MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA...

40
MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA ANJING Oleh : Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc NIDN/NIP: 0013058502/ 198505132014042001 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA...

Page 1: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

MAKALAH

PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA ANJING

Oleh :

Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc

NIDN/NIP: 0013058502/ 198505132014042001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Formulasi

Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan.

Makalah ini ditulis demi memperkaya khasanah pengetahuan seputar kasus-

kasus penyakit yang banyak dijumpai pada hewan kesayangan terutama anjing

dan kucing, dengan menitikberatkan pada aplikasi dan formulasi pakan diet

sebagai terapi yang dibutuhkan. Sebagaimana diketahui, maraknya penyakit pada

hewan kesayangan sangat membutuhkan keseriusan dari segi penanganan, yang

tentunya tidak hanya terbatas pada penggunaan obat-obatan, namun juga

perbaikan mnajemen pemeliharaan khususnya manajemen pakan.

Terselesaikannya makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan dari

bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik

tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Penulis menyadari bahwa makalah ini

bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak

terbatas. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian

makalah ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi

isi, kelengkapan, maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kiranya isi makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya,

dan bagi penulis khususnya. sebagai salah satu sumber referensi ilmu Kedokteran

Hewan.

Makassar, 16 Maret 2018

Penulis

Page 3: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5

A. Demodekosis .............. ........................................................................ 5

B. Pyoderma ..................................... ....................................................... 9

C. Ringworm .......................................... ................................................ 13

D. Pedikulosis ............................. ........................................................... 17

F. Babesiosis ........................ .................................................................. 22

G. Ehrlichiosis ....................... ................................................................. 27

BAB III. PENUTUP....................................................................................... 31

A. Kesimpulan .......................... ............................................................. 31

B. Saran ........................................... ....................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32

LAMPIRAN .................................. ................................................................ 35

Page 4: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang begitu cepat telah meningkatkan taraf dan gaya

hidup masyarakat. Banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi seperti kebutuhan

primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan tersier yang kini merupakan bagian

penting dari kebutuhan masyarakat contohnya hobi. Hobi yang tidak mudah

pasang-surut di kalangan masyarakat adalah memelihara hewan kesayangan,

salah satunya adalah anjing.

Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak dipelihara orang, selain

untuk kesenangan dan keindahan juga sebagai tambahan ekonomi bagi

keluarga dari sebagian masyarakat tertentu. Oleh karena itu kesehatan hewan

kiranya perlu diperhatikan supaya dapat melanjutkan keturunan, serta

terpelihara kelestariannya (Isti, 1985).

Banyak orang memelihara anjing untuk dijadikan teman bermain, berburu,

sekaligus penjaga rumah yang dapat diandalkan.Pada dasarnya semua jenis

anjing sifatnya multi fungsi, hal ini wajar karena anjing sudah menjadi

binatang peliharaan sejak berabat – abat yang lalu (Untung, 1997). Pada

dasarnya semua jenis anjing sifatnya multi fungsi, hal ini wajar karena anjing

sudah menjadi binatang peliharaan sejak berabad-abad yang lalu. Namun,

sering kali pemilik mendapat hambatan dalam pengelolaan anjingnya karena

adanya penyakit, di antaranya adalah penyakit kulit dan parasit darah pada

anjing milik mereka.

Dalam memelihara anjing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk

menjaga kesehatannya. Beberapa infeksi ektoparasit walaupun sangat ringan

dapat menyebabkan rasa tidak nyaman bagi hewan, banyak parasit eksternal

dapat menyebabkan gatal – gatal yang parah, lesi kulit dan penyakit kulit

kronis (Case, 1999).

Parasit eksternal pembawa berbagai penyakit menular dan dapat

menularkan penyakit saat menghisap darah hospes. Penyakit kulit yang sering

Page 5: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

2

menyerang anjing yaitu demodecosis, pyoderma, ringworm, pediculosis, dan

phthiriasis sedangkan penyakit akibat parasit darah yaitu babesiosis dan

ehrlichiasis. Tiga jenis parasit eksternal yang paling sering ditemukan pada

anjing adalah kutu, caplak dan tungau. Ketiga parasit ini di klasifikasikan

sebagai arthropoda. Kutu termasuk golongan insekta dengan enam kaki, dan

caplak serta tungau adalah arachnida dan mempunyai delapan kaki (Case,

1999).

Tungau lebih banyak menghabiskan siklus hidupnya di bawah permukaan

kulit dan mampu menyebabkan gangguan ringan kulit yang parah atau

gangguan telinga pada anjing yang terinfeksi.Adanya parasit di dalam tubuh

meskipun dalam jumlah besar mungkin hanya mengakibatkan parasitosis

subklinis.Penderita hanya sedikit mengalami gangguan klinis dan hanya

dengan pemeriksaan maka dapat di kenali penderita tersebut memerlukan

pengobatan terhadap parasit yang di kandungnya.

Demodecosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi demodex

canis yang merupakan flora normal pada kulit anjing, dan menimbulkan

gangguan pada kulit anjing saat terjadi overpopulasi yang biasanya dikaitkan

dengan kondisi kekebalan tubuh yang rendah (imuno-supresi) pada hewan

(Sardjana, 2012).

Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada

berbagai lapisan kulit. Infeksi kulit ini sering terjadi pada anjing dan jarang

terjadi pada anjing (Moriello, 2013). Pyoderma ini terjadi ketika pertahanan

alami kulit menurun sehingga memungkinkan bakteri kulit berkembang biak.

Bakteri-bakteri yang biasanya tidak hidup di kulit juga dapat berkoloni ketika

pertahanan kulit sedang menurun. Organisme lain, seperti organisme ragi dan

jamur, juga bisa mengambil keuntungan dari perubahan kulit yang mengalami

pyoderma dan membentuk infeksi mereka sendiri (Paterson, 2008).

Pediculosis merupakan penyakit akibat infestasi kutu (lice). Pada anjing

paling banyak dilakukan oleh kutu menggigit yang termasuk ke dalam subordo

Mallopaga dan kutu penghisap. Kutu ini dapat dijumpai di berbagai bagian

kulit tubuh, terutama pada bagian yang ada lipatannya (Subronto, 2010).

Page 6: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

3

Ringworm atau dermatofitosis adalah penyakit mikotik yang disebabkan

oleh kapang dermatofit dan menyerang hewan (anjing, kucing, sapi, unggas

dan lain-lainnya). Penyebarannya hampir meliputi seluruh dunia.

Dermatofitosis ini dapat menular antar sesama hewan, dan antara manusia

dengan hewan (antropozoonosis) dan hewan kemanusia (zoonosis) dan

merupakan penyakit mikotik yang tertua di dunia. Dinamakan ringworm

karena pernah diduga penyebabnya adalah worm dan karena gejalanya dimulai

dengan adanya peradangan pada permukaan kulit yang bila dibiarkan akan

meluas secara melingkar seperti cincin, maka dinamai ringworm, meski

sebelumnya memang penyakit ini disebabkan oleh cendawan namun akhirnya

pemakaian istilah tersebut tetap dipakai sampai sekarang. Penularan dari hewan

kemanusia (zoonosis) dilaporkan pada tahun 1820 dari sapi ke manusia. Hewan

yang terserang umumnya hewan piaraan adalah anjing, babi, domba, kucing,

kuda, kambing, sapi dan lainnya, namun yang paling utama ialah anjing,

kucing, sapi (Ahmad, 2009).

Ehrlichiosis merupakan penyakit akibat infeksi mikroba. Pada anjing,

infeksi oleh agen penyakit ehrlichiosis yaitu Ehrlichia canis ditandai dengan

septicemia dan merupakan penyakit kuman ricketsia di daerah tropis. Agen ini

dapat ditemukan dalam leukosit, bersifat intrasitoplasmik, berbentuk coccoid,

serta hidup berkoloni (Subronto, 2010).

