Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan mahasiswa tumbuh subur ketika lembaga- lembaga politik yang ada tidak mampu memainkan fungsi dan perannya secara optimal. Partai-partai politik, pihak eksekutif, legislative, yudikatif dan lain-lain di Indonesia belum mampu menjalankan tugasnya secara maksimal sehingga proses-proses politik meluber ke jalanan. Pada saat transisi demokrasi yang disertai kemandulan lembaga-lembaga politik yang ada, masyarakat membutuhkan reartikulator aspirasi dan kepentingan masyarakat. Harapan masyarakat biasanya tertumpu pada lembaga akademis (kampus) yang masih dianggap steril dan obyektif dalam memandang masalah. Harapan masyarakat ini bisa dijawab oleh mahasiswa yang mampu memainkan peran reartikulator aspirasi ini secara optimal ketika gerakannya terorganisir secara rapi dan masif. Mahasiswa merupakan bagian integral dari perguruan tinggi yang dikenal sebagai simbol intelektualitas, maka pengabdian kepada masyarakat sesuai kompetensi intelektualnya merupakan tanggungjawabnya secara moral dan secara intelektual. Gerakan mahasiswa juga pada 1

Transcript of Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

Page 1: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan mahasiswa tumbuh subur ketika lembaga-lembaga politik yang ada

tidak mampu memainkan fungsi dan perannya secara optimal. Partai-partai

politik, pihak eksekutif, legislative, yudikatif dan lain-lain di Indonesia belum

mampu menjalankan tugasnya secara maksimal sehingga proses-proses politik

meluber ke jalanan.

Pada saat transisi demokrasi yang disertai kemandulan lembaga-lembaga

politik yang ada, masyarakat membutuhkan reartikulator aspirasi dan kepentingan

masyarakat. Harapan masyarakat biasanya tertumpu pada lembaga akademis

(kampus) yang masih dianggap steril dan obyektif dalam memandang masalah.

Harapan masyarakat ini bisa dijawab oleh mahasiswa yang mampu memainkan

peran reartikulator aspirasi ini secara optimal ketika gerakannya terorganisir

secara rapi dan masif.

Mahasiswa merupakan bagian integral dari perguruan tinggi yang dikenal

sebagai simbol intelektualitas, maka pengabdian kepada masyarakat sesuai

kompetensi intelektualnya merupakan tanggungjawabnya secara moral dan secara

intelektual. Gerakan mahasiswa juga pada hakikatnya adalah gerakan intelektual

karena intelektualitas merupakan ciri khas yang inheren dalam diri mahasiswa

sebagai kelas menengah terdidik. Oleh karena itu pergerakan mahasiswa dituntut

untuk mampu menunjukkan kadar intelektualnya. Gerakan mahasiswa harus

menjadi gerakan ilmiah yang dibangun diatas basis rasionalitas yang tangguh.

Gerakan mahasiswa bukanlah gerakan emosional yang dibangun diatas

romantisme sejarah masa lalu sekaligus sarana penyaluran agresi gejolak muda.

Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respon spontan atas situasi

social yang tidak sehat, bukan atas ideology tertentu, melainkan atas nilai-nilai

ideal.

1

Page 2: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

Gerakan mahasiswa bersifat independen dari kelompok kepentingan tertentu,

tetapi tidak menutup kemungkinan ada langkah bersama . ini bisa terjadi lantaran

sifat gerakan mahasiswa itu sendiri yang merupakan reartikulator aspirasi rakyat

dan gerakan moral. Dalam perjuangannya gerakan mahasiswa hari ini dituntut

untuk mampu mengembangkan jejaring dengan elemen manapun sebagai bagian

dari membangun gerakan yang massif untuk kepentingan masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan

Dari latar belakang di atas tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

mendapatkan gambaran yang lengkap tentang pergerakan mahasiswa dalam

demokrasi.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan menggunakan studi

pustaka. Penulis mencari buku-buku yang terkait dengan judul makalah ini dan

menambah referensi dengan melakukan pencarian melalui internet demi

kesempurnaan makalah ini.

