MAKALAH PERPAN
-
Upload
rahman-doank -
Category
Documents
-
view
144 -
download
19
Transcript of MAKALAH PERPAN
TUGAS MAKALAH PERPINDAHAN PANAS
(KONVEKSI ALAMIAH)
OlehRAHMAN (0705101072)
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ka1or mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah.
Akan tetapi, gaya dorong untuk a1iran ini ada1ah perbedaan suhu. Bila sesuatu
benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang lebih panas,
demikian pula ha1nya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain
yang lebih dingin.
Perpindahan ka1or dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
ka1or, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu
proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada
suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan ja1an pemasukan atau
pengeluaran ka1or.
Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi
proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan
secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara a1ami. Dengan
demikian. pada pengembunan dan penguapan (krista1isasi) ka1or harus
dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, ka1or
harus dimasukkan ada1ah hukum a1am bahwa ka1or itu suatu bentuk energy.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah yaitu seperti
hukum asas yang lain, contohnya hukum kekekalan masa dan momentum, ini
artinya kalor tidak hilang. Energi hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama
ke bentuk yang ke dua.
Bila diperhatikan misalnya jumlah energi kalor api unggun kayu yang
ditumpukkan, semua ini .menyimpan sejum1ah energi dalam yang ditandai
dengan kuantitas yang lazim disebut muatan kalor bahan. Apabila api dinyalakan,
energi termal yang tersimpan di dalam bahan tadi akan bertukar menjadi energi
kalor yang dapat kita rasakan. Energi kalor ini mengalir jika terdapat suatu
perbedaan suhu. Bila diperhatikan sebatang logam yang dicelupkan ke dalam
suatu tangki yang berisi air kalor. Karena suhu awal logam ialah T dan suhu air
ialah T , dengan T >> T , maka logam 1 2 2 1dikatakan lebih dingin daripada air.
Ha1 yang penting dalam sistem yang terdiri dari air dan logam ialah adanya suatu
perbedaan suhu yang nyata yaitu (T1 – T2 ).
Pengertian Kalor
Kamu tentu pernah merebus air bukan? Air yang tadinya terasa dingin dan sejuk
setelah direbus beberapa saat akan terasa hangat dan lama-kelamaan menjadi
panas. Tahukah Kamu mengapa demikian? Selama direbus air mendapat energi
dari api yang menyala di bawah air tersebut. energi yang dihasilkan oleh nyala api
akan berpindah ke air dan berubah menjadi panas dalam air. Bentuk energi yang
berpindah karena perbedaan suhu disebut sebagai energi kalor. Perpindahan
energi kalor selalu terjadi dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah. Jadi jika ada dua buah benda A dan B mempunyai suhu yang berbeda, dan
suhu A lebih dari suhu B kemudian kedua benda tersebut disentuhkan maka suhu
A akan menurun dan suhu B akan naik hingga suhu kedua benda tersebut
setimbang.
Oleh karena kalor adalah bentuk energi maka dimensi untuk kalor sama dengan
dimensi energi yaitu [ML2T2 ] dan satuan kalorpun mengikuti pada satuan energi
yaitu joule atau kalori. Hubungan joule dan kalori adalah :
1 kalori = 4,2 joule atau 1 joule = 0,24 kalori
Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud zat
1. Kalor dapat mengubah suhu benda
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang perpindahan kalor dari benda
yang bersuhu tinggi menuju benda yang suhunya rendah untuk mengamati lebih
jelas tentang perpindahan kalor maka lakukanlah percobaan berikut
Tujuan :Mengamati perpindahan kalor dan benda yang dapat melepas dan
menerima kalor
1. Sediakan segelas air dingin, segelas air panas, termometer dan sebuah wadah
plastik.
2. Ukurlah suhu air pada masing-masing kedua gelas
3. Campurkan air dari dari kedua gelas tersebut ke dalam wadah plastik
4. Selang beberapa saat ukurlah suhu air campuran tersebut
5. Apakah kesimpulanmu?
Suhu air yang tadinya panas sekarang menjadi lebih dingin dan suhu air yang
tadinya dingin menjadi lebih panas hal ini menunjukkan bahwa air panas
melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor dari air panas untuk menaikkan
suhunya. Tidak hanya zat cair yang dapat melepas dan menerima kalor, semua
benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang bersuhu lebih tinggi
dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor, demikian juga sebaliknya
bendabenda yang bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung
menerima kalor untuk menstabilkan kondisinya dengan lingkungan di sekitarnya.
