprotan Rumah rumah 824 865 -

4. Pemberantaean Penyakit TB ParuPemerlkaaan Bakteriologi orang 731 1.234 282 284Pengobatan orang 28 86 138 35 26

5, Pemberantaean FilariaeieSurvei Darah aediaan 76 114 561 177 102Pangobatan Maeeal orang 189 901 235 205

6. ImunieaniVakelnael Cacar anak 107.569 23.260 2.786Vakeineei NCOVakeinael TFT/TT

anakibu hamil/

38.303 22.012 12.386 2.665,9 2.812

anak 1.050 5.097 2.163 2.856Vakelnael DPT anak - 882 6.022 1.900 2.229BCC Revakeinaei anak - 633 5.000Revakeinaei Polio anak - 4 985 627 852Vakeinaai DT anak - - 1.824 1.661 2.064Campak anak - - 404 310 628

7. Pemberantaean Penyakit KuetaPemerikeean Kontak orang - 3.445 2.004 456 480Pemerlkaaan anak eekolah orang 12.187 20.494 4.753 4.066Penemuan Penderita orang 40 41 26 7,5 6,3Pengobatan teratur orang 179 406 452 91 119

8. Pengamatan Penyakit MenulerSurvai Epidemlologi KLB 15 20,9 4,4 3,5Survai Mueue rumah eakit 0.529 2,1 0,7 0.413

x)Angka kumulatip lima-tahunAngka tahunan

XVIII/22

Page 23: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Upaya menurunkan angka kesakitan diare/kholera ditekankan pada program penyuluhan kesehatan dan peningkatan penyediaan air bersih, penggunaan jamban keluarga serta peningkatan ke-bersihan lingkungan lainnya.

Seperti terlihat pada Tabel XVIII-5, kegiatan pencarian dan pengobatan penderita diare/kholera hanya mencapai 127.000 -140.000 penderita pada Repelita I dan II. Pada akhir Repe-lita III kegiatan tersebut dilipatgandakan sehingga mencapai lebih dari 1,2 juta penderita atau tiap tahunnya sekitar 40.000 - 60.000 penderita, kecuali tahun 1980/81 ditemukan dan diobati lebih dari 1 juta penderita oleh karena adanya wabah pada tahun tersebut. Tabel XVIII-5 juga mencantumkan adanya Pusat Rehidrasi (RHC) di 1.470 Puskesmas. Tahun ter-akhir Repelita III jumlah RHC dikurangi menjadi 329 Puskes-mas, sisanya dialihkan ke P4D di 477 Kecamatan. Seperti telah disebut dimuka, untuk selanjutnya dalam Repelita IV penang-gulangan diare/kholera akan dilakukan melalui P4D.

Angka kesakitan diare/kholera per 100.000 penduduk belum banyak menunjukkan perubahan dari tahun ke tahun pejak Repe-lita I. Hal ini memberi petunjuk bahwa upaya penyuluhan kese-hatan dan penyediaan air bersih serta perbaikan kebersihan lingkungan lainnya, masih perlu ditingkatkan dan digiatkan lagi. Dipihak lain, upaya untuk menurunkan angka kematian akibat diare/kholera menunjukkan hasil yang menggembirakan. Apabila pada awal Repelita I, angka kematian adalah 35,8%, maka pada akhir Repelita III angka kematian tersebut dapat ditekan menjadi 2,3%. Bahkan pada awal Repelita IV (1984),da-pat diturunkan lagi menjadi 1,9%. Hal ini berarti sasaran pe-nurunan angka kematian akibat diare/kholera kurang dari 2% pada akhir Repelita IV sudah mulai dapat dicapai. Penurunan angka kematian terutama sejak Repelita III, disebabkan oleh makin meluasnya penggunaan oralit atau larutan gula garam, pelayanan kesehatan yang makin baik di Puskesmas, dan peran-serta aktip masyarakat untuk segera melapor apabila ada tanda-tanda wabah diare/kholera, dan mencari pengobatan secepatnya bagi penderita.

3) Penyakit Demam Berdarah (Arbovirosis)

Kemajuan yang dicapai selama tiga Repelita dalam hal pe-nanggulangan penyakit Demam Berdarah cukup mengesankan. Angka kematian akibat Demam Berdarah dapat ditekan dari 41,5% pada sebelum Repelita (1968) menjadi 1,7% pada tahun pertama Repe-lita IV (1984). Penurunan angka kematian ini telah melampaui rencana penurunan sebesar 2 - 3% pada akhir Repelita IV.

XVIII/23

Page 24: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Keberhasilan ini antara lain disebabkan oleh makin inten-sifnya pencarian kasus secara dini (surveillance), pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit yang lebih baik, dan karena teknologi pengobatan yang makin mantap.

Dalam rangka pencegahan penyakit demam berdarah, dalam Repelita II telah diadakan pembersihan sarang nyamuk di 568.000 rumah, pemberantasan jentik-jentik dengan insektisida abate di 859.000 rumah dan penyemprotan rumah di daerah wabah sebanyak 824.000 rumah. Dalam Repelita III kegiatan pember- sihan sarang nyamuk menurun tetapi pemberantasan jentik-jentik dan penyemprotan di daerah wabah ditingkatkan. Selain itu se-jak Repelita III dilakukan penanggulangan di daerah-daerah rawan (daerah fokus). Dalam Repelita IV tidak seluruh kegiat-an tersebut dipusatkan pada daerah fokus.

4) Penyakit Tuberkulose Paru

Dalam Repelita IV direncanakan untuk dapat menurunkan angka kesakitan tuberkulose paru menjadi 2% atau 0,5% lebih rendah dari pada keadaan pada akhir Repelita III. Untuk itu akan dilakukan pengobatan terhadap kurang lebih 120.000 orang penderita. Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85), telah dilakukan pemeriksaan dahak/bakteriologis sekitar 284.000 orang penduduk Serta pengobatan jangka pendek dan jangka panjang terhadap kurang lebih 26.000 penderita.

Dalam Repelita III telah berhasil diperiksa dahak dari lebih 1,2 juta orang tersangka TBC dan dilakukan pengobatan terhadap hampir 138.000 penderita. Jumlah ini belum termasuk mereka yang diobati di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) dan Rumah Sakit. Kedua kegiatan tersebut merupakan pe-ningkatan 50-80% dari kegiatan dalam Repelita II, sedangkan dalam Repelita I kegiatan pemberantasan TBC masih sangat terbatas.

5) Penyakit Kaki Gajah dan Demam Keong

Peningkatan pemberantasan penyakit kaki gajah (Filari-asis) dan demam keong (Schistosomiasis) pada tahun 1984/85 diarahkan untuk dapat menurunkan angka kesakitan kedua penya-kit tersebut. Untuk itu pada tahun 1984/85 telah diperiksa sediaan darah yang diambil waktu malam dari 102 ribu orang dan pengobatan terhadap 205.000 orang.

Dalam rangka pemberantasan demam keong pada tahun 1984/85 telah dilakukan survai di 33 daerah rawan (fokus) dan pang-

XVIII/24

Page 25: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

ambilan lebih dari 54.800 sediaan tinja serta tindakan peng-obatan selektip terhadap lebih dari 8.600 orang penderita. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di sekitar danau Lindu, Sulawesi Tengah, yang dikenal sebagai daerah endemis.

Pemberantasan penyakit demam keong secara nyata baru di-mulai dalam Repelita II yang ditingkatkan dalam Repelita III dan akan dilanjutkan dan lebih digiatkan dalam Repelita IV.

6)Imunisasi

Berbagai penyakit anak seperti difteria, batuk rejan atau pertusis, tetanus/tetanus neonatorum, campak, polio, dan TB paru, dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itu dalam Repelita IV direncanakan untuk meningkatkan cakupan berbagai macaw imunisasi, antara lain cakupan vaksinasi BCG akan di-naikkan 44% lebih tinggi dari cakupan Repelita III, yaitu mencapai 23,8 juta orang. Sejak Repelita III program imuni-sasi dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Perkembangan ini disesuaikan dengan adanya jenis anti-gen baru yaitu Tetanus Formol Toxoid (TFT) dan Difteria Per-tusis Tetanus (DPT). Vaksinasi TFT diberikan kepada ibu hamil untuk melindungi bayi yang baru lahir dari bahaya tetanus. Dengan PPI telah diadakan pula penambahan antigen untuk polio dan campak.

Seperti dapat dilihat pada Tabel XVIII-5, cakupan vaksi-nasi untuk tahun pertama Repelita IV lebih besar daripada ca-kupan tahun 1983/84. Cakupan vaksinasi yang meningkat menyo-lok adalah vaksinasi campak (628.000 anak), polio (852.000 anak) dan TFT/TT ibu hamil serta anak (2,8 juta orang). Apa-bila dibandingkan dengan cakupan tahun 1983/84, ketiga vaksi-nasi tersebut meningkat berturut-turut 103%, 36% dan 9%. Vak-sinasi lainnya, yaitu BCG, DPT dan DT meningkat antara 5-25% dibandingkan dengan cakupan tahun 1983/84. Vaksinasi cacar sejak tahun ke-3 Repelita III telah ditiadakan. Untuk men-capai cakupan vaksinasi yang lebih besar, sejak tahun 1984/85 pelaksanaan PPI sebagian dipadukan dengan program-program Perbaikan Gizi (UPGK) dan Keluarga Berencana.

7)Penyakit Kusta

Dalam Repelita IV angka kesakitan karena penyakit kusta akan terus diturunkan dengan melanjutkan dan meningkatkan ke-giatan pemberantasan pada Repelita III. Pemberantasan penyakit ini akan tetap diutamakan pada daerah-daerah yang mem-

XVIII/25

Page 26: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

punyai angka kesakitan tinggi yaitu di Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dalam tahun 1984/85 telah diperiksa sekitar 4 juta anak sekolah dan sekitar 480 ribu orang kontak (orang yang berhubungan dengan penderita). Pada tahun yang lama telah di-berikan pengobatan secara teratur terhadap sekitar 119 ribu penderita.

Kegiatan pemberantasan penyakit kusta mulai digalakkan sejak Repelita II. Dalam Repelita I kegiatan pencarian atau penemuan penderita dan pengobatan dilakukan secara sangat terbatas. Sejak Repelita II kegiatan tersebut ditingkatkan, khusus untuk pencarian penderita ditambah dengan kegiatan pe-meriksaan anak sekolah dan pemeriksaan kontak. Pada Repelita III selain kegiatan-kegiatan pemeriksaan dan pengobatan, di-lakukan pula kegiatan penunjang dengan mengadakan survai dan evaluasi pengobatan di sejumlah lokasi/kecamatan. Penderita kusta yang memerlukan perawatan, ditampung di Rumah-rumah Sa-kit Kusta. Di samping diberi pengobatan, dilakukan pula usaha rehabilitasi, antara lain dalam bentuk latihan keterampilan. Bidang-bidang keterampilan yang diberikan meliputi bidang in-dustri, pertukangan, pertanian dan lain-lain. Dengan keteram-pilan ini diharapkan penderita kusta dapat mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.

Penyembuhan penyakit kusta memerlukan waktu lama. Dengan demikian dampak pengobatan tidak dapat dilihat dalam waktu singkat. Dampak tersebut baru terlihat kira-kira 10 - 20 ta-hun kemudian. Namun demikian, seperti terlihat pada Tabel XVIII-5, sampai dengan tahun pertama Repelita IV, dari tahun ke tahun jumlah penderita kusta baru cenderung makin berku-rang. Demikian pula halnya dengan penderita cacat akibat kusta dan penderita kusta pada anak-anak.

8) Penyakit Gila Anjing dan Pes

Pencegahan penyakit gila anjing atau rabies dilaksanakan dengan vaksinasi hewan/anjing, pemeriksaan sediaan tersangka rabies dan pengobatan terhadap orang yang digigit hewan ter-sangka rabies. Pada tahun 1984/85 telah dilakukan pemeriksaan 1.346 buah sediaan tersangka rabies, dan diberikan pengobatan terhadap sekitar 15.000 orang yang digigit hewan tersangka rabies.

Selama Repelita III rata-rata tiap tahunnya dilakukan vaksinasi terhadap 37.000 ekor hewan, pemeriksaan 1.640 buah sediaan tersangka rabies, dan diberikan pengobatan terhadap

XVIII/26

Page 27: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

13.000 orang yang digigit hewan tersangka rabies. Pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) vaksinasi hewan dipusatkan didaerah yang terjangkit rabies yaitu di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara. Kegiatan-kegiatan pemberantasan rabies dalam Repelita III dan Repelita IV merupakan peningkatan ke-giatan pada Repelita II. Sejak Repelita II upaya pemberan-tasan rabies dilaksanakan bekerja sama dengan Departemen Per-tanian. Dalam Repelita I dan tahun-tahun sebelumnya, upaya untuk mencetak dan memberantas rabies telah ada meskipun belum seintensif upaya dalam Repelita-Repelita selanjutnya.

Pegyakit pes terakhir ditemukan di Indonesia pada tahun 1970. Sejak itu telah dilakukan pengamatan terus menerus oleh karena diperkirakan kuman pes masih ada pada hewan (tikus). Pengamatan dilakukan dengan pemeriksaan sediaan dan pengo-batan penderita tersangka pes. Selama Repelita III, telah di-periksa 4.769 buah sediaan tersangka pes dengan hasil nega-tip. Pada tahun 1984/85 diberikan pengobatan terhadap 395 orang tersangka menderita penyakit pes (sebelum hasil peme-riksaan spesimen diketahui).

9)Penyakit Cacing Tambang dan Parasit Perut Lainnya.

Prioritas pemberantasan adalah daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi, misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Pada tahun 1984/85 upaya pemberantasan penyakit Cacing Tambang dan Parasit Perut lainnya telah ditingkatkan di 27 Propinsi dibanding tahun 1983/84 yang hagya mencakup 24 Propinsi. Dalam tahun itu juga telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 14.000 sediaan darah untuk menentukan kadar haemoglobin dan 14.000 sediaan tinja untuk menentukan jenis parasit, serta pengobatan terhadap sekitar 123.000 orang pen-duduk. Sedangkan untuk tahun 1983/84 telah dilakukan pemerik-saan terhadap 24.000 sediaan tinja dan darah serta pengobatan pada 181.000 orang penderita.

Selama Repelita III telah diperiksa 103.000 sediaan tinja dan darah penduduk serta diberikan pengobatan terhadap 641.522 penduduk. Selama Repelita II pemeriksaan darah dan tinja masih terbatas pada 8.000 sediaan darah dan 11.000 se-diaan tinja serta pengobatan terhadap 91.000 orang penduduk. Selama Repelita I kegiatan tersebut baru pada tingkat perco-baan.

10) Pezyakit Anthrax

Usaha pemberantasan penyakit anthrax dalam tahun 1984/85

XVIII/27

Page 28: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

telah dilakukan dengan melaksanakan pengumpulan dan pemerik-saan 348 sediaan, dan pengobatan terhadap 99 orang penderita tersangka anthrax. Sedangkan pada tahun 1983/84 telah dilaku-kan pengumpulan dan pemeriksaan ± 100 sediaan, seta pengobatan terhadap 100 penderita. Lokasi pemberantasan masih tetap dilakukan didaerah endemis yaitu Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan Timor Timur. Dalam Repelita II telah diperiksa 11 sediaan, dan pengobatan penderita 34 orang. Dalam Repelita III telah dilakukan survai di 8 lokasi, pengumpulan dan peme-riksaan 351 sediaan dan pengobatan terhadap 814 orang pende-rita tersangka anthrax dari daerah-daerah yang endemis anthrax di Jawa. Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur.

11) Penyakit Kelamin

Sebagaimana halnya selama Repelita III, dalam Repelita IV usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit kelamin dipriori-taskan pada Syphilis dan Gonorhoe (GO) di kota-kota besar dan pelabuhan. Pada tahun 1984/85 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 185.000 sediaan darah dan pemeriksaan GO pa-da 64.000 orang serta pengobatan terhadap 41.000 penderita penyakit kelamin. Kegiatan pemeriksaan darah dan pemeriksaan GO dalam Repelita III tercatat masing-masing 895.000 sediaan darah dan 262.000 pemeriksaan GO. Jumlah penderita tersangka yang memperoleh pengobatan pencegahan selama Repelita III se-jumlah 270.000 orang.

Apabila dibandingkan dengan Repelita II, kegiatan peme-riksaan sediaan darah dan pemeriksaan GO pada Repelita III meningkat masing-masing 14% dan 40%. Dengan adanya perubahan nilai sosial budaya penduduk, sejak akhir Repelita III angka kesakitan GO lebih meningkat dan ada kecenderungan menyebar ke desa-desa. Sebaliknya syphilis melalui kegiatan pengobatan pencegahan saat ini tidak lagi merupakdn masalah kesehatan yang besar dan tidak pernah ada laporan tentang adanya syphi-lis bawaan.

12) Penyakit Frambusia

Dalam rangka pemberantasan penyakit frambusia, dalam ta-hun 1984/85 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 4,2 juta penduduk. Di samping itu telah diberikan pengobatan ter-hadap 84.000 penderita. Selama Repelita III telah diperiksa sekitar 36,6 juta penduduk dan pengobatan terhadap lebih dari

XVIII/28

Page 29: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

0,5 juta orang. Dengan diintensifkannya pemeriksaan dan peng-obatan penderita, terutama sejak Repelita III, maka jumlah penderita yang menular cenderung menurun.

13) Karantina dan Kesehatan Pelabuhan

Untuk mencegah penyebaran penyakit dari suatu tempat/wi-layah/daerah ke tempat/wilayah/daerah lainnya, dilaksanakan upaya kesehatan pelabuhan, kesehatan haji, pengamanan perpin-dahan penduduk, isolasi penderita penyakit menular dan peng-amatan penyakit menular dan vektornya.

Pada tahun 1984/85 telah dilakukan pengamatan. terhadap sekitar 42.000 orang jemaah haji, dan pengamanan dari bahaya penyakit menular, khususnya malaria, terhadap 31 lokasi baru transmigrasi. Selama Repelita III telah diamati sekitar 287.000 orang jemaah haji dan pengamanan 193 lokasi transmi-grasi. Di samping itu telah ditingkatkan fasilitas kerja 35 Kantor Kesehatan Pelabuhan Laut dan Udara. Sejalan dengan itu juga ditingkatkan keterampilan petugas.

