Makalah Pleno F9 Block 8
-
Upload
fenshiro-lesnussa -
Category
Documents
-
view
117 -
download
3
Transcript of Makalah Pleno F9 Block 8
Pembentukan Sel Darah Merah dan Berbagai Faktor yang Mendukung
Makalah PBL block 8
Kelompok F9
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Seorang pasien perempuan muda mengeluh cepat lelah, dan lemas. Gejalah-gejalah
tersebut terutama muncul saat menstruasi. Pemeriksaan darah menunjukan jumlah kadar
hemoglobin dan kadar besi berkurang. Perempuan tersebut di diagnosis mengalami
anemia difesiensi
Tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini agar kita mengetahui
1. Mengetahui mekanisme peredaran darah
2. Mengetahui Struktur peredaran darah secara mikroskopik
3. Mengetahui darah
Sistem Sirkulasi/Peredaran Darah
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan serangkaian pembuluh darah arteri
dan vena yang mengangkut darah. Arteri membawa darah yang kaya oksigen menjauhi
jantung. Vena membawa darah yang terdeoksigenasi (yang kandungan oksigennya sudah
diambil) kembali menuju jantung. Anda dapat membayangkan peredaran darah seperti
jalanan di Inggris. Jalan raya dan jalan besar mencerminkan arteri dan vena; jalan kecil
mencerminkan pembuluh darah kecil yang memasok organ tubuh dengan darah. Seperti
1 Makalah PBL Block 8 (F9)
jalanan, aliran darah di sirkulasi dapat terganggu dan menyebabkan tekanan meningkat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan
eksternal dan lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrien dan gas ke
semua sel, jaringan, organ, dan sistem organ, serta membawa produk akhir metabolik
keluar darinya (Gambar 1).1,2
Gambar 1. Jalur Sirkulasi Darah pada Jantung.2
Sistem sirkulasi memiliki beberapa komponen, yaitu sistem kardiovaskular, sistem
limfatik, dan organ pembentuk. Sistem kardiovaskular adalah bagian dari sistem sirkulasi.
Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, kapiler. dan vena), dan darah yang
mengalir di dalamnya. Jantung adalah pompa muskular untuk menggerakkan darah.
Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tempat darah mengalir. Darah adalah cairan yang
mengalir dalam pembuluh. Jarak semua sel tubuh dari sumber nutrisi ini tidak pernah
melebihi satu milimeter. Sistem limfatik juga bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri
dari pembuluh limfe dan nodus limfe yang terletak di dalam pembuluh limfe besar. Organ
pembentuk dan penyimpan darah seperti limfe. hati, sumsum tulang, kelenjar timus, dan
jaringan limfe, juga berhubungan dengan sistem sirkulasi.1
2 Makalah PBL Block 8 (F9)
Fungsi dari sistem sirkulasi antara lain transpor, pertahanan suhu tubuh,
perlindungan, dan juga buffer tubuh. Pada transpor, makanan, gas, hormon, mineral, enzim,
dan zat-zat vital lainnya dibawa darah ke seluruh sel tubuh, serta membawa zat-zat sisa
hasil metabolisme sel-sel melalui darah menuju paru-paru, ginjal, atau kulit untuk
dikeluarkan dari tubuh. Dalam mempertahankan suhu tubuh, pembuluh darah
berkontriksi/menyempit untuk mempertahankan panas tubuh dan berdilatasi/melebar
untuk melepaskan panas pada permukaan kulit. Untuk perlindungan, Sistem darah dan
sistem limfatik melindungi tubuh terhadap cedera dan invasi/masuknya benda asing
melalui sistem imun. Mekanisme pembekuan darah juga mencegah kehilangan darah yang
banyak bila terjadi trauma. Sedangkan untuk mekanisme pendaparan (buffering), protein
darah memberikan sistem buffer asam-basa untuk mempertahankan pH optimum darah,
sehingga proses yang terjadi didalam tubuh dapat berjalan maksimal dan tidak
membahayakan (Gambar 2).1
Gambar 2. Sirkulasi Darah pada Tubuh.2
3 Makalah PBL Block 8 (F9)
Struktur Mikroskopis Pembuluh Darah
Dalam struktur mikroskopis pembuluh darah atau vaskular darah akan dibahas
arteri utama, arteriol, kapiler, venula, dan vena. Pertama, akan dibahas mengenai arteri.
Tiga kategori utama arteri adalah arteri elastis, arteri muskular, dan arteriol kecil.