Babesiosis pada anjing tersebar di Afrika, Asia, Bagian Selatan Eropa,

Rusia, Amerika Tengah dan Selatan, sebagian kecil di Amerika Serikat. Di

Asia, penyakit ini telah dilaporkan ada di India, Sri Lanka, Jepang, dan China

(Atmojo, 2010). Babesiosis merupakan infeksi oleh parasit intraeritrosit yang

disebabkan oleh Babesia sp. Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang

beriklim tropis, subtropis, dan beriklim sedang. Patogenitas dari spesies

Babesia di seluruh dunia beragam seiring dengan vektor biologisnya yang

tersebar secara luas. Keberadaan babesiosis di Indonesia sudah dilaporkan

sejak tahun 1986, tetapi sampai sekarang belum dapat diberantas (Astyawati

dan Winarto, 1991). Menurut Ressang (1984), penyakit ini bersifat endemic

di daerah Bogor dan sekitarnya sehingga banyak ditemukan kasus babesiosis

dalam bentuk menahun.

Page 7: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

4

Phthiriasis adalah penyakit akibat infeksi pinjal atau yang sering kita

sebut sebgaai kutu loncat. Secara langsung atau tidak infestasi pinjal

menyebabkan gangguan yang lebih besar secara dermatologic daripada agen

etiologi lainnya. Hewan–hewan yang menjadi sasaran infestasi pinjal meliputi

anjing, serigala, kucing, babi, kuda, sapi, unggas dan manusia (Subronto,

2010).

Page 8: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demodekosis(Demodecosis Canine)

a. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau yang disebut Demodex sp.,

berbentuk seperti cerutu atau wortel, mempunyai 4 pasang kaki yang

pendek dan gemuk serta memiliki 3 ruas.Bagian perutnya terbungkus kitin

dan bergaris melintang menyerupai cincin serta memipih ke arah caudal.

Ukuran tungau bervariasi antara 0,2 – 0,4 mm. Beberapa spesies tungau

memiliki inang spesifik, seperti demodecosis pada sapi. Pada sapi

disebabkan oleh D.bovis, pada anjing oleh D.canis, D.cornei dan

D.injai.Pada kucing disebabkan oleh D.cati dan D.gatoi, pada kambing

oleh D.caprae, D.criceti pada marmot, D.phylloides pada babi D.equi pada

kuda dan D.folliculorum pada manusia (Soulby, 1974).

Demodex cornei, demodex ini berbentuk lebih pendek (short-bodied)

dibanding Demodex canis. Dan satu parasit lagi yaitu Demodex injai yang

bertubuh lebih panjang (long bodied) dari Demodex canis. Demodex

cornei yang bertubuh lebih pendek dibanding Demodex canis dilaporkan

oleh Mason (1993). Sedangkan Demodex injai yang bertubuh lebih

panjang dibanding Demodex canis dilaporkan oleh Desch and Hillier

(2003). Demodex injai ini ditemukan oleh Desch dan Hillier pada anjing di

Columbus, OH bulan Oktober 1996. Temuan tersebut pernah dilaporkan

oleh Desch dan Hilier pada tahun 1999 namun belum diberi nama dan baru

diberi nama Demodex injai pada tahun 2003 oleh Desch dan Hillier.

Demodex injai dan Demodex cornei ini mempunyai habitat di dalam

folikel rambut dan kelenjar sebaseus, sama sebagaimana pada Demodex

canis.

Tungau demodex hidup di dalam kelenjar minyak dan kelenjar

keringat (glandula sebacea) dan memakan epitel serta cairan limfe dari

Page 9: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

6

beberapa hewan, kecuali unggas.Dalam kondisi tertentu tungau demodek

dapat menginfestasi manusia (Bunawan, 2009).

Demodekosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang

termasuk dalam genus Demodex yang berlokasi di folikel rambut

(Henfrey, 1990).

b. Patogenesis

Penularan demodekosis ini terjadi mulai anak anjing berumur 3 hari.

Dalam kondisi normal, parasit ini tidak memberikan kerugian bagi anjing,

namun bila kondisi kekebalan anjing menurun maka demodex akan

berkembang menjadi lebih banyak dan menimbulkan penyakit kulit. Pada

anak anjing akan tertular oleh induknya, namun setelah sistem kekebalan

tubuhnya meningkat kira-kira pada umur 1 minggu, maka parasit ini akan

menjadi flora normal dan tidak menimbulkan penyakit kulit (Sardjana,

2012).

Demodex yang menginfeksi kulit akan mengalami perkembangbiakan

(siklus hidup) di dalam tubuh hospes tersebut. Siklus hidup lengkap

demodex adalah 20-30 hari pada tubuh hospes. Ada empat tahapan

perkembangan demodex dalam tubuh hospes yaitu: telur (fusiform), larva

berkaki enam (six legged), nimfa berkaki delapan (eight legged), demodex

dewasa (eight legged adult). Seluruh tahapan perkembangan ini hanya

terjadi pada satu hospes, jadi tidak ada perkembangan pada hospes lain,

sebagaimana yang terjadi pada parasit lain. Penyakit ini akan menyebar

luas melalui lesi dari moncong, mata, dan plantar kaki depan dan akan

meluas ke seluruh tubuh (Suartha dkk, 2014).

Apabila tungau berkembang, tungau akan di temukan di seluruh

rambut, yang akhirnya kanal tersebut membengkak karena meradang.

Rambut mati dan lepas, yang di ikuti terbentuknya lesi yang bersifat

kering dan bersisik.Bagian yang mengalami lesi mengalami alopecia,

disertai perubahan hyperkeratosis ringan, yang di lapisi oleh sisik atau

keropemg yang berwarna abu-abu. Di sisi lain lesi dapat meluas, hingga

Page 10: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

7

sebagian besar kulit penderita mengalami alopesia di sertai hyperkeratosis,

dengan keropeng berbentuk sisik sebagai akibat kematian sel epitel kulit

(Subronto, 2006).

c. Gejala Klinis

Gejala klinis yang tampak pada kulit berupa alopecia (kebotakan),

kemerahan, dan kulit mejadi berkerak.Pada tahap yang lebih lanjut, dapat

terjadi demodecosis general disertai dengan peradangan dan infeksi

sekunder oleh bakteri.Lapisan kulit yang terinfeksi terasa lebih berminyak

saat disentuh.Tungau sangat menyukai bagian tubuh yang kurang lebat

bulunya, seperti moncong hidung dan mulut, sekitar mata, telinga, bagian

bawah badan, pangkal ekor, leher sepanjang punggung dan kaki. Rasa

gatal yang ditandai dengan hewan selalu mengaruk dan menggosokkan

badannya pada benda lain atau menggigit bagian tubuh yang gatal,

sehingga terjadi iritasi pada bagian yang gatal berupa luka/lecet, kemudian

terjadi infeksi sekunder sehingga timbul abses, sering luka mengeluarkan

cairan (eksudat) yang kemudian mengering dan menggumpal dan

membentuk kerak pada permukaan kulit (Shipstone, 2000).

d. Diagnosis

Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

untuk mengidentifi kasi adanya tungau Demodex sp. Langkah diagnosis

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan deep skin scraping atau

pengerokan kulit hingga berdarah.Scraping dilakukan dengan memegang

dan menggosok daerah terinfeksi untuk mengeluarkan tungau dari folikel

dengan menggunakan scalpel. Scraping dilakukan pada beberapa tempat.

Kerokan kulit yang agak dalam dari bagian tengah lesi, kemudian diberi

tetesan KOH 10 % untuk diamati di bawah mikroskop. Apabila positif

maka akan ditemukan parasit demodex yang bentuknya seperti wortel atau

cerutu dengan ukuran 250-300 μm x 400 μm. Parasit ini tinggal di folikel

Page 11: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

8

rambut dan kelenjar sebaceus dan siklus hidupnya terjadi pada tubuh induk

semang 20-35 hari. Hewan penderita yang sering diserang pada usia anjing

di bawah umur 1 tahun namun demikian pada anjing di atas umur tahun

banyak mengalami kejadian infeksi penyakit ini (Scott et al., 2001;

Shipstone, 2000).

e. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosa dari Demodekosis diantaranya ialah (Henfrey,

1990) :

Folikulitis/furunkulosis akibat bakteri, dermatophytosis,

pemphigus

kompleks, dermatitis kontak, dermatomiositis, dan lupus

erytrematous

kompleks.

