MAKALAH SEDIAAN SOLIDA.docx

19
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan tentunya tid akan lepas kemungkinan bahaya akibat penggunaan obat yang substandar. obat yang di masyarakat tentunya tidak terlepas dari kemungkinan kesalahan pada waktu peng atau kerusakan pada waktu penyimpanan dan pendistribusian obat tertentu. oleh ka untuk menjamin khasiat dan keamanannya, perlu dilakukan pengawasan terhadap mutu yang ada di pasaran. Berdasarkan bentuknya, sediaan obat yang beredar dibedakan dalam empat gol yaitu: sediaan cair, sediaan padat, sediaan semi padat, dan sediaan gas. Tablet merupakan salah satu tablet yang termasuk ke dalam kelompok sediaan padat.obat i banyak beredar di pasaran dan digunakan secara luas oleh masyarakat sehingga pe beredar adanya pengawasan dalam hal mutu obat tersebut. Penetapan kadar merupakan salah satu cara untuk mengetahui mutu obat farmakope indonesia (!" #disi !$, metode yang digunakan untuk menentukan kadar aktif dalam tablet furosemida adalah metode spektrofotometer ultra %iolet. spekt ultra %iolet adalah pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik da atau atom dari suatu &at kimia. 'elain itu untuk mengetahui apakah tablet furosemida tersebut sudah mengandung furosemida dalam jumlah yang memenuhi persyaratan atau belum. oleh karena itu pe tertarik untuk melakukan penelitan tentang panjang gelombang tablet furosemida y jual di apotek, apakah kadar panjang gelombang atau kandungan furosemid tersebut sudah memenuhi syarat sesuai yang tertera dalam ! edisi !$. 1.2 Permasalahan Penggunaan obat yang tidak memenuhi persyaratan dapat memberikan damp merugikan bagi masyarakat. salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah kad

Transcript of MAKALAH SEDIAAN SOLIDA.docx

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangObat merupakan produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan tentunya tidak akan lepas kemungkinan bahaya akibat penggunaan obat yang substandar. obat yang beredar di masyarakat tentunya tidak terlepas dari kemungkinan kesalahan pada waktu pengolahan atau kerusakan pada waktu penyimpanan dan pendistribusian obat tertentu. oleh karena itu untuk menjamin khasiat dan keamanannya, perlu dilakukan pengawasan terhadap mutu obat yang ada di pasaran.Berdasarkan bentuknya, sediaan obat yang beredar dibedakan dalam empat golongan yaitu: sediaan cair, sediaan padat, sediaan semi padat, dan sediaan gas. Tablet furosemida merupakan salah satu tablet yang termasuk ke dalam kelompok sediaan padat.obat ini telah banyak beredar di pasaran dan digunakan secara luas oleh masyarakat sehingga perlu adanya beredar adanya pengawasan dalam hal mutu obat tersebut.Penetapan kadar merupakan salah satu cara untuk mengetahui mutu obat, menurut farmakope indonesia (FI) Edisi IV, metode yang digunakan untuk menentukan kadar bahan aktif dalam tablet furosemida adalah metode spektrofotometer ultra violet. spektrofotometer ultra violet adalah pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.Selain itu untuk mengetahui apakah tablet furosemida tersebut sudah mengandung furosemida dalam jumlah yang memenuhi persyaratan atau belum. oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitan tentang panjang gelombang tablet furosemida yang di jual di apotek, apakah kadar panjang gelombang atau kandungan furosemida dalam tablet tersebut sudah memenuhi syarat sesuai yang tertera dalam FI edisi IV.

1.2 PermasalahanPenggunaan obat yang tidak memenuhi persyaratan dapat memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat. salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah kadar zat aktif berkhasiat (furosemida) dalam tiap tablet, menurut FI edisi III adalah mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101,0% C12H11C1N2O5S,dari jumlah yang tertera pada etiket.oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang panjang gelombang furosemida yang beredar dipasaran dengan metode spektrofotometri ulta violet.

1.3 Tujuan penelitianpenelitian ini bertujuan untuk :1. Membuktikan avicel dapat digunakan sebagai penghancur tablet furosemida.2. Menentukan konsentrasi yang paling baik pada avicel sebagai bahan penghancur tablet furosemida.1.4 Manfaat penelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang berkompeten dalam bidang pengawasan obat tentang panjang gelombang furosemida yang ada dipasaran apakah sudah memenuhi persyaratan atau tidak.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Variabel PenelitianAdapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah penentuan panjang gelombang furosemida dengan metode spektrofotometri ulta violet.