Pengamatan penyakit menular tidak hanya. dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit yang nyatatelah diketahui baha-yanya dan menimbulkan masalah, tetapi juga terhadap penyakit yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan masalah. Kegiatan terse-but dilakukan dengan penelitian lapangan dan membentuk unit-unit pengamatan epidemiologi (“surveillance”) untuk mengen-dalikan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 1984/85 telah dilakukan penelitian atas terjadinya 3.478 KLB, penelitian terhadap penyakit-penyakit tertentu di 413 Rumah Sakit, dan pengambilan sampel sekitar 10.000 sampel. Informasi dan data tentang perkembangan berbagai penyakit menular secara berkala disebarluaskan kepada para petugas kesehatan di Puskesmas me-lalui Bulletin Epidemiologi.

c. Perbaikan Gizi

Program Perbaikan Gizi bertujuan untuk menunjang upaya penurunan angka kematian balita dan meningkatkan kemampuan masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal me-lalui peningkatan status gizi terutama bagi golongan rawan dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota.

Kegiatan dalam Repelita IV merupakan kelanjutan dari Repe-lita III dengan prioritas diberikan kepada kegiatan-kegiatan

XVIII/29

Page 30: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), pencegahan dan penang-gulangan penyakit gangguan gizi terutama Kurang Kalori Protein (KKP), kekurangan vitamin A, gondok endemik, anemia gizi besi, peningkatan gizi anak sekolah, pelayanan gizi intitusi dan pengembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dirintis pada Repelita I dalam rangka pencegahan dan penanggulangan maaalah gizi, terutama kurang kalori dan protein (KKP). Ke-giatan utamanya berupa penyuluhan gizi dan penggalakan peman-faatan pekarangan, peternakan ayam, dan kolam ikan untuk me-ningkatkan konsumsi protein keluarga, khususnya protein he-wani. Oleh karena itu UPGK merupakan kegiatan lintas sektor antara sektor kesehatan dan pertanian serta didukung oleh sektor pendidikan, agama dan pemerintah daerah. Dalam Repe-lita I UPGK baru dilaksanakan di 8 Propinsi, 39 Kabupaten, 239 Kecamatan dan 1.582 desa.

Dalam Repelita II kegiatan UPGK diperluas di 25 Propinsi meliputi lebih dari 2.000 desa. Pada kurun waktu ini mulai dirintis pembentukan Taman-taman Gizi di beberapa desa, se-bagai tempat berkumpul ibu-ibu dengan anak balita memperoleh penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Pada masa lima tahun dalam Repelita II anak balita yang mem-peroleh pelayanan UPGK tercatat sebanyak 171.600 anak.

Dalam Repelita III UPGK ditingkatkan dengan kegiatan yang meliputi penimbangan balita dengan menggunakan timbangan se-tempat (dacin) dan kartu menuju sehat (KMS), penyuluhan ten-tang penanggulangan diare dengan oralit, pemberian tambahan vitamin A kepada anak-anak balita dan pil besi bagi ibu-ibu hamil, peningkatan pemanfaatan pekarangan, serta penyuluhan gizi umum lainnya. Sementara itu jumlah Taman Gizi dan Pos-Pos Penimbangan di desa-desa terus bertambah, baik yang di-bentuk oleh Pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat sendiri.

Untuk menjangkau lebih banyak desa dengan lebih cepat, dalam Repelita III kegiatan UPGK dipadukan dengan kegiatan program KB dan sebaliknya. Dengan demikian jumlah desa yang menjalankan UPGK dalam lima tahun Repelita III melonjak men-jadi 40.085 desa dan meliputi 8.750.000 anak balita.

Dalam Repelita IV sasaran UPGK lebih diarahkan untuk men-dukung upaya menurunkan angka kematian bayi. Untuk itu seba-gian kegiatan UPGK tidak saja dipadukan dengan KB tetapi juga dengan imunisasi. Sedang Taman-taman Gizi dan Pos-pos Penim-

XVIII/30

Page 31: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

bangan Anak Balita di desa-desa sebagian berfungsi sebagai Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu.

Pada tahun 1984/85 jumlah desa yang telah menjalankan UPGK berjumlah 4.450 desa baru yang mencakup 890.000 anak balita. Dengan demikian secara kumulatip sejak Repelita I sampai tahun pertama Repelita IV jumlah desa yang melakukan UPGK diperkirakan sudah mencapai kurang lebih 44.000 desa, termasuk desa-desa UPGK dengan swadaya masyarakat, tersebar disemua propinsi serta mencakup lebih dari 9,6 juta anak ba-lita. Dengan makin meluasnya kegiatan UPGK sejak akhir Repe-lita III yang lalu telah nampak kecenderungan menurunnya ber-bagai gangguan gizi pada anak balita.

Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A, juga sudah dirintis sejak Repelita I terhadap lebih dari 100.000 anak di 5 propinsi dengan memberikan vitamin A dari minyak kelapa sawit dan kapsul vitamin A dosis tinggi melalui paket UPGK dan Puskesmas. Perintisan ini dilanjutkan dan ditingkat-kan dalam Repelita II dan III hanya dengan kapsul vitamin A dosis tinggi. Pemberian minyak kelapa sawit ditiadakan karena berbagai alasan teknis. Dalam Repelita II jumlah anak balita yang memperoleh kapsul vitamin A baru mencapai lebih dari 150.000 anak di 25 propinsi. Dalam Repelita III jumlah ter-sebut sangat meningkat menjadi lebih dari 11,0 juta anak atau rata-rata tiap tahunnya dicakup kurang lebih 2,0 juta anak. Pada tahun pertama Repelita IV di samping melanjutkan pembe-rian vitamin A dosis tinggi kepada kira-kira 11,0 juta anak yang dicakup dalam Repelita III, diberikan pula kepada 890.000 anak baru.

Dalam Repelita IV akan diadakan evaluasi lebih lanjut tentang dampak pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terha-dap penanggulangan kebutaan akibat kekurangan vitamin A. Ha-sil evaluasi akan menentukan kebijaksanaan distribusi vitamin A dosis tinggi di tahun-tahun selanjutnya.

Kegiatan upaya penanggulangan anemia gizi besi, seperti halnya pada Repelita III, diintegrasikan ke dalam salah satu kegiatan UPGK. Selama Repelita III telah dilayani lebih dari 1,7 juta wanita hamil dengan tablet zat besi atau lebih dari 350.000 ibu hamil setiap tahunnya. Pada tahun 1984/85 jumlah yang memperoleh tablet zat besi adalah 150.000 wanita hamil, 340.000 anak sekolah dan 500.000 pekerja berpenghasilan rendah.

XVIII/31

Page 32: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Penanggulangan gondok endemik telah ditingkatkan sejak Repelita III dan hasilnya nampak pada penurunan angka kesa-kitan gondok pada tahun, pertama Repelita IV. Pada akhir Repe-lita III di daerah-daerah tertentu gondok endemik masih men-capai 50%, sedangkan pada tahun 1984/85 turun menjadi 46%. Sejak Repelita II penanggulangan gondok endemik dilaksanakan dengan penyuntikan larutan preparat yodium (lipiodol) dan me-ningkatkan konsumsi zat yodium dengan yodisasi garam konsumsi.

Dalam Repelita II jumlah penduduk daerah gondok endemik yang memperoleh suntikan lipiodol baru sekitar 1 juta orang. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 4,6 juta orang selama 5 tahun Repelita III atau rata-rata kurang lebih 920.000 orang setiap tahunnya. Pada tahun pertama Repelita IV jumlah terse-but adalah 1,3 juta orang. Sementara itu jumlah garam beryo-dium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih banyak penduduk di daerah gondok endemik.

Untuk mencegah timbulnya keadaan gizi buruk pada penduduk akibat krisis pangan, dalam Repelita III telah dirintis pe-ngembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) di Lom-bok Tengah (NTB), Boyolali (Jawa Tengah) dan Karang Asem (Bali).

Dalam Repelita IV, direncanakan untuk mengembangkan SKPG di beberapa daerah lain. Pada tahun 1984/85 telah dimulai pengembangannya di beberapa kabupaten lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, NTB dan NTT.

Dalam rangka mengembangkan pelayanan gizi institusi, mu-lai tahun pertama Repelita IV telah lebih ditingkatkan lagi pelayanan gizi di Rumah Sakit dan di beberapa Panti Asuhan. Di samping itu diadakan perintisan pelayanan gizi di bebe-rapa perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas te-naga kerja. Sementara itu penyuluhan gizi kepada masyarakat terus digalakkan, terutama tentang pentingnya Air Susu Ibu, makanan tambahan bagi bayi, cara menyusun makanan sehat dan murah bagi keluarga dan lain.sebagainya.

d. Penyediaan Air Bersih

Salah satu syarat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah tersedianya sarana air bersih yang cukup mema-dai bagi semua golongan masyarakat. Peranan air bersih sangat menentukan untuk mencegah timbulnya penyakit menular, khusus-

XVIII/32

Page 33: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

nya diare/kholera. Sejak Repelita II melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan telah diberikan bantuan sarana air bersih pedesaan. Bantuan tersebut terus ditingkatkan da-lam Repelita-Repelita selanjutnya. Dengan bantuan ini, jumlah penduduk pedesaan yang menikmati air bersih makin meningkat. Apabila pada akhir Repelita II baru 12% penduduk pedesaan yang menikmati sarana air bersih, maka akhir Repelita III me-ningkat menjadi 32%.

Sasaran program penyediaan air bersih diutamakan bagi masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan yang berpengha-silan rendah. Penyediaan air bersih diutamakan di daerah-daerah yang sulit memperoleh air bersih dan daerah endemis diare/kholera atau daerah yang angka penyakit perut lainnya tinggi.

Dalam Repelita I jumlah sarana air bersih yang dibangun masih sangat terbatas. Dalam Repelita II dan III pembangunan tersebut dilipat gandakan dengan pesat sekali untuk dapat menjangkau lebih banyak desa dalam waktu relatip singkat. Ke-bijaksanaan tersebut akan dilanjutkan dan makin digiatkan dalam Repelita IV.

Pada tahun 1984/85 melalui Program Inpres Bantuan Pem-bangunan Sarana Kesehatan telah dibangun tambahan sarana air bersih yang terdiri atas : 20 buah penampungan mata air de-ngan perpipaan (PP), 20 buah sumur arteris (SA), 450 buah penampungan mata air (PMA), 4.500 buah penampungan air hujan (PAH), 60.000 buah sumur pompa tangan dangkal (SPTDK), 7.500 buah sumur pompa tangan dalam (SPTDL), dan 12.511 sumur gali (SGL) (label XVIII-1).

Dalam Repelita III telah berhasil dibangun 625 buah PP, 200 buah SA, 6.400 buah PMA, 19.000 buah PAH, 245.000 buah SPTDK, 25.000 buah SPTDL, dan 18.500 SGL. Dibanding dengan pembangunan sarana air bersih dalam Repelita II terjadi penu-runan pembangunan PP, SA dan SPTDK masing-masing 10, 44 dan 30 persen. Penurunan pembangunan PP dan SA disebabkan makin su-litnya mencari sumber air. Mulai Repelita III pembangunan SPTDK dikurangi dan diganti sebagian dengan SGL. Di beberapa daerah SGL lebih efektip dari pada SPTDK.

Dalam membangun sarana air bersih pedesaan disadari pen-tingnya partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu dalam setiap usaha pembangunan sarana air bersih diperhatikan juga segi penyuluhan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masya-

XVIII/33

Page 34: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

rakat. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan penting-nya air bersih, diharapkan masyarakat akan ikut bertanggung-jawab terhadap pembangunan dan pemeliharaan sarana air bersih yang telah dibangun.

Mengingat masih terbatasnya kemampuan sebagian masyara-kat, untuk pemeliharaan sarana air bersih yang sudah dibangun disediakan bantuan dana pemeliharaan, dan juga melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan. Di samping itu melalui Puskesmas-puskesmas disediakan tenaga sanitasi yang antara lain ditugaskan membantu masyarakat dalam memelihara/merawat sarana air bersih yang sudah dibangun dan memberikan penyu-luhan kesehatan kepada masyarakat.

e. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Program kesehatan lingkungan bertujuan mencapai mutu lingkungan yang dapat menjamin kesehatan menuju derajat kese-hatan masyarakat yang gptimal. Pelaksanaannya adalah dengan mewujudkan kegiatan-kegiatan : (1) penyehatan perumahan dan lingkungan, (2) pengawasan kualitas lingkungan, dan (3) peme-riksaan spesimen kesehatan lingkungan.

Kegiatan pertama tentang penyehatan perumahan dan ling-kungan dilaksanakan dengan peningkatan penyehatan perumahan, pembuangan kotoran manusia dan air limbah serta penyehatan pengelolaan sampah.

Untuk penyehatan pembuangan kotoran manusia dan air lim-bah, melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan se-lama dua Repelita yang lalu telah diberikan bantuan jamban keluarga (Tabel XVIII-1). Pada Repelita II diberikan bantuan lebih dari 1 juta buah jamban keluarga. Pada akhir Repelita II diadakan evaluasi atas manfaat bantuan sarana jamban ke-luarga. Hasil evaluasi menunjukkan diperlukan dukungan penyu-luhan kesehatan yang lebih intensif agar bantuan sarana jam-ban keluarga dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Oleh ka-rena itu dalam Repelita III bantuan fisik berupa sarana jam-ban keluarga dikurangi menjadi 746.530 buah atau 29% lebih rendah dari bantuan Repelita II, dan sebaliknya dana bantuan untuk penyuluhan kesehatan ditingkatkan. Pada tahun 1984/85 jumlah jamban tersebut dibatasi menjadi hanya 16.765 buah se-bagai sarana percontohan. Di samping itu mulai Repelita III diberikan bantuan juga untuk sarana air limbah (SPAL) seba-nyak 30.765 buah dan 18.980 buah pada tahun 1984/85. Penye-hatan pengelolaan sampah dilaksanakan sebagai bagian dari program penyuluhan kesehatan.

XVIII/34

Page 35: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Kegiatan kedua, pengawasan kualitas lingkungan, penga-wasan higiene dan sanitasi makanan; pengawasan higiene dan sanitasi tempat-tempat umum (TTU); pengawasan kualitas air minum dan air untuk kegunaan lainnya, pengawasan sanitasi tempat penyimpanan, penggunaan dan peredaran pestisida (TP3), pengawasan vektor, serta pengawasan sanitasi industri. Pada tahun 1984/85 telah dilakukan pengawasan higiene dan sanitasi TTU dan tempat-tempat pembuatan/penyajian makanan-minuman di 5.457 lokasi, pengawasan vektor masih dalam persiapan, dan pengawasan sanitasi industri di 1.316 lokasi.

Untuk kegiatan ketiga yaitu pemeriksaan spesimen kese-hatan lingkungan dilakukan melalui balai teknik kesehatan dan laboratorium kesehatan. Dalam Repelita III Balai Teknik Kese-hatan Lingkungan (BTKL) diarahkan untuk melaksanakan pemerik-saan spesimen kesehatan lingkungan meliputi air minum, badan air, kolam renang, buangan cair industri atau rumah tangga, tanah, udara, gas buangan industri maupun rumah tangga baik secara biologi, kimia maupun radioaktifitas, baik untuk ke-perluan diagnose maupun therapi. Selama Repelita III telah dilakukan pemeriksaan contoh (sample) air secara biologi dan kimia sekitar 18.000 contoh. Dalam Repelita IV fungsi dan jumlah BTKL ditingkatkan dengan mempersiapkan berdirinya BTKL di kota pusat pembangunan utama yakni Jakarta, Surabaya, Medan, dan Ujung Pandang, dan penambahan peralatan dan mutu tenaga pengelola. Dalam tahun 1984/85 telah dilakukan pula pemeriksaan contoh secara biologi dan kimia sekitar 7.900 contoh.

f. Penyuluhan Kesehatan

Program penyuluhan kesehatan dalam Repelita IV diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Dengan demikian diha-rapkan masyarakat dapat melaksanakan cara hidup sehat dan dapat berperan aktif dalam upaya kesehatan, agar dapat mewu-judkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut pada Repelita IV, kegiatan-kegiatan penyuluhan kese-hatan masyarakat (PKM) dalam Repelita III dilanjutkan dan lebih ditingkatkan dengan dikelompokkan dalam 3 kelompok ke-giatan yaitu : (1) peningkatan komunikasi dan penyebaran in-formasi kesehatan, (2) peningkatan pembinaan peranserta ma-syarakat di bidang kesehatan, dan (3) peningkatan pembinaan petugas pengelola dan pelaksana program PKM.

Untuk kegiatan komunikasi dan penyebarluasan informasi, pada tahun 1984/85 telah dilaksanakan melalui media masa

XVIII/35

Page 36: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

elektronik yaitu radio sebanyak 7.175 kali siaran radio Peme-rintah dan swasta di pusat dan daerah; siaran TV sebanyak 113 kali, dan pembuatan sebuah film yang diputar di berbagai pelo-sok tanah air. Sedang penyebaran informasi kesehatan melalui media cetak dilaksanakan melalui 279.000 buah/lembar poster, leaflet, buku pedoman, bulletin, kartu permainan simulasi dan lain-lain. Mulai tahun 1984/85 dicoba memasukkan pesan-pesan penyuluhan kesehatan kedalam program koran masuk desa beker-jasama dengan Departemen Penerangan. Untuk tahun pertama ini, percobaan dilakukan di 1.000 desa dari 4 Kabupaten di 2 Pro-pinsi Sumatera Barat dan Jawa Barat dan pada tahun-tahun ber-ikutnya direncanakan untuk meluaskan kegiatan ini ke daerah-daerah lain. Media lain yang dimanfaatkan adalah media komu-nikasi tradisional seperti wayang, drama gong di Bali dan lain-lain sebanyak 903 kali pada tahun 1984/85.

Penyebaran informasi kesehatan selain melalui media masa, juga dilakukan melalui pendekatan kelompok, pameran dan lain-lain. Pelaksanaan pendekatan kelompok dilaksanakan oleh pe-tugas-petugas Puskesmas. Sejak tahun pertama Repelita IV te-lah dimulai juga penyebaran informasi kesehatan di Rumah-rumah Sakit.

Apabila dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan pada Repe-lita III dan II, penyebaran informasi melalui media elektro-nik dan cetak pada tahun 1984/85 mulai lebih terarah dan le-bih intensip serta lebih menyebar jangkauannya. Pesan-pesan penyuluhan kesehatan yang ditonjolkan mulai tahun 1984/85 terutama tentang gizi (termasuk manfaat Air Susu Ibu), imuni-sasi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana, tanpa mengabaikan pesan-pesan kesehatan lain yang diperlukan. Ke-empat pesan pokok penyuluhan tersebut lebih sering ditonjol-kan dalam rangka menunjang upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dalam Repelita III pesan-pesan penyuluhan tentang gizi, imunisasi dan KB juga sudah mendapat perhatian, namun penekanannya pada waktu itu lebih banyak pada segi sa-nitasi untuk mendukung Program Inpres Bantuan Pembangunan Sa-rana Kesehatan, khususnya bantuan jamban keluarga. Pesan ten-tang sanitasi akan terus ditingkatkan pada Repelita IV di samping pesan-pesan pokok lainnya.