2

Page 3: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

BAB II

PEMBAHASAN

PERAN MAHASISWA DALAM DEMOKRASI

Demokrasi berasal dari kara demos dan kratos/katein yang berarti sistem

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam sejarah panjang

pemerintahan Indonesia selalu mengalami pasang surut dalam tatanan demokrasi

mulai dari pemerintahan orde lama, orde baru, dan kini orde reformasi. Dalam

perubahan tatanan demokrasi di Indonesia selalu diwarnai dengan derap

perjuangan pelajar dan mahasiswa. Pemuda, pelajar, dan mahasiswa secara

naluri selalu menjadi agen pengontron (agent of control) dan agen perubahan

(agent of change) demokrasi yang mewarnai percaturan politik di Indonesia.

Karena pentingnya peran mahasiswa dalam mengontrol demokrasi di Indonesia,

tidak mengherankan jika pemerintah orde baru berupaya menekan pergerakan

mahasiswa yang selalu mengkritisi pemerintah melalui berbagai usaha yang pada

intinya membatasi pergerakan mahasiswa dalam bidang politik dan

memposisikan pelajar dan mahasiswa duduk manis dalam organisasi intra

kampus dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Namun hal itu hanya

bertahan dalam era orde baru hingga tahun 1998. Pada bulan mei tahun 1998

mahasiswa kembali turun ke jalan menduduki gedung DPR, menggulingkan rezim

orde baru dan menggulirkan orde reformasi. Sejak orde reformasi mahasiswa

kembali bebas mengekspresikan dirinya sebagai agen kontrol dan agen

perubahan tatanan demokrasi hingga dihasilkan tatanan politik Indonesia pasca

reformasi yang lebih demokratis yang diakui oleh dunia internasional.

Pemuda secara umum didefinisikan sebagai mahasiswa atau kaum terpelajar

yang memiliki potensi besar dalam proses perubahan. Mahasiswa adalah sosok

yang suka berkreasi, idealis dan memiliki keberanian serta menjadi inspirator

dengan gagasan dan tuntutannya. Namun, format kehidupan mahasiswa saat ini,

sedikit banyak telah terpengaruh oleh sistem kehidupan yang berlaku sekarang,

yaitu sistem demokrasi kapitalis.

3

Page 4: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

Indonesia sebagai Negara demokrasi masih dianggap gagal karena terlalu

prosedural dan pengaruh uang masih sangat kuat di dalam kultur politik. Sehingga

berpolitik dianggap sebagai tempat untuk mencari uang.

Kalau memperhatikan apa yang terjadi di kampus-kampus di negeri ini, secara

umum, paling tidak kita akan menemukan adanya beberapa kelompok mahasiswa

muslim yang pemahaman dan kecenderungannya relatif berlainan. Citra dan cita-

cita mereka juga relatif berbeda sesuai dengan landasan pemikiran yang

mendasarinya.

Melihat perkembangan saat ini adalah mereka (mahasiswa) yang cuek

terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Yakni, mereka yang tidak peduli dengan

penderitaan dan kesengsaraan masyarakat.

Memang sistem kapitalis yang menyetir pola kehidupan sekarang melahirkan

penurunan nilai-nilai kemanusiaan. Sistem ini memang berhasil memberikan nilai

materi yang cukup berlimpah. Namun, ternyata keberhasilan itu hanya diraup oleh

segelinitr orang yang kuat, sementara mayoritas rakyat hidup dalam kesengsaraan.

Lapangan pekerjaan semakin sempit, pengangguran kian membludak, dan

berbagai tindak kriminal mulai menjadi wabah sosial kemanusiaan.

Kondisi seperti ini hanya akan melahirkan sistem individualis yang semakin

tajam. Setiap manusia termasuk mahasiswa- lalu berpikir pintas untuk

menyelamatkan diri, dan akhirnya tidak peduli dengan keadaan lingkungan.

