makalah sampah
-
Upload
aandiyahpermanasari -
Category
Documents
-
view
202 -
download
6
Transcript of makalah sampah
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DIRUMAH SAKIT KALISAT KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini sampah merupakan masalah yang cukup serius, terutama dikota-kota
besar. Sehingga banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, swasta maupun
secara swadaya oleh masyarakat untuk menanggulanginya, dengan cara mengurangi,
mendaur ulang maupun memusnahkannya. Namun semua itu hanya bisa dilakukan bagi
sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga saja. Lain halnya dengan sampah yang di
hasilkan dari upaya medis seperti Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Sakit. Karena jenis
limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis limbah yang
sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak terdapat buangan virus,
bakteri maupun zat zat yang membahayakan lainnya, sehingga harus dimusnahkan
dengan jalan dibakar dalam suhu diatas 800 derajat celcius. (LPKL,
http://www.maxpelltechnology.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
Pengelolaan sampah sebagian besar rumah sakit di Indonesia pada umumnya
kurang mendapat perhatian yang serius. Peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun
akan mempengaruhi timbulan sampah yang hasilkan oleh RSUD Kalisat, oleh karena itu
perlu perhatian yang serius dari pihak rumah sakit, agar tidak menimbulkan dampak
negatif bagi pasien, pengunjung, petugas kebersihan maupun karyawan rumah sakit itu
sendiri. (FKM undip, http://www.fkm.undip.ac.id diakses tanggal 30 Maret 2013).
Ada beberapa hasil survei yang menunjukkan jenis sampah kesehatan yang biasa di
hasilkan. Dari beberapa survei tersebut dirangkum dan menunjukkan bahwa sampah
layanan kesehatan yang dihasilkan berbeda bukan saja antar negara tetapi juga dalam
satu negara. Sampah yang dihasilkan bergantung pada banyak faktor. Misalnya metode
manajemen sampah yang berlaku, jenis institusi layanan kesehatan, spesialisasi rumah
sakit, jumlah item yang dapat digunakan kembali yang dipakai rumah sakit, dan jumlah
pasien rawat jalan. Akan tetapi, akan lebih baik jika ada data tersebut hanya dipandang
sebagai contoh dan tidak digunakan sebagai landasan untuk mengelola limbah di dalam
sebuah institusi layanan kesehatan. Data mengenai sampah setempat yang didapat dari
sebuah survei mungkin akan lebih reliabel dibandingkan perkiraan yang didasarkan pada
data negara lain atau jenis insitusi yang berbeda.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember tahun 2006 menunjukkan bahwa
Kabupaten Jember mempunyai luas wilayah 3.293.339 km2 dengan 31 kecamatan, 247
kelurahan, total jumlah penduduk sebanyak 2.136.999 jiwa dengan kecenderungan
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sebanyak 0,27 %. Pola
konsumsi masyarakat Kabupaten Jember cenderung meningkat, dapat dilihat dari
naiknya kebutuhan hidup minimum untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, aneka
kebutuhan, perumahan dan sandang. Pola konsumsi masyarakat yang terus meningkat
tersebut akan menghasilkan sampah. Jika sampah tidak dikelola dengan baik,
diprediksikan akan menimbulkan permasalahan, baik permasalahan lingkungan maupun
sosial dan budaya. (Suara Indonesia News, 2008)
Pada tahun 2012 sampah sudah menjadi persoalan serius di Jember. Seriusnya
persoalan sampah ini bisa dilihat dari data Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Jember.
Produksi sampah rumah tangga di Jember mencapai 710 meter kubik per hari atau sekitar
142,43 ton. Sementara yang terangkut hanya 248 meter kubik per hari atau 49,75 ton.
(Oryza A. Wirawan, 2012. http://www.beritajatim.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
Pada saat ini masih banyak rumah sakit yang kurang memberikan perhatian yang
serius terhadap pengelolaan sampahnya. Pengelolaan sampah masih terpinggirkan dari
pihak manajemen RS. Hal ini terlihat dalam struktur organisasi RS, divisi lingkungan
masih terselubung di bawah bag Umum. Pemahaman ataupun pengetahuan pihak
pengelola lingkungan tentang peraturan dan peryaratan dalam pengelolaan sampah medis
masih dirasa minim. Masih banyak yang belum mengetahui tatacara dan kewajiban
pengelolaan limbah medis baik dalam hal penyimpanan limbah, incinerasi limbah
maupun pemahaman tentang limbah B3 sendiri masih terbatas (Anonim,
http://b3.menlh.go.id diakses tanggal 30 Maret 2013).
