Makalah Rb_society Trust
-
Upload
samuel-arth -
Category
Documents
-
view
77 -
download
1
Transcript of Makalah Rb_society Trust
-
i
KOMITMEN REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI UPAYA
MEMULIHKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT
TUGAS MATA KULIAH : ETIKA BIROKRASI/PUBLIK
DOSEN PENGAMPU : Drs. WARTEDJO TEDJO WIBOWO, MM
OLEH:
ARTHER EVERT SAMUEL A01.11.0009 (MANAJEMEN)
STIE PELITA NUSANTARA SEMARANG
2014
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah serta bimbinganNya sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah berjudul KOMITMEN REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI
UPAYA MEMULIHKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT ini merupakan salah
satu kegiatan penugasan oleh dosen mata kuliah Etika Birokrasi/Publik
untuk memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa, terutama
dalam memahami materi yang telah disampaikan.
Terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memaparkan
materi secara mendetail sehingga dapat dipahami dan dijadikan
referensi penulisan ini. Demikian pula kepada pihak-pihak yang telah
turut membantu terselesaikannya penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tak luput
dari kesalahan / kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
permakluman, juga kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
guna perbaikan. Besar harapan penulis, agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, April 2014
Penulis
-
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reformasi Birokrasi ..................................................... 4
2.2 Tujuan Reformasi Birokrasi .............................................................. 5
2.3 Komitmen Realisasi Reformasi Birokrasi Di Indonesia ................ 6
2.4 Strategi Reformasi Birokrasi sebagai Upaya Memulihkan
Kepercayaan Publik ........................................................................ 7
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asumsi bahwa birokrasi pemerintah Indonesia telah
memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi
keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang
berkepanjangan, merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri.
Birokrasi yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum era
reformasi telah membangun budaya birokrasi yang kental dengan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Dalam lebih dari satu dekade belakangan ini negara
Indonesia sedang santer dengan berbagai masalah pelik terkait
penyelenggaraan pemerintahan. Kasus-kasus penyalahgunaan
wewenang / jabatan, serangkaian pelanggaran korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), diikuti glamouritas fasilitas para birokrat,
mewarnai perjalanan pemerintahan. Hal-hal tersebut
menyebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
birokrasi yang ada. Masyarakat menilai bahwa birokrasi yang ada
telah menjadi officialdom (kerajaan pejabat) yang ingin
memperkaya diri, tidak lagi menjalankan tugas pokok dan fungsi
sebagaimana mestinya, sehingga menimbulkan inefisiensi
anggaran dan inefektifitas program-program.
Melihat bahwa pentingnya menciptakan bangsa Indonesia
yang madani maka perlu dilakukan upaya membangun
kepercayaan masyarakat (public trust building) terhadap
penyelenggara pemerintahan dalam segala bidang. Upaya
reformasi birokrasi pun ditempuh pasca lengsernya pemerintahan
orde baru. Berharap dengan mereformasi birokrasi yang ada akan
menciptakan birokrasi pemerintah yang bersih, profesional dan
kredibel.
Akan tetapi, pemerintahan pascareformasi pun dianggap
belum menjamin keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi
dengan baik, sehingga sebagian masyarakat memberikan cap
negatif terhadap komitmen pemerintah pascareformasi terhadap
reformasi birokrasi. Pasalnya, kurangnya komitmen pemerintah
-
2
pascareformasi terhadap reformasi birokrasi ini cenderung
berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah
terhadap pemberantasan KKN yang sudah menjadi penyakit akut
dalam birokrasi pemerintahan Indonesia selama ini.
Banyak hambatan dalam upaya mewujudkan reformasi
birokrasi, karena birokrat sebagai pembentuk kebijakan yang
bersifat publik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan
demikian, seringkali kebijakan yang dilahirkan oleh para birokrat
tidak menyentuh kepentingan masyarakat tidak bersifat populis.
Bukan tidak mungkin, berbagai faktor tersebut, baik yang bersifat
internal maupun eksternal, yang menyebabkan negara ini semakin
larut dalam keterpurukan. Meskipun demikian, reformasi birokrasi
harus tetap dilakukan dan terus dilangsungkan.
