Makalah profesi keguruan 6

16

Click here to load reader

description

KABUPATEN MUNAKABUPATEN MUNA

Transcript of Makalah profesi keguruan 6

Page 1: Makalah profesi keguruan 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap

suatupengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta

prosessertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah

pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknikdan desainer.

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah

profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata

dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan

tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai

suatu profesi.

Secara emplisit sesungguhnya telah tersimpul beberapa ciri pokok yang membedakan suatu

jenis pekerjaan yang telah dapat diidentifikasi sebagai suatu profesi dari jenis kategori

pekerjaan lainnanya. Tiada keseragaman kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut

mengenai perangkat karekteristik keprofesian tersebut.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan praktis penulisan makalah ini secara formal adalah:

A. Untuk melatih mahasiswa dalam membuat makalah.

B. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah profesi kependidikan.

2. Tujuan teoritis dari penulisan akalh ini yaitu sebagai berikut:

Untuk mengetahui karakteristik dan syarat-syarat seorang profesi agar menjadi seorang yang

professional.

Page 2: Makalah profesi keguruan 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar

Secara emplisit sesungguhnya telah tersimpul beberapa ciri pokok yang membedakan suatu

jenis pekerjaan yang telah dapat diidentifikasi sebagai suatu profesi dari jenis kategori

pekerjaan lainnya. Telah sejak lama permasalahan karekteristik keprofesian tersebut menjadi

perhatian dan fokus telaahan banyak pakar yang meminatinya. Tiada keseragaman

kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karekteristik keprofesian

tersebut.

B. Karakteristik Profesi

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai

karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Lieberman (1956),

mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat

titik-titik persamaanya. Diantara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut:

1. A unique, denifite, and essential servise

Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik (khas), dalam arti

berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan apapun yang lainnya. Disamping itu, profesi juga

bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan bidang garapannya (meskipun

mungkin sampai batas dan derajat tertentu ada kontingensinya dengan bidang lainnya).

Selanjutnya, profesi juga merupakan suatu pekerjaan atau pelayanan yang sangat penting,

dalam arti hal itu amat dibutuhkan oleh pihak penerima jasa sementara pihaknya sendiri tidak

memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukannya sendiri.

2. An emphasis upon intellektual technique in performing ist service

Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intellektual, yang berlainan dengan

keterampilan atau pekerjaan manual semata-mata. Benar, kemampuan profesi juga terkadang

mempergunakan peralatan manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter bedah

misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaannya dibimbing oleh suatu

teori dan wawasan intelektual.

3. A long period of specialized training

Perolehan penguasaan dan pengetahuan intelektual (wawasan atau visi dan kemampuan atau

kompetensi serta kemahiran atau skills) serta sikap profesional tersebut, seseorang akan

memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk mencapai kualifikasi keprofesian sempurna

lazimnya tidak kurang dari lima tahun lamanya, ditambah dengan pengalaman praktek

terbimbing hingga tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh dalam menjalankan

profesinya. Pendidikan keprosian termaksud lazimnya dilaksanakan pada jenjang pendidikan

Page 3: Makalah profesi keguruan 6

tinggi, dengan proses pemagangannya sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para

seniornya.

4. A broat range of autonomy for both the individual praktitioners ad the occupational

group as a whole

Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok (asosiasi) profesi

yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk

melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogyanya dilakukan dan

bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogyanya meberikan izin dan lisensi untuk

melaksanakan kinerja itu. Individu-individu dalam kerangka kelomok asosiasinya pada

dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung mereka menangani prakteknya.

Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang berbeda diluar kemampuannya, mereka membuat

rujukan (referral) kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau membawanya kedalam

suatu panel atau konferensi kasus ( case converense).

5. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for judgments

made and act performed within the scope of professional autonomy

Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kedapa seorang tenaga praktisi profesional itu,

maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang

terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosis atau memberikan perlakuan terhadap

pasiennya atau seorang guru yang keliru menangani permasalahan siswanya, maka

kesemuanya itu harus dipertanggungjawabkannya, serta tidak selayaknya mnudingkan atau

melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain.

6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain to the

practitioners, as the basis for the organization and performance of the social service

delegated to the occupational group

Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial (dipandang dari

pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih

mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk

kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang akan diterimanya. Hal itu bukan berarti

pelayanan profesional tidak boleh memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan seandainya

kondisi dan situasi menuntut atsu memanggilnya, seorang profesional itu hendaknya bersedia

memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun.

7. A conpehensive self-gouverning organization of practitioner

Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari bahwa

pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan penanganannya oleh mereka yang

kompeten saja. Karena masyarakat awam yang kompeten yang bersangkutan,

makakelompok(asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang seyogyanya

menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri, iyalah

mengadaksn pengendalian atas anggotanya mulai saat penerimaannya dan memberikan

Page 4: Makalah profesi keguruan 6

sanksinya bilamana diperlukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kode

etikanya.

8. A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and doubtful

points by concrete cases

Otonomi yang dimiliki dan dinikmati oleh organisasi profesi dengan para anggotanya

seyogyanya disertai kesadaran dan iktikad yang tulus baik pada organisasi maupun pada

individual anggotanya untuk memonitor perilakunya sendiri. Mengingat organisasi dan

sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka

bertindak sesuai dengan kewajiban dan tuntunan moralnya baik terhadapklien maupun

masyarakatnya. Atas dasar itu, adanya suatu perangkat kode etika yang telah disepakati

bersama oleh yang bersangkutan seyogyanya membimbing hati nuraninya dan mempedomani

segala tingkah lakunya.

Dari keterangan tersebut, maka pada intinya bahwa sesuatu pekerjaan itu dapat dipandang

sebagai suatu profesi apabila minimal telah memadai hal – hal sebagai berikut.

1. Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau layanan khas, definitif dan sangat

penting dan dibutuhkan masyarakat.

2. Para pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah memiliki wawasan,

pemahaman dan penguasaan pengetahuan serta perangkat teoritisyang relevan secara

las dan mendalam; menguasai perangkat kemahiran teknis kinerja pelayanan memadai

persyaratan standarnya; memiliukiu sikap profesi dan semangat pengabdian yang

positif dan tinggi; serta kepribadian yang mantap dan mandiri dalam menunaikan

tugas yang diembannya dengan selalu mempedomani dan mengindahkankode etika

yang digariskan institusi (organisasi) profesinya.

3. Memiliki sistem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan ketentuan

persyaratan standarnya bagi penyiapan (preservice) maupun pengembangan

(inservice, continuing, development) tenaga pengemban tugas pekerjaan profesional

yang bersangkutan; ang lazimnya diselenggarakan pada jenjangpendidikan tinggi

berikut lembaga lain dan organisas profesinya yang bersangkutan.

4. Memiliki perangkat kode etik profesional yang telah disepakati dan selalu dipatuhi

serta dipedomani para anggota pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan profesional

yang bersangkutan. Kode etik profesional dikembangkan, ditetapkan dan

diberdayakan kefektivannya oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

5. Memiliki organisasi profesi yang menghimpun, membina dan mengembangkan

kemampuan profesional, melindungi kepentingan profesional serta memajukan

kesejahteraan angotanya dengan senantiasa mengindahkan kode etikanya dan

ketentuan orgaisasinya.

6. Memiliki jurnal dan sarana publikasi profesional lainnya yang menyajikan berbagai

karya penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai media pembinaan dan pengembangan

Page 5: Makalah profesi keguruan 6

para anggtanya serta pengabdian kepada masyarakat dan khazanah ilmu pengetahuan

yang menopang profesinya.

7. Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayaknya baik secara sosial (dari

masyarakat) dan secara legal (dari pemerintah yang bersangkutan atas keberadaan dan

kemanfaatan profesi tersebut).

Ornstein dan Levine (Soetjipto dan Kosasi, 2004: 15) menyatakan bahwa profesi itu adalah

jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini.

1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat

(tidak berganti – ganti pekerjaan).

2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar khalayak ramai.

3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru

dikembangkan dari hasil penelitian).

4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk

menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus

yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).

6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu ( tidak diatur

oleh orang lain).

7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang

ditampilkan yang dihubungkan dengan layanan yang diberian (langsung

bertanggungjawab atas apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau

instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.

8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap

layanan yang akan diberikan.

9. Mempunyai administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervsi

dalam jabatan.

10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui

keberhasilan anggotanya.

12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal – hal yang meragukan atau meyangsikan

yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

13. Mempunyai kepercayaan yang tingi dari publik dan kepercayaan diri setiap

anggotanya.

14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan dengan jabatan

lain).

Page 6: Makalah profesi keguruan 6

C. Syarat-Syarat Profesi

Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengemukakan ciri – ciri dan syarat – syarat profesi

sebagai berikut.

1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan

kepentingan pribadi.

2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk

mempelajari konsep – konsep serta prinsip – prinsip pengetahuan khusus yang

mendukung keahliannya.

3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti

perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.

5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam

profesi serta kesejahteraan anggotanya.

7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.

8. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota

yang permanen.

D. Ciri-Ciri dan Syarat-Syarat Profesi guru

Ciri-ciri dan syarat-syarat di atas dapat digunakan sebagaikriteria atau tolak ukur

keprofesionalan guru. Selanjutnya kriteria ini akan berfungsi ganda, yaitu untuk:

1. Mengukur sejauh mana guru-guru di Indonesia telah memenuhi kriteria

profesionalisasi.

2. Dijadikan titik tujuan yang akan mengarahkan segala upaa menuju profesionalisasi

guru.

Pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan

Stiles dan Horsley (1998) bahwa ada empat standar pengembangan profesi guru yaitu:

1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains

memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan

metode-metode inquiri.;

2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains

memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan

siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains;

3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains

memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran

sepanjang masa.;

4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains

harus koheren (berkaitan) dan terpadu.

Page 7: Makalah profesi keguruan 6

Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan kesempatan pengembangan

profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan.

Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun kriterianya.

Misalnya National Education Association (NEA) yang menyarankan criteria berikut.

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-

upaya yang sifatnya di dominasi kegiatan intelektual . Lebih lanjut dapat diamati, bahwa

kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua

kegiatan professional lainnya. Oleh karena itu mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari

segala profesi ( Stinnett dan Huggettdalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 18).

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari

orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya.

Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka

dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran, dan tidak terdidik, dan kelompok

tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada kesepakatan dalam bidang ilmu

khusus yang melatari pendidikan (education) atau keguruan (teaching) (Ornstein and

Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 19 ).

Terdapat berbagai pendapat tentang apakah mengajar memenuhi persyaratan edua

ini. Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa mengajar telah

mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan guru

yang berwenang. Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa mengajar belum mempunyai

batang tubuh ilmu kusus yang di jabarkan secara ilmiah. Kelompok pertama percaya bahwa

mengajar adalah suatu sains (science), sementara kesempatan kedua mengatakan bahwa

mengajar adalah suatu kiat (art). Namun, dalam karangan-karangan yang di tulis dalam

Encyclopedia of educational pesearch, misalnya terdapat bukti-bukti bahwa pekerjaan

mengajar telah secara intensif mengembangkan batan tubuh ilmu khususnya. Sebaliknya

masih ada juga yang berpendapat bahwa pendidikan sedang dalam krisis identitas, batang

tubuhnya tidak jelas, batas-batasnya kabur, strukturnya sebagai a bodi of knowledge samar-

samar (sanusi et al, 2004: 19). Sementara itu ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral

sciences), ilmu pengetahuan alam, dan bidang kesehatan dapat di bimbing langsung dengan

peraturan dan prosedur yang ekstensief dan menggunakan metodologi yang jelas. Ilmu yang

terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang belum teruji falidasinya dan yang

di setujui di sebagian besar ahlinya (Gideons dan Woodring, dalam Soetjipto dan Kosasi,

2004: 20). Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para

Page 8: Makalah profesi keguruan 6

ahlinya, selalu berdebat dan berselisih, malahan kadang – kadang menimbulkan pembicaraan

yang negatif.

Hasil lain dari bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum

pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai

disamakan dengan menentukan topik – topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.

Banyak guru di sekolah menengah diperkirakan mengajar di luar bidang ilmu yang cocok

dengan ijazahnya; misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam

matematika sewaktu dia belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak

disiapkan untuk mengajar matematika. Masalah ini sangat menonjol dalam bidang

matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya

persediaan guru yang cukup sekarang ini. Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu

juga ditentukan oleh baku pendidikan dan pelatihannya? Sampai saat ini pendidikan guru

banyak yang ditentukan “dari atas”, ada yang waktu pendidikannya cukup dua tahun saja, ada

yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk melangkah pada jabatan professional,

guru harus mempunyai pengaruh cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya

sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan yang potensial

untuk bekerja sama, dan bukan di dikte dengan kelompok yang berkepentingan misalnya oleh

lembaga pendidikan guru.

3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama

(bandingkandengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

Lagi–lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini yang membedakan jabatan

professional dengan nonprofessional antara lain adalah penyelesaian pendidikan melalui

kurikulum, yaitu ada yang di atur universitas/ institut atau melalui pengalaman praktek dan

pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah yang pertama, yakni pendidikan melalui

perguruan tinggi di sediakan untuk jabatan professional, sedangkan yang ke dua, yakni

pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan

kuliah di peruntukkan bagi jabatan yang nonprofessional (Ornstein dan Levine,2004: 21).

Tetapi jenis ke dua ini tidak ada lagi di Indonesia.

Anggota kelompok guru dan yang berwenang didepartemen pendidikan dan kebudayaan

berpendapat bahwa persiapan professional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru

yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi

yang terdiri dari pendidikan umum, professional, dan khusus, sekurang-kurangnya 4 tahun

bagi guru pengulang, atau pendidikan persiapan professional di LPTK. Namun sampai

sekarang di Indonesia ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat

singkat, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan

yang kita harapkan.

Page 9: Makalah profesi keguruan 6

4. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang berkesinambungan.

Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab

hamper setiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan professional, baik yang

mendapat penghargaan kredit maupun tanpa kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-

macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru dalam menyetarakan dirinya

dengan kualifikasi yang telah ditetapkan.

5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

Di luar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karir permanen merupakan titik yang

paling lemah dalam menuntut bahwa menagajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru

yang pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.

Di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah kebidang lain walaupun

bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi.

Alasannya munkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit. Dengan

demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.

6. Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri.

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini

sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sndiri, terutama di Negara kita. Baku jabatan

guru masih sangat banyak di atur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan

tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.

Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan yang seragam untuk

meyakinkan kemampuan minimum yang harus dilakukan, tidak demikian halnya dengan

jabatan guru. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa yang

masuk ke lembaga pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan

sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini mutu calon

mahasiswa lembaga pendidikan guru.

Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok di anggap sanggup untuk membuat

keputusan professional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para professional biasanya

membuat peraturan sendiri dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang

berhubungan dengan pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang berhubungan dengan

pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan (kliennya). Sebetulnya

pengawasan luar adalah musuh alam dari profesi karena membatasi kekuasaan profesi dan

membuka pintu terhadap pengaruh luar.

Dokter dan pengacara misalnya, menyediakan layanan untuk masyarakat, sementara kliennya

membayar untuk itu namun tak seorang pun mengharap bahwa orang banyak atau klien akan

menulis resep ataupun yang menulis kontrak. Bila klien ikut mempengaruhi keputusan dari

praktek dokter atau pengacara, maka hubungan profesional-klien berakhir. Ini pada

Page 10: Makalah profesi keguruan 6

hakikatnya berarti mempertahankan klien dari mangsa ketidaktahuannya, disamping juga

menjaga profesi dari penilaian yang tidak rasional dari klien atau khalayak ramai. Para

profesional harus mempunyai pengetahuan dan kecakapan dalam membuat penilaian,

sebaliknya tidak demikian dengan klien.

Bagaimana dengan guru? Guru sebagaimana sudah diutarakan di atas, sebaliknya

membolehkan orang tua, kepala sekolah, pejabat kantor wilayah atau anggota masyarakat

mengatakan apa yang harus dilakukan mereka. Otonomi professional tidak berarti bahwa

tidak ada sama sekali control terhadap professional sebaliknya, ini berarti bahwa control yang

memerlukan kompetensi teknis hanya dapat di lakukan oleh orang-orang yang mempunyai

kemampuan professional dalam hal itu.

7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.

Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu

diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan mempengaruhi kehhidupan yang lebih

baik dari warga Negara masa depan.

Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya

termotivasi oleh keinginan untuk membanu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan

ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang

dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan

ekonomi atau lahiriah. Namun tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga

jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan guru. Oleh sebab itu , tidak perlu

diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi dengan baik.

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Semua profesi yang di kenal mempunyai organisasi professional yang kuat untuk dapat

menadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru

telah memenuhi kreteria ini dan dalam hal lain belum di capai. Di Indonesia telah ada

persatuan guru republic Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari

guru taman kanak–kanak sampai guru sekolah lanjutan tingkat atas dan ada pula ikatan

sarjana pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan. Di samping

itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun

tingkat nasional, namun belum terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang

sungguh – sungguh agar kelompok – kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak

dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam pangkuan PGRI sehingga merupakan jalinan yang

amat rapi dari suatu profesi yang baik.

Berdasakan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat di ketegorikan

sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orong sependapat bahwa guru hanya

jabatan semiprofessional atau profesi yang baru muncul karena belum semua cirri-ciri di atas

Page 11: Makalah profesi keguruan 6

yang dapat di penuhi. Robert B. Howsan et al. (1976) menulis bahwa guru harus di lihat

sebagai profesi yang baru muncul dank arena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari

jabatan semiprofessional, malahan mendekati status jabatan profesi penuh. Oleh sebab itu,

dapat dikatakan jabatan guru sebagian tapi bukkan seluruhnya, adalah jabatan professional,

namun sedang bergerak kearah itu. Di Indonesia dapat merasakan jalan kearah itu mulai di

tapaki. Selain itu juga guru di beri penghargaan oleh pemerintah melalui keputusan Menpan

no.26 tahun 1989 denagn memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar, dan dengan

kemungkinan kenaikan pangkat yang terbuka.

Page 12: Makalah profesi keguruan 6

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan

masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk

merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi

oleh guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-

mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya

meliputi minimal empat pokok, yaitu :

a. Menguasai bahan pengajaran

b. Merencanakan program belajar mengajar

c. Melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,

d. Menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar

Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya

harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan

itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan

persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang

berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan

baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan

mempunyai kode etik yang di taati oleh anggotanya.

Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan itu, namun

perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut.

Usaha untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru sendiri dan

organisasi yang berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.

B. SARAN

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan.

Page 13: Makalah profesi keguruan 6

DAFTAR PUSTAKA

1. Udin Syaruddin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta

2. http://rizkia-gahari.blogspot.com/2012/01/syarat-dan-karakteristik-profesi.html

3. http://yunimusya.wordpress.com/2011/01/12/karakteristik-dan-syarat-profesi/

4. http://blog.tp.ac.id/faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-guru-pengembangan-profesi

Page 14: Makalah profesi keguruan 6

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami

selaku mahasiswa dapat menyelesaikan tugas “Profesi Keguruan”. Kami selaku mahasiswa

tersebut penulis susun memenuhi tugas mata kuliah “Profesi Keguruan” semester Lima

jurusan Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Syarif Muhammad Raha.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis dan menyusun makalah ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan baik isi maupun bentuknya. Oleh karena itu, kami selaku

mahasiswa berharap untuk kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari berbagai pihak,

agar kami bisa menyajikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga tugas kami ini

bermanfaat dan dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa yang lain.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Raha, Januari 2014

Penyusun

Page 15: Makalah profesi keguruan 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1

B. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan

A. Pengantar ....................................................................................................................... 2

B. Karakteristik Profesi........................................................................................................ 2

C. Syarat-syarat Profesi........................................................................................................ 6

D. Ciri Profesi Guru........................................................................................................... 6

BAB II Penutup.................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 13

Page 16: Makalah profesi keguruan 6

TUGAS INDIVIDU

PROFESI KEGURUAN

OLEH

NAMA : EKI NURMALASARI SUJANA PUTERI

SEMESTER : V (LIMA)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

SYARIF MUHAMMAD RAHA

2013 / 2014