Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

25
MAKALAH USHUL FIQHI Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi Created by, Muhammad Sapri BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagaimana ilmu keagamaan lain dalam Islam, ilmu ushul fiqih tumbuh dan berkembang dengan tetap berpijak pada Al-Quran dan Sunnah, ushul fiqih tidak timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman Rosulullah dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian ushul fiqih, seperti ijtihad, qiyas, nasakh, dan takhsis sudah ada pada zaman Rosulullah sahabat. Dan di masa Rasulullah saw, umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu dalam memahami hukum- hukum syar’i, semua permasalahan dapat langsung merujuk kepada Rasulullah saw lewat penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an, atau melalui sunnah beliau saw. Pada masa tabi’in cara mengistinbath hukum semakin berkembang. Di antara mereka ada yang menempuh metode maslalah atau metode qiyas di samping berpegang pula pada fatwa sahabat sebelumnya. Pada nmasa tabi’in inilah mulai tampak perbedaan-perbedaan mengenai hukum sebagai konskuensi logis dari perbedaan metode yang digunakan oleh para ulama ketika itu. ( Abu Zahro : 12 ). 1

Transcript of Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

Page 1: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagaimana ilmu keagamaan lain dalam Islam, ilmu ushul fiqih tumbuh

dan berkembang dengan tetap berpijak pada Al-Quran dan Sunnah, ushul fiqih

tidak timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman

Rosulullah dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian ushul fiqih, seperti

ijtihad, qiyas, nasakh, dan takhsis sudah ada pada zaman Rosulullah sahabat. Dan

di masa Rasulullah saw, umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu

dalam memahami hukum-hukum syar’i, semua permasalahan dapat langsung

merujuk kepada Rasulullah saw lewat penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an, atau

melalui sunnah beliau saw.

Pada masa tabi’in cara mengistinbath hukum semakin berkembang. Di

antara mereka ada yang menempuh metode maslalah atau metode qiyas di

samping berpegang pula pada fatwa sahabat sebelumnya. Pada nmasa tabi’in

inilah mulai tampak perbedaan-perbedaan mengenai hukum sebagai konskuensi

logis dari perbedaan metode yang digunakan oleh para ulama ketika itu. ( Abu

Zahro : 12 ).

Corak perbedaan pemahaman lebih jelas lagi pada masa sesudah tabi’in

atau pada masa Al- Aimmat Al- Mujtahidin. Sejalan dengan itu, kaidah-kaidah

istinbath yang digunakan juga semakin jelas bentuknya bentuknya. Abu Hanifah

misalnya menempuh metode qiyas dan istihsan. Sementara Imam Malik

berpegang pada amalan mereka lebih dapat dipercaya dari pada hadis ahad (Abu

Zahro: 12).

Apa yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa sejak zaman

Rasulullah saw., sahabat, tabi’in dan sesudahnya, pemikiran hukum Islam

mengalami perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum

1

Page 2: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

terbukukan dalam tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, belum terbentuk

sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan ushul fiqih pada masa Nabi?

2. Bagaimana perkembangan ushul fiqih pada masa sahabat dan tabi’in?

3. Bagaimana pembukuan ushul fiqih?

4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan ushul fiqih?

2

Page 3: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan ushul fiqih pada masa Nabi.

Di zaman Rasulullah SAW sumber hukum Islam hanya dua, yaitu Al-

Quran dan Assunnah. Apabila suatu kasus terjadi, Nabi SAW menunggu turunnya

wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tidak turun, maka

Rauslullah SAW menetapkan hukum kasus tersebut melalui sabdanya, yang

kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah.