Demikian pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis
menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan
disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Reformasi
birokrasi harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dapat
dikatakan bahwa reformasi birokrasi adalah langkah strategis
untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional, sehingga tingkat kepercayaan
masyarakat dapat dipulihkan untuk mewujudkan masyarakat
madani. Oleh sebab itu, penulis mengangkat topik ini untuk
dituliskan dengan judul Komitmen Reformasi Birokrasi Sebagai
Upaya Memulihkan Kepercayaan Masyarakat .
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas
maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud reformasi birokrasi ?
2) Apakah tujuan reformasi birokrasi ?
3) Bagaimana komitmen terhadap perwujudan reformasi birokrasi
di Indonesia (regulasi yang dibentuk) ?
4) Bagaimana strategi dalam upaya reformasi birokrasi di
Indonesia, sehingga kepercayaan masyarakat dipulihkan ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pengambilan topik ini adalah:
-
3
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan reformasi birokrasi.
2) Untuk mengetahui tujuan reformasi birokrasi.
3) Untuk mengetahui komitmen terhadap perwujudan reformasi
birokrasi di Indonesia (regulasi yang dibentuk).
4) Untuk mengetahui strategi dalam upaya reformasi birokrasi di
Indonesia, sehingga kepercayaan masyarakat dipulihkan.
1.4 MANFAAT
Manfaat praktis dari penulisan ini adalah dapat dijadikan
sebagai tambahan referensi ilmu pengetahuan yang terkait
reformasi birokrasi di Indonesia oleh pembaca / penulisan
selanjutnya.
-
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN REFORMASI BIROKRASI
Ada beberapa asumsi yang menjelaskan definisi reformasi.
Secara sederhana reformasi dapat diartikan sebagai upaya
mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada
yang sudah ada. Asumsi yang lain menyatakan bahwa reformasi
merupakan upaya penataan ulang yang merujuk pada perubahan
sistem dan struktur.
Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu
usaha perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang
bertujuan mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau
kebiasaan yang telah lama. Sedangkan Quah (1976)
mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah
proses, prosedur birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat
untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan
nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain dari change,
improvement, atau modernization.
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mencapai good governance. Melihat pengalaman sejumlah
Negara menunjukan bahwa reformasi birokrasi merupakan langkah
awal untuk mencapai kemajuan sebuah Negara. Melalui reformasi
birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efesien tapi juga
reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi memang akan
diterapkan dijajaran kementerian dan lembaga pemerintah.
Mereformasi birokrasi kementerian dan lembaga memang sudah
saatnya dilakukan sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi saat
ini. Dimana birokrasi dituntut untuk dapat melayani masyarakat
secara cepat, tepat dan profesional. Birokrasi merupakan faktor
penentu dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Cita-cita reformasi birokrasi adalah terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang professional, memiliki
kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki
-
5
kredibilitas serta berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi
yang didasari oleh etika, pelayanan dan pertanggungjawaban
publik serta integritas pengabdian dalam mengemban misi
perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk
membangun aparatur daerah agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan daerah. Reformasi birokrasi di Indonesia
menempatkan pentingnya rasionalisasi birokrasi yang menciptakan
efesiensi, efektifitas, dan produktifitas melalui pembagian kerja
hirarkikal dan horizontal yang seimbang, diukur dengan rasio antara
volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya disertai tata
kerja formalistik dan pengawasan yang ketat.
2.2 TUJUAN REFORMASI BIROKRASI
Dari pengertian-pengertian di atas, maka reformasi ruang
lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur, tetapi
juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah
laku (the ethics being). Arah yang akan dicapai reformasi antara
lain adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif dan
efisien. Reformasi bertujuan mengoreksi dan membaharui terus-
menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh
menyimpang, kembali ke cita-cita proklamasi. Reformasi birokrasi
penting dilakukan agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus
globalisasi.
Dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan, reformasi
birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-
aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business
process) dan sumber daya manusia aparatur.