Standar perbuatan mereka adalah manfaat. Bagi mereka, yang penting bermanfaat

dirinya dan tidak merugikan orang lain. Bagi mereka pacaran tidak menjadi

masalah, asal tidak hamil dan tidak menimbulkan masalah. Kelompok ini memang

benar-benar ingin menikmati dan hidup tenteram dalam kondisi sekarang. Mereka

tidak peduli kenikmatan hidupnya itu diraih di atas penderitaan orang lain.

Krisis Mahasiswa Indonesia

Peran Mahasiswa Indonesia sekarang ini sedang dalam taraf yang bisa

dibilang cukup membingungkan, penuh dengan pertanyaan serta keragu-raguan.

Setelah arus reformasi 1998 bergulir, mahasiswa yang menjadi salah satu simpul

perubahan besar bangsa ini mencoba menemukan lagi bentuknya. Tentunya

4

Page 5: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

sebuah format yang peran serta fungsinya memang sesuai dengan kondisi

Indonesia saat ini.

Tahun 2008 ini hadir dengan sederet momentum peringatan yang cukup

penting bagi bangsa Indonesia: 100 tahun Kebangkitan Nasional, 80 tahun

Sumpah Pemuda dan 10 tahun Reformasi. Namun yang datang kemudian

bukanlah selebrasi yang mewah-meriah-membahana menghinggapi bangsa ini,

akan tetapi sebuah kenyataan pahit yang menghampar di depan: Krisis.

Sudah tidak ada lagi pihak yang bisa lagi mengelak: Krisis benar-benar

terjadi! Kita semua dikagetkan oleh meroketnya harga-harga terutama minyak

dunia. Analis memperkirakan $ 200 per barel adalah angka yang mungkin dicapai.

Lebih dari 50 negara di dunia mengalami lonjakan tingkat inflasi di atas satu digit

termasuk Indonesia. Namun dalam sekejapan mata semua berubah drastis. Di

awali oleh apa yang dikenal sebagai krisis sub prime morgage, harga-harga

berjatuhan. Minyak jatuh hingga menembus angka di bawah $ 50 per barel.

Kontraksi dan resesi ekonomi melanda hampir seluruh pusat kapitalisme dan tentu

daerah-daerah pinggirannya. Semua panik, pasar finansial bergejolak jatuh, para

pemimpin berkumpul merunding sambil merinding, dan mereka kaum penjual

tenaga memandang lesu masa depannya yang memang tak pernah terang.

Ekonomi yang mengangkangi politik terjungkal deras, saatnya yang politik

kembali ke muka!

Jalannya sungguh tak mudah! Di negeri kita sendiri, perpolitikan terus saja

berpusat pada kepentingan elit untuk mendapatkan kekuasaan semata.

Pelembagaan politik dan reformasi birokrasi terus diabaikan. Partai-partai yang

bermunculan untuk Pemilu 2009 pun lebih berbau kendaraan politik daripada

sebuah perangkat demokrasi. Pendidikan politik mati! Maka hasilnya pun jelas:

himpunan massa yang lebih dominan bahkan menelan habis kemenjadian

(existence) warga negara. Kekisruhan pilkada di berbagai tempat kami kira cukup

menjelaskan bahwa kekuasaan di negara ini tidak disandingkan dengan kebijakan,

dan bagi massa yang dominan itu kekerasan sudah menjadi bahasa utama ketika

memperjuangkan kepentinganya.

5

Page 6: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

Mahasiswa adalah salah satu katalisator bagi perubahan bangsa. Berdiam diri

tentunya bukanlah pilihan. Sayangnya dalam proses mencari bentuk setelah

Reformasi 1998, mahasiswa pada akhirnya terhimpit pada dua masalah kecil yang

dibesar-besarkan, pada dirinya sendiri, yaitu apatisme dan banalitas aksi. Kutipan