Rumah sakit dan instalasi kesehatan lainnya memiliki “kewajiban untuk
memelihara” lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta memiliki tanggung jawab
khusus yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan instalasi tersebut. Kewajiban yang
dipikul instalasi tersebut di antaranya adalah kewajiban untuk memastikan bahwa
penanganan, pengolahan serta pembuangan limbah yang mereka lakukan tidak akan
menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan dan lingkungan. Dengan menerapkan
kebijakan mengenai pengelolaan limbah layanan kesehatan, fasilitas medis dan lembaga
penelitian semakin dekat dalam memenuhi tujuan mewujudkan lingkungan yang sehat
dan aman bagi karyawan mereka maupun masyarakat sekitar (A.Pruss, 2005).
Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa di antaranya
membahayakan kesehatan di lingkungannya. Berdasarkan gambaran tersebut dapat
dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya
menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Jais,
http://www .arahenvironmental.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
Dampak limbah untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta Hepatitis B
dan C, tenaga layanan kesehatan, terutama perawat, merupakan kelompok yang berisiko
paling besar untuk terkena infeksi melalui cedera akibat benda tajam yang
terkontaminasi (umumnya jarum suntik). Risiko serupa juga dihadapi tenaga kesehatan
lain di RS dan pelaksana pengelolaan limbah di luar RS, begitu juga pemulung di Lokasi
pembuangan akhir limbah (sekalipun risiko ini tidak terdokumentasi). Di kalangan
pasien dan masyarakat, risiko terkena infeksi tersebut jauh lebih rendah. Namun,
beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agens yang
lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna pada masyarakat dan pasien RS.
(A.Pruss, 2005).
Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember sebagai sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai fasilitas rawat inap dan rawat jalan. RS Kalisat merupakan
Rumah sakit dengan type D, yaitu dengan 5 pelayanan pasien, diantaranya Instalasi
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan medis, pelayanan
administrasi, dan rekam medik.
Menurut Kasubbag Keuangan dan Program RSD Kalisat, Drs. Moh. Yasin
Wiradihalki, bahwa yang pasti dari tahun ke tahun mencoba untuk memberikan
kenyamanan kepada pasien yang berobat di RS Kalisat, yang salah satunya saat ini
dilakukan yaitu memrenovasi ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan ruang rawat inap
pasien sesuai dengan standart yang ada. Maka atas dasar itulah peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana sistem pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kalisat Kabupaten Jember.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah membahas pada latar belakang maka dapat dirumuskan “Bagaimana Sistem
Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember
tahun 2013?”
C. TUJUAAN PENELITIAAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Sistem
Pengelolaan. Sampah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat Kabupaten
Jember tahun 3013
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tentang Pemilahan sampah di Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember tahun 3013
b. Untuk memperoleh gambaran tentang pewadahan sampah di Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember tahun 3013.
c. Untuk memperoleh gambaran tentang pegumpulan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kalisat Kabupaten Jember tahun 3013.
d. Untuk memperoleh gambaran tentang pengangkutan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kalisat Kabupaten Jember tahun 3013.
e. Untuk memperoleh gambaran tentang penanganan sampah di Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember tahun 3013.
f. Untuk memperoleh gambaran tentang Tenaga Pengelola Limbah di Rumah
Sakit Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember tahun 3013.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Ilmiah
Merupakan pengetahuan berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan
penulis dalam bidang kesehatan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan
Pengelolaan Sampah Medis
2. Manfaat Institusi
Sebagai bahan informasi kepada instansi terkait untuk peningkatan derajat
kesehatan lingkungan khususnya Sistem Pengelolaan sampah Medis dan sanitasi
lingkungan.