Dermatitis yang disebabkan oleh jamur atau Scabies .

f. Prognosis

Prognosis adalah proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil

diagnosis. Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu fausta dengan tingkat

kesembuhan > 50%, dubius dengan tingkat kesembuhan 50 : 50 dan

infausta dengan tingkat kesembuhan <50%. Sedangkan prognosa

dari kasus ini dapat dikatakan fausta. Namun jika sampai menimbulkan

infeksi sekunder dan lama kelamaan menurunkan nafsu makan hewan,

maka akan menyebabkan kematian.

g. Terapi

Pengobatan pada demodecosis bergantung pada tingkat keparahan

kasus yang terjadi. Pengobatan yang diberikan memerlukan waktu yang

lama dan harus dipantau secara berkala selama 4-6 minggu, untuk

Page 12: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

9

memastikan populasi Demodex kembali normal. Pemeriksaan skin scrap

perlu dilakukan dengan interval 2 minggu, jika hasil pemeriksaan

menunjukkan tidak ditemukannya Demodex pada 2 kali pemeriksaan,

maka hewan tersebut dapat dikatakan sudah sembuh, dan pengobatan

dapat dihentikan Pengobatan dilarang menggunakan kortikosteroid

sistemik maupun topikal, karena kortikosteroid dapat menyebabkan

imunosupresi yang kemungkinan akan memperparah demodecosis.

Pengobatan pada demodecosis lokal dapat dilakukan dengan memberikan

salep yang mengandung 1 % rotenone (goodwinol ointment) maupun gel

benzoyl peroxide 5 % yang diaplikasikan sekali sehari setiap hari selama

1-3 minggu.Selain itu, pengobatan harus disertai dengan memandikan

hewan dan melakukan pemberian shampoo yang mengandung antiseboroik

(benzoyl peroxide) secara berkala minimal semingu sekali. Selanjutnya

dapat memberikan amitraz yang diencerkan dengan konsentrasi 0,1 %

pada area alopecia sehari sekali selama dua minggu. Pemberian amitraz

dilakukan bila demodecosis sudah menyeluruh dan tanpa disertai

komplikasi. Untuk mengurangi efek samping dari amitraz dapat

menggunakan yohimbin dengan dosis 0,25 ml/10 kg BB secara intravena

perlahan-lahan (Paradis, 1999).

Pada anjing yang memiliki bulu panjang dan lebat, harus dilakukan

pencukuran rambut terlebih dahulu agar obat lebih mudah meresap. Obat

sistemik yang dapat diberikan adalah ivermectin (300-600 µg/kg bb/hari),

Milbemycin (1.0-2.0 mg/kg bb/hari), Moxidectine (0.5 mg/kg bb 2 minggu

1x secara topikal), dan vitamin E sebagai penguat efek terapi akarisida

(400- 800 IU 3-5x/hari) (Paradis, 1999).

B. Pyoderma

a. Etiologi

Pyoderma adalah fenomena infeksi kulit oleh kuman penghasil

nanah.Klasifikasi pyoderma tergantung pada etiologi, tempat dalam tubuh,

Page 13: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

10

dan kedalamannya di dalam kulit. Kulit anjing yang normal pada awalnya

ditempati oleh mikrokokus (dalam bentuk koloni), sedikit difteroid dan

clostridia. Kadang-kadang kuman staphylococcus aureus, proteus dan

kuman gram negatif sebagai penghuni sementara dari populasi kuman

kulit. Hampir selalu terjadi bila ada luka kulit, baik internal maupun

eksternal, akan mengusik keseimbangan kuman, hingga staphylococcus

aureus atau kuman pathogen lainnya seperti proteus dan pseudomonas

berbiak dalam jumlah banyak, hingga terjadi pyoderma (Subronto, 2013).

Pyoderma dapat terjadi karena adanya infeksi dari berbagai macam

jenis bakteri. Bakteri yang menyebabkan pyoderma antara lain

Staphylococcus intermedius, Staphylo-coccus ureus, Staphylococcus

hyicus, Pasteurella multocida, atau Pseudo-monas aeroginosa (Paterson

2008).

Selain itu, infeksi kulit ini dapat terjadi sebagai akibat komplikasi dari

alergi kulit (alergi kutu, alergi lingkungan, dan alergi makanan),

ketidakseimbangan hormon (hipotiroidism, Cushing’s disease), dan

kondisi lain yang berkaitan dengan sistem imun (Ward E, 2009).

b. Patogenesis

Pyoderma adalah infeksi bakteri pada kulit. Ini terjadi ketika

pertahanan alami kulit menurun sehingga memungkinkan bakteri kulit

berkembang biak. Bakteri-bakteri yang biasanya tidak hidup di kulit juga

dapat berkoloni ketika pertahanan kulit sedang menurun. Organisme lain,

seperti organisme ragi dan jamur, juga bisa mengambil keuntungan dari

perubahan kulit yang mengalami pyoderma dan membentuk infeksi

mereka sendiri (Subronto, 2013).

Penyebab pyoderma di bedakan menjadi dua yaitu infeksi primer dan

infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat di sebabkan oleh berbagai lesi

kulit atau terkait dengan proses penyakit, baik itu sistemik maupun hanya

kulit saja. Tempat predileksi terdapat di antara jari-jari kaki, axilla dan

selakangan, titik-titik tekanan, cacat anatomic dan perpindahan mukosa

Page 14: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

11

dengan kulit.Infeksi kuman di permudah oleh adanya trauma kulit, luka

akibat garukan karena gatal(pruritus), luka saat mencukur rambut, kulit

kering, ektoparasit, dan perubahan hormonal.Dari kuman-kuman yang di

usahakan di temukan dalam pyoderma Staphylococcus aureus merupakan

yang tertinggi (Carlotti, 2012).

c. Gejala Klinis

Gejala klinis yang muncul pada infeksi pyoderma superfisial secara

umum adalah terbentuknya pustula pada kulit, merah, bengkak (berisi pus

berwarna putih pada bagian tengahnya, gatal, dan kerontokan

rambut.Bagian tubuh yang paling sering mengalami pyoderma superfisial

biasanya pada bagian leher, kepala, dan proksimal ekstremitas.Sedangkan

gejala klinis yang muncul pada deep pyoderma adalah rasa sakit, bau,

terdapat eksudat darah dan pus, erythema, kebengkakan, dan ulserasi pada

kulit.Infeksi deep pyoderma sering terjadi pada bagian interdigital, hock,

dan tungkai bagian lateral (Moriello, 2013).

Gejala klinis untuk impetigo ialah lesi berupa pustule dalam jumlah

banyak, terutama daerah yang tidak berbulu.Gejala klinis untuk folikulitis

superficial ialah lesi berupa papulae dan berkerak yang jumlahnya banyak,

kondisi radang kulit ini lebih berat dari pada impetigo.Pada bagian yang

hilang bulunya mungkin timbul hiperpigmentasi, menyebabkan rasa gatal

yang sangat yang mungkin hal ini berkaitan dengan hipersensitivitas

terhadap kuman, alopesia, eritema, keropeng di bagian bawah tubuh anjing

(Martino et al, 2012).