pembuka dalam tulisan ini kami kira cukup menggambarkan tentang kondisi

apatis mahasiswa Indonesia saat ini. Sistem pendidikan di kampus-kampus di

alam demokrasi lebih berorientasi pada kepentingan pasar dan mengutamakan

transaksi ilmu pengetahuan (teks) semata serta mengabaikan transaksi nilai (yang

politik). Depolitisasi kampus gaya ‘demokrasi ‘ yang positivistik macam ini

membuat kondisi apatis menjadi semakin sahih. Keberpihakan adalah kesia-sian

jika bukan dosa. Ketiadaan atau kerancuan nilai-nilai (yang politik) akan

mencerabut (disembeded) mahasiswa dari akar masyarakatnya. Kampus harus

direbut kembali untuk terus di isi, diuji dan dimaknai dalam nilai-nilai dan

semangat baru. Jika kampus tak juga beranjak berubah, jangan berani berharap

seorang ‘Obama’ dapat lahir dari kampus semacam itu.

Bertolak dari apatisme mahasiswa tadi, dapat kita temui juga kelompok

mahasiswa yang tetap mencurahkan perhatianya pada kondisi bangsa. Namun

banyak dari aksi yang mereka lakukan akhirnya terjebak pada banalitas. Mereka

lebih bersifat reaktif daripada responsif. Lebih bersifat massa yang marah dari

pada warga negara yang sadar. Lalu terjerumus pada heroisme-heroisme dangkal

yang meniadakan pemahaman mendalam. Dalam demokrasi kita dituntut untuk

menemukan kemungkinan-kemungkinan akan bentuk perjuangan yang lebih

kreatif, berimajinasi dan tidak monoton apalagi mengutamakan kekerasan. Suatu

bentuk yang lebih apresiatif bagi masyarakat sekarang walau tidak pula berarti

menurunkan bobot spririt dan daya dobraknya. Sebuah tesis terkenal dari Marx

bahwa “bukan saatnya lagi untuk meneliti dunia, akan tetapi saatnya untuk

mengubah dunia” seringkali digunakan sebagai pembenaran banyak kawan-

kawan. Jika saja Marx masih hidup tidak salah juga ketika kita menyeletukinya:

“Bisakah kita secara benar mengubahnya, bila kita tidak cukup memahaminya?”

Apatisme dan banalitas menempatkan mahasiswa pada kondisi yang serba

salah. Seakan-akan tidak bisa tidak harus jatuh pada salah satunya. Di saat

6

Page 7: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

bersamaan perkembangan-perkembangan keadaan apakah itu politik, ekonomi,

sosial , budaya dan lainnya terasa benar semakin mencemaskan. Pertumbuhan

ekonomi terakhir boleh jadi masih menunjukan positif di atas 6 % (November 08)

namun suasana krisis begitu membayangi bagai awan mendung nan buram kelabu

di atas langit Jakarta yang rawan banjir. Menjadi pertanyaan kemudian apakah

bangsa ini atau malah mahasiswa Indonesia yang sedang berada di tengah krisis?

Ketika kita membicarakan tentang mahasiswa kita tidak bisa mengacuhkan

akan sifat kesementaraan yang dimilikinya. Status mahasiswa yang diperoleh

seseorang tidak akan bisa berlangsung selamanya. Kita bisa melihat ini sebagai

kelemahan mahasiswa sebagai kelompok penekan. Sebaliknya ini juga menjadi

kelebihan tersendiri. Dengan sifat kesementaraan ini, seorang mahasiswa

dihadapkan kesadaran akan batas yang dimilikinya, bahwa mereka sebenarnya

juga tak lebih dari warga negara yang mempunyai privileges menggunakan baju

mahasiswa. Tak terlalu berlebihan jika dapat lebih jernih dalam tuntutanya akan

kebenaran.

Lalu apa yang dapat kita lakukan di tengah himpitan apatisme dan banalitas

aksi, sifat sementara serta tuduhan kerapkali ditunggangi? Jawabannya sungguh

tidaklah mudah. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa mahasiswa Indonesia

tidak boleh tercerabut dari hakikatnya sebagai Intelektual muda, warga negara

serta bagian dari masyarakat (yang membedakanya dari kekuasaan). Itulah posisi

mahasiswa . Dengan tidak diingkarinya ketiganya tersebut maka peran mahasiswa

dalam situasi krisis ini pun semakin jelas. Seorang cendekiawan Indonesia (Alm.)