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang
kondisi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum daerah Kab. Barru dan
merupakan bahan pertimbangan dan peningkatan sanitasi rumah sakit tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah sebagai
organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien.
Menurut Wolper dan Pena, rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit
mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta temoat dimana pendidikan klinik
untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya
diselenggarakan.
Menurut Association of Hospital Care, rumah sakit adalah pusat dimana
pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitin kedokteran
diselenggarakan.
2. Jenis – Jenis Rumah Sakit
Adapun beberapa jenis – jenis rumah sakit yang perlu diketahui, batasan
tentang jenis – jenis rumah sakit banyak macamnya, yaitu :
a. Rumah sakit umum
Rumah sakit yang dijalankan organisasi National Health Service di
Inggris. Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki
institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk
mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan
pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui
di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan
intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan
fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya.
Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan
penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical
Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan
tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat
beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
b. Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula,
atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric
(psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain Rumah sakit bisa
terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai
afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu. Kebanyakan rumah
sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.
c. Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait
dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas
/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat/Tri
Dharma perguruan tinggi.
d. Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk
melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan
perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan
dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan
udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena
letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya
rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan
menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum (Ensiklopedia
bebas, http:// http://id.wikipedia.org diakses tanggal 30 Maret 2013).
3. Fungsi Rumah Sakit
Dalam Permenkes RI No. 159 B/Menkes/Per/1988 fungsi rumah sakit adalah
menyediakan dan menyelenggarakan :
a. Pelayanan medik
b. Pelayanan penunjang medik
c. Pelayanan rehabilitatif
d. Pencegahan dan peningkatan kesehatan
e. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga medik
4. Tipe – Tipe Rumah Sakit
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 031 /tahun 1972 rumah
sakit di klasifikasikan atas beberapa tingkatan, yaitu :
a. Rumah Sakit Type A
Rumah sakit dimana ada pelayanan spesialis, serta pelayanannya adalah
tingkat nasional dan selain tempat pelayanan kesehatan, juga digunakan untuk
mendidik dokter spesialis.
b. Rumah Sakit Type B
Rumah sakit dimana ada pelayanan spesialis luas minimal 12 spesialis,
scope pelayanan adalah tingkat propinsi dan selain pelayanan kesehatan juga
digunakan untuk pendidikan dokter umum.
c. Rumah Sakit Type C
Rumah sakit yang melaksanakan paling sedikit 4 spesialis, yaitu penyakit
dalam, kesehatan anak, badan, kebudayaan, scope pelayanannya adalah tingkat
kabupaten.
d. Rumah Sakit Type D
Rumah sakit dimana ada pelaksanaannya pelayanan kesehatan yang
bersifat umum.
e. Rumah Sakit Type E
Rumah sakit khusus baik dari penderita maupun penyakitnya dengan
scope pelayanannya pada wilayah tertentu tergantung banyaknya penderita dan
penyakitnya :
1) Rumah sakit kanker
2) Rumah sakit jiwa
3) Rumah sakit mata
4) Rumah sakit kusta
5) Rumah sakit paru-paru
6) Rumah sakit bersalin
B. Tinjauan Umum Pengaruh Sampah Rumah Sakit terhadap Lingkungan dan
Kesehatan
Pengaruh Sampah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi
dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam – garam yang terlarut (korosif,karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar
rumah sakit
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa –
senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari
bagian kedokteran gigi.
4. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik
dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif (Wisaksono,
http://www.kalbe.co.id diakses tanggal 30 Maret 2013).
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat
gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama pasien yang datang ke rumah sakit untuk
memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah sakit. Kelompok ini
merupakan kelompok yang paling rentan kedua, karyawan rumah sakit dalam
melaksanakan tugas sehari – harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan
sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit yang besar. Keempat,
masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah sakit, lebih – lebih lagi bila rumah sakit
membuang hasil buangan rumah sakit tidak sebagaimana mestinya kelingkungan
sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat
lanjutannya adalah menurunnya derajat melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit
yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit (Arifin,
http://www.pontianakpost.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
Membahas dampak limbah secara khusus berdasarkan limbah yang dihasilkan,
yaitu:
a. Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme
patogen. Patogen tersbut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :
1) Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit
2) Melalui membran mukosa
3) Melalui pernapasan
4) Melalui ingesti
Kekhawatiran muncul terutama terhadap HIV serta virus hepatitis B dan C
karena ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan melalui
limbah layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi melalui cedera dan jarum
spuit yang terkontaminasi darah manusia.