Diameter arteri secara berangsur mengecil setiap kali bercabang sampai pembuluh
terkecil, yaitu kapiler. Arteri elastis adalah pembuluh paling besar di dalam tubuh. Di
antaranya adalah trunkus pulmonal dan aorta serta cabang-cabang utamanya. Dinding
pembuluh ini terutama terdiri atas serat elastis yang memberi kelenturan dan daya pegas
selama aliran darah. Arteri elastis bercabang menjadi arteri berukuran sedang, yaitu arteri
muskular yang merupakan pembuluh darah terbanyak di tubuh. Arteri muskular
mengandung lebih banyak serat otot polos pada dindingnya. Arteriol adalah cabang
terkecil sistem arteri. Dindingnya terdiri atas satu sampai lima lapisan serat otot polos
(Gambar 3).3
Gambar 3. Sistem Sirkulasi.3
4 Makalah PBL Block 8 (F9)
Dinding arteri secara khas mengandung tiga lapisan tunika konsentris. Lapisan
terdalam adalah tunika intima; terdiri atas endotel dan jaringan ikat subendotel di
bawahnya. Lapisan tengah adalah tunika media, terutama terdiri atas serat otot polos yang
mengitari lumen pembuluh. Lapisan terluar adalah tunika adventisia, terutama terdiri atas
serat-serat jaringan ikat. Arteri muskular berukuran-sedang juga memiliki sebuah pita
berombak tipis dari serat elastis yang disebut lamina elastika interna yang bersebelahan
dengan tunika intima. Pita lain terdiri atas serat-serat elastis berombak terdapat pada
perifer tunika media yang membatasi tunika media dan tunika adventisia, disebut sebagai
lamina elastika ekstena.3,4
Kapiler adalah pembuluh darah terkecil dengan diameter rata-rata 8 µm, hampir
sama dengan diameter eritrosit. Terdapat tiga jenis kapiler: kapiler kontinu, kapiler
bertingkap, dan sinusoid. Kapiler kontinu paling umum dan ditemukan pada kebanyakan
organ dan jaringan. Pada kapiler ini, sel-sel endotel saling menyambung membentuk
lapisan yang utuh. Sebaliknya, kapiler bertingkap memiliki lubang-lubang bulat atau
fenestra (pori) pada sitoplasma sel endotel. Kapiler bertingkap demikian ditemukan dalam
organ endokrin, usus halus, dan glomeruli ginjal. Sinusoid adalah pembuluh darah yang
berjalan berkelok-kelok, tidak teratur dengan diameter yang jauh lebih besar dari kapiler
lain. Sinusoid ditemukan di dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Tautan sel endotel
jarang ada pada sinusoid, dan celah-celah lebar terdapat di antara sel endotel. Membran
basalnya juga tidak utuh, bahkan kadang-kadang tidak ada pada sinusoid (Gambar 3).3,4
5 Makalah PBL Block 8 (F9)
Gambar 4. Arteriol, Kapiler, dan Venula.4
Sedangkan pembuluh vena dimulai dari ujung akhir kapiler. Kapiler berangsur-
angsur membentuk venul yang lebih besar; venul umumnya menyertai arteriol (Gambar
4). Darah balik mula-mula mengalir ke dalam venul pascakapiler, kemudian ke dalam vena
yang makin membesar. Untuk mudahnya, vena digolongkan sebagai kecil, sedang, dan
besar. Dibandingkan arteri, vena lebih banyak, berdinding lebih tipis, berdiameter lebih
besar, dan struktur bervariasi lebih besar. Vena ukuran kecil dan sedang, terutama di
ekstremitas, memiliki katup. Saat darah mengalir ke arah jantung, katup terbuka. Saat akan
mengalir balik, katup menutup lumen dan mencegah aliran balik darah. Darah vena di
antara katup pada ekstremitas mengalir ke arah jantung akibat kontraksi otot. Katup tidak
terdapat pada vena SSP, vena cava inferior atau superior, dan vena visera. Dinding vena
juga terdiri atas tiga lapisan, namun lapisan ototnya jauh lebih tipis. Tunika intima pada
vena besar terdiri atas endotel dan jaringan ikat subendotel. Tunika media tipis dan tunika
adventisia adalah lapisan paling tebal pada dindingnya.3
Nutrisi sebagai salah satu fungsi dari pembuluh darah juga diberlakukan kepada
pembuluh darah itu sendiri, ada yang melalui lumennya sendiri tapi ada juga yang melalui
pembuluh darah lain. Dinding arteri dan vena yang lebih besar terlalu tebal untuk
menerima nutrien langsung melalui difusi dari lumennya. Itulah sebabnya dinding
pembuluh darah besar dipasok oleh pembuluh darahnya sendiri yang kecil, disebut vasa
vasorum (pembuluh darah pada pembuluh darah (Gambar 3).3
Pada preparat sistem sirkulasi dapat ditemukan berbagai jenis pembuluh darah dan
limfatik sekaligus yang dikelilingi jaringan ikat longgar dan lemak. Pada gambar 5, sebuah
arteri kecil dengan struktur dinding dasar tampak di tengah atas gambar. Berbeda dengan
vena, arteri memiliki dinding relatif tebal dan lumen kecil. Pada potongan melintang,
dinding sebuah arteri memiliki lapisan, yaitu tunika intima, tunika media, dan tunika
adventisia. Tunika intima yang terdiri atas endotel di lapisan dalam, subendotel yang
merupakan lapisan jaringan ikat, dan lamina (membran) elastika intema/LEI yang
menandakan batas antara tunika intima dan tunika media. Tunika media terutama terdiri
6 Makalah PBL Block 8 (F9)
atas serat otot sirkular. Anyaman serabut elastin halus yang longgar terdapat di antara sel
otot polos. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung saraf kecil dan
vasa vasorum. Bila sebuah arteri memiliki 25 atau lebih lapisan otot polos di dalam tunika
media, arteri ini disebut arteri sedang/muskular atau arteri pendistribusi. Serat elastin
lebih banyak, namun masih berupa serabut-serabut halus dan anyaman.3
Gambar 5. Preparat Gabungan Arteri, Vena, dan Limfe.3
Juga pada gambar 5, vena berukuran sedang terlihat di tengah bawah gambar.