Soedjatmoko dalam buku Cendekiawan dan Politik (1983) membahas secara baik

akan sumbangan yang dapat diberikan: Perombakan pada pencerapan bangsanya

terhadap permasalahan yang dihadapi, merombak kemampuan bangsa untuk itu,

untuk memberikan jawab terhadap masalah-masalah baru, dalam merombak

syarat-syarat yang akan digunakan untuk menetapkan besar dan macamnya bea

yang harus dibayar di dalam perjuangan politik, dalam merumuskan persoalan di

sekitar kekuatan-kekuatan politik dan menentukan anak tangga kekuatan

politiknya sendiri, merombak kriteria pemimpin serta merombak syarat-syarat

evaluasi perbuatan pemimpin.

7

Page 8: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

Dari sini kita bisa mengatakan bahwa masih banyak sekali peran mahasiswa

yang bisa dipenuhi daripada sekedar terjebak pada apatisme dan banalitas.

Masalah pendidikan politik kepada warga negara yang lain sebenarnya bukan

murni tugas dari partai politik, pemerintah maupun media saja. Mahasiswa harus

berperan serta dalam pendidikan tersebut. Dalam perjuangan nilai yang

diembannya, mahasiswa tidak bisa hanya terpaku pada satu cara saja. Keluwesan-

keluwesan berupa ktreatifitas, imajinasi serta melihat lebih dalam akan kondisi

masyarakat pun diperlukan di sini. Selain itu, mahasiswa pun diharapkan bisa

mendorong perjuangan baikdi tingkat komunal maupun inter-komunal. Jadi tidak

hanya menyatukan banyak organisasi dalam satu komando, melainkan malah

mendorong (encourage) agar lebih banyak terbentuk alat-alat perjuangan yang

lebih sesuai dengan kondisi sosio-kultural masing-masing elemen sosial. Dan

yang terakhir melalui jalan dialog, suatu strategi diskursus mengupayakan

menggagas suatu platform bersama, suatu cita-cita bersama untuk menyatukan

gagasan dan perjuangan dari berbagai macam elemen kekuatan sosial yang ada.

Pada akhirnya, jika kita mahasiswa Indonesia dapat memenuhi mandat

kediriannya, maka dengan hati yang lebih yakin kita pun dapat menjawab

tanggapan dari seorang mahasiswa Indonesia pada sebuah kelas mata kuliah

Kewarganegaraa di atas. Seperti yang dikatakan Albert Camus: “Saya ingin dapat

mencintai negeri saya dan tetap mencintai keadilan. Karena tidak tiap orang bisa

pindah ke negara lain”.

Mahasiswa Dalam Realitas Negara Demokrasi

Sejak gerakan Reformasi tahun 1998, tapatnya 20 Mei 1998 yang

menyebabkan jatuhnya kekusaan orang nomer satu di tanah air yakni suharto.

Dari sanalah gerakan mahasiswa berperan penting dalam membuka wacana dan

tindakan protes terhadap berlansungnya kekuasaan nergeri yang korup di negeri

ini. Hingga kini perjuangan mahasiswa masih berperan aktif dalam pengawasi dan

memantau perjalanan negeri ini yang di jalakan oleh pemerintah yang kiranya

sesuai dengan keinginan dan kemauan hati nurani rakyat Indonesia.

8

Page 9: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

Namun, amat disanyangkan orde baru yang sudah lewat dan era reformasi

masih terus berjalan hingga kini. Selalu ada kekuasaan yang memegang loyalitas

refomasi yang mengatasnamankan rakyat, golongan atau kelompok terntentu dan

mahasiswa. Hal ini di lakukan agar bisa menyikut lawan pesaing yang lain dalam

memperebutkan simpatis terhadap rakyat sendiri. Sekarangpun beragam

golongan, kelompok dan berpuluh-puluh partai yang mengerti arti reformasi,

konstitusi dan reformasi total berdasarkan pancasila. Meski perubahan mungkin

banyak terjadi tapi tak banyak yang mampu memperbaiki kehidupan rakyat tanah

air sendiri.

