Makalah PSF

13
A. Pelayanan Kefarmasian Di Balai Pengobatan (Puskesmas) Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

description

Makalah PSF

Transcript of Makalah PSF

A. Pelayanan Kefarmasian Di Balai Pengobatan (Puskesmas)Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. PROSEDUR TETAP PELAYANAN KEFARMASIAN a. Prosedur Tetap Penerimaan Resep 1. Menerima resep pasien 2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu : nama, nomor surat ijin praktek, alamat dan tanda tangan/ paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin. 3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 4. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu meminta persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Prosedur Tetap Peracikan Obat 1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja 2. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat yang diminta dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan diserahkan pada pasien 3. Mengambil obat/bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai misalnya sendok/spatula 4. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air matang sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien 5. Untuk sediaan obat racikan, langkah langkah sebagai berikut : Menghitung kesesuaian dosis Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen. Membagi dan membungkus obat dengan merata. Tidak mencampur antibiotika di dalam sediaan puyer Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus. 6. Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca. 7. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.

c. Prosedur Tetap Penyerahan Obat 1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat dengan permintaan pada resep 2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien 3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat 4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat 5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak

d. Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat 1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien 2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung. dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. 3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis

e. Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa 1. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa 2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya 3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluwarsa untuk dikirim kembali ke instalasi farmasi kabupaten/kota.

f. Prosedur Tetap Pencatatan dan Penyimpanan Resep1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum, gakin/gratis, Asuransi) 2. Membundel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor resep dan kelompok pembiayaan pasien 3. Membundel secara terpisah resep yang terdapat obat narkotika 4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep. 5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan cara dibakar.6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

g. Prosedur Tetap Pemusnahan Resep 1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih. 2. Tata cara pemusnahan: a. Resep narkotika dihitung lembarannya b. Resep lain ditimbang c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar 3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir

B. Pelayanan Kefarmasian Di Bersalin atau RS BersalinApoteker atau farmasis merupakan tenaga kesehatan yang jarang sekali terekspose keberadaannya. Di banyak rumah sakit apoteker sering terjebak pada padatnya tugas pengelolaan obat, alat kesehatan dan tugas administratif lainnya, yang menyebabkan apoteker kurang dapat meningkatkan pengetahuan dan peran kliniknya sehingga sulit berkomunikasi dengan dokter secara sejajar. Walaupun demikian, ditingkat global dalam kalangan farmasis sendiri mulai ada panggilan untuk meningkatkan peranannya dalam pelayanan kesehatan, sehingga muncullah konsep pharmaceutical care . Konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat.

Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang farmasis di dunia kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi farmasis klinik (clinical pharmacist). Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasis yang menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan praktik profesional dari farmasis ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan, kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang tidak tepat.

Rumah sakit menurut WHO adalah suatu organisasi sosial terintegrasi yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan lengkap bagi masyarakat. Pelayanan tersebut dapat bersifat penyembuhan (kuratif), peningkatan (promotif), perbaikan (rehabilitatif), maupun pencegahan (preventif). Rumah Sakit (RS) sebagai sarana kesehatan yang semula hanya melaksanakan upaya pemulihan kesehatan dan penyembuhan, dengan adanya orientasi nilai dan pemikiran sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial budaya juga melaksanakan upaya peninngkatan dan pencegahan secara terpadu. Upaya kesehatan di RS merupakan organisasi yang unik dan kompleks (Purdjaningsih, 1996).

Rumah Sakit Bersalin termasuk ke dalam klasifikasi Rumah Sakit Khusus, dan termasuk ke dalam klasifikasi Rumah Sakit Kelas C. Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 150-500 unit.

Rumah sakit mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk puskesmas terutama upaya penyembuhan dan pemulihan. Mutu pelayanan di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki rumah sakit tersebut.

Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu, dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan.

Apoteker harus mengelola apotek secara tertib, teratur dan berorientasi bisnis. Tertib artinya disiplin dalam mentaati peraturan perundangan dalam pelayanan obat, membuat laporan narkotika, tidak membeli maupun menjual obat-obat yang tidak terdaftar, memberikan informasi obat kepada pasien dan sebagainya. Teratur artinya pemasukan dan pengeluaran uang dan obat dicatat dengan baik untuk evaluasi dan pembuatan laporan keuangan. Berorientasi bisnis artinya tidak lepas dari usaha dagang, yaitu harus mendapatkan keuntungan supaya usaha apotek bisa terus berkembang.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bernutu. Hal tersebut di perjelaskan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyedian obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang tejangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun intitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangannya.

Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan: Terdaftar di Departeman Kesehatan Mempunyai SK penempatan Terdaftar di Asosiasi Profesi Analisa Kebutuhan Tenaga

Kompetensi Apoteker 1. Sebagai Pimpinan : Mempunyai kemampuan untuk memimpin Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan pengembangkan pelayanan farmasi Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan memecahkan masalah2. Sebagai Tenaga Fungsional Mampu memberikan pelayanan kefarmasian Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian Mampu mengelola manajemen praktis farmasi Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan Dapat mengoperasionalkan komputer Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinik

C. Pelayanan Kefarmasian Di DPS

DAFTAR PUSTAKA

1. http://angga-smile.blogspot.com/2011/06/makalah-pelayanan-farmasi-di-rs.html2. http://arimjie.blogspot.com/2012/01/pelayanan-kefarmasian_05.html3. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/05/pelayanan-farmasi-rumah-sakit.html4. http://binfar.depkes.go.id/.../PEDOMAN_YANFAR_PUSKESMAS.pdf

9