Hal ini antara lain dapat diketahui dari sabda Rasulullah SAW sebagai

berikut:

“Sesungguhnya saya memberikan keputusan kepada kamu melalui pendapatku

dalam hal-hal yang tidak diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Abu Daud dari

Ummu Salamah)

.Hasil ijtihad Rasulullah ini secara otomatis menjadi sunnah bagi Umat

Islam. Hadits tentang pengutusan Mu’az Ibn Jabal ke Yaman sebagai qadi,

menunjukkan perijinan yang luas untuk melakukan ijtihad hukum pada masa

Nabi. Dalam pengutusan ini Nabi bersabda

كيف تقض ادا عر ض ل��ك قض��ا ء ؟ ق��ال ا قض بكت��ا ب الل��ه ر س�و ل الل�ه قال فا ن لم تجد ف كتا ب الل�ه؟ ق�ال فبس�نة

قال فان لم تجد في سنة ر سو ل الله قال اجتهد راى وال ل��و فضرب رسو ل الله على صدره وقال ا ا لحمد ا ا لذي و ف��ق

رسو ل اللهكما ير ض ر سسو ل الله“Bagaimana engkau (mu’az) mengambil suatu keputusan hukum terhadap

permasalahan hukum yang diajukan kepadamu? Jawab mu’az saya akan

mengambil suatu keputusan hukum berdasarkan kitab Allah (Al-Quran). Kalau

kamu tidak menemukan dalam kitab Allah? Jawab Mu’az, saya akan mengambil

keputusan berdasarkan keputusan berdasarkan sunnah Raulullah. Tanya Nabi,

jika engkau tidak ketemukan dalam sunnah? Jawab Mu’az, saya akan berijtihad,

dan saya tidak akan menyimpang. Lalu Rasulullah menepuk dada Mu’az seraya

3

Page 4: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

mengatakan segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik utusan Rasulnya

pada sesuatu yang diridhai oleh Allah dan rasulnya.”

Hadits ini secara tersurat tidak menunjukkan adanya upaya Nabi untuk

mengembangkan Ilmu Ushul Fiqh, tapi secara tersirat jelas Nabi telah

memberikan keluasan dalam mengembangkan akal untuk menetapkan hukum

yang belum tersurat dalam Al-Quran dan Sunnah.

Artinya dengan keluwesannya Nabi dalam melakukan pemecahan

masalah-masalah ijtihadiyah telah memberikan legalitas yang kuat terhadap para

sahabat. Dalam sebuah haditsnya yang mengandung kebolehan bagi manusia

untuk mencari solusi terhadap urusan-urusan keduniaan Rasulullah bersabda :

نتم ا علم با مو ر د نيا كما“Kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu.”

Dorongan untuk melakukan ijtihad itu tersirat juga dalam hadits Nabi

yang menjelaskan tentang pahala yang diperoleh seseorang yang melakukan

ijtihad sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam mencurahkan pemikiran baik

hasil usahanya benar atau salah.

Selain dalam bentuk anjuran dan pembolehan ijtihad oleh Nabi di atas,

Nabi sendiri pada dasarnya telah memberikan isyarat terhadap kebolehan

melakukan ijtihad setidak-tidaknya dalam bentuk qiyas sebagaimana dapat kita

temukan dalam hadits-haditnya sebagai berikut :

جات ا مر ا ة خثيمي��ة فق��ا لت ي��ا ر س��و ل ا لل��ه ان ابى اد ر كته ف رضه احغ و لم يحج و ه��و ال يتمس��ك على ال��ر ح��ا ل��ة لمر ضه افا حج عنه ؟ فق��ا ل ر س��و ل الل��ه علي��ه و س��لم ار ايت لو ك��ا ن على ا بي��ك دين اقتض��يته عن��ه ق��ا لت نعم ق��ال

فدين ا لله ا حق ان يقض“Seorang wanita namanya Khusaimiah datang kepada Nabi dan bertanya, Ya

Rasulullah ayah saya seharusnya telah menunaikan haji, dia tidak kuat duduk

dalam kendaraan karena sakit, Apakah saya harus melakukan haji untuknya?

Jawab Rasulullah dengan bertanya bagaimana pendapatmu bila Ayahmu

mempunyai utang? Apakah engkau harus membayar? Perempuan itu menjawab ,

Ya, Nabi berkata utang kepada Allah lebih utama untuk dibayar.

4

Page 5: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

Hadits ini menggambarkan upaya qiyas yang dilakukan oleh Nabi, yaitu

ketika seorang sahabat datang kepada Nabi yang menanyakan tentang keharusan

penunaian kewajiban ibadah haji bapaknya yang mengidap sakit, Nabi

menegaskan keharusan penunaiannya dengan melakukan pengqiyasan terhadap

pembayaran utang antara sesama manusia.