Dalam buletin Mahasiswa sebuah kampus swata di jogjakarta pada November

tahun 1998. mengatakan, terkait dengan runtuhnya era suharto peran mahasiswa

hanya 5% sedangkan sebagian besar di mainkan oleh (pialang binis) internasional

sebanyak 50% dan sisanya ialah para penyandang dana (Funding) internasioanal

45%. Sungguh ironis memang mahasiswa yang turun kejalan, bersuarakan atas

nama rakyat. Namun, selalu ada pihak baik dalam negeri maupun luar

memafaatkan kesempatan dalam kesempitan. Untuk mengambil keuntungan peran

politis nya.

Melihat kondisi mahasiswa yang dulunya berperan penting dalam pergerakan

reformasi. Kita dapat melihat dua hal yang menjadi kelemahan Mahasiswa.

Pertama aksi reformasi mahasiswa yang turun kejalan ialah bentuk dari reakreasi

politik atau trend demokrasi atas ketidak puasaan pemerintah kepada rakyatnya,

dan tidak jarang sikap anarkis seolah-olah merupakan bentuk dari komunikasi

demontrasi yang Gagal. Kedua, mahasiswa terpisah dari potensi kekuatan rakyat,

dan inilah yang merupakan yang paling pokok yang di lupakan oleh mahasiswa.

Untuk memulai suatu pergerakan, tentunya Mahasiswa harus membentuk

golongan mahasiswa yang benar-benar mengerti tentang peran mahasiswa dalam

membangun Pemerintah yang demokratis. Kemudian memahami aspek-aspek

penting dalam berinteraksi sosial dalam masyarakat dalam sudut padang ekonomi

menyeluruh. Yang kemudian mencari nilai-nilai sejauh mana pemerintah

memberikan pelayanan terhadap rakyatnya. Serta mengkrucutkan ragam bentuk

keinginan suara hati rakyat suatu bangsa yang dalam bentuk satu misi dan visi

9

Page 10: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

memperjuangkan rakyat dalam kaitan membangun pemerintah yang demokratis

bagi rakyatnya. Mahasiswa sebagai pemuda bangsa yang nantinya akan kembali

ke masyarakat juga tentu harus mampu dan bisa memberikan pengaruh yang baik

untuk setiap kelompok dan golongan masyarakt untuk tetap bersatu. Dan

Bernaung dalam satu atap bangsa ini.

Posisi sosial Mahasiswa di Indonesia, sejak tahun 1971 hingga sekarang.

Berdasar dokumen yang diterbitkan oleh Program Pengelolaan dan

Pengembangan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Yang pertama kali meluncurkan

program ini ialah UGM (Univesitas Gajah Mada). Hingga tahun kuliah 1973-1974

yang melibatkan 13 universitas di 13 propinsi yang ambil aktif dalam program

ini.Hal ini adalah salah satu langkah peran mahasiswa untuk berkesempatan

melihat lansung dan berinterkasi dengan kehidupan masyarakat secara

menyeluruh. Dengan manggalakan program yang dikiranya tepat untuk lokasi

KKN, diharapakan mahasiswa mampu memberikan arahan dan bimbingan serta

metode dalam menerapkan pikiran-pikiran sosialnya terhadap masyarakat.

Jika kita melihat kilas balik pendidikan bangsa ini, pendidikan hanya mampu

dirasakan oleh keturunan belanda dan kalangan bangsawan. Dan kondisi yang

sekarang tentu lebih baik, dimana semua element golongan apapun berhak

mendapatkan pendidikan. Namun, tetap saja pendidikan di negeri ini masih

berlum merata. Hingga masih dirasakan pendidikan hanya mampu di rasakan

oleh masyarakat yang relative mampu secara ekonomi.