b. Bahaya Limbah Kimia dan farmasi
Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan
kesehatan (misalnya zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,
reaktif, mudah meledak, atau yang sensitif terhadap guncangan). Kuantitas zat
tersebut umumnya rendah di dalam limbah layanan kesehatan, kuantitas yang lebih
besar dalam limbah umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau
bahan farmasi yang sudah tidak terpakai lagi atau sudah kadaluarsa. Kandungan zat
itu di dalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat
pajanan secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar.
c. Bahaya Limbah Genotoksik
Pajanan terhadap zat genotoksik di lingkungan layanan kesehatan juga dapat
terjadi selama masa persiapan atau selama terapi yang menggunakan obat atau zat
tertentu. Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol, absorbsi
melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi obat – obatan
sitotoksik, zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan buruk saat makan, misalnya
menyedot makanan. Pajanan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan
sekret tubuh pasien yang menjalani kemoterapi.
d. Bahaya Limbah Radioaktif
Jenis penyakit yang disebabkan limbah radioaktif bergantung pada jenis dan
intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan
muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioakti, seperti
halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat
mengenai materi genetik. Penanganan sumber yang sangat aktif, misalnya terhadap
sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh
lebih parah (misalnya kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi bagian
tubuh) dan karenannya harus dilakukan dengan sangat hati – hati.
e. Sensivitas public
Selain rasa takut akan dampak kesehatan yang mungkin muncul, masyarakat
juga sangat sensitif terhadap dampak visual limbah anatomi, bagian-bagian tubuh
yang dapat dikenali, termasuk janin (A.Pruss, 2005).
C. Tinjauan Umum tentang Pengelolaan Sampah Di Rumah Sakit
1. Dasar Pengelolaan Sampah Sampah Medis di Rumah Sakit
Pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan
dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan
zat padat, cair, gas atau radioaktif dengan metoda dan keahlain khusus untuk masing –
masing jenis zat (Ensiklopedia bebas, http:// http://id.wikipedia.org diakses tanggal 30
Maret 2013).
2. Sampah Medis di Rumah Sakit
a. Pengertian Sampah Rumah Sakit
Menurut WHO memberikan pengertian bahwa sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah adalah
limbah padat yang dibuang dari aktivitas manusia (Madelan, 2003).
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya (Wisaksono,
http://www.kalbe.co.id diakses tanggal 30 Maret 2013).
Kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Jefri huta galung,
http://jefrihutagalung.wordpress.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
b. Sumber dan karakteristik limbah rumah sakit
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang berbentuk padat maupun
cair yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit baik kegiatan medis maupun
nonmedis yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah rumah sakit
dapat menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika selain
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan
penyakit (infeksi nosokomial).
Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari Rumah Sakit dapat dibagi
menjadi dua, seperti :
1) Limbah Medis
a) Padat
b) Cair
c) Radioaktif
2) Limbah non medis
a) Padat
b) Cair
Limbah padat Medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut
juga kegiatan medis di ruang Poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan
ruang laboraturium. Limbah padat medis juga sering disebut sebagai sampah
biologis. Sampah biologis terdiri dari :
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan,
ruang bedah, atau ruang kebidanan seperti, misalnya perban, kasa, alat
injeksi, ampul, dan botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plester, masker,
dan sebagainya.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan,
atau ruang otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan
sebagainya.
3. Sampah laboraturium yang dihasilkan dari pemeriksaan lab. Diagnostik atau
penelitian, misalnya, sediaan atau media sample dan bangkai binatang
percobaan.
Limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
a. Kantor atau Administrasi
b. Unit Perlengkapan
c. Ruang Tunggu
d. Ruang Inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman Parkir dan taman
g. Unit Pelayanan
Sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol sisa
makanan, sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya.
Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun,
seperti bahan – bahan kimia anorganik. Zat – zat organik yang berasal dari air
bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik, atau langsung
dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari lingkungan.