Ketika suatu zat melepas atau menerima kalor tentunya suhu zat tersebut akan
berubah, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat
mengubah suhu suatu benda.
2. Kalor dapat mengubah wujud zat
Kondisi wujud suatu benda sangat terpengaruh oleh keadaan suhu suatu zat
tersebut. Pada umumnya benda-benda yang bersuhu rendah berwujud padat
sedangkan bendabenda yang bersuhu tinggi akan berwujud cair atau gas.
Perubahan wujud akan terjadi ketika kita memberikan atau mengambil kalor zat
tersebut secara terus menerus. Untuk lebih jelasnya lakukanlah percobaan berikut!
Tujuan : Mengamati peruibahan wujud suatu zat akibat penambahan kalor
1. Sediakan sepotong es batu, bejana dan pembakar spirtus
2. Masukan es ke dalam bejana kemudian letakkan diatas pemanas
3. Panaskan es dalam bejana dan amati perubahan yang terjadi
4. Panaskan terus bejana tersebut sampai semua es berubah menjadi cair dan
Peristiwa perubahan zat padat menjadi zat cair disebut melebur (mencair)
B. Faktor-faktor yang mempercepat penguapan serta besarnyakalor untuk menaikan suhu benda dan perubahan wujud benda.
Perubahan wujud dari zat cair menjadi gas disebut menguap. Beberapa faktor
yang dapat mempercepat penguapan diantaranya adalah :
a. Memanaskan zat cair
Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume ruang gerak zat cair
sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat cair menjadi tidak kuat yang akan
mengakibatkan semakin mudahnya molekul zat cair tersebut melepaskan diri dari
kelompoknya yang terdeteksi sebagai penguapan.
b. Memperluas permukaan zat cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak bisa berlangsung secara serentak akan
tetapi bergiliran dimulai dari permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar
untuk melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat penguapan
kita juga bisa melakukannya dengan memperluas permukaan zat cair tersebut.
c. Mengurangi tekanan pada permukaan zat cair
Dengan mengurangi tekanan udara pada permukaan zat cair berarti jarak antar
partikel udara diatas zat cair tersebut menjadi lebih renggang. Akibatnya molekul
air lebih mudah terlepas dari kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara
partikelpartikel udara tersebut. hal yang sering terjadi disekitar kita adalah jika
kita memasak air di dataran tinggi akan lebih mudah mendidih daripada ketika
kita memasak di dataran rendah.
d. Meniupkan udara di atas zat cair
Pada saat penjemuran pakaian proses pengeringan tidak sepenuhnya dilakukan
oleh panas sinar matahari, akan tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang
meniup pakaian sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar
dari pakaian sehingga pakaian akan cepat kering.
Perubahan zat tidak hanya berlaku satu arah saja seperti pada percobaan 2 akan
tetapi perubahan wujud juga berlaku untuk sebaliknya. Jika kita memasukkan air
ke dalam lemari pendingin yang dapat mengambil kalor air tersebut hingga
suhunya mencapai kurang dari 0o C maka air akan berubah menjadi padat (es).
Jika suatu zat padat dipanaskan pada tekanan rendah, kemungkinan terjadi bahwa
zat tersebut tidak akan melebur akan tetapi langsung menjadi uap atau gas.
Peristiwa ini disebut dengan menyublim atau melennyap. Pada dasarnya
perubahan wujud suatu zat mengikuti sekema daur perubahan wujud berikut ini
membeku mengkristal mencair menyublim menguap mencair.