Dindingnya relatif tipis dan lumennya besar. Potongan melintang vena menampakkan
lapisan tunika intima yang terdiri atas endotel dan selapis serat kolagen dan elastin halus
yang sangat tipis yang menyatu dengan jaringan ikat tunika media. Tunika media terdiri
atas selapis tipis otot polos yang melingkar secara longgar dan terbenam di dalam jaringan
7 Makalah PBL Block 8 (F9)
ikat. Lapisan ini jauh lebih tipis pada vena daripada di arteri. Tunika adventisia sendiri
terdiri atas selapis lebar jaringan ikat. Pada vena, lapisan ini jauh lebih tebal daripada
tunika media. Pada gambar 5 juga terlihat arteriol. Arteriol terkecil memiliki lamina
elastika interna tipis dan satu lapis sel otot polos di dalam tunika medianya.3
Ciri yang mencolok pada vena besar adalah adventisia muskularnya tebal dengan
serat-serat otot polosnya tersusun memanjang. Pada potongan melintang sebuah vena
besar, tampak susunan dindingnya: serat-serat otot polos tersusun dalam berkas dan
terutama tampak pada potongan melintang dengan sejumlah jaringan ikat tunika
adventisia yang tersebar di antaranya. Vasa vasorum terdapat di antara jaringan ikat.
Berbeda dengan tunika adventisia yang tebal, tunika media memiliki lapisan yang lebih
tipis, terdiri atas serat-serat otot polos melingkar dan sedikit jaringan ikat yang lebih
longgar. Pada vena besar terkadang tunika media dapat sangat tipis dan padat. Seperti
terlihat pada pembuluh lain, tunika intima merupakan bagian endotel dengan sedikit
jaringan penyokong.3,4
Gambar 6. Arteri dan Vena Sedang/Muskular.3
Dinding pembuluh darah mengandung jaringan elastis dalam jumlah tertentu agar
dapat mengembang dan berkerut. Pada arteri dan vena muskular yang terpotong
transversal dan sediaan dibuat dengan pulasan elastin akan memperlihatkan sebaran
serat-serat elastin. Serat elastin akan terpulas hitam dan serat kolagennya kuning muda.