Limbah Cair Nonmedis merupakan limbah rumah sakit yang berupa :
1. Kotoran manusia seperti tinjan dan air kemih yang berasal dari kloset dan
peturasan di dalam toilet atau kamar mandi.
2. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory, kitchen sink, atau floor drain
dari ruangan-ruangan di rumah sakit (Chandra, 2006).
Adapun limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai berikut :
a. Golongan A :
1) Dreesing Bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah
2) Bahan – Bahan kimia dari kasus penyakit infeksi
3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboraturium dan hal - hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda – benda tajam
lainnya
c. Golongan C :
Limbah dari ruangan Laboraturium dan Postpartum kecuali yang termasuk
dalam Golongan A
d. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan – bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E :
Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach
(Wisaksono, http://www.kalbe.co.id diakses tanggal 30 Maret 2013).
c. Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit
Pengelolaan limbah Rumah Sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif
dan memenuhi persyaratan sanitasi. Adapun persyaratan sanitasi yang harus
dipenuhi, antara lain :
1) Limbah tidak boleh mencemari tanah, air permukaan, atau air tanah, dan juga
udara
2) Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang lainnya
3) Limbah tidak menimbulkan bau busuk dan pemandangannya yang tidak baik.
4) Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair lain dan harus
memiliki tempat penampungannya sendiri (Chandra, 2007).
D. Tinjauan Umum tentang Pemilahan
Secara umum Pemilahan adalah proses pemisahan Limbah dari sumbernya, dalam
PERMENKES 1204/MENKES/SK/X/2004 menjelaskan bahwa pemilahan jenis limbah
medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat (Departemen
Kesehatan RI, http://www.jasamedivest.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
E. Tinjauan Umum tentang Pewadahan
Secara umum pewadahan sampah merupakan kegiatan menampung sampah sebelum
sampah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut. Ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam pewadahan sampah, yaitu :
1. Awet
2. Tahan air
3. Mudah diperbaiki
4. Ekonomis
5. Ringan
6. Warna tidak mencolok
Untuk lokasi wadah harus diusahakan di tempat – tempat yang mudah dijangkau.
(Jefri huta galung, http://jefrihutagalung.wordpress.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
Khusus limbah medis rumah sakit, syarat pewadahan menurut PERMENKES
1204/MENKES/SK/X/2004 adalah :
Memenuhi syarat jika :
a. Tempat sampah anti bocor dan anti tusuk
b. Memiliki tutup dan tidak mudah dibuka orang Sampah medis padat yang akan
dimanfaatkan harus melalui Sterilisasi.
c. Pewadahan sampah medis menggunakan label (warna kantong plastik/kontainer) :
1) Sampah radioaktif menggunakan warna merah
2) Sampah sangat infeksius menggunakan warna kuning
3) Sampah/limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan warna kuning
4) Sampah sitotoksis menggunakan warna unguSampah/limbah kimia dan
farmasi menggunakan warna cokelat (Departemen Kesehatan RI,
http://www.jasamedivest.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
F. Tinjauan Umum tentang Pengumpulan
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah yang dimulai dari
tempat penampungan sampah dari sumber sampah ketempat pengumpulan sementara
atau langsung ketempat pembuangan akhir. Pengambilan sampah semakin sering akan
semakin baik hanya saja bianya tidaklah sedikit dan tidak efektif serta efesien
(Jefrihutagalung, http://jefrihutagalung.wordpress.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Program rutin untuk
pengumpulannya harus ditetapkan sebagai bagian dari rencana pengelolaan limbah
layanan kesehatan.
Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga pendukung
yang bertugas mengumpulkan limbah:
1. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan
diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan.
2. Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya memuat
keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau bagian-bagiannya) dan
isinya.
3. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan kontainer baru
dari jenis yang sama (A.Pruss, 2005).
Pengumpulan dan penyimpanan limbah media padat di lingkungan rumah sakit,
yaitu :
a. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
b. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam (Departemen
Kesehatan RI, http://www.jasamedivest.com diakses tanggal 30 Maret 2013).