Kalor sebanding dengan kalor jenis
Untuk memahami kalor jenis suatu zat maka lakukanlah percobaan sederhana
Menyelidiki kalor jenis suatu zat
1. Sediakan sepotong besi dan sepotong kayu yang ukurannya sama
2. Jemurlah keduanya di bawah sinar matahari
3. Setelah beberapa saat rasakan tingkan tanasnya dengan tanganmu
4. Manakah yang lebih panas?
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa besarnya kalor yang diterima berbeda-
beda untuk tiap-tiap jenis benda yang berbeda. Dalam fisika besaran yang
membedakan tingkat kemampuan suatu benda untuk menerima atau melepas kalor
dinamakan kalor jenis (c). Besarnya kalor yang diterima oleh tiap-tiap benda
sebanding dengan kalor jenis zat tersebut
Q µ c
dengan
Q : Banyaknya kalor yang dibutuhkan (joule)
c : kalor jenis (J/Kg K)
Kalor sebanding dengan kenaikan suhu
Jika kita menaikkan suhu suatu benda maka dalam hal ini kita juga memberikan
kalor pada benda tersebut. semakin tinggi kita menaikkan suhu suatu benda maka
semakin besar pula kalor yang kita berikan pada benda tersebut. dengan demikian
dapat kita katakan bahwa; Besarnya kalor yang diberikan pada suatu benda
sebanding dengan kenaikan suhu yang diberikan pada benda itu. Atau secara
matematis dapat dituliskan dalam persamaan berikut
Q µ Dt
dengan
Q : Banyaknya kalor yang dibutuhkan (joule)
_ t : Kenaikan suhu (K)
Kalor sebanding dengan massa
Menurut anda samakah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu dua zat yang
sama jenisnya tetapi massanya berbeda? Untuk membuktikannya maka
lakukanlah percobaan berikut
Menyelidiki pengaruh massa benda terhadap pemberian kalor
1. Sediakan dua gelas ukur (gelas A dan gelas B), dua pemanas spirtus dan air
suling.
2. Isilah gelas ukur A dengan air suling 250 ml dan gelas ukur B dengan air suling
500 ml
3. Panaskan masing-masing gelas ukur dengan kadar api yang sama besar
4. Tunggulah sampai air dalam salah satu gelas ukur mendidih
5. Air dalam gelas manakah yang mendidih lebih dahulu
6. Apakah kesimpulanmu?
Dari kegiatan tersebut jelas bahwa semakin besar massa suatu zat, maka semakin
besar pula kalor yang dibutuhkan untuk mendidihkan air dalam gelas. Jadi,
penambahan kalor pada suatu benda sebanding dengan massa benda tersebut.
Q µ m
dengan
Q : Banyaknya kalor yang dibutuhkan (joule)
m : Massa benda (Kg)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kalor yang
diberikan pada benda
- Sebanding dengan kalor jenis (c)
- Sebanding dengan kenaikan suhu (_T)
- Sebanding dengan massa benda (m)
Dan dapat dituliskan dalam persamaan berikut
Q = mcDt
1. Kalor Jenis
Dari persamaan di atas dapat kita turunkan rumusan untuk kalor jenis suatu zat
yaitu
atau secara definitif dapat dikatakan bahwa, kalor jenis suatu zat adalah adalah
banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepas tiap satu kilogram massa, untuk
menurunkan atau menaikkan suhunya sebesar satu Kelvin atau satu derajad
Celsius.
2. Kalor Lebur
Seperti pada sat kita membahas besarnya kalor yang digunakan untuk menaikkan
suhu zat, kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat pada titik lebur tiap-
tiap
zat berbeda-beda. Misalkan untuk mengubah wujud es yang suhunya 0o C
menjadi air
yang suhunya 0o C memerlukan kalor 334 KJ/kg, sedangkan untuk mengubah
alkohol
padat pada suhu –97o C menjadi alkohol cair yang bersuhu –97o C memerlukan
kalor
336 KJ/kg. Jadi besarnya kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat dari
padat menjadi cair tergantung pada jenis zat tersebut. Kalor yang digunakan untuk
meleburkan 1 kg zat pada titik leburnya disebut kalor lebur
Hubungan antara kalor yang diberikan dengan kalor lebur dan massa benda adalah
sebagai berikut
Q = mL
Dengan
Q : Kalor yang di berikan (J)
m : Massa benda (kg)
L : kalor lebur (J/kg)
3. Kalor Uap
Pada proses penguapan juga terjadi perubahan wujud yaitu dari bentuk cair
menjadi gas. Untuk mengubah wujud suatu zat tentunya juga memerlukan kalor
yang berbeda-beda antara zat yang satu dengan yang lainya tergantung pada jenis
zat tersebut. untuk menguapkan 1 kg zat cair menjadi menjadi uap atau gas pada
titik didihnya disebut dengan kalor uap. Karna kalor yang diperlukan untuk
mengubah wujud zat sebanding dengan massa zat tersebut maka persamaan yang
berlaku pada saat penguapan adalah.