Ada satu hal yang perlu dicatat, kehadiran Nabi sebagai pemegang

otoritas tunggal dalam permasalahan-permasalahan hukum membuat Nabi sangat

berhati-hati disatu pihak, dan terbuka dipihak lain. Sikap hati-hati yang ditempuh

oleh Nabi dalam rangka penerapan hukum Islam bidang ibadah. Penjelasan Nabi

yang berkaitan dengan ini cukup rinci. Wahyu memegang peranan sangat penting.

Sikap terbuka yang ditempuh oleh Nabi dalam upaya pengembangan hukum Islam

bidang muamalah.

Berbeda dengan ibadah, dalam muamalah penjelasan Nabi lebih banyak

bersifat garis besar, sedangkan perincian dan penjelasan pelaksanaannya

diserahkan kepada manusia. Manusia dengan akal yang dianugerahkan kepadanya

diberi peranan lebih banyak. Artinya, ini pulalah salah satu faktor yang ikut

mendukung terhadap pertumbuhan ilmu ushul fiqh selanjutnya.

Dalam beberapa kasus, Rasulullah SAW juga menggunakan qiyas ketika

menjawab pertanyaan para sahabat. Misalnya ketika menjawab pertanyaan Umar

Ibn Khatab tentang batal atau tidaknya puasa seseorang yang mencium istrinya.

Rasulullah SAW bersabda :

“Apabila kamu berkumur-kumur dalam keadaan puasa, apakah puasamu batal?”

Umar menjawab:”Tidak apa-apa” (tidak batal). Rasulullah kemudian bersabda

“maka teruskan puasamu.”(HR al-Bukhari, muslim, dan Abu Dawud).

Hadits ini mengidentifikasikan kepada kita bahwa Rasulullah SAW jelas

telah menggunakan qiyas dalam menetapkan hukumnya, yaitu dengan

mengqiyaskan tidak batalnya seseorang yang sedang berpuasa karena mencium

istrinya sebagaimana tidak batalnya puasa karena berkumur-kumur.

5

Page 6: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

B. Perkembangan ushul fiqih pada masa sahabat dan tabi’in

1. Pada masa sahabat

Memang, semenjak masa sahabat telah timbul persoalan-persoalan baru

yang menuntut ketetapan hukumnya. Untuk itu para sahabat berijtihad, mencari

ketetapan hukumnya. Setelah wafat Rasulullah SAW sudah barang tentu

berlakunya hasil ijtihad para sahabat pada masa ini, tidak lagi disahkan oleh

Rasulullah SAW, sehingga dengan demikian semenjak masa sahabat ijtihad sudah

merupakan sumber hukum.

Sebagai contoh hasil ijtihad para sahabat, yaitu : Umar bin Khattab RA

tidak menjatuhkan hukuman potong tangan kepada seseorang yang mencuri

karena kelaparan (darurat/terpaksa). Dan Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa

wanita yang suaminya meninggal dunia dan belum dicampuri serta belum

ditentukan maharnya, hanya berhak mendapatkan mut'ah. Ali menyamakan

kedudukan wanita tersebut dengan wanita yang telah dicerai oleh suaminya dan

belum dicampuri serta belum ditentukan maharnya, yang oleh syara' ditetapkan

hak mut'ah baginya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah :

Artinya :

"Tidak ada sesuatupun (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isterimu

sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan

maharnya. Dan hendaklah kamu memberikan mut'ah (pemberian) kepada mereka.

Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut

kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu

merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan." (Al-Baqarah :

236).

Dari contoh-contoh ijtihad yang dilakukan oleh Rasulullah SAW,

demikian pula oleh para sahabatnya baik di kala Rasulullah SAW masih hidup

atau setelah beliau wafat, tampak adanya cara-cara yang digunakannya, sekalipun

6

Page 7: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

tidak dikemukakan dan tidak disusun kaidah-kaidah (aturan-aturan)nya ;