BAB 11TINJAUAN PUSTAKA2.1TabletTablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (Depkes, 1979)Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, Kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang dan cakram serta bentuk seperti telur atau peluru (voight, 1994).Tablet merupakan salah satu sediaan obat yang memiliki beberapa keuntungan, antara lain tablet merupakan sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari hampir semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah, dan biaya pembuatan paling rendah, murah dan murah untuk dikemas serta dikirim. Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling ringan dan kompak. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa, bau yang tidak enak, pemakaian oleh penderita lebih mudah, serta mudah ditelan dan kecil kemungkinan tinggal dikerongkongan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi disbanding sediaan padat lainnya. Dapat diproduksi secara besar-besaran, tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. (Lachman, 1994).Persyaratan sediaan tablet Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik, antara lain :1.Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu, perlu dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan tablet, meskipun persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial).2.Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.3.Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam tablet, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.4.Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu hancur tablet.5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali diperlukan bahan pewarna , perasa, dan pemberi aroma.6.Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap akseptabel, aman dan manjur bila digunakan.(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013) Keuntungan sediaan tabletBentuk sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :.1.Tablet memiliki ketepatan dosis dalam tiap tablet atau dalam tiap unit pemakaian.2.Tablet lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karen aberada dalam bentuk kering dengan kadar air yang rendah.3. Tablet mudah dalm pengemasan (blister atau strip) dan transportasi.4.Tablet dapat dibawa dengan mudah oleh pasien.5.Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan pada tablet dapat ditutupi melalui penyalutan tablet.6.Tablet dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga medis.7.Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproff (sulit dipalsukan).(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013) Kerugian sediaan tabletSelain keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet, juga terdapat beberapa kerugian bentuk sediaan tablet, antara lain:1.Bahan aktif dengan dosis besar dan tidak kompresibel sulit dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan memiliki bobot atau bentuk tablet yang besar sehingga tidak berterima.2.Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi, tidak larut, serta disolusi yang kurang baik.3. Mula kerja obat (onset of action) sediaan tablet lebih lambat dibandingkan dengan sediaan parenteral (injeksi), larutan oral dan kapsul.4.Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat kedalam tablet sangat kecil.5.Kesulitan menelan pada anak-anak, pasien dengan sakit parah dan pasien usia lanjut.(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)Bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi tablet adalah :1. Bahan pengisi (Diluent)Bahan pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Bahan pengisi harus memenuhi beberapa criteria yaitu non toksik, harganya terjangkau, secara fisiologi harus inert atau netral, stabil secara fisik dan kimia baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain, dan harus bebas dari berbagai jenis mikroorganisme. Contoh bahan pengisi yaitu laktosa, amylum, manitol, dekstrosa, sorbitol, sukrosa dan avicel. (Lachman, 1994).2 Bahan pengikat (Binder)Bahan pengikat ditambahkan untuk membentuk garnul atau menaikkan kekompakan kohensi yang dicetak langsung, menyatukan atau mengikat granul menjadi tablet sehingga menghasilkan tablet yang baik dan kompak. Kekompakan sebuah tablet dapat juga dipengaruhi oleh tekanan pencetakan demikian pula oleh bahan pengikat. Adapun contoh bahan pengikat yaitu pasta kanji dengan konsentrasi (5 15 %). Kanji merupakan bahan pembuat granul yang paling baik dan menghasilkan kohesi tablet yang dapat segera hancur bila diformulasikan dengan baik. (Lachman, 1994).Selain kanji dapat juga digunakan akasia (10 20 %), gelatin (10 -20 %), glukosa (25 50 %), PVP (3 10 %), pasta amylum (10 -17 %), sukrosa (50 85 %), tragakan (3 10 %), dan CMC (1 6 %). (Hoover, 1976).