Gejala klinis furunkulosis yaitu ketika folikulitis ini pecah dan kuman

menyebar, maka terjadilah furunkulosis, ukuran lesinya pun menjadi lebih

besar dan keluar nanah, sering terjadi di daerah moncong anjing. Gejala

klinis untuk cellulitis di tandai dengan radang difus, luas di sertai oedem

dan kadang juga nanah.Gejala klinis untuk hidradenitis supuratif berupa

radang bernanah dari kelenjar keringat dan lapisan kulit di dekatnya,

eritema bernanah, granulomatous di ketiak dan selakangan.Dan pyoderma

Page 15: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

12

juvenil memiliki gejala klinis berupa bibir dan kelopak mata bengkak,

kelenjar limfe bengkak dan tidak jarang bernanah, cellulitis, folikulitis

yang disertai keopeng dan nanah (Kelany dan Husein, 2011).

d. Diagnosis

Diagnosis pada pyoderma biasanya didasarkan pada anamnesis dan

sejarah medis dari hewan tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan uji

tambahan seperti uji darah, kulturkulit, dan uji sensitivitas terhadap

antibiotik serta uji kultur fungi pada kulit.Dapat juga dilakukan

pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan laboratorium (Kelany dan

Husein, 2011).

e. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosa utama untuk kasus pyoderma ialah dermatitis,

ringworm, demodex, penyakit hormonal (hipo-tiroidism, Cushing’s

disease), pustula, eritema, papula, dermato-phytosis, pemphigus kompleks,

derma-titis kontak, dermatomiositis, dan lupus erytrematous kompleks.

f. Prognosis

Prognosis adalah proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil

diagnosis. Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu fausta dengan tingkat

kesembuhan > 50%, dubius dengan tingkat kesembuhan 50 : 50 dan

infausta dengan tingkat kesembuhan <50%. Sedangkan prognosa dari

kasus ini dapat dikatakan fausta.

g. Terapi

Terapi dapat dilakukan dengan pemberian Ivermectin 0.2 mg/kg bb sc,

Metronidazole 20 mg/kg bb, CTM 4 mg, dan Dexamethasone 0.3 mg/kg

Page 16: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

13

bb . Pemberian Ivermectin bertujuan mengantisipasi apabila ternyata

kejadian pyoderma pada kasus ini merupakan akibat dari infeksi parasit.

Metronidazole yang diberikan bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri

yang terjadi. Dexamethasone bertujuan untuk mengatasi proses inflamasi

dan alergi yang terjadi. Pemberian Dexamethasone dilakukan bersamaan

dengan pemberian CTM.

Menurut Smith dan Tilley (2000), pyoderma akibat Staphylococcus

intermedius dapat diterapi dengan pemberian Cephalosporin, Cloxacillin,

Oxacillin, Methicillin, Amoxicillin-clavulanate, Erythromycin, dan

Chloramphenicol.Terkadang isolat sudah resisten terhadap Amoxicillin,

Ampicillin, Penicillin, Tetrasiklin, dan Sulfonamida. Hindari pemakaian

steroid karena akan merangsang resistensi dan pengulangan kejadian

meskipun diberikan bersamaan dengan antibiotik. Oleh karena itu,

pemberian Dexamethasone yang merupakan turunan dari corticosteroid

sebaiknya tidak digunakan lagi untuk mengatasi kasus pyoderma.

C. Ringworm

a. Etiologi

Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit yang

terdiri atas genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.

Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini dapat menginfeksi kulit,

bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam berbagai intensitas infeksi.

Hampir semua jenis hewan dapat diserangnya, dan penyakit ini secara

ekonomis sangat penting (Djenuddin, 2005).

Infeksi oleh kapang ini dinamakan ringworm (dermatophyte)

karena diduga penyebabnya adalah worm dan karena gejalanya

dimulai dengan adanya peradangan pada permukaan kulit yang bila

dibiarkan akan meluas secara melingkar seperti cincin. Nama

dermatofit (dermatophyte) merupakan jenis kapang penyebab

Page 17: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

14

kerusakan di kulit karena zat keratin yang terdapat di kulit diperlukan

untuk pertumbuhannya (Palupi, 1997).

Pada anjing ringworm yang sering disebabkan oleh kapang jenis

Trichophyton sp. dan Microsporum sp. karena Indonesia yang berada

di daerah tropis dengan kelembaban tinggi merupakan daerah yang

cocok bagi tumbuhnya berbagai jenis jamur. Bulu tebal dan panjang

pada anjing menjadi predileksi yang cocok bagi tumbuhnya jamur

(Pohan, 2007).

b. Patogenesis

Dermatophyte ditularkan karena kontak dengan rambut atau kulit

yang terinfeksi dan elemen fungi pada hewan, di lingkungan atau

fomite (seperti, sisir, sikat, alat pencukur, kasur, pengangkutan sangkar

burung, dll). M. canis dapat berasal dari debu, ventilasi, dan penyaring

perapian tertutup. Spora M. canis dapat terus hidup di lingkungan

sampai 18 bulan. Jamur penyebab ringworm tumbuh subur di daerah

panas dan basah. T. mentagrophytes yang sebelumnya sudah terdapat

dalam kebanyakan sarang tikus, dan M.gypseum dari tanah yang

terkontaminasi sangat berpotensial untuk menyebarkan ringwom dari

hewan satu ke hewan lainnya dalam suatu lingkungan yang sudah

terkontaminasi pula, ini juga yang menjadi masalah utama pada

tempat-tempat penampungan atau pet shop. Ringworm bisa sangat

tahan lama di lingkungan dan dapat terbawa ke benda-benda furnitur,

karpet, debu, kipas angin,dll, dan dapat mengontaminasi hewan

peliharaan selama beberapa bulan bahkan tahun. Ringworm juga dapat

tersebar pada alat-alat grooming, mainan, dan selimut, atau bahkan

pada pakaian dan tangan manusia. Ringworm juga dapat ditemukan

pada bulu hewan dari lingkungan yang terkontaminasi tanpa

menimbulkan gejala apapun. Secara alami periode inkubasi untuk

kasus ringworm antara 4 hari – 4 minggu (Tilley et al, 2004).

Page 18: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

15

c. Gejala Klinis

Gejala yang terlihat pada anjing sering terjadi kerusakan disertai

kerontokan bulu di seluruh muka, hidung dan telinga, perubahan yang

tampak pada kulit berupa lingkaran atau cincin dengan batas jelas dan

umumnya dijumpai di daerah leher, muka terutama sekitar mulut, pada

kaki, dan perut bagian bawah. Selanjutnya terjadi keropeng, lepuh dan

kerak, dan dibagian keropeng biasanya bagian tengahnya kurang aktif,

sedangkan pertumbuhan aktif terdapat pada bulu berupa kekusutan,

rapuh dan akhirnya patah, ditemukan pula kegatalan (Riza, 2009).

d. Diagnosis

Uji klinis dan munculnya lesi zoonotik dapat dijadikan patokan,

namun pengobatan tidak dapat dilakukan tanpa diagnostik yang lain.

Test secara mikroskopik dengan cairan KOH dapat mengetahui adanya

spora pada rambut, dan rontokannya. Namun kadang terjadi banyak

kesalahan pada teknik ini. Test dengan menyinari lesi pada kulit

dengan UV hanya dapat digunakan untuk kasus M. canis

dermatophytosis, bila hasilnya positif maka akan terlihat flouresen

berwarna hijau. Test dengan media Sabouraud’s merupakan jalan

terbaik untuk menjalankan diagnosa. Jika hewan peliharaan telah

didiagnosa terkena dermatophytosis, penting juga mengidentikfikasi

apakah hewan peliharaan yang lain terkena atau tidak. Jika setelah

ditest hasilnya negatif, sebaiknya dilakukan test fungi ulang setelah 2

minggu dari hasil status negatif. Jika hewan peliharaan negatif,

sebaiknya segera diisolasi dari hewan lain yang terinfeksi (Tilley et al,

2004).

e. Diferensial diagnosis

Page 19: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

16

Gambaran klinis kasus ringworm sering dikelirukan dengan

penyakit lainnya seperti pyoderma superficial, demodecosis,

seborrhea, dermatitis dan pemphigus complex.

f. Prognosa

Prognosa dari penyakit ringworm ini ialah fausta, tetapi apabila

kronis maka bisa dubius-infausta.

g. Terapi

Terapi topikal

Pengobatan dapat dikatakan tepat bila hanya menggunakan terapi

topikal. Obat antifngal topikal seperti miconazole dan clotrimazole

dapat berfungsi untuk lesi yang kecil, sedangkan enilconazole atau

limesulfur (4-8 oz/galon) dengan mencelupkan hewan dengan infeksi

yang luas. Pemakaian tunggal clorhexidine tidak efektif untuk

menghilangkan dermatophytosis ataupun mencegah kontaminasi

lingkungan. Infeksi yang terjadi di cattery dianjurkan dalam waktu

yang lama dan perlu dilakukan perubahan manajemen kandang

(Eldredge et al, 2007).