Dengan menyadari hal demikian. Mahasiswa harus lebih memperkuat

perjuangan organisasi dalam lingkup mahasiswa sendiri, mahasiswa harus mulai

mengorganisasikan dan memperkuat organisasi-organsisi karena telah tebukti

perjuangan dari organisasi mahaiswa yang teroganisir sudah mampu membuat

10

Page 11: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

perubahan bagi bangsa dan rakyat secara menyeluruh. Oleh karena itu mahasiswa

harus menyusun kekuatan dan memperbanyak silaturhami antar organisasi sesama

Universitas baik negeri dan swsta di tanah air ini. Kekalahan mahasiswa dan

raktyat adalah kuranganya organisasi yang tangguh, padahal yang di hadapi ialah

kekuatan luar biasa teroganisir.

Dengan demikian terbentuknya kekuatan dari mahasiswa yang mampu

menyuarakan suara rakyat akan mampu memberikan peran mahasiswa sendiri

dalam membangun pemerintahan yang benar-benar adil terhadap rakyatnya secara

menyeluruh.

11

Page 12: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demokrasi berasal dari kara demos dan kratos/katein yang berarti sistem

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam sejarah panjang

pemerintahan Indonesia selalu mengalami pasang surut dalam tatanan demokrasi

mulai dari pemerintahan orde lama, orde baru, dan kini orde reformasi. Dalam

perubahan tatanan demokrasi di Indonesia selalu diwarnai dengan derap

perjuangan pelajar dan mahasiswa. Pemuda, pelajar, dan mahasiswa secara

naluri selalu menjadi agen pengontron (agent of control) dan agen perubahan

(agent of change) demokrasi yang mewarnai percaturan politik di Indonesia.

Melihat fakta sejarah, mahasiswa era tahun 2000 an seakan-akan mempunyai

beban sejarah yang sangat berat. Dari mulai tahun 1908 sampai 1998 mahasiwa

dan pelajar telah terbukti mampu membuat perubahan dan arah perkembangan

demokrasi (dengan berbagai dampaknya) di Indonesia. Selain itu Mahasiswa

Indonesia juga sangat identik sebagai agent of change alias agen perubahan.

Anggapan itu merujuk pada sejarah aksi mahasiswa semasa reformasi yang bisa

menggulingkan Soeharto ataupun era Orde Lama yang menjatuhkan Soekarno.

Lalu bagimana sikap mahasiswa dan pelajar ketika negeri ini sudah lebih

demoktratis. Menurut penulis mahasiswa dan pelajar cukup mengawal dan

mengawasi proses demokrasi ini, tidak perlu terjun langsung ke dalam kancah

politik praktis. Mahasiswa dan pelajar ada baiknya kembali ke khitahnya untuk

fokus study. Perlu kita ingat bahwa saat ini kita mengalami ketertinggalan

dalam dunia pendidikan dibanding negara tetangga (sebut Malaysia dan

Singapura). Walau beban sejarah terus membayangi, pelajar dan mahasiswa

jangan terus dibebani peran sebagai agen perubahan politik dinegeri ini. Beban

mahasiswa sebagai agen perubahan politik harus dikurangi dan kita percayakan

kepada lembaga trias politica, yaitu eksekutif, legistatitif dan yudikatif, namun

sebagai agen pengontrol, mahasiswa masih tetap diperlukan. Rakyat akan

menilai apakah lembaga negara sanggup menjadi agent of change. Jika tidak

12

Page 13: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

sanggup, mahasiswa akan kembali tampil sebagai agen pembaharu yang

meluruskan kembali hakikat demokrasi yang seutuhnya

3.2 Saran

Semoga makalah ini berguna untuk menambah pengetahuan kita mengenai peran

mahasiswa dalam demokrasi.

13

Page 14: Makalah-peran Mahasiswa Dalam Demokrasi-reli

MAKALAH

PERAN MAHASISWA DALAM DEMOKRASI

OLEH

1. ELISABETH TANDE S.

2. ELISABETH NONA MARLIN

3. MARIA NUR KAMELIA

4. THERESIA WATI

5. ARKADIUS WARIAMIN

6. YOHANES MANTI

7. SILVESTER D.N. BOE

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS FLORES

ENDE

2010

14