Makalah Prakimdas Modul 1

67
TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010 Kata Pengantar Pertama-tama, Penyusun mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah praktikum kimia dasar modul 1 yang berjudul ”Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia” Tugas ini dibuat dengan tujuan memenuhi nilai tugas akhir praktikum kimia dasar semester ganjil. Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat membedakan sifat-sifat kimia dan fisika suatu zat. Dalam makalah ini mungkin saja ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan mutu makalah kami selanjutnya. Akhir kata, tim penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memfasilitasi penyusunan makalah ini. Terima kasih atas kerjasama tim penyusun selama ini. Universitas Indonesia, Depok, 5 Januari 2011 Tim Penyusun Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 1

Transcript of Makalah Prakimdas Modul 1

Page 1: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Kata Pengantar

Pertama-tama, Penyusun mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya penyusunan makalah praktikum kimia dasar modul 1 yang berjudul ”Pengertian Sifat Fisika

dan Sifat Kimia”

Tugas ini dibuat dengan tujuan memenuhi nilai tugas akhir praktikum kimia dasar semester

ganjil. Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat membedakan sifat-sifat kimia dan

fisika suatu zat.

Dalam makalah ini mungkin saja ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penyusun

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan mutu

makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, tim penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dan memfasilitasi penyusunan makalah ini. Terima kasih atas kerjasama tim penyusun

selama ini.

Universitas Indonesia,

Depok, 5 Januari 2011

Tim Penyusun

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 1

Page 2: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1.2 Prinsip Kerja

1.3 Metode

BAB 2 TEORI

2.1 Sifat Fisika dan Kimia

2.2 Ikatan Kimia

2.3 Kepolaran

2.4 Ksp (Hasil Kali Kelarutan

2.5 Reaksi Sel

BAB 3 METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Prosedur Percobaan

BAB 4 HASIL PENGAMATAN

4.1 Sifat Fisika

4.2 Sifat Kimia

BAB 5 ANALISA

5.1 Analisis Sifat Kimia

5.2 Analisis Sifat Fisika

5.3 Analisis Alat dan Bahan

5.4 Analisis Kesalahan

BAB 6 JAWABAN TUGAS

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 2

Page 3: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membedakan sifat fisika dan kimia suatu zat

1.2 Prinsip Kerja

Prinsip kerja dalam melakukan praktikum ini adalah mengamati sifat fisika dari berbagai

macam zat secara kualitatif, meliputi wujud, warna, dan bau. Juga mengamati sifat kimia dari

berbagai macam zat , dapat berupa perubahan karena pengaruh asam, pengaruh basa, dan pengaruh

suhu

1.3 Metode

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan dua metode. Metode yang pertama adalah

dengan melakukan eksperimen di laboratorium dasar proses kimia, Departemen Teknik Kimia,

Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Eksperimen ini dilakukan secara berkelompok dimana

masing-masing kelompok terdiri dari dua orang.

Metode yang kedua adalah tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini diperlukan utuk memperoleh

teori-teori dasar yang perlu diketahui sebelum melakukan eksperimen dan membuat laporan awal

maupun akhir dari eksprimen yang dilakukan.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 3

Page 4: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 2

TEORI

2.1 Sifat Fisika dan Kimia

2.1.1 Sifat Fisika

Sifat fisika adalah suatu keadaan yang dapat dilihat tanpa mengubah sifat – sifat kimia dari zat

tersebut atau karateristik suatu zat tanpa membedakan dari zat – zat lain dan tidak melibatkan

perubahan apapun ke zat lain. Contoh - contoh sifat fisika antara lain titik leleh, kalor jenis, titik

didih, kekerasan, kerapatan, daya hantar, viskositas, dan kelarutan.

Setiap zat memiliki sifat fisika yang berbeda – beda, sehingga mudah untuk dibedakan dari zat

lain. Sifat fisika suatu zat dapat diukur dengan mudah dan dapat dinyatakan dalam bilangan.

Contohnya adalah zat yang dinamakan etil alkohol. Etil alkohol membeku pada -117,3oC (155,8

K), mendidih pada 78,5oC (351,6 K), mempunyai rapatan sebesar 0,7893 g/cm3 dan mempunyai

kalor jenis sebesar 2,43 J/g. K. Tak ada zat lain yang memiliki perangkat sifat seperti ini selain etil

alkohol.

Ada banyak sekali sifat fisika yang dapat dipakai untuk mengidentifikasikan suatu zat,

diantaranya adalah: warna, warna merupakan tampilan zat yang paling luar, dapat dilihat dan

mudah dikenal. Namun warna juga dapat membingungkan, contohnya logam perak akan berwarna

hitam bila partikel perak nya kecil seperti negatif foto hitam putih. Yang kedua adalah bau, bau

dapat dengan mudah dikenali, namun tidak semua zat dikenali melalui baunya. Yang ketiga

kerapatan atau massa jenis, yang merupakan ukuran atau jumlah zat per satuan volume. Yang

keempat adalah kelarutan, kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk melarut dalam suatu

pelarut. Kelima adalah konduktivitas, yang merupakan kemampuan untuk menghantarkan listrik.

Semakin tinggi konduktivitas, maka semakin mudah suatu zat menghantarkan listrik. Keenam

compresbility (kemampuan dimampatkan), yaitu suatu istilah yang berhubungan dengan derajat

volume suatu zat yang akan diperkecil dengan bantuan takanan. Bila terjadi perubahan volume

yang sangat besar saat tekanan diperbesar, maka dikatakan zat tersebut mudah dimampatkan.

Ketujuh adalah kalor jenis, kalor jenis adalah jumlah kalor atau energi yang dibutuhkan oleh suatu

zat untuk menaikkan suhunya tiap satuan massa. Makin besar kalor jenis suatu zat, maka makin

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 4

Page 5: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

sulit suatu zat untuk naik suhunya. Kedelapan adalah tekanan uap, jumlah tekanan uap yang

diberikan oleh uap suatu zat cair, baik murni maupun campuran adalah seimbang. Lalu titik beku

dan titik didih, titik beku dan titik didih merupakan suatu keadaan pada suhu tertentu dan tekanan

tertentu dimana cairan dan zat padatnya dapat berada dalam keadaan seimbang. Pada titik ini,

kecepatan partikel meninggalkan keadaan padat dan memasuki keadaan cair sama dengan

kecepatan partikel meinggalkan keadaan cair dan memasuki keadaan padat. Selanjutnya kalor

lebur atau panas pelelehan, kalor lebur adalah energi yang dibutuhkan untuk melelehkan zat

padat. Kemudian selanjutnya kalor uap, kalor uap merupakan jumlah energi yang diperlukan oleh

sejumlah zat cair untuk menguap pada tekanan tetap. Dan yang terakhir adalah tekanan osmosis

yang merupakan tekanan yang diberikan untuk menghentikan laju osmosis.

2.1.2 Sifat Kimia

Sifat kimia adalah kecenderungan dari suatu zat untuk mengalami perubahan kimia tertentu,

atau kualitas dari suatu zat tertentu yang menyebabkan zat itu berubah, baik sendiri maupun

berinteraksi dengan zat lain. Dengan perubahan tersebut maka akan membentuk zat baru yang

berbeda dengan zat awal.

Perubahan kimia yang terjadi pada suatu reaksi, baik struktur maupun energi dalamnya,

biasanya disebabkan oleh tiga hal, yaitu :

a. Perubahan kimia karena pengaruh basa

Perubahan ini terjadi apabila suatu zat direaksikan dengan suatu zat lain yang bersifat basa.

b. Perubahan kimia karena pengaruh asam

Perubahan ini terjadi apabila suatu zat direaksikan dengan suatu zat lain yang bersifat asam.

c. Perubahan kimia karena pengaruh panas

Perubahan ini terjadi sesuai teori molekul kinetik, yaitu dengan ditambahkan energi kalor ke

suatu zat, energi itu digunakan untuk mengalahkan gaya tarik menarik yang mengikat partikel-

partikel.

Sifat kimia merupakan sifat intrinsik. Misalnya, sifat kimia dari air adalah akan bereaksi secara

hebat dengan natrium dan akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida. Bila kita

perhatikan sifat kimia ini, maka terlihat bahwa air dan natrium mengalami perubahan kimia dan

menghasilkan zat lain.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 5

Page 6: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Beberapa contoh sifat kimia diantaranya: kereaktifan, yang merupakan kemampuan untuk

bereaksi dengan zat lain untuk membentuk zat lain; flammability, yang merupakan kemampuan

untuk terbakar; sifat asam, yang merupakan kemampuan melepas ion H+ dalam air; sifat basa, yang

merupakan kemampuan suatu zat untuk melepas ion-ion OH- dalam air; sifat oksidator, yang

merupakan kemampuan mengoksidasi dari suatu zat terhadap zat lain jika terjadi reaksi redoks (zat

oksidator menyerap atau menangkap elektron); sifat reduktor, yang merupakan kemampuan

mereduksi zat lain (zat reduktor melepas atau membebaskan elektron pada reaksi redoks.

2.1.3 Sifat Fisika dan Kimia Beberapa Zat

Berikut ini adalah sifat fisika dan sifat kimia dari beberapa zat:

Tembaga (Cu)

Tembaga dapat diperoleh dari alam dalam bentuk bijihnya, CuFeS2. Namun, diperlukan

elektrolisis untuk memurnikannya. Hal ini bergantung dari potensi elektroda pengotor dengan

tembaga itu sendiri. Emas, platina, besi dan zink merupakan pengotor yang dapat mengurangi

konduktivitas tembaga, menyebabkan banyak panas sehingga tidak efisien lagi. Au dan Pt

elektrode lebih positif dapat dipisahkan dari lumput anoda dalam elektrolisis, dan sebaliknya untuk

besi dan zink.

Secara fisik, tembaga merupakan logam merah muda, lunak, mudah ditempah dan liat. Titik

didih tembaga 2567oC dan titik lelehnya 1083oC. Massa jenisnya 8,9 gr/cm3 dan kekerasannya 3,0

dalam skala Mohs. Senyawa – senyawa tembaga umumnya tidak berwarna, kebanyakan garam

tembaga tidak larut dalam air.

Tembaga memiliki tiga tingkat oksidasi yaitu +1, +2 dan +3, tetapi yang paling umum dikenal

yaitu : +1 dan +2. Hal ini berkaitan dengan keberadaannya menempati subkulit 3d dan 4s.

Tembaga adalah logam yang kurang reaktif, potensi reduksinya positif, +0,34 volt. Pada deret

volta, Cu berada di sebelah kanan H sehingga lebih mudah mengalami reduksi. Namun terdapat

pengecualian walaupun tembaga adalah golongan yang bereaksi dengan HCl atau H2SO4. Tembaga

harus direaksikan dengan oksidator yang benar – benar kuat seperti HNO3 atau bahkan aqua regia

(air raja).

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 6

Page 7: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Seng ( Zn )

Zn/ Seng merupakan golongan transisi II B pada sistem periodik. Namun, Zn tidak memiliki

sifat khas seperti unsur transisi pada umumnya. Titik didih dan titik leleh pada Zn relatif rendah.

Titik didihnya 907oC dan titik lelehnya 420oC. Senyawanya tidak berwarna, tidak paramagnetik

(tidak tertarik pada bidang magnet), dan hanya memiliki satu bilangan oksidasi, +2. Sifat ini

bertolak belakang dengan unsur transisi, penyebabnya adalah konfigurasi elektron Zn, yaitu [Ar]

4s2 3d10. Subkulit d-nya terisi penuh dan arah rotasi elektron ( bilangan kuantum spin = ± ½ ) yang

menyebabkan adanya muatan listrik menjadi hilang. Karena ↓↑ hilang sepasang (arah searah dan

arah berlawanan jarum jam), lebih mudah melepas 4s2 (kulit terakhir) dibandingkan dengan

melepas 1 elektron ( setengah penuh lebih tidak stabil dibanding penuh ).

Zn/ Seng logam yang berwarna putih kebiru –biruan mudah ditempa dan liat pada suhu 100-

150oC. Potensi reduksi nya negatif sehingga Zn lebih mudah teroksidasi. (EoZn = -0,76 V). Massa

jenis seng adalah 7,13 gr/cm3, kekerasannya 2,5 pada skala Mohs. Pada suhu kamar, seng

berwujud padat dan ber warna putih mengkilap. Zink dapat larut dan bereaksi dengan H2SO4, HCl

atau asam. Namun diperlukan larutan garam untuk mempercepat reaksi. Pada HCl atau H2SO4,

senga kan bereaksi cepat dan membebaskan hidrogen.

Zn + 2H+ à Zn2+ + H2↑

Zn + 2OH- + 2H2O à [Zn(OH)4]2- + H2↓

Karena dapat bereaksi dengan asam maupun basa, maka zink diberi sebutan amfoter. Amfoter

dapat terjadi karena memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zat nya sendiri

memiliki kemampuan seperti itu.

Magnesium ( Mg )

Magnesium merupakan golongan alkali tanah (II A) . logam ini dapat terbakar dengan

menghasilkan warna nyala yang khas yaitu warna putih seperti kembang api. Titik didih dan titik

leleh magnesium adalah 1090oC dan 649oC. Magnesium juga terletak di sebelah kiri H dalam deret

volta. Ini disebabkan karena potensi reduksinya yang bernilai -2,38 V, maka Mg juga dapat

disebut reduktor. Sebagai golongan IIA, Mg memiliki titik leleh, kerapatan (2,0 dalam skala

Mhos), dan kekerasan logam yang lebih besar dari golongan IA karena elektron valensi ada,

sehingga ikatan logamnya menjadi lebih kuat.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 7

Page 8: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Magnesium mudah terbakar dalam udara membentuk Mg3N2 atau MgO. Magnesium yang

termasuk dalam golongan IIA memiliki jari – jari atom yang relatif lebih besar namun energi

ionisasi dan keelektronegatifannya berkurang. Akibatnya memiliki kecendrungan yang besar untuk

membentuk senyawa ion..

Mg dapat bereaski dengan air mendidih serta membentuk basa, oksida, dan gas H2. Mg(OH)2

juga tergolong basa lemah. Magnesium setelah terbakar dengan oksigen atau teroksidasi dan akan

membentuk lapisan oksida yang melekat kuat pada logam sehingga menghambat korosi berlanjut.

Besi ( Fe )

Besi merupakan unsur tebanyak keempat yang ada di dalam kulit bumi. Besi murni bersifat

dapat dimagnetkan, lunak, dan liat. Oleh karena itu, untuk memperkuat struktur kekuatan baja

besi, besi sering dipadukan dengan unsur seperti karbida, fosfida, sulfida serta sedikit grafit. Zat –

zat pencemar ini justru memiliki peran penting dalam struktur besi.

Besi memiliki titik leleh 1535oC, titik didih 2750oC, dan kerapatan 7,9 gr/cm3. Besi memiliki

tingkat kekerasan 4,5 untuk skala Mohs. Besi juga merupakan unsur transisi dan merupakan

reduktor yang kuat. Dalam sistem deret volta, besi berada disebalah kiri H yang memiliki potensi

reduksi yang bernilai negatif ( EoFe = -0,44 untuk Fe2+ dan EoFe = -0,04 untuk Fe3+). Dalam suhu

kamar, besi berwujud logam padat berwarna putih mengkilap. Jika dipanaskan, besi akan

membentuk bara berwarna merah. Secara kimia, besi merupakan golongan transisi yang dalam

konfigurasi elektronnya besi merupakan unsur feromagnetik karena terdapat elektron tidak

berpasangan.

Besi larut dalam asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer. Dalam reaksinya akan

dihasilkan garam – garam besi (II) dan gas hidrogen. Garam–garam besi (II) berasal dari besi (II)

oksida, FeO. Dalam larutan, Fe2+ berwarna hijau. Ion besi (II ) dapat mudah teroksidasi menjadi

besi (III). Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efeknya. Dalam suasana netral atau

basa, O2 di atmosfer akan mengoksidasi ion besi (III). Ion besi (III) lebih stabil daripada ion besi

(II).

Besi bila diubah dalam bentuk larutan, akan berwarna kuning muda. Jika direaksikan dengan

basa NaOH akan membentuk endapaan Fe(OH)2 berwarna putih. Kondisi ini juga terjadi pada

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 8

Page 9: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

kondisi tidak ada udara. Jika ada udara, Fe(OH)2 langsung teroksidasi menjadi Fe(OH)3, yang

berwarna coklat kemerahan.

Aluminium (Al)

Aluminium merupakan golongan IIIA yang bersifat amfoter. Dalam keadaan suhu kamar,

aluminium memiliki wujud padat. Berwarna putih (dalam logam) dan padat serbuk dengan warna

abu – abu. Aluminium meleleh pada suhu 659oC, membeku pada suhu 91,8oC. Al merupakan

penghantar panas dan penghantar listrik yang baik.

Sifat kimia yang khas dari Al adalah Al merupakan reduktor yang kuat walaupun tidak sekuat

Na. Aluminium tidak mengalami korosi seperti besi karena jika teroksidasi membentuk lapisan

Al2O3 yang bertindak sebagai lapisan pelindung pada peristiwa korosi lanjut. Kekerasan aluminium

terkait dengan kekuatan ikatan logam tersebut. ikatan logam bergantung pada jumlah elektron yang

terlibat dan jari – jari atom. Makin banyak elektron dalam ikatan logam dan semakin kecil jari-jari

atom, semakin kuat pula ikatan logam itu.

Terkait dengan sifat aluminium yang amfoter, Al dapat bereaksi dengan asam maupun basa,

sekalipun Al itu reduktor. Al bereaksi dengan HCl encer karena [H+] bukan asam yang sekuat

H2SO4 atau HNO3. Al lebih mudah bereaksi dengan larutan asam encer dibandingkan dengan

larutan asam pekat. Hal ini terkait dengan sifat lapisan oksidanya. Reaksi dengan asam juga

berlangsung dengan cepat.

Untuk menentukan ada atau tidaknya Al, dapat dilakukan pereaksian dengan basa. Sebagai

contoh NaOH. Reaksi akan membentuk endapan putih aluminium hidroksida.

A sam asetat ( CH 3COOH)

Asam asetat disebut sebagai asam lemah. Hal ini disebabkan Ka yang dimilikinya adalah

sebesar 10-5. Semakin kecil Ka maka semakin kecil pula tingkat keasamannya. Dalam keadaan

normal, asam asetat merupakan cairan yang bening dengan bau yang menusuk. Titik didih asam

asetat 117oC dan titik bekunya 17oC. Asam asetat dapat bercampur dengan air dalam segala

perbandingan.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 9

Page 10: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Metanol

Pada suhu kamar, metanol berupa zat cair bening, mudah menguap, berbau alkohol. Metanol

tergolong zat yang sangat beracun. Metanol merupakan alkohol yang memiliki satu atom C, 1 atom

OH dan 3 atom H. Metanol mudah larut dalam air. Hal ini disebabkan kuatnya momen dipol dari

OH pada gugus hidroksil suku rendah, menyebabkan kepolarannya agak tinggi dibandingkan

dengan alkohol yang lain, sehingga bila alkohol suku rendah dicampur dengan air akan terbentuk

ikatan hidrogen antara molekul – molekul alkohol. Akibatnya alkohol suku rendah dapat

bercampur dengan air. Titik didih metanol 65oC, titik bekunya -99oC. Alkohol metanol dapat

bercampur dengan air secara sempurna karena alkohol dan air sama – sama bersifat polar.

Eter

Eter merupakan zat cair yang berbau harum, sukar larut dalam air. Hal ini disebabkan karena

eter tidak memiliki ikatan hidrogen dalam molekulnya. Titik didihnya lebih rendah dari alkohol

yang sukunya sama (jumlah atom C nya sama). Eter merupakan isomer fungsi dengan rumus

umum CnH2n+2O dengan alkohol. Eter tidak hanya memiliki ikatan hidrogen dan hanya memiliki

ikatan kovalen. Karena itu sifatnya tergantung pada ikatan van der waals lemah antar tiap

molekulnya, sehingga eter bersifat nonpolar. Tetapan dielektrik eter sangat kecil (4,3 pada 20oC).

Selain itu, rantai alkil merupakan gugus yang nonpolar sehingga interaksinya dengan air lemah.

Semakin panjang rantai alkil, maka semakin polar dan tinggi titik didihnya.

Eter tidak bereaksi dengan Na atau PCl3. Sifat eter : eter bereaksi dengan HI membentuk alkohol

dan alkil halida, eter mudah terbakar membentuk CO2 + 6H2O, bereaksi dengan PCl5 tanpa

membebaskan HCl ( Perbedaan dengan alkohol ).

Benzena

Benzena merupakan zat cair jernih, berbau, lebih ringan daripada air dan sukar bercampur

dengan air (karena benzena merupakan senyawa nonpolar). Benzena lebih tergantung pada ikatan

vanderwaals. Semakin besar Mr nya maka semakin tinggi titik didihnya. Tetapi struktur benzena

yang kompak membuatnya sulit untuk mengalami gaya dipol.

Benzena tidak larut dalam air, tetapi dalam pelarut polar atau nonpolar, seperti eter dan

tetrakloroetana. Benzena banyak digunakan sebagai pelarut. Secara kimia, benzena tidak begitu

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 10

Page 11: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

reaktif, tetapi lebih mudah terbakar dan menghasilkan jelaga. Hal ini disebabkan karena

keberadaan elektron – elektron yang terdelokalisasi di seputar lingkaran/ cincin benzena. Benzena

juga sukar mengalami adisi dibandingkan dengan subsitusi. Ini menyebabkan kurang kereaktifan

benzena.

Toluena

Toluena adalah senyawa turunan benzena. Oleh karena itu, sifat dasar dari toluena itu sendiri

sama seperti benzena yaitu nonpolar sehingga toluena larut dalam senyawa yang kurang polar atau

nonpolar, tetapi tidak larut dalam pelarut yang polar. Hal ini disebabkan kurang kereaktifannya

benzena. Toluena yang memiliki gugus –CH3 (rantai alkil yang polar), keberadaan elektron –

elektron terdelokalisasi seputar cincin benzena.

Gula (C 12H22O11)

Gula merupakan kristal yang bening, mudah larut dalam air panas, berwarna coklat jika

terbakar. Gula adalah senyawa turunan karbohidrat. Gula yang kita kenal berasal dari gula tebu

atau fruktosa. Gula pasir yang kita kenal adalah sukrosa. Sukrosa bila dihidrolisis akan terbentuk

fruktosa dan glukosa. Fruktosa maupun glukosa mudah larut dalam air. Sifat ini berkaitan dengan

gugus –OH yang polar sehingga antar molekulnya maupun molekul air akan terbentuk ikatan

hidrogen yang kuat. Sukrosa sendiri dapat larut dalam air karena pengaruh asam atau enzim

intervase.

Sukrosa adalah pemutar kanan ( = + 66,53o). Jika sukrosa dihidrolisis, terjadi pengembalian

arah putaran inversi, menjadi pemutar kiri. Maka dari itu, gula sukrosa disebut gula invers karena

dapat memutar bidang polarisator.

Kalsium karbonat (CaCO3)

Kalsium karbonat merupakan garam karbonat dari kalsium. CaCO3 dapat ditemukan dalam

bentuk batu kapur. Ikatan CaCO3 merupaka ikatan ionik antara Ca2+ dan CO32-. Kalsium karbonat

terbentuk dari dari kalsium dan air hujan yang mengandung CO2 (tercampur H2O dan CO2 menjadi

H2CO3 sehingga bersifat asam). Jika dilarutkan dalam air, CaCO3 akan terion karena Ca2+

merupakan ion logam , dan CO32- merupakan ion yang berasal dari senyawa kovalen. CaCO3 dalam

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 11

Page 12: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

air sukar larut. CaCO3 dalam wujud padat tersusun dalam pola teratur ion positif dan negatif

berselang secara simetris. Kristal itu terikat oleh gaya elektrostatik yang ditimbulkan muatan ion

tersebut. ikatan ion bersifat rapuh karena jika ada pergeseran lapisan, akan menghasilkan gaya

tolak menolak listrik ion sejenis.

Jika ion CaCO3 tergabung dalam air, ion H+ dari air akan bergabung dengan anion CO32- dan

membentuk senyawa yang kurang stabil. H2CO3 yang memiliki ksp/ konsentrasi larutan. Ksp = 2,8

x 10-9. Sedangkan Ca2+ akan bergabung dengan ion OH- yang akan larut karena merupakan basa

kuat yang mudah larut dalam air, walaupun ada sebagian kecil yang tidak melarut.

2.2 Ikatan Kimia

Berikut ini adalah jenis – jenis ikatan kimia yang dimiliki berbagai macam zat:

A. Gaya tarik menarik dipol sesaat – dipol terimbas ( gaya London )

Ikatan kimia ini terjadi antara molekul nonpolar yang tarik menarik lemah akibat

dibentuknya dipol sesaat. Elektron senantiasa bergerak pada orbital, perpindahan elektron dari

suatu tempat ke tempat lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara normal bersifat

nonpolar sehingga terbentuk dipol sesaat.

Kemudian molekul membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas. Polarisabilitas

bergantung pada Mr dan bentuk molekul. Semakin kecil, kompak dan simetris, maka semakin

nonpolar dan sebaliknya.

B. Gaya tarik dipol – dipol

Gaya ini terdapat pada zat polar maupun nonpolar. Gaya dipol- dipol yang terdapat pada

zat polar menambah gaya dispersi zat itu.

C. Ikatan Hidrogen

Sifat polar dan gaya dipol – dipol yang dimiliki HF, H2O dan NH3 tidak cukup kuat untuk

menerangkan titik didih yang tinggi dibandingkan dengan senyawa polar lainnya karena adanya

ikatan hidrogen : F O N sangat elektronegatif. Akibatnya atom H dari satu molekul terikat kuat

pada atom unsur ( F, O, N ) yang sangat elektronegatif dari molekul tetangganya melalui

pasangan elektron bebas pada atom unsur berelektronegatifan sebesar itu.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 12

Page 13: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

D. Ikatan Ion

Ikatan ini terjadi antar unsur logam dan nonlogam. Senyawa logam cenderung bersifat

ionik, memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi, dan berbentuk padatan pada suhu kamar.

2.3 Kepolaran

Keelektronegatifan adalah penentu dari kepolaran suatu zat. Elektronegativitas adalah istilah

yang digunakan untuk menjelaskan daya tarik menarik atom pada elektron dalam suatu ikatan.

Dalam molekul, muatan positif dan negatif yang sama dipisahkan oleh jarak yang menunjukan

suatu dipol, hasil dari muatan setiap ujung dipol dikali dengan jarak kedua muatan. Secara

keseluruhan momen dipol suatu molekul merupakan jumlah masing – masing ikatan dipol yang

ada dalam molekul yang dijumlahkan seperti satu vektor. Suatu zat dapat disebut polar ataupun

non polar.

Suatu zat dikatakan polar jika perbedaan keelektronegatifannya antara senyawa pembentuknya

besar. Sifat keelektronegaifan ditentukan oleh banyaknya inti positif atau negatif yang dimiliki

oleh zat tersebut, contohnya ikatan antara H dengan Cl. Atom H lebih cenderung positif karena itu

ia akan memberikan tepat satu elektron yang dimilikinya kepada Cl - untuk membentuk ion H+.

Sedangkan Cl memiliki 7 elektron bebas. Kekurangan 1 elektron untuk menjadi oktet. Oleh karena

itu, H dan Cl membentuk ikatan kovalen dengan 7 elektron Cl lebih negatif dan H lebih positif.

Sedangkan suatu zat dikatakan non polar jika perbedaan keelektronegatifan kecil atau bahkan tidak

ada.

2.4 Ksp ( Hasil kali kelarutan )

Ksp adalah hasil kali konsentrasi ion – ion dalam larutan jenuh elektrolit yang sukar larut

dalam air, masing – masing konsentrasinya dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan

ionisasinya. Untuk AxBy yang sukar larut dalam air (AxBy ↔ xA+ + yB-), maka Ksp AxBy =

[Ay+]x[Bx-]y

Adanya ion sejenis dalam larutan memperkecil kelarutan zat. Kelarutan zat dipengaruhi oleh :

jenis pelarut (ion tidak sejenis, mempercepat kelarutan ion sejenis, memperlambat kelarutan), luas

permukaan (semakin banyak yang terkena reaksi, semakin cepat melarut), temperature (semakin

tinggi temperaturnya, semakin cepat melarut dan sebaliknya)

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 13

Page 14: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

2.5 Reaksi Sel

Reaksi sel digunakan untuk mengetahui logam bereaksi atau tidak dengan larutan dengan cara

pengecekan dalam deret volta dan menghitung Eosel reaksi tersebut :

Eosel = Eo

red - Eooks

Eoreduksi dapat dilihat dari deret volta, yaitu:

Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Cr, Fe, Co, NI, Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au

dimana unsur yang terletak disebelah kiri H bersifat reduktor dan sebelah kanan H bersifat

oksidator.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 14

Page 15: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 3

METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat:

- Bunsen / lampu alkohol - Pipet ukur

- Penjepit tabung reaksi - Gelas beker 100 ml

- Tabung reaksi - Pengaduk

- Gelas ukur 10 ml - Spatula

- Pipet tetes - Kawat Ni-Cr

- Karet hisap - Corong

3.1.2 Bahan:

Tembaga (Cu)

Seng (Zn)

Magnesium (Mg)

Besi (Fe)

Aluminium (Al)

Kalsium karbonat (CaCO3)

Kupri nitrat (Cu(NO3)2)

Kalsium hidroksida (KOH)

Asam sulfat pekat (H2SO4 pekat)

Natrium Hidroksida encer (NaOH encer)

Asam asetat (CH3COOH)

Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)

Asam klorida encer (HCl)

Garam/gula

Metanol/benzena/toluena/eter

Kayu

Kapur tulis (CaCO3)

Aquadest (air suling)

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 15

Page 16: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Sifat Fisika

1. Mengamati dan mencatat wujud, warna, dan bau dari zat-zat berikut:

- Metanol

- CaCO3

- Gula

- Toluena

- Benzena

- HCl

- NaOH

2. Melarutkan zat tersebut ke dalam air. Mengocok larutan tersebut, mengamati, dan mencatat

perubahan yang terjadi

3. Melakukan proses 2 untuk eter

4. Menjelaskan cara identifikasi zat-zat di atas yang mempunyai bentuk atau warna yang sama,

berdasarkan sifat fisik zat-zat tersebut.

3.2.2 Sifat Kimia

Perubahan karena pengaruh basa:

1. Memasukkan sepotong Al, Zn, Fe, dan CaCO3 ke dalam tabung reaksi yang berlainan

2. Menambahkan 5 ml NaOH encer pada tiap-tiap tabung. Mencatat perubahan yang terjadi.

Perubahan karena pengaruh asam:

1. Memasukkan sepotong Cu, Zn, CaCO3, dan KOH ke dalam tabung reaksi yang berlainan.

Menambahkan 3 ml HCl encer pada tiap-tiap tabung. Mencatat perubahan yang terjadi dan

menulis persamaan reaksinya.

2. Menuangkan H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi, memasukkan sepotong kayu ke dalamnya.

Mencatat perubahan yang terjadi.

Perubahan karena pengaruh panas:

1. Memanaskan sepotong Mg dalam nyala bunsen dengan menggunakan penjepit

2. Mengulangi percobaan ini dengan lilitan Cu. Mencatat peristiwa yang terjadi.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 16

Page 17: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 4

HASIL PENGAMATAN

4.1 Sifat Fisika

4.1.1 Tabel pengamatan wujud , warna, dan bau zat-zat sebelum reaksi

No. Nama Zat Wujud Warna Bau

1. Metanol Cair Bening Berbau alkohol

2. CaCO3 Serbuk Putih Tidak berbau

3. Garam Kristal Putih Tidak berbau

4. Toluena Cair Bening Berbau tajam, seperti lem aibon

5. Benzena Cair Bening Berbau tajam, seperti lem aibon

6. HCl Cair Bening Berbau masam dan menyengat

7. NaOH Cair Bening Tidak berbau

4.1.2 Tabel pengamatan zat setelah ditambah air

No. Nama Zat Hasil Pengamatan Keterangan

1. Metanol - Warna larutan tetap bening

- Metanol larut dalam air

- Setelah dikocok tidak terbentuk endapan

- Bau menjadi berkurang

2. CaCO3 - CaCO3 melarut sebagian kecil; pada

awalnya terlihat seperti melarut, namun

akhirnya terbentuk endapan pada dasar

tabung reaksi

- Warna berubah menjadi putih keruh

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 17

Page 18: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

3. Garam - Garam melarut seluruhnya

- Tidak terbentuk endapan

- Warna larutan tetap bening

- Larutan garam tidak berbau

4. Toluena - Toluena tidak larut dalam air

- Tidak terbentuk endapan

- Membentuk dua lapisan, air di bawah

(meniskus cembung) dan toluena di atas

- Warna larutan tetap bening

- Bau menjadi sedikit berkurang

5. Benzena - Benzena tidak larut dalam air

- Tidak terbentuk endapan

- Membentuk dua lapisan, air di bawah

(meniskus cekung) dan benzena di atas

- Warna larutan tetap bening

- Bau menjadi berkurang

6. HCl - HCl larut seluruhnya dalam air

- Tidak terbentuk endapan

- Warna larutan tetap bening

- Larutan tidak berbau

7. NaOH - NaOH larut dalam air

- Tidak terbentuk endapan

- Warna larutan tetap bening

- Larutan tidak berbau

4.1.3 Pengamatan zat setelah ditambah air dan eter

- Penambahan eter dengan air dilakukan di ruang asam

- Eter tidak larut dalam air, sehingga membentuk dua lapisan, yaitu eter di lapisan atas dan

air di lapisan bawahModul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 18

Page 19: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

4.2 Sifat Kimia

4.2.1 Perubahan karena pengaruh basa (NaOH encer)

Keadaan awal

No. Nama Zat Wujud Warna

1. Aluminium (Al) Padatan (serbuk) Abu-abu mengkilat

2. Seng (Zn) Padatan (serbuk) Abu-abu

3. Besi (Fe) Padatan (serbuk) Abu-abu gelap

4. Batu kapur (CaCO3) Padatan (serbuk) Putih

Keadaan setelah reaksi ( + NaOH 5 ml)

No. Nama Zat Warna Endapan Gelembung Larut Persamaan reaksi

1. Aluminium

(Al)

Perak Ada Banyak Ya Al(s) + 2NaOH(aq) à

2NaAl(OH)4(aq) + 3H2(g)

2. Seng (Zn) Bening keabu-

abuan

Ada Tidak ada Ya Zn(s) + 2NaOH(aq) + 2H2O

(aq) à Na( Zn(OH)4)(l) +

H2(g)

3. Besi (Fe) Bening Ada Tidak ada Tidak Fe + NaOH à

4. Batu kapur

(CaCO3)

Putih keruh Ada Tidak ada Ya CaCO3(s) + 2NaOH(aq) à

Na2CO3 + Ca(OH)2

Keterangan gambar

Alumunium + NaOH Besi + NaOH Zn + NaOH CaCO3 + NaOH

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 19

Page 20: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

4.2.2 Perubahan karena pengaruh asam (HCl encer)

Keadaan awal

No. Nama Zat Wujud Warna

1. Tembaga (Cu) Padatan (serbuk) Merah bata

2. Seng (Zn) Padatan (serbuk) Abu-abu

3. Batu kapur (CaCO3) Padatan (serbuk) Putih

4. KOH Padatan (kristal) Putih

Keadaan setelah reaksi (+ HCl 3 ml)

No. Nama Zat Warna Endapan Suhu Persamaan reaksi

1. Tembaga (Cu) Putih (Tidak

bereaksi

Ada Tetap Cu + HCl à

2. Seng (Zn) Abu-abu

keruh

Ada Tetap Zn(s) + 2HCl(aq) à

ZnCl2 + H2(g)

3. Batu kapur

(CaCO3)

Bening,

sedikit

keruh

Ada Tetap CaCO3(s) + HCl(aq) à

CaCl2 + H2O + CO2

4. KOH Bening Tidak Meningkat

(tabung reaksi

menjadi hangat)

KOH + HCl(aq) à

KCl + H2O

Keterangan Gambar

Cu + HCl CaCO3 + HCl Zn + HCl KOH + HCl

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 20

Page 21: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

4.2.2 Perubahan karena pengaruh panas

Keadaan Awal

No. Nama Zat Wujud Warna

1. Magnesium (Mg) Padatan (serbuk) Abu-abu mengkilap

2. Tembaga (Cu) Padatan (serbuk) Merah bata

Perubahan yang terjadi

No. Nama Zat Perubahan Warna Nyala Persamaan Reaksi

1. Magnesium (Mg) Timbul percikan api yang

cukup banyak

Putih terang Mg + ½ O2 à MgO

2Mg + O2 à 2MgO

2. Tembaga (Cu) Timbul sedikit percikan api Hijau 2Cu + O2 à 2CuO

Keterangan Gambar

4.2.3 Perubahan pada batang kayu karena pengaruh asam (H2SO4 pekat)

Keadaan Awal

No. Nama Zat Wujud Warna

1. Kayu (batang korek api) Padat Kuning gading

Perubahan yang terjadi

No. Nama Zat Suhu Warna

1. Kayu (batang korek api) Meningkat

(Tabung reaksi

Perlahan-lahan berubah

menjadi hitam (seperti

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 21

Page 22: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

terasa hangat) hangus)

Keterangan Gambar

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 22

Page 23: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 5

ANALISA

5.1 Analisis Sifat Kimia

5.1.1 Perubahan Karena Pengaruh Basa

A. Aluminium (Al)

Aluminium bereaksi dengan NaOH encer dengan reaksi pengikatan setimbang:

Al(s) + 2NaOH(aq) à 2NaAl(OH)4(aq) + 3H2(g)

Adapun penyebab dari reaksi ini ialah perbedaan potensial elektron yang besar antara

Aluminium dengan Natrium, yakni potensial reduksi (Eo) Aluminium mencapai - 1,66

Volt, sementara potensial reduksi Na adalah -2,7 Volt. Perbedaan ini menyebabkan

Aluminium teroksidasi (terionisasi dengan bilangan oksidasi meningkat) dan selanjutnya

diikat oleh gugus natrium hidroksida yang juga terionisasi. Reaksi ini menghasilkan

hasil samping gelembung hidrogen yang mana merupakan hasil ionisasi NaOH sebelum

mengikat Aluminium. Selain itu, ada kenaikan suhu yang terjadi pada sistem. Hal ini

diakibatkan oleh perubahan entalpi dari reaksi minus, atau dengan kata lain reaksi

bersifat eksotermis. Reaksi eksotermis berarti adanya pelepasan energi dalam bentuk

panas dari sistem kepada lingkungan ditandai dengan meningkatnya suhu lingkungan.

Energi panas ini berasal dari ekses energi dalam pelepasan ikatan yang berlebih. Tidak

hanya karena perbedaan potensial, tetapi sifat intrinsik dari aluminium sendiri membuat

reaksi dapat terjadi. Tidak seperti kebanyakan logam, aluminium termasuk salah satu

logam yang bersifat amfoterik. Sifat amfoter ini menunjukan kecenderungan untuk

membentuk basa dan asam pada reaksi yang berbeda. Pada umumnya, satu zat tertentu

hanya dapat membentuk kecenderungan asam atau basa. Namun begitu, beberapa zat

termasuk aluminium adalah zat amfoter yang dapat membentuk kecenderungan akan

keduanya. Hal inilah juga ikut berkontribusi pada alasan mengapa aluminium bereaksi

dengan NaOH.

B. Seng (Zn)

Seng bereaksi dengan NaOH dalam reaksi pengikatan setimbang.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 23

Page 24: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Zn(s) + 2 NaOH(aq) + 2H2O (aq) à Na( Zn(OH)4)(l) + H2(g)

Tidak jauh berbeda dengan Aluminium, seng memiliki perbedaan potensial elektron

yang signifikan dengan Natrium. Ditambah lagi, seng bersifat amfoterik sehingga dapat

berperan sebagai asam konjugat dalam reaksi dengan basa. Hal inilah yang

menyebabkan seng dapat bereaksi dengan NaOH. Adapun pengamatan kualitatif yang

dapat terlihat jelas sebagai penanda eksistensi reaksi, yakni warna larutan yang berubah

dari bening menjadi keruh. Hal ini menandakan adanya penataan ulang (restrukturisasi)

zat sehingga terbentuk zat baru dengan warna yang keruh (tidak bening). Perlu diingat

bahwa warna keruh juga dapat mengindikasikan adanya kejenuhan.

C. Besi (Fe)

Besi (Fe) tidak bereaksi dengan NaOH.

Fe + NaOH à

Hal ini disebabkan oleh potensial reduksi besi yang lebih positif (Eo = -0.44 Volt)

dibandingkan potensial reduksi Na. Dalam suatu reaksi kimia, pada umumnya, logam

dengan potensial reduksi yang lebih positif berarti akan lebih mudah direduksi (dengan

kata lain menjadi oksidator) sementara di sisi lain, logam dengan potensial reduksi yang

lebih negatif akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Ketika kita melihat pada

reaksi, Fe (besi) memiliki bilangan oksidasi 0 dan potensial reduksi yang lebih tinggi

dibandingkan logam reaktan lainnya, yakni Natrium. Dengan begitu, bila ingin terjadi

reaksi, maka bilangan oksidasi Fe harus turun menjadi negatif. Sementara itu, di alam,

kita tidak pernah menemukan logam dengan muatan (bilangan oksidasi) negatif karena

memang sifat logam secara intrinsik seperti itu. Ditambah lagi, sifat dari besi tidak

amfoterik, sehingga berbeda dengan aluminium dan seng (walau ketiganya berada di

kanan Na), besi tidak memiliki kecenderungan untuk terikat dengan basa karena pada

dasarnya ia membentuk basa. Bila suatu basa mau terikat, maka ion atau logam atau

reaktan yang mengikatnya harus memiliki kecenderungan untuk dapat bertindak sebagai

asam konjugat (dengan ionisasinya dengan H2O), dan hal ini tidak dimiliki oleh besi.

Inilah alasan mengapa besi tidak dapat bereaksi dengan NaOH namun dapat larut

dengan baik di dalam asam.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 24

Page 25: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

D. Kalsium Karbonat (CaCO3)

CaCO3 bereaksi dengan NaOH dalam reaksi substitusi sebagai berikut:

CaCO3(s) + 2NaOH(aq) à Na2CO3 + Ca(OH)2

Hal ini terjadi karena potensial reduksi Kalsium (dari reaktan CaCO3) hanya mencapai –

2.87 Volt, yang mana lebih negatif (kecil) dibandingkan dengan potensial reduksi

Natrium. Hal ini menyebabkan Kalsium dapat teroksidasi sementara Natrium tereduksi

atau dalam bahasa yang lebih singkat adalah terjadinya pergantian posisi Na oleh Ca dan

Ca berikatan dengan gugus hidroksil (-OH). Namun begitu, perlu diperhatikan mengenai

kuantitas reaktan. Pada saat reaktan batu kapur (CaCO3) berlebih, maka tidak akan

semua CaCO3 larut di dalam NaOH sehingga terjadi kejenuhan pada larutan NaOH dan

warna keruh akibat CaCO3 yang tidak larut. Ketidaklarutan CaCO3 juga dapat terjadi

bila adanya zat pengotor atau kontaminasi, terutama pada padatan CaCO3 sebelum

dimasukkan.

5.1.2 Perubahan Karena Pengaruh Asam

A. Tembaga (Cu)

Penambahan Cu (tembaga) pada larutan HCl (salah satu asam oksidator) tidak akan

memberikan reaksi apapun.

Cu(s) + HCl(aq) à

Hal ini dikarenakan oleh potensial reduksi Cu (+0.94) lebih besar dari pada potensial

reduksi H (0) yang terkandung dalam HCl. Dengan demikian, asam oksidator (HCl)

yang seharusnya mengoksidasi, dan oleh karenanya ia direduksi, malahan memiliki

potensi direduksi yang lebih kecil dibandingkan reaktan saingannya. Sementara itu,

tembaga dengan bilangan oksidasi 0 tidak mungkin direduksi. Oleh karena itu, maka Cu

tidak dapat mendesak H dan menggantikan posisinya untuk berikatan dengan Cl.

B. Seng (Zn)

Berbeda dengan tembaga, penambahan seng pada larutan HCl memberikan reaksi

substitusi sebagai berikut:

Zn(s) + 2HCl(aq) à ZnCl2 + H2(g)

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 25

Page 26: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Hal ini terjadi karena potensial reduksi Zn yang lebih kecil dibandingkan potensial

reduksi H (Zn berada di sebelah kiri H pada Deret Volta) dan oleh karenanya Zn dapat

mendesak H dengan mereduksinya. Setelah H terdesak, maka Zn membentuk ikatan

dengan gugus klorida. Perlu diingat bahwa reaksi ini berlangsung cepat dikarenakan

perbedaan potensial reduksi yang cukup besar dan menghasilkan gas Hidrogen sebagai

hasil samping dari ionisasi HCl.

C. Kalsium Karbonat (CaCO3)

CaCO3 bereaksi dengan HCl seturut reaksi sebagai berikut:

CaCO3(s) + HCl(aq) à CaCl2 + H2O + CO2

Alasan terjadinya reaksi ini tidak berbeda dengan alasan mengapa seng dapat bereaksi.

Potensial reduksi Ca lebih negatif dibandingkan dengan potensial reduksi HCl sehingga

Ca dapat mendesak H. Perlu dilihat bahwa pada dasarnya reaksi ini menghasilkan

H2CO3. Namun begitu, zat ini tidak stabil dan langsung terurai menjadi air dan karbon

dioksida. Keruhnya produk reaksi ini pada dasarnya disebabkan oleh CaCO3 yang

berlebih sehingga ia mengendap.

D. KOH

Pada dasarnya ini adalah reaksi antara asam kuat dengan basa kuat seturut reaksi

penggaraman sebagai berikut:

KOH + HCl(aq) à KCl + H2O

Hasil dari reaksi ini ialah garam netral dengan pH = pOH = 7 (selama tidak ada reaktan

berlebih) dan air. Air tersebut adalah hasil penetralan. Pada reaksi ini juga terjadi

peningkatan suhu yang dapat dirasakan pada tabung reaksi.

5.1.3 Perubahan Karena Pengaruh Asam Kuat

A. Korek Api dengan H2SO4

Korek api merupakan gabungan karbon raksasa yang merupakan senyawa organik

(selulosa). Ketika dimasukan ke dalam H2SO4, ada dua hal yang terjadi. Yang pertama

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 26

Page 27: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

adalah sifat H2SO4 pekat sebagai asam oksidator kuat yang mengoksidasi rantai karbon

yang ada pada korek api seturut reaksi:

CnH2nOn + H2SO4 ànC + nH2O + H2SO4

Sehingga yang tersisa dari reaksi itu ialah karbon dengan warna hitam. Inilah sebabnya

mengapa ketika korek api yang awalnya berwarna cokelat muda berubah menjadi hitam

saat dicelupkan ke H2SO4 pekat. Yang kedua adalah suatu kemungkinan terjadinya

penyerapan air karena sifat higrokopis dari H2SO4, pekat.

5.1.4 Perubahan Karena Pengaruh Panas

A. Magnesium

Ketika Magnesium dibakar di atas nyala api bunsen, maka timbul percikan api putih

terang. Hal ini terjadi karena Magnesium merupakan salah satu golongan alkali tanah

yang memiliki sifat dasar untuk memancarkan warna nyala saat dibakar. Warna nyala itu

pada dasarnya ialah bentuk perubahan energi dari energi yang dilepaskan saat terjadi

eksitasi elektron (lompatan elektron) di dalam kulit dan sub kulit atom menjadi energi

cahaya (radiasi elektromagnetik) dan panas dengan panas mencapai 1200 derajat celsius.

Pemanasan ini mengoksidasi Magnesium seturut reaksi oksidasi:

Mg + ½ O2 à MgO

2Mg + O2 à 2MgO

B. Tembaga

Pembakaran tembaga menyebabkan warna nyala api menjadi hijau.

2Cu + O2 à 2CuO

Hal ini disebabkan oleh sifat transisi dari logam tembaga. Hal ini menyimpulkan adanya

konfigurasi elektron yang menempati subkulit atom 3d. Saat terjadi pembakaran

(pemberian energi spontan), maka elektron akan tereksitasi. Saat ia tereksitasi, ia

memancarkan cahaya dengan spektrum tertentu. Spektrum inilah yang kemudian

dipersepsikan sebagai warna, dan spektrum khas dari tembaga dipersepsikan sebagai

warna hijau.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 27

Page 28: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

5.2 Analisis Sifat Fisika

A. Metanol (CH3OH)

Metanol merupakan salah satu turunan alkohol, yaitu metil etanol. Dan merupakan senyawa

kimia dalam bentuk alkohol yang paling sederhana. Metanol sendiri berwijud cair, hal ini

dikarenakan metanol memiliki gaya antar molekul yang kuat. Karena apabila gaya antar

molekul kuat menyebabkan metanol memiliki volume yang tetap dan struktur molekul yang

renggang dan memungkinkan adanya gerak antar partikel yang mengakibatkan metanol

memiliki bentuk yang tidak tetap, namun struktur molekul yang dimiliki metanol tidak

serenggang gas.

Metanol memiliki warna yang bening (tak berwarna) hal ini disebabkan karena pada

metanol memiliki kandungan unsur hidrogen yang mendominasi. Hidrogen yang dalam frasa

cairnya dapat melarutkan unsur-unsur lain seperti C, O, Na dan Cl. Dan di dalam metanol itu

sendiri yang unsur utamanya adalan C, H, dan O, karena itu unsur C dan O larut dalam hidrogen

dan menyebabkan metanol menjadi tidak berwarna.

Selain itu, metanol juga mudah menguap, dan satu hal yang perlu diwaspadai adalah

metanol memiliki sifat beracun dan mudah terbakar. Senyawa dengan rumus CH3 OH ini

memiliki bau yang khas, yaitu bau yang cukup menyangat namun lebih ringan daripada etanol.

Bau yang ditimbulkan oleh metanol ini terjadi karena metanol memiliki struktur tantai karbon

dengan volatitas yang tinggi.

Salah satu sifat istimewa dari metanol adalah mudah larut dalam air. Hal ini terjadi karena

metanol memiliki sifat yang miscible. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, metanol bisa

terlarut ke dalam air. hal ini disebabkan karena metanol memiliki rantai karbon yang pendek.

Sifat kelarutan alkohol itu sendiri dalam air akan berkurang seiring bertambah panjangnya

rantai karbon. Ujung –OH dari molekul alkohol dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen baru

dengan molekul air, namun ekor hidrogen tidak membentuk ikatan tersebut, hal ini

mengindikasikan bahwa banyak ikatan hidrogen awal yang putus tidak digantikan oleh ikatan

hidrogen yang baru. Gaya van der Waals sebenarnya dapat mengganti ikatan hidrogen awal

yang antara air dan ekor hidrokarbon namun gaya tarik ini jauh lebih lemah sehingga tidak

cukup untuk mengimbangi banyaknya ikatan hidrogen yang terputus. Karena itu meskipun

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 28

Page 29: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

terjadi peningkatan enteropi, proses pelarutan tetap kecil kemungkinannya untuk berlangsung.

Karena itu, metanol yang rantai karbonnya pendek lebih mudah larut kedalam air.

Kelarutan metanol juga berkaitan dengan gugus OH- yang bersifat polar sementara gugus

alkilnya non polar. Semakin besar gugus alkilnya (R) maka semakin bersifat non polar dan

kelarutannya semakin berkurang. Karena metanol memiliki gugus alkil pendek (CH3) maka

metanol semakin bersifat polar dan mudah larut dalam pelarut polar (air)

B. Kalsium Karbonat (CaCO3 )

Warna dari kalsium karbonat atau batu kapur adalah putih dan agak kotor/ keruh hal ini

akibat keberadaan ion Ca2+ yang berwarna putih saat di alam. Batu kapur sendiri adalah zat

yang berwujud padat, hal ini terjadi karena memiliki gaya antar molekul yang sangat kuat.

Selain itu struktur dari batu kapur itu sendiri sangat rapat, gaya antar molekul yang sangat kuat

dan struktur molekul yang rapat tidak adanya gerak antar molekul sehingga wujud batu kapur

menjadi padat. Batu kapur memiliki struktur kasar dan biasa didapati dalam bentuk kepingan

katika dilarutkan dalam air akan mengendap dalam tabung.

Batu kapur merupakan senyawa anorganik sehingga tidak menghasilkan bau, karena yang

dapat menghasilkan bau adalah zat yang mengandung rantai karbon. Sedangkan unsur C pada

senyawa CaCO3 bukan merupakan kategori rantai karbon. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan

kovalen koordinasi antara unsur logam Ca dengan unsur non logam dan non logam C dan O.

Akibatnya CaCO3 merupakan senyawa yang tergolong anorganik.

CaCO3 merupakan salah satu senyawa yang sukar larut dalam air. Hal ini disebabkan

karena karakteristik senyawa karbonat (CO3) yang sukar larut dalam air kecuali logam-logam

alkali dan amonium. Mengendapnya CaCO3 di dasar tabung reaksi menandakan bahwa tidak

ada reaksi yang terjadi antara CaCO3 dengan air karena larutan sudah jenuh, sehingga air yang

tersedia tidak cukup untuk melarutkan sisa CaCO3. Selain itu,, hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3

= 2,8 x 10 meskipun ada sebagian kecil CaCO3 yang larut dan membuat air menjadi berwarna

keruh . hal ini terjadi karena tetapan dielektrik air yang sangat tinggi. Air bersifat polar sehingga

memungkinkan bagi CaCO3 untuk larut, meskipun hanya sebagian kecil saja.

CaCO3 à Ca2+ + CO2-

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 29

Page 30: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Akan tetapi, kalsium karbonat tidak dapat larut dalam air akibat ion CO3 yang tidak dapat larut

dalam air. sesuai aturan kelarutan, selain itu, Ksp CaCO3 lebih kecil daripada Ksp Air yaitu

2,8 x 10-9 karena tidak larut dan massa jenis CaCO3 yang lebih besar dari air. akibatnya zat

CaCO3 yang mengendap di dasar tabung reaksi.

C. Garam (NaCl)

Garam adalah zat yang berwujud padat, tidak berbau (karena tidak memiliki rantai karbon),

dan memiliki strktur yang halus dan biasa didapati dalam bentuk serbuk. Seperti batu kapur,

garam berbentuk padat karena memiliki gaya antar molekul yang kuat serta struktur molekul

yang sangat rapat sehingga tidak ada ruang gerak bagi molekul. Hal inilah yang menyebabkan

garam berwujud padat.

Garam itu sendiri memiliki warna putih bersih. Warna putih garam dapur disebabakan oleh

danya ion-ion yang terekstraksi dalam pembentukan NaCl. Peristiwa elektron memancarkan

gelombang cahaya yang berwarna putih saat tertangkap oleh mata walaupun unsur-unsur

pembentuknya Na dan Cl memiliki warna yang berbeda dan bukan putih.

Garam adalah senyawa ionik yan terdiri dari ion positif dan ion negatif sehingga

membentuk senyawa netral (tanpa muatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa.

Pada percobaan ini digunakan garam dalam bentuk padatan. Berdasarkan percobaan ketika

garam dilarutkan dengan air, garam akan melarut semuanya dalam air ketika diaduk. Hal ini

terjadi karena garam adalah hasil sampingan dari netralisir H2O dari larutan asam dan basa

karena kelarutan garam lebih kecil, daripada air karena itu, garam tersebut melarut seluruhnya

dalam air sehingga pada percobaan tidak menghasilkan endapan garam.

Garam dapur merupakan mineral yang berbentuk kristal ionik akibatnya garam dapur

besifat polar yang larut dalam air. Ion negatif Cl- yang tertarik oleh ion positif Na akan tertarik

oleh ion positif H+ dari air, karena gaya tarik menarik molekul air yang polar lebih kuat

dibandingkan kristal NaCl, maka garam dapur yang mengandung NaCl ini dapat larut dalam air.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 30

Page 31: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

D. Toluena (C6H5CH3)

Toluena berwujud cair, karena memiliki gaya antar molekul yang cukup kuat. Seperti

benzene toluena juga memiliki warna yang bening, yang dikarenakan memiliki unsur hidrogen

yang melarutkan unsur C sehingga toluena menjadi tak berwarna.

Sebagai zat yang tergolong zat organik, toluena seperti zat organik yang lain, toluena

menghasilkan bau yang khas yang disebabkan oleh adanya rantai karbon yang menyusun

toluena itu sendiri. Bau yang dimiliki adalah seperti lem . rantai karbon yang dimilki toluena

adalah siklik, sehingga membuatnya brsifat aromatik.

Pada saat dicampur dengan air, toluena tidak larut dalam air melainkan terjadi pemisahan

antara toluena dengan air. keduanya dibatasi oleh pembatas yang berbentuk sembung yang

tampak sangat jelas dan dinamakan miniskus cekung. Air menempati dasar tabung sedangkan

toluena berada diatasnya. Hal ini disebabkan oleh massa jenis toluena (ρ= 0,8 kg/l) lebih kecil

dari massa jenis air (ρ = 1 kg/l). Selain itu, toluena juga bersifat nonpolar sehingga sulit larut ke

dalam air yang merupakan pelarut polar. Hal ini disebbakan karena pelarut non polar hanya

melarutkan zat-zat yang berifat non polar saja dan sebaliknya. Pelarut polar hanya mampu

melarutkan senyawa polar dan senyawa ion. Oleh sebab itu, zat yang non polar tidak dapat

dilarutkan dalam pelarut polar atau sebaliknya, dan tidak mungkin bisa bercampur homogen.

E. Benzena (C6H6)

Karena memiliki gaya antar molekul yang cukup kuat, membuat benzena berwujud cair.

Benzena sama seperti toluena dan metanol tidak berwarna (bening) karena adanya unsur H yang

dominan dan melarutkan unsur C dan O yang lain dalam zat ini.

Sama halnya dengan toluena, benzena tidak larut dalam air. hal ini dikarenakan massa jenis

benena lebih kecil dibanding kan massa jenis air. sehingga benzena terpisah dari air dan berada

di atas air. berbeda dengan toluena, antara air dan benzena dibatasi oleh miniskus cembung,

yang merupakan tanda adanya peristiwa kohesi yaitu gaya tarik menarik antar partikel benzena

lebih besar dibanding dengan gaya tarik menarik antara partikel benzena dengan wadahnya.

Struktur benzena yang trdiri dari susunan rantai karbon tertutup menyebabkan sifat non

polar dari benzena. Selain itu, benzena juga memiliki struktur yang mengandung elektron-

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 31

Page 32: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

elektron yang kemudian terdelokasi yang memberi kestabilan yang tinggi yang mengakibatkan

pemutusan ikatan rantai karbon sehingga mudah larut didalam air.

F. Asam Klorida (HCl)

Asam klorida merupakan senyawa anorganik polar yang berwujud cair dan memiliki sifat

korosif karena pH rendah yang dimilikinya. Asam klorida tak berwarna atau bening, hal ini juga

karena kandungan unsur hidrogen yang dimilikinya. Unsur Cl dari HCl akan larut dalam unsur

H yang berada dalam fasa cair. Asam klorida tidak berbau karena merupakan senyawa

anorganik yang tidak memiliki rantai karbon sehingga HCl tidak memiliki bau yang khas.

HCl tergolong asam kuat sekaligus zat elektrolit kuat, sehingga dalam air mudah

terionisasi. Ikatan HCl adalah jenis ikatan polar dengan selisih keelektronegatifan 0,9. Atom Cl

cukup kuat menarik pasangan elektron jika dibandingkan dengan elektron H. Jka HCl dicampur

dengan air, dapat larut karena pada dasarnya HCl dapat terurai menjadi ion H+ dan Cl- yang

bergerak ke arah molekul air sehingga dapat bercampur dengan air. peristiwa ini disebut soluasi.

Selain itu, larutnya HCl dalam air disebabkan juga oleh titik didih HCl yang rendah (-

84OC). Jika suhu rendah, maka akan ada suatu gaya tarik antar moleku. Gaya tarik menarik

inilah yang memungkinkan untuk mengikat moleku-molekul dalam zat cair dan padat.

Penambahan air pun menyebabkan konsentrasi HCl berkurang (pengenceran).

Asam klorida merupakan asan kuat yang memiliki ikatan polar yang tinggi. Hal ini

menyebabkan asam klorida sangat mudah larut dalam air. HCl terurai dalam air menjadi ion-ion

penyusunnya, yaitu ion positif H+ dengan ion negatif Cl-. Dengan begitu akan terbentuk gaya

tarik menarik baru antara ion H+ dan ion Cl- dengan molekul air yang polar. Sehingga ternetuk

larutan.

G. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium Hidroksida berwujud cair, dan karena sifat kebasaannya NaOH bersifat iritan.

NaOH tidak berwarna (bening) yang juga disebabkan karena adanya unsur hidrogen yang

melarutkan unsur Na dan O. Dominasi Hidrogen dalam fasa cair inilah yang menyebabkan

NaOH menjadi tidak berwarna. Selain itu, NaOH juga tidak berbau karena pada dasarnya

natrium hidroksida merupakan senyawa anorganik yang tidak memiliki rantai karbon, sehingga

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 32

Page 33: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

tidak menghasilkan bau atau aroma karena yang menimbulkan aroma atau bau itu adalah gugus

karbon dari suatu senyawa.

NaOH tergolong dalam basa kuat sekaligus elektrolit kuat. Sehingga dapat terionisasi

sempurna dalam air. selain itu, NaOH memiliki gugus –OH yang polar sehingga dapat larut

dalam air yang juga bersifat polar. Semakin kuat kepolaran senyawa, semakin mudah senyawa

tersebut larut dalam pelarut polar.

NaOH memiliki ikatan polar yang tinggi. Kepolaran ini menyebabkan natrium hidroksida

dapat larut dengan mudah dalam air. NaOH trionisasi dengansempurna dalam air membentuk

ion Na+ dan OH- yang mudah terikat dengan molekul air yang bersifat polar.

H. Eter

Eter merupakan zat pelarut yang bersifat non polar. Sedangkan air merupakan zat pelarut

yang bersifat polar. Untuk dapat larut, pelarut dan zat terlarut harus sejenis. Jika kedua jenis

molekul yang dicampur sama-sama nonpolar, maka mreka sama-sama netral, tidak memiliki

dipol. Sehingga keduanya dapat bercampur secara homogen. Demikian pula jika molekul

pelarut dan terlarut sama-sama polar, keduanya saling memiliki dipol permanen, maka kutub

positif akan tarik menarik dengan kutub negatif. Dan sebaliknya, sehingga keduanya dapat

bercampur homogen.

Pada kasus eter dan air, kedua zat yang sejenis sehingga air tidak larut dalam eter.

Keduanya akan terpisah dimana air berada di dasar tabung reaksi sedangkan eter berada

diatasnya. Hal ini disebabkan massa jenis eter yang lebih kecil dibandingkan massa jenis air.

Meskipun air memiliki tetapan dielektrik yang sangat tinggi, namun eter memiliki tetapan

dielektrik kecil sehingga gaya tarik menarik antar mlekul air terjadi secara lemah dan

mengakibatkan terganggunya proses kelarutan.

Percobaan terhadap eter dilakukan di ruang terpisah di ruang asam karena titik didih eter

yang sangat rendah. Sehingga eter snagat mudah untuk teroksidasi dengan kandungan proksida

yang mudah meledak. Akibat sifat eksplosif inilah eter harus disimpan di ruang yang terisolasi

dan tidak berhubungan langsung dengan udara.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 33

Page 34: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Secara umum, eter berwujud cair, kecuali metil eter yang berwujud gas. Hal ini

dikarenakan titik didih yang rendah, yang mempengaruhi ruang gerak molekul di dalam eter.

Gaya antarmolekul yang kuat dengan ruang gerak yang cukup membuat eter bersifat cair.

Eter memiliki volatitas yang tinggi sehingga eter dapat menguap dengan mudah. Eter

berwarna bening sebagai akibat adanya unsur C, H, dan O. Eter juga memiliki bau yang khas.

Eter tidak larut dalam air karena eter memiliki gugus alkil yang dapat mengurangi

kepolaran suatu zat sehingga eter dikategorikan sebagai senyawa non polar. Energi yang ada

tidak sukup untuk memutuskan ikatan rantai karbon (gugus alkil) eter yang nonpolar, akibatnya

eter tidak dapat larut dalam air dan terbentuk dua frasa, dimana eter yang massa jenisnya lebih

rendah dari air berada di atas air

5.3 Analisis Alat Dan Bahan

5.3.1 Analisis Bahan

Metanol: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Metanol merupakan senyawa

organik yang memiliki rantai karbon terpendek dengan bau yang khas. Tidak

hanya itu, senyawa organik juga dapat memiliki perbedaan saat dilarutkan

dalam pelarut polar dan non polar dengan gaya Van der Walls.

Toluena: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Toluena juga merupakan senyawa

organik dengan rantai karbon siklis.

Benzena: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Benzena juga merupakan senyawa

karbon.

Gula: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Gula merupakan senyawa karbon

raksasa yang merupakan ikatan kompleks glukosa dan maltosa.

HCl: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Selain itu, HCl juga digunakan

sebagai peubah saat penambahan asam. HCl dipakai karena pada dasarnya

HCl merupakan asam kuat dengan sifat reaktif.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 34

Page 35: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

NaOH: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Selain itu, NaOH juga digunakan

sebagai peubah saat penambahan basa karena merupakan basa kuat reaktif.

CaCO3: untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Selain itu, CaCO3 juga dipakai

sebagai bahan uji coba sifat kimia baik akibat pengaruh asam maupun basa.

Air: sebagai pelarut polar. Air dipakai karena sifatnya yang mudah terionisasi.

Eter: sebagai pelarut non polar karena sifatnya yang organik dan tidak

terpolarisasi dengan mudah.

H2SO4 pekat: sebagai bahan untuk mengamati perubahan sifat kimia pada kayu. Dipilih

karena sifat oksidatornya yang kuat. Selain itu, dapat digunakan untuk

mensterilkan kawat Ni-Cr sebelum digunakan atau membersihkan padatan

yang menempel pada tabung reaksi.

Aluminium: sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh basa.

Seng: bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh asam dan basa.

Besi: sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh basa.

Tembaga: sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh asam

dan panas.

Korek api: sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh asam

kuat karena senyawa karbon kompleks yang mudah dioksidasi yang

dikandungnya.

Magnesium: sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh panas.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 35

Page 36: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

5.3.2 Analisis Alat

A. Bunsen / lampu alkohol

Digunakan untuk membakar zat untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh panas.

Dipilih karena ukurannya yang minimalis dan tepat untuk percobaan.

B. Karet Hisap

Digunakan untuk menghisap cairan ke dalam pipet ukur. Karet ini berguna untuk

mengambil cairan dengan volume yang diperlukan (dipakai bersamaan dengan pipet ukur)

sehingga zat tidak boros dan tepat guna. Dipilih karena kepraktisannya dalam kontrol saat

membuang cairan yang berlebih dan mengambil saat kurang, serta ukurannya yang cocok

dengan pipet ukur.

C. Gelas Ukur 10 ml

Digunakan untuk menampung dan mengukur volume suatu cairan.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 36

Page 37: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

D. Kawat Ni-Cr

Digunakan untuk membakar zat. Kawat ini dipilih karena ketiadaan reaksi dengan

pembakaran sehingga hasil percobaan menjadi valid.

E. Tabung Reaksi

Digunakan sebagai wadah untuk mereaksikan. Dipakai karena ukuran dan bentuk yang

sesuai.

F. Pipet ukur

Digunakan bersamaan dengan karet hisap untuk mengambil cairan sesuai jumlah yang

dibutuhkan.

G. Corong

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 37

Page 38: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Digunakan untuk memasukan zat atau cairan ke dalam wadah bermulut sempit seperti

tabung reaksi, gelas ukur, atau gelas beaker. Dipakai karena pemakaian tabung reaksi,

agar saat penuangan, tidak ada cairan yang tercecer. Cairan yang tercecer dapat berbahaya

(bila asam pekat) dan membuat jumlah cairan berkurang dengan kuantitas yang tidak

diketahui. Digunakan karena viskositasnya yang kecil dengan cairan sehingga cairan tidak

banyak yang tertahan gaya adhesi-kohesi saat dituangkan dan mengoptimumkan

kuantitas.

H. Gelas Beaker 100 ml

Digunakan untuk menampung cairan.

I. Pipet Tetes

Digunakan untuk mengambil cairan dan meneteskannya dalam pereaksian.

J. Spatula

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 38

Page 39: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Berfungsi untuk mengambil bahan kimia yang dibutuhkan

K. Pengaduk

Batang pengaduk yang terbuat dari kaca tahan panas yang digunakan untuk mengaduk

larutan kimia di dalam alat gelas hingga larutan menjadi homogen.

L. Penjepit Kayu

Untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk mengambil benda lain

dalam kondisi panas.

5.4 Analisis Kesalahan

Kami melakukan beberapa kesalahan saat menjalani eksperimen, diantaranya: kurangnya

kepekaan laboran dalam mencium bau zat sehingga sulit membedakan antara zat satu dengan

yang lain, utamanya senyawa organik seperti toluena, benzena, dan methanol; kurang teliti

dalam mengamati perubahan suatu zat; kurang memperharikan kebersihan baik kebersihan pada

peralatan yang dipergunakan, maupun kebersihan dalam proses sehingga jika ada kotoran dapat

mepengaruhi hasil pengamatan; dan kurang memperhatikan air sisa pencucian karena tidak

dicucui terlebih dahulu, ada kemungkinan kontaminasi dengan zat lain.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 39

Page 40: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 6

JAWABAN TUGAS

1. Lambang Bahan Kimia:

a. Mudah meledak (E: Eksplosive)

- Dapat meledak, terbakar dengan cepat pada saat pemanasan dalam keadaan tertutup sebagian

- Dapat bereaksi secara eksotermis tanpa adanya oksigen

Hindari guncangan, ketukan, gesekan, percikan api dan panas

b. Korosif (C: Corrosive)

- Kerusakan total terhadap jaringan hidup

Gunakan alat pelindung saan menangani bahan tersebut. Jangan menghirup atau menghisap

c. Berbahaya bagi lingkungan (Dangerous for Environment)

- Pembuangan ke dalam lingkungan dapat menyebabkan kerusakan seketika atau tertunda terhadap satu

atau lebih komponen hidup yang dapat mengubah keseimbangan alam

Jangan biarkan memasuki sistem lingkungan hidup. Buang di tempat khusus

d. Berbahaya (Xn: harmful)

- Terkontaminasi dalam jumlah sedikit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian

- Bersifat karsinogen, mutagenik dan toksik

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 40

Page 41: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Hindari kontak dengan manusia

e. Iritasi (Xi: irritant)

- Kontak terus menerus dapat menyebabkan peradangan

- Sensitif terhadap kulit

Hindari kontak dengan mata dan kulit. Jangan dihirup

f. Beracun (T: Toxic)

- Terkontaminasi sedikit dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan terkadang kematian.

- Efek karsonogenik dan mutagenik

- Sangat beracun (T +: Toxic +): lebih parah dari toxic biasa

Hindari kontak dengan tubuh. Gunakan alat khusus dalam menggunakan

alat tersebut

g. Mengoksidasi (o: Oxidizing)

- Dapat menyala walaupn tidak ada kontak dengan bahan yang dapat menyala.

- Dapat meningkatkan bahaya dan intensitas kebakaran

Hindari kontak dengan bahan yang menyala

h. Mudah terbakar (F: Flameable)

- Titik nyala dibawah 21°C namun tidak menyala secara ekstrim.

Jauhkan dari nyala api terbuka

Sangat mudah terbakar (F +: Flameable +)

- Titik nyala dibawah 0°C.

- Gas yang mudah terbakar di udara pada kondisi normal

dan suhu rata-rata

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 41

Page 42: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Jauhkan dari nyala api terbuka, percikan api, dan sumber panas.

2. Lambang bahan kimia pda percobaan 1:

- Metanol : flameable (F)

- CaCO3 : -

- Garam : -

- Toluena : flameable (F)

- Benzena : toxic (T) / karsinogen

- HCL : irritant (Xi)

- NaOH : irritant (Xi)

- Aquades : -

- Eter : flameable (F)

- Aluminium : -

- Seng (Zn) : -

- Besi (Fe) : -

- Tembaga (Cu) : -

- KOH : toxic (T)

- H2SO4 : corrosive (C)

- Magnesium (Mg) : -

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 42

Page 43: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, kami mendapatkan kesimpulan bahwa setiap zat

memiliki sifat kimia dan fisika yang khas sehingga dapat dibedakan antara satu dengan yang

lainnya.

7.1.1 Sifat fisika adalah sifat yang berhubungan dengan keadaan fisis suatu materi, tidak

berhubungan dengan zat baru dan dapat diamati tanpa mengubah zat kimianya, seperti

warna, bau, titik leleh, titik didih, wujud, dan sebagainya.

A. Berlangsungnya suatu reaksi kimia dapat diketahui melalui perubahan sifat fisis

seperti:

Munculnya gelembung gas; seperti pada pencampuran alumunium dengan NaOH

Terbentuknya endapan; seperti pada pencampuran zink dan batu kapur dengan

HCl

Perubahan warna; seperti pada batang kayu yang berubah warna ketika dicelupkan

pada H2SO4

Perubahan suhu; seperti pada tabung reaksi yang menjadi panas ketika batang

kayu dicelupkan ke dalam H2SO4

B. Identifikasi suatu zat dapat dilakukan dengan uji nyala, karena warna nyala yang

dihasilkan merupakan karakteristik khusus yang dimiiki suatu zat

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 43

Page 44: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

7.1.2 Sifat kimia adalah kualitas khusus suatu zat yang menyebabkan zat tersebut mampu

berubah wujud dan menghasilkan zat baru yang berbeda dengan zat awalnya dan bersifat

ireversibel.

A. Dari reaksi-reaksi pencampuran yang dilakukan dapat diketahui bahwa senyawa polar

mudah larut dalam pelarut polar dan begitu juga sebaliknya.

B. Berlangsung atau tidaknya suatu reaksi dapat ditentukan melalui:

Harga potensial reduksi (E°) yang dapat diketahui melalui deret volta (khusus

reaksi logam)

Kepolaran suatu zat

Hasil kali kelarutan (Ksp)

Sifat khusus suatu zat (golongan transisi atau lantanida)

C. Amfoter merupakan zat yang dapat bereaksi dengan asam maupun basa pada

(percobaan ini seng (Zn))

7.2 Saran

Diharapkan ketelitian saat melakukan eksprimen dapat ditingkatkan untuk meminimalisir

kesalahan yang akan mempengaruhi hasil eksperimen. Diperlukan kecermatan dan ketelitian yang

lebih dalam pengamatan perubahan zat pada saat reaksi.

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 44

Page 45: Makalah Prakimdas Modul 1

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2010

Daftar Pustaka

Buku Praktikum Kimia Dasar

Brady, James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Erlangga

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga

Keenan, Wood, Kleinfelter.1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta: PT.

Kalman Media Pustaka

http://rizkybonbon.blogsot.com/2010/06/lambang-bahan-kimia.html

Modul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia 45