Terapi Sistemik

Terapi sistemik dapat digunakan untuk pengobatan semua jenis

dermatophytosis. Pilihan obat yang digunakan adalah griseofulvin (50

mg/kg PO q 24h) dicampur dengan makanan yang berminyak.

Griseovulvin merupakan obat keras sehingga tidak dapat digunakan

pada hewan yang hamil. Efek sampingnya yaitu depresi, ataxia dan

anemia. Efek samping ini akan berhenti bila konsumsi obat tidak

dilanjutkan. Depresi umsum tulang belakang akan terjadi pada kucing

yang terinfeksi FeLV. Obat alternative lain yaitu ketoconazol (5-10

mg/kg PO q 24h) atau dapat pula dipilih itraconazole (100 mg/kg PO q

24h). Pengobatan harus berlanjut paling tidak 4-6 minggu dan tidak

Page 20: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

17

boleh berhenti sampai jamur tidak tumbuh lagi, agar pertumbuhan

jamur dapat terjadi lagi (Eldredge et al, 2007).

D. Pediculosis

a. Etiologi

Infeksi kutu (lice) pada anjing paling banyk dilakukan oleh kutu

menggigit, yang termasuk subordo Mallhopaga, dan kutu pengisap

yang termasuk subordo Anopleura. Dari subordo yang pertama

terbanyak dilakukan oleh kutu Heterdoxus sp dan Trichodectes sp

sedang dari yang kedua oleh Linognathus sp. Kutu berbentuk sebagai

insekta tanpa sayap berukuran 1-3 mm, ditopang oleh 6 kaki, tidak bisa

bergerak cepat. Mereka adalah ektoparasit yang bersifat host-spesific,

dan ditularkan lewat kontak antar hewan. Kutu dewasa bertelur

dibatang rambut, melekat erat, dan di dalam mencapai dewasa

mengalami perubahan bentuk beberapa kali (Subronto, 2006).

Kutu heterodoxus spp yang berukuran 3 m, langsing, termasuk

sering ditemukan menginfestasi anjing. Kutu Linognathus sitosus

sering ditemukan pada anjing yang berbulu lebat (Subronto, 2006).

Kutu Tricodectes canis yang berukuran 1-2 mm, merupakan hospes

antara bagi cacing Dipylidium caninum dan cacing jantung

Dipetalonema reconditum. Kutu Heterodoxus spp yang berukuran

3mm, langsing, termasuk sering ditemukan menginfestasi anjing. Kutu

Linognathus setosus sering ditemukan pada anjing yang berbulu lebat

(Subronto, 2010).

b. Patogenesis

Kutu dapat dijumpai di berbagai bagoan kulit tubuh, terutama pada

bagian kulit yang ada lipatannya. Daun telinga anjing yang

menggantung juga sering disenangi oleh kutu karena teduh dan

Page 21: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

18

lembab. Infestasi yang bersifat sedang hanya menimbulkan rasa gatal

dan ketidaktenangan. Pad infestasi yang bersifat berat terjadi

kemerahan (eritema) kulit, exkoriasi, dan rontoknya rambut. Pada

infestasi oleh kutu pengisap dapat terjadi anemia (Subronto, 2006).

Anjing liar dan anjing yang dipelihara bersama hewan lain, atauang

pemeliharaanya kurang higienis sering terinfeksi parasit, termasukutu,

sampai derajat berat. Sebaliknya pada anjing yang dirawat dengan

baik, infestasi kutu tidak merupakan masalah. Hal tersebut dianggap

penting dalam mengatasi infeksi kutu, apakah cukup membersihkan

pada anjingnya saja, atau juga mencakup pembersihan lingkungan dan

menggunakan inteksida (Subronto, 2006).

c. Gejala Klinis

Gejala yang timbul akibat infestasi ektoparasit ini yaitu

ketidaknyamanan dan pruritus (bervariasi tiap individu), terlihat

butiran yang menyebar di rambut, alopecia pada dorsal dan lateral

kaki belakang, timbul papula dan kerak pada daerah kaki belakang,

ginggivitis kadang-kadang terjadi dan sering menimbulkan hair-ball,

bagian yang menjadi prediliksi tungau ini mayoritas yaitu dorsothorak

dan caudal anjing(Schwassman dan Logas, 2010).

Anjing dapat mengalami gejala yaitu adanya bercak-bercak coklat

kehitaman di rambut pada bagian punggung dan ekor yang diakibatkan

oleh adanya tungau dewasa dan larya sehingga nampak seperti taburan

garam dan merica, gejala pruritus ringan, grooming yang berlebihan

yang dikarenakan adanya ketidaknyamanan pada rambut sehingga

mengakibatkan adanya hair-ball pada lambung dan sering dimuntahkan

oleh anjing, terdapat bulu-bulu yang patah dan keropeng di kulit pada

bagian medial kaki belakang karena aktifnya aktifitas grooming di

daerah tersebut, gingivo-stomatitis terjadi karena adanya tungau yang

terbawa saat grooming akibat antigen tungau tersebut (Schwassman

dan Logas, 2010).

Page 22: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

19

d. Diagnosis

Diagnosis pedikulosis didasarkan pada ditemukannya kutu, yang

tidak begitu sulit, dan untuk identifikasi perlu diperhatikan morfologi,

warna dan anatomi kutu (Subronto, 2006).

e. Diferensial diagnosis

Penyakit pediculosis ini memiliki diferensial diagnosa meliputi

scabies dan dermatitis.

f. Prognosis

Prognosis adalah proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil

diagnosis. Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu fausta dengan tingkat

kesembuhan > 50%, dubius dengan tingkat kesembuhan 50 : 50 dan

infausta dengan tingkat kesembuhan <50%. Sedangkan prognosa dari

kasus ini dapat dikatakan dubius ataupun infausta.

g. Terapi

Infestasi kutu secara umum dapat diobati dengan cara dimandikan

atau disemprot dengan insektisida yang tersedia, cat, mandi debu.

Terapi yang dapat diberikan pada anjing Coumaphos 0,5% (di lap),

Ronnel 0,25% - 1% (topical), Lindane 1% (disemprot atau direndam),

Chlordane 4% (direndam), Carbaryl (Shampo).

Mengingat daur hidup kutu berlangsung dan diselesaikan pada

hospes secara individual pengobatan dilakukan dengan menggunakan

insektisida (Acarisida) baku. Obat yang digunakan untuk mengatasi

scabies maupun demodikosis dipandang mencakupi, dengan ulangan 1

minggu kemudian. Penderita yang memiliki rambut panjang, perlu

dicukur pendek.

Page 23: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

20

Dapat pula dengan pemberian ivermectin dengan dosis 0.2 mg/kg

BB secara subcutan sebanyak 3 kali dengan interval pemberian selama

10 – 14 hari atau peroral dengan dosis 300µg/kg BB. Selain itu,

pengobatan dengan dipping dalam Lime-sufur juga efektif untuk

menanggulangi infestasi tungau tersebut (Scott, 2001).

E. Phthiriasis

a. Etiologi

Phthiriasis merupakan penyakit kulit pada anjing yang disebabkan

oleh infestasi pinjal. Pinjal merupakan insekta tanpa sayap, berbentuk

pipih, memiliki kaki-kaki kuat untuk meloncat. Infestasi pinjal yang

banyak merugikan pada anjing ada beberapa jenis, yaitu yang termasuk

familia Pulicidae dan familia Sarcopsyllidae. Spesies pinjal dari fam

Pulicidae meliputi antara lain Pulex, Ctenocephalides, dan

Septopsylla. Yang termasuk Sarcopsyllidae antara lain Echidnophaga.

Spesies pinjal yang paling sering menyerang anjing dan kucing adalah

Ctenocephalides canis dan Ct. felis, yang juga dapat menyerang

berbagai hewan antara lain babi, kuda, serigala dan manusia (Subronto,

2010).

b. Patogenesis

Pinjal dapat bertindak sebagai vector berbagai agen penyakit.