sebagaimana yang kita kenal dalam Ilmu Ushul Fiqh ; karena pada masa

Rasulullah SAW, demikian pula pada masa sahabatnya, tidak dibutuhkan adanya

kaidah-kaidah dalam berijtihad dengan kata lain pada masa Rasulullah SAW dan

pada masa sahabat telah terjadi praktek berijtihad, hanya saja pada waktu-waktu

itu tidak disusun sebagai suatu ilmu yang kelak disebut dengan Ilmu Ushul Fiqh

karena pada waktu-waktu itu tidak dibutuhkan adanya. Yang demikian itu, karena

Rasulullah SAW mengetahui cara-cara nash dalam menunjukkan hukum baik

secara langsung atau tidak langsung, sehingga beliau tidak membutuhkan adanya

kaidah-kaidah dalam berijtihad, karena mereka mengetahui sebab-sebab turun

(asbabun nuzul) ayat-ayat Al-Qur'an, sebab-sebab datang (asbabul wurud) Al-

Hadits, mempunyai ketazaman dalam memahami rahasia-rahasia, tujuan dan

dasar-dasar syara' dalam menetapkan hukum yang mereka peroleh karena mereka

mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam terhadap bahasa mereka sendiri

(Arab) yang juga bahasa Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan pengetahuan yang

mereka miliki itu, mereka mampu berijtihad tanpa membutuhkan adanya kaidah-

kaidah.

2. Pada masa tabi’in

Pada masa tabi'in, tabi'it-tabi'in dan para imam mujtahid, di sekitar abad

II dan III Hijriyah wilayah kekuasaan Islam telah menjadi semakin luas, sampai

ke daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang yang bukan bangsa Arab atau

tidak berbahasa Arab dan beragam pula situasi dan kondisinya serta adat

istiadatnya. Banyak diantara para ulama yang bertebaran di daerah-daerah tersebut

dan tidak sedikit penduduk daerah-daerah itu yang memeluk agama Islam.

Dengan semakin tersebarnya agama Islam di kalangan penduduk dari berbagai

daerah tersebut, menjadikan semakin banyak persoalan-persoalan hukum yang

timbul. Yang tidak didapati ketetapan hukumnya dalam Al-Qur'an dan As-

Sunnah. Untuk itu para ulama yang tinggal di berbagai daerah itu berijtihad

mencari ketetapan hukumnya.

Karena banyaknya persoalan-persoalan hukum yang timbul dan karena

pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang yang berkembang

7

Page 8: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

dengan pesat yang terjadi pada masa ini, kegiatan ijtihad juga mencapai kemajuan

yang besar dan lebih bersemarak.

Dalam pada itu, pada masa ini juga semakin banyak terjadi perbedaan

dan perdebatan antara para ulama mengenai hasil ijtihad, dalil dan jalan-jalan

yang ditempuhnya. Perbedaan dan perdebatan tersebut, bukan saja antara ulama

satu daerah dengan daerah yang lain, tetapi juga antara para ulama yang sama-

sama tinggal dalam satu daerah.Kenyataan-kenyataan di atas mendorong para

ulama untuk menyusun kaidah-kaidah syari'ah yakni kaidah-kaidah yang bertalian

dengan tujuan dan dasar-dasar syara' dalam menetapkan hukum dalam berijtihad.

Demikian pula dengan semakin luasnya daerah kekuasan Islam dan

banyaknya penduduk yang bukan bangsa Arab memeluk agama Islam. Maka

terjadilah pergaulan antara orang-orang Arab dengan mereka. Dari pergaulan

antara orang-orang Arab dengan mereka itu membawa akibat terjadinya

penyusupan bahasa-bahasa mereka ke dalam bahasa Arab, baik berupa ejaan,

kata-kata maupun dalam susunan kalimat, baik dalam ucapan maupun dalam

tulisan. Keadaan yang demikian itu, tidak sedikit menimbulkan keraguan dan

kemungkinan-kemungkinan dalam memahami nash-nash syara'. Hal ini

mendorong para ulama untuk menyusun kaidah-kaidah lughawiyah (bahasa), agar

dapat memahami nash-nash syara' sebagaimana dipahami oleh orang-orang Arab

sewaktu turun atau datangnya nash-nash tersebut.

Dengan disusunnya kaidah-kaidah syar'iyah dan kaidah-kaidah

lughawiyah dalam berijtihad pada abad II Hijriyah, maka telah terwujudlah Ilmu

Ushul Fiqh.Dikatakan oleh Ibnu Nadim bahwa ulama yang pertama kali

menyusun kitab Ilmu Ushul Fiqh ialah Imam Abu Yusuf -murid Imam Abu

Hanifah- akan tetapi kitab tersebut tidak sampai kepada kita.