Q = mU
Dengan
Q : Kalor yang di berikan (J)
m : Massa benda (kg)
U : kalor Uap (J/kg)
Kapasitas kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk
menaikkan suhunya 10 C
C = Q/Dt
Satuannya adalah joule/0C
Hubungan kapasitas kalor dengan kalor jenis
C = m.c
Pengaruh kalor pada benda
Bila kalor diberikan kepada zat ada tiga kemungkinan yang terjadi pada zat
1. terjadi kenaikan suhu
2. terjadi perubahan wujud zat
3. terjadi pemuaian zat
Perhatikan gambar ketika air dalam bentuk padat diberi kalor sehingga berubah
wujud menjadi
cair, gas, kemudian plasma sebagai berikut
Perpindahan Panas
Perpindahan panas terjadi dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah
yang berlangsung sampai terjadi suhu kesetimbangan. Suhu kesetimbangan adalah
kondisi ketika proses perpindahan panas berhenti yang ditandai dengan kesamaan
suhu dari kedua benda yang mengalami proses perpindahan panas. Proses
perpindahan panas yang terjadi dalam proses injection molding yaitu konduksi
dan konveksi. Yang membedakan dari keduanya jenis perpindahan adalah pada
media perpindahan panasnya.
a. Perpindahan panas konduksi
Perpindahan panas konduksi merupakan perpindahan panas dengan media benda
padat, dimana dalam injection molding terjadi pada mold dan produk plastik.
Perpindahan panas konduksi dirumuskan:
L)T(TkAq12−=............................................................(6)
Dimana:
q = Laju perpindahan panas konduksi (Watt)
K = Kondukrtivitas panas (W/m ºC)
A = Luas penampang aliran panas (m2)
T1 = Temperatur aliran bebas (ºC)
T2 = Temperatur dinding (ºC)
L = Tebal benda (m)
b. Perpindahan panas konveksi
Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas dengan media fluida.
Dalam proses perpindahan panas terjadi gerakan fluida yang berarti ada
perpindahan massa. dimana dalam injection molding terjadi pada mold dan cairan
pendingin yang di pompakan ke dalam saluran pendingin pada mold. Perpindahan
panas konveksi dirumuskan:
q = hA (Tw-T∞)=..............................................................(7)
Dimana:
q = Laju perpindahan panas konveksi (Watt)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 ºC)
A = Luasan benda yang bersinggungan fluida (m2)
Tw = Suhu benda (ºC)
T∞ = Suhu fluida (ºC)
Perpindahan panas dalam dinding pipa setiap satuan panjang:
Dr Dt Q k 2πr d = -
Distribusi suhu pada berbagai jarak dari pusat dievaluasi dengan NP di elemen
volum
setebal _r :
Rate of heat Input - Rate of heat output = accumulation
Perpindahan panas di dalam isolasi diperoleh dengan cara yang sama dengan transfer
panas di dinding pipa, diperoleh:
Perindahan panas dari permukaan isolasi ke udara secara konveksi :
Nilai Q dicari dengan menjumlahkan ke-4 persamaan suhu di atas, sehingga
diperoleh:
Transfer panas terbesar jika tebal isolasi minimum, atau:
maka :
Pada kondisi ini, R3 merupakan tebal isolasi minimum atau kritis, dimana jika
tebal isolasi lebih kecil dari R3 kritis ini maka Q semakin besar. Oleh karena
dalam penentuan tebal isolasi harus lebih besar dari R3 kritis ini. Meskipun
semakin besar R3 maka panas yang ditransfer semakin kecil, tetapi semakin tebal
isolasi berarti biaya isolasi semakin tinggi pula. Oleh karenanya perlu
diperhatikan tebal isolasi optimum atau economic insulation thickness. Telah
banyak artikel yang menulis rule of thumb tebal isolasi ekonomis. Keyword:
recommended hot insulation thickness. Tebal ini sangat dipengaruhi suhu alat dan
jenis isolasi.
Laju padatan arah aksial dalam tanur putar telah banyak di modelkan baik secara
numeric maupun analitik. Berikut ini persamaan untuk laju alir padatan aksial
dalam tanur putar (Kramers dan Croockweit 1952)
Secara garis besar pemodelan perpindaha panas dalam tanur putar dapat
diturunkan sebagai berikut.
Aliran laminar
Untuk aliran berlapis (laminar) dalam pipa tegak atau datar, di mana konveksi
bebas dapat diabaikan, berlaku persamaan:
Re < 2100
Dimana:
L =adalah panjang pipa di mana terjadi perpindahan panas; m.
d =diameter pipa; m
•b =viskositas fluida pada suhu rata-rata; Pa.s
•w =viskositas fluida pada suhudinding; Pa.s
Cp =kapasitas panas; J/kg.K
hc =koefisien perpindahan panas rata-rata
k =konduktivitas termal; W/m.K
Faktor (•/• w) digunakan sebagai koreksi, jika viskositas fluida di dekat dinding
dan di tengah pipa terlalu berbeda. Semua sifat fluida dihitung pada suhu rata-rata
kecuali • w Untuk fluida masuk dan keluar pada T berbeda, T rata-rata secara
aritmetik:
Tw = suhu dinding
Tbi = suhu fluida masuk
Tbo =suhu fluida keluar
Aliran turbulen
Untuk aliran bergolak (turbulen) dalam pipa yang bersih berlaku persamaan:
hL = koefisien konveksi didasarkan pada •Tm.