3. Bahan penghancur (Disintegrator)Bahan penghancur berfungsi untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran cerna. (Lachman, 1994).Bahan pengikat juga dapat menarik air kedalam tablet, mengembangkan dan menyebabkan tablet pecah menjadi granul. Hancurnya tablet menjadi granul, akan memperluas permukaan sehingga dapat mempercepat lepasnya zat aktif dari tabletnya. Selanjutnya bahan penghancur akan menghancurkan granul menjadi partikel-partikel. Kecepatan pelepasan zat aktif akan lebih cepat dari partikel disbanding tablet yang masih utuh maupun dari granul tablet (Voight, 1994).4. Bahan pelincir (Lubrikan)Bahan pelincir berfungsi untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet. Salah satu bahan pelincir yang biasa digunakan adalah talk. Talk digunakan karena memiliki tiga keuntungan yaitu dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, sebagai bahan pelican, dan sebagai pemisah bentuk. Pada umumnya talk ditambahkan pada granulat sebanyak 2 %. Penambahan talk sebagai bahan pembantu tablet berdasarkan farmakope dibatasi sampai tidak lebih dari 3 %. Untuk memperbaiki sifat alir biasanya talk ditambah dengan Mg. Stearat sebanyak 0,2 0,3 % (Voight, 1994).5. Bahan pelicin (Glidan)Bahan pelicin ditambahkan dengan tujuan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi partikel-partikel. (Hoover, 1979).Contoh bahan pelicin yang biasa digunakan yaitu asam-asam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang sering digunakan yaitu kalsium dan magnesium stearat dengan konsentrasi 0,2 0,3 % (Voight, 1994).Tablet dapat dibuat dengan tiga metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.

2.2Metode Pembuatan kempa langsungMetode cetak langsung merupakan metode pembuatan tablet yang dilakukan dengan cara mengkompresi secara langsung campuran serbuk dari bahan tanpa proses granulasi terlebih dahulu. Sehingga metode Majalah Farmasi Indonesia, 19(4), 165 171, 2008 Pengembangan furosemida-avicel .Majalah Farmasi Indonesia, 19(4), 2008 166 cetak langsung merupakan metode pembuatan tablet yang sangat efisien dan banyak dikembangkan oleh kalangan industri farmasi. Seiring dengan meningkatnya penggunaan metode cetak langsung tersebut maka kebutuhan bahan pengisi untuk tablet cetak langsung juga meningkat. Syarat utama suatu bahan pengisi dapat digunakan untuk tablet cetak langsung adalah mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Gohel, 2005). Co-processing merupakan teknik untuk mendapatkan eksipien baru dengan cara mengkombinasikan dua atau lebih eksipien yang sudah ada. Kombinasi bahan yang dipilih akan saling melengkapi sehingga akan didapatkan bahan baru dengan sifat yang diinginkan. Bahan baru hasil dari co-processing biasa disebut sebagai eksipien co-process(Gohel, 2005). Avicel PH 102 merupakan nama dagang dari selulosa mikrokristal. Avicel dibuat dari hidrolisis terkontrol -selulosa dengan larutan asam mineral encer. Sebagai bahan farmasi Avicel PH 102 digunakan untuk bahan pengisi tablet yang dibuat secara granulasi maupun cetak langsung, bahan penghancur tablet, adsorben dan bahan anti lekat. Avicel PH 102 diketahui mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang sangat baik. Avicel sering dilakukan co-processing dengan karagenan, sodium karboksimetilselu-losa dan guar gum (Rowe et al.2003). 2.3 Evaluasi granul1. Kadar air granulKadar air atau kandungan lembab adalah jumlah massa air yang menghilang atau menguap pada saat pemanasan. Kandungan lembab diukur dengan pemanasan (gravimetic) menggunakan alat seperti Moisture Balance.Kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah, rumus :% LOD = x 100 %Keterangan : LOD (Loss On Drying) = susut pengeringanSedangkan berdasarkan berat kering air dinyatakan sebagai persen dari bahan kering, rumus :% MC = x 100 %

Keterangan : MC (Moisture Content) = kandungan lembab2. Waktu alirWaktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengaliri dari sejumlah granul melalui lubang corong, yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk tiap 100 gram granul dengan waktu alirnya lebih dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada waktu pentabletan. Pengerjaan ditimbang 100 gram granul, kemudian granul tersebut dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya tertutup. Penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Diamati waktu alirnya dengan menggunakan stopwatch, dihitung dari saat ujung tungkai dibuka sampai seluruh granul mengalir dan habis.3. PengetapanPengetapan menunjukkan penurunan volume campuran serbuk dikarenakan hentakan, goncangan atau getaran, makin kecil persen indeks dari pengetapan makin baik sifat alirnya. Campuran serbuk dengan indeks bias dari 20 % menunjukkan bahwa sifat alirnya kurang bagus. (Fassihi dan Kanfer, 1986).Rumus yang digunakan waktu menghitung % pengetapan adalah :