Sudah menjadi kenyataan bahwa aktivitas pinjal anjing-kucing sangat

terkait dengan suhu lingkungan, dimana jika suhu lingkungan panas

pinjal akan semakin aktif bergerak dan menghisap darah. Lain halnya

dengan pinjal ayam, dimana pinjal akan membuat terowongan kedalam

kulit yang jarang ditumbuhi bulu seperti sekitar mata. Pada saat aktif

bergerak atau saat menghisap darah menimbulkan iritasi dan rasa sakit

, tempat gigitan terjadi reaksi alergi, karena air liurnya adalah hapten

Page 24: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

21

(antigen yang tidak lengkap) dan jika berikatan dengan kolagen kulit

akan menjadi zat allergen, menyebabkan terjadi alergi tipe ringan yang

memiliki tanda karakteristik ditemukan Ig E dan Eosinofilia, dengan

gejala kegatalan. Anjing dan kucing memiliki kepekaan yang sangat

berbeda terhadap gigitan pinjal. Pada yang peka akan terjadi alergi

sehingga timbul kegatalan.

c. Gejala Klinis

Gejala klinis yang dapat timbul akibat penyakit ini antara lain

menggosok, menggigit, menggaruk, tempat gigitan, akibat lainnya

terjadi kerontokan rambut, dan kadang-kadang terjadi kelukaan kulit).

Jika luka yang terjadi terinfeksi oleh bakteri sekunder (Staphylococcus

sp) maka pada awalnya akan terbentuk papula kemudian melanjut

terbentuk pustula, dan jika pecah terlihat eksudat atau nanah yang

mengental dan mengering akhirnya ditemukan kerak atau keropeng.

Pada kasus kronis terlihat kulit menebal, keriput.

d. Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan parasit dibawah

mikroskop, dengan melihat bentukan morfologi dan pergerakan dari

parasit tersebut. Dapat pula dengan mengamati rambut hewan. Rambut

biasanya kotor, tinja pinjal berwarna hitam terdapat disela-sela rambut.

Titik darah juga terlihat menempel di rambut, dimana darah tersebut

merupakan makanan bagi larva pinjal (Subronto, 2010).

e. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosa dari infestasi pinjal ini meliputi pediculosis,

ringworm, scabies dan babesiosis.

Page 25: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

22

f. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini adalah fausta. Artinya persentase

kesembuhan diatas 50%.

g. Terapi

Terapi pengobatan yang utama adalah untuk menghilangkan pinjal

dari tubuh hewan. Obat-obat dapat berupa serbuk atau cairan untuk

disemprotkan atau dimandikan. Obat berupa serbuk dapat mengandung

Rotenon 1%, Malathion 2%, Sevin (Carvaryl) 5%, Maldison 2%,

Piperonyl-Butoxide 2%. Dalam bentuk aerosol dapat berupa Carbaryl

0,4-1%, Maldison 0,06%. Obat untuk memandikan dapat berupa

Deltametrin 50EC dibuat dalam larutan 12,5 ppm atau 18,5 ppm,

Fipronil 50EC buat larutan 1 : 1000.secara sistemik dapat diberikan

Fenchlorphos dengan dosis 200mg/kg, diberikan per os tiap 3-4 hari

sampai populasi pinjal terkendali. Selain itu dapat diberikan

dichlorphos yang diimpregnasikan ke dalam kalung anjing, namun hat-

hati karena terkadang dijumpai anjing yang tidak tahan terhadap

dichlorphos (Subronto, 2010).

F. Babesiosis (Babesiosis Canis)

a. Etiologi

Babesiosis disebabkan oleh protoza darah intraseluler dari Babesia sp.

Nama Babesia sendiri diambil dari penemunya, yaitu Victor Babes yang

mengidentifikasi organisme didalam sel darah merah pada tahun 1888.

Selanjutnya, pada tahun 1893, Victor Babes kembali menemukan protozoa

intra eritotrosit pada penderita sapi yang mengalami haemoglobinuria.

Adapun kasus Babesiosis pada manusia pertama kali ditemukan pada

peternak sapi di daerah Yugoslavia pada tahun 1957. Berdasarkan

Page 26: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

23

taksonominya, Babesia sp. tergolong dalam Filum Apicomplexa, Sub-kelas

Piroplasma, Ordo Piroplasmida, Famili Babesiidae dan Genus Babesia

(Delfi et all, 2000).

Babesiosis pada anjing disebabkan oleh B. canis dan B. gibsoni.B.

canis adalah parasit protozoa darah yang menyerang eritrosit serta

penularannya melalui gigitan caplak.B. canis pertama kali diidentifikasi

oleh Pinna dan Galli Valerio tahun 1895 di Italia (Ressang,1984). Secara

morfologi parasit darah ini menyerupai B. bigemina yang menyerang sapi

dengan vektor caplak Dermacentor marginatus dan Rhipicephalus

sanguineus.

b. Patogenesis

Patogenitas parasit tidak membedakan umur hospes, baik itu anak

anjing maupun dewasa. Parasitemia yang berlangsung selamna 3-4 hari,

diikuti periode hilangnya parasit dari peredaran darah perifer selama lebih

kurang 10 hari. Dalam waktu 2 minggu pascainfeksi akan terjadi

parasitemia kedua, dengan jumlah parasit yang lebih banyak di sel darah

merah, sebagai hasil perbanyakan secara pembelahan (Subronto, 2010).

Adanya infeksi babesia di peredaran darah khususnya pada eritrosit

akan memacu respon imun dari hospes seperti peningkatan sitokin yang

menimbulkan demam. Selain itu, sitokin yang berlebih dapat

menyebabkan kerusakan sel dan eritrosit menjadi pecah. Perkembangan

protozoa ini di eritrosit juga menyebabkan eitrosit menjadi pecah sehingga

terjadi anemia (Irawan, 2015).

Dua sindrom yang dapat terlihat pada infeksi Babesia sp. adalah

ditandai dengan anemia hemolitik dan terjadinya beberapa disfungsi organ

yang dapat menjelaskan sebagian dari tanda-tanda klinis yang diamati

pada hewan yang terinfeksi babesiosis. Menurut VSSF (2005) Protozoa

Babesia sp. umumnya ditularkan oleh kutu dan mencapai aliran darah

ketika kutu menghisap darah inang. Setelah masuk ke dalam tubuh inang,

parasit menempel ke eritrosit, kemudian masuk kedalam eritrosis melalui

Page 27: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

24

proses endositosis, mengalami pematangan, dan kemudian mulai

bereproduksi melalui reproduksi aseksual, yang menghasilkan merozoit.

Eritrosit yang terinfeksi akhirnya pecah dan merozoit dirilis menyerang

eritrosit lain. Patogenesis utama yang terkait dengan Babesiosis adalah

anemia hemolitik. Anemia hemolitik adalah hasil dari cedera eritrosit

langsung yang disebabkan oleh parasit dan juga oleh mekanisme imun.

Selain itu, sebagian besar anjing dengan Babesiosis memiliki

trombositopenia. Gejala klinis yang timbul dari penyakit ini antara anak

anjing umumnya lebih rentan terhadap Babesiosis dan dan memiliki risiko

terbesar dari penyakit ini dan dapat menimbulkan kematian. Pada kasus

anemia progresif dapat menyebabkan terjadinya hemoglobinemia,

hemogloinuria, bilirubinemia dan icterus.

c. Gejala Klinis

Gejala klinis yang dapat timbul akibat penyakit ini antara lain demam,

anoreksia, malaise, hemoglobinuria,splenomegali, dan hemolisis darah

yang sering kali menyebabkan kematian (Arai, 1998).Kematian hewan

yang terinfeksi dapat meningkat jika infeksi tersebut tidak dikendalikan

khususnya pada anak anjing.

Pada kasus kronis kadang terjadi kondisi anemia dan

haemoglobinuria. Dilaporkan bahwa kejadian babesia umumnya

berlangsung subklinis.Penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya anemia

hemolitik, trombositopenia, dan splenomegali. Tanda lainya yang dapat

menunjukkan adanya infeksi babesia adalah pucat gusi dan lidah, urin

berwarna merah atau orange, penyakit kuning (semburat kuning pada kulit,

gusi, putih mata, dll), pembesaran kelenjar getah bening, dan pembesaran

limpa (Boozer & Macintire 2005).

Pada infeksi yang berat babesia dapat menyebabkan adanya anemia

hemolitik yang berat.Selain itu, pada infeksi yang kronis anjing biasanya

memperlihatkan anemia dan demam dengan hiperplasia limfoid dan

Page 28: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

25

limfositosis.Anjing yang terinfeksi babesiosis dapat menghasilkan

kekebalan yang bertahan seumur hidup terhadap penyakit ini (OIE 2010).

d. Diagnosis

Diagnosa pada babesiosis dapat dilakukan dengan melihat gejala

klinis yang ada, seperti pada daerah yang endemic, anjing yang mengalami

demam tinggi, anemia apalagi sampai ikterus perlu dicurigai menderita

babesiosis. Parasit kadang-kadang tidak selalu ditemukan dalam preparat

darah. Parasit dapat ditemukan dalam preparat darah yang dibuat dari tetes

pertama dari kapiler di daun telinga anjing. Selain itu, adanya

splenomegali, meningkatnya waktu darah mengucur (bleeding time),

kenaikan laju endapan darah dan meningkatnya bilirubin darah merupakan

temuan penting dalam diagnosis babesiosis (Subronto, 2010).

Mikroskopi merupakan tes diagnostik yang sederhana dan paling

mudah untuk dokter hewan mengidentifikasi babesiosis dengan

menggunakan pewarnaan giemsa. Selain itu pemeriksaan pada babesiosis

dapat menggunakan PCR dan ELISA. Meskipun PCR merupakan alat

diagnosis yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinngi. Namun

penggunaannya untuk mendiagnosa Babesiosis masih terbatas dan belum

digunakan secara luas. Penggunaan PCR dilakukan di Australia untuk

membedakan B. vogeli dan B. gibsoni. Sebagian besar negara eropa

menggunakan PCR untuk membedakan antara spesies B. canis, B. gibsoni,

dan B. vogeli (Birkenheuer, 2003).

e. Diferensial Diagnosis

Menurut Benavides dan Sacco (2007), Diferensial diagnose dari

penyakit babesiosis ialah trypanosome, anaplasmosis, theileriasis,

bacillary haemoglobinuria, leptospirosis, eperythrozoonosis, malaria

falciparum, dimana terjadi demam tinggi, anemia, hemoglobin di dalam

air kemih, jaundice (sakit kuning) dan gagal ginjal.

Page 29: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

26

f. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini tergantung dari seberapa parah parasit

darah ini telah berada dalam tubuh pasien.Hal pertama yang di perhatikan

jika ingin mengambil keputusan ialah melihat gejala klinis yang di

tunjukkan oleh pasien, kondisi tubuh pasien dan umur dari pasien (Lubis,

2000). Namun kebanyak dari penyakit ini jika tidak di tangani dengan

cepat akan menyebabkan kematian. Prognosis adalah proses suatu kasus

penyakit berdasarkan hasil diagnosis. Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu

fausta dengan tingkat kesembuhan > 50%, dubius dengan tingkat

kesembuhan 50 : 50 dan infausta dengan tingkat kesembuhan <50%.

Sedangkan prognosa dari kasus ini dapat dikatakan dubius.

Prognosis bergantung pula pada tingkat perawatan dan banyaknya

Babesia sp. di dalam tubuh. Penggunaan transfusi darah memiliki dampak

besar pada kelangsungan hidup hewan yang mengalami anemia berat.

Kasus babesiosis dengan komplikasi pada organ lain seperti kasus gagal

ginjal akut, sindrom gangguan pernapasan akut atau Babesiosis serebral

memiliki prognosis paling buruk dan kematian dapat mecapai 50%. Di

dalam beberapa kasus mendekati 100%, meskipun pengobatan yang

dilakukan telah sangat intensif (Welzl et al. 2001).

g. Terapi

Terapi Pengobatan yang utama adalah untuk menghilangkan parasit di

dalam darah dan mengembalikan keadaan anjing yang mengalami anemia.

Pemberian obat Diminazene aceturate, trypan blue and imidocarb

dipropionate efektif diberikan kepada B. canis. Pada penyakit yang bersifat

ringan sampai dengan sedang hewan dapat kembali sembuh setelah

pemberian antibabesia. Selain mengunakan antibabesia pengendalian

vektor penyakit perlu diperhatikan agar penyebaran babesia sp. tidak

meluas. Pengendalian terbaik adalah dengan eliminasi atau penghilangan

caplak yang menularkan babesia sp. tersebut. Penghilangan caplak tersebut

Page 30: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

27

bisa dengan cara rajin menyisir dan menyikat rambut anjing, memandikan

anjing dengan sampoo serta menggunakan produk yang bisa membunuh

atau mengusir kutu dan caplak contohnya Selamectin. Dosis pemberian

obat untuk babesiosis adalah sebagai berikut Imidocarb dipropionat pada

dosis 7,5 mg/kg diberikan satu kali atau 7 mg/kg diberikan dua kali dengan

interval pemberian 14 hari telah terbukti menghilangkan infeksi.

Perhitungan dosis Diminazene harus teliti karena dosis terapeutik yang

rendah, terutama pada anakan. Obat diberikan kembali setelah pengobatan

pertama jika masih terjadi infeksi. Pemberian obat untuk babesiosis harus

diperhatikan karena beberapa obat dapat menyebabkan toksik pada otak.

Tripan blue merupakan obat tertua untuk antibabesia. Namun di beberapa

negara obat ini masih digunakan untuk mengobati penyakit babesiosis

(Miller et al. 2005).

Pengobatan pertama yang telah terbukti efektif terhadap B. gibsoni

adalah kombinasi atovaquone dan azitromisin (Birkenheuer et al. 2004).

Parasit ini sangat sulit untuk dibersihkan dengan terapi konvensional dan

anjing biasanya menjadi reservoir dan bersifat karier. Hewan yang terlihat

anemia dan mengalami komplikasi memerlukan berbagai perawatan

suportif, tergantung pada tingkat keparahan kasus (Macintire et al. 2002).

Transfusi darah dapat diberikan pada anjing yang mengalami anemia.

Pemberian elektrolit perlu diberikan untuk menambah cairan tubuh dan

menyetabilkan tubuh. Cairan elektrolit yang diberikan seperti kalium

klorida dan diuretik pada kasus gagal ginjal akut (Conrad et al. 1991). Alat

bantu respirasi sering diperlukan untuk kasus dengan edema paru akibat

sindrom gangguan pernapasan akut.

G. Ehrlichiasis

a. Etiologi

Ehrlichia merupakan tipe bakteri yang menyerang anjing dan

spesies lainnya di dunia yang menyebabkan penyakit Ehrlichiosis.

Page 31: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

28

Ehrlichiosis dapat pula disebut sebagai penyakit tropical canine

pancytopenia yang biasanya ditularkan melalui kutu. Ehrlichia

menyerang sel darah putih (Scott, 2001).

b. Patogenesis

Erhlicia canis menginfeksi sel darah dengan melalui vektor

Rhicicephalus sanguineus. Transmisi terjadi melalui vektor yang

menginfeksi host dnegan kelenjer saliva yang menyerap darah.

Erhlichia sp masuk ke dalam leukosit atau mungkin trombosit

kemudian akan bertahan hidup lalu berkembang dan menyebar ke

seluruh tubuh host melalui aliran darah menuju ke jaringan perifer.