G. Tinjauan Umum tentang Pengangkutan
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain
sedemikian rupa sehingga :
1. Permukaaan harus licin, rata, dan tidak tembus
2. Tidak akan menjadi sarang serangga
3. Mudah dibersihkan dan dikeringkan
4. Sampah tidak menempel pada alat angkut
5. Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ketempat lain:
a. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengankut. Dan
harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang dibawa.
b. Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi
kebocoran atau tumpah (Wisaksono, http://www.kalbe.co.id diakses tanggal 30
Maret 2013).
H. Tinjauan Umum tentang Pembuangan dengan Penanganan
Secara umum dalam tahap pembuangan dan pemusnahan menurut terdapat metode
yang dapat digunakan antara lain :
1. Sanitari Landfill yaitu sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini,
pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang
dilakukan selapis demi selapis.
2. Inceneration yaitu suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar
sampah secara besar – besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
3. Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses
dekomposisi zat organik oleh kuman – kuman pembusuk pada kondisi tertentu.
4. Hot feeding yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya babi).
Tapi perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus dilolah lebih dahulu
(dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis
kehewan ternak.
5. Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam
sistem pembuangan air limbah memang baik.
6. Dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan,
jurang, atau tempat sampah.
7. Dumping in water yaitu sampah dibuang kedalam air sungai atau laut. Akibatnya,
terjadi pencemaran pad air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya
banjir.
8. Individual inceneration yaitu pembakaran sampah secara perorangan ini biasa
dilakukan dipedesaan.
9. Recycling yaitu pengolahan kembali bagian – bagian sampah yang masih dapat
dipakai atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara
lain, plastik,gelas,kaleng,besi, dan sebagainya.
10. Reduction, metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya
dari jenis gerbage) sampai kebentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk
menghasilkan lemak.
11. Salvaging yaitu pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas
bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra,
2007).
Tapi penganjuran untuk pemusnahan sampah medis yaitu :
a. Tidak membuang langsung ketempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum
aman bagi kesehatan.
b. Menggunakan Insenerator
c. Menggunakan otoklaf (Departemen Kesehatan RI, http://www.jasamedivest.com
diakses tanggal 30 Maret 2013).
I. Tinjauan Umum tentang Tenaga Pengelola Limbah di Rumah Sakit
Petugas pengelola limbah (PPL) bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan
pemantauan harian terhadap sistem pengelolaan limbah. Dengan demikian, ia harus
memiliki askes langsung ke semua anggota staf rumah sakit. PPL bertanggung jawab
langsung kepada direktur rumah sakit. Ia harus bekerja sama dengan petugas pengontrol
infeksi, kepala bagian farmasi, dan teknisi radiologi agar memahami prosedur yang
didalam penanganan dan pembuangan limbah patologi, farmasi, kimia, dan limbah
radioaktif.
Adapun peran dan fungsi seorang sanitarian adalah :
1. Berperan sebagai tenaga pelaksana kegiatan kesehatan lingkungan, dengan fungsi:
a. Menentukan komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan lingkungan
b. Melaksanakan pemeriksaan dan pengukuran komponen lingkungan secara
tepat berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan
c. Menginformasikan hasil pemeriksaan/pengukuran.
2. Berperan sebagai tenaga pengelola kesehatan lingkungan, dengan fungsi:
a. Menganalisis hasil pengukuran komponen lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan lingkungan
b. Merancang dan merekayasa intervensi masalah lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan manusia.
c. Mengintervensi hasil pengukuran komponen lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan manusia
d. Mengorganisir intervensi masalah komponen lingkungan
e. Mengevaluasi hasil intervensi masalah komponen lingkungan
3. Berperan sebagai tenaga pengajar, pelatih dan penyuluh kesehatan lingkungan,
dengan fungsi:
a. Menginventarisasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang
kesehatan lingkungan
b. Menetapkan masalah kesehatan lingkungan yang perlu diintervensi dari aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
c. Merencanakan bentuk intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat tentang kesehatan lingkungan
d. Melaksanakan intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan
e. Mengevaluasi hasil intervensi.