% T = Vo - x 100 %Keterangan :% T = % yang berkurang setelah dilakukan pengetapanVo = volume sebelum pengetapanVt = volume setelah pengetapan4. Sudut diamSudut diam adalah suatu parameter lain dari sifat alir, sudut diam juga dapat sebagai pembanding uji sifat fisik campuran granul atau serbuk. Sudut diam antara 28 42o atau25 45o menunjukan sifat alir yang bagus. = arc tan h/R 30 bahan dapat mengalir bebas 40 biasanya daya mengalirnya kurang baik

keterangan : h = ketinggianR = jari jari2.4 Evaluasi Tablet1Keseragaman bobotTablet harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut :Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang telah ditetapkan.2Waktu hancurUji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet hisap atau dikunyah. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan untuk tablet bersalut gula, bersalut selaput tidak lebih dari 60 menit. (Depkes, 1979).3 Kekerasan tabletPengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet biasanya antara 4 sampai 8 kilogram. Alat yang digunakan disebut alat kekerasan tablet (hardeness tester). (Parrott, 1970).Semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul menentukan kekerasan tablet. Sejumlah tester pengukur kekerasan tablet dipakai pada waktu sekarang ini, mengukur tingkat kekuatan, yang dibutuhkan dalam memecahkan tablet. Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4 kg. (Ansel, 1989).4 Kerapuhan tabletPersen bobot tablet yang hilang setelah tablet diguncang. Penentu kerapuhkan tablet dilakukakan terutama pada waktu tablet akan dilapisi (coating). Perhitungan % kerapuhan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

% kerapuhan = x 100 %

Tablet yang telah ditimbang diletakkan didalam alat friabilator roche, kemudian dijalankan sebanyak 100 kali putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5 % - 1 % masih dapat dibenarkan. (Lachman, 1994).Keausan sebaiknya tidak lebih dari 0,8 %. (Voight, 1994).2.5PraformulaR/ Zat AktifFase Dalam :PenghancurPengikatFase Luar :Pelincir Pelicin

Furosemida ( FI hal 262)Rumusan molekul C12H11C1N2O5SRumus struktur :

Tablet furosemida mengandung tidak kurang d

ari 98,5 % C12H11C1N2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan ( FI III).Pemeriaan : Serbuk hablur; putih, hampir putih; tidak berbau; hampir tidak berasaPenyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.Kontra indikasi : Pasien dengan gangguan defisiensi kalium, glomerulonefritis akut,insufisiensi ginjal akut,wanita hamil dan pasien yang hipersensitif terhadapfurosemida. Anuria ibu menyusuiInteraksi obat : furosemida dapat meningkatkan toksisitas antibiotika golongan aminoglikosida, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.Efek Samping : jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare, rash kulit, pruritus dan penglihatan kabur. Pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit.Hiperglikemia. Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema multiform.Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia, thrombositopenia.

Magnesium stearat (FI IV: 515)Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8 % dan tidak lebih dari 8,3 % MgO.BM : 591,34.Pemerian: Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah melekat di kulit; bebas dari butiran.Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.Inkompatibilitas : Dengan asam dan garam logam.Penggunaan : sebagai zat pelincir.Aplikasi: 0.25 5% sebagai lubricantStabilitas: magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam wadah/containerdingin, di tempat kering. susut pengeringan:tidak lebih dari 6.0%Kerapatan: 0.159 g/cm3 (ruah), 0.286 g/cm3 (mampat), 1.092 g/cm3 (nyata)

Talkum (FI III hal 591)Mg6(Si2O5)4(OH)4Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit Aluminium silikat.Pemerian: Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.Kelarutan: praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut organik dan air.Aplikasi: sebagai glidan dan lubrikan 1-10%.Kekerasan: 1,0-1,5Kandungan lembab : talk tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu 25oC dan kelembaban relatif naik hingga 90%.Stabilitas: stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160oC selama tidak lebih dari 1 jam.Inkompabilitas : dengan senyawa amonium kuartener.Penggunaan : zat tambahan (pelincir)

AvicelNama resmi:Mikrokristalin sellulosaSinonim:AvicelPemerian:Berupa serbuk kristal poros, putih, tidak berbau, tidak berasa, dan memiliki aliran yang baik.Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air,cairan asam dan kebanyakan pelarut organik, sedikit larut dalam larutan NaOH 5% b/v.Inkompatibilitas:Tidak tercampurkan dengan bahan pengoksidasi kuat.Kegunaan:Sebagai bahan desintegran.