Diterangkan oleh Abdul Wahhab Khallaf, bahwa ulama yang pertama

kali membukukan kaidah-kaidah Ilmu Ushul Fiqh dengan disertai alasan-

alasannya adalah Muhammad bin Idris asy-Syafi'iy (150-204 H) dalam sebuah

kitab yang diberi nama Ar-Risalah. Dan kitab tersebut adalah kitab dalam bidang

Ilmu Ushul Fiqh yang pertama sampai kepada kita. Oleh karena itu terkenal di

kalangan para ulama, bahwa beliau adalah pencipta Ilmu Ushul Fiqh.

8

Page 9: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

C. Pembukuan ushul fiqih

Salah satu yang mendorong diperlukannya pembukuan ushul fiqih adalah

perkembangan wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang

menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui kedudukan

hukumnya. Untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah

hukum yang sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan

menetapkan hukum.

Sebenarnya,jauh sebelum dibukukannya ushul fiqih, ulama-ulama

terdahulu telah membuat teori-teori ushul yang dipegang oleh para pengikutnya

masing-masing. tak heran jika pengikut para ulama tersebut mengklaim bahwa

gurunyalah yang pertama menyusun kaidah-kaidah ushul fiqih.

Golongan Hanafiyah misalnya mengklaim bahwa yang pertama

menyusun ilmu Ushul Fiqih ialah Abu Hanifah, Abu Yusuf Dan Ibnu Ali-Al

Hasan. Alasan mereka bahwa Abu Hanifah merupakan orang yang pertama

menjelaskan metode istinbath dalam kitabnyanya Ar-Ra'yu. Dan Abu Yusuf Abu

Yusuf adalah orang yang pertama menyusun ushul fiqh dalam madzhab hanafi,

demikian pula Muhammad Ibnu Al-Hasan telah menyusun ushul fiqh sebelum As-

Syafi'ie, bahkan As-Syafi'i berguru kepadanya.

Golongan As-Syafiiyah juga mengklaim bahwa Imam As-Syafi'i lah

orang yang pertama yang menyusun kitab ushul fiqh. Hal ini di ungkapkan oleh

Al-Allamah Jamal Ad-Din Abd Ar-Rohman Ibnu Hasan Al-Asnawi. Menurutnya,

"tidak diperselisihkan lagi "Imam Syafi'i adalah tokoh besar yang pertama-tama

menyusun kitab dalam ilmu ini, yaitu kitab yang tidak asing lagi dan yang sampai

kepada kita sekarang, yakni kitab Al-Risalah2

Kalau dikembalikan pada sejarah, yang pertama berbicara tentang ushul

fiqih sebelum dibukukannya adalah para sahabat dan tabi’in. Hal ini tidak

diperselisihkan lagi. Namun yang diperselisihkan adalah orang yang mula-mula

mengarang kitab ushul fiqih sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang bersifat

umum dan mencakup segala aspeknya. Untuk itu kita perlu mengetahui terlebih

dahulu teori-teori penulisan dalam ilmu ushul fiqih. Secara garis besar ada dua

teori penulisan yang dikenal yakni.

9

Page 10: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

Pertama, merumuskan kaidah-kaidah fiqiyah bagi setiap bab dalam bab

fiqih dan menganalisisnya serta mengaplikasikan masalah furu’ atas kaidah-

kaidah tersebut. Teori inilah yang ditempuh oleh golongan Hanafi dan merekalah

yang merintisnya.

Kedua, merumuskan kaidah-kaidah yang dapat menolong seorang

mujtahit dan meng-istinbat hukum dari sumber hukum syar’i, tanpa terikat oleh

pendapat seorang faqih atau suatu pemahaman yang sejalan dengannya maupun

yang bertentangan. Cara inilah yang ditempuh Al-Qur'an-syafi’i dalam kitabnya

ar-risalah, suatu kitab yang tersusun secara sempurna dalam bidang ilmu ushul

dan independen. Kitab seperti ini belum ada sebelumya, menurut ijma’ ulama dan

catatan sejarah (sulaiman:64).

D. Tahapan perkembangan ushul fiqih

secara garis besarnya, ushul fiqh dapat di bagi dalam tiga tahapan yaitu:

a) Tahap awal (abad 3H)

pada abad 3 H di bawah pemerintahan Abassiyah wilayah Islam semakin

meluas kebagian timur.khalifah-khalifah yang berkuasa dalam abad ini adalah :

Al-Ma'mun(w.218H), Al-Mu'tashim(w.227H), Al Wasiq(w.232H), dan Al-

Mutawakil(w.247H) pada masa mereka inilah terjadi suatu kebangkitan ilmiah

dikalangan Islam yang dimulai dari kekhalifahan Arrasyid. salah satu hasil dari

kebangkitan berfikir dan semangat keilmuan Islam ketika itu adalah

berkembangnya bidang fiqh yang pada giliranya mendorong untuk disusunya

metode berfikir fiqih yang disebut ushul fiqh.

Seperti telah dikemukakan, kitab ushul fiqh yang pertama-tama tersusun

seara utuh dan terpisah dari kitab-kitab fiqh ialah Ar-Risalah karangan As-Syafi'i.

kitab ini dinilai oleh para ulama sebagai kitab yang bertnilai tinggi. Ar-Razi

berkata "kedudukan As-Syafi'i dalam ushul fiqh setingkat dengan kedudukan

Aristo dalam ilmu Manthiq dan kedudukan Al-Khalil Ibnu Ahmad dalam ilmu Ar-

rud".

Ulama sebelum As-Syafi'i berbicara tentang masalah-masalah ushul fiqh

dan menjadikanya pegangan, tetapi mereka belum memperoleh kaidah-kaidah

umum yang menjadi rujukan dalam mengetahui dalil-dalil syari'at dan cara

10

Page 11: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

memegangi dan cara mentarjih kanya: maka datanglah Al-Syafi'i menyusun ilmu

ushul fiqih yang merupakan kaidah-kaidah umum yang dijadikan rujukan-rujukan

untuk mengetahui tingkatan-tingkatan dalil syar'I, kalaupun ada orang yang

menyusun kitab ilmu ushul fiqh sesudah As-Syafi;I, mereka tetap bergantung

pada Asy-Syafi'i karena Asy-Syafi'ilah yang membuka jalan untuk pertama

kalinya.

Selain kitab Ar-Risalah pada abad 3 H telah tersusun pula sejumlah kitab

ushu fiqh lainya. Isa Ibnu Iban(w.221H\835 M) menulis kitab Itsbat Al-Qiyas.

Khabar Al-Wahid, ijtihad ar-ra'yu. Ibrahim Ibnu Syiar Al-Nazham (w.221H\

835M) menulis kitab An-Nakl dan sebagainya.

Namun perlu diketahui pada umumnya kitab ushul-fiqh yang ada pada

abad 3 h ini tidak mencerminkan pemikiran-pemikiran ushul fiqh yang utuh dan

mencakup segala aspeknya kecuali kitab Ar-Risalah itu sendiri. Kitab Ar-Risalah

lah yang mencakup permasalahan-permasalahan ushuliyah yang menjadi pusat

perhatian Para Fuqoha pada zaman itu.

Disamping itu, pemikiran ushuliyah yang telah ada, kebanyakan termuat

dalam kitab-kitab fiqh, dan inilah salah satu penyebab pengikut ulama-ulama

tertentu mengklaim bahwa Imam Madzhabnya sebagai perintis pertama ilmu

ushul fiqh tersebut. Golongan Malikiyah misalnya mengklaim imam madzhabnya

sebagai perintis pertama ushul fiqh dikarenakan Imam Malik telah menyinggung

sebagian kaidah-kaidah ushuliyyah dalam kitabnya Al Muwatha. Ketika ia ditanya

tentang kemungkinan adanya dua hadits shoheh yang berlawanan yang datang

dari Rasulluloh pada saat yang sama, Malik menolaknya dengan tegas, karena ia

berperinsip bahwa kebenaran itu hanya terdapat dalam satu hadits saja

b) Tahap perkembangan (abad 4 H)

Pada masa ini abad (4H), merupakan abad permulaan kelemahan Dinasty

Abassiyah dalam bidang politik. Dinasty Abasiyah terpecah menjadi daulah-

daulah kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang sultan. Namun demikian

tidak berpengaruh terhadap perkembangan semangat keilmuan dikalangan para

ulama ketika itu karena masing-masing penguasa daulah itu berusaha memajukan

negrinya dengan memperbanyak kaum intelektual.