4. Berperan sebagai tenaga peneliti kesehatan lingkungan dengan fungsi:
a. Menentukan masalah kesehatan lingkungan
b. Melaksanakan penelitian teknologi tepat guna bidang kesehatan lingkungan
(Poltekes Depkes Pontianak Jurusan Kesling, http://kesling.poltekkes-
pontianak.org diakses tanggal 30 Maret 2013).
Adapun kualifikasi tenaga kesehatan lingkungan di rumah sakit menurut yakni :
1) Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B (rumah
sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki
kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang
kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.
2) Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D (rumah
sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki
kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang
kesehatan lingkungan.
3) Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus
berpendidikan sanitarian dan telah megikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan
lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau badan lain
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4) Tenaga sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahaan mengikuti pelatihan
khusus di bdaing kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Departemen Kesehatan, http://www.jasamedivest.com diakses
tanggal 30 Maret 2013).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Peneilitian ini dilaksanakan di Rumah Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember
pada tanggal 01 April 2013 dengan survey lapangan dan system wawancara, maka
keadaan sistem pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit tersebut digambarkan sebagai
berikut :
Rumah Umum Daerah Kalisat Kabupaten Jember
Proses pemilahan
Proses pewadahan disetiap RS
Pengumpulan
1. Pemilahan
Terjadi pemilahan antara sampah medis dan non medis dimana sudah disedikan
tempat sampah antara sampah medis dan non medis. Untuk dilakukan pembuangan
sampah ke tempat penampungan sementara juga terjadi pemilahan untuk sampah
medis dan non medis. Pemilahan ini dilakukan oleh petugas medis diruangan
sesuai dengan tempat sampah yang sudah disediakan rumah sakit. Sebelum
dibuang juga dipilah oleh petugas kebersihan, dimana dilakukan oleh 3 orang.
2. Pewadahan
Pewadahan sampah medis sesuai dengan syarat kesehatan, jumlah tempat sampah
yang berada disetiap ruangan sebanyak 2 Buah dan semuanya memenuhi syarat
kesehatan. Tempat sampahnya sudah memiliki tempat sampah anti bocor dan anti
tusuk, memiliki tutup, pewadahan sampah medis menggunakan label (warna
kantong plastik/kontainer).
3. Pengumpulan
Pengumpulan sampah medis sesuai dengan syarat kesehatan, dimana
pengumpulan sampah dikumpulkan setiap hari dalam kurung waktu 1 x 24 jam,
dan sampah dikumpulkan jika pada tempat sampah sudah penuh dengan sampah
yang dihasilkan oleh setiap ruangan. Dengan rata – rata jumlah berat sampah yang
dihasilkan setiap harinya 45 Kg/ hari. Pengumpulan sampah dilakukan oleh 3
orang petugas kebersihan yang berasal dari pegawai luar rumah sakit.
4. Pengangkutan
Alat angkut yang digunakan untuk sampah medis tidak sesuai dengan syarat
kesehatan, yang sesuai dengan syarat kesehatan yakni Kereta atau troli yang
digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa
sehingga :
a. Permukaaan harus licin, rata, dan tidak tembus
b. Tidak akan menjadi sarang serangga
c. Mudah dibersihkan dan dikeringkan
d. Sampah tidak menempel pada alat angkut
e. Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ketempat lain:
1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengankut.
Dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang
dibawa.
2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi
kebocoran atau tumpah dimana
Tetapi yang terjadi diruangan adalah alat angkut sampah untuk menuju ke tempat
pembuangan sementara yakni diangkat langsung sendiri oleh petugas kebersihan
rumah sakit menuju ketempat pembuangan sementara dengan menggunakan
kantong plastik, ini dikarenakan kurangnya pengetahuan pihak rumah sakit tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
5. Pembuangan dan Penanganan
Penanganan sampah medis tidak sesuai dengan syarat kesehatan, disebabkan
sampah medis yang dihasilkan langsung diangkut ketempat pembuangan akhir dan
tidak melalui proses sterilasi dengan menggunakan incenerator atau otoklaf
sehingga tidak aman bagi kesehatan.
Penanganan untuk sampah non medis yaitu dengan melalui proses pembakaran
yang dilakukan seminggu 2 kali yang dilakukan langsung oleh pengawai
kebersihan rumah sakit.