8 Makalah PBL Block 8 (F9)
Dinding arteri jauh lebih tebal dan mengandung lebih banyak serat otot polos daripada
dinding vena. Lapisan terdalam, tunika intima arteri, terpulas gelap karena lamina elastika
internanya (LEI) tebal. Lapisan tengah arteri muskular yang tebal, tunika media, terdiri
atas beberapa lapis serat otot polos yang tersusun melingkari lumen, serta berkas tipis
serat-serat elastin. Pada bagian tepi tunika media, terdapat lamina elastika eksterna (LEE)
yang tidak begitu nyata. Di sekitar arteri, terdapat jaringan ikat adventisia. Di dalam
adventisia, terdapat serat kolagen yang terpulas lemah, dan serat elastin yang terpulas
gelap. Pada dinding vena juga tampak lapisan tunika intima, tunika media, dan tunika
adventisia yang terpotong melintang. Di sekitar kedua pembuluh itu, terdapat kapiler,
arteriol, venula, dan sel-sel jaringan lemak. Di dalam lumen kedua jenis pembuluh,
terdapat banyak eritrosit dan leukosit (Gambar 6).3
Struktur dinding aorta mirip dengan struktur dinding arteri sedang. Namun, serat-
serat elastin coklat tua merupakan bagian terbesar tunika media, dengan sel-sel otot polos
tidak sebanyak pada arteri muskular. Jaringan lain di dalam dinding aorta tetap tidak
terpulas atau hanya terpulas lemah. Ukuran dan susunan lamina elastika di tunika media
jelas terlihat dengan pulasan elastin. Namun, sel-sel otot polos dan serabut elastin halus di
antara lamina tetap tidak terpulas. Luasnya tunika intima dapat ditetapkan, namun tidak
terlihat jelas. LEI dan LEE kurang dapat jelas terlihat pada arteri besar jika dibandingkan
dengan arteri sedang. Tunika adventisia, juga tidak terpulas, adalah zona sempit serat
kolagen. Di dalam aorta dan arteri pulmoner, tunika media mencakup sebagian besar
dinding pembuluh, sedangkan tunika adventisia menipis (Gambar 7).3
Gambar 7. Lapisan Arteri Besar.3
9 Makalah PBL Block 8 (F9)
Darah
Darah terdiri atas sel dan cairan yang mengalir satu arah secara teratur di dalam
sistem sirkulasi tertutup. Darah terutama didorong ke depan oleh kontraksi ritmik jantung
dan terdiri atas dua bagian: sel-sel darah dan plasma. Darah membentuk sekitar 8% dari
berat tubuh total dan memiliki volume rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria.
Sel-sel darah terdiri dari tiga jenis elemen selular khusus, eristrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah), yang membentuk suspensi dalam
cairan kompleks plasma. Eritrosit dan leukosit adalah sel utuh, sementara trombosit adalah
fragmen/potongan sel. Darah merupakan suatu media pengangkut yang mengangkut O2,
CO2, metabolit dan hormon. Oksigen terutama terikat pada hemoglobin eritrosit, sedangkan
karbondioksida diangkut oleh larutan dalam plasma sebagai CO2 dan HCO3−¿ ¿
, selain terikat
pada protein eritrosit (khususnya hemoglobin).5,6
Jika darah dikeluarkan dari sistem sirkulasi, darah akan membeku. Bekuan ini
membentuk unsur berbentuk dan cairan bening kekuningan yang disebut serum, yang
memisahkan diri dari bekuan. Hematokrit adalah suatu perkiraan volume tumpukan
eritrosit per unit volume darah. Nilai normalnya adalah 40-50% pada pria dan 35-45%
pada wanita.6
Plasma
Plasma adalah larutan yang mengandung substansi dengan berat molekul rendah atau
tinggi, yang merupakan 10% dari volumenya. Protein plasma mencakup 7% dari volume
dan garam anorganiknya sebesar 0,9%; sisa volume sebesar 10% itu terdiri atas beberapa
senyawa organik-misalnya asam amino, vitamin, hormon, lipoprotein-dari berbagai asal.
Protein plasma utama adalah albumin; alfa, beta, dan gamma globulin; lipoprotein, dan
protein yang berpartisipasi dalam pembekuan darah, seperti protrombin dan fibrinogen.
Albumin adalah unsur yang terbanyak dijumpai, mempunyai peran fundamental dalam
mempertahankan tekanan osmotik darah.6,7
Leukosit (sel darah putih)
10 Makalah PBL Block 8 (F9)
Leukosit dibagi dalam 2 kelompok: granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan
agranulosit (leukosit mononuklear). Granulosit memiliki inti dengan 2 atau lebih lobus
dan mencakup neutrofil, basofil, dan eosinofil. Granulosit mengandung glikogen dan
daapt berfungsi di daerah yang miskin oksigen, seperti daerah inflamasi. Sedangkan
agranulosit tidak memiliki granul spesifik. Intinya berbentuk bulat dan tidak melengkung
nyang meliputi limfosit dan monosit. Manusia dewasa mempunyai sekitar 7000 sel darah
putih /μL darah. Persentase normal berbagai jenis sel darah putih dari jumlah total sel
darah putih yang kira-kira sebagai berikut:6,7
Neutrofil 62,0%
Eosinofil 2,3%
Basofil 0,4%
Monosit 5,3%
Limfosit 30,0%
Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4 sampai
8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4 sampai 5 hari berikutnya dalam jaringan yang
membutuhkan. Monosit juga mempunyai masa edar yang singkat, yaitu 10 sampai 20 jam
dalam darah, sebelum mengembara melalui membran kapiler ke dalam jaringan. Begitu
masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya besar sekali dan
menjadi makrofag jaringan, dalam bentuk ini sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan
kecuali bila sel-sel itu dimusnahkan saat melakukan fungsi fagositik. Limfosit memasuki
sistem sirkulasi secara kontinu, bersama dengan aliran limfe dari nodus limfe dan jaringan
lomfoid lainnya. Setelah beberapa jam, limfosit keluar dari darah dan kembali ke jaringan
dengan cara diapedesis, dan selanjutnya memasuki limfe dan kembali ke darah lagi,
demikian seterusnya; sehingga, terjadi sirkulasi limfosit yang terus menerus di seluruh
tubuh. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan; masa hidup
ini bergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel tersebut.6,7
Trombosit (keping darah)
11 Makalah PBL Block 8 (F9)
Trombosit adalah fragmen sel mirip cakram, dan tak berinti, dengan garis tengah 2-4 μm.