BAB IIIMETODE PENELITIAAN3.1Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan dalam penelitiaan ini antara lain, mortir dan stemper,neraca analgetik, lemari pengering, kertas perkamen, pengayak mesh 6, pengayak mesh 12, dan alat cetak tablet.Bahan yang digunakan adalah furosemida, pati jagung, avicel, mg.stearat, dan talkum.

3.2 Rancangan FormulaBahanFormula

Keterangan

Furosemida40mg40mg40mg Zat aktif

Magnesium Stearat2%2%2%pelincir

Talkum1%1%1%pelicin

Avicel5%10%15%penghancur

3.3 Alasan pemilihan bahan

1. Mg.Stearat Fungsi : lubrikan Alasan : merupakan boundary-type lubrican. memiliki daya adheren lebih baik dan lebih kuat terhadap permukaan metal oksida dibandingkan fluid-type lubrican

2. Talkum Fungsi : Glidant Alasan : bisa sebagai antiadheran dan glidant.memiliki sifat lubrikan yang kurang baik. secara umum glidant yang baik adalah memiliki sifat lubrikan yang kurang.

3. Avicel ph 102 Fungsi : bahan pengisi dan penggikat Alasan : banyak digunakan pada metode kempa langsung dan tablet yang menggunakan avicel menunjukan kekerasan, friabilitas serta sifat alur menurut Livingstone dan Fox,baik.

3.4 PenimbanganDiketahui berat 1 tablet 70 mg dibuat 100 tablet

Fase dalam : 98 % 98 / 100 x 70 = 68,6 - 40 mg = 28,6Fase luar ; 2 % 2 / 100 x 70 = 1,4

Formula 1Fase dalam Avicel 5% 5 / 100 x 28,6 = 1,43 mgFase luar Mg.stearat 2 / 100 x 1,4 = 0, 028 mg Talk 1 / 100 x 1,4 = 0,014 mg

Formula IIFase dalam Avicel 10% 10 / 100 x 28,6 = 2,86 mg

Fase luar Mg.stearat 2 / 100 x 1,4 = 0,028 mg Talk 1 / 100 x 1,4 = 0,014 mgFormula IIIFase dalam Avicel 15% 15 / 100 x 28,6 = 4,29 mgFase luar Mg.stearat 2 / 100 x 1,4 = 0,028 mg Talk 1 / 100 x 1,4 = 0,014 mg

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, British Pharmacopeia , London , UK Ditjen POM, Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,Ed III,Depkes RI,Jakarta,hal 262, 591. Ditjen POM, Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,Ed IV,Depkes RI,Jakarta,hal 515. Lieberman, H.A., Lachman, L.,1981, Pharmaceutical Dosage Forms, Marcel Dekker, Inc., USA

RANGKUMANTablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (Depkes, 1979)Persyaratan sediaan tablet Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik, antara lain :1.Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu, perlu dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan tablet, meskipun persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial).2.Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.3.Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam tablet, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.4.Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu hancur tablet.5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali diperlukan bahan pewarna , perasa, dan pemberi aroma.6.Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap akseptabel, aman dan manjur bila digunakan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi tablet adalah : Bahan pengisi (Diluent) Bahan pengikat (Binder) Bahan penghancur Bahan pelicin Bahan pelincirMetode cetak langsung merupakan metode pembuatan tablet yang dilakukan dengan cara mengkompresi secara langsung campuran serbuk dari bahan tanpa proses granulasi terlebih dahulu.Evaluasi granul1. Kadar air granul2. Waktu alir3. Pengetapan4. Sudut diamEvaluasi Tablet1. Keseragaman bobot2. Waktu hancur3. Kekerasan tablet4. Kerapuhan tabletPraformulaR/ Zat AktifFase Dalam :PenghancurPengikatFase Luar :Pelincir Pelicin

Alasan pemilihan bahan

Mg.Stearat Fungsi : lubrikan Alasan : merupakan boundary-type lubrican. memiliki daya adheren lebih baik dan lebih kuat terhadap permukaan metal oksida dibandingkan fluid-type lubrican

Talkum Fungsi : Glidant Alasan : bisa sebagai antiadheran dan glidant.memiliki sifat lubrikan yang kurang baik. secara umum glidant yang baik adalah memiliki sifat lubrikan yang kurang.

Avicel ph 102 Fungsi : bahan pengisi dan penggikat Alasan : banyak digunakan pada metode kempa langsung dan tablet yang menggunakan avicel menunjukan kekerasan, friabilitas serta sifat alur menurut Livingstone dan Fox,baik.