Upaya penyebaran informasi kesehatan pada Repelita II dan sebelumnya meskipun sudah mendapat perhatian, belum dapat di-laksanakan dengan terarah dan lebih baik oleh karena kurang-nya tenaga terdidik di bidang ini, belum memadainya perleng-kapan yang diperlukan dan sebagainya.

XVIII/36

Page 37: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Dalam rangka peningkatan pembinaan peranserta masyarakat, pada tahun 1984/85 telah dilaksanakan latihan-latihan terha-dap 27.490 kader penyuluh kesehatan dan terhadap 8.100 dukun bayi. Untuk lebih menggalakkan peranserta pers dalam penye-barluasan informasi kesehatan, tahun 1984/85 diadakan pena-taran terhadap 30 orang wartawan. Sejak awal Repelita III te-lah dikembangkan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam rangka lebih mendorong partisipasi masyara-kat di bidang kesehatan. Dalam 5 tahun Repelita III PKMD telah dikembangkan di 7.693 desa. Pada tahun 1984/85 terca-tat 3.000 desa baru yang mengembangkan PKMD.

Untuk menggiatkan program penyuluhan kesehatan diperlukan pembinaan pengetahuan dan keterampilan para petugas. Untuk itu pada tahun 1984/85 telah dilatih 800 orang tenaga Penyu-luh Kesehatan dari berbagai kalangan petugas kesehatan, dan 80 orang wakil koordinator penyuluh lapangan.

g. Pengendalian Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya

Program P30M dalam Repelita IV terdiri dari dua bagian besar, yaitu : (1) pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan, dan (2) pengen-dalian dan pengawasan bahan berbahaya bagi kesehatan. Tujuan bagian program yang pertama adalah : (1) mencukupi jenis dan jumlah obat serta alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, merata dan terjangkau daya beli rakyat, (2) men-jamin mutu, keamanan, khasiat dan keabsahan obat, obat tradi-sional, narkotika, alat kesehatan, makanan, minuman, kosme-tika yang beredar di masyarakat, dan (3) mencegah penyalahgu-naan dan kesalahgunaan serta melindungi masyarakat dari ba-haya obat, narkotika, dan minuman keras.

Sedang tujuan bagian program kedua adalah : (1) melin-dungi masyarakat dan lingkungan terhadap bahan berbahaya ser-ta mencegah penyalahgunaan dan kesalahgunaan bahan-bahan ber-bahaya, dan (2) mencegah salah penanganan dan meningkatkan pengamanan proses pelaksanaan impor, produksi, distribusi, penyimpanan, penggunaan, pembuangan, pemusnahan atau pemulih-an limbah bahan berbahaya.

Dalam rangka mencukupi kebutuhan obat, sejak Repelita I telah diupayakan untuk mengurangi impor obat-obat jadi digan-ti dengan impor bahan baku obat, serta mulai meningkatkan industri farmasi dalam negeri. Dari upaya ini nilai obat

XVIII/37

Page 38: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

impor oleh swasta dapat diturunkan dari US $ 20 juta pada Re-pelita I menjadi US $ 1,6 juta pada akhir Repelita II atau terjadi pengurangan impor lebih dari 90%. Jumlah obat jadi yang masih diimpor pada akhir Repelita III seharga US $ 9,958 juta. Namun demikian nilai bahan baku obat yang diimpor me-ningkat dari US $ 19 juta pada Repelita I menjadi US $ 83,3 juta atau meningkat lebih dari tiga kali lipat pada akhir Re-pelita II. Pada akhir Repelita III jumlah impor bahan baku tersebut meningkat lagi menjadi US $ 509,13 juta atau naik sekitar 600% dari keadaan akhir Repelita II. Pada tahun 1984/85 impor obat jadi dan bahan baku obat masing-masing me-liputi US $ 1,993 juta dan US $ 127,66 juta.

Sementara itu industri farmasi swasta nasional terus tum-buh, demikian pula jumlah pedagang besar farmasi (PBF) dan apotik sejak Repelita I terus bertambah, sehingga memper-lancar dan makin memeratakan distribusi obat. Pedagang Besar Farmasi dan Industri Farmasi yang masing-masing hanya 274 dan 143 buah sebelum Repelita (1968), pada akhir Repelita III me-ningkat menjadi 912 dan 286 buah. Demikian pula jumlah Apotik meningkat dari 760 buah pada tahun 1968 menjadi 1.717 buah pada akhir Repelita III (Tabel XVIII-6). Untuk memperlancar distribusi obat, selama Repelita III telah dibangun 139 buah gudang farmasi untuk Kabupaten dan Kotamadya. Dalam Repelita IV direncanakan untuk melanjutkan pembangunan 10 gudang regi-onal, gudang farmasi untuk seluruh kabupaten/kotamadya dan menambah saran penyimpanan obat di RS dan Puskesmas. Pada tahun pertama Repelita IV dibangun 31 buah gudang farmasi kabupaten/kodya.

Dengan makin bertambahnya industri obat maka jumlah dan Janis obat yang diproduksi di dalam negeri terus meningkat. Dengan meningkatnya produksi obat tersebut kebutuhan obat me-lalui Rumah-Rumah Sakit dan Puskesmas pada awal Repelita IV ini dapat dipenuhi sampai kurang lebih 60%. Dari segi kebu-tuhan obat nasional, pada tahun 1984/85 produksi obat dalam negeri telah memenuhi kira-kira 90% kebutuhan nasional. Di-rencanakan pada akhir Repelita IV obat produksi dalam negeri mampu memenuhi kurang lebih 95% kebutuhan nasional.

Agar produksi dan pengadaan obat yang terus meningkat itu dapat terjangkau oleh daya beli rakyat telah dilakukan upaya pengendalian harga obat sejak Repelita I. Pertama-tama mela-lui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan diberikan subsidi obat bagi Rumah-rumah Sakit dan Puskesmas. Dengan subsidi ini tersedia obat esensial dengan harga rendah atau

XVIII/38

Page 39: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 6

PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI OBAT-OBATAN,

1968 - 1984/85

1973/741) 1978/791) 1)1983/84Unit Kefarmasian 1968 (Akhir Re-

pelita I)(Akhir Re-pelita II)

1982/832) (Akhir Re-pelita III)

1984/852)

1. Pedagang Besar Farmasi 274 721 880 13 912

2. Industri Farmasi 143 157 267 17 286 1

3. Apotik 760 1.147 1.413 75 1.717 33

1) Angka kumulatip sejak sebelum Repelita I2) Angka tahunan

XVIII/39

Page 40: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

cuma-cuma di RS dan Puskesmas. Kedua, mengurangi sebanyak mungkin obat impor dan membatasi impor bahan baku obat, dan mulai mengalihkan pada pemanfaatan bahan baku dalam negeri dan peningkatan produktivitas melalui peningkatan nilai tam-bah produksi dalam negeri. Upaya-upaya lain untuk pengenda-lian harga obat yang akan dilanjutkan dan ditingkatkan pada Repelita IV adalah peningkatan efisiensi produksi dan distri-busi, monitoring produksi dan kebutuhan nasional, dan pening-katan produksi obat generik esensial yang bermutu tinggi dan terjangkau daya beli masyarakat serta berfungsi sebagai pe-ngendali harga pasaran.

Dalam rangka pengawasan mutu dan pengamanan obat, makan-an, minuman dan lain-lain, pada Repelita III rata-rata setiap tahunnya terdaftar sekitar 2.000 produk obat dalam negeri dan 25 produk obat luar negeri. Selama lima tahun Repelita III obat dalam dan luar negeri yang terdaftar masing-masing ada-lah 9.280 dan 72. Pada akhir Repelita III persentase jenis produksi obat jadi di dalam negeri sudah mencapai titik optimal.

Untuk pengamanan peredaran makanan dan minuman selama Re-pelita III telah terdaftar sekitar 8.467 produk makanan dalam negeri dan 1.054 produk makanan luar negeri. Dibanding dengan Repelita II dan I, jumlah produk makanan dalam negeri yang terdaftar meningkat sekitar 7% pada Repelita III. Pada tahun 1984/85 jumlah produk makanan dalam dan luar negeri yang ter-daftar masing-masing adalah 2.090 dan 266 macam.

Untuk pengamanan pemakaian bahan kosmetika, pada tahun 1984/85 telah terdaftar 2.657 macam produk kosmetika dalam negeri dan 798 macam produk luar negeri. Selama Repelita III telah terdaftar bahan kosmetika dalam dan luar negeri masing-masing 3.696 dan 4.091 macam, atau rata-rata setiap tahunnya terdaftar 740 dan 818 macam bahan kosmetika. Untuk alat-alat kesehatan dalam Repelita III tiap tahunnya terdaftar rata-rata 368 macam alat produksi dalam negeri dan 5.125 macam produksi luar negeri. Pada tahun 1984/85 untuk alat-alat ter-sebut terdaftar 769 macam dalam negeri dan 816 macam produksi luar negeri.

Dalam rangka pelestarian dan pengembangan obat-obatan tradisional, telah dilakukan pengawasan dengan pendaftaran, memberikan informasi dan penyuluhan, serta meneliti khasiat obat-obat tradisional. Untuk tahun 1984/85 telah terdaftar 1.814 obat tradisional dari 120 buah perusahaan. Jumlah yang

XVIII/40

Page 41: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

telah diteliti khasiatnya mencapai 1.200 macam. Selama Repe-lita III rata-rata tiap tahunnya terdaftar 1.100 macam obat tradisional dan diteliti khasiatnya 400 macam. Dalam Repelita III telah diterbitkan buku-buku dan pedoman penyuluhan yang bersifat teknis untuk masyarakat umum tentang jamu gendong, tanaman obat-obatan dan lain-lain. Selain itu diadakan pula pertemuan-pertemuan ilmiah oleh Pemerintah maupun swasta. Usaha ini akan lebih ditingkatkan lagi dalam Repelita IV. Da-lam Repelita I dan II kegiatan di bidang obat tradisional belum mendapat perhatian seperti sejak Repelita III.

Untuk pengawasan bahan berbahaya sejak Repelita IV telah diadakan pengaturan izin impor badan usaha yang mengimpor dan mengedarkan bahan berbahaya tersebut dan telah diatur pula wajib daftar untuk bahan berbahaya serta pemeriksaan labora-torium terhadap sampel (contoh) bahan-bahan tersebut. Sejak Repelita III dikeluarkan pula peraturan larangan memproduksi dan mengedarkan minuman keras yang diimpor dan tidak terdaf-tar. Untuk melindungi masyarakat dari makanan atau bahan yang dapat merugikan kesehatan, pada tahun 1984/85 telah dikeluar-kan Peraturan Menteri Kesehatan tentang (1) makanan dalu-warsa, (2) pemanis buatan, (3) obat keras tertentu, (4) zat warna yang berbahaya, dan (5) Pengganti Air Susu Ibu.

Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pengawasan obat, makanan dan lain-lain bahan berbahaya, pada akhir Repelita III telah selesai dibangun laboratorium penguji obat dan ma-kanan di semua Propinsi. Sedang laboratorium pusat penguji obat dan makanan lebih canggih selesai dibangun pada tahun 1984/85 di Jakarta.

h. Pendidikan, Latihan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Program pendidikan dan latihan tenaga kesehatan pada Re-pelita IV terutama ditujukan untuk lebih meningkatkan upaya penyediaan tenaga kesehatan yang terampil dan bermutu. Selain itu jumlah tenaga tersebut diusahakan agar cukup memenuhi ke-butuhan jenis, macam dan sifat pekerjaan yang sesuai sehingga mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan pembaharuan dalam pembangunan kesehatan bagi seluruh ma-syarakat.

Sasaran peningkatan pendidikan dan latihan tenaga kese-hatan diarahkan kepada tenaga dokter, tenaga perawat kesehatan termasuk bidan, serta tenaga pembantu tugas-tugas para-

XVIII/41

Page 42: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

medik yang diperlukan guna menunjang peningkatan upaya kese-hatan Puskesmas yang didukung oleh upaya kesehatan rujukan.

Pada tahun 1984/85 dari 24 Fakultas Kedokteran (negeri dan swasta) yang ada diseluruh Indonesia, telah dihasilkan 1.300 orang dokter. Dalam Repelita III tenaga dokter bertam-bah sekitar 1.200 orang setiap tahunnya. Pada Repelita I dan II, jumlah dokter yang dihasilkan setiap tahunnya adalah se-kitar 950 orang. Jumlah dokter di Indonesia secara keseluruh-an sampai akhir tahun 1984/85 diperkirakan berjumlah sekitar 20.000 orang. Dibandingkan dengan jumlah penduduk maka pada saat ini rasio dokter dan penduduk adalah 1 : 8.200.

Sampai tahun pertama Repelita IV terdapat 349 Sekolah dan Akademi yang mendidik tenaga di berbagai bidang kesehatan. Pada tahun 1984/85 berbagai sekolah dan akademi tersebut menghasilkan 6.757 orang tenaga, sebagian besar adalah tenaga perawat kesehatan (termasuk kebidanan), serta tenaga Para-medis Non Perawat dan tenaga Pembantu Paramedik atau Pekarya Kesehatan. Tenaga kesehatan lainnya meliputi bidang-bidang sanitasi, gizi, elektromedik, analis medik, fisioterapi dan lain sebagainya. Di samping itu tenaga perawat kesehatan se-cara keseluruhan juga meningkat berturut-turut dari 16.059 orang pada Repelita I, menjadi 31.061 orang pada Repelita II dan menjadi 44.651 orang pada Repelita III, atau meningkat dengan 43% - 93% tiap Repelita (Tabel XVIII-7).

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan, pada tahun 1984/85 telah ditempatkan 541 orang dokter Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan dan 509 orang dokter “non Inpres” di seluruh Indonesia. Dokter gigi Inpres yang telah ditempatkan pada tahun 1984/85 adalah sebanyak 89 orang dan yang “non Inpres” 267 orang. Selain itu telah ditempatkan pu-la 105 orang dokter ahli 4 keahlian pokok (bedah, kebidanan dan penyakit kandungan, dokter anak, dan penyakit dalam) di 90 Rumah Sakit.

Seperti tahun-tahun Repelita yang lalu, dalam rangka mem-percepat proses pengangkatan dan kenaikan pangkat pegawai ne-geri, tiap tahun disediakan biaya untuk 70 tim penguji kese-hatan (TPK) yang berkedudukan di ibu kota propinsi untuk luar Jawa dan Bali atau di bekas ibukota karesidenan untuk Jawa dan Bali. Di masing-masing daerah tingkat II diangkat rata-rata 3 anggota dokter penguji tersendiri (DPT) dengan jumlah keseluruhan sekitar 900 DPT. Untuk meningkatkan kesehatan pe-jabat teras serta anggota DPR, setiap tahun disediakan biaya

XVIII/42

Page 43: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 7

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,1968 - 1984/85

1973/741) 1978/791) 1983/841)

Janis Tenaga 1968 (Akhir Re- (Akhir Re- 1982/8? }) (Akhir Re- 1984/852)

pelita I) pelita II) pelita III)

1. Dokter 5.000 6.221 10.456 600 17.647 1.300

2. Perawat ) 3.767 7.736 )) Perawat Kesehatan3) 31.0613) 2.307 44.651 3.619

3. Bidan ) 3.863 8.323 )

4. Paramedis lon Perawat dan PekaryaKesehatan4 2.085 24.248 35.577 1.1005) 47.8366) 2.2105)

5. Tenaga akademis bidangkesehatan 1.182 2.269 3.215 475 5.184 928

1) Angka kumulatip sejak sebelum Repelita I2) Angka tahunan3) Sejak tahun 1976/77 Perawat dan Bidan ditingkatkan

menjadi tenaga Perawat Kesehatan4) Sampai dengan tahun 1979/80 masih digolongkan sebagai tenaga Penjenang Kesehatan.5) Hanya Paramedis Non Perawat dan Pembantu Paramedik/Pekarya Kesehatan.6) Sebagiar besar tenaga Penjenang Kesehatan (angka diperbaiki).

XVIII/43

Page 44: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

untuk pemeriksaan kesehatan bagi kurang lebih 5400 - 5800 pe-jabat secara berkala.

Bagi para dokter yang mengikuti pendidikan keahlian pokok di berbagai Fakultas Kedokteran, pada tahun 1984/85 berjumlah sekitar 860 orang, diberikan tunjangan pendidikan. Setelah tamat, para dokter ahli ini akan ditempatkan di RS Propinsi/ Kabupaten kelas C.

i. Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan

Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan telah dimulai sejak Repelita I. Pelakaanaan program secara intensif dan terkordinasi diawali dengan pembentukan Inspektorat Jen-deral Departemen Kesehatan pada tahun 1972. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi peningkatan kemampuan perencanaan dan kemampuan analisa, koordinasi penyususunan rencana bidang kesehatan tranemigrasi, peningkatan kegiatan pengawasan di bidang-bidang keuangan dan perlengkapan, organisasi dan kepe-gawaian, serta tugas umum dan pembangunan, dan peningkatan kemampuan administrasi dan tatalaksana. Dalam rangka peng-olahan data ketenagaan dan fasilitas kesehatan, dalam Repe-lita II telah dilaksanakan pula studi kelayakan penggunaan komputer dan latihan bagi petugas komputer tersebut. Selama Repelita III, kegiatan-kegiatan tersebut ditingkatkan, dan meliputi bidang-bidang perencanaan dan penilaian program, pengawasan, penyempurnaan organisasi dan ketatalaksanaan, dan penyempurnaan administrasi keuangan. Sementara itu, pada ta-hun pertama Repelita IU.telah dilaksanakan peningkatan fungsi perencanaan dan penilaian, peningkatan pengelolaan adminis-trasi keuangan dan perlengkapan, serta pengembangan hukum dan kehumasan bidang kesehatan.

j. Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan

Program ini bertujuan untuk membakukan prasarana kesehat-an, dan menyediakan, serta meningkatkan prasarana dan sarana fisik, peralatan kerja, serta perumahan, sesuai dengan kebu-tuhan berbagai jenis dan tingkat unit kerja, guna meningkat-kan produktivitas dan prestasi kerja serta membantu kelancar-an pembangunan kesehatan.