Sel ini berasal dari fragmentasi megakariosit poliploid raksasa yang ada di sumsum tulang.
Trombosit mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki celah dalam
dinding pembuluh darah, yang mencegah kehilangan darah. Nilai normal trombosit
berkisar dari 200.000 sampai 400.000 per mikroliter darah. Jangka hidup trombosit dalam
darah lebih kurang 10 hari. 7
Eritrosit (sel darah merah)
Jumlah sel darah yang normal pada laki-laki adalah 4,6 – 6,2 juta/μL. Pada wanita, 4,2-5,4
juta/μL . Jumlah total sel darah merah dalam sirkulasi darah kurang-lebih 2,5-1013. Kadar
normal hemoglobin adalah 14-18 g/dL bagii laki-laki dan 12-16 g/dL bagi wanita. Nilai
hematokrit (volume packed red blood cells) bagi laki-laki dan wanita masing-masing 42-
52% dan 37-47% lama hidup sel darah merah yang normal adalah 120 hari; ini berarti
bahwa kurang dari 1 % darah populasi sel darah merah akan digantikan setiap harinya.
Sel darah merah baru yang muncul dalam sirkulasi darah masih mengandung
ribosom dan unsur-unsur dari retikulum endoplasma. Lama hidup sel darah merah dapat
memendek secara dramatis pada berbagai keadaan anemia hemolitik. Jumlah retikulosit
akan meningkat secara nyata pada keadaan ini karena sumsum tulang berupaya untuk
mengimbangi pemecahan sel darah merah yang cepat tersebut dengan cara meningkatkat
jumlah sel darah merah muda yang baru di dalam sirkulasi darah.6,7
Produksi sel-sel darah merah
Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, sel-sel darah merah primiif yang
berinti diproduksi di yolk sac. Selama pertengahan trisemester masa gestasi, hati dianggap
sebagi organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah , namun terdapat juga sel-sel
darah merah dalam jumlag yang cukup banyak yang diproduksi di limpa dan kelenjar limfe.
Lalu kira-kira selama bulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, sel-sel darah merah
hanya diproduksi di sumsum tulang. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang
memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum tualng
panjang, kecuali bagian proksiaml humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak
12 Makalah PBL Block 8 (F9)
memproduski sel-sel darah merah setelah berusia kurang lebih 20 tahun. Setelah usia ini,
kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti
vertebra, sternum, rusuk, dan ilium. Bahkan dalam tulang-tulang ini, sumsum tulang
menjadi kurang produktif seiring dengan bertambahnya usia.6,7
Sel darah memulai kehidupannya di dalam sumsum tulang dari suatu tipe sel yang
disebut sel stem hematopoietik pluripoten, yang merupakan asal dari semua sel dalam
darah sirkulasi. Sewaktu sel-sel darah ini bereproduksi, ada sebagian kecil dari sel-sel ini
bertahan persis seperti sel pluripoten asalnya dan disimpan dalam sumsum tulang guna
mempertahankan suplai sel-sel darah tersebut, walaupun jumlahnya berkurang seiring
dengan pertambahan usia. Sel yang berada pada tahap pertengahan sanagt mirip dengan
pluripoten, walaupun sel-sel ini telah membentuk suatu jalur khusus pembelahan sel dan
disebut commited stem cells.5,6
Pemebentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi diferensiasi itu sendiri
dikendalikan oleh faktor-faktor di luar sumsum tulang. Contohnya, pada eritrosit (sel darah
merah), paparan darah dengan oksigen rendah dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam jumlah
yang sangat banyak.5,6
Tahap tahap pembentukan sel darah merah
Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah merah adalah
proeritroblas, sejumlah besar sel ini dibentuk dari sel-sel stem CFU-E. Sel ini membelah
beberapa kali samapai membentuk eritrosit yang matur. Sel-sel generasi pertama ini
disebut baasofil eritroblas, sel yang terdaapt pada tahap ini mengumpulkan sedikit sekali
hemoglobin. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh hemoglobin sampai
konsentrasi sekitar 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhirnya diabsorbsi
atau didorong keluar dari sel. Pada saat yang sama retikulum endoplasma direabsorpsi. Sel
pada tahap ini disebut retikulosit karena masih mengandung sejumlah kecil materi
basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel
sitoplasma lainnya. Selama tahap retikulosit ini, sel-sel berjalan dari sumsum tulang masuk
ke dalam kapiler darah dengan cara diapedesis. Materi basofilik yang tersisa dalam
13 Makalah PBL Block 8 (F9)
retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2 hari, dan sel kemudian
menjadi eritrosit matur.6,7,8
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sel darah merah
Teradapat berbagai faktor yang mempengaruhi produksi sel darah merah, salah satu faktor
utama yakni oksigenasi jaringan. Setiap keadaan yang menyebabkan penurunan
transportasi sejumlah oksigen ke jaringan biasanya akan meningkatkan kecepatan
produksi sel darah merah. Jadi, bila seseorang menjadi begitu anemis akibat adanya
perdarahan atau kondisi lainnya, maka sumsum tulang segera memulai produksi sejumlah
besar sel darah merah. Selain itu, bila terjadi kerusakan pada sebagian besar sumsum
tualng akibat sebab apapun, terutama oleh terapi dengan sinar-X, akan mengakibatkan
hiperplasia sumsum tulang yang tersisa, dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan sel
darah merah dalam tubuh. Selain itu terdapt juga faktor ketinggian suatu dataran,
(hipoksia) yang juga memicu produksi sel darah merah itu sendiri, yang memiliki jumlah
oksigen dalam udara yang rendah, dan faktot berbagai penyakit, seperti gagal janung dan
penyakit paru, yang juga memicu hipokisa untuk peningkatan volume darah total dan
hematokrit. Selain itu, ginjal juga turut serta berperan dalam pembentukan sel darah
merah.5,6
Penurunan penyaluran O2 ke ginjal merangsang ginjal mengeluarkan hormon
eritropietin ke dalam darah, dan hormon ini pada gilirannya merangsang eritropoiesis
oleh sumsum tulang. Eritropoietin bekerja pada turunan sel punca tak berdiferensiasi yang
sudah ditentukan untuk menjadi SDM, merangsang proliferasi dan pematangan sel-sel ini
menjadi eritrosit matang. Peningkatan aktifitas eritropietin ini meningkatkan jumlah SDM
dalam darah sehingga kapasitas darah mengangkut O2 meningkat dan penyaluran O2 ke
jaringan pulih ke normal. Jika penyaluran O2 ke ginjal telah normal maka sekresi
eritropoietin dihentikan sampai dibuthkan kembali. Dengan cara ini, produksi eritropietin
dalam keadaan normal diselaraskan dengan kerusakan atau kehilangan sel-sel ini sehingga
kemampuan darah mengangkut O2 relatif konstan. Pada kehilangan SDM yang berlebihan,
seperti pada perdarahan atau perusakan abnormal eritrosit muda dalam darah, laju
eritropoiesis dapat meningkat menjadi lebih dari enam kali lipat nilai normal.5,6
14 Makalah PBL Block 8 (F9)
Persiapan eritrosit untuk meninggalkan sumsum tulang terdiri dari beberapa tahap,
termasuk sistesis hemoglobin dan pengeluaran nukleus dan organel. Sel-sel yang paling
matang memerlukan waktu beberapa hari sebelum matang penuh dan dibebaskan ke
dalam darah sebagai respon terhadap eritropoietin. 6
Produksi hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dari proeritroblas dan berlanjut bahkan dalam stadium
retikulosit pada pembentukan sel darah merah. Produksi atau pembentukan hemoglobin
diawali dengan adanya sintesis heme, salah satu unsur hemoglobin.6
Heme disintesis di dalam sel hidup melalui sebuah lintasan yang sudah banyak
diteliti. Dua buah bahan senyawanya adalah suksinil-KoA yang berasal dari siklus asam
sitrat di mitokondria, dan asam amino glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan pada
reaksi ini untuk “mengaktifkan” glisin. Produk reaksi kondensasi antara suksinil-KoA dan
gisin adalah asam α-amino-β-ketoadipat yang dengan cepat mengadakan dekarboksilasi
untuk membentuk δ-aminolevulinat (ALA). Rangkaian reaksi ini dikatalasis oleh enzim
ALA sintase yang merupakan enzim pengendali laju reaksi pada biosintesis porfirin di hai
mamalia. Sisnteis ALA terjadi di mitokondria. Di dalam sitosol dua buah molekul ALA
mengalami kondensasi oleh enzim ALA dehidratase untuk membentuk dua molekul air
dan satu molekul porfobilinogen (PBG). ALA dehidratase merupakan enzim yang
mengandung seng dan sensitif terhadap inhibisi oleh timbal sebagaimana terdapat pada
keracunan timbal.
