Komentar Masyarakat - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Mari belajar dari Ahlinya.pdf ·...
Transcript of Komentar Masyarakat - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Mari belajar dari Ahlinya.pdf ·...
Komentar Masyarakat
Mengenai Penggunaan Media
Pada Program Berbasis Masyarakat
2007
Diterbitkan atas kerjasama
Mari
Ahlinya...Dari
Belajar
PNPM Support FacilityYayasan Pradipta Paramitha
2
“Mari Belajar Dari Ahlinya...”Komentar Masyarakat Mengenai Penggunaan MediaPada Program Berbasis Masyarakat
ISBN: 978-979-17514-0-7
Diterbitkan atas kerjasama Yayasan Pradipta Paramitha
Bekerjasama dengan PNPM Multidonor Support Facility
Tim Penyusun:
Candra Kusuma, Enurlaela Hasanah, Herry Widjanarko
Tim Peneliti:
Asep Kurniawan, Candra Kusuma, Endro Probo, Gregorius Kelik,
Herry Widjanarko, Kartawijaya, Lina Rozana, Novia Cici Anggraini,
Ronald Sendjaja, Zakry Martino, Zulhaini Sartika
Layout:
Agus Wiyono
Cetakan Pertama: Januari 2008
Buku ini diterbitkan atas dukungan dana dari
DFID - Strategic Poverty Partnership Trust Fund
dan PNPM Multidonor Support Facility Trust Fund
Dipersilahkan memperbanyak seluruh atau sebagian buku ini sepanjang dipergunakan
untuk keperluan pelatihan dan peningkatan kesadaran; dan kami amat menghargai jika
Anda mencantumkan judul dan penerbit buku ini sebagai sumber.
Jika memerlukan tambahan buku ini, silahkan download dari situs :
www.pnpm-mandiri.org
3
Mari Belajar Dari Ahlinya...
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
CARA MENGGUNAKAN BUKU INI
DAFTAR ISTILAH
BAGIAN I: MEDIA YANG UMUM DIGUNAKAN
A. Poster
B. Brosur
C. Buletin
D. Spanduk
E. Papan Informasi
F. Radio
G. Film/Video
H. Pertemuan Formal
I. Pertemuan Informal
J. Komunikasi Antar Pribadi
BAGIAN II: MEDIA YANG POTENSIAL DKEMBANGKAN
A. Alat Peraga
B. Jingle/Lagu
C. Plang Iklan
D. Kegiatan Keagamaan
E. Pengeras Suara
F. Kesenian
G. Website Program
H. Media Lainnya
LAMPIRAN
1. Metode Pengumpulan Informasi
2. Sekilas Tentang CDD
3. Sekilas Tentang Yayasan Pradipta Paramitha-Jakarta
DaftarIsi
4
PNPM Mandiri merupakan program nasional untuk menanggulangi
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
miskin secara mandiri.
Proses pelaksanaan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara
swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat
pemerintah yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan.
Sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, diperlukan upaya untuk
melakukan sosialisasi, advokasi, dan edukasi agar masyarakat memahami
dan ikut serta mendukung serta melakanakan PNPM Mandiri, dan lebih jauh
lagi masyarakat meyakini bahwa program yang dilaksanakan merupakan
bagian dari upaya yang akan memandirikan masyarakat guna
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Untuk melakukan sosialisasi, advokasi, dan edukasi yang efektif diperlukan
pendekatan komunikasi yang berorientasi pada kebutuhan dan
karakteristik masyarakat. Media apa pun yang digunakan, isi dan disain,
serta penyajian/penyebarannya harus sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masyarakat.
Penerbitan buku Mari Belajar Dari Ahlinya, yang memuat komentar
masyarakat mengenai penggunaan media pada program-program berbasis
masyarakat merupakan sumbangan yang berharga bagi para penyusun
rencana kampanye media dan kampanye publik untuk melaksanakan
program sosialisasi dan komunikasi PNPM Mandiri yang berorentasi kepada
mayarakat.
Sambutan
5
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Diharapkan Tim Pelaksana, Tim Koordinasi, Konsultan, Fasilitator/
pendamping PNPM Mandiri dapat memanfaatkan buku ini sebagai rujukan
untuk merancang atau menyusun bahan-bahan dalam penyelenggaraan
kegiatan sosialisasi, advokasi dan edukasi terhadap masyarakat.
“Bangkit Bersama Untuk Mandiri.”
Jakarta, Februari 2008.
Tim Pengendali PNPM Mandiri
Koordinator Bidang Komunikasi
Freddy H Tullung.
6
Buku ini lahir dari satu gagasan sederhana, yaitu membuat satu
bahan bacaan yang menyajikan perspektif masyarakat mengenai
penggunaan beragam jenis media sebagai alat penyebarluasan
informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan program-program
pembangunan. Informasi yang disajikan dalam buku ini berupa kumpulan
komentar dan pendapat dari masyarakat maupun pelaksana program di
lapangan. Pengumpulan informasi dilakukan melalui kegiatan review media
pada beberapa program yang menggunakan pendekatan pembangunan
yang berbasis atau digerakkan oleh masyarakat (Community DrivenDevelopment/CDD), yaitu: Program Penanggulangan Kemiskinan diPerkotaan (P2KP), Water Supply and Sanitation for Low Income Communi-ties (WSLIC), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), ProgramPerempuan Kepala Keluarga (Pekka), dan Program Rekonstruksi danRehabilitasi Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas (RE-KOMPAK).
Kehadiran buku ini diharapkan dapat memperkaya wacana mengenai
metode dan teknik produksi serta diseminasi media dalam mendukung
pelaksanaan program/proyek, baik bagi pengelola program/proyek,
pengelola media program/proyek, pelaksana/pengguna media di lapangan,
maupun berbagai pihak yang berminat dalam pengembangan komunikasi
dan media masyarakat. Contoh-contoh yang disajikan dalam buku ini
diharapkan dapat menjadi ilustrasi untuk dapat mengembangkan
keragaman jenis media dan metode diseminasi yang lebih tepat dan efektif
sesuai kebutuhan dan kondisi masyarakat yang dihadapi di berbagai lokasi
pada masing-masing program/proyek.
“Mari Belajar Dari Ahlinya...” dipilih sebagai judul buku ini sekaligus sebagai
ajakan untuk tetap senantiasa dapat meluangkan waktu mendengar komentar
dan pendapat dari para ‘pakar media’ sesungguhnya, yaitu masyarakat itu
KataPengantar
7
Mari Belajar Dari Ahlinya...
sendiri, sebagai pihak yang menjadi alasan utama seluruh program dan
media tersebut dibuat. Pendapat dan komentar yang ada dalam buku ini
tentu tidak dapat mewakili suara seluruh masyarakat, namun diharapkan
dapat menjadi cerminan dari pendapat umum yang berkembang di
masyarakat mengenai media yang digunakan oleh program/proyek.
Terima kasih pada Citra Indah Lestari, Sherria Ayuandini, konsultan-
konsultan program dan masyarakat di lokasi program maupun pihak-pihak
lain yang telah membantu dalam proses pengumpulan informasi dan
penulisan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Kritik dan saran sangat kami harapkan.
Tim Penyusun
8
Media Sebagai Alat Bantu Pelaksanaan Program/Proyek
Media memegang peranan penting dalam penyebarluasan
gagasan dan informasi. Lewat media, pesan diharapkan dapat
disampaikan kepada pihak lain secara relatif lebih cepat, lebih
murah, lebih mudah dipahami, lebih mampu mendorong ke arah perubahan
sikap yang diinginkan, dan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas. Peran
media ini makin dirasakan penting dalam mendukung penyebarluasan
informasi dan pelaksanaan program/proyek. Terlebih pada program/proyek
berbasis masyarakat/komunitas yang ingin mendorong tumbuhnya
keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam keseluruhan tahapan program.
Secara teoritis, partisipasi dan rasa memiliki terhadap keberadaan serta
keberlanjutan hasil program/proyek dapat dibangun jika pihak-pihak yang
terlibat --khususnya masyarakat-- memiliki informasi dan pemahaman yang
memadai mengenai program/proyek tersebut. Untuk itu keterbukaan
informasi/transparansi dari pengelola dan pelaksana program/proyek kepada
masyarakat menjadi prasyarat penting untuk membangun partisipasi tersebut.
Banyak jenis media yang pernah dan atau masih digunakan oleh program-
program yang menggunakan pendekatan Community Driven Development
(CDD) atau program yang berbasis/digerakkan masyarakat dalam melakukan
penyebaran informasi, upaya peningkatan kapasitas atau keterampilan
tertentu, maupun untuk mendorong terbentuknya suatu pola pikir atau sikap
tertentu.
Dalam buku ini, beragam media yang digunakan oleh program-program
tersebut dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu:
(1) Media yang umum digunakan oleh program CDD
Media yang dianggap masuk dalam kategori ini yaitu: poster, leaflet/
brosur, bulletin, spanduk, papan informasi, audio, film, dan beragam
bentuk pertemuan formal/informal dan komunikasi antar personal.
Pendahuluan
9
Mari Belajar Dari Ahlinya...
(2) Media yang potensial dikembangkan oleh program CDD
Maksud dari media potensial adalah media yang pernah digunakan oleh
sebagian program CDD, namun mungkin menarik untuk diadaptasi dan
dikembangkan lebih lanjut di program lainnya. Media yang dianggap
masuk dalam kategori ini, yaitu: alat peraga, jingle/iklan, plang iklan,
kegiatan keagamaan, pengeras suara, kesenian, website program, dan
beragam media lainnya.
Apa yang ingin disajikan dalam buku ini?
Buku ini ingin menyajikan pengalaman penggunaan media untuk
mendukung pelaksanaan program sekaligus belajar dari pendapat
sebagian masyarakat dan pengalaman pelaksana/fasilitator program di
lapangan dalam penggunaan media tersebut. Buku ini diharapkan dapat
melengkapi upaya belajar dari pengalaman, seperti yang telah banyak
disajikan dalam bentuk tulisan/buku tentang best practises atau lesson learned,
yang meskipun menarik namun seringkali hanya berdasarkan penilaian
sepihak dari pengelola/pelaksana program saja. Gagasan pembuatan buku ini
juga mirip dengan kegiatan studi/ujicoba media - -yang biasa dilakukan
sebelum sebuah media dianggap final dan siap diproduksi- -, dan studi
evaluasi efektifitas media yang biasa dilakukan untuk mengukur dayaguna
media tersebut. Perbedaannya, kegiatan review media ini tidak ‘seketat’ dua
kegiatan tersebut, dan hasilnya juga coba disajikan dalam format buku
dengan tampilan yang ‘ringan’ dan mudah-mudahan tetap ‘enak’ dibaca.
Mengingat kegiatan review ini bukanlah sebuah kegiatan evaluasi atau
sebuah perlombaan, buku ini juga tidak bermaksud membuat penilaian atau
kesimpulan mengenai media mana yang dianggap lebih baik, lebih menarik,
lebih mudah dipahami atau lebih efektif digunakan di masyarakat. Dengan
membaca sendiri berbagai komentar dan pendapat masyarakat, maka
penilaian dan kesimpulan --jika memang diperlukan-- diserahkan pada
siapapun pembaca buku ini.
10
Penyesuaian dari Bahasa Lisan ke Bahasa Tulisan
Sebagian besar isi buku ini memuat kutipan langsung dari komentar dan
pendapat hasil wawancara dan diskusi kelompok fokus dengan masya-
rakat maupun pelaksana program di lapangan. Penulisan kutipan
tersebut sebagian ‘terpaksa’ disesuaikan dengan format umum penulisan --
dengan tetap berupaya tidak merubah substansinya-- berdasar dua
pertimbangan: (1) Format bahasa lisan jika ditulis sesuai aslinya seringkali
justru menjadi sulit dipahami atau terlalu bertele-tele; (2) Komentar dan
pendapat masyarakat sebagian bercampur dengan bahasa daerah masing-
masing. Untuk menghindari kesalahan dalam penulisan dan agar lebih mudah
dipahami, komentar dan pendapat tersebut seluruhnya kemudian ditulis
dalam Bahasa Indonesia.
Pengelompokan dan ‘Penyempurnaan’ Komentar
Komentar dan pendapat yang muncul dipilah-pilah dan dikelompokkan
sesuai dengan jenis media. Potongan komentar dan pendapat tersebut
seringkali ‘kurang nyambung’ atau kehilangan konteks jika ditampilkan
seperti aslinya. Agar mudah dibaca dan dipahami, dilakukan penambahan
berupa kata atau kalimat penghubung dan keterangan.
Menyiasati Komentar yang Berbeda atau Bertentangan
Komentar dan pendapat masyarakat terhadap suatu topik tidaklah sama,
bahkan tidak jarang malah saling bertentangan. Keragaman tersebut coba
tetap disajikan dalam buku ini, dengan membuat sub judul pengantar.
CaraMenggunakan Buku Ini
11
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Contoh:
Ada Yang Suka Poster Penuh Warna Dan Ngejreng
“Saya suka warna yang ngejreng... (Tapi) tidak ada masalah dengan warna
apapun”
Ada Juga Yang Suka Poster Dengan Sedikit Warna
“...Kalau warna-warni malah jadi bingung...”
Identitas Responden dan Konteks Sosial Beragam Komentar yangDiperoleh
Identitas masyarakat dan pelaku program lain yang memberikan
komentar dan pendapat diupayakan dapat ditulis dengan urutan:
nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan domisili.
Pertimbangannya adalah untuk memberi gambaran --meskipun sangat
terbatas-- mengenai latar belakang informan tersebut, terkait dengan konteks
sosial dari komentar dan pendapat yang dia berikan.
Contoh:
“Kalau saya lebih suka gambar kartun, tapi ada tulisannya sedikit, bisa
dibaca untuk mengerti...”
(Ai Yani: Perempuan, 30 tahun, SMP, Buruh Tani, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab. Cianjur-
Jabar)
Sub Bahasan Pada Tiap Jenis Media
Pada pembahasan tiap jenis media, umumnya dibuat beberapa sub
bahasan sesuai dengan karakteristik media tersebut.
Contoh:
Media poster diuraikan dalam sub bahasan mengenai jenis dan ukuran
huruf, gambar dan warna, bahasa yang digunakan, akses masyarakat
terhadap poster, pemahaman masyarakat terhadap isi poster, dan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan gagasan mengenai poster.
12
Rangkuman Komentar di Tiap Sub Bahasan
Pada sub bahasan di tiap jenis media, dibuat semacam highlight
yang memuat rangkuman dari berbagai komentar dan pendapat
yang ada, ataupun saran mengenai hal-hal yang lazim dan perlu
dilakukan pada produksi dan diseminasi media tersebut.
Contoh:
JENIS DAN UKURAN HURUF PADA POSTER
“...Saya lebih suka poster daripada buletin...
tulisannya agak besar-besar dan lebih jelas, buat
ibu-ibu yang umurnya sudah lanjut masih bisa
membaca.”
(Sariyem: Perempuan, 35 tahun, Kader Posyandu, Desa
Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I.
Yogyakarta)
Catatan Akhir di Tiap Jenis Media
Di bagian akhir tiap jenis media, dibuat catatan akhir mengenai
hal-hal yang dianggap penting dalam memproduksi dan
menggunakan media tersebut.
Contoh:
Hal-hal Penting Mengenai Poster
* Poster sebaiknya menggunakan jenis dan ukuran huruf yang mudah
dibaca.
* Poster sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang mudah
dipahami masyarakat.
Agar mudah dibaca, sebaiknyamemilih jenis dan ukuran huruf
yang tepat. Keindahan dan variasihuruf perlu, tapi huruf yang
mudah dibaca jauh lebih penting.
13
Mari Belajar Dari Ahlinya...
DaftarIstilah
BAB : Buang Air Besar
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat, pada program P2KP
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
CDD : Community Driven Development
CF : Community Facilitator
CFT : Community Facilitator-Teknik
CPMU : Central Project Management Unit
DfID : Department for International Development , lembaga pada
Pemerintah Inggris yang menangani dukungan program
pembangunan internasional
DSF : Decentralization Support Facilities, sebuah program
gabungan beberapa lembaga dan negara donor/funding
(Bank Dunia, UNDP, Pemerintah Belanda, dll.) yang
mendukung program penguatan desentralisasi di Indonesia
Fasdes atau FD : Fasilitator Desa
Faskel : Fasilitator Kelurahan
FGD : Focused Group Discussion
FK : Fasilitator Kecamatan
FKP : Fasilitator Kecamatan-Pemberdayaan
FT : Fasilitator Teknik
KM-Cab : Konsultan Manajemen Kabupaten
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
KP : Kelompok Pemukim, pada program RE-KOMPAK
14
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MD : Musyawarah Desa
Musbangdes : Musyawarah Pembangunan Desa
Musbangdus : Musyawarah Pembangunan Dusun
NMC : National Management Consultant
P2KP : Program Penanggulangan Kemiskinan di Per-kotaan
Pekka : Program Perempuan Kepala Keluarga
PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PPK : Program Pengembangan Kecamatan
Pustu : Puskesmas Pembantu
RE-KOMPAK : Rekonstruksi dan Rehabilitasi Masyarakat dan Pemukiman
Berbasis Komunitas
RKM : Rencana Kegiatan Masyarakat, pada program WSLIC
SDM : Sumber Daya Manusia
TA : Tenaga Ahli/Technical Advisor
TPK : Tim Pengelola Kegiatan
UPK : Unit Pengelola Kegiatan
VCD : Video Compact Disc
WSLIC : Water Supply and Sanitation for Low Income Communities
15
Mari Belajar Dari Ahlinya...
A. POSTER
B. BROSUR
C. BULETIN
D. SPANDUK
E. PAPAN INFORMASI
F. RADIO
G. FILM/VIDEO
H. PERTEMUAN FORMAL
I. PERTEMUAN INFORMAL
J. KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL
Media yangUmum Digunakan
A. POSTER
• JENIS DAN UKURAN HURUF PADA POSTER
• PENGGUNAAN BAHASA PADA POSTER
• GAMBAR PADA POSTER
• WARNA PADA POSTER
• UKURAN POSTER
• PEMASANGAN POSTER
• PENJELASAN ISI POSTER KE MASYARAKAT
• PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRODUKSI POSTER
18
POSTER secara bebas dapat diartikan
sebagai media informasi atau iklan
yang biasanya dicetak atau print pada
kertas berukuran cukup besar untuk dipasang di
tempat umum. Poster biasanya tampil dengan
gambar atau ilustrasi berwarna, dan teks/tulisan
pendek berisi pesan yang ingin disampaikan.
Selain digunakan untuk kepentingan komersial
dalam mengiklankan produk atau
menginformasikan sebuah kegiatan, poster juga
biasa digunakan untuk kepentingan pendidikan
publik, alat sosialisasi dan propaganda, atau
hanya sebagai media seni semata.
Sebagai media visual yang pengunaannya
dengan cara ditempel, poster harus memiliki
sesuatu yang mampu ‘mengundang’ masyarakat
untuk melihat, datang mendekat dan mencermati isi poster tersebut.
Selanjutnya adalah menjadikan seluruh tampilan
poster (tulisan, gambar, warna dan tata letak)
sebagai satu kesatuan visual yang mudah
dipahami maksud/pesan yang akan disampaikan.
Berikut ini beberapa aspek yang penting
dicermati dalam menyiapkan sebuah poster, serta
komentar masyarakat terkait dengan aspek
tersebut.
(Dok: Pradipta-WB)
A. Poster
Agar mudah dibaca, postersebaiknya menggunakan jenisdan ukuran huruf yang tepat.Keindahan dan variasi hurufperlu, tapi huruf yang mudah
dibaca jauh lebih penting.
Ada tulisan yang terbaca padaposter di belakang ibu ini?Poster yang hurufnya besar danjelas, mudah terlihat dari jarakyang cukup jauh.
>>>
19
Mari Belajar Dari Ahlinya...
JENIS DAN UKURAN HURUF PADA POSTER
“Masyarakat kan lain-lain, kalau yang setengah tua rata-rata bisa membaca,mereka akan suka poster dengan banyak tulisan, tapi kalau yang orang tua-tua tidak bisa baca, kalaupun bisa baca, mata mereka tidak bisa lagi melihatdengan terang...”
(Agus: Laki-laki, Anggota BKM, Dusun Pondok-Desa Asam Peutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
PENGGUNAAN BAHASA PADA POSTER
“Tulisan dalam poster sebaiknya menggunakan istilahyang mudah dimengerti oleh masyarakat...”
(Sahidin: Laki-laki, 39 tahun,Sekretaris Desa, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab. Tasikmalaya-
Jabar)
Kalaupun Poster
Menggunakan Bahasa
Daerah, Sebaiknya Juga
Ada Terjemahan Dalam
Bahasa Indonesia
“Kalau bisa mah lebih bagus bahasa daerah...tapi juga dicampur dengan Bahasa Indonesia...”
(Rohimah: Perempuan, 24 tahun, Desa Neglasari-Kec.Salawu-Kab. Tasikmalaya-Jabar)
GAMBAR PADA POSTER
“Kalau untuk orang yang tidak bisa baca, ataubisa baca tapi sulit mengerti, lebih enak posteryang ada gambar lalu dibawahnya diberiketerangan tertulis... Gambar dan tulisan harussesuai...”
(Parti: Perempuan, Anggota BKM, Desa Asam Peutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
Contoh Poster Berbahasa Daerah
Agar mudah dipahamisebaiknya gunakan istilahyang umum dipakai dalam
Bahasa Indonesia. Istilah asingperlu dihindari, atau jika
digunakan perlu ada padanankata dalam Bahasa Indonesia.
Agar dapat dibaca cepat,sebaiknya menggunakankalimat yang ringkas danjelas, sehingga masyarakat
dapat cepat menangkapmaksud kalimat tersebut.
“Bahasa Aceh gak ada yangmengerti. Tulisannya juga susah,
kayak bahasa Inggris, lain ditulis,lain dibaca...”
(Atik: Perempuan, 30 tahun, SD,Petani, Dusun Bukit Kidul-Desa
Asam Peutik-Kecamatan Langsa)
>>>
20
“Kalau saya lebih suka poster yang ada gambar kartun... tapi kalau untukorang-orang yang gak bisa baca, kayaknya foto akan lebih mudahdipahami.”
(Ai Yani: Perempuan, 30 tahun, SMP, Buruh Tani, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab.Cianjur-Jabar)
WARNA PADA POSTER
ADA YANG SUKA POSTER PENUH WARNA
“Saya lebih suka poster yang warnanyaterang atau cerah, lebih menarikperhatian.”
(Kasri: warga Dusun Bukit Tengah, Desa AsamPeutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
ADA JUGA YANG SUKA POSTER DENGAN SEDIKIT WARNA
“...Kalau posternya warna-warni malah jadi bingung...”
(Sariyem: Perempuan, 35 tahun, Posyandu, Desa Karangwuni-Kec.Rongkop-Kab.Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta)
TAPI DIBANDING YANG HITAM PUTIH, POSTER BERWARNA BIASANYA
LEBIH DISUKAI
“...Lebih menarik poster yang warna... kalau gak pakai warna kan jadi kuranghidup...”
(Sri: Perempuan, 30 tahun, SMP, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab. Cianjur-Jabar)
UKURAN POSTER
“Ukuran poster yang tidak terlalu besarbiar mudah ditempel...”
(Sahidin: Laki-laki, 39 tahun, SekretarisDesa, Desa Neglasari-Kec.Salawu-
Kab.Tasikmalaya-Jabar)
Selera masyarakat terhadap warnayang digunakan pada poster beragam.
Warna apa saja bisa digunakan.Permainan warna bisa dilakukan pada
warna kertas atau latar belakang,juga pada gambar atau tulisan. Pada
prinsipnya, poster memang perluindah dan menarik, tapi tetap harus
mudah dilihat dan dibaca.
Perlu dipertimbangkan ukuran yangmenarik perhatian namun tetapmudah ditempel. Biasanya poster
dengan ukuran kertas A3 yang palingumum digunakan.
21
Mari Belajar Dari Ahlinya...
PEMASANGAN POSTER
“...Poster bisa ditempel di tempatumum seperti di pasar, di masjid, ditempat posyandu, soalnya di sanatempat orang rame kan, di tempat-tempat umum lah... juga di polindesdan di pustu...”
(Ni Nengah Yudhihartati: Perempuan, 32tahun, D1, Bidan Desa, Desa Dasan Geria-
Kec. Lingsar-Kab.Lombok Barat-NTB)
PENJELASAN ISI POSTER KEPADA MASYARAKAT
“Poster diterangkan dulu baru dibagi,kalau tidak diterangkan bagaimana kitabicara ke masyarakat...”
(Dahir: Laki-laki, 60 tahun, Anggota BKM, DesaJembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok
Barat-NTB)
“Apa artinya sebuah poster jika tidak adapenjelasan? Tahapan komunikasi kanharus menarik perhatian dulu, barupesannya sampai. Tapi yang lebihpenting adalah dalampertemuan diberipenjelasan tentangprogram yangdisosialisasikanmelalui poster itu. ”
(Haji Wawan: Laki-laki, 43tahun, SMA, Staff
Kecamatan, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab. Cianjur-Jabar)
Menurut masyarakat, poster perlu dipasang ditempat yang sering didatangi atau dilaluiorang namun juga aman bagi yang ingin
melihatnya, seperti: dipasang di toko, pasar,posyandu, kantor desa, pos kamling, tempat
ibadah, pangkalan ojek, dan lainnya.Disarankan untuk memperhatikan lokasi dancara pemasangan poster yang dapat membuatposter dapat dilihat masyarakat dalam jangka
waktu cukup lama (tidak mudah rusak).
Tidak seluruh masyarakatdapat dengan mudah
memahami isi/pesan padaposter. Penjelasan oleh
pengelola program/fasilitator menjadi
penting agar pesan dapatsecara utuh dan tepat
dipahami olehmasyarakat.
Pasang poster di tempat yang banyakdidatangi atau dilalui orangPenempatan poster juga perlumempertimbangkan kemudahan masyarakatuntuk membaca, jangan terlalu tinggi/rendah, atau terhalang.Sebaiknya juga dipasang pada lokasi yangmemungkinkan poster dapat tahan lama,tidak terkena air/hujan atau mudah dirusakanak-anak.
>>>
22
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRODUKSI POSTER
“Perlu adanya keterlibatan masyarakat dalampengembangan media… Apabila mereka lebihbanyak dilibatkan, mereka akan lebih merasa diberinilai, mereka seperti mempunyai posisi tawar yangtinggi, mereka pasti akan senang…”; “Tetapi selamaini belum ada yang berpartisipasi...”
(Nanang Legowo: Laki-laki, 43 tahun, KM PPK, KabupatenLombok Barat-NTB)
Masyarakat dapat dilibatkandalam menyusun konsep
poster. Kesesuaian isi pesandengan budaya setempat tidak
saja membuat pesan lebihmudah dipahami, namun juga
dapat menumbuhkan rasamemiliki yang lebih tinggi
terhadap program.
Poster juga dapat menjadi bahan diskusi.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
23
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Hal-hal Penting Mengenai
Poster• Poster menggunakan huruf dan tulisan yang mudah dibaca.
• Poster menggunakan Bahasa Indonesia yang mudah dipahami
masyarakat.
• Poster menggunakan gambar yang menarik.
• Poster berwarna lebih menarik.
• Ukuran poster disesuaikan agar mudah ditempel namun tetap
mudah dilihat dan dibaca.
• Poster ditempel di lokasi yang strategis dan mudah dilihat oleh
kaum laki-laki dan perempuan.
• Isi atau pesan pada poster dijelaskan kepada masyarakat.
• Masyarakat perlu dilibatkan atau diminta pendapatnya dalam
merancang isi dan tampilan poster.
• Jumlah poster perlu mempertimbangkan kebutuhan di masyarakat
(jumlah penduduk, luas wilayah, sebaran pemukiman, dan lainnya).
Budaya, religi, dan tingkat pendidikan kemungkinan turutmempengaruhi cara masyarakat menafsirkan tulisan dan
gambar. Contoh kasus, gambar sapu lidi yang menjadi ikon/logo salah satu program, oleh sebagian masyarakat SulawesiSelatan dianggap sebagai gambar seikat padi, karena lebihmirip gambar padi daripada sapu lidi yang biasa mereka
kenal/gunakan.
“
B. BROSUR
• JENIS DAN UKURAN HURUF PADA BROSUR
• PENGGUNAAN BAHASA PADA BROSUR
• TULISAN DAN GAMBAR PADA BROSUR
• WARNA PADA BROSUR
• PENYEBARAN BROSUR
• MINAT MASYARAKAT TERHADAP BROSUR
• PENJELASAN ISI BROSUR KE MASYARAKAT
26
BROSUR secara bebas dapat diartikan sebagai media promosi dan sosialisasi
dalam bentuk barang cetakan yang memuat tulisan dan gambar yang
menarik. Brosur atau biasa disebut juga leaflet, biasanya dicetak pada kertas
yang berukuran kecil, atau kertas dengan ukuran cukup besar yang dilipat-
lipat sehingga tetap mudah dibawa. Sama seperti poster, brosur umumnya
hanya menjelaskan satu hal tertentu, tetapi informasi yang disajikan lebih
banyak/rinci dibanding poster. Seperti juga buletin, brosur termasuk
kategori ‘media perorangan’ dalam arti masyarakat dapat membawa dan
membacanya sendiri di tempat dan waktu yang lebih leluasa dibanding
poster dan papan informasi.
Beberapa hal dari catatan mengenai media poster yang telah dipaparkan
pada bagian sebelumnya juga dapat menjadi acuan bagi media brosur ini.
Hal lain sebagai catatan tambahan dari hasil
temuan lapangan review media, sebagai berikut:
JENIS DAN UKURAN HURUF PADA BROSUR
“...kalau tulisannya kecil sulit dibaca...”
(Maryoto: Laki-laki, 55 tahun, Guru, Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
“Sebaiknya hurufnya agak besar biar gampangdibaca...”
(FGD: Dusun Saban-Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab.Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
B. Brosur
Dibanding poster, informasi padabrosur biasanya lebih banyak/
padat. Ukuran kertas yangdigunakan umumnya juga lebih
kecil dari poster. Akibatnya ukuranhuruf yang dapat digunakan
umumnya relatif kecil, sehinggaorang yang sudah tua akan
kesulitan untuk membacanya.Beberapa alternatif yang dapatdilakukan diantaranya adalah
memperbesar huruf --danmengurangi isi brosur--, atau
memprioritaskan pembagian brosurhanya pada orang muda dan
setengah baya saja yang umumnyapenglihatannya masih baik.
27
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Pada brosur gambarbukan sekedar
‘pemanis’, tapi jugamerupakan bagian daripesan itu sendiri, atau
untuk memperkuatpesan yang ditulis.
PENGGUNAAN BAHASA PADA BROSUR
“Tulisan menggunakan Bahasa Indonesia bisa dipahami, karena sudah tidakada yang buta huruf disini. Pada intinya gunakan bahasa sederhana, tidakbanyak istilah asing”,“Tapi untuk penjelasannya secara langsung kemasyarakat bisa pakai Bahasa Jawa”.
(FGD: Dusun Saban-Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
TULISAN DAN GAMBAR PADA BROSUR
“Kalau mau lebih jelas ya dibuat ada gambarnya, dan dibawah-nya ada keterangan tulisan. Jadi lebih mudah dimengerti.”
(Sutarman: Laki-laki, Angota BKM, Desa Asam Peutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
WARNA PADA BROSUR
“Brosur sebaiknya dibuat dalam warna yang lebih cerah danmencolok”
(FGD: Dusun Saban-Desa Karangwuni-Kecamatan Rongkop-Kabupaten Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
“...Mengenai warna itu tergantung pada orangnya...tergantung kesukaan...”
(Ninin: Perempuan, 30 tahun, SD, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab. Cianjur-Jabar)
Warna memangterkait selera. Tetapibrosur yang berwarna(kertas, tulisan dangambar) cenderunglebih menarik minat
dibanding brosuryang polos atau
bahkan dalam bentukfotokopi.
Contoh brosur berwarnayang berisi tulisan, gambar
ilustrasi, logo dan namaprogram.
>>>
28
PENYEBARAN BROSUR
BROSUR DIBAGIKAN PADA SAAT PERTEMUAN
“Masyarakat yang datang ke FGD atau pertemuan dibagikanbrosur satu-satu...”
(Afriani Salasa: Perempuan, 24 tahun, S1, BKM, Desa JembatanKembar-Kec.Lembar-Kab. Lombok Barat, NTB)
BROSUR DITEMPEL DI PAPAN INFORMASI
“Pernah lihat ditempel di papan informasi.”
(FGD: Ibu-ibu, Desa Kuala Simpang Ulim-Kecamatan Simpang Ulim-Kabupaten Aceh Timur)
“Ada selebaran, tapi di sini tidak dibagikanpada masyarakat... cuma ditempel di tempatumum saja...”
(Wawancara Bersama: Perangkat Desa KruengBaroe, FD PPK, Aktifis PEKKA)
SEBAIKNYA BROSUR DIBAGIKAN LEBIH
BANYAK KE MASYARAKAT
“...Kalau dibagikan malah lebih senang yangseperti brosur ini. Misalnya dalampertemuan... orang langsung bisamemahami....Berbeda kalau ditempelkan orangnya harus datang ke papaninformasi...”
(Sutarno: Laki-laki, 59 tahun, SMP, Kepala Dusun Tirisan, DesaKarangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
MINAT MASYARAKAT TERHADAP BROSUR
“Media yang tepat ya leaflet, pamflet... yang mudahdibawa warga masyarakat...”
(Jajik: Laki-laki, BKM, Desa Jetis Wetan-Kecamatan Pedan-Kabupaten Klaten-Jateng)
Brosur perlu dibaca olehsebanyak mungkin
masyarakat di lokasiprogram, khususnya
masyarakat yang terlibatlangsung dalam program
tersebut. Untuk itubrosur perlu dicetak dandidistribusikan ke lokasiprogram dalam jumlah
cukup banyak.
Brosur memang dapat di tempel dipapan informasi seperti ini, namunsesungguhnya lebih tepat jika dibagikanke masyarakat.
>>>
Minat masyarakatterhadap brosur
beragam, brosur disukaioleh yang memang
gemar membaca danmenganggap isinya
bermanfaat.Penting untuk mencaritahu model brosur yang
lebih disukaimasyarakat.
29
Mari Belajar Dari Ahlinya...
“Brosur akan lebih dibaca orang daripada poster atau papan informasi. Yapaling tidak mereka membacanya. Soal mengerti atau tidak, itu lain soal.”
(Parti: Perempuan, Anggota BKM ,Desa Asam Peutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
PENJELASAN ISI BROSUR KE MASYARAKAT
“Brosur perlu dijelaskan lagi agar masyarakatmengerti...”
(FGD: Dusun Saban-Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab.Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
Contoh brosur yang menyediakan tempatkhusus yang bisa ditulis alamat kantor/nama/nomor telepon konsultan/fasilitator.Jika ada masyarakat yang belum jelas,dapat bertanya pada orang di alamattersebut.
Penjelasan langsung kemasyarakat mengenai
isi brosur masihdianggap hal yang
penting untukdilakukan.
>>>
30
Hal-hal Penting Mengenai
Brosur• Brosur menggunakan huruf dan tulisan yang mudah dibaca.
• Brosur menggunakan Bahasa Indonesia yang mudah dipahami
masyarakat.
• Brosur menggunakan gambar yang menarik.
• Brosur berwarna lebih disukai.
• Penyebaran brosur diperbanyak.
• Isi atau pesan pada brosur dijelaskan kepada masyarakat.
UPAYA PENYEBARAN MEDIA KE MASYARAKAT TIDAK SELALU LANCAR...
PENGALAMAN KURANG MENYENANGKAN SEPERTI DI BAWAH INI,
MUNGKIN TERJADI JUGA DI BANYAK TEMPAT LAINNYA...
“Brosur dibagikan waktu pertemuan, tapi biasanya tidak dibaca malahdilipat-lipat, lalu dibuang... Jumlah yang dibagikan sama dengan jumlahyang dipungut lagi [karena di buang]... Karena kepanasan mungkin malahdipakai kipas-kipas...”
(Salah seorang pelaku program di Nusa Tenggara Barat)
JIKA PERNAH MENGALAMI KEJADIAN SERUPA, TRIK/CARA MEMBAGIKAN
BROSUR DARI SEORANG MANTAN FASILITATOR BERIKUT INI MUNGKIN
PATUT DICOBA...
- Bagikan brosur, lalu beri penjelasan cukup rinci tiap bagiannya.
- Beri kesempatan untuk bertanya, atau pancing tanggapan atas isi atau tampilan
brosur, maupun isu yang terkait dengan isi brosur.
- Jika yang hadir dalam pertemuan atau yang ditemui adalah bapak/suami, minta
tolong untuk menyampaikan brosur tersebut kepada ibu/istri dan atau anaknya.
Begitu juga sebaliknya. Sebagai barang titipan atau amanat, kemungkinan brosur
akan dibawa ke rumah, dan diberikan kepada pihak yang dituju.
TAPI, ANDA TENTUNYA PUNYA TRIK LAIN YANG LEBIH EFEKTIF...
C. BULETIN
• JENIS DAN UKURAN HURUF PADA BULETIN
• PENGGUNAAN BAHASA PADA BULETIN
• TULISAN DAN GAMBAR PADA BULETIN
• WARNA PADA BULETIN
• JUMLAH HALAMAN BULETIN
• FREKUENSI TERBITNYA BULETIN
• JENIS INFORMASI PADA BULETIN
• PENYEBARAN BULETIN
• MINAT MASYARAKAT TERHADAP BULETIN
• PENJELASAN ISI BULETIN KE MASYARAKAT
• PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN BULETIN
32
Buletin termasuk jenis media cetak atau print yang produksinya dilakukan
secara rutin/berkala. Ukuran buletin --atau biasa disebut juga newsletter--
beragam, namun umumnya seperti ukuran buku tulis atau seukuran kertas A4/
folio.
Isi buletin lebih banyak dibanding brosur. Topik bahasannya juga lebih
banyak dan beragam, seperti berita kegiatan program, informasi agenda
kegiatan, laporan kegiatan, komentar pembaca, dan sebagainya. Karena itu
biasanya buletin dibuat lebih dari 2 halaman. Buletin umumnya juga
dilengkapi dengan gambar/foto/ilustrasi yang diharapkan dapat menarik
minat pembaca untuk mau membaca seluruh isinya sampai selesai.
Seperti juga leaflet/brosur, buletin termasuk kategori ‘media perorangan’
dalam arti orang dapat membawa dan membacanya sendiri di tempat dan
waktu yang lebih leluasa, jika dibandingkan membaca poster atau papan
informasi yang hanya dapat dilihat pada tempet tertentu saja. Beberapa
catatan mengenai leaflet/brosur pada bagian sebelumnya dapat diterapkan
pada media buletin ini. Hal lain sebagai catatan
tambahan dari hasil temuan lapangan review media,
sebagai berikut:
JENIS DAN UKURAN HURUF PADA BULETIN
“Bagi saya tulisannya terlalu kecil... karena pengli-hatan sudah kurang jadi sulit membacanya…”
(Kiahmad: Laki-laki, 51 tahun, SD, Pedagang, Desa Bajur-Kec.Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Hurufnya lebih baiknya diperbesar...”
(Mutmainah: Perempuan, 25 tahun, tamat SMA, Pedagang,Desa Bajur-Kec. Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
Seperti juga leaflet/brosur,masyarakat cenderung menilai
ukuran huruf pada buletin yangdigunakan oleh program/proyek
menyulitkan untuk dibaca,khususnya bagi orang-orang tuayang kemampuan penglihatan-
nya sudah berkurang.Jika memungkinkan, ukuranhuruf perlu diperbesar. Jika
tidak, mungkin media jenis inimemang lebih cocok
diprioritaskan bagi anak mudaatau orang setengah baya yangpenglihatannya relatif masih
baik.
C. Buletin
33
Mari Belajar Dari Ahlinya...
PENGGUNAAN BAHASA PADA BULETIN
“Biasanya bahasa di buletin cukup bisa dimengerti, walaupun oleh orangyang tingkat pendidikannya jauh di bawah saya. Insya Allah, saya yakin bisadimengerti. Kecuali mungkin istilah-istilah asingnya perlu agak dikurangi...”
(Suherman: Laki-laki, 32 tahun, S1, Guru SMP, Desa Bajur-Kec. Labuapi-Kab. LombokBarat-NTB)
TULISAN DAN GAMBAR PADA BULETIN
MASYARAKAT CENDERUNG KURANG SUKA MEDIA
YANG TERLALU BANYAK TULISAN
“Kalau bentuk tulisan begitu kurang menarik, karenacepat bosan…”
(Muhamad Sai: Laki-laki, 22 tahun, SMA, Desa Jembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
TAPI BUAT YANG GEMAR MEMBACA,
KOMENTARNYA MEMANG BERBEDA
“Kalau bisa sih jangan terlalu banyakgambarnya, yang banyak tulisannya saja, agarlebih banyak informasi ke masyarakat”
(Ade Kholid: Laki-laki, 43 tahun, SMP, Petani/Peternak, Desa Karang Mukti-Kec. Salawu- Kab.
Tasikmalaya-Jabar)
Foto dan judul seperti ini mungkinakan membuat sebagian masyarakat dilokasi program merasa penasaran:“Presiden komentar apa ya soalprogram kita ini...?”
Penggunaan gambar(foto, ilustrasi atau
kartun) yang menarikdapat membuat
masyarakat menjaditertarik untuk membaca,mengurangi kejenuhan,
dan membantumemahami informasi
atau pesan yangdisampaikan.
>>>
34
MASYARAKAT JUGA SENANG JIKA FOTO
KEGIATAN DI DAERAHNYA DIMUAT DALAM
BULETIN
“...sebaiknya menampilkan juga berita lokal danfoto atau gambar kegiatan tersebut...”
(Muhammad Idrus: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Pengajar diTPA, Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
“Buletin dengan foto lebih bagus, karena lebihjelas, ada kenyataannya tampak pada foto, dan adapenjelasan mengenai foto tersebut...”
(Rahmat Riyanto: Laki-laki, 20 tahun, SMA, Belum Kerja,Desa Seppang-Kec. Ujungloe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
WARNA PADA BULETIN
“...Buletin yang penuh warna lebih menarik...”
(Kiahmad: Laki-laki, 51 tahun, SD, Pedagang, Desa Bajur-Kec.Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
JUMLAH HALAMAN BULETIN
“Kalau buku kadang-kadang malah dipakai untuk bantalkarena tebal...tapi kalau buletin...pasti dibaca... Karenabuletin tidak terlalu banyak halamannya...”
(Siswanto: Laki-laki, 63 tahun, Anggota BKM, Desa Jetis Wetan-Kec.Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
FREKUENSI TERBITNYA BULETIN
“…buletin nggak usah banyak halaman, lebih baikfrekuensinya ditambah... misalnya 1 bulan sekali...”[Catatan: Buletin PPK terbit tiap 2 bulan]
(Ir. Alamsyah: Laki-laki, 40 tahun, KM PPK, Kab. Wajo-Sulsel)
Umumnya masyarakat cenderunglebih suka jika ada foto dan berita
mengenai kegiatan program di daerahmereka, seperti foto di atas ini.
>>>
Buletin tampak lebihmenarik jika
berwarna. Namunsebaiknya gunakansedikit jenis warna,atau gunakan warnayang terang saja agar
tetap dapat dibacajika difotokopi.Berapa banyak halaman
buletin yang cocokuntuk dikonsumsi
masyarakat? Tidak adapatokan baku, tetapikarena minat baca
masyarakat cenderungterbatas, buletin
dengan 4-8 halamantampaknya sudah
cukup pas.
Frekuensi terbit buletinbergantung pada
kesiapan pengelolanya.Buletin yang diterbitkansebulan sekali mungkin
cukup ideal untukmengakomodasi
kesibukan pengelola dankebutuhan penyebaran
informasi kemasyarakat.
35
Mari Belajar Dari Ahlinya...
JENIS INFORMASI PADA BULETIN
ADA MASYARAKAT YANG LEBIH SUKA
INFORMASI KEGIATAN DI DAERAHNYA
SENDIRI
“…isinya tentang desa sendiri, cerita-ceritatentang masyarakat di sini... misalnya kelompokyang lunas pinjamannya, kelompok yang palingaktif dan yang tidak...”
(Irwan Panja: Laki-laki, 30 tahun, SMA, Karyawan,Desa Pajalele-Kec. Tanasetolo-Kab. Wajo-Sulsel)
ADA JUGA YANG SUKA INFORMASI
TENTANG DAERAH LAIN
“...Saya lebih suka kalau ada cerita-cerita dariluar daerah, untuk mengetahui perkembangan program di lokasi lain...”
(Euis Mardiah: Perempuan, 37 tahun, SD, Pedagang, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab.Cianjur-Jabar)
“Pernah ada cerita tentang keluarga yang awalnya usaha kecil-kecilan, lalumendapatkan pinjaman modal dari program hingga usahanya berkembang.Dengan cerita itu kami dapat memberi contoh ke masyarakat di sini sepertiitu...”
(Ade Kholid: Laki-laki, 43 tahun, SMP, Petani, Desa Karang Mukti-Kec. Salawu- Kab.Tasikmalaya-Jabar)
PENYEBARAN BULETIN
BULETIN DIBAGIKAN SAAT
PERTEMUAN
“Dulu kalau ada buletin kami bagikansetiap ada pertemuan…”
(Syamsul: Laki-laki, 39 tahun, SPG, KetuaBKM, Desa Seppang-Kec. Ujungloe-Kab.
Bulukumba-Sulsel)
Contoh buletin berwarna 6 halaman yangdiproduksi PPK. Rubrik tetap buletin iniantara lain: GAGASAN; CERITA LAPANGAN; TIP& TRIK; CERITA FD; PPK 60 HARI (Info danfoto kegiatan dalam 2 bulan terakhir); danlainnya.
>>>
Buletin yang dibagikan sebelum pertemuandimulai.
>>>
36
BULETIN DI TEMPEL
“Jika jumlah buletin terbatas, cukup ditempel saja ditembok mesjid, bisa dilihat banyak orang...”
(Kiahmad: Laki-laki, 51 tahun, SD, Pedagang, Desa Bajur-Kec.Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
BULETIN HANYA DIBAGIKAN PADA ORANGTERTENTU SAJA, UNTUK SELANJUTNYA DIADIMINTA MEMBANTU MENJELASKAN KEMASYARAKAT LAINNYA
“…sebaiknya ada masyarakat yang dikasih seperti tokohmasyarakat, anggota BPD [Badan Permusyawaratan
Desa], bisa juga dibagikan ke kepala dusun, karena biasanya kepala dusun dantokoh masyarakat di sini bisa membaca…[Kebetulan di daerah ini banyakyang tidak bisa baca Bahasa Indonesia]”
(Yakolina Palempang: Perempuan, 34 tahun, D1, Bidan Desa, Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
TAPI, SEBAIKNYA BULETIN DIBAGIKAN LANGSUNG KE MASYARAKAT
“Lebih baik jika dibagikan ke masyarakat...Supaya kita lebih tahu danmemberikan wawasan ke masyarakat mengenai arah dan tujuan program.”
(Sulastri: Perempuan, Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I.Yogyakarta)
MINAT MASYARAKAT TERHADAP BULETIN
BAGI YANG TAHU MANFAATNYA, TENTU BERMINAT
“Buletin ini bermanfaat...masyarakat dapat melihatdan mencontoh pengalaman baik, dan tidakmengikuti pengalaman yang jelek.”
(Mutmainah: Perempuan, 25 tahun, SMA, PedagangMutiara-Desa Bajur-Kec. Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
Tingkat pendidikan, minatbaca, budaya lisan/meniru
dan tingkat kebutuhaninformasi mempengaruhi
minat masyarakat terhadapbuletin. Namun, tampilan
dan isi buletin akanmempengaruhi minat bacamasyarakat. Perlu di caritahu model buletin yangpaling cocok di masing-
masing daerah.
Sebaiknya buletindibagikan ke sebanyakmungkin masyarakat dilokasi program. Tapi jikajumlahnya memangterbatas, alternatifnya :- Bagikan saat pertemuan
saja.- Tempel pada papan
informasi.- Diberikan pada tokoh
masyarakat untuk diajelaskan kemasyarakatnya.
37
Mari Belajar Dari Ahlinya...
TAPI UNTUK SEBAGIAN YANG LAIN, BULETIN MUNGKIN DIANGGAPTERLALU RUMIT
“...di desa ini, mungkin tingkat pemikiran masyarakatnya masih lebih rendah,kalo kita kasih buletin seperti ini hanya sebagian masyarakat saja yang maubaca… cuma masyarakat yang mau tahu betul yang maubaca”.
(Iskar: Laki-laki, 25 tahun, Tidak Tamat Kuliah, Ketua KelompokKSM, Desa Seppang-Kec. Ujungloe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
PENJELASAN ISI BULETIN KEPADA MASYARAKAT
“…isi buletin penting, tapi lebih cepat kalau berupapenjelasan lisan dari fasilitatornya itu sendiri. Kalaudiberikan tulisan mungkin tidak terlalu menarik... dankalau ada yang baca mungkin ada yang tidak paham juga.Mungkin ada kalimatnya yang susah dimengerti kalau untuk masyarakat disini toh? Kalau untuk masyarakat kota mungkin bisa.”; “…Barangkali harusada anggota PPK yang khusus menjelaskan isi buletin ini…”
(Irwan Panja: Laki-laki, 30 tahun, SMA, Karyawan, Desa Pajalele-Kec. Tanasetolo-Kab. Wajo-Sulsel)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN BULETIN
Buletin berpeluang menjadi media komunikasi 2 arah antara pengelolaprogram dan masyarakat. Pada buletin masyarakat dapat turut berpartisipasi
mengirimkan informasi atau tulisan berupa surat pembaca, informasikegiatan program, artikel, dan lainnya untuk dimuat dalam bulletin tersebut.
Potensi pengelolaan buletin program di tingkat lokal oleh masyarakat sendirijuga menarik dan mungkin untuk dilakukan, meskipun ada sejumlah
prasyarat yang harus dipenuhi terkait dengan kemampuan jurnalistik dasar,ketersediaan alat dan biaya serta lembaga dan pengelolaannya.
Pesan dalam buletin cukupbanyak dan beragam.Sebagian masyarakat
kemungkinan menemuikesulitan memahami
seluruh isi buletin, baikyang berupa tulisan,
gambar, tabel, diagram,peta atau lainnya.
Penjelasan dari pengelolaprogram/fasilitator tetap
diperlukan.
38
Hal-hal Penting Mengenai
Buletin• Buletin menggunakan huruf dan tulisan yang mudah dibaca.
• Buletin menggunakan Bahasa Indonesia yang mudah dipahami.
• Masyarakat suka jika buletin menampilkan gambar/foto yang terkaitdengan kegiatan yang mereka lakukan.
• Buletin berwarna lebih menarik.
• Buletin yang tidak terlalu tebal/banyak halaman lebih disukaimasyarakat.
• Masyarakat ingin agar isi buletin yang bermanfaat bagi mereka, baikinformasi mengenai pelaksanaan program di daerah mereka sendirimaupun dari daerah lainnya.
• Jumlah buletin diperbanyak agar dapat dibagikan ke lebih banyakmasyarakat.
• Isi buletin perlu juga dijelaskan kepada masyarakat.
• Masyarakat dapat dilibatkan dalam mengisi atau mengelola buletin,namun perlu pendampingan dan dukungan teknis lainnya daripengelola program.
39
Mari Belajar Dari Ahlinya...
D. SPANDUK
• TULISAN, GAMBAR DAN WARNA SPANDUK
• WAKTU PEMASANGAN SPANDUK
• LOKASI PEMASANGAN SPANDUK
40
SPANDUK dapat juga dikatakan termasuk jenis media cetak, meskipun
material yang digunakan berbeda dengan poster, leaflet/brosur dan buletin.
Spanduk umumnya berupa sebuah kain cukup panjang bertuliskan satu pesan
singkat disertai logo atau nama instansi/program pembuatnya. Spanduk
umumnya dipasang/dibentangkan di lokasi strategis yang cukup tinggi (di
pinggir atau tengah jalan) atau di sekitar lokasi kantor/kegiatan program (di
depan kantor atau di dalam gedung pertemuan).
Pesan pada spanduk umumnya singkat dan dalam ukuran huruf yang besar,
juga dengan warna-warna kontras agar mudah dibaca dengan mudah dan
cepat oleh masyarakat. Isi pesan yang disampaikan terkait dengan
pelaksanaan program di lapangan, umumnya berupa jargon atau ungkapan
yang digunakan oleh program, seruan/ajakan, informasi singkat mengenai
kegiatan yang sedang berlangsung, atau sebatas penanda/pengingat
bahwa di lokasi tersebut ada program tertentu yang sedang dilaksanakan.
Pencantuman nama/logo program juga penting sebagai identitas pembuat
spanduk.
TULISAN, GAMBAR DAN WARNA SPANDUK
TULISAN YANG SINGKAT DAN LUGAS
“Yang dipasang di spanduk informasi yang singkat-singkat saja... Kalau informasi lengkap tentangP2KP di poster saja, supaya lebih muat banyakketerangan. Kalau di spanduk dibuat terlalu banyaktulisan dan dipasang di jalan, bisa-bisa yang bacanabrak orang.”
(FGD: Desa Asam Peutik-Kecamatan Langsa Timur-KotaLangsa-NAD)
D. Spanduk
Spanduk biasanya menggunakantulisan besar dan jelas. Informasi
pada spanduk umumnyamengenai agenda kegiatan,
himbauan, moto/jargon program,dan lainnya.
Gambar/logo dan nama programperlu sebagai identitas.
Warna spanduk biasanya jugaidentik dengan warna standarprogram, atau warna lain yang
mencolok/kontras sehinggamenarik perhatian.
41
Mari Belajar Dari Ahlinya...
TEMA/PESAN PADA SPANDUK MENGENAI PEMBERITAHUAN, HIMBAUANDAN AJAKAN
“Spanduk tidak sekedar pemberitahuan untuk acara tertentu, tetapi adaspanduk yang khusus di dalamnya berisi prinsip-prinsip program”; “...adabeberapa macam, ada moto-motonya (semboyan), misalnya kita harus memilihorang baik sebagai pengelola program, program untuk orang miskin, dll...”
(Muawiyah: Perempuan, 32 tahun, FK P2KP, Desa Seppang- Kec.Ujung Loe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
WAKTU PEMASANGAN SPANDUK
“...pemasangan spanduk itu untuk memberitahukan mulainyasebuah fase... sekaligus juga mengajak masyarakat untukterlibat, misalnya waktu pembentukan BKM yang lalu.”
(Jaelani: TL KMW XIV Jateng, Klaten-Jateng)
LOKASI PEMASANGAN SPANDUK
“Spanduk biasanya dipasang di tempat strategis, di jalanutama...”
(Heru: TA Kebijakan Publik dan PKP KMW XIV Jateng)
“Waktu pemilihan UPK spanduk dipasang di dalam meunasah...masyarakat jadi tahu ini acara apa...”
(Marhaban: Laki-laki, Desa Meudang Ara-Ke. Langsa Timur-KotaLangsa-NAD)
“Biasanya spanduk dipasang didepan kantor desa setiap akanada pertemuan tingkat desa...”
(FGD: Desa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
“...Pas ada acara perlombaan sepak bola antardusun, dipasang spanduk program...”
(Sri Mulyani : Perempuan, 29 tahun, SMA, KaurUmum, Desa Jembatan Kembar-Kec.Lembar-Kab.
Lombok Barat-NTB)Spanduk program yang dipasang pada gapurajalan masuk utama desa. Mudah diketahui dandilihat oleh masyarakat.
(Dok: W
B)
Spanduk biasanyadipasang di sebelum atau
pada saat sebuah fasekegiatan program akandimulai. Kecuali ada
kebutuhan khususmembuat spanduk di
akhir kegiatan, misalnyaspanduk ucapan terimakasih atas keterlibatan
masyarakat, dansebagainya.
Pemasangan spandukdisesuaikan sesuai
dengan tujuan/kebutuhan: di gapurajalan masuk desa; di
lokasi kegiatanmasyarakat; di lokasi/tempat pertemuan; di
depan kantor desaatau kantor program;
atau saat kegiatanyang ramai dihadiri
masyarakat; dansebagainya.
>>>
42
Hal-hal Penting Mengenai
Spanduk
• Spanduk menggunakan huruf yang besar dan jelas.
• Isi/pesan pada spanduk singkat dan lugas.
• Isi/pesan spanduk mengenai pemberitahuan, himbauan dan ajakanterkait dengan pelaksanaan program.
• Spanduk menggunakan warna yang kontras dan menarikperhatian.
• Pemasangan spanduk tergantung pada kebutuhannya. bisasebelum atau pada saat akan dimulai sebuah kegiatan, atau di akhirkegiatan.
• Spanduk dipasang di lokasi strategis dan mudah dilihat orangbanyak.
43
Mari Belajar Dari Ahlinya...
E. PAPAN INFORMASI
• HURUF DAN TULISAN PADA PAPAN INFORMASI
• PENGGUNAAN BAHASA PADA PAPAN INFORMASI
• GAMBAR PADA PAPAN INFORMASI
• WARNA, UKURAN DAN TAMPILAN PAPAN INFORMASI
• JENIS INFORMASI PADA PAPAN INFORMASI
• PENGGANTIAN ISI PAPAN INFORMASI
• JUMLAH DAN LOKASI PAPAN INFORMASI
• PENJELASAN ISI PAPAN INFORMASI KE MASYARAKAT
• MINAT MASYARAKAT TERHADAP PAPAN INFORMASI
• PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PAPAN
INFORMASI
44
PAPAN INFORMASI umumnya berupa papan yang menjadi tempat
ditempelkannya berbagai informasi mengenai program. Papan informasi
biasanya semacam papan tulis yang diberi kaki-kaki sehingga dapat dipasang
berdiri, atau papan yang ditempelkan di dinding. Pemasangan papan
informasi proyek biasanya di kantor desa, atau tempat lain yang dianggap
strategis agar mudah diketahui dan dibaca oleh masyarakat. Beberapa hasil
temuan dalam review media berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengelolaan papan informasi:
HURUF DAN TULISAN PADA PAPAN INFORMASI
ADA YANG SUKA TULISAN TANGAN
“Lebih suka yang ditulis pakai tangan... kayaknyaenak aja kalau dibaca, gampang!”
(FGD: Desa Krueng Baroe-Kec. Peulimbang-Kab. Bireun-NAD)
TAPI ADA YANG LEBIH SUKA TULISAN YANG DIKETIK SAJA
“Model papan info yang ramai dan ditulis tangankurang bisa diterima, kurang mantap, lebih bisadipercaya yang model ada tulisan yang diketik...”
(Sulastri: Perempuan, Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
Jenis huruf atau tulisan jugamempengaruhi penampilan papan
informasi secara keseluruhan. Jenishuruf/tulisan hasil ketikan ataukomputer terkesan lebih resmi.
Sedangkan tulisan tangan --apalagiyang warna-warni-- terkesan lebih
akrab dan semarak. Kombinasiantar keduanya akan membuatpapan informasi terlihat lebih
menarik.Penulisan judul dengan huruf yang
besar, warna mencolok danbernada ‘provokatif’ dapat dicoba
untuk menarik perhatianmasyarakat.
E. Papan Informasi
45
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Seperti juga padaposter, brosur dan
buletin, penggunaanBahasa Indonesia
pada papan informasilebih disukai. (Lihat
pembahasanmengenai media
POSTER, BROSUR danBULETIN mengenai
bahasa ini)
KOMBINASI TULISAN YANG DIKETIK DAN TULISAN TANGAN
“Mungkin bisa dibedakan, jika yangresmi undangan atau prosedur dariPPK diketik. Sedangkan di sebelahnyabisa dipasang tulisan aspirasimasyarakat, itu bisa ditulis dengantangan. Tapi kalau yang dari PPKperlu diketik supaya masyarakatpercaya.”
(Narto Suwito: Laki-laki, DesaKarangwuni-Kec. Rongkop-Kab. Gunung
Kidul-D.I. Yogyakarta)
PRINSIPNYA, GUNAKAN TULISAN YANG MUDAH DI BACA
“…yang tulisannya mudah dibaca, kata-katanya bagus, itu yang membuatmenarik…”
(Tahasmah: Perempuan, 32 tahun, Tidak Tamat SMP, Pedagang, Desa Pajalele-Kec.Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
UNTUK PENULISAN JUDUL, SEBAIKNYA YANG DAPAT MEMBUAT ORANGTERTARIK
“...papan informasi sebaiknya yang menarik perhatian, misalnya denganmenampilkan judul yang bisa membuat penasaran orang untuk membacalebih lanjut… biar dari jauh kita lihat, ‘apa maksudnya nih?’…”
(Muhammad Idrus: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Pengajar di TPA,Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
PENGGUNAAN BAHASA PADA PAPAN INFORMASI
“...Bahasa utama pakai Bahasa Indonesia saja, nanti saatpenjelasan isi papan informasi baru pakai Bahasa Sasak...”
(FGD: Dusun Bajur Ampel-Desa Bajur-Kec. Labuapi-Kab. LombokBarat-NTB)
Papan informasi yang hanya berisi informasi tertulisdengan tampilan yang formal semacam ini cenderungkurang menarik bagi masyarakat.
>>>
46
Papan informasi yangisinya berwarna umumnya
lebih disukai.Agar informasi yangditempel lebih awet,
papan informasi sebaiknyadiberi atap dan kaca.
Ukuran papan informasiberagam, namun sebaiknyajangan terlalu kecil agar
dapat cukup banyakmenyajikan informasi.
GAMBAR PADA PAPAN INFORMASI
GAMBAR MEMBANTU PEMAHAMAN
“…di papan informasi dipasang foto-foto... Kankalau cuma dijelaskan dalam bentuk tulisan kamitidak paham...”
(Idris Hakkulyakin: Laki-laki, 19 tahun, Kursus, DesaJembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
GAMBAR MEMBUAT PAPAN INFORMASITERLIHAT LEBIH MENARIK
“Kalau saya lebih suka papan informasi yang ada fotonya, tapi juga adatulisan di bagian bawahnya. Kalau tidak ada gambarnya orang malasmelihat. Kalau ada gambarnya orang nengok, terus baca tulisandibawahnya. Kalau isinya cuma tulisan, biasanya yang dibaca hanyajudulnya, tapi tulisan lainnya tidak dibaca...“
(Sugiarti: Perempuan, Desa Asam Peutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
WARNA, UKURAN DAN TAMPILAN PAPAN INFORMASI
PAPAN INFORMASI YANG BERWARNA LEBIH DISUKAI
“Masyarakat akan lebih menyukai papan info yang dibuatdengan tulisan berwarna-warni, lebih menarik. Tidak adamasalah dengan warna tertentu maupun penggunaangambar yang lucu-lucu...”
(Suhartati: Perempuan, 20 tahun, SMA, Desa Asam Peutik-Kec.Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
PAPAN INFORMASI LEBIH AWET JIKA DIBUATKAN ATAP
DAN DITUTUP DENGAN KACA ATAU PLASTIK
“Untuk menanggulangi keusilan, papan informasi harus pakai kaca...”
(Afriani Salasa: Perempuan, 24 tahun, S1, BKM, Desa Jembatan Kembar-Kec.Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
Gambar penting untukmembantu masyarakat lebih
mudah memahami pesanyang disampaikan. Gambar
yang bagus juga dapatmenjadi daya tarik utama
bagi papan informasi.Gambar bisa berupa
guntingan majalah/koran,gambar ilustrasi, kartun,
foto, dan lain-lain.Masyarakat umumnya suka
jika ada foto kegiatanmereka yang dipasang di
papan informasi.
47
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Jenis informasi yangdianggap perlu dipasang di
papan informasi, yaitudesain program, mekanisme,
agenda dan laporankegiatan, rencana dan
laporan keuangan, daftarpeserta program, masalah
yang menghambat program,dan sebagainya.
Informasi mengenai masalahaktual yang berkaitandengan program dan
kehidupan masyarakat(kesehatan, pendidikan, dll)perlu juga sebagai selingan.
“Biar awet, papan informasi yang adasekarang ditutup dengan plastik dandikasih atap...”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1,Sekretaris TPK, Desa Pajalele-Kec.
Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
UKURAN PAPAN INFORMASI
“…Kalau untuk papaninformasi kayanya lebihdiperbesar aja, soalnya paskemarin kita nempel itu
malah kekurangan tempat. Pas nempel seperti poster malahnumpuk atau dempetan, ada yang terlihat dan ada yang tidak…”
(Tuti Erawati: Perempuan, 22 tahun, SMEA, BPD, Desa Dasan Geria-Kec.Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
TAMPILAN PAPAN INFORMASI JUGA PERLU DIPERHATIKAN
“…Gimana caranya agar bentuk papan informasinya dapat seindah mungkin,misalnya bentuk rumah-rumah adat di atasnya, sambil menanamkan jiwaseni juga…”
(Supriadi: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Kaur Pembangunan, Desa Dasan Geria-Kec.Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
JENIS INFORMASI PADA PAPAN INFORMASI
INFORMASI TENTANG DESAIN, MANAJEMEN DANPESERTA PROGRAM
“Di papan informasi perlu dipasang informasi mengenaidesain sarana, struktur organisasi, dan ada juga foto-fotokegiatan...”
(Tuti Erawati: Perempuan, 22 tahun, SMEA, BPD, Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
Papan informasi yang dilapisi kaca agar rapi dantidak mudah dirusak tangan jahil. Sayang isinyaterlihat kurang menarik, ukuran terlalu kecil, danpenempatannya kurang strategis.
(Dok: Pradipta-W
B)
>>>Ukuran papaninformasi yang
sedang saja. Jikaterlalu besar sulit
memasangnya, tapijika terlalu kecil
hanya dapatmemuat sedikit
informasi
48
INFORMASI AGENDA DAN HASIL PERTEMUAN
“... kalau misalnya ada pertemuan apa, rapat hari apa, kita tempel di papaninformasi...”
(FGD: Desa Kuala Simpang Ulim-Kec. Simpang Ulim-Kab. Aceh Timur-NAD)
INFORMASI KEUANGAN PROGRAM
“Isi papan informasi harus transparan dalam hal proyek, apalagi mengenaimasalah keuangan. Berapa jumlah dana yang diberikan, siapa sajapenerimanya, untuk apa saja, dan lain-lain...”
(Didah: Perempuan, 43 tahun, Tidak Tamat SD, Pedagang, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab. Tasikmalaya-Jabar)
INFORMASI MASALAH YANG TERJADI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
“...Walaupun masalahnya kecil... ringan... itu harus dimuat di papaninformasi. Kalau masalahnya besar, susah untuk memperbaikinya. Dari awalmasalah itu harus diangkat...”
(Mumu: Laki-laki, 52 tahun, Kelompok Tani, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
INFORMASI LAIN YANG PERLU DIKETAHUI MASYARAKAT
“...selain informasi tentang pelaksanaan program, juga informasi tentangkesehatan keluarga...”
(FGD: Dusun Bajur Ampel-Desa Bajur-Kec. Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
PENGGANTIAN ISI PAPAN INFORMASI
MASYARAKAT KURANG BERMINAT KARENA ISI PAPAN
INFORMASI JARANG DIGANTI
“Isi papan informasi ini jarang diganti...hanya satu tahunsekali sesuai dengan keberlangsungan proyek, 1 periodesekali...”
(Sahidin: Laki-laki, 39 tahun, Guru dan Sekretaris Desa, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab. Tasikmalaya-Jabar)
Isi papan informasiharus diganti secaraberkala --misalkan
tiap 1 atau 2minggu--, agar
masyarakat tidakhanya memperoleh
lebih banyakinformasi tapi juga
mengikutiperkembangan
program.
49
Mari Belajar Dari Ahlinya...
“…isi papan informasi itu-itu saja, sudah lama, sudah hampir 1 tahun...sebaiknya diganti informasinya supaya masyarakat tahu perkembanganprogram…”
(Muhammad Idrus: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Pengajar di TPA, Desa Salebba-Kec.Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
JUMLAH DAN LOKASI PAPAN INFORMASI
PAPAN INFORMASI HARUS DIPASANG PADA LOKASI YANG STRATEGIS
“…biar dilihat masyarakat papan informasi sebaiknya diletakkan di tempatpangkalan ojeg, dekat mesjid atau dekat-dekat pasar…”
(Raknah: Perempuan, 18 tahun, SMP, Kader Posyandu, Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“...sebaiknya papan informasi dibuat juga di dusun-dusun, masyarakat tidak mau baca mungkin karenakejauhan dan malas ke kantor desa...”
(FGD: Desa Karangmukti-Kecamatan Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
Jumlah dan lokasipenempatan
mempengaruhikemudahan dan minat
masyarakat untukmembaca papan
informasi. Banyakmasyarakat mengusulkanjumlah papan informasidapat diperbanyak agar
masyarakat mudahmenjangkaunya.
Jika keuangan proyekmencukupi, akan lebih baik jikapapan informasi diperbanyakdengan kualitas dan tampilanyang baik.Jika belum memungkinkan,alternatifnya adalah membuatpapan informasi tambahan,seperti pada foto di samping ini,tampilannya perlu ditingkatkandan pemasangannya janganterlalu tinggi
>>>
50
PENJELASAN ISI PAPAN INFORMASI KE MASYARAKAT
“Kalau papan informasi hanya dipasang begitu saja tanpa adapenjelasan, kami juga tidak akan mengerti...”
(Idris Hakkulyakin: Laki-laki, 19 tahun, Kursus BLK, Desa JembatanKembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
MINAT MASYARAKAT TERHADAP PAPAN INFORMASI
BAGI YANG TAHU, PAPAN INFORMASI CUKUP DIMINATI
“Kalau misalnya setelah pertemuan ada yang kurang dipahamiatau ada informasi yang dirasa belum cukup, bisa melihat dipapan informasi.”
(Mudiyana: Laki-laki, Kepala Dusun Saban, Desa Karangwuni-Kec.Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
SECARA UMUM PEMINATNYA MEMANG MASIH KURANG
“...tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, jadi papaninformasi tidak begitu diperhatikan...”
(Dahir: Laki-laki, 60 tahun, BKM, DesaJembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab.
Lombok Barat-NTB)
MINAT BACA JUGA DIPENGARUHI
KELANCARAN PELAKSANAAN
PROGRAM SECARA UMUM
“Mau dibuat semenarik apapun papaninformasinya, kalau bantuannya tidaksegera turun juga masyarakat tidakakan memperhatikan.”
(Sutarman: Laki-laki, BKM, Desa AsamPeutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-
NAD)
Papan informasimemuat berbagaiinformasi yangmungkin tidak
seluruhnya dipahamimasyarakat. Perlupenjelasan dari
pengelola program/fasilitator pada saat
pertemuan.
Ada kecenderunganapabila papan informasitampil menarik, isinya
bermanfaat sertapelaksanaan programberjalan cukup baik,
minat baca masyarakatterhadap papan
informasi juga lebihtinggi.
Masyarakat sedang memperhatikan papan informasiyang memuat petunjuk pembangunan rumah yangbaik dan yang salah di Aceh. Jika bermanfaat,masyarakat pasti mau datang melihat papaninformasi.
(Dok: Pradipta-W
B)
>>>
51
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Papan informasi biasanya hanya dikelola oleh pengelola program di tingkatlokal atau fasilitator saja.
Potensi partisipasi masyarakat untuk turut terlibat mengisi papaninformasi perlu didorong, misalnya dengan meminta tiap kelompok
masyarakat yang terlibat dalam program untuk memberikan informasi ataumengirimkan tulisan/foto kegiatan mereka.
Idealnya, papan informasi program dapat dikembangkan menjadi papaninformasi umum milik masyarakat yang dikelola oleh masyarakat secara
mandiri.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PAPAN INFORMASI
DI BANYAK TEMPAT, PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGELOLA
PAPAN INFORMASI MASIH MINIM
“Papan informasi itu yang ngisi dari fasilitator, masyarakat tidak pernah...”
(Ade Kholid: Laki-laki, 43 tahun, SMP, Petani/Peternak, Desa Karang Mukti-Kec.Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
MASYARAKAT HARUS DILIBATKAN DALAM MENGISI DAN MENGELOLA
PAPAN INFORMASI, DAN DIDORONG AGAR MAU DAN MAMPU
MENGELOLA SENDIRI PAPAN INFORMASI TERSEBUT
“Masyarakat juga sebaiknya perlu diberi kesempatan dalam mengisi papaninformasi ini supaya dapat mengevaluasi fasilitator dan pelaksana program...”
(Sahidin: Laki-laki, 39 tahun, Guru dan Sekretaris Desa, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab. Tasikmalaya-Jabar)
AGAR DAPAT BERPARTISIPASI, PERLU ADA PENINGKATAN KAPASITAS
“Masyarakat itu bukan narator tapi orator... misalkan ditanya cara membuatkue akan bisa bicara, tapi kalau diminta untuk menulis hal itu akan susahjuga...harus ada yang memfasilitasi...”
(Jaja Sutisna: Laki-laki, 32 tahun, Fasilitator Desa, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
52
Hal-hal Penting Mengenai
Papan Informasi
• Kombinasi tulisan hasil ketikan yang formal dan tulisan tangan
dengan warna yang bervariasi akan membuat papan informasi lebih
menarik.
• Papan informasi sebaiknya menggunakan Bahasa Indonesia yang
umum dan mudah dipahami masyarakat.
• Gambar (foto, ilustrasi dan kartun) akan membuat papan informasi
lebih menarik.
• Ukuran papan informasi sebaiknya cukup besar agar dapat memuat
banyak informasi.
• Agar tidak mudah rusak papan informasi sebaiknya diberi atap dan
dilapisi kaca atau plastik.
• Informasi yang dapat disajikan di papan informasi, seperti: disain
dan manajemen/prosedur program; peserta program; agenda dan
perkembangan program; hasil-hasil pertemuan; masalah yang
dihadapi dan upaya pemecahannya; dan lainnya.
• Isi papan informasi harus diperbaharui sesuai perkembangan
program/kegiatan.
• Papan informasi sebaiknya ditempatkan pada lokasi strategis yang
mudah dijangkau masyarakat (baik laki-laki maupun perempuan).
• Jika memungkinkan jumlah papan informasi diperbanyak.
• Isi papan informasi perlu dijelaskan kepada masyarakat.
• Masyarakat harus terlibat mengisi papan informasi, untuk selanjutnya
dapat mengelola papan informasi sendiri.
53
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Papan informasi dengan pesanyang diulis dengan tulisantangan, warna-warni dan adagambar foto dan kartun
Papan informasi yangdiberi atap dan dilapisi
kaca agar pesan yangditempel tidak cepat
rusak.
• Pada prinsipnya semua media sifatnya saling melengkapi. papan
informasi dapat memberikan informasi lebih rinci mengenai pro-
gram yang kurang atau belum disampaikan oleh media lain.
keterkaitan dan fungsi saling melengkapi antar media ini perlu
dijelaskan kepada masyarakat.
>>>
>>>
F. RADIO
• KERJASAMA PROGRAM DENGAN RADIO
• KEMASAN SIARAN DI RADIO TERKAIT PROGRAM
• WAKTU DAN INTENSITAS SIARAN TERKAIT PROGRAM
• PENGGUNAAN BAHASA DI RADIO
• MINAT MASYARAKAT TERHADAP RADIO
• PARTISIPASI MASYARAKAT LEWAT RADIO
56
RADIO sebagai salah satu jenis media elektronik juga merupakan media yang
dapat digunakan untuk mensosialisasikan program. Lewat radio, informasi
mengenai kegiatan program dapat dikemas dalam bentuk siaran berita,
talkshow/dialog, pemutaran jingle/lagu mengenai program, acara kuis yang
disponsori program, dan sebagainya.
Pengelola program dapat menjalin kerjasama dengan berbagai stasiun radio --
baik stasiun radio pemerintah, radio swasta, atau radio komunitas/radio
berdaya siar rendah (radio yang dikelola masyarakat atau radio hobi)-- untuk
merancang program siaran dan menyiarkan berbagai acara terkait dengan
informasi yang ingin disampaikan pengelola program kepada masyarakat.
Beberapa hasil temuan dalam review media berikut ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menggunakan radio sebagai alat sosialisasi dan
komunikasi:
KERJASAMA PROGRAM DENGAN RADIO
KERJASAMA DENGAN RADIO SWASTA
“...niat P2KP untuk mengadakan sosialisasi ke masyarakat dalamprogram talkshow juga kita sambut baik...P2KP ini dua minggusekali ada acara di radio... rencana awal seminggu sekali, tapitergantung pada anggaran juga... ya itu persoalannya...”
(Andi Anjar Asmara: Laki-laki, 52 tahun, Pengelola Radio Cindy, KotaLangsa-NAD)
Hal-hal yang perludisepakati dalambekerjasama denganradio, antara lain:- kesepakatan jenis
program- jam siaran- materi siaran
F. Radio
57
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Stasiun Radio Swasta:Peralatan lengkap, profesional, dandaya jangkau siaran yang cukup luas.Perlu disiapkan anggaran yang cukupdan personil program untuk‘mengawal’ proses kerjasama denganradio siaran swasta ini.
Penyebaran informasi mengenaiprogram lewat radio, dapat
dikemas dalam beragam programsiaran, diantaranya:
• Dialog atau talkshow.• Liputan kegiatan program.• Berita kegiatan program.• Iklan singkat mengenai
program.• Jingle/lagu mengenai pro-
gram.• Sandiwara radio yang
diselipkan informasimengenai program.
• Acara musik dan hiburan lainyang diselipkan informasimengenai program.
(Dok: Pradipta-WB)
KERJASAMA DENGAN RADIO KOMUNITAS
“...Radio sebelumnya sudah ada... Kemudianada program PPK, dan saya juga ingin radioikut serta mengembangkan PPK, apalagi dariPPK minta bantuan.... Memang dari awalradio sudah menjalin kerjasama dengan PPK.... saya cuma ingin memajukan saja. ApalagiPak Komar [salah seorang pengurus UPK] jugajadi pengurus disini...”; “Kesepakatankerjasama dengan PPK itu tidak pernahtertulis...”
(Endang Rusmana: Laki-laki, Pengelola Radio GiriAsih, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab.
Tasikmalaya-Jabar)
“Radio Ekstrem berdiri pada awal tahun 2005,saat masa awal P2KP...”; “Sebelumnya sudahcoba kerjasama dengan radio swasta untukmenginformasikan soal P2KP, tapi lama nggadibacakan... akhirnya lebih baik merakit radiosiaran sendiri.”
(Syamsul: Laki-laki, 39 tahun, SPG, Wiraswasta, Ketua BKM, Desa Seppang-Kec.Ujungloe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
KEMASAN SIARAN DI RADIO TERKAIT PROGRAM
“Selain talkshow, di radio kami ada juga acara kuis...diakhir talkshow kami membuat kuis, apa yangdibicarakan hari ini ya itu yang kami tanyakan, jadisupaya pendengar itu betul-betul mengikuti acaratalkshow itu...”
(Andi Anjar Asmara: Laki-laki, 52 tahun, Pengelola RadioCindy, Kota Langsa-NAD)
>>>
58
Stasiun Radio Komunitas:Acara dengan kemasan lokal (bahasa, dan
kesenian daerah) dapat lebihmendekatkan program dengan
masyarakat.Perlu dipikirkan format kerjasama yang
lebih tepat dengan radio komunitas ini.
(Dok: Pradipta-WB)
“Setiap ada seni Sunda di Radio Giri Asih... diawalidengan hiburan-hiburan kesenian Sunda... barudiselipkan informasi program PPK”
(Mumu: Laki-laki, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
“Sambil memutar lagu Bugis dan dangdut, sayamasukkan informasi program P2KP…”
(Syamsul: Laki-laki, 39 tahun, SPG, Wiraswasta, KetuaBKM dan Pengelola/Penyiar Radio Ekstrim, Desa Seppang-
Kec.Ujungloe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
WAKTU DAN INTENSITAS SIARAN TERKAIT PROGRAM
JAM SIARAN YANG TEPAT
“…jam siaran radio yang paling cocok untukmasyarakat adalah pada sore hari, sekitar jam 3…”
(Nimrawati: Perempuan, 20 tahun, SMP, Desa Seppang-Kecamatan Ujungloe-Kabupaten Bulukumba-Sulsel)
“Untuk siarannya dipilih malam karena siang haripenyiar dan pendengarnya kerja...”
(Mumu: Laki-laki, Desa Neglasari-Kecamatan Salawu-Kabupaten Tasikmalaya-Jabar)
INTENSITAS SIARAN YANG MEMADAI
“Kalau dulunya hanya 2 hari sekali... tapi sekarangdirutinkan... dulu kalau ada kegiatan baru diselipkan... sewaktu-waktu”
(Mumu: Laki-laki, Desa Neglasari-Kecamatan Salawu-Kabupaten Tasikmalaya-Jabar)
“...dulu di awal memang saya hampir tiap malam memberikan informasitentang PPK ke masyarakat lewat radio. Tapi kalau sekarang sudah padangerti, jadi paling 1 minggu satu kali...”
(Endang Rusmana: Laki-laki, Pengelola Radio Giri Asih, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
Waktu/jam siaran acararadio terkait dengan
program, perludisesuaikan dengan
kesempatan kelompoksasaran mendengarkan
radio.Jam siaran pada malam
hari umumnya lebihbanyak didengar olehbapak-bapak. Untuk
ibu-ibu, lebih tepat disiang atau sore hari.
>>>
59
Mari Belajar Dari Ahlinya...
PENGGUNAAN BAHASA DI RADIO
DI RADIO KOMUNITAS, BAHASA DAERAH LEBIH BISA DITERIMA
MASYARAKAT
“...masyarakat suka, karena kalau siaran pakai Bahasa Sunda... rasanya lebihakrab... yang tua-tua juga bisa lebih mudah mengerti...”
(Endang Rusmana: Laki-laki, dalang/Pengelola Radio Giri Asih, Desa Neglasari-Kecamatan Salawu-Kabupaten Tasikmalaya-Jabar)
MINAT MASYARAKAT TERHADAP RADIO
“Radio tetap disukai... karena radio ini bisadidengar sambil bekerja...”
(Andi Anjar Asmara: Laki-laki, 52 tahun, PengelolaRadio Cindy, Kota Langsa-NAD)
“Radio bisa menambah wawasan... gampangdimengerti, soalnya informasi bisa lebih jelas...”
(FGD: Desa Karangmukti-Kecamatan Salawu-KabupatenTasikmalaya-Jabar)
“Efektifnya radio ini, tidak memakan biayabanyak, tidak terlalu cape juga dan cepatdiserap, terutama masyarakat yang ada di pelosok.”
(Syamsul: Laki-laki, 39 tahun, SPG, Ketua BKM, Desa Seppang-Kec. Ujungloe-Kab.Bulukumba-Sulsel)
PARTISIPASI MASYARAKAT LEWAT RADIO
INFORMASI, PERTANYAAN DAN KELUHAN LEWAT TELEPON, SMS ATAU
‘ATENSI’
“Informasi dari masyarakat ke radio, biasanya orangnya dateng langsung,melalui surat, atau yang paling efektif itu ya lewat atensi [kartu untukpermintaan lagu atau kirim salam]...”
(Endang Rusmana: Laki-laki, Pengelola Radio Giri Asih, Desa Neglasari-Kec.Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
Radio punya kelebihan dibandingmedia lain, diantaranya: dapatdidengar sambil mengerjakan
kegiatan lain; daya jangkau cukupluas; bisa diedengar siapa saja;informasi mudah diserap; dan
murah.Dibanyak daerah radio masih tetap
digemari masyarakat, meskipun adakecenderungan pendengarnya
berkurang karena masyarakat lebihmengandalkan televisi sebagai
sumber informasi.
60
“Selain lewat radio 2 meteran, interaksi denganpendengar juga dilakukan lewat SMS. Kami punya satunomor telepon yang bisa digunakan untuk masyarakatmenyampaikan pesannya…”
(Syamsul: Laki-laki, 39 tahun, SPG, Ketua BKM, DesaSeppang-Kec. Ujungloe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
SALING TUKAR PENGALAMAN, DENGAN
MASYARAKAT SEBAGAI NARASUMBERNYA
“Kalau kelompok peserta program diikutkan pada acararadio untuk tanya jawab itu lebih bagus, karena mau tidak mau anggotakelompok pasti mendengarkan. Ibu juga mau kalau diundang... biar bisatukar pengalaman tentang kegiatan kelompok dengan kelompok lainnya...”
(Hj. Lili: Perempuan, 71 tahun, Pensiunan, Desa Karangmukti-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
“Ke depannya agar UPK tidak terlalu repot, sebaiknya mengundang TPK danperwakilan tiap kelompok untuk menjadi narasumber atau melakukan tanyajawab di radio... Pembicaranya bergiliran dari tiap kelompok...”
(FGD: Desa Karangmukti-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
Radio sesungguhnyapotensial menjadi mediakomunikasi 2 arah yang
menghubungkan pengelolaprogram dengan
masyarakat. Selain lewatpertemuan langsung,informasi dan dialog
mengenai program dapatdilakukan lewat media
radio ini.
Seorang ibumendengarkan radio di
sebuah tendapengungsian korban
tsunami di Aceh.
(Dok:Film SU
GEUTAN
YOE, CRI-WB)
>>>
61
Mari Belajar Dari Ahlinya...
ADA UMPAN BALIK UNTUK PENGELOLA DAN PELAKSANA PROGRAM
“Waktu hanya menggunakan papan informasi, saya tidak tahu apa masukanmasyarakat, apa unek-uneknya mengenai program… tidak ada sama sekali.Sekalipun kita membentuk Unit Pengaduan Masyarakat, tidak ada informasiyang masuk juga. Melalui radio, kita merangsang masyarakat untukberdiskusi... Alhamdulillah, masyarakat terlibat dalam diskusi di radio,memberikan saran dan pertanyaan apa yang mereka belum mengerti.”
(Syamsul: Laki-laki, 39 tahun, SPG, Ketua BKM, Desa Seppang-Kec. Ujungloe-Kab.Bulukumba-Sulsel)
CONTOH PROMOSI ACARA RADIOIklan Acara Talkshow Radio Cindy 100,2 FM
Kota Langsa-NAD
Cindy FM, bekerjasama dengan Direktorat Jendral Cipta Karya DepartemenPekerjaan Umum dan Konsultan Manajemen Wilayah 3 NAD
Mempersembahkan:“Program perbincangan interaktif talkshow P2KP yang membahas seputarpenanggulangan kemiskinan diperkotaan”
dengan narasumber yang akan kita hadirkan di setiap program acara talkshowP2KP.
Ikuti perbincangan di setiap program talkshow P2KP di 100,2 Cindy FM,pada hari Rabu jam 15.30 – 16.30 WIB setiap 2 minggu sekali, denganMoto: Bersama Membangun Kemandirian
Kawula muda juga dapat memberi tanggapan atau berinteraksi langsungbersama narasumber di layanan telepon ..., dapatkan juga bingkisan menarikyang akan kita berikan untuk kawula muda yang mengikuti kuisnya disetiap program talkshow P2KP.
62
Hal-hal Penting Mengenai
Radio
• Pengelola program dapat bekerjasama dengan radio pemerintah,
radio swasta, atau radio komunitas untuk melakukan penyebaran
informasi mengenai program dengan masyarakat.
• Informasi mengenai program dapat dikemas dalam bentuk dialog,
liputan kegiatan, iklan dan jingle mengenai program, atau
diselipkan dalam acara kesenian daerah, dan lainnya.
• Jam siaran perlu memperhatikan waktu yang paling
memungkinkan bagi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan
untuk mendengarkan radio.
• Campuran penggunaan bahasa daerah dalam siaran radio
komunitas biasanya lebih disukai.
• Meskipun televisi tampaknya telah menjadi sumber informasi dan
hiburan utama, namun radio masih cukup banyak pendengarnya
sehingga masih potensial digunakan untuk sosialisasi program.
• Radio dapat menjadi media komunikasi antar masyarakat dengan
pengelola program. masyarakat dapat terlibat langsung
menyampaikan informasi, keluhan dan saran maupun bertukar
pengalaman mengenai program setiap saat.
63
Mari Belajar Dari Ahlinya...
G. FILM / VIDEO
• TEMA FILM/VIDEO
• KEMASAN FILM/VIDEO
• BAHASA PADA FILM/VIDEO
• DURASI FILM/VIDEO
• MOMENT DAN CARA PEMUTARAN FILM/VIDEO
• PENJELASAN ISI FILM/VIDEO
• PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRODUKSI FILM/VIDEO
• EFEKTIVITAS FILM/VIDEO
64
Tema film/video beragamsesuai dengan jenis dan
kebutuhan masing-masingprogram.
Film/video dari sumberlain di luar program sejauh
temanya sama/miripdengan tema program jugadapat digunakan sebagai
inspirasi/pembanding bagimasyarakat.
FILM/VIDEO dapat dikatakan sebagai media yang komplit, karena mampu
menampilkan gambar, tulisan dan suara sekaligus. Film/video dalam
berbagai jenis (film cerita/fiksi, liputan kegiatan masyarakat, laporan
kegiatan program, dan sebagainya), mulai banyak diproduksi dan
digunakan oleh pengelola program sebagai media sosialisasi dan
pendidikan bagi masyarakat. Film/video dapat diputar di televisi atau
notebook/laptop pada saat pertemuan atau menjadi tontonan massal
menggunakan in-focus atau layar tancap. Film/video berupa hasil rekaman
kegiatan masyarakat dalam program dapat menjadi bahan diskusi atau
evaluasi bersama masyarakat.
Beberapa hasil temuan dalam review media berikut ini mungkin dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menggunakan film/video sebagai alat
sosialisasi dan komunikasi:
TEMA FILM/VIDEO
“Ada film mengenai WC dan dampaknya jika kita membuang hajat di tempatumum…”
(Muhamad Sai: Laki-laki, 22 tahun, SMA, Desa JembatanKembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Ada juga pemutaran video soal trafficking[perdagangan manusia], buatan LSM Kalyanamitra...Ibu-ibu jadi tertarik untuk menceritakan pengalamanmasing-masing”
(Titin: Perempuan, Kader PEKKA, Desa Sukatani-Kec.Pacet-Kab.Cianjur-Jabar)
G. Film/Video
65
Mari Belajar Dari Ahlinya...
(Dok: WB)
KEMASAN FILM/VIDEO
“...film yang pernah ada formatnya cenderung berupa narasipenjelasan mengenai program, sehingga kurang menarik.Sebaiknya film dibuat macam sinetron, sehingga menarik danbisa melekat di ingatan. Masyarakat lebih suka kalau adacontoh langsung.”
(Jaelani: Laki-laki, 45 tahun, Team Leader KMW XIV Jawa Tengah)
“...film yang ada humornya kalau ditonton lebih mudahuntuk diingat masyarakat...”
(Afriani Salasa: Perempuan, 24 tahun, S1, BKM, Desa Jembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Yang penting pemerannya yang profesional lah, contohnya seperti iklanlayanan masyarakat di TV itu, kebanyakan tokohnya mengambil dari orang-orang yang profesional atau terkenal... ”;
(Kamto: Laki-laki, 50 tahun, SMA, Guru, Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. GunungKidul-D.I. Yogyakarta)
(Dok: Pradipta-WB)
Masyarakat cenderunglebih suka film/video yang
dikemas dalam bentukcerita, ada sentuhanhumornya, mengenaikegiatan program didaerah mereka, atau
menggambarkan kondisiyang dekat dengan realitas
keseharian mereka.
Film PPK berjudul ‘BANGKIT, UNTUKESOK YANG CERAH’, dalam format filmcerita, mengisahkan proses fasilitasiprogram di sebuah desa.Salah satu pemainnya adalah aktoryang cukup dikenal masyarakat.Film dengan format video buletin,
diproduksi oleh P2KP, berisikompilasi pengalaman pelaksanaan
program di berbagai daerah.
>>>
>>>
66
Durasi film programagar efektif
ditonton masyarakatsebaiknya tidak
lebih dari 30 menit.
BAHASA PADA FILM/VIDEO
FILM/VIDEO YANG MENGGUNAKAN BAHASA
DAERAH UMUMNYA LEBIH DISUKAI
“...Saya pernah nonton film penyuluhan yangpakai Bahasa Indonesia, tapi tidak mengerti...kalau pakai Bahasa Sasak mungkin ngerti...”
(Sahni: Perempuan, 50 tahun, Tuna Aksara, DesaJembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
FILM/VIDEO BERBAHASA INDONESIA LEBIH
MUNGKIN DIPAHAMI DI BANYAK TEMPAT
“...Film dalam Bahasa Indonesia juga gak apa-apa, setidaknya mereka mengerti karena melihatgambar...”
(Dahir: Laki-laki, 60 tahun, Anggota BKM, DesaJembatan Kembar-Kec.Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
DURASI FILM/VIDEO
“Jangan terlalu lama....kira-kira ya sekitar 30 menit.Kalau terlalu lama malah kurang mengena....”
(Kamto: Laki-laki, 50 tahun, SMA, Guru, Desa Karangwuni-Kec.Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
MOMENT DAN CARA PEMUTARAN FILM/VIDEO
FILM/VIDEO DI PUTAR SAAT PERTEMUAN
“…Film sebetulnya menarik kalau diputar saat Musyawarah Desa, misalnyamengumpulkan masyarakat lalu memutar film dan kemudian barumusyawarah…”
(Ir. Alamsyah: Laki-laki, 40 tahun, KM PPK Kabupaten Wajo-Sulsel)
Jika memungkinkan, film/videoperlu menggunakan bahasa
daerah (secara langsung atau didubbing), dengan tambahan teks
terjemahan Bahasa Indonesia.Tapi untuk film/video yang
dibuat oleh manajemen programnasional, mungkin akan sangat
rumit jika film harus dibuatdalam beragam bahasa daerah di
Indonesia. Kecuali jika film/video diproduksi oleh masing-masing manajemen program di
daerah.Alternatif yang lebih realistis,
film/video tetap berbahasaIndonesia, tapi fasilitator dapatmemberikan penjelasan denganbahasa daerah masing-masing
pada saat atau setelah film/video
67
Mari Belajar Dari Ahlinya...
FILM/VIDEO MENJADI TONTONAN MASSAL ATAU
BIOSKOP KELILING
“...Bikin kegiatan layar tancap lalu putar juga filmtentang P2KP, masyarakat pasti ngumpul... Pertamadiputar film P2KP setelah itu ada film hiburan lainsebagai selingannya. Kalau mau bagus harusnya diputardi tiap dusun. Tepatnya diputar malam hari, biar bisanonton bersama keluarga...”
(Dahir: Laki-laki, 60 tahun, Anggota BKM, Desa Jembatan Kembar-Kec.Lembar-Kab.Lombok Barat-NTB)
PENJELASAN ISI FILM/VIDEO
“Masyarakat dikumpulkan, diputarkan film,seneng-seneng, tapi diberikan penjelasan. Jadiada hiburannya, tapi bisa dapat pengertiannya.”
(FGD: Desa Jetiswetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
“…lebih bagus lagi kalau ada penjelasan ditengah pemutaran film. Kalau penjelasan didepan sebelum film di putar, masyarakat mungkinbelum datang, tapi kalau di belakang setelah filmselesai mereka sudahpulang…”
(Muhammad Idrus: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Pengajar di TPA,Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab.Bone-Sulsel)
PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PRODUKSI
FILM/VIDEO
“Misalnya bikin suatu skenario film, kemudian bahasanyapake bahasa lokal... pemain atau pelakunya pake pemainlokal....itu jauh akan lebih terserap...”
(FGD: Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
Film/video dapatdiputar saat pertemuan(dengan menggunakantelevisi, laptop atau in-focus), atau pada acarakhusus dengan layar
tancap (denganbeberapa film ceritakomersial sebagai
‘bonus’ agar masyarakatmau datang).
Kemungkinan adamasyarakat yang kurangpaham cerita atau pesan
yang ingin disampaikan olehprogram lewat film/video.Penjelasan mengenai isi
film/video mungkindiperlukan.
Lebih baik lagi jika tidaksekedar ada penjelasan, tapi
dapat dilakukan diskusimengenai keterkaitan isi
film/video dengan kondisimasyarakat dan pelaksanaanprogram di lokasi tersebut.
Ada gagasan yang patutdicoba, yaitu pembuatan
film/video yang dilakukanbersama masyarakat. Tema
dan skenario dirancangbersama, sedangkan pemain
dari masyarakat sendiri,sehingga pesan mengenai
program dapat lebihmengena dan melekat di
masyarakat. Gagasansemacam ini tentunyamemerlukan kesiapan
tenaga, alat dan dana yangcukup dari pihak program.
68
EFEKTIFITAS FILM/VIDEO
“Di daerah minat bacanya kurang... jadi untuk sosialisasi salah satualternatifnya bisa dengan bersama-sama nonton film mengenai program…”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1, Sekretaris TPK, DesaPajalele-Kec. Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
“Kalau lihat film lebih cepat paham daripada belajar teori.Kalau dengan film, daya nalar orang itu lebih tajam, akanteringat terus, bahkan apa yang diucapkan, tindakannyaseperti apa. Sepertinya lebih mudah daripada kita ngasihteori.”
(Sri: Perempuan, Faskel P2KP, Desa Asam Peutik dan sekitarnya-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
“Kegiatan di Desa Dasan Geria pernah difilmkan kemudian diputar dimasyarakat...”; “Itu bagus, disamping mereka dapat penyuluhan juga bisamelihat dirinya sendiri pas proses pembuatan. Masyarakat masih agak awam,senangnya mungkin melihat dirinya sendiri, apalagi ada bagian lucunya…”
(Tuti Erawati: Perempuan, 22 tahun, SMEA, BPD, Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab.Lombok Barat-NTB)
Banyak masyarakat yanglebih mudah memahamisuatu pesan dengan caramelihat dan mendengar,dibandingkan dengan
membaca tulisan. Film/video mampu menyajikan
semua itu sekaligus.
Dalam pertemuan kelompokkecil, film/video masih
mungkin diputar di televisiatau laptop. Penjelasan dan
diskusi dapat dilakukan diselaatau setelah film selesai di
tonton bersama.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
69
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Hal-hal Penting Mengenai
Film/Radio
• Film/video merupakan media sosialisasi yang komplit karena dapat
menyajikan gambar, suara dan tulisan sekaligus.
• Film/video dapat dibuat sendiri atau menggunakan produksi pihak
lain sejauh temanya sesuai dengan kebutuhan program.
• Masyarakat umumnya lebih menyukai film/video yang
menampilkan kegiatan mereka sendiri, dan yang dikemas dalam
bentuk cerita (seperti sinetron).
• Film/video dapat menggunakan bahasa daerah dengan teks
terjemahan Bahasa Indonesia. dapat juga dengan Bahasa Indonesia
namun dijelaskan dalam bahasa daerah.
• Durasi film/video yang efektif bagi masyarakat sebaiknya tidak
lebih dari 30 menit.
• Film/video dapat diputar saat pertemuan, atau diputar ditonton
secara massal dengan cara layar tancap.
• Setelah ditonton bersama, isi/pesan pada film/video perlu
dijelaskan kepada masyarakat.
• Masyarakat dapat dilibatkan dalam merancang dan membuat film/
video mengenai program.
• Film/video sangat efektif digunakan sebagai media sosialisasi,
khususnya di masyarakat yang minat bacanya terbatas.
H. PERTEMUAN
FORMAL
• UNDANGAN PERTEMUAN FORMAL
• TEMPAT PERTEMUAN FORMAL
• WAKTU PERTEMUAN
• AGENDA PERTEMUAN FORMAL
• METODE PERTEMUAN FORMAL
• ALAT BANTU DALAM PERTEMUAN FORMAL
• BAHASA DALAM PERTEMUAN FORMAL
• AKSES DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERTEMUAN
FORMAL
72
PERTEMUAN FORMAL, seperti halnya pertemuan informal dan komunikasi
antar perorangan, termasuk jenis media komunikasi tatap muka. Pada
pertemuan formal biasanya ada undangan resmi yang dibuat oleh
pengelola program (biasanya dalam bentuk undangan tertulis) dengan
agenda, waktu dan tempat pertemuan yang sudah ditentukan.
Pertemuan merupakan media yang paling disukai masyarakat, karena dapat
bertatap muka langsung dengan pengelola program/fasilitator, sehingga
dapat mendengar penjelasan secara langsung, sekaligus dapat bertanya jika
ada hal yang dianggap kurang jelas.
Beberapa hasil temuan dalam review media berikut ini mungkin dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menggunakan media pertemuan formal
sebagai alat penyebarluasan informasi:
UNDANGAN PERTEMUAN FORMAL
UNDANGAN PERTEMUAN FORMAL SECARA TERTULIS
“Pertemuan di desa biasanya pakai surat undangan...”
(Sri Mulyani: Perempuan, 29 tahun, Kaur Umum, Desa JembatanKembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
UNDANGAN PERTEMUAN FORMAL SECARA LISAN
“Kalau mau ada pertemuan Bu Ratna (fasilitator) yangmembuat pengumuman, nanti kader yang sampaikan keanggota. Kader keliling, kasih tahu anggota satu per satu.”
(Juneda: Perempuan, 34 tahun, SMA, Penjahit, Desa Krueng Baroe-Kec. Peulimbang-Kab. Bireun-NAD)
Pertemuan formal baikdi tingkat desa, dusun
atau kelompok biasanyamenggunakan
undangan. Umumnyaberupa undangan
tertulis, meskipun dibeberapa tempat
tampaknya undanganlisan juga cukup
efektif, khususnyauntuk pertemuantingkat kelompok.
H. Pertemuan Formal
73
Mari Belajar Dari Ahlinya...
TEMPAT PERTEMUAN FORMAL
“Rapat mengenai PPK biasanya di kantor desa...; “Ada jugapertemuan di dusun yang biasanya dilakukan di mesjid...”
(Karim: Laki-laki, 57 tahun, SR, Buruh Tani, BPD, Desa Bajur-Lombar-Kec.Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
MOMENT PERTEMUAN FORMAL
“Pertemuan biasanya di kantordesa pada pagi hari sekitar jam 9-an...”
(Tuti Erawati: Perempuan, 22 tahun, SMEA, BPD, DesaDasan Geria-Kec.Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Saya selalu mengikuti pertemuan, biasanyadilaksanakan sore hari setelah waktu Ashar...”
(Tahasmah: Perempuan, 32 tahun, Tidak Tamat SMP,Pedagang, Desa Pajalele-Kec.Tanasitolo-Kab.Wajo-Sulsel)
Pertemuan formalbiasanya juga
memerlukan suasana yangagak formal, sehinggaumumnya dilakukan ditempat tertutup ataudalam ruangan. Balai
desa, mesjid, mushola dansekolah biasanya
merupakan tempat yangsering digunakan untukpelaksanan kegiatan ini.
Pertemuan formal biasanya dengan undangan resmi yangmencantumkan pihak pengundang dan yang diundang,agenda, waktu dan tempat yang jelas. Soal tempat danfasilitas, apakah di balai desa atau di rumah, ada mejakursi atau hanya lesehan saja, tidaklah jadi masalah,asalkan mendukung pelaksanaan pertemuan.
(Dok: Pradipta)
(Dok: WB)
Tidak ada patokan waktuyang paling tepat untuk
penyelenggaraan pertemuanformal. Tapi pertemuanyang melibatkan aparat
pemerintahan biasanya pagiatau siang hari. Sedangkan
pertemuan bersamamasyarakat biasanya sore
atau malam hari.Alternatif lain, adalah
pelaksanaan pertemuan diwaktu hari libur saat
masyarakat tidak bekerja.
>>>
74
AGENDA PERTEMUAN FORMAL
“Di pertemuan biasanya membahas masalah proyek,bantuan-bantuannya...”
(Dahir: Laki-laki, 60 tahun, Anggota BKM, Desa JembatanKembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Yang disampaikan mengenai program-program yangakan dilaksanakan oleh P2KP, misalnya berapa jumlahdana yang akan dikeluarkan, berapa tahun P2KP akanberjalan, dan sebagainya...”
(Sri Mulyani: Perempuan, 29 tahun, Kaur Umum, DesaJembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab. Lombok Barat-NTB)
METODE PERTEMUAN FORMAL
“Cara penyampaian bagus.. apalagi kalau ibu fasilitator yang menerangkan,kalau kita lagi tegang kadang kan dia buat hiburan biarenggak gitu lagi... Kalau pak fasilitatornya menjelaskansampe ke akar-akarnya...”
(Kiki: Laki-laki, Dusun Pondok-Desa Asam Peutik-Kec. LangsaTimur-Kota Langsa-NAD)
“…setelah ada penjelasan panjang-lebar tentang program,kita kemudian dibagi dalam kelompok-kelompok, KPnamanya. Lalu kita diskusi per KP, yang didampingi satuorang dari program... Di kelompok kecil ini pemahamankami lebih jelas, karena tidak banyak orang, dan orangprogram bisa memberikan penjelasan yang lebih dalam.”
(Idris: Laki-laki, 30 tahun, Desa Kuala Simpang Ulim-KecamatanSimpang Ulim-Kabupaten Aceh-NAD)
“...Dalam pertemuan sering penjelasannya pake contoh-contoh yang ada didesa itu sendiri...”
(Andi Enianti: Perempuan, 22 tahun, SMA, Mantan FD, Desa Pajalele-Kec.Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
Beberapa cara untukmembantu pemahamanmasyarakat dalampertemuan:
- Pemberian bahansebelum pertemuan.
- Pemberian contoh-contoh yang ada didesa mereka sendiriatau dari daerah lain.
- Dialog.- Diskusi kelompok.
Agenda pertemuan formalsangat beragam sesuaikebutuhan dan tahapan
program, seperti sosialisasi,pembentukan lembagakeuangan, pemilihan
pengurus, dan sebagainya.
Sebaiknya agenda pertemuanini disampaikan dalamundangan dan di awal
pertemuan agar semua yanghadir tahu dan siap terlibat
dalam pertemuan.
75
Mari Belajar Dari Ahlinya...
“Sebelum menghadiri pertemuan, ada baiknya kita membaca dulu bahan yangakan dibicarakan. Jadi buku panduan dibagikan sebelum pertemuan, sehinggaketika datang ke pertemuan kita sudah membawa bekal.”
(Suyahman: Ketua RT 05, Dusun Saban-Desa Karangwuni-Kec. Rongkop-Kab. GunungKidul-D.I. Yogyakarta)
ALAT BANTU DALAM PERTEMUAN
FORMAL
“Fasilitatornya bawa gambar-gambar yangdia jelaskan satu per satu”
(Thalib: Laki-laki, 30 tahun, SD, Nelayan, DesaKuala Simpang Ulim-Kec. Simpang Ulim-Kab.
Aceh Timur-NAD)
“Sering pakai lembar balik... kadang jugabikin materi sendiri dalam bentuk tabel-tabel...”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1, Sekretaris TPK, DesaPajalele-Kec.Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
“Fasilitator itu pakai kertas kosong, lebar begitu. Diatanya, kami menjawab, lalu dia tulis di kertasnya situ.Kalau ditulis begitu, kami bisa baca sedikit, lebih mudahpaham”
(Tukinem: Perempuan, 60-antahun, SD, Buruh PerkebunanSawit, Desa Asam Peutik-Kec.Langsa Timur-Kota Langsa, NAD)
BAHASA DALAM PERTEMUAN FORMAL
SERINGKALI PERTEMUAN LEBIH EFEKTIF JIKA MENGGUNAKAN BAHASA
DAERAH
“Kalau pertemuan ya pakai bahasa sehari-hari di sini [Bahasa Jawa]efektifnya... kalau pakai Bahasa Indonesia sebagian kecil yang mengerti...”
(Maryoto: Laki-laki, 55 tahun, Guru, Desa Karangwuni-Kec.Rongkop-Kab. GunungKidul-D.I. Yogyakarta)
Masyarakat umumnyasenang jika fasilitator
menggunakan alat bantudalam memfasilitasipertemuan. Selain
membuat pertemuanmenjadi tidak
membosankan, masyarakatjuga merasa dapat lebih
mudah memahamiinformasi atau penjelasan
yang disampaikan.
Alat bantu seperti lembar balik, metaplan,flipchart, peta, dan lainnya memudahkan bagifasilitator dan masyarakat.
(Dok: Pradipta)
>>>
76
PEMBICARAAN DENGAN BAHASA INDONESIA, TAPI JIKA DIPERLUKAN
BARU DITERJEMAHKAN KE BAHASA DAERAH
“Rapatnya pakai Bahasa Indonesia dan dicampur BahasaBugis... masyarakat biasanya bertanya dalam BahasaBugis... Tapi lebih baik dalam Bahasa Indonesia, orangdisini semakin mengerti…”
(Tahasmah: Perempuan, 32 tahun, Tidak Tamat SMP, Pedagang,Desa Pajalele-Kec.Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
AKSES DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PERTEMUAN FORMAL
“Peserta pertemuan biasanya tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala dusun,dan PKK.”
(Tuti Erawati: Perempuan, 22 tahun, SMEA, BPD, Desa Dasan Geria-Kec.Lingsar-Kab.Lombok Barat-NTB)
“...Kadang semua warga diundang, kadang hanya ketua KP [kelompok] saja.Tergantung masalah yang mau disampaikan apa...”
(Idris Hakkulyakin: Laki-laki, 19 tahun, Desa Jembatan Kembar-Kec. Lembar-Kab.Lombok Barat-NTB)
Di banyak daerahterutama di perdesaan,masyarakat umumnya
lebih senang dan dapatmudah memahami isi
pertemuan jikafasilitator atau
pembicara lainnyamenggunakan bahasa
daerah setempat.
Kekurangan dari pertemuan formal adalah terbatasnya masyarakat yangterlibat, karena biasanya pertemuan hanya untuk undangan dan umumnyahanya aparat desa, tokoh dan orang-orang yang aktif dalam program saja
yang diundang. Jika ada sebagian warga biasa yang hadir, umumnya hanyamenjadi pendengar karena sungkan dalam suasana pertemuan yang formal
tersebut.Kekurangan di atas perlu ditambal lewat berbagai pertemuan kelompok baik
yang bersifat formal ataupun informal, serta memperbanyak komunikasiantar perorangan dengan masyarakat, agar mereka tetap mendapat
informasi dan berdiskusi langsung dengan fasilitator.
77
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Hal-hal Penting Mengenai
Pertemuan Formal
• Pertemuan formal biasanya menggunakan undangan tertulis yang
mencantumkan agenda, waktu dan tempat pertemuan. undangan
dapat juga secara lisan jika pertemuan sudah teragendakan
sebelumnya, khususnya pertemuan kecil di tingkat kelompok.
• Pertemuan formal biasanya butuh suasana yang agak formal,
sehingga biasanya dilakukan di balai desa, balai dusun, mesjid atau
sekolah.
• Waktu pelaksanaan pertemuan harus mempertimbangkan
kemudahan masyarakat untuk hadir. pertemuan dengan peserta
kaum bapak/laki-laki biasanya malam hari, sedangkan pertemuan
dengan kaum ibu/perempuan biasanya sore hari.
• Agenda pertemuan sebaiknya disampaikan dalam undangan. jika
memungkinkan, bahan-bahan yang akan dibahas juga dapat
diterima peserta sebelum pertemuan.
• Pertemuan formal jangan sampai terjebak dalam suasana resmi dan
bersifat searah. penggunaan beragam metode dan teknik fasilitasi
yang memungkinkan masyarakat dapat terlibat aktif dalam
pertemuan perlu digunakan.
• Dalam pertemuan formal dapat menggunakan bahasa campuran,
yaitu dengan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat.
78
Di banyak daerah karena beberapa alasan para ibu/kaum perempuan biasanyajarang terlibat pada pertemuan atau musyawarah. Perlu dilakukan motivasi terus-menerus agar partipasi mereka dapat meningkat.
(Dok: Pradipta)
• Kelemahan yang paling umum dari pertemuan formal adalah
pesertanya terpilih dan terbatas. agar informasi dan komunikasi
dapat menjangkau lebih banyak anggota masyarakat, kelemahan
tersebut harus dapat ditambal dengan media lain, seperti
pertemuan informal, komunikasi antar perorangan, papan
informasi dan media lainnya.
>>>
79
Mari Belajar Dari Ahlinya...
I. PERTEMUAN
INFORMAL
• UNDANGAN, AGENDA, WAKTU DAN TEMPAT PERTEMUAN
INFORMAL
• METODE PERTEMUAN, BAHASA DAN PEMAHAMAN
• AKSES DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERTEMUAN
INFORMAL
80
PERTEMUAN INFORMAL biasanya dilakukan dalam suasana yang lebih
santai dan akrab jika dibandingkan dengan pertemuan formal. Ada
pertemuan informal yang sengaja dibuat oleh pengelola/fasilitator program,
ada juga yang sekedar mendompleng kegiatan lain, atau bahkan pertemuan
yang sebelumnya tidak direncanakan sama sekali. Pertemuan informal bisa
dilakukan di mana saja, baik di dalam ruang pertemuan, di warung kopi, di
mesjid setelah pengajian, di rumah penduduk, dan tempat lainnya
Beberapa hasil temuan dalam review media berikut ini barangkali dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menggunakan media pertemuan
informal sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi:
AGENDA, UNDANGAN, WAKTU DAN TEMPAT PERTEMUAN INFORMAL
“Istilahnya adalah diskusi lego lego, dalam suasana santai seperti ngumpul dibale-bale... Waktu pelaksanaannya tidak tentu,tergantung kebutuhan... pertemuan informalsemacam ini lebih sering dilakukan dibandingkanpertemuan formal.”
(Irmawati: Perempuan, 29 tahun, S1, CFT PemberdayaanWSLIC, Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
“Kalau di wilayah Jogja dan Solo ini angkringan[gerobak yang menjual makanan dan minuman] jaditempat pertemuan dan pertukaran informasi bapak-bapak. Kalau untuk ibu-ibu pertemuan informalbisa di pengajian atau arisan dasawisma.”
(Heru: Laki-laki, TA Kebijakan Publik dan PKP KMW XIVJateng)
Masyarakat menyatakan bahwapertemuan informal dirasakan
lebih nyaman dibandingkandengan pertemuan formal,karena sifatnya yang lebih
santai dan membukakesempatan ke lebih banyak
masyarakat untuk dapatterlibat.
Masyarakat lebih leluasa untukhadir dan ikut berbicara,
karena biasanya pertemuanbersifat lokal sehingga sudahsaling mengenal. Pertemuan
informal seringkali‘menumpang’ kegiatan
pengajian, pertemuan rutinRW, arisan, dan sebagainya.
I. Pertemuan Informal
81
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Di beberapa daerah, pertemuaninformal yang membahasperkembangan program di warungkopi seperti ini lebih efektifdibanding pertemuan formalterutama untuk laki-laki, karenapara ibu/kaum perempuanumumnya jarang duduk diwarung kopi.
“Masyarakat disini banyak nelayan yang liburkalau hari Jumat. Ada kebiasaan disini kalausetelah shalat Jum’at berkumpul di meunasahatau masjid, atau kadang di kedai dekat lokasipembangunan rumah. Kalaupun tidak adafasrum (fasilitator rumah) yang datang untukberi penjelasan, biasanya mereka mendiskusikanmasalah yang mereka hadapi dalampembangunan rumah. Paling tidakdidiskusikan dengan ketua KP (kelompok) ataukeuchik (kepala desa).”
(Tengku Pondah: Korkab REKOMPAK Aceh Timur-NAD)
METODE PERTEMUAN, BAHASA DAN
PEMAHAMAN
“Dalam pertemuan informal sebaiknya kaderyang merupakan masyarakat desa sendiri yangmenjadi nara sumber... penyampaiannya jugadengan cara mereka sendiri…Terutama oleh
kader posyandu, dari tim kesehatan dan Bu Kades... Masyarakat dapatdiberikan pengarahan dalam Bahasa Sasak, dengan bahasa sederhana, bisaserius maupun guyon, tetapi intinya adalah mengenai masalah kesehatan...”
(Supriadi: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Kaur Pembangunan, DesaDasan Geria-Kec.Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Pemahaman masyarakat baik dalam pertemuan formalmaupun informal sama saja, tetapi respon masyarakat lebihmuncul dalam pertemuan informal.”
(Yakolina Palempang: Perempuan, 34 tahun, D1, Bidan Desa, DesaSalebba-Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
Suasana yangsantai dan
menggunakanbahasa sehari-hari
biasanya lebihmudah diikuti dan
dimengerti olehmasyarakat.
(Koleksi: Pradipta-WB)
>>>
82
AKSES DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERTEMUAN
INFORMAL
“Kalau bagi saya, lebih tahu dan jelas soal programitu dari penjelasan di kelompok... Sebagai warga, sayatidak pernah terundang untuk datang ke pertemuan dibalai desa. Yang terundang ke pertemuan di kantordesa itu kan orang-orang tertentu, misalnya BKM.Jadi kalau tidak ada penjelasan langsung kekelompok, meskipun dipasang papan informasi,biasanya kok orang tidak memperhatikan jadi tetapsaja kurang paham mengenai program...”
(Mujiran: Laki-laki, Dukuh Taraman-Desa Jetiswetan-Kec.Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
Pertemuan informal dapat dilakukan secaramendadak, bahkan di halaman rumah
penduduk sekalipun, jika kebetulan adakesempatan yang baik untuk berdialog
dengan masyarakat.
Penggunaan bahasa daerah sangat efektifdalam kesempatan semacam ini.
Dalam pertemuan informal semacam ini,seringkali fasilitator dapat memperolehinfomasi lebih banyak dari masyarakat.Masyarakat kemungkinan juga dapat lebihmemahami informasi dari fasilitator karenamereka tidak terlalu sungkan untuk bertanyadan mengeluarkan pendapat.
(Dok: Pradipta-WB)
Keaktifan fasilitatordan pelaksana
program di tingkatdesa dan kedekatan
mereka denganmasyarakat
memungkinkanpertemuan-
pertemuan informallebih sering terjadi.
>>>
>>>
83
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Hal-hal Penting Mengenai
Pertemuan Informal• Pertemuan informal dapat dilakukan secara sengaja, mendompleng
kegiatan lain atau dilakukan secara kebetulan.
• Pertemuan informal umumnya lebih disukai masyarakat karena
suasanya lebih santai dan akrab, sehingga mereka merasa lebih
berani dan nyaman terlibat dalam pembicaraan.
• Pertemuan informal umumnya lebih disukai jika menggunakan
bahasa daerah.
• Pertemuan informal umumnya lebih mampu menjangkau lebih
banyak masyarakat (selain tokoh), karena tidak terikat batasan
jumlah peserta dan dapat diikuti oleh siapapun yang berminat.
J. KOMUNIKASI
ANTAR PERSONAL
• INISIATIF DARI FASILITATOR PROGRAM
• EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PERORANGAN
86
KOMUNIKASI ANTAR PERORANGAN atau komunikasi antar orang per
orang (atau sedikit orang) adalah jenis media yang paling umum, mudah
dan murah untuk dilakukan. Media ini nyaris dapat dilakukan oleh siapapun
dan dimanapun dengan penentuan waktu yang lebih leluasa.
Beberapa hasil temuan dalam review media berikut ini barangkali dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menggunakan media komunikasi
antar perorangan sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi:
INISIATIF DARI FASILITATOR PROGRAM
“Kalau Faskelnya [Fasilitator Kelurahan] sering mainke masyarakat, masyarakat jadi lebih cepatpaham...”; “...kalau fasilitator yang perempuan bisamendekati ibu-ibu, kalau cowok kadang bisa ngobroldi warung sampai malam... kalau orang-orang diwarung bertanya fasilitator bisa menjelaskan...”
(Leo Agung Bambang: Laki-laki, 39 tahun, S1, KepalaDesa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
Kunjungan dan obrolanpersonal seperti ini
membuat fasilitator danmasyarakat dapat lebih
saling mengenal.
Keaktifan dan kemampuanfasilitator maupun pelaksana
program lainnya dalammelakukan komunikasi antar
perorangan denganmasyarakat sangat penting.Selain untuk mengetahuisejauhmana pemahaman
masyarakat mengenaiprogram, juga untuk
membangun kedekatan danmenumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadapprogram. (Dok: Pradipta-W
B)J. Komunikasi
Antar Perorangan
>>>
87
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Kelompok masyarakat tertentu --seperti orangdengan kebutuhan khusus (tuna daksa, tunanetra, dll), masyarakat adat, dll-- di lokasiprogram kemungkinan jarang/sulit dapat ikutdalam pertemuan. Kunjungan dan dialoglangsung dengan mereka mungkin perludilakukan agar mereka dapat turutmenyampaikan pendapat.
(Dok: GDS2-WB)
“Seringkali fasilitator harus mendatangipenduduk dari rumah ke rumah untuksosialisasi... soalnya dalam pertemuanformal kan tidak semua masyarakatdiundang... Apalagi masyarakat yangkurang mampu...”
(Andi Enianti (Nining): Perempuan, 22tahun, SMA, Mantan FD, Desa Pajalele-Kec.
Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTAR
PERORANGAN
“Saya bisa mengertipenjelasan fasilitator
yang datang ke rumah saya, karena dia menjelaskannya pakaiBahasa Bugis…”
(Nurhayati: Perempuan, 40 tahun, Tidak Tamat SD, Penenun, DesaPajalele-Kec. Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
“...Saya tidak pernah ikut rapat... tidak pernah diundang...”;“Tapi ada bapak kepala desa dan Ibu Irma [fasilitator] yangdatang menjelaskan soal program air itu, saya bisa jugamengerti...”
(Sahriah: Perempuan, 40 tahun, Tidak Tamat SD, Petani, DesaSalebba-Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
Suasana yang tidakformal, sedikit orang,
pembicaraan dari hati kehati, penjelasan dengan
bahasa daerah sertapemilihan tempat dan
waktu yang lebih leluasa,biasanya merupakanfaktor-faktor yang
membuat komunikasiantar perorangan inimenjadi media yangcukup efektif bagi
masyarakat.
>>>
Waktu dan tempat tidak terlalumengikat. Obrolan singkat ketika
bertemu di jalan juga tidak masalah.
(Dok: GDS2-WB) Bahkan, tokoh
masyarakatpun biasanyasenang dan merasa
dihargai jika fasilitatordatang berkunjung kerumahnya. Pendekatan
personal seperti ini sangatefektif saat program
memerlukan dukungan paratokoh masyarakat untukkelancaran pelaksanaan
program.
(Dok: GDS2-WB)
>>>
>>>
88
Hal-hal Penting Mengenai
Komunikasi
Antar Perorangan
• Komunikasi antar perorangan dapat dikatakan sebagai ujung
tombak sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat di lokasi
program karena lebih menjamin dapat terjadinya dialog dan lebih
mudah dalam mengukur tingkat pemahaman masyarakat.
• Inisiatif melakukan komunikasi antar perorangan dapat dimulai
dari fasilitator/pengelola program atau dari masyarakat sendiri.
• Komunikasi antar perorangan mensyaratkan adanya kemauan dan
kemampuan fasilitator/pengelola program untuk menyediakan
lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk berdialog dengan
masyarakat.
89
Mari Belajar Dari Ahlinya...
MEDIA YANG POTENSIAL
DIKEMBANGKAN
A. ALAT PERAGA
B. JINGLE/IKLAN
C. PLANG IKLAN
D. KEGIATAN KEAGAMAAN
E. PENGERAS SUARA
F. KESENIAN
G. FILM/VIDEO
H. WEBSITE
I. MEDIA LAINNYA
A. ALAT PERAGA
• BEBERAPA JENIS ALAT PERAGA
• MINAT DAN PEMAHAMAN MASYARAKAT
92
ALAT PERAGA pada dasarnya adalah beragam benda dan gambar yang
dapat digunakan untuk membantu proses fasilitasi (pada saat pertemuan
atau penjelasan langsung ke masyarakat). Tujuan penggunaan alat peraga
adalah agar pesan yang disampaikan dapat lebih mudah ditangkap dan
dipahami masyarakat.
Dalam program banyak nilai-nilai dan konsep yang
mungkin terlalu abstrak jika hanya dijelaskan secara
verbal, seperti konsep transparansi, partisipasi,
dinamika kelompok, dan sebagainya. Dengan alat
peraga, fasilitator dapat coba menerjemahkan nilai
dan konsep yang abstrak tersebut dalam bentuk
ilustrasi dan hal-hal konkret yang ada dan dekat
dengan kondisi keseharian masyarakat maupun
kondisi yang diharapkan dapat diubah/diperbaiki.
BEBERAPA JENIS ALAT PERAGA
“Pada awal dilakukannya sosialisasiprogram, media yang banyakdipakai itu gambar, sapu lidi, jugagambar yang dibongkar-pasang[maksudnya puzzle] ...”
(Yati: Perempuan, 32 tahun, Kader Hukum PEKKA, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab. Cianjur-Jabar)
“Pernah digunakan lembar balik... dibagikan pada fasilitatordesa untuk digunakan saat sosialisasi...”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1, Sekretaris TPK, DesaPajalele-Kec.Tanasetolo-Kab. Wajo-Sulsel)
Alat peraga dapat berupabenda yang ada disekitarkita, atau yang memangsengaja dibuat khusus
untuk membantu prosesfasilitasi. Lembar balik,kertas bergambar, foto,kliping koran, boneka,atau sapu lidi adalah
beberapa jenis alat peragayang pernah digunakan.
Boneka atau wayang-wayangandari kertas yang sederhana.Kreativitas dan kemampuanfasilitator mengemas pesanprogram dalam bentuk ceritasangat menentukan jika inginmenggunakan media semacam ini.
A. Alat Peraga
>>>
93
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Alat peraga biasanya lebih efektif digunakanpada saat pertemuan kelompok denganjumlah peserta yang tidak terlalu banyak.Media ini umumnya efektif sebagai pemicuproses diskusi sekaligus dapatmenggambarkan penjelasan fasilitator.
(Dok: Pradipta-WB)
“Biasanya kita cari poster atau foto-foto, lalu kitaceritakan”
(Ai Yani: Perempuan, 30 tahun, SMP, Buruh Tani, DesaSukatani-Kec. Pacet-Kab. Cianjur-Jabar)
MINAT DAN PEMAHAMAN MASYARAKAT
“Dulu juga pernah menggunakan alat peraga itu, tapitetap perlu ada penjelasan, karena kebanyakan itu kan hanya simbol-simbolgitu...”
(Sobirin: Laki-laki, 39 tahun, TPK, DesaNeglasari-Kec. Salawu-Kab. Tasikmalaya-
Jabar)
“...dengan menggunakan lembarbalik masyarakat dapat mengerti,karena penjelasannyaditerjemahkan ke dalam BahasaBugis...”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun,S1, Sekretaris TPK, Desa Pajalele-Kec.
Tanasetolo-Kab. Wajo-Sulsel)
“Maksud penggunaan alat peragatersebut agar lebih memudahkanmasyarakat awam bisa mengertiapa yang kita jelaskan. Biasanyadengan diperlihatkan mediagambar orang lebih tertarik dengan gambar-gambar tersebut, misalnya daripermulaan ada gambar orang yang termasuk pra sejahtera, setelah datangPPK terlihat ada peningkatan taraf hidup...”
(Jaja Sutisna: Laki-laki, 32 tahun, Fasilitator Desa, Desa Neglasari-Kec.Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
>>>
Alat peraga biasanyaefektif jika
penjelasannyadikaitkan dengan
kondisi yang ada dimasyarakat, apalagi
jika penyampaiannyadengan bahasa
daerah.
94
Hal-hal Penting Mengenai
Alat Peraga
• Alat peraga merupakan alat bantu dalam melakukan
penyebarluasan informasi dan diskusi dengan masyarakat, yang
dapat dibuat secara khusus atau menggunakan bahan/alat yang ada
dalam kehidupan sehari-hari.
• Alat peraga dapat membantu fasilitator dalam menjelaskan
konsep-konsep yang ada pada program dalam bahasa atau
penggambaran yang dekat dengan keseharian masyarakat sehingga
dapat lebih mudah mereka pahami.
Alat peraga berupa ceritabergambar buatan tanganyang dibuat oleh salahseorang fasilitator Pekka.
>>>
95
Mari Belajar Dari Ahlinya...
B. JINGLE/LAGU
• JINGLE/LAGU SEBAGAI ALAT SOSIALISASI
• EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JINGLE/LAGU
• PENJELASAN ISI JINGLE/LAGU
96
JINGLE/LAGU juga dapat digunakan
sebagai media penyebarluasan
informasi program. Penggunaan lagu
biasanya pada saat pertemuan,
pelatihan, disiarkan lewat radio,
dimainkan dalam pertunjukan
kesenian musik, dan sebagainya.
Lewat jingle/lagu, ajakan, himbauan
dan penyebaran gagasan/nilai-nilai
yang ingin dibangun oleh program
dapat disampaikan dengan lebih
menarik, santai, menghibur, mudah
dipahami dan mudah untuk diingat.
JINGLE/LAGU SEBAGAI ALAT
SOSIALISASI
“Tujuan dari pembuatan lagu adalahuntuk memperkenalkan program danmengajak masyarakat terlibat aktifdalam program...”; “Cara menyebarkandan menggunakan lagu ini dengancara memainkannya pada saatpertunjukan musik pada saat hajatan,kawinan atau kegiatan lainnya...”
(FGD: Desa Jetiswetan-Kec. Pedan-Kab.Klaten-Jateng)
Contoh Lagu Buatan Sendiri
Lagu P2KP
E..E..Pe..Dua..Ka..Pe..E..E..Pe..Dua..Ka..Pe..E..E..Pe..Dua..Ka..Pe..E..E..iku Programe......
Iku Program Kang Biso NanggulangiKemiskinan Warga Ing Perkotaan
Mbudi Doyo Ambangun MasyarakatKang Mandiri Berdaya Lan Madani
Ayo-ayo Prakanca NingkatakeCipto Roso Karso Lan Kaguyuban
Mbangun Wargo Supoyo Duwe DoyoEkonomi Sosial Pembangunan
Reff: Duh Gusti Kepareng Pring Doyo
Dateng Wargo Kang Nembe KekiranganSupados Sagetho Mbudi Doyo
Amrih Cekap Sandang Pangan Lan Papan
Gyaaa Gumregah Rakyate Podho SayukSopo Wae Nindakake BebarenganGerakan Ambangun Swa-Sembodo
Lan Memangun Dedhasar Kautaman
Lagu ini di buat oleh Leo Agung Bambang,Kepala Desa Jetis Wetan-Kecamatan Pedan-Kabupaten Klaten-Jawa Tengah, yang jugaanggota kelompok gending Prink Tone KANGENDESA. Pada intinya, lagu ini berisi ajakan untukbersama membangun desa.
B. Jingle/Lagu
97
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Seperti jenismedia lainnya, isi/
pesan mengenaiprogram dalam
lagu jugadianggap perludijelaskan kemasyarakat.
Jingle/lagu cukupefektif memberigambaran pokok-
pokok gagasan yangada pada program
karena lebih mudahdiingat.
Penyampaian pesan mengenaiprogram lewat lagu dapatmenjadi alternatif yang
menghibur. Jika lagunya enakdidengar dan cukup sering
diperdengarkan (seperti saatpertemuan, saat pertunjukankesenian, di radio, di rekam
pada kaset yang dibagikan kemasyarakat, dll), pesan
program dapat lebih mudah diserap masyarakat.
“P2KP tidak pernah minta dibikinkan lagu, cuma kamiberpikir gimana caranya masyarakat cepat pahamprogram P2KP... lalu kita buat lagu saja... Idenya darifasilitator P2KP yang dulu bertugas disini...”
(Leo Agung Bambang: Laki-laki, 39 tahun, S1, Kepala DesaJetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JINGLE/LAGU
“Lagu tentang P2KP disukai karena masyarakatmenyukai musik dan lagu-lagu Jawa. Liriknya juga
sederhana sehingga mudah dimengerti. Setelah mendengarlagu itu, masyarakat mulai mengenal sedikit soal P2KP.”
(Silvi: Perempuan, 30 tahun, Faskel P2KP, Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
“Dulu saya pernah bikin beberapa jingle PPK yanggagasannya dari kondisi masyarakat saat itu. Waktu itumasyarakat menyangka dana program 100% ditanggungoleh PPK. Akibatnya dulu disuruh gotong royong untukbikin jalan agak susah. Saya kemudian bikin jingle, ...salah
satunya mengibaratkan seperti orang yang akan bikin tape(sejenis makanandari ketela/singkong). PPK hanya memberi raginya, tapi singkongnya harusdari masyarakat sendiri... Sekarang karena sudah tahu masyarakat tidak susahlagi diajak gotong royong...”
(Endang Rusmana: Laki-laki, Pengelola Radio Giri Asih, Desa Neglasari-Kec. Salawu-Kab.Tasikmalaya-Jabar)
PENJELASAN ISI JINGLE/LAGU
“...kalau saya mengatakan, meskipun saya mengerti isi dari lagupada bait satu sampai tiga, tapi saya mungkin masih belummengerti isi [pesan] dari lagu itu secara keseluruhan...”
(Satimo: Laki-laki, 55 tahun, SD, Ketua RT 09, Desa Jetis Wetan-Kec.Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
98
Hal-hal Penting Mengenai
Jingle/Lagu• Banyak anggota masyarakat yang lebih mudah memahami sebuah
pesan yang disampaikan dalam bentuk gambar dan suara
dibandingkan pesan dalam bentuk tertulis. pesan mengenai prinsip
atau nilai yang ada pada program dapat dikemas dalam bentuk
jingle/lagu.
• Pesan dalam bentuk jingle/lagu biasanya juga lebih mudah diingat
oleh masyarakat.
• Jingle/lagu mengenai program dapat berupa lagu yang dibuat
sendiri atau memodifikasi syair lagu yang telah populer di
masyarakat.
‘Mars PPK’(Bahasa Jawa)
Yo Konco tindak bale desaAmidangetno dawuhing pangarsoProgram Pembangunan sing anyar
Sing wis kawentar, PPK araneProgram Pengembangan
KecamatanBapak Ibu cancut tumandang
Ora jemu-jemu desane ben majuNuladani becik anak putu
Adik njawil mas, jo nganti korupsiYen koripsi, rakyat nanggung rugi
Prayogane jujur nyambut gaweDene akeh sitik rejeki disyukuri
‘Mars PPK’(Bahasa Indonesia)
Mari kawan pergi ke balai desaMendengarkan penjelasan pimpinanProgram pembangunan yang baruYang telah terkenal, PPK namanyaProgram Pengembangan Kecamatan
Bapak Ibu siap bekerjaTidak jemu-jemu biar desanya majuMemberi teladan baik bagi anak-cucuPeringati mas, jangan sampai korupsi
Bila korupsi rakyat nanggung rugiSeyogyanya jujur dalam bekerja
Adapun banyak sedikit rejekidisyukuri
Syair lagu ini ‘meminjam’ lagu berjudul ‘Prahu Layar’ ciptaan seorang dalang danpencipta lagu Ki Nartosabdo (alm.) yang digubah oleh FK PPK Kecamatan Patean-
Kabupaten Kendal-Jateng, dengan bantuan KMP.
Contoh Lagu Gubahan dari Lagu yang Telah Populer
99
Mari Belajar Dari Ahlinya...
C. PLANG IKLAN
• TULISAN, GAMBAR, WARNA DAN UKURAN PLANG IKLAN
• BAHASA PADA PLANG IKLAN
• LOKASI PLANG IKLAN
• TEMA DAN JUMLAH PLANG IKLAN
• PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP ISI PLANG IKLAN
• PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEMBUAT PLANG IKLAN
100
PLANG IKLAN atau PAPAN REKLAME program/proyek, secara fisik sama
dengan plang iklan komersial yang banyak terdapat di pinggir jalan atau
pertokoan, yaitu selembar bidang --biasanya terbuat dari seng-- berisi
tulisan dan gambar yang mempromosikan sebuah produk atau gagasan
tertentu.
TULISAN, GAMBAR, WARNA DAN UKURAN PLANG IKLAN
PLANG IKLAN MENARIK KARENA BESAR DAN BERGAMBAR
“Plang bisa menarik masyarakat karena ukurannya besar,gambarnya juga bagus, dan juga karena berwarna”
(Ni Nengah Yudhihartati: Perempuan, 32 tahun, D1, Bidan Desa, DesaDasan Geria-Kec. Lingsar-Kab.Lombok Barat-NTB)
“Masyarakat tertarikdengan plang itu, karenagambarnya lucu, gambarorang berak di plang itu
membuat semua orang yang lewat ketawa.Jadi biasa, kalau orang kumpul di rumahmembicarakan tentang kelucuan gambaritu. Masyarakat ternyata suka kalau adaunsur lucunya. Waktu pertama dipasang disitu orang-orang ketawa terus. Di gambaritu ada tulisan ‘Orang Salebba TidakBegitu Lho’… ”
(Yakolina Palempang: Perempuan, 34 tahun,D1, Bidan Desa, Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab.
Bone-Sulsel)
Plang iklan WSLIC di Lombok Barat-NTB, mempromosikan pencegahandiare. Dengan tulisan dan gambar yangbesar memudahkan masyarakat untukmelihat isi pesan.
Pada dasarnya, plangiklan/papan reklame ini
mirip dengan poster,hanya dalam ukuran yang
jauh lebih besar.Gambar yang menarik,tulisan yang besar danwarna yang mencolok
umumnya lebih disukaimasyarakat.
(Dok: Pradipta-WB)
C. Plang Iklan
>>>
101
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Plang iklan lebih disukaiyang menggunakan
Bahasa Indonesia, denganpilihan kata yang umumdigunakan masyarakat,dan kalimat yang tidak
terlalu panjang, tapicukup menjelaskan pesanyang ingin disampaikan.
BAHASA PADA PLANG IKLAN
“Plang iklan lebih baik pakai Bahasa Indonesia,karena Bahasa Sasak terkadang malah susahdimengerti.”
(Aminarti; Perempuan, 24 tahun, TKP, Desa Dasan Geria-Kec.Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“…kalau di desa lain seperti di Desa Kanco, adagambar yang disampingnya ada Bahasa Indonesia dandibawahnya ada bahasa daerah…”
(Irmawati: Perempuan, 29 tahun, S1, CFT Pemberdayaan WSLIC, Kec. Ponre-Kab.Bone-Sulsel)
LOKASI PLANG IKLAN
“....Letaknya pas karena tempat orang sering lewat,yaitu di pertigaan, depan masjid. Kalau ada, saya jugamau plang seperti itu dipasang di Polindes [PoliklinikBersalin Desa] juga, mungkin akan lebih menarik...”
(Ni Nengah Yudhihartati: Perempuan, 32 tahun, Bidan,Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
“Penempatannya sangat pas,soalnya dulu di dekat lapangandan selokan itu memang tempatorang BAB [Buang Air Besar]…”
(Yakolina P.: Perempuan, 34 tahun,Bidan, Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab.
Bone-Sulsel)
Plang iklan dapatdipasang di lokasi-lokasi
strategis (banyakdidatangi atau dilalui
orang), seperti di mulutjalan masuk desa,
pertigaan, dekat mesjid,puskesmas, di lokasi yang
ada masalah terkaitdengan pesan yang ingin
disampaikan, dan lainnya.
Penempatan plang iklan yang cukupstrategis, di pertigaan jalan masuk ke desa,dekat lapangan dan mesjid yang banyakdilalui masyarakat.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
102
Seperti juga media cetaklainnya, isi atau pesan
pada plang iklandianggap perlu untuk
dijelaskan kemasyarakat agar
pemahamannya lengkapdan benar.
TEMA, GAMBAR DAN JUMLAH PLANG IKLAN
ADA GAGASAN UNTUK MENGGANTI TEMA/ISI
PLANG IKLAN SECARA BERKALA
“Sebaiknya isi plang iklan diganti setiap 3,5 bulan...ganti dengan corak gambar lain supaya tidak timbulkebosanan.”
(Supriadi: Laki-laki, 27 tahun, SMA, Kaur Pembangunan, DesaDasan Geria-Kec. Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
JIKA MEMUNGKINKAN, PLANG IKLAN TIDAK PERLU
DIGANTI TEMANYA, TAPI DIGANTI GAMBAR ATAU
DIPERBAIKI YANG RUSAK, DAN DITAMBAH DENGAN
TEMA YANG LAIN
“…Kalau menurut saya plang tidak usah diganti tetapijustru ditambah... Kalau ada tema lain ditempatkan ditempat ramai lainnya. Kalau itu diganti nanti otomatismasyarakat di sini lupa lagi. Biar saja, jadi plang yang inimasih bisa di ingat, tapi ada informasi dari plang yanglain yang juga bisa dilihat oleh masyarakat…”
(Tuti Erawati: Perempuan, 22 tahun, SMEA, BPD,Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab.Lombok Barat-NTB)
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PLANG IKLAN
“...ya mungkin kita yang sudah sering membaca, jadidapat mengerti, tapi orang yang sudah tua mungkinkurang mengerti...”; “Meskipun ada yang tidak pernahsekolah, dengan cuma lihat gambarnya saja mungkinmasyarakat bisa ngerti... tapi kalo hanya tulisannyamungkin dia sulit mengerti... Soalnya disini masih banyakyang buta huruf...”; “Tapi kalo dijelaskan masyarakat akancepet ngerti...”;
(Aminarti: Perempuan, 24 tahun, Bendahara Tim KerjaMasyarakat, Desa Dasan Geria-Kec. Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
Jika memungkinkan, gambarpada plang iklan dapat
diganti secara berkala agartidak membosankan. Jumlah
plang iklan (dengan temayang lain) juga dapatditambah agar dapat
menjangkau lebih banyakmasyarakat. Gagasan ini
tentu membutuhkan biayalumayan besar. Namun
kelebihannya, plang iklanini dapat digunakan dalamwaktu yang relatif lama.
Karena temanya sangatterkait dengan kondisimasyarakat, dan telahdipasang dalam waktu
cukup lama, pesan padaplang iklan cukup
dipahami danmempengaruhi kebiasaan
masyarakat.
103
Mari Belajar Dari Ahlinya...
EFEKTIFITAS PLANG IKLAN
“Plang itu cukup membuat masyarakat berubah, karena sekarang tidak adalagi yang BAB [Buang Air Besar] sembarangan di tempat itu; “Selain plangitu memang lucu, juga ada penyuluhan terus menerus kepada masyarakat...”
(Yakolina Palempang: Perempuan, 34 tahun, D1, Bidan Desa, Desa Salebba-Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
PARTISIPASI MASYARAKAT MEMBUAT PLANG IKLAN
“Masyarakat sudah terlibat dalam pembuatan plang iklan...”; “Dalam RKM[Rencana Kerja Masyarakat] tidak ada patokan apa-apa mengenai bagaimanaplang tersebut dibuat, tergantung bagaimana kemauan masyarakat.Diserahkan ke CF [community facilitator/fasilitator desa]selaku pendamping bagaimana bentuk dan isinya.Contohnya di desa ini, dana pembuatan plang tergantungyang diminta masyarakat, bentuknya seperti apa dan isipesannya apa diserahkan ke masyarakat... CF hanyamemberi masukan.”
(Irmawati: Perempuan, 29 tahun, S1, CFT Pemberdayaan WSLIC,Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
Keterlibatan masyarakatdalam pembuatan plangiklan, lebih membuka
peluang tingginyapemahaman masyarakat
akan pesan yangdisampaikan.
104
Hal-hal Penting Mengenai
Plang Iklan
• Plang iklan atau papan reklame pada prinsipnya mirip dengan
poster, namun dalam ukuran yang lebih besar dan dengan
menggunakan bahan yang lebih tahan lama (papan atau seng).
• Plang iklan dapat menggunakan bahasa campuran, yaitu Bahasa
Indonesia dan bahasa daerah setempat.
• Plang iklan ditempatkan pada lokasi yang strategis dan aman agar
mudah dilihat masyarakat.
• Isi atau pesan pada plang iklan perlu dijelaskan kepada masyarakat
agar tidak ada salah penafsiran.
• Masyarakat dapat dilibatkan dalam merancang isi pesan dan
membuat plang iklan, sehingga isi atau pesannya dapat sesuai
dengan cara dan tingkat pemahaman masyarakat.
105
Mari Belajar Dari Ahlinya...
D. KEGIATAN
KEAGAMAAN
• PELIBATAN TOKOH AGAMA
106
KEGIATAN KEAGAMAAN sebagai salah satu media yang bisa dijadikan
media penyebarluasan informasi mengenai program, sudah di singgung
pada pembahasan mengenai media pertemuan formal dan informal. Bagian
ini lebih sebagai tambahan yang menekankan pada pelibatan tokoh agama
dalam kegiatan sosialisasi dan komunikasi program tersebut.
PELIBATAN TOKOH AGAMA
“...informasi lewat mesjid biasanya tentang bagaimana perkembanganprogram dan bagaimana langkah berikutnya... Kebetulan ustadznya jugarelawan dan pernah ikut kumpul-kumpul di sini….”
(Nirmawati: Perempuan, 20 tahun, SMP,Desa Seppang-Kec. Ujungloe-Kab.
Bulukumba-Sulsel)
“Selama ini belum secara khususmenggunakan tokoh agama sebagaipenyampai pesan... hanyamenggunakan acara pengajiannyasaja.”; “...mungkin penceramah perludibekali dulu dengan tema program,baru dia sampaikan.”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1,Sekretaris TPK, Desa Pajalele-Kec. Tanasitolo-
Kab.Wajo-Sulsel)
Tokoh agama umumnya sekaligus merupakantokoh masyarakat yang dipercaya dan sering
menjadi tempat bertanya masyarakat.Pelibatan tokoh agama dalam sosialisasi dan
komunikasi program dengan masyarakatkemungkinan dapat membantu untuk
meyakinkan dan memotivasi masyarakatdapat menerima dan terlibat aktif dalam
program.Tentu saja sebelumnya perlu pendekatan dan
penjelasan yang cukup pada tokoh agamaini, agar mereka memiliki pemahaman yang
memadai mengenai program dan tidakkeliru ketika turut membantu memberikan
penjelasan mengenai program.
D. Kegiatan Keagamaan
107
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Hal-hal Penting Mengenai
Kegiatan Keagamaan
• Tokoh agama biasanya merupakan orang yang dihormati dan
didengar pendapatnya oleh masyarakat. peran tokoh agama ini
dapat dilibatkan dalam penyebarluasan informasi dan komunikasi
antara pengelola program dengan masyarakat.
• Agar apa yang disampaikan oleh tokoh agama sesuai dengan
prinsip dan agenda program, sebelumnya perlu ada pendekatan
dan penjelasan yang cukup mengenai program kepada yang
bersangkutan.
E. PENGERAS SUARA
• PENGERAS SUARA ‘STATIS’
• PENGERAS SUARA ‘BERGERAK’
110
PENGERAS SUARA biasa digunakan untuk meluaskan jangkauan suara agar
dapat didengar oleh lebih banyak orang pada jarak yang cukup jauh.
Pengeras suara atau speaker ini lazim digunakan di tempat ibadah dan balai
desa, atau saat ada kegiatan yang dianggap perlu diketahui oleh
masyarakat luas (seperti saat pesta, acara hiburan, penginformasian
kegiatan, dan sebagainya). Di beberapa tempat, speaker ini ternyata juga
digunakan untuk menginformasikan kegiatan program/proyek.
PENGERAS SUARA ‘STATIS’
UNTUK PENGUMUMAN SINGKAT ATAU UNDANGAN, SPEAKER DIANGGAP
CUKUP EFEKTIF
“Kalau ada informasi tentang program, Pak Lurah memberitahu Pak Lorong[kepala dusun], lalu Pak Lorong yang memberitahu kami, atau diumumkan
lewat speaker musholla. Kami dikumpulkan di mushollalalu diberi penjelasan kalau mau ada bantuan masuk.”
(Miyem: Perempuan, 50-an tahun, SD, Buruh Perkebunan, DesaAsam Peutik-Kec. Langsa Timur-Kota Langsa-NAD)
“Media speaker ini lebih untuk menggerakkan massa.Sistem penyebaran informasinya situasional, tidakmengenal waktu... hampir setiap hari terutama pada saatpembangunan fisik. Pada siklus program sebelumnya,speaker lebih sering digunakan terutama untukmengundang masyarakat dalam musyawarah di tingkatRT.”
(FGD: Desa Karangmukti-Kecamatan Salawu-Kabupaten Tasikmalaya-Jabar)
Pengeras suara ‘statis’yaitu pengeras suara yang
berada di satu tempat.Alat ini efektif digunakan
untuk menyampaikanpengumuman singkat,
namun kurang cocok jikadigunakan untuksosialisasi dengan
informasi yang panjangdan lama.
E. Pengeras Suara
111
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Model penyebarluasaninformasi mengenai
program atau kegiatanprogram dengan
menggunakan pengerassuara ‘bergerak’ sambil
membagikan brosur sudahbiasa digunakan oleh
beberapa instansipemerintah seperti BKKBN
atau DepartemenPenerangan di masa lalu.Model sosialisasi seperti
ini menarik untuk di cobasebagai selingan karena
relatif mudah dan murah.
TAPI PENJELASAN MENGENAI PROGRAM
DENGAN MENGGUNAKAN SPEAKERRASANYA KURANG PAS...
“Untuk penjelasan program lewat speaker... Wahgak tahu saya... belum mencoba... karena kalauuntuk program kan banyak yang harusdijelaskan... kalau pakai speaker masjid mungkinterlalu lama... Kalau ada halo-halo [informasidari speaker masjid] tentang kematian atau kerjabakti itu didengarkan, tapi kalau penjelasanmengenai program yang panjang lebar dan lamamasyarakat akan cuek saja...”
(Leo Agung Bambang: Laki-laki, 39 tahun, S1,Kepala Desa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-
Jateng)
PENGERAS SUARA ‘BERGERAK’
PENYEBARLUASAN INFORMASI MENGENAI PROGRAM KELILING KAMPUNG?
“Kami pernah penyebarluasan informasi mengenai program pakai cidomo[sado/delman] yang menggunakan satu buah corong [speaker] kecil saja yangbisa didengar masyarakat... ternyata masyarakat antusiasingin mengetahui apa yang diinformasikan. Denganmendengar dari pengumuman atau informasi dari pembawaacara, masyarakat jadi tahu bahwa itu adalah programP2KP...”; “Program-program P2KP kan sebenarnya sudahdiinformasikan di kampung-kampung, tapi dengan modelpenyebarluasan informasi pakai cidomo itu masyarakat bisamengetahui lebih banyak mengenai program...”;
“Masyarakat yang nggak mengerti Bahasa Melayu bisa kitajelaskan pakai bahasa daerah sini [Bahasa Sasak]... Waktuitu disamping kita menjelaskan dan menerangkan apa ituP2KP, kita juga membagikan brosur ke masyarakat...”
(Suaeb: Anggota BKM Ampenan Tengah-Kab. Lombok Barat-NTB)
Pengeras suara atau speaker di sebuahmusholla. Pengumuman singkat atauundangan pertemuan program dapatdisampaikan lewat speaker ini. Namununtuk informasi program yang lebihpanjang dianggap kurang sesuaimenggunakan media ini.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
112
Hal-hal Penting Mengenai
Pengeras Suara
• Pengeras suara yang biasanya digunakan di tempat ibadah dapat
digunakan alat penyebarluasan informasi atau mengumumkan
suatu hal mengenai kegiatan program (sebagai pengganti
undangan).
• Namun pengeras suara mungkin kurang cocok jika digunakan
untuk menyampaikan informasi program yang panjang lebar.
• Pengumuman terkait kegiatan program yang menggunakan
pengeras suara dapat juga dilakukan dengan cara pengumuman
keliling menggunakan mobil, delman atau kendaraan lainnya.
Penyebarluasan informasi dan pengumuman agendakegiatan program menggunakan Cidomo (cikar, dokardan motor) di Lombok Barat. Unik, murah dangampang dilakukan.
>>>
113
Mari Belajar Dari Ahlinya...
F. KESENIAN
• SOSIALISASI PROGRAM MENGGUNAKAN GENDING
• SOSIALISASI PROGRAM LEWAT PERTUNJUKAN WAYANG
• MEDIA KESENIAN LAINNYA
114
KESENIAN dalam beragam jenis dan bentuknya sangat digemari
masyarakat sebagai media hiburan. Masyarakat khususnya yang tinggal di
perdesaan, umumnya masih sangat menggemari beragam kesenian daerah,
seperti wayang, gending, ketoprak, calung, dan sebagainya. Beragam
kesenian tersebut sesungguhnya juga potensial menjadi sarana
penyebarluasan informasi mengenai program, dengan menyelipkan prinsip
dan pesan program lainnya diantara tampilan kesenian tersebut. Berikut ini
beberapa contoh penggunaan kesenian sebagai media penyebarluasan
informasi mengenai program:
PENYEBARLUASAN INFORMASI MENGENAI PROGRAM
MENGGUNAKAN GENDING
“Menurut kami, media yang paling efektif di sini adalah media-media lokal yang sudah ada dan lama digunakan atau menjadikebiasaan di masyarakat. Disini kami menggunakan mediakesenian. Kebetulan ada kelompok gending ‘Prink Tone’ yang bisadigunakan untuk sosialisasi program lewat lagu-lagu. Awalnya kanorang tidak tahu P2KP. Pak Lurah-nya kemudian tertarik untukmembuat lagu-lagu tentang P2KP.”
(Jaelani: Laki-laki, 45 tahun, Team Leader KMW XIV Jateng)
“Setelah mempelajari tentang konsep P2KP, kemudian kami tuangkan dalamlagu dengan iringan musik bambu. Ada lagu tradisional Jawa yang pernahdinyanyikan oleh Manthous [seorang pencipta lagu pop Jawa] yang kemudiandi ubah syairnya tentang P2KP dalam Bahasa Jawa. Dalam setiappertunjukkan, kami tidak hanya menyanyikan lagu tradisional Jawa, tapisemua lagu yang sedang trend di masyarakat, dan diselipkan juga lagutentang P2KP yang kami buat...”
(Leo Agung Bambang: Laki-laki, 39 tahun, S1, Kepala Desa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
Menggunakankesenian musiksebagai media
penyebarluasaninformasi mengenaiprogram biasanya
juga perlumenyiapkan lagu-
lagu mengenaiprogram tersebut.
F. Kesenian
115
Mari Belajar Dari Ahlinya...
PENYEBARLUASAN INFORMASI MENGENAI PROGRAM
LEWAT PERTUNJUKAN WAYANG
“Dulu pada tahun 2001 kami pernah membuat materipenyebarluasan informasi mengenai program yang kami titipkandalam acara Limbukan [salah satu bagian/babak dalam pertunjukan]wayang kulit. Isinya itu tentang prinsip PPK, model pelestarian ala
PPK dan sebagainya...”;“Mungkin pertujukan wayang iniakan lebih efektif lagi kalau kitapakai untuk kondisisekarang...”; “Dulu hanyadengan Rp. 25.000 dalang sudah promositentang PPK.... Waktu itu kamiselenggarakan serempak di hampir seluruhwilayah Gunung Kidul yang dapat PPK kitapakai media wayang kulit itu untukpenyebarluasan informasi...”
(Herry: Laki-laki, FKP Rongkop, Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
MEDIA KESENIAN LAINNYA
QASIDAH MUNGKIN BISA DICOBA JADI ALAT PENYEBARLUASAN INFORMASI
“Yang bisa digunakan sebagai media penyebarluasan informasi itu qasidah.Biasanya ibu-ibu lebih memahami pesan lewat media itu...”; “Masyarakat sini bisadibilang agamis, tapi tidak terlalu fanatik, jadi qasidah bisa dibuat untuk me-nyampaikan program. Yang penting bisa dinyanyikan dan dipahami kata-katanya.”
(Ai Yani (Perempuan, 30 tahun, SMP, Buruh Tani, Desa Sukatani-Kec. Pacet-Kab.Cianjur-Jabar)
KECAPI GAMBUS JUGA MUNGKIN
“Disini ada kesenian yaitu kelompok gambus dan kecapi, mungkin pesan–pesanitu bisa disampaikan lewat kesenian kecapi gambus…”; “…sekarang ini kesenianbiasanya hanya digunakan pada saat peringatan-perigatan, isinya cuma guyon[lawakan] aja... mungkin bisa ditambah dengan pesan perilaku hidup bersih dansehat. Mungkin lagu-lagunya bisa bercerita tentang pentingnya hidup sehat…’
(Irmawati: Perempuan, 29 tahun, S1, CFT Pemberdayaan WSLIC, Kec. Ponre-Kab. Bone-Sulsel)
Pertunjukan wayang kulit yang populer dimasyarakat etnik Jawa. Dalang bisa menyisipkanpesan terkait program di sela alur cerita.
Untuk menyisipkanpesan mengenaiprogram padapertunjukanwayang atau
sejenisnya, perludisiapkan bahan/materi yang akan
menjadi acuan bagidalang/sutradara/
pemain pertunjukankesenian tersebut.
(Dok: Pandam Guritno)
>>>
116
Hal-hal Penting Mengenai
Kesenian
• Kesenian merupakan media hiburan yang digemari masyarakat.
berbagai jenis kesenian daerah atau kesenian bernafaskan
keagamaan dapat digunakan sebagai alat penyebarluasan informasi
dan komunikasi mengenai program kepada masyarakat.
Kelompok Gending ‘Prink ToneKANGEN DESA’ di Klaten. Diantara
lagu yang mereka mainkan, beberapalagu memuat pesan-pesan terkaitprogram P2KP, baik yang mereka
ciptakan sendiri atau lagu populeryang diubah syairnya. Tidak
tanggung-tanggung, setiap mentasmereka memakai kaos bertuliskan
‘P2KP’ yang sebagian diberikan olehpengelola program sebagai bentuk
penghargaan.
(Dok: Pradipta-WB)>>>
117
Mari Belajar Dari Ahlinya...
G. WEBSITE PROGRAM
• ISI DAN TAMPILAN WEBSITE PROGRAM
• JENIS INFORMASI DI WEBSITE PROGRAM
• PEMANFAATAN JADI KENDALA
118
WEBSITE PROGRAM adalah situs internet yang dibuat oleh pengelola
program sebagai media transparansi dan penyebarluasan informasi ke
masyarakat, serta sebagai media komunikasi khususnya antar pelaku
program. Website program umumnya menyajikan beragam informasi
mengenai strategi, cakupan, wilayah, mekanisme, dan manajemen program;
agenda dan laporan kegiatan program; kebijakan pemerintah terkait isu/
tema program; ruang tanya jawab dan pengaduan; dan lainnya.
ISI DAN TAMPILAN WEBSITE PROGRAM
“Website PPK cukup menarik... Pergantian informasinya cukupsering... Kalau email dari pembaca mungkin sekitar 7 hari sudahberganti, sedangkan tentang buletin setiap kali buletin itu terbit...Informasinyapun cukup memadai.”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1, Sekretaris TPK, Desa Pajalele-Kec.Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
JENIS INFORMASI DI WEBSITE PROGRAM
“Saya pernah lihat ada pengaduan warga di website P2KP... Biasanya sayamelihat kolom informasi ‘mimbar bebas’ dan profil BKM...”
(Silvi: Perempuan, 30 tahun, Faskel P2KP, Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
“Saya ingin tahu bagaimana prosedur pelaksanaan program PPK. Bagi orangteknik seperti saya, saya ingin tahu mengenai masalah tender, apakahtender itu mengikuti aturan desa atau sistem tender yang lazim, atau adaaturan-aturan lain... ”
(Firdaus: Laki-laki, 29 tahun, FT PPK, Desa Bajur-Kec. Labuapi-Kab. Lombok Barat-NTB)
Agar menarikdan efektif,informasi
dalam websiteprogram perlu
seringdisesuaikan
secara berkala
G. Website Program
119
Mari Belajar Dari Ahlinya...
“Saya ingin lihat mengenai perkembangan PPK di daerahlain.. Apa yang menjadi faktor pendukung keberhasilan danfaktor yang menyebabkan kegagalan...biar bisa belajar daripengalaman dari tempat lain juga...”
(Andi Enianti (Nining): Perempuan, 22 tahun, SMA, Mantan FD,Desa Pajalele-Kec.Tanasitolo-Kab. Wajo-Sulsel)
“Seharusnya setiap ada kebijakan atau aturan barumenyangkut program segera dimuat di website, sehinggakita yang di daerah, di lapangan, bisa segera tahukebijakan baru yang diberlakukan. Karena kita yang dilapangan ini kan yang sering mendapat pertanyaan darimasyarakat. Takutnya kita salah beri informasi kebijakanprogram.”
(Silvi: Perempuan, 30 tahun, Faskel P2KP, Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
PEMAFAATAN (AKSES) AKSES JADI KENDALA
“Jarang sekali orang yang tahu tentang website PPK. UPK juga tidak pernahmengakses karena jaringan telponnya belum sampai ke sana...”; “Pemanfaatwebsite PPK masih sangat terbatas padahal informasinya sangat lengkap”;“…seandainya bisa diakses oleh banyak orang, website PPK ini sangatbermanfaat untuk semuanya, tetapi sementara ini baru bermanfaat untukorang-orang tertentu. Tidak semua memanfaatkannya karena terbatasnya
fasilitas…”
(Andi Elliyanti: Perempuan, 35 tahun, S1, Sekretaris TPK, DesaPajalele-Kec. Tanasitolo-Kab.Wajo-Sulsel)
“Kelompok masyarakat yang kemungkinannya besaruntuk mengakses website adalah pengelola program ditingkat desa yang masih muda-muda. Kalau yang tua-tua tidak bisa mengakses internet, bahkan merekatidak bisa mengoperasikan komputer... Hambatanlainnya karena harga sewa internet mahal...”
(Silvi: Perempuan, 30 tahun, Faskel P2KP, Kec. Pedan-Kab.Klaten-Jateng)
Prosedur program,perkembangan
pelaksanaan program,pengalaman program,berbagai kebijakanpemerintah terkait
program, dankomentar berbagai
pihak mengenaiprogram adalahbeberapa jenisinformasi yang
dianggap menarikdisajikan dalamwebsite program.
Internet penting karenadapat menjadi sumberinformasi yang dapat
diandalkan. Sayangnyapengguna internet masih
terbatas, karenaterbatasnya jaringan
telepon dan komputer.Kendala ini juga sering
dialami fasilitator dalammemanfaatkan website
program.
120
Hal-hal Penting Mengenai
Website Program
• Website program dapat menjadi sarana sosialisasi dan komunikasi
antara pengelola program dengan masyarakat umum tanpa dibatasi
tempat dan waktu.
• Website program juga dapat menjadi sarana komunikasi yang
efektif antara pelaku yang terlibat dalam program itu sendiri.
• Kendala terbesar pemanfaatan website program adalah
keterbatasan alat dan jaringan di daerah-daerah tertentu. kendala
lain adalah terbatasnya jumlah masyarakat yang menguasai teknis
penggunaan media ini.
Website program di internet dapat menjadisumber informasi dan komunikasi antarapengelola program dengan masyarakat maupundiantara pelaku program itu sendiri.
(Dok: Pradipta-WB)
Tampilan salah satu website program.Menyajikan beberapa jenis informasi, seperti
perkembangan pelaksanaan program, agenda/kegiatan program, dan lainnya. Ada juga
ruang bagi pengguna untuk menyampaikaninformasi, kritik dan masukan, atau sekedar
saling sapa antar pelaku program.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
>>>
121
Mari Belajar Dari Ahlinya...
H. MEDIA LAINNYA
• BUKU SAKU
• BUKU PANDUAN
• CERITA BERGAMBAR/KOMIK
• SELEBARAN
• PETA SOSIAL DESA
• KALENDER PROMOSI PROGRAM
• BENDERA DAN UMBUL-UMBUL
• KAOS PROMOSI PROGRAM
• KENTONGAN
• TELEVISI
• KORAN
• PAMERAN PEMBANGUNAN
• MEDIA PEMERINTAH DAERAH
122
Masih banyak media-media lain yang potensial dijadikan alternatif media
penyebaran informasi program ke masyarakat. Di antara
media-media tersebut, yaitu:
BUKU SAKU
“Untuk anggota BKM dan relawan yang palingmembantu adalah buku saku. Isinya sangatrinci sehingga sangat membantu para anggotaBKM dan relawan untuk memberikanpenjelasan kepada masyarakat.”
(Silvi: Perempuan, 30 tahun, Faskel P2KP, Kec.Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
BUKU PANDUAN
“Buku panduan tujuannya untuk penggalangan, mengajak warga untukterlibat dalam P2KP”; “Dari buku panduan, kita akanmengerti apa sih P2KP, bagaimana tujuan P2KP, maudibawa kemana warga ini masuk di P2KP”.
(Jajik: Laki-laki, BKM, Desa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
Buku saku memuatinformasi penting
dan ringkasmengenai program.
Buku ini praktiskarena ukurannyakecil dan mudah
dibawa-bawa.
Buku panduansemacam ‘kitab suci’yang berisi panduanumum pelaksanaan
program di lapanganyang harus diketahui
oleh para pelakuprogram.
Contoh buku saku P2KP.Ukuran buku ini kecil dan
tipis sehingga mudahdibawa oleh fasilitator
dalam berbagai kegiatan.
H. Media Lainnya
>>>
123
Mari Belajar Dari Ahlinya...
CERITA BERGAMBAR/KOMIK
“Komik yang dibuat oleh program cukup bagus untukmasyarakat sebagai bahan bacaan, karena banyak gambardan ada alur ceritanya…”
(Nimrawati: Perempuan, 20 tahun, SMP, Desa Seppang-Kec.Ujungloe-Kab. Bulukumba-Sulsel)
“Saya pernah lihat komik tentang program, isinya bagus.Seakan-akan kita sendiri yang mengalami situasi ini, karenaisinya berbicara langsung. Menarik sekali, orang bisa mudahmengerti. Bahasanya jugamemakai Bahasa Indonesiayang umum digunakanmasyarakat...”
(Iskar: Laki-laki, 25 tahun,Tidak Tamat Kuliah, Fotografer
& Ketua Kelompok KSM, DesaSeppang-Kec. Ujungloe-Kab.
Bulukumba-Sulsel)
SELEBARAN
“Isi dari selebaran umumnya tentang perkembangan P2KP.Biasanya dibagikan pada Ketua RT, Ketua RW, masyarakat danrelawan... Tapi karena jumlahnya terbatas, maka lebih banyakyang dibagikan ke relawan dan ada juga yang ditempel.”; “Agarbisa dibaca lebih banyak masyarakat selebaran ini kitaperbanyak dengan cara difotokopi dan disebarkan”
(FGD: Desa Jetiswetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
Selebaran sesungguhnyabentuk media yang mudahdan murah namun cukup
efektif digunakan.Selebaran dapat dibuat
secara berkala atau sesuaidengan kegiatanprogram, sehingga
masyarakat dapat terus-menerus mengetahui
perkembangan program.
Contoh komik yang dbuat oleh PPK. Isinya tentang berbagaiinformasi mengenai program tersebut, seperti: tujuan,prinsip, tahap kegiatan, dll.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
Seperti juga mediaprogram dalam bentukbarang cetakan lainnya,masyarakat lebih suka
jika ada banyak gambaryang menarik, berwarna,
ada penjelasan yangcukup, dan
menggunakan BahasaIndonesia yang umum
digunakan.
124
“Setelah pertemuan hasilnya laludiketik dan difotokopi, kemudiandibagikan ke masyarakat. Jadimasyarakat bisa mempelajari sendiri.”
(Sardi: Laki-laki, Desa Jetis Wetan-Kec.Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
PETA SOSIAL DESA
“Pada pelaksanaan PPK-3 tahun 2005 kami menggunakan PSD[Peta Sosial Desa] pada saat pengambilan keputusan jeniskegiatan yang akan dilaksanakan... Masyarakat senang, karenasebelumnya pada saat pemilihan program di PPK-1 masyarakattidak tahu persis usulan-usulan itu akan dilaksanakan di wilayahmana... Tetapi dengan adanya PSD usulan lokasi program dapatdigambarkan dengan jelas dalam peta itu...”
(Herry: Laki-laki, FKP Rongkop, Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I.Yogyakarta)
Peta sosial desa dapatmenjadi alat bantu
menjelaskan jenis danlokasi program,
sekaligus menjadi alatpendidikan pengenalankondisi masyarakat dan
wilayah yang sangatefektif bagimasyarakat.
Contoh selebaran yang dibuat oleh salah seorangfasilitator di Gunung Kidul-Yogyakarta, berupalembaran fotokopi berisi informasi kegiatanprogram di kecamatan tempatnya bertugas.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
Contoh peta sosial yang dibuat secara partisipatif.Masyarakat dapat terbantu memahami kondisi
masyarakat dan wilayahnya, serta merumuskan potensidan agenda perubahan yang diinginkan.
(Dok: Pradipta)
>>>
Jika selebaran akandiperbanyak dengancara difotokpi, ada
baiknya disainprogram dibuat
ringkas agar tetapenak dibaca.
125
Mari Belajar Dari Ahlinya...
KALENDER PROMOSI
PROGRAM
“Kami membuat kalendersebagai media promosiprogram. Kami bagikan kekelompok-kelompok ekonomiyang kami bina di desa-desa”
(Herry: Laki-laki, FKP Rongkop,Kec. Rongkop-Kab. Gunung Kidul-
D.I. Yogyakarta)
BENDERA DAN
UMBUL UMBUL
“Bendera P2KP ini dibuat atasinisiatif dari warga yang jadirelawan... tujuannya sebagaiidentitas sekaligus promosi program... Digunakannyapada acara-acara tertentu seperti acara penyambutan,pertemuan tingkat desa dan lainnya...”
(Jajik: Laki-laki, BKM, Desa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
KAOS PROMOSI PROGRAM
“Kaos ini bisa juga sebagaialat pengenalan program kemasyarakat...kalau kita pakaikaos keluar rumah, masyarakatbertanya apa sih P2KP itu?”;“ Kaos warna merah diberikanoleh P2KP, tapi yang hitamdibuat oleh relawan sendiri”
(Joko: Laki-laki, Desa Jetis Wetan-Kec. Pedan-Kab. Klaten-Jateng)
Kalender dapatdigunakan selama 1
tahun, sehingga dapatmenjadi media promosiprogram yang cukup
awet. Tidak cumasekedar pencantumannama/logo program,
tapi juga dapatmemuat slogan,
ajakan, produk yangdihasilkan, fotokegiatan, dansebagainya.
Contoh kalender yang dibuatoleh UPK PPK KecamatanRongkop, Kabupaten GunungKidul, Yogyakarta.
(Dok: Pradipta-WB)
>>>
Bendera dan umbul-umbul dapat menjadi
penanda kegiatan yangdilaksanakan oleh
program. Dapat jugadianggap sebagai
identitas dan membangunikatan emosional di
masyarakat yang terlibatdalam program.
(Dok: Pradipta-WB)
Contoh kaosprogram.Pemakainyaharus siapditanyamengenaiprogram.
>>>
Selain bersifat fungsional,kaos promosi program dapat
dianggap sebagai bentukpenghargaan dan menjadi
kebanggaan bagi masyarakatyang mengenakannya.
Akan sangat efektif jikaorang yang memakai kaos
program juga diberiinformasi mengenai
program agar dia dapat ikutmenjelaskan pada
masyarakat yang lain
126
KENTONGAN
“Ada kebiasaan disini, kalau untuk mengumpulkanmasyarakat cukup dengan memukul kentongan saja...Ada kode-kodenya, misalnya pukulan kentongan 3kali itu untuk mengundang semua warga, 2 kalihanya bapak saja, dan untuk mengumpulkan ibu-ibuitu 4 kali pukulan kentongan”; “Untuk mengundangpertemuan jadi lebih hemat daripada harus bikinundangan tertulis...”
(Margono; Laki-laki, 45 tahun, Mantan PJOK, Kec.Rongkop-Kab. Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta)
TELEVISI
“Dalam program berita Terang Abadi-TV [sebuah stasiuntelevisi swasta daerah di Solo] pernah menayangkan beritaP2KP...”
(Jaelani: Laki-laki, 45 tahun, Team Leader KMW XIV Jateng)
“Saya pernah lihat iklan program WSLIC di Lombok TV...”
(Aminarti: Perempuan, 24 tahun, TKM, Desa Dasan Geria-Kec.Lingsar-Kab. Lombok Barat-NTB)
KORAN
“KMW XIII dan XIV Jateng pernahmenginisiasi pembuatan semacam koran lokalyang memuat cerita seputar program P2KP,pelaksanaannya serta profil BKM”; “Koranlokal ini diterbitkan satu bulan sekali yangdibagikan sampai tingkat fasilitatorkelurahan...”
(Jaelani: Laki-laki, 45 tahun, Team Leader KMWXIV Jateng)
Di daerah perdesaan,kentongan juga dapatdigunakan sebagai alatpemberitahuan jika ada
kegiatan yangmemerlukan kehadiranbanyak orang. Tentunyaperlu ada kesepakatandiantara masyarakat
sendiri mengenai aturanmain pengggunaan
kentongan ini.
Televisi banyak ditontonmasyarakat, sehingga
sangat strategis menjadimedia sosialisasi program.
Hanya saja diperlukanbiaya yang cukup besar
untuk membuat iklan atauacara mengenai program,apalagi jika akan diputarberulang-ulang di televisi.
Membuat koran tersendiri sebuahgagasan menarik, tapi untukdapat terbit teratur dengan
kualitas yang baik perlu kesiapanyang matang dari sisimanajemen, tenaga,
keterampilan, alat serta biaya.Pilihan lain yang lebih realistis
adalah menggunakan koranumum (daerah) yang sudah ada.
Informasi mengenai programdapat berupa liputan berita,
artikel dari pengelola program,press release, pembuatan rubriktetap, iklan layanan masyarakat,
dan lainnya.
127
Mari Belajar Dari Ahlinya...
“Kita banyak diekspos koran lokal, misalnya Solo Pos atau yang lain diwilayah P2KP.”
(Heru: Laki-laki, TA Kebijakan Publik dan PKP KMW XIVJateng)
PAMERAN PEMBANGUNAN
“Kalau di Kabupaten ada kegiatan pameranpembangunan, biasanya kami buka stand P2KP disana, sehingga masyarakat luas bisa lihat dan tahuprogram P2KP.”
(Heru: Laki-laki, TA Kebijakan Publik dan PKP KMW XIVJateng)
MEDIA PEMERINTAH DAERAH
“Ada rubrik P2KP dalam Buletin Gema Bersemi yangdibuat Pemerintah Daerah Grobogan-Jawa Tengah. Awalnya kami inginmelakukan sosialisasi bagi dinas-dinas yang terkait dalam program P2KP.Maka kami mengadakan pendekatan ke Bappeda. Bappeda kemudianmenawarkan space (kolom) dalam sebuah rubrik yang khususmemuat tulisan tentang P2KP. Buletin ini disebarkan sampaike struktur pemerintah daerah yang paling bawah yaitu desadan kelurahan, tapi tidak ke masyarakat umum.”
(Jaelani: Laki-laki, 45 tahun, Team Leader KMW XIV Jateng)
“Dengan adanya informasi rutin mengenai P2KP padabuletin Gema Bersemi harapannya semua dinas dan instansipaham mengenai P2KP. Ini akan sangat membantu ketikamemasuki pelaksanaan program, karena kami sangat perlumembangun keterkaitan program dengan pemerintah daerah”
(Heru: Laki-laki, TA Kebijakan Publik dan PKP KMW XIV Jateng)
Di daerah sering diadakankegiatan pameran
pembangunan. Sosialisasiprogram dapat disisipkan
pada pameran ini, misalnyamembuat pameran foto
kegiatan program, pembagianbrosur mengenai program,pemutaran film tentangprogram, dan lainnya.
Sasaran kegiatan pameranpembangunan umumnya
adalah pemangkukepentingan (stakeholder)yang lebih luas, bahkanmasyarakat penerima
manfaat secara langsung.
Kerjasama denganmedia pemerintah
daerah sangatstrategis. Jika merekamemperoleh informasi
yang memadaimengenai program,dukungan terhadap
program mungkin jugameningkat.
128
• Pada prinsipnya, pengelola program dapat memanfaatkan beragam
jenis media yang dapat menjadi alat bantu komunikasi antara
pengelola program dengan masyarakat.
Hal-hal Penting Mengenai
Media Lainnya
129
Mari Belajar Dari Ahlinya...
LAMPIRAN
130
Pengumpulan informasi dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 10
orang peneliti. Metode pengumpulan informasi dengan cara
pengamatan langsung, wawancara dan diskusi kelompok fokus dengan
masyarakat dan pelaku program di lapangan. Aspek yang terutama coba
digali dalam review media ini, yaitu:
a. Pemahaman masyarakat mengenai pesan yang ingin disampaikan
pengelola program/proyek lewat media;
b. Komentar dan pendapat masyarakat mengenai isi dan tampilan media;
c. Gagasan/usulan mengenai media yang lebih sesuai dengan kebutuhan,
kebiasaan, dan ‘selera’ masyarakat.
Kegiatan pengumpulan informasi di lapangan dilakukan antara bulan
Oktober-Desember 2006. Lokasi ‘studi’ dipilih dengan mempertimbangkan 3
hal, yaitu: (1) keterwakilan lokasi pelaksanaan program PPK, P2KP, WSLIC,
Pekka dan Housing for Aceh (RE-KOMPAK); (2) keragaman jenis media media
yang digunakan oleh masing-masing program tersebut; (3) keragaman
karakteristik masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia. Lokasi dimaksud,
sebagai berikut:
Lampiran 1Metode Pengumpulan Informasi
131
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Desa Kecamatan Kabupaten/Kota & Propinsi Program
Bajur Labuapi Lombok Barat-Nusa Tenggara Barat PPK
Dasan Geria Lingsar Lombok Barat-Nusa Tenggara Barat WSLIC, P2KP
Jembatan Kembar Lembar Lombok Barat-Nusa Tenggara Barat WSLIC, P2KP
Pajalele Tanasitolo Wajo-Sulawesi Selatan PPK
Salebba Ponre Bone-Sulawesi Selatan WSLIC
Seppang Ujungloe Bulukumba-Sulawesi Selatan P2KP
Jetiswetan Pedan Klaten-Jawa Tengah P2KP, PPK
Karangwuni Rongkop Gunung Kidul-D.I. Yogyakarta PPK
Neglasari & Karangmukti Salawu Tasikmalaya-Jawa Barat PPK
Sukatani Pacet Cianjur-Jawa Barat Pekka, PPK
Krueng Baroe Peulimbang Bireun-Nanggroe Aceh Darussalam Pekka, PPK
Kuala Simpang Ulim Simpang Ulim Aceh Timur- Nanggroe Aceh Darussalam RE-KOMPAK, PPK
Asam Peutik Langsa Timur Langsa-Nanggroe Aceh Darussalam P2KP
Tidak seluruh jenis media yang pernah digunakan oleh PPK, P2KP, WSLIC,
Pekka dan RE-KOMPAK menjadi ‘obyek’ studi dalam review media ini. Sebagian
besar ‘uji coba’ media di masyarakat dilakukan berdasarkan jenis media yang
digunakan oleh program tertentu di lokasi studi.
Selain dikemas dalam bentuk buku, hasil studi/review media ini juga dibuat
dalam bentuk laporan studi dan multimedia.
132
Community Driven Development (CDD)
CDD adalah sebuah pendekatan yang mendukung aksi kolektif,
pemberdayaan masyarakat, dan pemberian dukungan berdasarkan
kebutuhan dari masyarakat sendiri (demand-driven local service delivery).
Pendekatan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat miskin dan yang
kurang beruntung, dengan menempatkan mereka sebagai penggerak
kegiatan/program, dan berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan
terkait dengan berbagai intervensi yang akan dilakukan untuk mendukung
peningkatan kondisi ekonomi dan sosial mereka. Pendekatan ini digunakan
oleh beberapa program di Indonesia, seperti P2KP, PPK, WSLIC, Pekka, dan
RE-KOMPAK.
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)
P2KP merupakan proyek pemerintah melalui Departemen Kimpraswil dengan
dukungan dari Bank Dunia. Tujuan program ini adalah menumbuhkan
kemitraan yang sejajar antara pemerintah dan kelompok peduli dalam
penanggulangan kemiskinan secara terpadu khususnya di daerah perkotaan.
Lokasi program ini berada di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
PPK adalah program pemerintah yang didukung oleh Bank Dunia, yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam
menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Unit
kerja PPK adalah kecamatan. Lokasi program PPK di 32 provinsi di Indonesia,
dari Aceh sampai Papua.
Lampiran 2Sekilas tentang CDD
133
Mari Belajar Dari Ahlinya...
Water Supply and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC)
WSLIC-2 adalah kegiatan di bidang air bersih dan sanitasi yang ditujukan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan yang kurang/tidak mendapat
akses air bersih dan sanitasi dasar. Lokasi program WSLIC-2 yaitu Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Sumber dana program ini berasal
dari pinjaman Bank Dunia, hibah dari AusAid, dana pendamping dari APBN
dan APBD serta kontribusi masyarakat.
Program Perempuan Kepala Keluarga (Pekka)
Program ini terutama difokuskan pada kaum perempuan yang oleh berbagai
sebab terpaksa menghidupi sendiri keluarganya atau menjadi kepala keluarga
bagi anak-anaknya. Tujuan program ini adalah untuk mendukung mereka
agar mampu meningkatkan kesejahteraannya dengan memenuhi
kebutuhan dasar termasuk rasa aman, meningkatkan akses terhadap
berbagai sumberdaya yang ada dan meningkatkan partisipasi mereka baik
dalam kehidupan di keluarga maupun di masyarakat. Program ini telah
dimulai sejak tahun 2001. Saat ini program dilaksanakan di Nanggroe Aceh
Darussalam, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Maluku
Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara.
Housing for Aceh (Rekonstruksi dan Rehabilitasi Masyarakat dan
Pemukiman Berbasis Komunitas/RE-KOMPAK)
Program untuk menyediakan rumah atau rehabilitasi rumah serta perbaikan
lingkungan yang ditujukan khusus untuk warga yang terkena bencana gempa
dan tsunami di NAD dan Nias. Dana program ini sebagian besar berasal dari
Multi Donor Fund yang dikelola oleh Bank Dunia.
134
Yayasan Pradipta Paramitha (selanjutnya disebut ‘Pradipta’) secara resmi
dibentuk pada tahun 1999 di Bandung. Pradipta telah berpengalaman
melakukan training dan studi khususnya yang menggunakan pendekatan
partisipatif pada beragam isu/topik di hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Sekretariat
Jl. Putri No. 17, RT004/RW05, Pasar Manggis
Jakarta Selatan 12970
Phone/Fax Number: +62 21 8379-3873
Email: [email protected]
Kontak person:
Herry Widjanarko ~ [email protected] ~
Candra Kusuma ~ [email protected] ~
Ronald Sendjaja ~ [email protected] ~
Lampiran 3Sekilas Tentang
Yayasan Pradipta Paramitha