Melalui program ini sejak Repelita I sampai dengan Repe-lita III telah dapat ditingkatkan berbagai fasilitas kerja yang meliputi pembangunan gedung kantor, pembangunan rumah dinas maupun pengadaan sarana kendaraan dinas. Sampai dengan

XVIII/44

Page 45: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

akhir Repelita III telah dapat dibangun dan diperluas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan di 23 propinsi, dan dibangun Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten sebanyak 98 buah. De-ngan telah dibangun dan diperluasnya Kantor Wilayah di Pro-pinsi-propinsi DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, Jambi dan Lam-pung, maka semua Kantor Wilayah Departemen Kesehatan telah memiliki gedung kantor dengan luas yang ditetapkan.

k. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Selama Repelita I Lembaga Riset Kesehatan Nasional telah melaksanakan 45 penelitian. Hasil penelitian tersebut telah dipergunakan sebagai bahan untuk merumuskan Repelita II oleh Satuan Tugas Penyusunan Repelita II bidang kesehatan.

Kegiatan-kegiatan dalam rangka penelitian dan pengem-bangan kesehatan yang dilaksanakan selama Repelita II telah menghasilkan sebanyak 143 penelitian termasuk 31 penelitian kerjasama dengan,badan-badan interhasional dan bilateral.

Selain kegiatan penelitian telah dilakukan juga pening-katan kemampuan institusional melalui (1) peningkatan kemam-puan tenaga peneliti, (2) pengembangan prasarana dan sarana penelitian, (3) penyempurnaan organisasi dan tatalaksana pe-nelitian dan peningkatan kerjasama ilmiah dengan berbagai instansi/lembaga di dalam dan di luar negeri.

Untuk kegiatan peningkatan jaringan informasi dan doku-mentasi ilmiah bidang kesehatan dan kedokteran telah dilaksa-nakan (1) peningkatan dan pengembangan sistem Jaringan Infor-masi dan Dokumentasi Ilmiah Kesehatan dan Kedokteran (JIDIKK), (2) pengembangan dan pembinaan sistem Penghimpunan dan Pengelolaan dan (3) pengembangan dan pembinaan sistem Pe-layanan Informasi Ilmiah.

Pada tahun 1984/1985 telah dilaksanakan 29 judul peneli-tian. Dibandingkan dengan tahun kelima Repelita III jumlah judul penelitian lebih sedikit, karena dikonsentrasikan pada masalah-masalah nyata yang dihadapi para pelaksana program.

Pada tahun ini telah dimulai pelaksanaan survai kesehatan rumah tangga yang akan selesai pada akhir 1986. Hasil-hasil dari survai ini digabungkan dengan data-data dari sumber lain diarahkan sebagai bahan telaah pelaksanaan Repelita IV. Se-dangkan hasil-hasil penelitian lainnya diharapkan dapat di-manfaatkan untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan

XVIII/45

Page 46: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

kesehatan tahun berikutnya.

Pengembangan tenaga peneliti terutama ditujukan pada pe-ningkatan kemampuan di bidang materi penelitian dan metodo-logi penelitian. Tahun ini telah dapat dikirim 13 orang untuk mengikuti pendidikan di berbagai perguruan tinggi, serta 35 orang mengikuti pendidikan jangka pendek di dalam dan di luar negeri. Sedangkan untuk seminar dan lokakarya di dalam dan di luar negeri telah dikirim 50 orang tenaga peneliti.

1. Generasi Muda

Program Generasi Muda di bidang kesehatan berorientasi pada pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi generasi muda (0-30 tahun). Dengan demikian program generasi muda diarahkan untuk membentuk generasi muda yang sehat fisik, mental dan sosial sehingga menjadi produktif dan berperanserta aktif da-lam pembangunan khususnya pembangunan kesehatan. Dalam rangka peningkatan gizi dan kesehatan generasi muda, selama Repelita III telah dilakukan percontohan perawatan anak Balita gizi buruk melalui Puskesmas di 500 desa pada 50 kecamatan di 25 kabupaten, dan 13 propinsi.

Dalam rangka melindungi dan mencegah anak remaja dari ba-haya narkotika dan penggunaan obat berbahaya lainnya, diberi-kan hantuan rehabilitasi korban narkotika bagi remaja yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. di RSKO Jakarta, serta dilakukan upaya pengikutser.taan guru SLTP/SLTA dan to-koh masyarakat dalam menanggulangi bahaya narkotika.

Dalam rangka mengikut-sertakan golongan remaja dalam ke-giatan kesehatan masyarakat, dilaksanakan percontohan peran-serta anak sekolah, pramuka dan generasi muda luar sekolah dalam memberikan penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan, kebersihan perorangan serta upaya kesehatan dari anak untuk anak dalam bentuk dokter kecil, paket UKS dan pandu kesehatan sekolah serta praktek penyuluhan oleh anak remaja.

Sementara itu, pada tahun pertama Repelita IV telah di-laksanakan penataran pengelola Program Generasi Muda di bidang kesehatan, pelayanan terpadu Gizi-UKS, pelayanan konsultasi kesehatan remaja di DKI Jakarta, penanggulangan penyalahgu-naan obat/narkotika dan peningkatan peranserta generasi muda dalam bidang kesehatan dalam bentuk pengadaan sarana PPPK untuk 400 SD, penerbitan warta empat kali setahun, pengadaan poster generasi muda sehat, serta pengadaan paket modul la-tihan dokter kecil.

XVIII/46

Page 47: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

m. Peranan Wanita

Program Peranan Wanita dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan wanita khususnya wa-nita hamil dan menyusui, wanita pekerja terutama yang ber-penghasilan rendah di desa maupun di kota. Selain itu program ini bertujuan pula untuk meningkatkan pengetahuan dan ketram-pilan wanita dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi keluarga, khususnya perawatan dan pemeliharaan bayi dan anak-anak. Sasarannya adalah kelompok umur 10-45 tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan melalui pembinaan organisasi/kelompok wanita, pembinaan keterampilan kader desa dan kegiatan pembinaan pelayanan kepada masyara-kat, peningkatan pengetahuan wanita, taman gizi dan kampanye gizi. Selama Repelita III kegiatan telah dilaksanakan disemua propinsi dan Kabupaten/Kotamadya yang mencakup 1.284 Keca-matan dan 2.571 desa. Sementara itu, pada tahun pertama Repe-lita IV telah dilaksanakan penyebarluasan informasi kesehatan kepada kalangan wanita di tingkat propinsi, kabupaten, dan kecamatan sebanyak 886 kali, serta pembinaan peranserta kaum wanita di bidang kesehatan dalam bentuk Gerakan Keluarga Se-hat, pemberian motivasi kepada pengelola perusahaan serta penyuluhan langsung kepada Tenaga Kerja Wanita (Nakerwan), dan pemberian motivasi kepada pemuka masyarakat terhadap pe-nyalahgunaan narkotik dan obat berbahaya lainnya (Narkoba).

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Pendahuluan

Sebagaimana diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, upaya penyantunan dan rehabilitasi sosial ditujukan kepada anggota-anggota masyarakat yang kurang beruntung kehi-dupannya agar mereka memperoleh kesempatan yang lebih luas dan merata untuk ikut serta dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Termasuk ke da-lam golongan masyarakat yang kurang beruntung ini adalah para penyandang cacat, fakir miskin, lanjut usia, anak-anak ter-lantar, yatim piatu, cacat veteran, keluarga pejuang kemerde-kaan yang kurang mampu, mereka yang hidupnya terasing dan terbelakang, para tuna sosial, gelandangan, korban bencana alam, dan korban narkotika.

XVIII/47

Page 48: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Dengan demikian maka pembangunan kesejahteraan sosial me-rupakan salah satu upaya menuju tercapainya keadilan sosial karena pada akhirnya tujuan dan hasil pembangunan harus dapat meningkatkan kadar dan taraf kehidupan masyarakat secara ke-seluruhan. Pada gilirannya, keadaan sosial masyarakat yang baik akan lebih memperlancar pelaksanaan pembangunan selan-jutnya.

Penanganan masalah-masalah tersebut di atas, sejak sebe-lum masa Repelita, selalu dilaksanakan dengan bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang ada, karena pada hakekatnya usaha pembangunan itu, lebih-lebih pemba-ngunan di bidang kesejahteraan sosial, harus merupakan hasil partisipasi dari seluruh anggota masyarakat.

Dalam Repelita IV pembangunan di bidang kesejahteraan so-sial di samping diarahkan pada kelanjutan, peningkatan, per-baikan dan perluasan segala kegiatan yang berfungsi pela-yanan, penekanan akan lebih diutamakan pada kegiatan yang berfungsi pencegahan dan pengembangan. Dalam kaitan ini kesa-daran sosial, disiplin sosial dan tanggung jawab sosial akan memperoleh perhatian yang lebih besar.

Untuk itu dalam Repelita IV akan ditingkatkan usaha kese-jahteraan sosial dengan lebih mengarahkan dan memberikan ke-sempatan luas kepada masyarakat agar dapat lebih mampu ber-peranserta dalam proses pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Di samping itu akan ditingkatkan pula kemampuan ma-syarakat dalam menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial di daerah secara lebih terpadu dan terarah, disertai upaya untuk mendorong kesediaan dan kegairahan masyarakat un-tuk menjadi pekerja-pekerja sosial, serta menumbuhkan nilai-nilai dan sikap sosial yang menunjang pembangunan dan pemben-tukan sikap kemandirian dalam kebersamaan.

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Menyadari bahwa permasalahan-permasalahan sosial masih terus akan dihadapi dalam masa-masa yang akan datang maka pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang, hasil-hasilnya telah dapat dirasakan selama ini akan dilanjutkan, ditingkat-kan dan diperluas jangkauannya dalam rangka memelihara, memu-lihkan dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

Untuk itu langkah-langkah kebijaksanaan yang akan ditem-puh adalah, antara lain, sebagai berikut :

XVIII/48

Page 49: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

(1) Dalam usaha memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu pelayanan dan bimbingan sosial, partisipasi sosial masya-rakat akan ditingkatkan, termasuk para pengusaha serta lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial. Usaha peningkatan kese-jahteraan sosial yang mencakup semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, meme-lihara, memulihkan dan meningkatkan kesejahteraan sosial, dilaksanakan bersama dan sebagai tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan masyarakat.

(2) Pembangunan bidang kesejahteraan sosial diusahakan dilak-sanakan secara terpadu, baik dalam tahap perencanaannya maupun pelaksanaannya, sehingga segala sesuatunya benar-benar tepatguna dalam rangka pembangunan nasional dan pembangunan daerah.

(3) Meneruskan usaha-usaha untuk meningkatkan dan mengem-bangkan kemampuan serta peranan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang jaminan sosial untuk dapat menjangkau golongan masyarakat yang lebih luas.

(4) Meningkatkan dan mengembangkan tenaga-tenaga kesejah-teraan sosial, antara lain dengan meningkatkan gairah masyarakat untuk menjadi pekerja-pekerja sosial masya-rakat (PSM).

(5) Mengkaji dan mengevaluasi hasil-hasil pembangunan bi-dang kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan sela-ma ini dalam rangka mencari pola-pola penanganan baru yang lebih berdayaguna dan berhasilguna.

(6) Meningkatkan usaha-usaha pencegahan dan rehabilitasi sosial para penyandang masalah kesejahteraan sosial, antara lain melalui sarana lingkungan pondok sosial (LIPOSOS) sebagai salah satu pola penanganan.

(7) Meningkatkan peranan sosial wanita dan generasi muda pada umumnya, baik yang tinggal di daerah-daerah perkotaan maupun pedesaan dalam ikut serta berpartisipasi menangani masalah-masalah sosial yang dihadapi.

Untuk menunjang usaha-usaha tersebut di atas diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, yang secara bertahap di-usahakan penyediaannya.

XVIII/49

Page 50: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

3. Pelakaanaan Kegiatan Pembangunan

a. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah-masalah kerawanan sosial dalam masyarakat luas. Lingkup pro-gram tersebut mencakup usaha-usaha pembinaan potensi kesejah-teraan sosial masyarakat desa, pembinaan swadaya masyarakat dalam masalah perumahan dan lingkungan, penyuluhan sosial dan pengadaan pekerja sosial masyarakat, pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing, pelestarian nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan kemerdekaan, pembinaan partisipasi sosial masya-rakat dan pembinaan jaminan kesejahteraan sosial.

Dalam pelaksanaan program ini lebih banyak dilibatkan pe-ranserta organisasi-organisasi sosial, pekerja-pekerja so-sial, generasi muda dan kaum wanita, sehingga partisipasi so-sial masyarakat akan lebih melembaga dalam usaha-usaha pem-bangunan, terutama pempangunan di bidang kesejahteraan so-sial. Dengan demikian maka di kalangan masyarakat sendiri te-lah terwujud prasarana dan sarana serta mekanisme pembangunan kesejahteraan sosial yang sejalan dan terpadu dengan prasa-rana, sarana dan mekanisme yang diselenggarakan Pemerintah.

Usaha-usaha kegiatan ini telah dibina dan dikembangkan semenjak sebelum masa Repelita dan tetap terus dilaksanakan dalam Repelita I, II, III, dan IV sekarang ini. Pembinaan ke-sejahteraan sosial diberikan dalam bentuk bimbingan mental, sosial dan motivasi, latihan keterampilan, pemberian stimulan dalam wujud paket-paket usaha produktif serta pembinaan lan-jut untuk peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya, terutama bagi kelompok-kelompok/golongan-golongan masyarakat yang menghadapi masalah-masalah kerawanan sosial ekonomis.

Program tersebut di atas meliputi kegiatan-kegiatan utama sebagai berikut:

1) Pembinaan Potensi Kesejahteraan Sosial dan Swadaya Masya- rakat dalam masalah Perumahan dan Lingkungan.

Usaha yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah upaya penggalian dan pemanfaatan potensi kesejahteraan sosial teru-tama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di pede-saan, maupun di daerah perkotaan dalam rangka pemenuhan kebu-tuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan sehingga secara ber-tahap mereka mampu berswadaya mengatasi masalah-masalah kera-wanan sosial dalam lingkungan masyarakatnya.

XVIII/50

Page 51: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Kegiatan yang telah dilakukan selama ini adalah membina dan mengembangkan kemauan, kemampuan memperbaiki dan mening-katkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat secara swadaya dan swakarya dengan mendayagunakan semua potensi sosial yang ada dalam desa lingkungannya. Bentuk bimbingan yang telah di-lakukan selama ini adalah memberikan bantuan stimulan berupa antara lain peralatan kerja produktif yang bersifat mendorong dan meningkatkan swadaya dan swakarya.

Sejak Repelita I sampai dengan Repelita III telah dilaku-kan bimbingan dan pengembangan kesejahteraan masyarakat mela-lui latihan-latihan Usaha Swadaya Sosial Masyarakat (USSM), pemberian bantuan stimulan berupa peralatan kerja dan bahan untuk melakukan usaha-usaha produktif serta membentuk kelom-pok-kelompok kerja "Keluarga Bina Swadaya" (KBS) sehingga me-reka mempunyai sarana produksi desa yang sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan penghi-dupan mereka. Dengan adanya bantuan sarana produksi desa se-derhana, maka di beberapa desa telah terlihat hasil-hasil yang positif, misalnya telah tumbuh dan berkembang usaha-usa-ha produktif di desa-desa lingkungannya, dan adanya dinamika dalam kelompok-kelompok masyarakat tersebut sebagai dampak dari stimulan pengembangan usaha-usaha kesejahteraan sosial masyarakat itu, yang dilakukan secara bergotong-royong guna mewujudkan kehidupan yang berkesejahteraan sosial. Sejak ta-hun pertama Repelita I (1969/70) sampai dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84) telah berhasil dibina sekitar tidak kurang dari 242.700 Keluarga Bina Swadaya. Mulai tahun 1984/ 85, kegiatan ini diintegrasikan ke dalam program Bantuan Pe-nyantunan dan Pengentasan Sosial.

Kegiatan dan usaha swadaya masyarakat dalam masalah peru-mahan dan lingkungan telah diusahakan untuk mengembangkan se-mangat bergotong-royong guna memugar rumah-rumah mereka sen-diri dengan memanfaatkan sepenuhnya potensi sosial maupun alam lingkungan yang tersedia di daerahnya. Kegiatan ini te-lah berhasil meningkatkan penataan dan mutu perumahan serta lingkungan yang sehat dan teratur yang memenuhi syarat-syarat kesejahteraan sosial di kalangan keluarga binaan, berkat daya upaya mereka secara swadaya bergotong-royong untuk menyele-saikan masalah perumahan mereka secara bergantian/bergilir.

Jika dalam Repelita I, melalui kegiatan ini baru berhasil diberikan bantuan kepada 288 KK, pada masa Repelita II me-ningkat menjadi 3.657 KK, dan selama Repelita III meningkat dengan jauh lebih besar lagi, yaitu menjadi 24.399 KK (Tabel XVIII-8). Dengan demikian sejak Repelita I sampai dengan

XVIII/51

Page 52: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Repelita III melalui kegiatan ini telah diberikan bantuan ke-pada sejumlah 28.344 KK warga binaan, yang selanjutnya diha-rapkan mereka secara swadaya dan bergotong-royong mengembang-kan dan mengatasi masalah perumahannya di desa masing-masing.

Mengingat masalah perumahan merupakan masalah pokok yang perlu ditangani secara lebih terkoordinir, maka sejak tahun 1984/85, kegiatan tersebut dilaksanakan secara terpadu ber-sama-sama dengan instansi-instansi lain yang juga menangani pemugaran perumahan desa. Dengan cara penanganan yang baru ini, dalam tahun 1984/85 yang lalu sebanyak 18.000 KK yang tersebar di kurang lebih 1.200 desa telah berhasil diberikan bantuan pemugaran rumah, dibandingkan dengan hasil yang di-capai pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai jumlah se-banyak 6.900 KK (Tabel XVIII-8).

2) Penyuluhan Sosial dan Pembinaan Pekerja Sosial Masya-rakat (PSM)

Penyuluhan sosial sebagai dasar usaha kesejahteraan sosial dilakukan untuk menciptakan kondisi sosial masyarakat yang memungkinkan dapat menerima dan mendukung nilai-nilai pembaharuan seirama dengan kebutuhan pembangunan. Penyuluhan sosial ini dilaksanakan terhadap kelompok-kelompok/kesatuan-kesatuan masyarakat tertentu yang menjadi sasaran garapan program pembangunan bidang kesejahteraan sosial melalui ke-giatan-kegiatan penyuluhan sosial baik lisan dan tulisan mau-pun melalui berbagai media massa.

Untuk mendorong berhasilnya pembangunan di bidang kese-jahteraan sosial, telah dilakukan pembinaan terhadap anggota-anggota masyarakat yang memiliki kesauan dan kemampuan dalam kegiatan-kegiatan usaha kesejahteraan sosial. Langkah ini di-lakukan agar mereka merasa terpanggil untuk melaksanakan tu-gas-tugas sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).

Dalam rangka lebih menjangkau sasaran pelayanan dan pem-bangunan di bidang kesejahteraan sosial terutama di daerah pedesaan dan kegiatan pelayanan terhadap penyandang sosial di luar panti, telah dibina dan dikembangkan Pekerja-pekerja So-sial Masyarakat sebagai pekerja sosial yang berasal dari ma-syarakat. Para PSM tersebut ditugaskan sebagai penuntun, pem-bimbing dan pengamat yang diharapkan mampu menggerakkan serta memimpin berbagai kelompok masyarakat dan mendorong agar usa-ha-usaha kesejahteraan sosial semakin meluas dan merata se-cara swasembada.

XVIII/52

Page 53: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 8

PELAKSANAAN PENBINAAN SWADAYA MASYARAKAT BIDANG PERUMAHAN & LINGKUNGANMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1969/70 - 1984/85( KK )

No, Daerah Tingkat I/propinal

Repelita I1969/70`

)

Repelita II1974/75#

)

Repelita III1979/80»- 1983/84 1984/85

1973/74 1978/79 1983/84 )

INDONESIA 288 3.657 24.399 6.900 18.0001)

1. DKI Jakarta 31 1.196 300 7502. Java Barat 5 369 1.658 450 1.6653. Java Tengah 59 410 1.601 510 1.8154. DI Yogyakarta 199 1.346 36o 5555. Java Timur 59 396 1.611 510 1.6656. DI Aceh 93 735 180 9607. Sumatera Utara 8 65 850 300 4808. Sumatera Barat 94 879 27o 6009. Riau 28 60 650 180 49510. Jambi 6 60 661 150 39011. Sumatera Selatan - 63 729 180 43512. Lampung 40 148 962 330 42013. Kalimantan Barat - 69 564 150 57014. Kalimantan Tengah - 30 576 150 36015. Kalimantan Selatan 27 65 613 150 46516. Kalimantan Timur - 60 609 150 25517. Sulawesi Utara 4 251 757 150 78018. Sulawesi Tengah - 122 622 150 49519. Sulawesi Selatan 8 210 970 240 91520. Sulawesi Tenggara 3 127 614 150 24021. Maluku - 129 559 150 24022. Bali 3 160 753 150 82523. Nuaa Tenggara Barat 36 90 1.482 450 93024. Nuaa Tenggara Timur 2 153 1.122 300 79525. Irian Jaya - 110 1.288 450 18026. Bengkulu - 93 872 270 48027 Timor Timur - 120 120 240

*) Tambahan lima-tahunan1) Ekivalen untuk 1200 deea; untuk 1 deea - 15 KK.

XVIII/53

Page 54: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Peranan PSM selama ini telah memberikan manfaat kepada masyarakat karena telah mampu melaksanakan peranannya sebagai pendorong, penggerak, pembimbing serta pengarah berbagai upa-ya kesejahteraan sosial masyarakat di lingkungan desanya.

Selama Repelita I dan II Pembinaan PSM masih dalam bentuk kegiatan rintisan sedangkan dalam Repelita III telah dilaksa-nakan dengan lebih mantap dan ditingkatkan sehingga berhasil dibina sejumlah 68.613 orang PSM yang tersebar di 27 pro-pinsi. Dalam tahun 1984/85 telah dibina pula sebanyak 20.000 PSM (Tabel XVIII-9).

3) Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

Usaha yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pembinaan dan pelayanan kepada kelompok-kelompok masyarakat terasing yang hidup di daerah-daerah pedalaman guna meningkatkan taraf dan cara hidupnya untuk mencapai tingkat kehidupan dan peng-hidupan yang layak sesuai dengan martabat manusia dan kemanu-siaan di dalam satu pemukiman yang lebih baik dan lebih ter-atur.

Kebijaksanaan penanganan kelompok-kelompok masyarakat ini akan lebih ditekankan pada upaya pembinaan nilai-nilai sosial budaya yang positif sebagai modal dasar dalam pembinaan kese-jahteraan sosial bagi kelompok masyarakat tersebut. Dalam hu-bungan ini kegiatan pemukiman yang diupayakan bagi mereka ha-nyalah merupakan salah satu sarana pembinaan kesejahteraan sosial mereka.

Iegiatan pembinaan masyarakat terasing sebelum masa Repe-lita I masih berupa orientasi, observasi serta pengumpulan data, dan sedikit usaha pemukiman baru. Dalam Repelita II usaha pembinaan/pemukiman terhadap masyarakat terasing lebih ditingkatkan, sehingga telah berhasil dibina sebanyak 8.628 KK. Dalam masa Repelita III jumlah yang dibina meningkat lagi menjadi 12.995 KK yang tersebar di 20 propinsi. Usaha pembi-naan ini dilanjutkan, dalam Repelita IV dan dalam tahun 1984/ 85 pembinaan dilaksanakan terhadap kurang lebih 3.000 KK (Tabel XVIII-10). Dengan demikian jumlah masyarakat ter-asing yang telah berhasil dibina selama ini (sejak Repelita I s/d akhir tahun 1984/85) adalah sebanyak 31.658 KK.

Sampai dengan tahun 1984/85, sekitar 8.930 KK dari masya-rakat terasing yang telah dimukimkan itu telah dapat hidup secara lebih layak, sehingga pembinaan selanjutnya telah di-

XVIII/54

Page 55: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 9

PENGADAAN DAN PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)MENURUT DAERAH TINGKAT I

1969/70 -1984/85 (orang)

No. Daerah Tingkat I/Propinsi

Repelita I1969/70 -

Repelita II1974/75 -

Repelita III1979/80 - 1983/84 1984/85

1973/74 ) 1978/79w) 1983/84*)

INDONESIA 3.0301) 4.1102)68.6132) 20.2033) 20.0003)

1. DKI Jakarta 90 120 3.282 1.027 1302. Jawa Barat 330 390 3.870 940 1.300

3. Jawa Tengah 360 420 3.769 966 2.2904. DI Yogyakarta 180 360 2.285 616 180

5. Jawa Timur 390 450 3.727 1.048 3.0606. DI Aceh 60 90 2.758 802 8550

7. Sumatera Utara 60 60 2.711 710 1.3608. Sumatera Barat 60 90 3.302 1.074 900

9. R i a u 60 60 1.998 600 39010. J a m b i 60 90 2.058 460 30011. Sumatera Selatan 60 60 2.856 718 580

12. L a m p u n g 180 240 2.556 790 820

13. Kalimantan Barat 60 60 1.790 514 1.12014. Kalimantan Tengah 30 30 1.472 422 210

15. Kalimantan Selatan 60 60 2.264 594 30016. Kalimantan Timur 60 60 2.044 506 600

17. Sulawesi Utara 90 150 2.314 674 39018. Sulawesi Tengah 90 150 2.474 626 51019. Sulawesi Selatan 180 240 4.046 1.112 660

20. Sulawesi Tenggara 90 150 1.626 518 630

21. M a l u k u 120 210 1.944 582 540

22. B a 1 i 90 120 2.024 645 50

23. Nusa Tenggara Barat 120 180 3.456 1.150 100

24. Nova Tenggara Timur 90 150 3.108 990 750

25. Irian Jaya - 1.906 687 1.050

26. Bengkulu 60 120 2.193 652 420

27. Timor Timur - - 780 780 510

•) Tambahan lima tahunan1) Petugaa Soeial Lapangan (PSL)2) Pembimbing Soeial Masyarakat (PSM)3) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

XVIII/55

Page 56: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 10

PEMBINAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERASINGMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1969/70 - 1984/85

( KK )

No. Daerah Tingkat I/Repelita I1969/70 -

Repelita II

1974/75 -

Repelita III1979/80.- 1983/84 1984/85

Propinei1973/74*) 1978/79) 1983/84~)

INDONESIA 7.035 8.628 12.995 2.750 3.000

1. D.I. Aoeh 700 140

2. Sumatera Utara 425 100

3. Sumatera Barat 150 225 655 170 100

4. R i a u 400 225 835 165 175

5. J a m b i 700 1.650 620 115

6. Sumatera Selatan 2.400 950 540 50

7. Bengkulu 235 100.

100

8. Jawa Barat - 155 145 -

9. Kalimantan Barat 400 900 585 75

10. Kalimantan Tengah - 225 685 125 150

11. Kalimantan Selatan 220 825 685 115

12.Kalimantan Timur 600 225 605 150 175

13. Sulawesi Utara 460 125

14.Sulawesi Tengah 415 1.798 990 215 225

15.Sulawesi Selatan 600 525 870 190 200

16.Sulawesi Tenggara 225 475 125 150

17.M a l u k u 150 550 920 210 300

18.Nusa Tenggara Barat 515 115 150

19. Nusa Tenggara Timur 1.000 150 795 125 175

20. Irian Jaya 1.255 340 1.100

*) Tambahan lima-tahunan

XVIII/56

Page 57: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

alihkan kepada Pemerintah Daerah setempat. Hal ini dimungkin-kan karena ditunjang oleh keberhasilan di berbagai bidang lain yang cukup menunjang usaha-usaha perluasan jangkauan sasaran pembinaan masyarakat terasing selama

4) Pembinaan Kepahlawanan dan Keperintisan Kemerdekaan

Sasaran kegiatan ini adalah penyebarluasan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan para Pahlawan dan Perintis/ Pejuang Kemerdekaan, serta perbaikan kehidupan keluarga Pahlawan/Perintis Kemerdekaan yang tidak mampu, di samping rehabilitasi/perbaikan/pembangunan Taman Makam Pahiawan, makam-makam Pahiawan dan Perintis-perintis Kemerdekaan.

Bantuan sosial kepada anggota keluarga mereka dan peng-hargaan atas perjuangan, pengorbanan dan pengabdian para Pah-lawan, Pejuang dan Perintis Kemerdekaan, dimaksudkan sebagai tanda penghargaan atas nama Bangsa dan Negara. Nilai-nilai kepahlawanan mereka perlu diketahui, dihayati dan diteruskan oleh generasi muda melalui upaya-upaya penyebarluasan buku-buku sejarah perjuangan para Pahiawan, Pejuang dan Perintis Kemerdekaan. Di samping itu kepada para keluarga Pahlawan, Pejuang dan Perintis Kemerdekaan yang kurang mampu telah dan akan terus memperoleh bantuan sosial terutama untuk meringan-kan beban penghidupannya, dalam bentuk bantuan usaha produk-tif dan bantuan perbaikan rumah.

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam Repelita I, II dan III adalah sebagai berikut :

- Pembangunan/pemugaran dan pemeliharaan Taman-taman Makam Pahiawan sebanyak 176 buah yang tersebar d i ibu kota-ibu kota Propinsi dan Kabupaten.

- Pemugaran Makam Pahiawan Nasional dan Perintis Kemerdekaan sebanyak 287 buah.

- Bantuan perbaikan rumah keluarga Pahiawan Nasional dan Perintis Kemerdekaan sebanyak 230 buah.

- Bantuan perbaikan kehidupan dan usaha karya yang produktif terhadap keluarga Pahiawan Nasional dan Perintis Pejuang Kemerdekaan untuk 1.255 keluarga.

- Penyebarluasan nilai-nilai Kepahlawanan dan Keperintisan dalam bentuk buku-buku perjuangan, kepahlawanan dan kepe-rintisan kemerdekaan sebanyak 19.000 buah.

XVIII/57

Page 58: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Khusus dalam tahun anggaran 1984/85 telah dilakukan usa-ha-usaha : pemugaran Taman Makam Pahlawan dan Makam Pahlawan Nasional sebanyak 41 buah, bantuan perbaikan rumah keluarga Pahlawan dan Perintis Kemerdekaan untuk 100 keluarga, dan pencetakan buku autobiografi Perintis Pejuang Kemerdekaan dan buku “Citra Perjuangan Bangsa” sebanyak 22.000 buah.

5) Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menanamkan, mengembangkan dan menyebarluaskan serta melembagakan keikutsertaan masya-rakat dalam usaha pembangunan• khususnya di bidang kesejah-teraan sosial, agar keikutsertaan masyarakat lebih tertib dan tersalur melalui organisasi-organisasi sosial yang telah ada. Titik berat kegiatan ini ditujukan kepada pembinaan mutu or-ganisasi sosial yang telah ada, di samping mendorong tumbuh-nya organisasi sosial yang baru yang diperkirakan mampu me-nanggulangi masalah-masalah sosial yang baru.

Usaha-usaha pembinaan partisipasi sosial meliputi kegi-atan sebagai berikut :

(a) Meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi sosial baik yang berbadan hukum maupun organisasi yang tidak berba-dan hukum dengan jalan memberikan latihan-latihan bagi para pengurus ataupun anggotanya mengenai bidang orga-nisasi dan pekerjaan sosial.

(b) Menciptakan Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKSS) yang terdiri dari perorangan dari berbagai profesi, go-longan serta tokoh-tokoh masyarakat, melalui latihan dan bimbingan sosial agar mereka lebih memahami tata cara penyelenggaraan pekerjaan sosial serta dengan sadar mengabdi pada kepentingan masyarakat yang sangat memer-lukan bantuannya.

(c) Memantapkan keserasian dan kesetiakawanan antara kelom-pok-kelompok golongan masyarakat melalui berbagai perte-muan dan penyuluhan sosial agar tercipta suasana akrab serta saling membantu dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya yang dapat dilakukan secara gotongroyong.

(d) Menyebarluaskan pengertian kesejahteraan sosial dan masa-lah-masalah sosial serta cara-cara untuk mengatasi serta usaha-usaha pencegahannya.

Kegiatan ini baru mulai dilaksanakan sejak Repelita III.

XVIII/58

Page 59: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Selama masa tersebut telah berhasil dilaksanakan pembinaan Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela sebanyak 5.490 orang, pembentukan Kader Keserasian Sosial sebanyak 8.350 orang, dan pembinaan Organisasi-organisasi Sosial sebanyak kurang lebih 14.000 organisasi.

Dalam tahun 1984/85 sebagai tahun pertama Repelita IV, kegiatan partisipasi sosial masyarakat lebih diarahkan kepada pembinaan dan pengembangan kemampuan organisasi sosial. Ada-pun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain berupa pe-nyempurnaan/penataan organisasi sosial yang bergerak di bi-dang usaha kesejahteraan sosial sebanyak 2.100 organisasi sosial, pembinaan terhadap Organisasi Sosial melalui latihan-latihan baik di tingkat Propinsi, Kabupaten dan pembinaan lanjut kepada 3.470 orang Pengurus Organisasi Sosial, pembe-rian bantuan sarana sebanyak 1.700 unit, dan pemberian ban-tuan usaha pengembangan organisasi sosial sebanyak 559 unit.

b. Program Bantuan Penyantunan dan Pengentasan Sosial

Program ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan, bantuan penyantunan dan pengentasan para penyandang masalah sosial yang mengalami kecacatan, ketunaan dan keterlantaran, serta musibah bencana alam dan bencana-bencana lainnya. Kegiatan program ini meliputi pemeliharaan, pemulihan, pembinaan keterampilan dan peningkatan kesejahteraan sosial bagi anak-anak terlantar, lanjut usia tidak mampu, penderita cacat, fa-kir miskin terlantar, anak nakal korban narkotika, tuna sosial dan para korban bencana alam serta musibah-musibah lainnya.

Program ini dijabarkan menjadi beberapa kegiatan utama yaitu : Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar, Lanjut Usia, Para Cacat, Fakir Miskin, Tuna Sosial, Anak Nakal Kor-ban Narkotika, dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial bagi ke-luarga-keluarga yang mengalami masalah pergeseran nilai-nilai serta bantuan rehabilitasi terhadap korban bencana alam. Ada-pun kegiatan-kegiatan pokok dari program tersebut antara lain terdiri dari :

1) Penyantunan Lanjut Usia, Keluarga dan Pengentasan Anak Terlantar

Pembinaan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia di-lakukan baik melalui sistem panti maupun sistem di luar pan-ti. Namun demikian pelayanan kesejahteraan sosial yang selama ini diberikan kepada orang-orang lanjut usia/jompo terlantar

XVIII/59

Page 60: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

di dalam Panti-panti Sosial itu hanya ditempuh sebagai upaya terakhir berdasarkan prinsip bahwa pelayanan kesejahteraan sosial bagi orang-orang lanjut usia/jompo yang terbaik adalah di dalam lingkungan keluarga, sesuai dengan nilai-nilai bu-daya bangsa Indonesia.

Selama masa Repelita I, II dan III telah dilaksanakan pembangunan Panti-panti Werdha yang tersebar di hampir semua ibukota Propinsi, di samping 45 buah Sasana Tresna Werdha di 45 ibukota Kabupaten.

Di samping itu pelayanan di luar panti dilakukan antara lain dengan menitipkan para lanjut usia kepada keluarga-ke-luarga dengan sistem anak angkat dan ibu/bapak angkat. Pe-nyantunan dengan sistem di luar panti ini sudah mulai dirin-tis dalam tahun 1968 bagi 750 lanjut usia. Berturut-turut da-lam Repelita I dan II telah terjangkau penyantunan di luar panti bagi 5.000 dan 16.700 lanjut usia. Dalam Repelita III jumlah lanjut usia yang memperoleh penyantunan makin diting-katkan sehingga mencapai 242.350 orang. Sementara itu, dalam tahun 1984/85 telah disantun pula 60.000 lanjut usia (Tabel XVIII-11). Dengan demikian, sejak awal Repelita I (1969/70) sampai dengan tahun pertama Repelita IV (1984/85) jumlah lanjut usia yang telah memperoleh penyantunan di luar panti telah mencapai 324.050 orang.

Kegiatan baru yang dimulai pada Repelita III adalah pem-binaan kesejahteraan keluarga. Sasaran pokok pembinaan kese-jahteraan sosial keluarga adalah keluarga-keluarga yang me-nyandang permasalahan kesejahteraan sosial sebagai akibat pergeseran dan perubahan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, dengan tidak mengecualikan keluarga-keluarga yang tergolong kaya atau kuat ekonominya. Kegiatan ini ditujukan untuk me-nangani keluarga yang mengalami permasalahan karena keresahan sosial, melalui bimbingan sosial/konsultasi baik secara per-orangan maupun kelompok. Mereka memperoleh bimbingan, nasehat dan pengarahan dalam rangka membantu mengatasi permasalahan-nya. Selain itu mereka dibina agar dapat menyadari kemampuan-nya untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan masyarakat secara lebih baik. Selama Repelita III telah berhasil dibina sejumlah 8.833 keluarga dan untuk tahun 1984/85 telah dapat dipulihkan sebanyak 2.500 keluarga melalui Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Sosial Keluarga di tiap-tiap ibukota propinsi.

Pengentasan Anak Terlantar adalah isaha pembinaan kese-jahteraan anak-anak tersebut yang dilakukan melalui sistem

XVIII/60

Page 61: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 11PELAKSANAAN BANTUAN DAN PNNYANTUNAN KEPADA PARA.

LANJUT USIA DENGAN SISTEM DI LUAR PANTIMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1968 - 1984/85( orang )

Ho. Daerah Tingkat I/Propinai 1968

Repelita I1969/70 -1973/74 )

Repelita II1974/75 -1978/79e)

Repelita III1979/80 -1983/84 )

1983/84 1984/85

INDONESIA 122 5.000 16.700 242.350 63.150 60.000

1. DI Jakarta .80 350 1.200 18.100 4.500 1.8002. Jaws Barat 40 300 1.000 18.600 4.500 3.1003. Java Tengah 40 300 1.100 18.900 4.800 3.1004. DI Yogyakarta 30 210 800 8.800 2.100 2.1005. Java Timur 40 270 1.200 20.100 4.800 3.1006. DI Aoeh 40 180 500 7.950 2.250 2.1007. Sumatera Utara 30 280 900 8.700 2.400 3.6008. Sumatera Barat 40 280 800 9.300 2.400 3.0009. Riau 30 120 600 6.600 1.500 2.40010. Jambi 20 100 500 6.600 1.500 1.50011. Sumatera Selatan 30 220 600 8.400 2.100 3.00012. Lampung 20 80 300 6.800 1.700 2.100

13. Kalimantan Herat 30 120 500 7.200 1.800 2.100

14. Kalimantan Tengah 80 200 7.200 2.100 2.400

15. Kalimantan Selatan 30 210 700 7.800 2.100 2.10016, Kalimantan Timur 30 180 500 8.200 2.200 1.80017. Sulawesi Utara 30 210 800 9.000 2.400 3.00018. Sulaveei Tengah 80 600 7.100 2.100 2.10019. Sulawesi Selatan 30 240 860 11.100 3.906 3.60020. Sulawesi Tenggara 80 500 6.000 1.500 1.50021. Maluku 30 180 500 7.500 2.100 2.100

22. B a l i 30 180 500 7.200 1.800 1.80023. Nuaa Tenggara Barat 20 180 300 7.500 2.100 1.500

24. Nuea Tenggara Timur 30 240 500 6.600 1.500 1.50025. Irian Jaya 20 120 240 3.900 1.200 1.800

26. Bengkulu 30 210 500 7.200 1.800 1.800

•) Tambahan lima-tahunan

XVIII/61

Page 62: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

pelayanan kesejahteraan sosial secara dalam panti dan luar panti, baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat atau orga-nisasi-organisasi sosial. Guna menunjang usaha tersebut telah dibangun dan/atau direhabilitasi panti/sasana penyantunan anak di berbagai ibukota propinsi dan ibukota Kabupaten se-luruh Indonesia.

Pengentasan dan penyantunan kepada anak-anak terlantar adalah usaha-usaha untuk memberikan perasaan terlindung dan kasih sayang keluarga serta pendidikan guna mengembangkan ke-pribadiannya. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam panti serta bimbingan dan bantuan di luar panti. Melalui panti di-laksanakan asuhan dan latihan keterampilan Panti Karya Taruna dan Panti Petirahan Anak, sedangkan pelayanan di luar panti di selenggarakan melalui asuhan keluarga masing-masing, bim-bingan keterampilan praktis, dan bantuan usaha-usaha produk-tif. Usaha-usaha pengentasan melalui pelayanan-pelayanan di luar panti dengan memberikan bantuan usaha produktif kepada keluarganya sehingga dapat meningkatkan tingkat dan taraf ke hidupannya. Jika dalam Repelita I jumlah anak yang disantun baru mencapai 12.700 orang anak, maka dalam Repelita II jum-lahnya meningkat menjadi 62.105 anak, dan dalam Repelita III meningkat lagi menjadi 221.220 anak termasuk 45.300 anak da-lam tahun 1983/84. Sementara itu, dalam tahun 1984/85 telah disantun 60.000 anak lagi (Tabel XVIII-12). Kalau dijumlah-kan hasil-hasil selama berturut-turut Repelita I, II dan III Serta tahun pertama Repelita IV, maka usaha pengentasan dan penyantunan anak-anak terlantar di luar panti telah menjang-kau tidak kurang dari 356.025 anak.

2) Penyantunan dan Pengentasan Para Cacat

Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengentas-kan para penyandang cacat agar mereka mempunyai harga diri dan kehidupan yang mandiri serta mampu mengatasi kecacatannya sehingga tidak merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan layak. Cakupan kegiatan ini meli-puti para cacat tubuh, tuna netra, cacat mental, tuna rungu wicara dan bekas penyandang penyakit kronis, termasuk pula di dalamnya adalah para cacat veteran.

Penanganan terhadap para cacat dilakukan melalui sistem panti sebagai perangkat rehabilitasi para cacat. Di samping itu dilakukan pula pengentasan melalui sistem di luar panti sehingga jangkauannya lebih luas dan banyak. Kegiatan penyan-tunan meliputi motivasi, bimbingan fisik, mental, sosial dan

XVIII/62

Page 63: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII - 12

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN ANAK TERLANTARDENGAN SISTEM DI LUAR PANTIMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1968 - 1984/85(orang)

No. Daerah Tingkat I/Propinai 1968

Repelita I Repelita II Repelita III

1979/80 -

1983/84%)

1983/84 1984/851969/70

1973/74

-

*)1974/751978/79

-

*)

INDONESIA 2.100 12.700 62.105 221.220 45.300 60.000

1. DKI Jakarta 200 900 1.805 12.770 2.700 2.4002. Jawa Beret 120 800 4.600 14.100 3.000 4.5003. Java Tengah 120 850 5.600 16.500 3.000 4.5004. DI Yogyakarta 90 500 2.800 7.100 1.200 1.4005. Java Timur 120 900 4.600 14.000 3.000 4.5006. DI Aoeh 80 350 1.300 5.100 1.200 1.8007. Sumatera Utara 90 600 3.600 8.700 1.800 3.5008. Sumatera Herat 120 600 3.100 9.000 1.800 1.9009. Riau 90 450 1.400 7.710 1.500 1.60010. Jambi 60 450 1.700 8.040 1.500 1.40011. Sumatera Selatan 80 500 2.200 8.840 1.500 2.00012. Lampung 50 450 2.700 7.000 1.500 2.80013. Kalimantan Barat 80 400 1.100 4.380 900 2.10014. Kalimantan Tengah 20 200 400 3.700 1.200 1.20015. Kalimantan Selatan 90 500 1.500 7.120 1.200 1.50016. Kalimantan Timur 70 400 2.200 6.400 1.200 1.50017. Sulawesi Utara 70 500 2.200 9.120 1.800 1.60018. Sulawesi Tengah 20 300 3.000 8.700 1.800 1.20019. Sulawesi Selatan 90 650 2.600 11.000 2.100 3.60020. Sulawesi Tenggara 20 300 1.800 6.420 1.200 1.00021. Maluku 90 350 1.200 5.100 1.200 1.60022. Bali 90 450 3.300 9.400 2.400 2.60023. Ruse Tenggara Beret 60 350 3.400 10.500 1.800 3.50024. Rues Tenggara Timur 90 450 2.800 9.900 1.800 3.40025. Irian Jaya - - 4.420 1.500 1.50026. Bengkulu 90 500 1.200 6.200 1.500 1.400

•) Tambahan lima-tahunan

XVIII/63

Page 64: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

latihan keterampilan kerja, penyaluran kerja serta bimbingan lanjut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dilakukan me-lalui unit rehabilitasi mobil, loka bina karya dan melalui kelompok-kelompok usaha pengentasan Para cacat (Penca).

Guna menunjang usaha-usaha tersebut di atas telah di-bangun dan direhabilitasi Lembaga Panti dan Sasana Rehabi-litasi para penyandang cacat serta Loka Bina Karya (LBK). Di samping itu juga telah diberikan bantuan kepada lembaga-lem-baga sosial swasta yang bergerak dalam bidang rehabilitasi para cacat.

Dalam rangka usaha memberikan pelayanan/penyantunan ke-pada para cacat ini, sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1984/85 telah dilaksanakan usaha-usaha: (a) perbaikan dan perluasan Panti-panti Rehabilitasi dan Sasana Rehabili-tasi Penyandang Cacat yang tersebar di seluruh propinsi dan kota-kota kabupaten sebanyak 11 buah, (b) pembangunan Sasana Rehabilitasi cacat netra sebanyak 13 buah yang berlokasi di kota-kota kabupaten, dan (c) pembangunan Loka Bina Karya (LBK) sebanyak 167 buah yang berlokasi di kota-kota kecamatan.

Pelaksanaan penyantunan dan pengentasan para cacat dengan sistem di luar panti adalah dengan memberikan bantuan per-alatan.kerja/usaha. Dalam Repelita I, II dan III secara ber-turut-turut telah diberikan bantuan kepada sebanyak 27.000, 29.900 dan 105.800 orang (Tabel XVIII-13). Khusus pada tahun 1984/85 telah diberikan bantuan Pula kepada sebanyak 30.000 orang. Dengan demikian, sejak tahun pertama Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita IV, para cacat luar panti yang telah berhasil disantun dan dientas berjumlah 192.700 orang.

3) Penyantunan dan Pengentasan Para Tuna Sosial (Gelan-dangan/Pengemis, Tuna Susila dan Bekaa Narapidana)

Sasaran kegiatan ini meliputi usaha-usaha penyantunan ke-pada para gelandangan dan pengemis, tuna susila dan bekas narapidana, termasuk anak negara.

Ketiga golongan tuna sosial tersebut, masing-masing memi-liki ciri khasnya terutama kalau dilihat dari sudut gejala yang nampak, akibat yang dialami dan pandangan masyarakat terhadap mereka.

Masalah gelandangan dan pengemis umumnya dikaitkan dengan

XVIII/64

Page 65: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII – 13

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN PARA CACATDENGAN SISTEM DI LUAR PANTIMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1968 - 1984/85(orang)

No. Daerah Tingkat I/ Repelita I1969/70 -

Repelita II1974/75 -

Repelita III1979/80 - 1983/84 1984/85

Propinei 1968 1973/74+)1978/79 ) 1983/84)

INDONESIA 10.000 27.000 29.900 105.800, 22.700 30.000

1. DKI Jakarta 1.210 3.100 3.310 7.900 2.000 2.2352. Java Barat 735 1.990 2.150 6.800 1.000 2.450

3. Java Tengah 1.300 3.400 3.650 11.750 2.600 4.240

4. DI Yogyakarta 525 1.540 1.650 2.200 100 730

5. Jawa Timur 830 2.100 2.550 6.800 1.000 7506. DI Aoeh 210 450 600 2.800 500 8007. Sumatera Utara 620 1.800 2.000 5.600 1.000 1.5008. Sumatera Barat 120 350 340 5.300 1.200 1.3909. Riau 120 325 400 1.850 300 62510. Jambi 120 225 300 1.750 400 390

11. Sumatera Selatan 520 1.400 1.500 7.850 1.600 2.236

12. Lampung 220 650 850 2.000 500 895

13. Kalimantan Barat 120 350 400 1.400 300 300

14. Kalimantan Tengah 80 180 200 1.350 300 560

15. Kalimantan Selatan 520 1.400 1.450 4.100 1.000 1.290

16. Kalimantan Timur 80 200 200 1.850 300 240

17. Sulawesi Utara 420 1.200 1.250 2.700 800 890

18. Sulawesi Tengah 220 700 800 5.500 1.100 1.305

19. Sulawesi Selatan 420 1.100 1.250 10.600 2.800 2.400

20. Sulawesi Tenggara 120 300 400 1.200 200 105

21. Maluku 120 300 450 2.900 800 865

22. Bali 430 1.100 1.200 2.950 1.100 1.035

23. Nuea Tenggara Barat 420 1.300 1.400 3.400 600 1.119

24. Nusa Tenggara Timur 310 960 1.000 2.950 800 850

25. Irian Jaya 800 200 550

26. Bengkulu 210 580 600 1.500 200 200

27. Timor Timur 50

*) Tambahan lima tahunan

XVIII/65

Page 66: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

pola kehidupan dan penghidupan mereka yang tidak sesuai de-ngan harkat dan martabat manusia Indonesia.

Usaha rehabilitasi bagi para gelandangan dan pengemis tersebut terutama ditujukan pada rehabilitasi mental dan so-sial serta latihan-latihan keterampilan praktis untuk meng-angkat harga diri sehingga mereka telah berkemampuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan tetap dengan penghasilan yang memadai.

Hasil-hasil penanganan gelandangan/pengemis yang dimulai sejak awal Repelita II sampai dengan akhir Repelita III khu-susnya melalui pemukiman lokal adalah sebanyak 3.809 keluar-ga, pemukiman swakarya 7.335 keluarga, transmigrasi 11.865 keluarga dengan sisipan tenaga inti 400 keluarga. Kecuali itu, melalui sistem Lingkungan Pondok Sosial telah ditampung 600 keluarga. Sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan tahun sebelumnya, pada tahun 1984/85 telah ditangani 10.300 orang gelandangan/pengemis melalui sistem Lingkungan Pondok Sosial yang dibangun di beberapa Propinsi, antara lain di DKI Jakar-ta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Kegiatan penanganan para wanita tuna susila dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain melalui pengumpulan, moti-vasi, ,identifikasi, bimbingan fisik, mental dan sosial serta latihan keterampilan yang memungkinkan mereka mendapat peker-jaan yang layak dan wajar. Kegiatan rehabilitasi dan resosi-alisasi para tuna susila umumnya dilakukan melalui sistem da-lam panti. Pelayanan terhadap para tuna susila ini masih re-latif baru yaitu mulai ditangani secara mantap dalam Repelita III, dimana selama masa tersebut telah berhasil disantun se-banyak 3.600 orang. Pada tahun 1984/85 pelayanan melalui pan-ti adalah sebanyak 765 orang. Dengan demikian sejak awal Re-pelita III sampai dengan tahun pertama Repelita IV telah ber-hasil disantun sebanyak 4.365 orang tuna susila dengan sistem pant i.

Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam program ini adalah penanganan terhadap para bekas narapidana, terutama bagi me-reka yang baru saja selesai menjalani masa hukumannya di Lem-baga Pemasyarakatan. Mereka mengalami masalah kehilangan pe-kerjaan/mata pencaharian dan kesulitan memperoleh pekerjaan. Santunan yang diberikan bagi bekas narapidana dimaksudkan un-tuk memulihkan kembali harga diri dan kepercayaan pada diri sendiri, mengembangkan kemauan dan kemampuan mereka sehingga mereka dapat melaksanakan fungsi dan peransertanya secara wa-jar dan layak dalam tata kehidupan masyarakat yang lebih baik.

XVIII/66

Page 67: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Kegiatan ini baru dimulai sejak Repelita III dengan sis-tem di luar panti. Selama masa tersebut kurang lebih 1.282 orang bekas narapidana telah diberikan santunan dan bim-bingan. Dengan 925 orang lagi yang diberikan santunan pada tahun 1984/85, jumlah bekas narapidana yang telah berhasil disantun dan dibimbing selama itu adalah sebanyak 2.207 orang.

4) Penyantunan dan Pengentasan Anak Nakal dan Korban Narkotika

Kegiatan rehabilitasi sosial dan resosialisasi bagi kor-ban narkotika/ minuman keras khususnya di kalangan remaja adalah melalui panti-panti rehabilitasi sosial korban narko-tika di beberapa kota besar dengan menerapkan sistem rujukan, dengan rumah-rumah sakit tertentu dan kepolisian setempat. Penyantunan dalam panti-panti tersebut diarahkan agar mereka dapat kembali ke masyarakat serta mampu mengembangkan bakat dan pribadinya secara wajar. Di dalam panti-panti tersebut mereka diberikan pembinaan mengenai sikap dan tanggung jawab sosial mereka serta latihan-latihan keterampilan kerja se bagai bekal kemampuan usaha setelah mereka keluar dari Panti Rehabilitasi.

Sama halnya dengan beberapa kegiatan yang telah disebut-kan sebelumnya, pelaksanaan operasional pelayanan anak nakal dan korban narkotika baru dimulai pada Repelita III. Selama masa tersebut sebanyak 1.590 anak nakal dan 2.540 anak nakal korban narkotika, telah berhasil dibina/ditangani melalui sistem luar panti, sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV (1984/ 85), melalui sistem dalam panti, telah disantun 367 anak dan dengan sistem luar panti sebanyak 597 anak, sedang-kan untuk anak nakal korban narkotika sebanyak 480 anak. Da-lam hubungan ini telah dilakukan perbaikan, perluasan dan penyempurnaan Panti-panti Rehabilitasi Anak Nakal dan Korban Narkotika di daerah-daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

5) Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin

Permasalahan yang ditangani adalah kerawanan sosial eko-nomis bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tidak dapat mencukupi kebutuhan dasarnya secara layak.

Kegiatan penyantunan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial kehidupan fakir miskin yang tidak mempunyai mata pencaharian secara tetap. Sasaran prioritas

XVIII/67

Page 68: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

kegiatan ini ditujukan kepada keluarga-keluarga fakir miskin yang berada di pedesaan dan di daerah-daerah rawan sosial ekonomi di perkotaan. Usaha peningkatan taraf kesejahteraan sosial keluarga fakir miskin ini diarahkan pada kegiatan-ke-giatan :

(a) membimbing, membina dan mengembangkan kemauan dan kemampuan memperbaiki serta meningkatkan taraf kese-jahteraan sosialnya secara swadaya dan swakarya de-ngan mendayagunakan semua potensi sosial yang ada dalam lingkungannya,

(b) menghilangkan sikap hidup pasrah pada nasib dan menggantungkan diri pada belas kasihan dan bantuan orang lain,

(c) memberikan bantuan permodalan dan atau peralatan kerja produktif yang bersifat mendorong dan mening-katkan swadaya dan swakarya.

Walaupun pelaksanaan kegiatan ini secara nyata Baru di-laksanakan sejak awal Repelita IV, namun secara implisit te-lah dirintis semenjak Repelita III dalam kegiatan “Bimbingan dan Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat”, yang salah satu kegiatannya adalah membantu para fakir miskin, terutama yang tinggal di daerah-daerah pedesaan yang termiskin.

Kegiatan yang diselenggarakan dalam tahun 1984/85 adalah berupa bimbingan, motivasi, latihan keterampilan usaha pro-duktif, bantuan perbaikan tempat tinggal/perumahan, bantuan permodalan dan peralatan kerja produktif bagi ± 4.250 KK yang tersebar di propinsi-propinsi Jawa Barat, Jawa'Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, D.I. Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara,, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Secara bertahap, kegiatan ini, setelah mendapatkan pola yang lebih mantap, nantinya juga akan diperluas ke propinsi-propinsi lain.

6) Bantuan dan Rehabilitasi Korban Bencana Alam

Penanggulangan korban bencana alam diarahkan pada pening-katan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam, guna menghindarkan atau mengurangi timbulnya korban dan kerugian yang lebih banyak, serta pembe-rian bantuan pertama sebagai tindakan darurat dan bantuan lanjutan sebagai tindakan rehabilitasi.

XVIII/68

Page 69: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Dalam ruang lingkup usaha ini permasalahan pokok adalah para keluarga yang menjadi korban dan/atau yang bertempat tinggal di daerah rawan kronis bencana alam serta musibah laiznya. Selama ini telah dilakukan usaha bantuan dan rehabi-litasi kepada para korban bencana alam dan korban bencana lainnya melalui bantuan perbaikan rumah, pemindahan pemukiman baik secara lokal maupun transmigrasi ke daerah-daerah lain.

Di samping rehabilitasi sosial korban bencana alam, juga dilakukan latihan pembimbing dan petugas lapangan, latihan dan temu-karaa anggota-anggota Satkorlak Penanggulangan Ben-cana Alam, dan penyediaan barak penampungan/persinggahan para korban bencana alam. Untuk lebih meningkatkan kordinasi yang baik dan mantap, maka berdasarkan Keppres No. 28 Tahun 1979 telah dibentuk suatu Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BAKORNAS PBA) di tingkat Pusat dan Satuan Koor-dinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (SATKORLAK PBA) ditingkat daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas telah pula diben-tuk Satuan Tugas Sosial (SATGASOS) Penanggulangan Bencana Alam yang berintikan petugas-petugas sosial dan unsur-unsur generasi muda sebagai perangkat bantu penanggulangan korban bencana alam yang selalu siap bergerak sesuai dengan kebu-tuhan, yang berkedudukan di Kecamatan/Kabupaten.

Secara kuantitatif usaha yang telah dilakukan dalam Repe-lita I berupa penanggulangan dan kesiapsiagaan/pencegahan bencana alam terhadap 3.833 KK, dalam Repelita II 8.815 KK dan pembangunan 6 buah barak persinggahan, dan dalam Repelita III 34.691 KK. Di samping itu pada Repelita III telah dise-lenggarakan latihan Pembimbing dan Petugas Lapangan kepada 540 orang dan pengadaan barak-barak penampungan/persinggahan 33 buah. Pada tahun 1984/85 telah dilaksanakan usaha penang-gulangan dan kesiapsiagaan/pencegahan bencana alam terhadap 6.686 KK dan pembentukan SATGASOS PBA tingkat regional seba-nyak 30 orang dan tingkat Propinsi sebanyak 90 orang. Dengan demikian sejak Repelita I sampai dengan tahun 1984/85 telah dilaksanakan usaha-usaha penanggulangan dan kesiapsiagaan/ pencegahan bencana alam kepada sejumlah 54.025 KK. Di samping usaha-usaha tersebut kepada daerah-daerah rawan bencana alam telah diberikan bantuan dalam rangka meningkatkan kesiapsia-gaan penanggulangan darurat pada waktu terjadi bencana alam, berupaperlengkapan pertolongan pertama seperti tenda, alat-alat dapur umum, mobil dapur umum, perahu karat dan alat-alat komunikasi seperti SSB dan sebagainya.

XVIII/69

Page 70: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

c. Program Pembinaan Generasi Muda

Program ini dimaksudkan untuk membina generasi muda agar mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan dalam rangka melaksanakan peranan dan tanggungjawabnya se-bagai generasi penerus dalam pembangunan bangsa dan negara.

Pembinaan dan pengembangan generasi muda/remaja dalam program ini, khususnya di bidang kesejahteraan sosial, di-laksanakan dalam rangka penerapan fungsi pencegahan dan pe-ngembangan usaha kesejahteraan sosial melalui wadah Karang Taruna sebagai organisasi sosial remaja pada tingkat desa yang pada akhir Repelita IV akan ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga menjangkau seluruh desa di tanah air.

Melalui kegiatan ini, para remaja melakukan berbagai ke-giatan meliputi latihan keterampilan kerja, kerajinan tangan, kesenian dan olah raga, serta cara-cara berorganisasi agar waktu terluang mereka dapat dimanfaatkan untuk karya-karya yang produktif dan bermanfaat. Kegiatan-kegiatan tersebut di-maksudkan juga untuk menanamkan disiplin dan tanggungjawab social serta upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila di kalangan para remaja serta mencegah dan membatasi timbulnya. masalah kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika di ka-langan remaja. Pembinaan dan pengembangan remaja dalam wadah Karang Taruna sebagai organisasi sosial di tingkat desa di-laksanakan untuk mengfungsikan Karang Taruna sebagai salah satu wadah pembauran kesatuan bangsa khususnya generasi muda pada basisbasis wilayah di kelurahan. Jika pada tahun 1968 baru terdapat 295 Karang Taruna, pada akhir Repelita I jum-lahnya telah mencapai 620 Karang Taruna, pada akhir Repelita II mencapai 2.134 Karang Taruna dan pada akhir Repelita III jumlah Karang Taruna telah mencapai 12.654 Karang Taruna. De-ngan adanya pertumbuhan baru pada tahun pertama Repelita IV jumlah Karang Taruna yang telah terbentuk dan terbina menca-pai 20.054 Karang Taruna yang tersebar di seluruh tanah air. (Tabel XVIII-14).

Dalam rangka membina dan meningkatkan kegiatan generasi muda melalui Karang Taruna ini maka selama masa Repelita I, II dan III telah diberikan bantuan berupa paket-paket per-alatan dan kerajinan tangan kepada 12.654 Karang Taruna dalam berbagai tahap perkembangan (Karang Taruna Tumbuh, Karang Ta-runa Berkembang, Karang Taruna Maju, dan Karang Taruna Per-contohan). Giuna meningkatkan penyelenggaraan kegiatan Karang Taruna selama masa tersebut telah dilatih Pengurus dan Pem-

XVIII/70

Page 71: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

TABEL XVIII – 14

PELAKSANAAN PEMBINAAN KARANG TARUNA

MENURUT DAERAH TINGKAT I

1968 - 1984/85*)

1973/74 1978/79 1983/84No. Daerah TSegkat I/

Propinsi1968 Akhir Akhir 1982/83 Akhir 1984/85

(Repelita I) (Repelita II) . (Repelita III)

INDONESIA 2~5 620 2.134 10.220 12.654 20.054

1. DKI Jakarta 27 87 236 236 236 236

2. Jawa Barat 45 94 246 1.551 1.825 2.003

3. Jawe Tengeh 90 116 184 1.581 1.767 2 697

4. DI Yogyakarta 16 16 19 78 176 235

5. Java Timur 50 105 374 1.689 1.689 3.177

6. DI Aoeh - 3 22 70 123 458

7. Sumatera Utara 12 19 81 295 452 7948. Sumatera Beret 9 15 99 409 409 835

9. Riau 2 7 35 201 227 258

10. Jambi 1 3 17 26 353 49411. Sumatera Selatan 2 13 50 835 839 1.36112. Lampung 3 4 26 274 774 77413. Kalimantan Barat 1 7 9 144 181 437

14. Kalimantan Tengeh 2 9 18 135 135 231

15. Kalimantan Selatan 4 10 97 596 815 1.426

16. Kalimantan Timur - 4' 16 113 113 316

17. Sulawesi Utara 2 14 10 246 266 352

18. Sulawesi Tengeh 1 9 103 320 340 450

19. Sulawesi Solatan 9 3 106 392 496 513

20. Sulawesi Tenggara - 21 186 226 226 601

21. Maluku 4 7 8 24 24 192

22. Bali 10 12 19 80 85 374

23. Nusa Tenggara Barat 4 13 61 246 351 476

24. Lisa Tenggara Timur - 15 33 214 243 441

25. Irian Jaye 4 13 40 84 227

26. Bengkulu 1 10 66 194 420 672

27. Timor Timur - 5 5 24

.) Angka Kumulatip

XVIII/71

Page 72: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

bina Karang Taruna sebanyak 8.040 orang peserta, mencakup pengetahuan tentang kepemimpinan, pengenalan jiwa pemuda dan cara pendekatan terpadu lingkungan dan masyarakat.

Selanjutnya pada tahun 1984/85 telah diberikan paket per-alatan sebagai stimulan untuk penumbuhan Karang Taruna baru kepada + 2.700 desa.

d. Program Peranan Wanita

Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan khususnya ke-sejahteraan sosial wanita, dalam rangka memantapkan kemampuan dan keterampilan mereka agar dapat berpartisipasi dalam pem-bangunan dengan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan generasi muda khususnya dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Di samping itu untuk meningkatkan fungsi dan peranan to-koh-tokoh/pemimpin wanita, khususnya bagi wanita-wanita dari kalangan keluarga rawan sosial ekonomi telah diberikan bim-bingan sosial agar dapat berperan dalam memperbaiki tingkat hidupnya serta semakin berintegrasi dalam pembangunan masya-rakat terutama dalam bidang kesejahteraan sosial. Dalam Repe-lita III melalui program ini telah berhasil dilatih sebanyak 36.935 orang wanita bina sosial dan untuk kepemimpinan wanita sebanyak 5.160 pemimpin wanita dan pada tahun 1984/85 telah dilatih pula 6.060 wanita bina sosial dan 600 untuk kepemim-pinan wanita, sehingga sejak dimulainya program ini dalam Re-pelita III telah dibina 42.995 wanita bina sosial dan 5.760 untuk kepemimpinan wanita.

e. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesejahteraan Sosial

Melalui program ini diharapkan pelaksanaan usaha kesejah-teraan sosial sejauh mungkin dapat ditangani oleh tenaga-te-naga yang ahli dan terampil, sehingga mereka akan lebih mampu menjalankan tugasnya dengan mutu dan hasil yang lebih mema-dai, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pelayanan masyarakat yang semakin meningkat.

Dalam usaha peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana tersebut telah dibangun dan/atau diperluas berbagai fasilitas pendidikan/ latihan agar dapat menampung jumlah pe-serta yang senantiasa semakin meningkat dan yang lebih mema-dai sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan/ latihan.

XVIII/72

Page 73: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Kegiatan yang sudah dimulai sejak masa Repelita I ini, telah ditangani secara lebih intensif dan terarah sejak awal Repelita II Serta dilanjutkan dalam Repelita III dan Repelita IV.

Kegiatan pendidikan dan latihan yang telah berhasil di-laksanakan sejak dimulainya dalam Repelita II sampai dengan tahun pertama Repelita IV adalah sebagai berikut :

(a) Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA), dengan jumlah peserta 123 orang.

(b) SESPA Tingkat Madya, dengan jumlah 190 orang peserta. SESPA Tingkat Lanjutan, dengan peserta 663 orang. SESPA Tingkat Dasar, dengan jumlah 575 peserta.

(c) Latihan Keahlian Pekerja Sosial, dengan peserta 149 orang. Latihan Tenaga Kejuruan Pekerja Sosial, dengan jumlah 107 peserta.

(d) Latihan Dasar Kejuruan Pekerja Sosial, dengan jumlah pe-serta 531 orang.

(e) Latihan Administrasi Pengelolaan, dengan jumlah peserta 601 orang.

(f) Program Doktor, sejumlah 4 peserta.

Dengan kegiatan pendidikan dan latihan tersebut, diharap-kan tidak hanya dihasilkan tenaga-tenaga yang mampu dan ber-orientasi pada perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di dalam masyarakat, tetapi juga menyadari kegiatannya secara kemanusiaan dan dalam kesatuan kegiatan pembangunan nasional.

Sejalan dengan kegiatan-kegiatan di atas, dalam upaya me-ningkatkan mutu dan jumlah lulusan Sekolah Tinggi Kesejahte-raan Sosial (STKS) di Bandung, mulai tahun 1967 sampai dengan tahun 1984 telah diadakan perluasan dan rehabilitasi kampus di samping terus meningkatkan mutu kurikulum dan tenaga peng-ajarnya. Adapun lulusan STKS sejak didirikannya dalam tahun 1967 sampai dengan tahun 1984, adalah 1.384 lulusan tingkat Sarjana Muda dan 462 lulusan tingkat Sarjana.

f. Program Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Program penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial dilaksanakan dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha-usaha kesejahteraan sosial yang langsung dapat menunjang peningkatan mutu kesejahteraan sosial secara lebih luas. Selama Repelita IV penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial diharapkan dapat dilaksanakan secara le-

XVIII/73

Page 74: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

bih intensif dan diarahkan untuk langsung menunjang pening-katan kegiatan operasional, sehingga dapat mengembangkan sis-tem dan kebijaksanaan yang lebih sesuai dengan keadaan dan perkembangan permasalahan sosial yang dihadapi. Kecuali itu hasil penelaahan dan pengkajian laporan penelitian akan di-manfaatkan pula untuk memberikan dasar dan bahan pertimbangan bagi penentuan kebijaksanaan dan pengembangan program serta pola dan sistem pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang lebih sesuai dan serasi, antara lain melalui perintisan pro-yek-proyek percontohan dan•percobaan (eksperimentasi).

Kegiatan penelitian dan pengembangan sosial yang telah dilaksanakan sejak Repelita I sampai dengan Repelita III ada-lah cukup banyak, diantaranya yang penting, sebagai berikut :

(1) Masalah kesejahteraan sosial di daerah pedesaan dan perkotaan di Indonesia.

(2) Ekeperimentasi pola pelayanan kesejahteraan sosial pada masyarakat pedesaan.

(3) Standardisasi fungsi dan jenjang jabatan petugas sosial.

(4) Pelayanan kesejahteraan sosial para cacat tubuh dan mental di dalam dan di luar panti.

(5) Permasalahan pelayanan kesejahteraan sosial di daerah slum dan sekitar pemusatan industri.

(6) Pemetaan masalah kesejahteraan sosial di daerah rawan sosial ekonomi.

(7) Pemetaan pernyebaran penderita cacat, tuna wisma dan masyarakat terpencil.

(8) Masalah kesejahteraan sosial anak dan lanjut usia.

(9) Aspirasi dan partisipasi para remaja dalam usaha kesejahteraan sosial/pembangunan.

(10) Hambatan dan kemudahan bagi peningkatan peranan wanita dalam pembangunan.

(11) Sistem jaminan kesejahteraan sosial.

(12) Unsur-unsur dan ruang lingkup pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

XVIII/74

Page 75: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

(13) Pengembangan konsepsi penanggulangan masalah kesejahte-raan sosial secara lintas sektoral.

(14) Kondisi kesejahteraan sosial wanita di bidang industri.

Dalam tahun 1984/85 kegiatan penelitian terus dilanjut-kan antara lain berupa penelitian yang meliputi

(1) Pola Penanganan dan Pelaksanaan Penyantunan dan Pengen-tasan Lanjut Usia, Para Cacat, Anak Terlantar, Tuna So-sial dan Anak Nakal.

(2) Pola Penanganan dan Pelaksanaan Rehabilitasi Korban Ben-cana Alam dan Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Tera-sing.

(3) Pola Penanganan dan Pola Pelaksanaan Pembinaan Partisi-pasi Sosial Masyarakat dan Bantuan Pelayanan Organisasi Luar Negeri.

(4) Pola Penanganan dan Pelaksanaan Pembinaan Karang Taruna, Peranan dan Fungsi Wanita dan Pekerja Sosial Masyarakat.

(5) Pola Penanganan dan Pelaksanaan Pengembangan Kesejahte-raan Sosial Keluarga Miskin dan Pembinaan Swadaya Desa Dalam Usaha Memugar Rumah dan Lingkungan.

(6) Dampak Pembangunan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahte-raan Sosial Masyarakat di Pedesaan.

(7) Percontohan Penanganan Masalah Gelandangan dan Pengemis di DKI Jakarta.

(8) Percontohan Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan Masya-rakat Irian Jaya.

Penelitian-penelitian ekeperimentasi penanganan masalah gelandangan dan pengemis serta pembinaan dan pengembangan lingkungan masyarakat Irian Jaya merupakan bentuk penelitian terapan yang dilaksanakan dalam rangka mendapatkan pola pe-nanganan yang lebih sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan pembangunan nasional.

g. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan

Dalam usaha menunjang berhasilnya pelaksanaan kegiatan

XVIII/75

Page 76: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

operasional pembangunan sebagaimana yang telah direncanakan, maka sejak Repelita I terus diusahakan penyempurnaan peng-aturan dan penertiban yang dapat menjamin pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien. Diharapkan nantinya bahwa semua penanggulangan masa-lah kesejahteraan sosial dapat dilandasi dengan peraturan perundang-undangan.

Keseluruhan kegiatan tersebut akan lebih ditingkatkan melalui suatu upaya terintegrasi dalam pengendalian, pener-tiban dan pembinaan organisasi, personalia dan administrasi pelayanan kesejahteraan sosial. Dengan demikian diharapkan bahwa secara keseluruhan baik administratif maupun teknis, pelaksanaan program-program pembangunan di bidang kesejah-teraan sosial akan dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan secara lebih nyata.

Selama ini usaha penyempurnaan efisiensi aparatur serta pengawasan pelaksanaan pembangunan telah ditempuh antara lain melalui usaha-usaha sebagai berikut :

1. Penghimpunan data yang lebih mantap dan akurat serta pe-rencanaan proyek yang lebih bertitik tolak pada permasa-lahan kesejahteraan sosial di daerah/wilayah pembangunan.

2. Peningkatan pengawasan dan pengendalian proyek-proyek.

3. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan di bi-dang kesejahteraan sosial.

4. Penyempurnaan administrasi kepegawaian melalui analisa jabatan/pekerjaan serta penertiban tata usaha kepega-waian.

h. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah

Melalui program ini sejak masa Repelita I sampai dengan Repelita IV telah dilakukan kegiatan-kegiatan untuk menunjang usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan prasarana fisik pe-merintah, baik di Pusat maupun di Daerah-daerah yang antara lain berupa pembangunan/rehabilitasi gedung-gedung kantor, rumah dinas, pengadaan sarana angkutan, dan lain sebagainya.

Sampai dengan tahun terakhir Repelita III, telah dilak-sanakan pembangunan gedung Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi sebanyak 25 buah, pembangunan gedung Kantor Depar-

XVIII/76

Page 77: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

temen Sosial Kabupaten/Kota Madya sebanyak 97 buah yang ter-sebar di seluruh propinsi, pembangunan rumah dinas berbagai tips sebanyak 226 buah yang tersebar di seluruh propinsi dan pengadaan beberapa sarana angkutan berbagai jenis yang dibu-tuhkan untuk mobilitas tenaga-tenaga/petugas-petugas penge-lola.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 1984/85 dipusatkan terutama kepada pengadaan peralatan perkantoran untuk Kanwil dan Kandep Sosial di beberapa propinsi.