Pembentukan tetrapirol siklik, yaitu suatu porfirin, terjadi lewat kondensasi empat
molekul PBG. Keempat molekul ini mengadakan kondensasi secarfa kranial-ke-kaudal
hingga terbentuk tetrapirol linier, yaitu hidroksimetilbilana. Reaksi tersebut dikatalisis
oleh enzim uroporfirinogen I sintase, yang juga dikenal sebagai enzim PBG deaminase.
Hidroksimetilbilana mengadakan reaksi siklisasi spontan untuk membentuk
uroporfirinogen I, atau diubah menjadi uroporfirinogen III melalui kerja
uroporfirinogen III kosintase.
Uroporfirinogen III diubah menjadi koproporfirinogen III melalui dekarboksilasi
semua gugus asetat (A) yang mengubahnya menjadi substituen metil (M). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen dekarboksilase yang juga mampu mengubah
15 Makalah PBL Block 8 (F9)
uroporfirinogen I menjadi koproporfirinogen I. Koproporfirinogen III kemudian memasuki
mitokondria dan di dalam mitokondria diubah menjadi protoporfirinogen III serta
kemudian menjadi protoporfirin III.9
Tahap akhir pada sisntesis heme meliputi proses penyatuan besi fero dengan
protoporfirin di dalam sebauh rekasi yang dikatalisis oleh enzim heme sintase atau
ferokelatase, yaitu enzim metokondria lainnya, yang hasilnya penyatuannya akan
membentuk heme. Sekitar 85% sisntesis heme rterjadi pada sel-sel prekusor eritroid di
dalam sumsum tulang dan mayoritasnya terjadi di dalam hepatosit. Akhirnya setiap
molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yaitu globin yang disintesis
oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin.
Tiap-tiap rantai mempunyai berat molekul kira-kira 16.000; empat rantai ini selanjutnya
akan berikatan longgar satu sama lain untuk membentuk molekul hemoglobin yang
lengkap.
Teradapat beberapa variasi kecil di berbagai rantai subunit hemoglobin, bergantung
pada susunan asam amino di bagian polipeptidanya. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai
alfa,beta, gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang
dewasa yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Karena setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah gugus prostetik heme yang
mengandung satu atom besi dan karena adanya empat rantai hemoglobin di setiap molekul
hemoglobin; setiap atom ini dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigen sehingga
empat molekul oksigen (atau delapan atom oksigen) dapat diangkut oleh setiap molekul
hemoglobin.
Secara ringkas, proses pembentukan hemoglobin dapat disimak pada pada tabel
berikut.
16 Makalah PBL Block 8 (F9)
I. 2 suksinil ko-A + 2 glisin pirol
II. 4 pirol protoporfirin IX
III. Protoporfirin IX + Fe++ heme
IV. Heme + polipeptida rantai hemoglobin (
α atau β ¿
V. 2 rantai α + 2 rantai β hemoglobin A
Hemoglobin mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan oksigen secara longgar dan
reversibel. Oksigen dalam sirkulasi darah diangkut oleh hemoglobin dalam bentuk oksi-Hb
dari paru-paru menuju jaringan tubuh yang memerlukan.6,9
Metabolisme besi
Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh sebesar 4 sampai 5 gram, dan kira-kira 65%
dijumpai dalam bentuk hemoglobin. sekitar 4 % da;alm bentuk mioglobin, 1% dalam
bentuk variasi senyawa heme yang memicu oksidasi intrasel, 0,1% bergabung dengan
protein transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan untuk penggunaan
selanjutnya terutama disitem retikuloendotelial dan sel parenkim hati, khususnya dalam
bentuk feritin.6
Bila jumlah besi dalam plasma rendah, beberapa besi yang terdapat di tempat
penyimpanan feritin dilepaskan dengan mudah dan diangkut dalam bentuk transferin di
dalam plasma ke area tubuh yang membutuhkan. Karakteristik dari transferin yakni bahwa
molekul ini berikatan dengan reseptor pada membran sel eritoblas di sumsum tulang.
Selanjutnya, bersama dengan besi yang terikat, transferin masuk ke dalam eritoblas dengan
cara endositosis. Di dalam eritoblas, transferin melepaskan besi secara langsung ke
mitokondria, tempat heme disintesis. Pada orang-orang yang tidak mempunyai transferin
dalam jumlah cukup di dalam darahnya, kegagalan pengangkutan besi ke eritoblas dengan
cara tersebut dapat menyebabkan anemia hipokrom yang berat-yakni, sel darah merah
mengandung lebih sedikit hemoglobin daripada sel normal. Secara umum, anemia
merupakan suatu keadaan dimana terdapat kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang
dapat disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau jumlah hemoglobin
dalam sel yang terlalu sedikit.6
Penghancuran sel darah merah
Ketika sel darah merah dihantarkan dari sumsum tulang masuk ke dalam sistem sirkulasi.