Tabel Ruang Lingkup dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi
di Indonesia
AREA PERUBAHAN HASIL YANG DIHARAPKAN
Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan
tepat ukuran
-
6
Tatalaksana
Sistem, proses dan prosedur kerja
yang jelas, efektif, efisien, terukur
dan sesuai prinsip-prinsip good
governance
Peraturan Perundang-undangan Regulasi yang lebih tertib, tidak
tumpang tindih dan kondusif
Sumber Daya Manusia
Aparatur
SDM aparatur yang berintegritas,
netral, kompeten, capable,
profesional, berkinerja tinggi dan
sejahtera
Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan
pemerintahan yang bebas KKN
Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan
kapabilitas kinerja birokrasi
Pelayanan publik
Pelayanan prima sesuai
kebutuhan dan harapan
masyarakat
Mindset dan cultural Set
Aparatur
Birokrasi dengan integritas dan
kinerja yang tinggi
2.3 KOMITMEN REALISASI REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintah di Indonesia pada
dasarnya dimulai sejak akhir tahun 2006 yang dilakukan melalui pilot
project di Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung, dan Badan
Pemeriksa Keuangan. Sejak itu, dikembangkan konsep dan
kebijakan Reformasi Birokrasi yang komprehensif yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025, dan Permenpan-RB No. 20 Tahun 2010
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Selain itu,
diterbitkan pula 9 (sembilan) Pedoman dalam rangka pelaksanaan
reformasi birokrasi yang ditetapkan dengan Permenpan-RB No. 7
sampai dengan No. 15 yang meliputi pedoman tentang Pengajuan
dokumen usulan sampai dengan mekanisme persetujuan
pelaksanaan reformasi birokrasi dan tunjangan kinerja. Selanjutnya,
pelaksanaan reformasi birokrasi memerlukan sistem monitoring dan
evaluasi yang solid dan kredibel dan dapat mencerminkan suatu
sistem pengukuran yang objektif, dan pengguna dapat menerima
dan menindaklanjuti hasil dari sistem tersebut. Dalam rangka itu,
-
7
ditetapkan Permenpan-RB No. 1 Tahun 2012 tentang Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dan untuk
operasionalisasinya ditetapkan Permenpanrb No. 31 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi Secara Online.
Tabel Dasar Hukum sebagai Wujud Komitmen Reformasi Birokrasi
di Indonesia
Dasar Hukum Area
PERPRES Nomor 81 Tahun
2010
Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025
PERMENPAN RB Nomor 20
Tahun 2010
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-
2014
PERMENPAN RB Nomor 7
Tahun 2011
Pedoman Pengajuan Dokumen
Usulan Reformasi Birokrasi K/L dan
Pemda
PERMENPAN RB Nomor 8
Tahun 2011
Pedoman Penilaian Dokumen Usulan
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
PERMENPAN RB Nomor 9
Tahun 2011
Pedoman Penyusunan Road Map
Birokrasi K/L dan Pemda
PERMENPAN RB Nomor 10
Tahun 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan
Quick Wins
PERMENPAN RB Nomor 11
Tahun 2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Manajemen Perubahan
PERMENPAN RB Nomor 12
Tahun 2011
Pedoman Penataan Tatalaksana
(Business Process)
PERMENPAN RB Nomor 13
Tahun 2011
Kriteria dan Ukuran Keberhasilan
Reformasi Birokrasi
PERMENPAN RB Nomor 14
Tahun 2011
Pedoman Pelaksanaan Program
Manajemen Pengetahuan
PERMENPAN RB Nomor 15
Tahun 2011
Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi dan Tunjangan
Kinerja Bagi K/L
2.4 STRATEGI REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI UPAYA MEMULIHKAN
KEPERCAYAAN PUBLIK
Max Weber sebagai tokoh yang memperkenalkan birokrasi,
memandang birokrasi rasional atau ideal sebagai unsur pokok
dalam rasionalisasi dunia modern, yang baginya jauh lebih penting
-
8
dari seluruh proses sosial. Diantara yang lain-lain, proses ini
mencakup ketepatan dan kejelasan yang dikembangkan dalam
prinsip memimpin organisasi sosial. Menurut Weber dalam
menyatakan birokrasi ideal yang rasional itu singkatnya dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi
oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau
kepentingan individual dalam jabatannya untuk keperluan dan
kepentingan pribadinya termasuk keluarganya;
2) Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas
ke bawah dan kesamping. Konsekuensinya ada pejabat
atasan dan bawahan dan ada pula yang menyandang
kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil;
3) Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu
secara spesifik berbeda satu sama lainnya;
4) Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus
dijalankan. Uraian tugas (job description) masing-masing
pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak;
5) Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya,
yang idealnya dilakukan melalui ujian kompetitif;
6) Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima
pensioun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang
disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar
dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan
keinginannya dan kontraknya dapat diakhiri dalam keadaan
tertentu;
7) Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan
promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuao dengan
pertimbangan yang objektif;
8) Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan
jabatannya dan resources intansinya untuk kepentingan
pribadi dan keluarganya;
9) Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan
pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin.