11

Page 12: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

Khusus dibidang pemikiran fiqh Islam pada masa ini mempunyai

karakteristik tersendiri dalam kerangka sejarah tasyri' Islam. Pemikiran liberal

Islam berdasarkan ijtihad muthlaq berhenti pada abad ini. mereka mengangagap

para ulama terdahulu mereka suci dari kesalahan sehingga seorang faqih tidak

mau lagi mengeluarkan pemikiran yang khas, terkecuali dalam hal-hal kecil saja,

akibatnya aliran-aliran fiqh semakin mantap exsitensinya, apa lagi disertai

fanatisme dikalangan penganutnya. Hal ini ditandai dengan adanya kewajiban

menganut madzhab tertentu dan larangan melakukan berpindahan madzhab

sewaktu-waktu.

Namun demikian, keterkaitan pada imam-imam terdahulu tidak

dikatakan taqlid, karena masing-masing pengikut madzhab yang ada tetap

mengadakan kegiatan ilmiah guna menyempurnakan apa yang dirintis oleh para

pendahulunya.dengan melakukan usaha antara lain:

1. Memperjelas ilat-ilat hukum yang di istinbathkan oleh para imam mereka

mereka disebut ulama takhrij

2. Mentarjihkan pendapat-pendapat yang berbeda dalam madzhab baik dalam

segi riwayat dan dirayah.

3. Setiap golongan mentarjihkanya dalam berbagai masalah khilafiyah.

Mereka menyusu kitab al-khilaf

Akan tetapi tidak bisa di ingkari bahwa pintu ijtihad pada periode ini

telah tertutup, akibatnya dalam perkembangan fiqh Islam adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan para ulama terbatas terbatas dalam menyampaikan apa yang telah

ada, mereka cenderung hanya mensyarahkan kitab-kitab terdahulu atau

memahami dan meringkasnya.

2. Menghimpun masalah-masalah furu yang sekian banyaknya dalam uaraian

yang sungkat

3. Memperbanyak pengandaian-pengandaian dalam beberapa masalah

permasalahan.

12

Page 13: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

Keadaan tersebut sangat, jauh berbeda di bidang ushul fiqh. Terhentinya

ijtihad dalam fiqh dan adanya usaha-usaha untuk meneliti pendapat-pendapat para

ulama terdahulu dan mentarjihkanya. Justru memainkan peranan yang sangat

besar dalam bidang ushul fiqh.

Sebagai tanda berembangnya ilmu ushul fiqh dalam abad 4 H ini ditandai

dengan munculnya kitab-kitab ushul fiqh yang merupakan hasil karaya ulama-

ulama fiqh diantara kitab yan terekenal adalah:

1. Kitab Ushul Al-Kharkhi, ditulis oleh Abu Al-Hasan Ubaidillah Ibnu Al-

Husain Ibnu Dilal Dalaham Al-Kharkhi,(w.340H.)

2. Kitab Al –Fushul Fi-Fushul Fi-Ushul, ditulis oleh Ahmad Ibnu Ali Abu

Baker Ar-Razim yang juga terkenal dengan Al-Jasshah (305H.)

3. Kitab Bayan Kasf Al-Ahfazh, ditulis oleh abu Muhammad Badr Ad-Din

Mahmud Ibnu Ziyad Al-Lamisy Al-Hanafi.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dalam perkembangan ushul fiqh

pada abad 4h yaitu munculnya kitab-kitab ushul fiqh yang membahas ushul fiqh

secara utuh dan tidak sebagian-sebagian seperti yang terjadi pada masa-masa

sebelumnya. Kalaupun ada yang membahas hanya kitab-kitab tertentu, hal itu

semata-mata untuk menolak atau memperkuat pandangan tertentu dalam masalah

itu.