Sel tersebut normalnya akan bersirkulasi rata-rata selama 120 hari sebelum dihancurkan.
Walaupun sel darah merah yang matur tidak mempunyai init, mitokondria atau retikulum
17 Makalah PBL Block 8 (F9)
endoplasma, sel tersebut mempunyai enzim-enzim sitoplasma yang mampu melakukan
mekanisme glukosa dan membentuk sejumlah kecil adenosin trifosfat. Enzim tersebut juga
mampu (1) mempertahankan kelenturaqn membran sel; (2) mempertahankan transport
ion melalui membran; (3) menjaga besi hemoglobin sel agar tetap dalam bentuk fero,
bukan dalam bentuk feri, dan (4) mencegah oksidasi proteind alam sel darah merah.
Meskipun demikian, sistem metabolik dalam sel darah merah yang tua secara progesif
makin kurang aktif, dan sel menjadi semakin rapuh, diduga karena proses kehidupannya
sudah banyak terpakai.
Begitu membran sel darah merah menjadi rapuh, sel tersebut bisa robek sewaktu
melewati temapt-tempat yang sempit di sirkulasi. Di limpa akan dijumpai banyak sel darah
merah yang hancur, karena sel-sel ini terperas sewaktu melalui pulpa merah limpa.
Ruangan diantara struktur trabekula pulpa merah, yang harus dilalui oleh sebagian besar
sel, lebarnya 3 μm, dibandingkan dengan sel darah merah yang berukuran 8 μm. Bila limpa
diangkat, jumlah sel darah merah abnormal berumur tua yang beredar dalam darah akan
meningkat secara bermakna.6,7
Penguraian hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit
oleh sel-sel makrofag di banyak bagian tubuh, namun terutama oleh sel-sel Kupffer hati,
makrofag limpa dan makrofag sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari
sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin dan
menghantarkannya kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferin ke sumsum
tulang untuk sel darah merah baru, atau ke hati atau jaringan lainnya untuk disimpan
dalam bentuk feritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh makrofag
melalui serangkaian tahap menjadi pigmen empedu bilirubin, yang dilepaskan ke dalam
darah dan kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh sekresi melalui hati ke dalam cairan
empedu.6,7,9
18 Makalah PBL Block 8 (F9)
Penutup
Sistem sirkulasi pada manusia merupakan sistem yang penting untuk menjaga agar
energi yang selalu tubuh butuhkan tersedia, menjaga kadar asam basa dalam tubuh, dan begitu
banyak fungsi yang berhubungan bila dijabarkan. Sistem sirkulasi dimulai dari jantung ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah arteri, kapiler, kemudian ke vena dan kembali ke
jantung. Dari jantung akan dipompa lagi menuju paru-paru untuk mendapatkan O2. Struktur
mikroskopis pembuluh darah vena dan arteri pada umumnya sama, yaitu memiliki 3 lapisan,
yaitu tunica intima, tunica media, dan tunica adventisia. Yang membedakan adalah kejelasan
antar lapisan satu dengan yang lain, arteri masih lebih terlihat jelas dibandingkan vena, dan
juga lumen arteri cenderung bulat, sedangkan vena lonjong. Darah sendiri yang mengalir pada
seluruh pembuluh darah merupakan suatu ‘cairan’ yang terdiri dari plasma dan padatan.
Padatan yang dimaksud adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sedangkan mikroskopis darah
memperlihatkan bentuk-bentuk leukosit dan eritrosit serta titik-titik trombosit. Pembentukan
darah terjadi dari janin hingga dewasa dengan waktu hidup bagian darah tertentu dan
terkumpul di hepar untuk diubah menjadi bilirubin.
Dengan semua yang dipaparkan diatas, sudah jelas bahwa pemahaman atas struktur
mikroskopis, darah itu sendiri dan mekanisme jalurnya sungguh penting dalam memahami
kejadiaan gangguan pada sistem sirkulasi.
Daftar Pustaka
19 Makalah PBL Block 8 (F9)
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.218-24.
2. Palmer A, Williams B. Simple guide: tekanan darah tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.h.2.
3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.231-43.
4. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.h.329-43.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.2011.p.421-33
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC.2007.p.439-
52
7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar, teks dan atlas. Edisi 10.
Jakarta:EGC.2007.p.220-30
8. Jebrut DRD. Hematopoiesis, pembentukan sel darah. Diunduh dari
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/06/22/hematopoiesis-pembentukan-sel-darah/. Juni
22, 2010.
9. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta:
EGC. 2003.p.342-6
20 Makalah PBL Block 8 (F9)