Sejalan dengan konsep birokrasi ideal di atas,
penyelenggaraan birokasi pemerintah Indonesia harus terjadi
perubahan paradigma menuju good governance, antara lain:
a. Perubahan paradigma dari orientasi manajemen
pemerintahan yang sarwa negara menjadi berorientasi ke
-
9
pasar (market). Selama ini manajemen pemerintahan
mengikuti paradigma yang lebih mengutamakan kepentingan
negara. Semuanya bisa ditentukan oleh negara. Kepentingan
negara menjadi pertimbangan pertama dan utama dalam
mengatasi segala macam persoalan yang timbul. Orientasi
manajemen pemerintahan diarahkan kepada pasar. Aspirasi
masyarakat menjadi lebih penting artinya untuk menjadi
bahan pertimbangan pemerintah.
b. Perubahan paradigma dan orientasi manajemen
pemerintahan yang otoritarian menjadi berorientasi kepada
egalitarian dan demokrasi. Kecenderungan orientasi yang
mementingkan aspirasi negara bisa melahirkan sistem yang
bersifat otoritarian. Pendekatan kekuasaan yang terkonsentrasi
pada satu orang cenderung mengabaikan kepentingan rakyat
banyak. Paradigma semacam ini telah banyak ditinggalkan
dan diganti dengan paradigma yang mengutamakan
peranan dan kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat menjadi
pertimbangan pertama dan utama jika menginginkan tatanan
pemerintahan yang demokratis.
c. Perubahan paradigma dari sentralisasi kekuasaan menjadi
desentralisasi kewenangan (otonomi daerah). Selama ini
kekuasaan pemerintahan lebih condong dilakukan secara
sentral, seperti yang diuraikan dimuka. Kegiatan mulai dari
perumusan kebijaksanaan dilakukan secara terpusat dan
dilakukan oleh aparat pemerintah pusat.
d. Perubahan manajemen pemerintahan yang hanya
menekankan pada batas-batas dan aturan yang berlaku
untuk satu negara tertentu, mengalami perubahan ke arah
boundaryless organization (Ashkenas et al, 1995). Seringkali
dikemukakan bahwa sekarang ini merupakan jamannya tata
manajemen pemerintahan yang cenderung dipengaruhi oleh
tata aturan global. Keadaan seperti ini akan membawa akibat
bahwa tata aturan yang hanya menekankan pada aturan
nasional saja kurang menguntungkan dalam percaturan
global.
e. Perubahan dari paradigma dari tatanan administrasi negara
yang berorientasi pada paperwork menjadi tatanan
administrasi negara yang paperless (Osborn, 1992). Tata
birokrasi pemerintahan seperti ini membutuhkan kompetensi
sumber daya aparatur yang memahami dan menerapkan
-
10
information technology. Kompetensi inilah yang seharusnya
banyak diwujudkan dalam pendidikan dan pelatihan
profesional bagi pegawai-pegawai pemerintah.
f. Perubahan paradigma dari a low trust society ke arah high trust
society. Di dalam masyarakat yang rendah tingkat
kepercayaannya tidak bakal terjadi suasana demokrasi.
Birokrasi pemerintah yang hidup dalam masyarakat seperti ini,
akan melahirkan cara-cara kerja yang tidak demokratis,
membatasi ruang gerak, menjauhkan birokrasi dari interaksi
dengan masyarakat, dan membelenggu organisasi dengan
serangkaian aturan-aturan birokrasi. Sebaliknya paradigma
baru yang menekankan terhadap kepercayaan sehingga
melahirkan suatu masyarakat yang tinggi tingkat
kepercayaannya akan mampu membuat birokrasi lebih
demokratis. Birokrasi seperti ini akan menciptakan suasana
kerja yang lebih fleksibel dan berbasiskan pada orientasi
kelompok kerja dengan lebih memberikan tanggung jawab
yang besar pada tataran organisasi yang paling bawah.
Birokrasi pemerintah seperti ini akan memperlakukan para
pegawainya sebagai orang dewasa yang bisa dipercaya
untuk memberikan konstribusi pelayanan kepada masyarakat.
Reformasi birokrasi merupakan usaha mendesak, mengingat
implikasinya yang begitu luas bagi masyarakat dan negara. Perlu
usaha-usaha serius agar pembaruan birokrasi menjadi lancar dan
berkelanjutan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu
ditempuh menuju reformasi birokrasi (Hardjapamekas, 2002).
Langkah internal:
1. Meluruskan orientasi. Reformasi birokrasi harus berorientasi
pada demokratisasi dan bukan pada kekuasaaan.
Perubahan birokrasi harus mengarah pada amanah rakyat
karena reformasi birokrasi harus bermuara pada pelayanan
masyarakat.
2. Memperkuat komitmen. Tekad birokrat untuk berubah harus
ditumbuhkan. Ini prasyarat penting, karena tanpa disertai
tekad yang kuat dari birokrat untuk berubah, maka
reformasi birokrasi akan menghadapi banyak kendala.
Untuk memperkuat tekad perubahan dikalangan birokrat,
perlu ada stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan,
tetapi pada saat yang sama tidak memberikan ampun
-
11
bagi mereka yang membuat kesalahan atau bekerja tidak
benar.
3. Membangun kultur baru. Kultur birokrasi kita begitu buruk,
konotasi negatif seperti mekanisme dan prosedur kerja
berbelit-belit dan penyalahgunaan status perlu diubah.
Sebagai gantinya, dilakukan pembenahan kultur dan etika
birokrasi dengan konsep transparansi, melayani secara
terbuka, serta jelas kode etiknya.
4. Rasionalisasi. Struktur kelembagaan birokrasi cenderung
gemuk dan tidak efisien. Rasionalisasi kelembagaan dan
personalia menjadi penting dilakukan agar birokrasi
menjadi ramping dan lincah dalam menyelesaikan
permasalahan, serta dalam menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat,
termasuk kemajuan teknologi.
5. Memperkuat payung hukum. Upaya reformasi birokrasi
perlu dilandasi dengan aturan hukum yang jelas. Aturan
hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam menjalankan
perubahan-perubahan.
6. Peningkatan Kualitas SDM. Semua upaya reformasi birokrasi
tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai
SDM yang handal dan profesional. Karena itu perlu
penataan dan sistem rekrutmen kepegawaian, sistem
penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan peningkatan
kesejahteraan.
Langkah Eksternal:
1. Komitmen dan keteladanan elit politik. Reformasi birokrasi
merupakan pekerjaan besar karena menyangkut sistem
besar negara yang mengalami tradisi buruk untuk kurun
yang cukup lama. Untuk memutus tradisi lama dan
menciptakan tatanan dan tradisi baru, perlu
kepemimpinan yang kuat dan yang patut diteladani.
Kepemimpinan yang kuat berarti hadirnya pemimpin-
pemimpin yang berani dan tegas dalam membuat
keputusan. Sedangkan keteladanan adalah keberanian
memberikan contoh kepada bawahan dan masyarakat.
2. Pengawasan masyarakat. Reformasi birokrasi akan
berdampak langsung pada masyarakat, karena peran
birokrasi yang utama adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pada tataran ini masyarakat dapat
-
12
dilibatkan untuk mengawasi kinerja birokrasi. Misalnya,
menegur birokrat yang lamban dalam melayani
masyarakat, atau yang sedang santai saja.
Reformasi birokrasi dalam skim pembangunan sistem
administrasi negara, memerlukan strategi dan program aksi yang
terarah pada proses perubahan dan pencapaian sasaran yang
pada pokoknya meliputi:
1) Transformasi nilai.
Tata nilai dalam suatu sistem berperan melandasi, memberikan
acuan, menjadi pedoman perilaku, dan menghikmati eksistensi
dan dinamika unsur-unsur lainnya dalam sistem administrasi
negara termasuk birokrasi. Reformasi birokrasi yang hendak
dilakukan pertama-tama harus menjaga konsistensinya
dengan berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam
konstitusi negara yang menjadi dasar eksistensi dan acuan
perilaku sistem dan proses administrasi negara bangsa ini.
Reformasi birokrasi harus merefleksikan transformasi nilai. Dasar
legitimasi eksistensi setiap individu dan institusi di negeri ini
adalah kompetensi dan kontribusinya masing-masing dalam
mengaktualisasikan dan mewujudkan berbagai dimensi nilai
yang terkandung dalam konstitusi kita. Dalam pembukaan UUD
1945 terkandung dimensi-dimensi nilai, yang secara
keseluruhan terdiri dari dimensi spiritual, berupa pengakuan
terhadap eksistensi, kemahakekuasaan, dan curahan rahmat
Allah SWT dalam perjuangan bangsa (pada alinea tiga);
dimensi kultural, berupa landasan falsafah negara yaitu
Pancasila; dan dimensi institusional, berupa cita-cita (alinea
dua) dan tujuan bernegara, serta nilai-nilai yang terkandung
dalam bentuk negara dan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara (alinea empat). Penempatannya dalam
konstitusi, menjadikannya sebagai nilai-nilai kebangsaan dan
perjuangan bangsa, yang harus diwujudkan dalam hidup dan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan
dalam hubungan antar bangsa; sebagai acuan pokok dalam
pengembangan visi, misi, dan strategi bagi setiap individu
dan institusi dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan bangsa dewasa ini dan di masa datang.
Dimensi-dimensi nilai itu pulalah yang harus kita aktualisasikan
dalam dan melalui reformasi birokrasi dalam berbagai
aspeknya, dengan penyusunan visi, misi, dan strategi yang
-
13
tepat dan efektif dalam pencapaian kinerja yang terarah
pada pencapaian tujuan bernegara.
2) Penataan Organisasi dan Tata Kerja.
Penataan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah
didasarkan pada visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan,
program, dan kinerja kegiatan yang terencana; dan diarahkan
pada terbangunnya sosok birokrasi dengan tugas dan
tanggung jawab yang jelas, ramping, desentralistik, efisien,
efektif, berpertanggung jawaban, terbuka, dan aksesif. Seiring
dengan itu, penyederhanaan tata kerja dalam hubungan intra
dan antar aparatur, serta antara aparatur dengan masyarakat
dan dunia usaha berorientasi pada kriteria dan mekanisme
yang impersonal terarah pada penerapan pelayanan prima
(peningkatran efisiensi dan mutu pelayanan); peningkatan
kesejahteraan sosial dalam arti luas; serta peningkatan
kreativitas, otoaktivitas, dan produktivitas nasional.
3) Pemantapan Sistem Manajemen.
Dengan makin meningkatnya dinamika masyarakat dalam
penyelenggaraan negara dan kegiatan pembangunan,
pengembangan sistem manajemen pemerintahan perlu
diprioritaskan pada revitalisasi pelaksanaan fungsi-fungsi
pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik yang
berkepastian hukum, kondusif, transparan, dan akuntabel,
disertai dukungan sistem informatika yang terarah pada
pengembangan e-administration atau e-government. Peran
birokrasi lebih difokuskan sebagai agen pembaharuan,
sebagai motivator dan fasilitator bagi tumbuh dan
berkembangnya swakarsa dan swadaya serta meningkatnya
kompetensi dan produktivitas masyarakat dan dunia usaha di
seluruh wilayah negara. Dengan demikian, dunia usaha dan
masyarakat dapat menjadi bagian dari masyarakat yang terus
belajar (learning community), mengacu pada terwujudnya
masyarakat maju, mandiri, sejahtera, dan berdaya saing tinggi.
4) Peningkatan Kompetensi SDM, Aparatur.
Sosok birokrat ataupun SDM aparatur (pegawai negeri) pada
umumnya, penampilannya harus profesional sekaligus taat
hukum, netral, rasional, demokratik, inovatif, mandiri, memiliki
integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi etika administrasi
publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Peningkatan profesionalisme aparatur harus ditunjang dengan
-
14
integritas yang tinggi, dengan mengupayakan
terlembagakannya karakteristik sebagai berikut:
(a) mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perjuangan
mencapai cita-cita dan tujuan bernegara,
(b) memiliki kompetensi yang dipersyaratkan dalam
mengemban tugas pengelolaan pelayanan dan
kebijakan publik,
(c) berkemampuan melaksanakan tugas dengan terampil,
kreatif dan inovatif,
(d) taat asas, dan disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat
dan etika profesional,
(e) memiliiki daya tanggap dan sikap bertanggung gugat
(akuntabilitas),
(f) memiliki jati diri sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat, serta bangga terhadap profesinya sebagai
pegawai negeri,
(g) memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung
jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai
keputusan sesuai kewenangan, dan
(h) memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas. Selain
itu perlu pula diperhatikan reward system yang kondusif
(baik dalam bentuk gaji maupun perkembangan karier
yang didasarkan atas sistem merit; serta finalty system
yang bersifat preventif dan repressif. Mengantisipasi
tantangan global, pembinaan sumber daya manusia
aparatur negara juga perlu mengacu pada standar
kompetensi internasional (world class).
-
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya:
1. Reformasi birokrasi merupakan upaya / cara untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-
aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business
prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
2. Reformasi Birokrasi bertujuan untuk menciptakan good
governance, yaitu tata pemerintahan yang baik, bersih, dan
berwibawa.
3. Komitmen untuk mewujudkan reformasi birokrasi melalui
menetapkan kebijakan / regulasi tentang prosedural
pelaksanaan, grand design and road map, monitoring, dan
evaluasi reformasi birokrasi di Indonesia.
4. Birokrasi dituntut untuk lebih efisien, efektif, responsif dan
akuntabel dalam mengarungi era globalisasi ini.
5. Penyelenggaraan reformasi birokasi pemerintah Indonesia harus
terjadi perubahan paradigma menuju good governance:
a. Perubahan paradigma dari orientasi manajemen
pemerintahan yang sarwa negara menjadi berorientasi ke
pasar (market).
b. Perubahan paradigma dan orientasi manajemen
pemerintahan yang otoritarian menjadi berorientasi kepada
egalitarian dan demokrasi.
c. Perubahan paradigma dari sentralisasi kekuasaan menjadi
desentralisasi kewenangan (otonomi daerah).
d. Perubahan manajemen pemerintahan yang hanya
menekankan pada batas-batas dan aturan yang berlaku
untuk satu negara tertentu, mengalami perubahan ke arah
boundaryless organization
-
16
e. Perubahan dari paradigma dari tatanan administrasi negara
yang berorientasi pada paperwork menjadi tatanan
administrasi negara yang paperless.
f. Perubahan paradigma dari a low trust society ke arah high
trust society.
3.2 SARAN
Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah Indonesia
sebaiknya sesuai dengan pedoman kebijakan/dasar hukum yang
telah ditetapkan. Diterapkan secara menyeluruh dalam tubuh
birokrasi / instansi pelayanan publik, baik pemerintah pusat sampai
dengan pemerintah daerah.
Reformasi birokrasi pemerintah Indonesia seharusnya tidak
sekedar perubahan struktural dan fungsional instansi, tetapi juga
terutama fokus pada peningkatan kualitas sumber daya aparatur
dan perbaikan sistem pelayanan administrasi publik.
-
17
DAFTAR PUSTAKA
Edison, Hidayat Putra dkk. 2013. Makalah Politik Dan Birokrasi Di Indonesia.
FISIP Uninversitas ABDURRAB Pekan Baru.
Marselon, dkk. 2013. Makalah Reformasi Birokrasi (Birokrasi Di Indonesia).
FISIP Universitas Riau
http://paulusmtangke.wordpress.com/reformasi-birokrasi-good-
governance-good-government/
http://bappeda.pontianakkota.go.id/index.php/litbangmenu/berita-a-
datalitbang/169-reformasi-birokrasi-menuju-birokrasi-pemerintahan-
yang-berintegrasi-berkinerja-tinggi-bebas-dan-bersih-kkn
http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-reformasi-
birokrasi-di.html