B. PEMBAHASAAN
1. Pemilahan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada pemilahan antara Sampah medis dan
Non medis, ini terlihat dari fungsi tempat sampah yang berada di setiap ruangan
medis berfungsi sesuai dengan fungsinya, sampah medis tidak tercampur baur
dengan jenis sampah lainnya, Sehingga pemilahan sampah medis dan non medis
terjadi.
pengertian pemilahan dalam PERMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 yang
menyebutkan bahwa secara umum pemilahan adalah proses pemisahan limbah dari
sumbernya, pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan
limbah dengan kandungan logam berat.
2. Perwadahan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa wadah sampah medis yang berada di
ruangan medis bentuk tempat sampah yang ada anti bocor dan anti tusuk , memiliki
tutup, dan pewadahan menggunakan label (warna kantong plastik/kontainer).
Adapun syarat kesehatan menurut permenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu
Memenuhi syarat jika:
a. Tempat sampah anti bocor dan anti tusuk
b. Memiliki tutup dan tidak mudah dibuka orang
c. Sampah medis padat yang akan dimanfaatkan harus melalui Sterilisasi.
d. Pewadahan sampah medis menggunakan label (warna kantong
plastik/kontainer)
3. Pengumpulan
Berdasarkan hasil penelitian proses pengumpulan sampah di rumah sakit ini
sudah memenuhi syarat kesehatan, sesuai dengan yang ditetpakan oleh Departemen
Kesehatan R.I yakni penyimpanan limbah medis padat harus sesuai dengan iklim
tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama
24 jam, dan yang terjadi dirumah sakit sampah yang dihasilkan setiap harinya dalam
jangka waktu 1 x 24 Jam akan dikumpulkan dan dibuang ketempat pembuangan
sementara. Proses pengumpulan sampah biasanya dimulai pada pagi hari pukul
07.00 Wita sampai selesai. dan sampah – sampah yang sudah penuh ditempat
sampah langsung dikumpulkan kemudian dibuang ketempat pembuangan sementara
oleh petugas kebersihan rumah sakit.
4. Pengangkutan
Berdasarkan hasil penelitian proses pengankutan yang terjadi di rumah sakit
tidak memenuhi syarat kesehatan dikarenakan dimana alat angkut sampah medis
untuk menuju ke tempat pembuangan sementara yakni menggunakan kantong plastic
yang dilakukan langsung oleh petugas kesehatan di rumah sakit. untuk dibuang
ketempat pembuangan sementara. Sampah non medis terkadang diangkut dengan
menggunakan kereta dorong yang terbuat dari kayu.
Dampak negatif bisa saja terjadi pada petugas kebersihan rumah sakit,
ditambah lagi petugas kebersihan tidak memakai alat pelindung diri contohnya kaos
tangan, dan masker, sehingga mudah untuk terkontaminasi dengan sampah medis.
Yang dimana harus sesuai dengan syarat kesehatan Adapun yang disarankan
menurut syarat kesehatan yaitu Kereta atau troli yang digunakan untuk
pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga :
a. Permukaaan harus licin, rata, dan tidak tembus
b. Tidak akan menjadi sarang serangga
c. Mudah dibersihkan dan dikeringkan
d. Sampah tidak menempel pada alat angkut
e. Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ketempat
lain :
1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengankut.
Dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang
dibawa.
2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi
kebocoran atau tumpah dimana.
5. Penanganan
Berdasarkan hasil penelitian sampah–sampah yang telah diangkut dari ruangan
medis semuanya melalui proses pemusnahan yang sesuai dengan syarat kesehatan.
Setelah terangkut sampah tersebut dipilah kembali antara non medis dan medis.
Untuk sampah non medis proses pemusnahannya melalui proses pembakaran
langsung dengan alat yang ada dirumah sakit. Sedangkan untuk sampah non medis
proses pemusnahan yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan, setelah diangkut dan
dipilah langsung oleh petugas kebersihan rumah sakit sampah tersebut langsung
dibawa ketempat pembuangan akhir tanpa sebelum aman bagi kesehatan dan tidak
menggunakan Insenerator maupun menggunakan otoklaf yang sesuai dengan syarat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN