Makalah Print
description
Transcript of Makalah Print
MAKALAH
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahDalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan antara
aktifitas satu dengan aktivitas lainnya. Keterkaitan ini akan membuat kegiatan – kegiatan
perekonomian berjalan dengan lancar apabila kegiatan tersebut dilaksanakan melalui
mekanisme pasar atau melalui suatu sistem. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain
yang tidak melalui mekanisme pasar ini adalah apa yang disebut eksternalitas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas merupakan efek samping dari suatu
kegiatan atau transaksi ekonomi yaitu berupa dampak positif (positive external effects,
external economic) maupun dampak negatif (negative external effects, external
diseconomic). Dampak yang positif misalnya seseorang yang membangun sesuatu
pemandangan yang indah dan bagus pada lokasi tertentu mempunyai dampak positif bagi
orang sekitar yang melewati lokasi tersebut. Sedangkan dampak negatif misalnya polusi
udara, air dan suara. Ada juga ekternalitas yang dikenal sebagai eksternalitas yang berkaitan
dengan uang (pecuniary externalities) yang muncul ketika dampak eksternalitas itu
disebabkan oleh meningkatnya harga. Misalnya, suatu perusahaan didirikan pada lokasi
tertentu atau kompleks perumahan baru dibangun, maka harga tanah tersebut akan melonjak
tinggi. Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan dampak external yang negatif
terhadap konsumen lain yang ingin membeli tanah disekitar daerah tersebut.
Dalam contoh di atas dampak tersebut dalam perubahan harga tanah, dimana
kesejahteraan masyarakat berubah tetapi perubahan itu akan kembali ke keadaan
keseimbangan karena setiap barang akan menyamakan rasio harga-harga barang dengan
marginal rate of substitution (MRS). Jadi, suatu fakta bahwa tindakan seseorang dapat
mempengaruhi orang lain tidaklah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut
tercermin dalam harga-harga sehingga tidak terjadi ketidak efisienan dalam perekonomian.
.
BAB IIPEMBAHASAN
1. KEGAGALAN PASAR
• Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat.
• Pemerintah ikut campur tangan agar alokasi sumber ekonomi dapat tercapai secara efisien.
• Kegagalan pasar disebabkan karena biaya transaksi pertukaran bukanlah tanpa biaya
ð Faktor-faktor penyebab kegagalan pasar:
• Adanya Common goods
• Adanya unsur ketidaksempurnaan pasar
• Adanya barang publik
• Adanya eksternalitas
• Adanya pasar tidak penuh (incomplete market)
• Adanya kegagalan informasi
è Adanya Common goods
• Dasar adanya sistem pasar persaingan sempurna adalah property rights.
• Beberapa jenis barang, hak kepemilikan tidak dapat diberikan kepada satu individu.
• Dalam hal kekayaan yang dimiliki bersama maka perilaku yang optimal bagi setiap
individu merupakan tindakan yang tidak optimal dipandang dari segi kelompok.
Dua hal yang muncul dalam kasus kekayaan bersama:
• Indivisibility. Menyebabkan suatu kekayaan tidak dapat diberikan hak kepemilikannya
kepada setiap anggota kelompok.
• Jumlah kelompok masyarakat.
• Munculnya free riders yaitu sikap yang tidak menyatakan dengan sebenarnya manfaat
suatu barang atau jasa dengan maksud agaria dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa
harus membayarnya
• Timbul peranan pemerintah untuk mengatur kekayaan dalam kategori common property.
• Hirsch menyatakan adanya barang lain yang juga memerlukan campur tangan pemerintah
yaitu positional goods : barang yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat di tambah dalam
jangka waktu pendek
è Adanya unsur ketidaksempurnaan pasar
• Pada pasar persaingan sempurna maka setiap produsen maupun konsumen tidak dapat
mempengaruhi harga.
• Mekanisme harga tidak berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber
ekonomi dalam keadaan pasar persaingan tidak smepurna (monopoli)
ð Monopoli Alamiah
• Beberapa jenis barang hanya dapat diproduksi oleh satu produsen.
• Adanya persaingan sehingga hanya ada satu produsen yang bertahan.
• Pasar terlalu kecil
• Investasi yang dibutuhkan sangat besar ex: Perusahaan kereta api, perusahaan listrik.
ð Bentuk monopoli alamiah yang ekstrim:
• Bentuk usaha yang mempunyai marginal cost sama dengan nol.
• Keadaan dimana konsumsi seorang akan suatu barang/jasa, tidak menambah biaya
produksi marginal ex: pemancar radio, jalan
è Adanya barang publik
• Jenis barang sangat dibutuhkan masyarakat tetapi tidak ada pihak swasta yang
memproduksi.
• Dua karakteristik barang publik murni :
• Non rivalry
• Non excludability
• Pemerintah yang harus menghasilkan barang publik agar kesejahteraan masyarakat dapat
ditingkatkan
2. Barang Publik dan eksternalitas
Eksternalitas dan efisiensi pasar
Eksternalitas adalah kerugian atau keuntungan yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain yang tidak tercermin dalam harga pasar.
Sedangkan efisiensi pasar adalah suatu keadaan apabila suatu pasar sudah dapat mengalokasikan seluruh sumber-sumber daya yang pada umumnya secara efisien.
Pada bagian ini kita akan memakai perangkat-perangkat analisis yang menelaah bagaimana eksternalitas mempengaruhi kesejahteraan ekonomi. Analisis yang kita lakukan di sini akan menunjukkan secara jelas, mengapa eksternalitas menyebabkan pasar mengalokasikan sumber-sumber secara tidak efisien.
Untuk memperjelas gambarannya, kita perlu mengambil sebuah pasar tertentu, sebagai contoh kasus. Kita ambil saja pasar aluminium. Kita mengingat kembali, bahwa kurva penawaran dan kurva permintaan mengandung informasi-informasi penting tentang biaya dan keuntungan (cost and benefit). Kurva permintaan aluminium mencerminkan nilai aluminium bagi para pembelinya, dan nilai itu dihitung berdasarkan harga yang mau mereka bayarkan. Pada setiap kuantitas, ketinggian kurva permintaan menunjukkan kesediaan membayar para konsumen marginal. Dengan kata lain, kurva-kurva tersebut menunjukkan biaya yang dipikul produsen marginal. Dengan kata lain, kurva tersebut menunjukkan nilai atas unit terakhir aluminium yang dijual.
Jika sama sekali tidak ada intervensi pemerintah, maka harga aluminium akan bergerak secara bebas menyesuaikan diri dalam rangka menyeimbangkan permintaan dan penawarannya. Kuantitas yang diproduksi dan dikonsumsi pada ekuilibrium pasar dapat dikatakan efisien, karena kuantitas tersebut memaksimalkan surplus produsen dan surplus konsumen. Dalam kondisi tersebut, pasar mampu mengalokasikan segenap sumber daya sedemikian rupa, sehingga memaksimalkan nilai total konsumen yang membeli dan memakai aluminium minus biaya total produsen yang membuat dan menjual aluminium tersebut.
Teori kesejahteraan ekonomi
Teori kesejahteraan ekonomi adalah cabang ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk mengevaluasi kesejahteraan ekonomi, terutama relatif terhadap keseimbangan umum kompetitif dalam ekonomi untuk efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan yang dihasilkan yang terkait dengannya. Menganalisis kesejahteraan sosial, secara terukur, dalam hal kegiatan ekonomi dari individu yang terdiri dari masyarakat teoritis yang dipertimbangkan. Dengan demikian, individu, dengan kegiatan ekonomi yang terkait, merupakan unit dasar penggabungan untuk kesejahteraan sosial, apakah kelompok, komunitas, atau masyarakat, dan tidaklah ada “kesejahteraan sosial” yang terpisah dari “kesejahteraan” yang berhubungan dengan unit-unit individu.Kesejahteraan ekonomi biasanya memerlukan preferensi individu seperti yang diberikan dan menetapkan peningkatan kesejahteraan dalam hal efisiensi pareto dari keadaan sosial A ke keadaan sosial B jika setidaknya satu orang lebih menyukai B dan tak ada orang lain yang menentangnya. Tidak ada persyaratan ukuran kuantitatif yang unik dari peningkatan kesejahteraan yang tersirat dengan hal ini. Aspek lain dari kesejahteraan memperlakukan pendapatan / distribusi barang, termasuk kesetaraan, sebagai dimensi kesejahteraan lebih lanjut.
A. Eksternalitas Produsen Dari penjelasan diatas telah diuraikan bahwa eksternalitas merupakan suatu dampak
yang harus diterima oleh suatu pelaku ekonomi karena kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
pelaku ekonomi lainya dengan tanpa adanya kompensasi. Sehingga saat produsen melakukan
kegiatan ekonomi dan menimbulkan dampak terhadap pihak lain dengan tidak memberikan
kompensasi apapun, maka telah terjadi eksternalitas produsen.
B. Dampak Eksternalitas ProdusenDitinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu eksternalitas
positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan
dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu produsen terhadap pihak lain tanpa adanya
kompensasi dari pihak lain yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak
yang merugikan dari suau tindakan ekonomi yang dilakukan oleh produsen terhadap pihak
lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang merugikan dalam hal ini adalah produsen.
Dalam hal adanya eksternalitas dalam suatu aktivitas, maka akan timbul inefisiensi.
Inefisiensi akan timbul apabla tindakan seseorang mempengaruhi orang lain dan tidak
terhitung dalam sistem harga. Misalnya seorang pengusaha pemilik pabrik yang membuang
limbah ke sungai dan menyebabkan masyarakat pengguna air sungai tersebut menjadi sakit.
Dalam menentukan harga barang hasil produksinya pengusaha tersebut hanya
memperhitungkan analisa rugi-laba perusahaan tanpa memperhatikan pengaruh dampak
negatifnya terhadap masyarakat. Sehingga bagi seluruh masyarakat tidak tercapai efisiensi
yang optimum.
Secara umum adanya eksternalitas tidak akan menganggu tercapainya efisiensi
masyarakat apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan
dimasukkan dalam perhitungsn produsen dalam menetapkan jumlah barang yang
diproduksikan. Dalam hal ini efisiensi akan tercapai apabila:
MSC = PMC + MECMSB = MPB + MEB MPB : marginal private benefitMSC : marginal social costMSB : marginal social benefit
Dimana : MEC : marginal external cost
PMC : marginal private costMEB : marginal external benefit
v Eksernalitas produksi negatifEfisiensi ekonomi akan tercapai apabila MSC = MSB, padahal dalam kenyataannya
seorang pengusaha tidak pernah memperhitungkan MEC dan MEB dalam menentukan harga
dan jumlah barang yang dihasilkannya sehingga dapat dituliskan bahwa PMC = MPB (MEC
& MEB = 0). Apabila dalam melakukan kegiatan produksi timbul suatu eksternalitas negatif,
akan menjadi PMC<MSC, sehingga ada kecenderungan pengusaha berproduksi pada tingkat
yang terlalu besar karena perhitungan biayanya menjadi terlalu murah dibandingkan dengan
biaya yang harus dipikul oleh masyarakat. Jadi di sini kita lihat bahwa pada kasus
eksternalitas negatif MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga produksi haruslah dikurangi agar
efisiensi produksi ditinjau dari masyarakat mencapai optimum.
Diagram kurva menunjukkan manfaat masyarakat (MSB) atas produksi. Tingkat output yang optimum terjadi pada tingkat produksi sebesar OQ1. Seorang pengusaha akan cenderung menetapkan tingkat produksi sebesar OQ2, yaitu dimana kurva permintaan (MSB) memotong kurva PMC, sehingga tampak bahwa jumlah yang diproduksi terlalu banyak dibandingkan tingkat produksi yang optimum.
v Eksternalitas produksi positifDalam kasus eksternalitas positif pengusaha tidak akan memeperhitungkan
eksternalitas positif yang diakibatkan oleh usahanya terhadap pihak lain atau MEB (MEB=0)
sehingga akan menyebabkan kecenderungan tingkat produksi yang terlalu rendah dilihat dari
efisiensi seluruh masyarakat. Ini disebabkan karena pengusaha menentukan tingkat produksi
pada PMC=MPB sedangkan bagi masyarakat, tingkat produksi yang efisien akan terjadi di
mana MSB=MPB+MEB=MSC=PMC+MEC. Dengan asumsi MEC=0, maka akan terlihat
MSB>MPB sedangkan MSC=PMC. Selama MSB>MSC produksi seharusnya ditingkatkan
sampai MSB=MSC.
Diagram kurva menunjukkan kasus eksternalitas positif. Pengusaha akan menentukan
jumlah produksi pada OQ0 karena MPB=PMC. Adanya eksternalitas produksi yang positif
menyebabkan kurva MSC dibawah kurva PMC(MSC<PMC). Perpotongan antara kurva MSC
dan MPB terjadi di titik E dan jumlah produksi yang optimum sebesar OQ1, yang lebih besar
dari OQ0. Jadi dapat dilihat bahwa pada kasus eksternalitas positif, perhitungan pengusaha
yang tidak memperhitungkan dampak positif usahanya terhadap masyarakat dalam
menentukan tingkat produksi akan menyebabkan jumlah produksi menjadi terlalu kecil.
C. Jenis Eksternalitas ProdusenSelain pemisahan menurut dampaknya eksternalitas produsen dapat dibagi menjadi
dua menurut pihak yang menerima akibat yaitu eksternalitas produsen-produsen dan
eksternalitas produsen-konsumen. Lebih jelasnya akan dibahas berikut ini.
1. Eksternalitas Produsen-produsenSuatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen
lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi
produksi dari produsen lain. Seorang produsen dapat menimbulkan eksternalitas positif
ataupun negatif terhadap produsen lainnya. Contoh eksternalitas positif misalnya adalah
tindakan seorang produsen (A) melatih tenaga kerjanya. Produsen lain (B) menerima
eksternalitas positif karena bisa memperoleh tenaga kerja terdidik tanpa harus memberikan
pendidikan pada tenaga-tenaga kerja.
Dalam hal ini, eksternalitas positif yang ditimbulkan melalui penggunaan faktor
produksi. Produsen A dan B dalam melakukan aktivitas mereka menggunakan faktor-faktor
produksi misalnya modal (K) dan tenaga kerja (L). Dan misalkan produsen A merupakan
pihak yang menimbulkan eksternalitas bagi produsen B,dimana produsen A menghasilkan
barang X sedangkan produsen B menghasilkan barang Y :
Fungsi produksi A : X=f (Lx,Kx)
Fungsi produksi B : Y=g(Ly,Ky,Kx)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa fungsi produksi A yang menunjukkan
hubungan fisik antara output dan input, dan jumlah barang X yang dihasilkan tergantung pada
tenaga kerja dan modal yang digunakan. Sedangkan pengusaha B yang menghasilkan barang
Y menerima eksternalitas dari pengusaha A melalui penggunaan-penggunaan modal.
Besarnya ekstrnalitas yang diterima oleh pengusaha B tergantung dari besarnya modal yang
digunakan oleh pengusaha A dalam memproduksi barang X (Kx).
Selain eksternalitas positif produsen juga dapat mengakibatkan eksternalitas negatif
bagi produsen lain. Dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini meliputi biaya
pemurnian atau pembersihan air yang dipakai (eater intake clen-up cost) oleh produsen hilir
(downstream producers) yang menghadapi pencemaran air (water polution) yang diakibatkan
oleh produsen hulu (upstream producers). Hal ini terjadi ketika produsen hilir membutuhkan
air bersih untuk proses produksinya. Dampak kategori ini bisa dipahami lebih jauh dengan
contoh lain berikut ini. Suatu proses produksi (misalnya perusahaan pulp) menghasilkan
limbah residu produk sisa yang beracun dan masuk ke aliran sungai, danau atau semacamnya,
sehingga produksi ikan terganggu dan akhirnya merugikan produsen lain yakni para
penangkap ikan (nelayan). Dalam hal ini, kegiatan produksi pulp tersebut mempunyai
dampak negatif terhadap produksi lain (ikan) atau nelayan, dan inilah yang dimaksud dengan
efek suatu kegiatan produksi terhadap produksi komoditi lain.
2. Eksternalitas Produsen-KonsumenAktivitas seorang produsen dapat pula menimbulkan efek terhadap utilitas individu
tanpa mendapat kompensasi apapun juga. Dampak atau efek samping yang sangat populer
dari kategori kedua yang populer adalah pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi
suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya
radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi
kenyaman konsumen atau masyarakat luas suatu.
Dalam suatu contoh misalnya suatu pabrik mengeluarkan asap yang menyebabkan
polusi udara. Udara kotor tersebut terpaksa dihirup oleh masyarakat yang tinggal disekitar
pabrik sehingga menyebabkan utilitas mereka untuk tinggal di sekitar pabrik menjadi turun.
Dalam hal ini pabrik tidak memberi ganti rugi dalam bentuk apapun juga kepada masyarakat
dan pabrik tersebut akan menentukan tingkat produksi dimana harga barang produksi sama
dengan biaya marginal, atau Px=PMCx.
Pengusaha cenderung untuk mengacuhkan keuntungan atau kerugian masyarakat
sebagai akibat dari aktivitasnya sehingga apabila manfaat eksternal marginal (marginal social
benefit) lebih besar dari nol(positif) maka barang X cenderung akan diproduksi dalam jumlah
yang terlalu sedikit. Sebaliknya apabila terdapat manfaat marginal negatif (negatif social
marginal benefit), maka barang X cenderung akan diproduksi dalam jumlah yang terlalu
banyak.
3. Cara Memperbaiki Alokasi Sumber-Sumber Ekonomi
1) Teorima Coase
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa adanya eksternalitas menimbulkan
alokasi sumber-sumber ekonomi yang didasarkan pada pertimbangan-petimbangan individu
pihak yang melakukan suatu aktivitas menjadi tidak efisien. Hal ini disebabkan karena
perhitungan untung-rugi oleh individu dilakukan tanpa menghiraukan dampak dari
tindakannya terhadap orang lain atau masyarakat secara keseluruhan. Coase mengemukakan
bahwa masalah eksternalitas timbul karena tidak jelasnya hak pemilikan suatu barang.
Misalnya ada pabrik semen yang membuang limbahnya kedalam sebuah sungai sedangkan di
sebelah hilir sungai ada pabrik es yang menggunakan air sungai untuk membuat es. Tindakan
pabrik semen tersebut menyebabkan pabrik es harus mengeluarkan biaya tambahan yang
besarnya tergantung tingkat pencemaran air yang sungai yang disebabkan oleh tindakan
pabrik semen tersebut. Mengapa pabrik semen membuang limbahnya kesungai? Ini
disebabkan karena tidak adanya kejelasan mengenai siapa yang berhak atas aliran sungai,
sehingga semua orang akan menganggap bahwa aliran sungai merupakan barang umum yang
dapat dilakukan apapun terhadapnya.
Menurut Coase, apabila pabrik es diberi hak milik atas aliran sungai tersebut maka pemilik pabrik es dapat menuntut pabrik semen untuk membayar atas tindakannya yang menyebabkan polusi air sungai. Pembayaran tersebut akan masuk ke dalam kalkulasi harga semen sehingga pabrik semen mempunyai insentif untuk tidak menimbulkan polusi terlalu banyak. Hal ini dapat dilihat dalam diagram berikut:
Kurva MB menunjukkan keuntungan marginal perusahaan pada setiap jumlah hasil
produksi yang terjual, sedangkan kurva PMC menunjukkan biaya marginal pada setiap
tingkat produksi. Kurva MD menunjukkan besarnya kerugian yang ditanggung oleh
masyarakat.
Apabila hak milik diberikan kepada penyebab polusi (pabrik semen), maka pabrik
tersebut akan menentukan tingkat produksi sebesar OQ1, yaitu dimana MB = PMC sedangkan
output yang optimal bagi seluruh masyarakat sebesar pada OQ0 yaitu dimana
MB=PMC+MD. Karena hak milik sungai berada pada pabrik semen, maka pihak yang
menderita polusi (pabrik es) akan mengadakan negosiasi dengan pabrik semen agar bersedia
mengurangi polusi dengan cara mengurangi produksi semen dengan suatu pembayaran.
Pabrik semen akan bersedia mengurangi produksi apabila jumlah uang yang dibayar oleh
pabrik es lebih besar daripada MB-PMC(harga > MB-PMC) sedangkan pabrik es bersedia
mengadakan neosiasi apabila jumlah pembayaran lebih sedikit daripada kerugian akibat
polusi (harga < MD). Jadi negosiasi akan terjadi apabila kesediaan untuk membayar lebih
besar daripada biaya yang hilang karena pengurangan produksi, atau MD > MB-PMC.
Apabila hak milik sungai diberikan pada pihak penderita polusi (pabrik es) maka
pabrik semen akan membayar hak untuk membang limbah ke sungai. Pihak pabrik es
bersedia memberikan hak tersebut apabila jumlah yang dibayar oleh pabrik semen lebih besar
daripada MD (harga > MD). Pabrik semen bersedia membayar apabila jumlah yang dibayar
lebih kecil daripada MB-PMC (harga < MB-PMC). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
mengatasi masalah eksternalitas yang penting adalah ketegasan mengenai hak pemilikan,
sebab dengan diketahuinya hak pemilikan secara tegas maka mekanisme pasar akan dapat
membuat alokasi sumber-sumber ekonomi yang efisien siapapun yang mempunyai hak milik,
pihak penyebab polusi atau pihak penderita.
Teori coase mengenai eksternalitas diatas dapat dilaksanakan hanya untuk masalah-
masalah dimana pihak-pihak yang terlibat jumlahnya sedikit sehingga dapat dilakukan
negosiasi antara kedua belah pihak. Pada umumnya pihak yang tersangkut dalam
eksternalitas jumlahnya besar. Misalnya pada masalah pencemaran air sungai, kenyataannya
yang mencemarkan air sungai jumlahnya banyak sekali selain pabrik-pabrik juga rumah-
rumah penduduk yang membuang sampah ke dalam sungai. Untuk melaksanakan negosiasi,
pemilik sungai harus mampu menghitung jumlah polusi yang dilakukan dan mengenakan
denda polusi kepada setiap orang / pabrik. Selain itu pihak yang terkena akibat polusi juga
banyak sekali baik pabrik maupun orang, sehingga biaya untuk mengadakn negosiasi menjadi
sangat mahal. Teori coase yang sangat baik ini pada kenyataannya tidak dapat dilaksanakan
dalam kenyataan sehari-hari, sehingga untuk mengatasi masalah polusi diperlukan campur
tangan pemerintah.
2) Pajak PigovianPemerintah dapat memecahkan alokasi sumber yang lebih efisien dengan mengenakan
pajak kepada pihak penyebab polusi dimana pajak tersebut merupakan pajak perunit. Pajak
yang khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak dan suatu eksternalitas negatif lazim
disebut sebagai Pajak Pigovian (Pigowan tax), mengambil nama ekonom pertama yang
merumuskan dan menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959).
Penerapan pajak ini diberlakukan untuk setiap ton limbah yang dibuang oleh pabrik.
Misalnya antara pabrik kertas dengan pabrik baja, pemerintah menerapkan pajak untuk setiap
ton limbah yang mereka buang. Besar kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik
kertas), lebih mampu (biayanya lebih murah) untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain
(pabrik baja). Jika keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi pabrik baja
akan terganggu. Namun melalui penerapan pajak, maka pabrik kertas akan segera
mengurangi polusinya, karena hal itu lebih murah dan lebih mudah dilakukan dari pada
membayar pajak, sedangkan pabrik baja, yang biaya penurunan polusinya lebih mahal, akan
memilih membayar pajak saja sehingga tidak akan menimbulkan inefisiensi bagi pabrik baja.
Pada dasarnya, pajak Pigovian secara langsung menetapkan harga atas hak berpolusi.
Pajak Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita mengetahui bahwa
pajak pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan mendorong alokasi sumber daya
menjauhi titik optimum sosialnya. Pajak umumnya juga menimbulkan beban baku berupa
penurunan kesejahteraan ekonomis (turunnya surplus produsen dan surplus konsumen), yang
nilainya lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh pemerintah dan pajak tersebut.
Pajak Pigovian tidak seperti itu karena pajak ini memang khusus diterapkan untuk mengatasi
masalah ekstemalitas. Akibat adanya eksternalitas, masyarakat harus memperhitungkan
kesejahteraan pihak lain. Pajak Pigovian diterapkan untuk mengoreksi insentif ditengah
adanya eksternalitas, sehingga tidak seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru
mendorong alokasi sumber daya mendekati titik optimum sosial. Jadi, selain memberi
pendapatan tambahan pada pemerintah, pajak Pigovian ini juga meningkatkan efisiensi
ekonomi.
3) Pemberian SubsidiCara lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi karena
adanya eksternalitas adalah dengan pemberian subsidi kepada pabrik. Pada parik yang
menimbulkan eksternalitas negatif subsidi diberikan atas setiap unit barang produksi yang
dikurangi produksinya. Apabila pabrik tidak mau mengurangi produksi, maka untuk setiap
unit barang produksi berati pabrik akan kehilangan subsidi dari pemerintah, sehinggan biaya
oportunitas perusahaan adalah biaya marginal ditambah subsidi yang hilang. Biaya
oportunitas tersebut lebih besar dari penerimaannya, sehingga perusahaan akan mengurangi
produksinya.
Pada pabrik yang menimbulkan eksternalitas positif, pemerintah dapat memberikan
subsidi agar pengusaha terdorong untuk untuk memproduksi barangnya lebih banyak. Pada
tingkat produksi yang lebih kecil (OQ1) dari tingkat produksi optimum (OQ0), MC (marginal
cost) > PMC+subsidi sehingga pabrik tidak bersedia mengurangi produksinya tetapi akan
menambah produksi. Sedangkan pada tingkat produksi optimum (OQ0) keuntungan marginal
sama dengan biaya marginal ditambah subsidi, atau MB=PMC+subsidi, sehingga akan timbul
keseimbangan dimana sumber-sumber ekonomi dialokasikan secara efisien.
4) Pemberian Hak Polusi Melalui LelangInefisiensi yang timbul karena adanya eksternalitas dapat diatasi dengan cara lain
yaitu dengan pemberian hak untuk menimbulkan polusi dengan lelang. Perusahaan atau
pabrik yang bersedia membayar paling banyak yang diberi hak polusi pada tingkat polusi
yang optimum. Keuntungan dari cara ini adalah mudah dilaksanakan dalam praktik sehari-
hari. Selain itu, akan tercapai distribusi dari hak polusi yang optimal diantara para pengusaha,
dalam arti pabrik yang mendapat keuntungan terbesar dalam berproduksi dan menimbulkan
polusi adalah pabrik yang memperoleh hak untuk melakukan polusi.
5) Peraturan untuk Mengatasi EksternalitasPemerintah juga dapat mengeluarkan peraturan bagi pabrik untuk mengurangi polusi
dalam jumlah tertentu, atau akan dihukum apabila melakukan pelanggaran. Kelemahan cara
ini untuk meningkatkan efisiensi pengguna sumber-sumber ekonomi adalah justru timbulnya
inefisiensi apabila terdapat dua pabrik yang menimbulkan polusi. Misalnya antara pabrik baja
dan kertas, jika pemerintah mewajibkan masing-masing pabrik untuk mengurangi polusi pada
tingkat tertentu. Jika setiap pabrik diwajibkan untuk mengurangi polusinya dalam jumlah
yang sama, padahal penurunan sama rata, bukan merupakan cara termurah menurunkan
polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berpolusi berbeda-beda.
Mungkin pabrik kertas mampu untuk menurunkan polusi karena biaya penurunan polusinya
lebih murah. Namun bagi pabrik baja penurunan polusi membutuhkan biaya yang lebih
mahal sehingga akan mengganggu jalannya proses produksi. Yang berarti justru malah akan
timbul adanya inefisiensi produksi.
Jadi peraturan pemerintah yang menetapkan jumlah polusi yang diperkenankan dalam
jumlah yang sama untuk semua pabrik akan menyebabkan ada pabrik yang tidak optimal.
Karena adanya perbedaan struktur dan biaya, tingkat polusi yang ditimbulkan dan juga
struktur keuntungan antara pabrik yang satu dengan pabrik lainnya, maka jumlah polusi yang
diperkenankan juga harus berbeda-beda antara pabrik-pabrik tersebut
BAB III
KESIMPULAN
Dalam kegiatan ekonomi jika terdapat aktivitas ekonomi yang tidak melalui
mekanisme pasar, maka telah terjadi eksternalitas. Eksternalitas merupakan suatu dampak
yang ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh suatu pelaku ekonomi terhadap
pelaku ekonomi lain. Eksternalitas tersebut dapat dibedakan menjadi dua menurut
penyebabnya yaitu eksternalitas produsen dan konsumen. Eksternalitas produsen yaitu suatu
eksternalitas yang ditimbulkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh produsen.
Eksternalitas produsen dapat memberikan dua dampak yaitu dampak positif dan
dampak negatif. Dan berdasarkan jenisnya eksternalitas produsen dapat dibedakan menjadi
eksternalitas produsen-produsen dan eksternalitas produsen-konsumen. Eksternalitas yang
terjadi baik yang positif maupun negatif menimbulkan inefisiensi dalam masyarakat karena
produsen tidak pernah memperhitungkan eksternalitas yang mereka timbulkan. Untuk
mengatasi inefisiensi tersebut terdapat beberapa solusi seperti yang telah dijelaskan diatas.
Namun, pada kenyataannya eksternalitas tetap sulit untuk di diagnosa karena begitu
banyaknya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Samuelson, Paul.A. dan William, D.Nordhaus .1993. Ekonomi. Edisi Ke Dua Belas,Jakarta : Erlangga.
Suparmoko. 2001. Ekonomi Publik. Edisi Pertama,Yogyakarta
http://ana-ekonomi.blogspot.com/2010/05/eksternalitas-dan-kebijakan-publik.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Welfare_economics
ESDAL
(TEORI KEGAGALAN PASAR, TEORI BARANG PUBLIK DAN EKSTERNALITAS DAN
TEORI COASE DAN HAK MILIK)
OLEH:
DANIEL KADJU (1206105103)
LILYAWATI (1206105104)
TETRY A. SIHOTANG (1306105042)
NI WAYAN MAHA KRISNIA SARI (1306105145)
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014