Beda suhu rata-rata logaritmik,LMTD, •Tm
Merupakan selisih suhu rata-rata secara logaritma pada kedua ujung peralatan.
Bilangan Grashof tidak ada dalam persamaan di atas, karena nilai bilangan
Reynolds terlalu tinggi untuk adanya pengaruh konveksi bebas. Sifat-sifat fluida
harus dinilai pada temperatur rata-rata antara temperatur masuk dan keluar.
Persamaan-persamaan empiris yang ada pada waktu ini belum mencakup semua
keadaan yang dijumpai dalam praktek. Banyak hal yang tidak dapat di hitung
koefisiep pindah panasnya. Dalam hal ini h harus diperkirakan dari data empiris,
yang biasanya dalam buku-buku referensi diberikan sebagai batas-batas nilai.
Data yang dilaporkan dalam buku maupun dalam majalah banyak berguna dalam
memperkirakan koefisien pindah panas secara konveksi.
Nila h untuk udara, Ptotal= 1 atm, aliran turbulen
Nilai h untuk air, T=4-105oC, aliran turbulen
Nilai h aliran fluida yang melintasi plat datar
Aliran laminar : Re < 3.105; Pr > 0,7
Aliran turbulen: Re > 3.105; Pr > 0,7
Nilai h untuk aliran melintasi bola
Sebuah bola yang akan dipanaskan atau didinginkan oleh fluida yang
mengalir tegak lurus terhadap sumber bola.
1 < Re < 70.000
0,6 < Pr < 400
Pemanasan udara dalam aliran turbulen.
Udara pada 206,8 kPa dan temperatur rata-rata 477,6 K akan dipanaskan melalui
pipa dengan ID 25,4 mm dan kecepatan 7,62 m/dt. Sebagai media pemanas
digunakan steam pada 488,7 K diluar pipa. Karena koefisien konveksi steam besar
sedangkan tahanan dinding pipa sangat kecil, dianggap temperatur dinding pipa
yang kontak dengan udara juga 488,7 K.
Hitung :
a. Koefisien perpindahan panas untuk L/D > 60.
b. Fluks panas (q/A)
Penyelesaian:
Dari App. A.3. Geankoplis 1987, udara pada 477,6 K:
mb = 2,6.10-5 Pa.s
k = 0,03894 W/m
Pr = 0,686
Pada 488,7 K, mw = 2,64.10-5 Pa.s
mb = 2,6.10-5 Pa.s = 2,6.10-5 kg/m.dt
(a) Aliran turbulen:
Air mengalir melalui pipa horizontal 1” sch 40, pipa baja pada temperatur rata-
rata 65,6 oC dan kecepatan 2,44 m/dt. Air akan dipanaskan dengan steam pada
107,8 oC diluar dinding pipa.
Koefisien sisi uap diperkirakan ho = 10500 W/m2.K.
a. Hitung hi untuk air didalam pipa.
b. Hitung U, koefisien perpindahan panas keseluruhan, didasarkan atas permukaan
dalam pipa.
c. Hitung q untuk 0,305 m pipa.
Penyelesaian:
Dari App. A-5 (Geankoplis, 1987):
1” sch 40 : ID= 0,0266 m dan OD = 0,0334 m.
Air pada T = 65,6 oC dari App. A.2 : NPr = 2,72
r = 0,98 (1000) = 980 kg/m3
k = 0,633 W/m.K
µ = 4,32.10-4 Pa.S
Daftar Pustaka
A A. Boateng, (2008), ” Rotary Kiln: Transport Phenomena and Transport Processes”, Butterworth-Heinemann, USA.
A.K Ray and K.K Prasad, (1992) ,”A model for the isothermal reduction of iron ore with coal char”, Solid State Ionics Journal, 50, 217-226
Babu, B.V., et.al. Modeling and Simulation of Reduction Zone of Downdraft Biomass Gasifier: Effect of Air to Fuel Ratio. Department of
Supratomo, Ir, MSc, Dr. 2006. Perpindahan Panas. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin : Makassar.
Zuhrina Masyithah, ST, MSc dan Bode Haryanto, ST, MT, 2006. Buku ajar Perpindahan Panas.Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara: Medan