Selain itu Materi berpikir dan penulisan dalam kitab-kitab yang ada

sebelumnya dan menunjukan bentuk yang lebih sempurna, sebagaimana dalam

kitab fushul-fi al-ushul karya abu baker ar-razi hal ini merupakan corak tersendiri

corak tersendiri dalam perkembangan ilmu ushul fiqh pada awal abad 4h., juga

tampak pula pada abad ini pengaruh pemikiranyang bercorak filsafat, khususnya

metode berfikir menurut ilmu manthiq dalam ilmu ushul fiqih.

c) Tahap penyempurnaan

kelemahan politik di Baghdad, yang ditandai dengan lahirnya beberapa

daulah kecil, membawa arti bagi perkembanangan peradaban dunia Islam.

Peradaban Islam tak lagi berpusat di Baghdad, tetapi juga di kota-kota seperti

Cairo, Bukhara, Ghaznah, dan Markusy. Hal itu disebabkan adanya perhatian

13

Page 14: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

besar dari para sultan, raja-raja penguasa daulah-daulah kecil itu terhadap

perkembangan ilmu dan peradaban.

Hingga berdampak pada kemajuan dibidang ilmu ushul fiqih yang

menyebabkan sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk mndalaminya,

antara lain Al-Baqilani, Al-Qhandi, abd. Al-jabar, abd. Wahab Al-Baghdadi, Abu

Zayd Ad Dabusy, Abu Husain Al Bashri, Imam Al-Haramain, Abd. Malik Al-

Juwani, Abu Humaid Al Ghazali dan lain-lain. Mereka adalah pelopor keilmuan

Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu keislaman di kemudian hari mengikuti

metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan aktivitas ilmu ushul fiqih yang tidak

ada bandinganya dalam penulisan dan pengkajian keislaman , itulah sebabnya

pada zaman itu, generasi Islam pada kemudian hri senantiasa menunjukan

minatnya pada produk-produk ushul fiqih dan menjadikanya sebagi sumber

pemikiran.

Dalam sejarah pekembangan ilmu ushul fiqih pada abad 5 H dan 6 H ini

merupakan periode penulisan ushul fiqih terpesat yang diantaranya terdapat kitab-

kitab yang mnjadi kitab standar dalam pengkajian ilmu ushul fiqih slanjutnya.

Kitab-kitab ushul fiqih yang ditulis pada zaman ini, disamping

mencerminkan adanya kitab ushul fiqih bagi masing-masing madzhabnya, juga

menunjukan adanya alioran ushul fiqih, yakni aliran hanafiah yang dikenal dengan

alira fuqoha, dan aliran Mutakalimin

14

Page 15: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan-penjelsan di atas dapat disimpulkan:

1. Apa yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa sejak zaman Rasulullah

saw., sahabat, tabi’in dan sesudahnya, pemikiran hukum Islam mengalami

perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum

terbukukan dalam tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, belum terbentuk

sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri

2. Karena timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui hukumnya.

Untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah hukum yang

sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan

hukum maka disusunlah kitab ushul fiqih .

3. Bahwa kegiatan ulama dalam penulisan ushul fiqih merupakan salah satu

upaya dalam menjaga keasrian hukum syara. Dan menjabarkanya kehidupan

social yang berubah-ubah itu, kegiatan tersebut dimuali pada abad ketiga

hijriyah. ushul fiqih terus berkembang menuju kesempurnaanya hingga abad

kelima dan awal abad 6H abad tersbut merupakan abad keemasan penulisan

ilmu ushul fiqh Karena banyak ulama yang mmusatkan perhatianya pada

bidang ushul fiqih dan juga muncul kitab-kitab fiqih yang menjadi standar

dan rujukan untuk ushul fiqih selanjutnya.

B. Saran-saran

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mengakui bahwa makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, dalam hal ini penulis sangat

membutuhkan saran dan kritikan dari dosen, agar supaya membantu dalam

pengembangan wawasan penulis serta nantinya bisa memberikan hasil yang lebih

baik.

15

Page 16: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

16

Page 17: Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

MAKALAH USHUL FIQHI

Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi

Created by, Muhammad Sapri

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Syafi’i, Ilmu Ushul Fiqih, CV Pustaka Setia Bandung, 2007

Hasim Kamali, Muhammad, Prinsip Dan Teori-Teori Hukum Islam, Pustaka Pelajar Offset, 1996

17