C. PERANAN WANITA

1. Pendahuluan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan pokok-pokok arah pengembangan peranan wanita dalam pembangunan bangsa sebagai berikut:

1) Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria maupun wanita secara maksimal di segala bidang, serta adanya kewajiban dan kesempatan yang sama antara pria dan wanita untuk ikut serta dalam segala kegiatan pembangunan.

2) Peranan wanita dalam pembangunan berkembang selaras dan serasi dengan perkembangan tanggungjawab dan pera-nannya dalam mewujudkan dan mengembangkan keluarga se-hat dan sejahtera, termasuk pembinaan generasi muda, anak-anak remaja dan anak-anak di bawah lima tahun, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

3) Peranan dan tanggungjawab wanita dalam pembangunan ma-kin dimantapkan melalui peningkatkan pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang sesuai dengan kebutuh-an dan kemampuannya.

4) Dalam rangka mendorong partisipasi wanita dalam pem-bangunan perlu makin dikembangkan kegiatan wanita da-lam meningkatkan kesejahteraan keluarga antara lain melalui organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Dengan demikian jelas bahwa dengan makin meningkatnya ke-giatan pembangunan di segala bidang makin meningkat pula ke-sempatan bagi wanita untuk ikut serta berpartisipasi, tanpa

XVIII/77

Page 78: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

mengurangi tanggungjawab wanita dalam pembinaan keluarga. Da-lam pada itu, partisipasi wanita akan. sungguh-sungguh efek-tif, apabila kaum wanita memiliki suatu keterampilan ataupun keahlian serta pengetahuan pada umumnya, yang pada gilirannya akan lebih membantu memperlancar proses pembangunan itu sen-diri. Karena itu titikberat diletakkan pada segi pendidikan wanita, baik dalam rangka wanita sebagai pelaku dalam proses pembangunan di segala bidang, maupun berdasarkan kenyataan bahwa wanita berjumlah sekitar 50,3% dari keseluruhan pendu-duk Indonesia. Sehubungan dengan itu perlu ditingkatkan peran-an tokoh-tokoh/pemimpin wanita sebagai motivator dan pengge-rak partisipasi wanita dalam pembangunan. Dalam masyarakat yang sedang membangun, wanita dituntut untuk berperan ganda, yaitu sebagai pembina dan penerus nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dalam lingkungan keluarga serta sebagai peserta pula dalam berbagai bidang pembangunan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Kebijaksanaan dan langkah usaha untuk meningkatkan peran-an wanita dalam pembangunan bangsa dalam Repelita IV pada dasarnya merupakan kelanjutan, peningkatan, pengembangan ser-ta perluasan kebijaksanaan dan langkah usaha yang telah dimu-lai sejak Repelita III. Pelaksanaannya dalam Repelita IV itu ialah dalam rangka mempercepat tercapainya sasaran utama pem-bangunan, yaitu terciptanya kerangka landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Untuk itu kegiatan peningkatan peranan wanita diadakan guna meman-tapkan kemampuan dan keterampilan kaum wanita agar dapat le-bih berpartisipapi dalam pembangunan tanpa mengurangi pe-ranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pem-binaan generasi muda khususnya dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.

Kebijaksanaan dan langkah usaha untuk meningkatkan pe-ranan wanita dalam pembangunan bangsa dalam Repelita IV berjalan secara lebih terkoordinasi dan terpadu dengan kebi-jaksanaan dan langkah usaha di berbagai bidang pembangunan. Dalam hubungan ini diusahakan keterpaduan pelaksanaan berba-gai kegiatan pengembangan dan peningkatan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan, sehingga dapat lebih meningkat-kan pencapaian hasil usaha oleh wanita. Keterpaduan sejauh mungkin diusahakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tingkat pengawasannya.

XVIII/78

Page 79: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Dalam upaya meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan nasional di segala bidang, ditempuh kebijaksanaan pokok seba-gai berikut:

1) Meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita sebagai ibu rumah tangga dalam mewujudkan keluarga sehat dan sejahte-ra.

2) Meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita sebagai angkatan kerja melalui perluasan kesempatan kerja di berbagai bidang pembangunan.

3) Meningkatkan dan mengembangkan secara lebih baik peranan wanita di berbagai bidang pembangunan melalui usaha-usaha peningkatan pendidikan dan keterampilan.

4) Meningkatkan kemampuan dan menumbuhkan iklim sosial buda-ya yang lebih memungkinkan wanita berperanserta dalam pembangunan.

5) Meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan dalam rangka meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuat-annya sendiri menuju masyarakat adil, makmur dan sejahte-ra berdasarkan Pancasila.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Sebagaimana dikemukakan di atas, kaum wanita merupakan sekitar 50,3% dari keseluruhan penduduk Indonesia, dan seba-gian terbesar hidup di daerah pedesaan. Ditinjau dari segi ini, jelas bahwa peningkatan peranan wanita Indonesia harus terintegrasi pula dalam penanganan masalah-masalah nasional dalam bidang sosial budaya, ekonomi dan politik seluruh ma-syarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Dengan demi-kian dapat dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan di berba-gai bidang adalah karena telah mengikutsertakan dan mengga-lakkan partisipasi wanita dalam pembangunan. Beberapa indika-tor keberhasilan pembangunan yang dimaksud adalah antara la-in, angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat dari rata-rata 52 tahun pada akhir Repelita II (1979) menjadi 56 tahun pada akhir Repelita III (1983); angka buta huruf un-tuk penduduk daerah pedesaan di atas 10 tahun telah menurun dari 43,03% pada tahun 1971 menjadi 30,81% dalam tahun 1981; angka kematian bayi telah menurun dari t03,8 per 1.000 kela-hiran hidup pada akhir Repelita II menjadi 90,3 pada akhir

XVIII/79

Page 80: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Repelita III; angka kematian anak Balita telah menurun dari 20,9 per 1.000 anak pada akhir Repelita II menjadi 17,8 pada akhir Repelita III. Dalam pada itu, angka-angka tersebut se-kaligus menunjukkan masih perlunya wanita di pedesaan diprio-ritaskan dalam memperoleh berbagai penyuluhan dan dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Berbagai hambatan yang masih ada diusahakan diatasi pula melalui berbagai ke-giatan khusus bagi wanita, terutama melalui organisasi Pembi-naan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Program Terpadu Pening-katan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS). P2WKSS yang mencakup kegiatan-kegiatan peningkatan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan telah dilaksa-nakan di 27 propinsi dan akan lebih ditingkatkan dan dikem-bangkan dalam Repelita IV. Dengan memperhatikan secara khusus masalah ketenagakerjaan wanita, dalam Repelita IV dilakukan pula usaha pembinaan tenaga kerja wanita, baik berupa pening-katan produktivitas melalui peningkatan kesejahteraan, kete-rampilan dan perlindungannya maupun berupa perluasan kesem-patan kerja antara lain melalui usaha meningkatkan kegiatan kelompok-kelompok wanita di bidang-bidang ekonomis produktif kearah terbentuknya unit-unit usaha produktif yang dapat man-diri.

Selanjutnya dapat diuraikan hasil-hasil pelaksanaan pro-gram terpadu peningkatan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan, antara lain, sebagai berikut:

Pada tahun 1983/84 telah dimulai proyek perintisan bina keluarga dan anak balita yang bertujuan meningkatkan peranan ibu dan anggota keluarga lainnya untuk sedini mungkin merang-sang dan membangkitkan terutama aspek-aspek intelektual dan mental anak balita. Dalam tahun 1983/84 telah disebarluaskan alat peraga edukatif (APE) di sejumlah desa percontohan di 3 propinsi yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Sela-tan, sedangkan dalam tahun 1984/85 telah ditambah dengan 7 propinsi lagi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Nusa Tenggara Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Di bidang pertanian, telah diselenggarakan latihan, kur-sus dan penyuluhan kepada wanita tani dan nelayan untuk me-ngenal cara pemanfaatan teknologi baru dalam bidang produksi dan cara penyimpanan, dan pemanfaatan hasil pertanian dalam rangka perbaikan gizi. Di samping itu disebarluaskan cara pmanfaatan tanaman pekarangan, usaha peternakan dan perika-nan. Kegiatan tersebut telah mencakup 27 propinsi, 280 kabu-paten/kotamadya, 275 unit usaha tani atau 619 Kelompok Wanita

XVIII/80

Page 81: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

Tani dan 273 Kelompok Wanita Nelayan mencakup 5.150 orang ne-layan. Selain itu sebagai tindak lanjut juga telah ditingkat-kan pengetahuan dan keterampilan wanita di bidang kegiatan lepas panen, seperti pemungutan, pengawetan, penyimpanan dan pemasaran hasil panen. Dalam rangka kegiatan penyuluhan per-tanian, pada tahun 1984/85 telah dilakukan beberapa usaha an-tara lain Pembinaan Kelompok Wanita Tani sebanyak 465 kelom-pok, Kursus Wanita Tani 392 orang, Demonstrasi Aneka Usaha Tani kepada 663 orang/Wanita Tani.

Di bidang ketenagakerjaan, kegiatan program peranan wani-ta pedesaan dalam Repelita III telah melatih sebanyak 12.200 orang wanita di 71 kabupaten dari 21 propinsi. Wanita yang telah dilatih membentuk Kelompok Usaha Bersama yang mengarah pada kegiatan produktif. Perhatian ditujukan pula pada tenaga kerja yang ada di pabrik dan perkebunan. Sejak tahun 1982/83 dilaksanakan rintisan peningkatan produktivitas kerja tenaga kerja wanita melalui pendekatan peningkatan kesejahteraan se-cara terpadu di 26 perusahaan yang terdapat di 13 propinsi. Pembinaan program Kejar menjangkau 16.630 orang tenaga kerja di 7.479 perusahaan. Juga telah dilatih 60 orang pengawas bu-ruh wanita. Pengujian produktivitas kerja tenaga kerja wanita dilaksanakan di 11 propinsi yang meliputi sektor industri perkebunan dan konstruksi. Dalam rangka ini pula telah diper-siapkan kegiatan rintisan peningkatan produktivitas kerja te-naga kerja wanita melalui pendekatan peningkatan kesejahtera-an secara terpadu. Berbagai kegiatan tersebut telah dilanjut-kan dan ditingkatkan dalam tahun 1984/85. Di samping itu te-lah pula lebih diperketat pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Kerja Malam bagi wanita di perusahaan-perusahaan dan pencegahan diskriminasi terhadap buruh wanita dalam rang-ka mengangkat harkat dan martabat buruh wanita Indonesia.

Di bidang transmigrasi perhatian diberikan juga pada par-tisipasi wanita dalam pembangunan sosial ekonomi di daerah transmigrasi. Latihan keterampilan yang menyangkut bidang usaha pertanian, kesehatan, kesejahteraan keluarga, serta percobaan teknologi tepatguna yang dapat meringankan beban tugas rumah tangga bagi wanita di daerah transmigrasi, telah dilaksanakan di wilayah transmigrasi yang terletak di 6 pro-pinsi.

Dalam bidang industri kecil (industri rumah tangga/kera-jinan tangan), dalam tiga tahun terakhir Repelita III telah terbentuk 170 kelompok usaha bersama di 158 desa yang terse-bar di 27 propinsi dengan melibatkan 170 motivator dari PKK,

XVIII/81

Page 82: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

serta telah menjangkau 15.470 wanita di pedesaan. Dalam tahun 1984/85 telah berhasil pula dibina sebanyak 2.900 wanita.

Dalam bidang perkoperasian, peningkatan peranan wanita diarahkan untuk pembinaan wanita pedagang kecil/golongan eko-nomi lemah. Dalam Repelita III telah dilatih sebanyak 5.017 wanita, sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV telah ber-hasil dibina 1.262 wanita dari 25 kabupaten di 14 propinsi.

Di bidang agama, dalam Repelita III, telah pula disedia-kan buku pedoman penyuluhan Undang-undang Perkawinan sebanyak 181.400 eksemplar dan buku motivasi agama terhadap peranan wanita dalam pembangunan sebanyak 18.400 eksemplar. Selanjut-nya dalam Repelita IV kegiatan-kegiatan tersebut tetap di-lanjutkan dan bahkan lebih ditingkatkan dengan memadukannya ke dalam kegiatan yang relevan dengan pembangunan bidang aga-ma, antara lain dalam bentuk kegiatan pembinaan keluarga se-hat dan sejahtera, penasehatan perkawinan dan memasyarakatkan Undang-undang Perkawinan. Pada tahun 1984/85 telah dilakukan penataran pembinaan keluarga bahagia dan sejahtera ditingkat pusat dengan jumlah peserta 60 orang, ditingkat propinsi se-banyak 2.068 peserta dan tingkat desa sejumlah 23.200 peserta dan bagi 200 santri puteri dari 5 pesantren. Di samping itu telah pula disediakan buku pedoman penyuluhan sebanyak 10.000 eksemplar, buklet keluarga bahagia sejahtera sebanyak 30.000 eksemplar dan pamflet keluarga bahagia sejahtera sebanyak 25.000 eksemplar.

Di bidang kesejahteraan sosial, dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan tohoh-tokoh/pemimpin wanita, khususnya bagi wanita-wanita dari kalangan keluarga rawan sosial ekonomi telah diberikan bimbingan sosial agar dapat berperan memper-baiki tingkat hidupnya serta semakin berintegrasi dalam pem-bangunan masyarakat terutama dalam bidang kesejahteraan so-sial. Dalam Repelita III melalui kegiatan ini telah berhasil dilatih sebanyak 36.955 orang wanita bina sosial dan untuk kepemimpinan wanita sebanyak 5.160 pemimpin wanita. Pada ta-hun 1984/85 telah dilatih pula 6.060 wanita bina sosial dan 600 untuk kepemimpinan wanita, sehingga sejak dimulainya pro-gram ini dalam Repelita III telah dibina 43.055 wanita bina sosial dan 5.760 untuk kepemimpinan wanita.

Di bidang pendidikan, dalam Repelita III telah dapat di-selenggarakan berbagai kegiatan peningkatan peranan wanita melalui pendidikan di luar sekolah, antara lain latihan dan pengembangan warga belajar wanita 20.800 orang lomba desa

XVIII/82

Page 83: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

binaan keluarga sehat sejahtera pada berbagai desa di semua propinsi dan pengembangan belajar wanita di 6 daerah bagi se-banyak 512 orang; pengadaan buku 85.000 eksemplar; pengadaan sarana pendidikan 52 set; penyelenggaraan kursus kepemimpinan bagi organisasi wanita 6.280 orang; latihan dan pengembangan warga belajar tingkat propinsi 21 orang; pengembangan kegiat-an belajar wanita menuju wiraswasta di 10 daerah; latihan pe-nataran P4 pimpinan wanita 75 orang; pembinaan swadaya wanita di pedesaan 290 daerah; dan penyelenggaraan kursus-kursus proyek PKK 420 orang. Dalam tahun 1984/85 telah dilaksanakan antara lain latihan dan pengembangan warga belajar wanita se-banyak 6.705 orang; kegiatan belajar wanita menuju wiraswasta 810 orang; pendidikan mata pencaharian di desa sebanyak 42.450 orang; pengadaan buku menuju keluarga sehat sejahtera 60.000 eksemplar; penyusunan naskah-naskah pendidikan mata pencaharian 15 judul; dan pengadaan alat-alat praktek 48 set.

Program peranan wanita dalam pembangunan kesehatan bertu-juan untuk meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan wanita, khususnya wanita hamil dan menyusui, wanita pekerja terutama yang berpenghasilan rendah di desa maupun di kota. Selain itu bertujuan pula untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampil-an wanita dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi keluarga, khususnya perawatan dan pemeliharaan bayi dan anak-anak. Sasarannya adalah kelompok umur 10-45 tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan melalui pembinaan organisasi/kelompok wanita, pembinaan keterampilan kader desa dan kegiatan pembinaan pelayanan kepada masyara-kat, peningkatan pengetahuan wanita, taman gizi. Selama Repe-lita III kegiatan telah dilaksanakan di semua propinsi dan Kabupaten/Kotamadya yang mencakup 1.824 Kecamatan dan 2.571 desa. Sementara itu, pada tahun pertama Repelita IV telah di-laksanakan penyebarluasan informasi kesehatan kepada kalangan wanita di tingkat propinsi, kabupaten, dan kecamatan sebanyak 886 kali; serta pembinaan peranserta kaum wanita di bidang kesehatan dalam bentuk Gerakan Keluarga Sehat, motivasi kepa-da pengelola perusahaan serta penyuluhan langsung kepada Te-naga Kerja Wanita (Nakerwan), dan motivasi kepada pemuka ma-syarakat terhadap penyalahgunaan narkotik dan obat berbahaya lainnya (Narkoba).

Peningkatan peranan wanita sangat dibantu oleh berbagai kegiatan penerangan dalam rangka penjelasan berbagai kegiatan program P2WKSS, masalah keluarga kecil bahagia dan sejahtera serta perlunya peningkatan keterampilan maupun pengetahuan wanita tentang pembangunan itu sendiri. Untuk itu telah di-

XVIII/83

Page 84: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN ... · Web viewSementara itu jumlah garam beryodium yang diproduksi terus meningkat dan pemasarannya makin di perluas untuk dapat menjangkau lebih

laksanakan berbagai kegiatan penerangan, antara lain kegiatan siaran Wanita dan Pembangunan, dan penerangan bagi wanita pe-desaan. Kegiatan penerangan bagi wanita pedesaan dilaksanakan di 27 propinsi di seluruh Indonesia, Untuk mampu memberikan penerangan yang tepat dan relevan kepada para wanita, terle-bih dahulu diadakan peningkatan kemampuan para juru penerang wanita. Selanjutnya untuk dapat menghasilkan produksi maupun naskah-naskah yang cukup menarik untuk acara siaran Wanita dan Pembangunan, sejak tahun 1979/80 telah dilaksanakan se-rangkaian latihan keterampilan bagi produsen dan penulis nas-kah acara ini, yang disiarkan baik melalui radio maupun tele-visi. Dalam kaitan ini telah dimungkinkan pengadaan acara “Majalah Udara Ruang Wanita”, “Puteri Indonesia”, “Wanita Tani”, berbagai kegiatan penerangan lainnya baik secara tatap muka maupun melalui radio dan televisi mengenai kegiatan wa-nita yang berkaitan dengan pendidikan, gizi, kesehatan keluar-ga, kesejahteraan keluarga dan keluarga berencana, dan lain sebagainya.

XVIII/84