Ehrlichia canis mengnfeksi monosit dan limfosit di jaringan. Siklus

hidup dari Ehrlichia canis ada tiga tahap yaitu elementary bodies,

initial bodies dan morulae. Selama sel kecil dari elementary bodies

berkembang menjadi initial bodies dan masuk intracytoplasmis

menjadi morulae. Organisme tersebut akan meninggalkan sel dan akan

menjadi sel yang hancur atau disebut exocytosis (Dubie, 2014).

c. Gejala Klinis

Gejala yang ditimbulkan tergantung pada spesies dan sistem imun

anjing. Gejala klinis yang biasanya muncul antara lain demam, letargy,

nafsu makan menurun, kehilangan berat badan, pembesaran

limfonodus, splenomegali, rasa sakit dan kekakuan (terjadi akibat

arthritis dan rasa sakit pada otot), batuk, ocular dan nasal discharge,

muntah, diare, inflamasi daerah mata, gejala syaraf (Scott, 2001).

d. Diagnosis

Diagnosa Ehrlichiosis sulit dilakukan. Pemeriksaan darah

menunjukkan penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan

Page 32: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

29

penurunan sel darah merah (anemia) dan/atau sel darah putih

(leukopenia) (Scott, 2001).

Diagnosa dapat dilakukan dengan Immuno Fluoresecence Test (IF

test) denhgan menggunakan agen penyebab yang diisolasi dari kultur

macrophage. Dengan demikian diagnosa ditegakkan berdasarkan

gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium melalui deteksi

antibodi menggunakan antigen spesifik ditandai dengan naik-turunnya

titer antibodi sebanyak 4 kali pada pemeriksan berikutnya. Preparat

apus darah dan preparat usap dari endapan buffy coat darah dapat

dilakukan dengan melihat preparat apus darah untuk menemukan

benda inklusi (morula) di limfpsit, monosit dan neutrofil. Diagnosa

lain adalah dengan teknik diagnosa immunohistochemistry, PCR

(Chin, 2000).

e. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosa dari Erhchia canis seperti anaplosmosis,

babesiosis, dan bartonelosis (Greene, 2010).

f. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini tergantung dari seberapa parah parasit

darah ini telah berada dalam tubuh pasien.Hal pertama yang di

perhatikan jika ingin mengambil keputusan ialah melihat gejala klinis

yang di tunjukkan oleh pasien, kondisi tubuh pasien dan umur dari

pasien (Lubis, 2000). Namun kebanyak dari penyakit ini jika tidak di

tangani dengan cepat akan menyebabkan kematian. Prognosis adalah

proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil diagnosis. Terdiri dari

tiga tingkatan, yaitu fausta dengan tingkat kesembuhan > 50%, dubius

dengan tingkat kesembuhan 50 : 50 dan infausta dengan tingkat

kesembuhan <50%. Sedangkan prognosa dari kasus ini dapat

dikatakan dubius.

Page 33: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

30

g. Terapi

Pengobatan yang biasanya diberikan pada kasusa ini yaitu

doxyxyclin, imidocarb dipropionate. Menurut Barr and Bawman

(2006) , pada kasus Ehrlichiacanis dapat diberikan obat seperti

doxycyclin, glucocorticoid , androgenic steroid. Glucocorticoid

berfungsi sebagai imunosupresif androgenic steroid yang berfungsi

dalam menstimulasi produksi sumsum tulang. Imidocarb

diproprionate, dosis 5-7 mg/kg yang disuntikkan intramuscular atau

subcutan dan diulangi setelah 14 hari. Untuk mengatasi anemia perlu

diberikan terapi supportif dan bila perlu dilakuakn transfuse darah

(Subronto, 2010).

Page 34: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

31

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Demodecosis ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau

demodex dan biasanya menyerang anjing muda. Ada 3 jenis

spesies demodex yaitu D.canis, D.injai, D.mite. D.canis dapat

di temukan di pilosebaceous unit yaitu folikel rambut, saluran

sebaceous, dan kelenjar sebaceous.

2) Pyoderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman

penghasil nanah. Klasifikasi pyoderma tergantung pada

etiologi, tempat dalam tubuh, dan kedalamannya di dalam kulit.

Kulit anjing yang normal pada awalnya ditempati oleh

mikrokokus.

3) Ringworm ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur

yang menginfeksi kulit, bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam

berbagai intensitas infeksi.

4) Pedikulosis ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu.

Jenis kutu yang menyerang pada anjing ialah heterodoxus spp

5) Babesiosis pada anjing disebabkan oleh B. canis dan B.

gibsoni. B. canis adalah parasit protozoa darah yang

menyerang eritrosit serta penularannya melalui gigitan caplak.

6) Ehrlichiosis dapat pula disebut sebagai penyakit tropical canine

pancytopenia yang biasanya ditularkan melalui kutu. Ehrlichia

menyerang sel darah putih

B. Saran

Saran untuk pemilik hewan kesayangan dibutuhkan pengetahuan

tentang cara pemeliharaan dan pengetahuantentang kesehatan juga

harus mengenal penyakit dancara pengobatannya.

Page 35: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

32

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo SD. 2010. Identifikasi Protozoa Parasit Darah pada Anjing

(Canis sp.)Ras Impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno

Hatta.[Skripsi]. Program Sarjana Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

Arai S, Tsiji M, Kim SJ, Nakade T, Ishihara.1998. Babesia canis infection

in canine red blood cell-substituted SCID mice, Int. JParasitol 28:

1429 – 1435

Benavides MV, Sacco MS. 2007. Differential Bos Taurus cattle response

to Babesia bovis infection.Vet.Parasitology.

Bunawan A 2009. Demodecosis pada Anjing.

http://www.pietklinik.com/wmview. php?ArtID=34

Carlotti D.N. 2012.Canine Pyoderma. American Journal of Veterinary

Research.Amerika.http://www.zoovet.ee/product/docs/1219374077.

pdf [diunduh 20 September 2016].

Case, L. P. 1999.The Dog It’s Behavior, Nutrition, and Health. Lowa:

Lowa State Press

Chin J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17.

California.

Djenuddin, G. 2005. Penyakit Kulit oleh Kapang Dermatofit (Ringworm)

pada Kelinci. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Eldredge, D.M., Liisa, D.C., Delbert, G.C., and James, M.G. 2007. Dog

Owner’s Home Veterinary Handbook 4th Edition, Wiley Publishing

Inc, USA.

Green, E.C. 2012. Infectius Diseases Of The Dog And Cat, Fourth Edition

Saunders, An Imprint Of Elsevier Inc: 230-244.

Henfrey, J. 1990. Canine Demodekosis.In Practise. 12 (5): 187 – 192

Homer MJ, Delfi n IA, Telford SR, Krause PJ and Persing DH

2000.Babesiosis.Clin. Microbiol.Rev. 3:451-469.

Isti Windarwati Endang. 1985. Parvovirus Pada Anjing. Bogor. Intotut

Pertanian

Bogorhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/39595/

B85eiw.pdf;jsessionid=36FE3F473151983183F4050F2949DF22?se

quence=1 [diunduh 21 September 2016].

Page 36: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

33

Kelany WM dan Husein MG. 2011.Diagnosis of Recurrent Pyoderma in

Dogs by Traditional and Molecular Based Diagnostic Assays and Its

Therapeutic Approach. Journal of American Science.Faculty of Vet.

Med. Cairo University: Giza, Egypt.

http://www.jofamericanscience.org/journals/amsci/am0703/13_4875

am0703_120_134.pdf[diunduh 20 September 2016].

Lubis FY. 2006. Babesiosis (Piroplasmosis). Cermin Dunia Kedokteran.

Martino Luisa De, Sandra Nizza, Claudio de Martinis, Valentina Foglia

Manzillo, Valentina Iovane, Orlando Paciello dan Ugo Pagnini.

2012. Streptococcus constellatus-associated pyoderma in a dog.

Journal of Medical Microbiology. University of Naples Federico:

Italy.http://www.microbiologyresearch.org/docserver/fulltext/jmm/6

1/3/438_jmm033845.pdf?expires=1474377384&id=id&accname=gu

est&checksum=C6F1FC09528FB9A018FAC76B20A40415[diundu

h 20 September 2016].

Manson, J. D., Eley, B. M. 1993. Buku Ajar Periodonti (Alih bahasa :

Anastasia). Jakarta : Hipokrates. p .22- 26 : 44 – 53

Moriello KA.2013. Overview of Pyoderma. Mercks Manuals [internet].

http://www.merckmanuals.com/vet/integumentary_system/pyoderma/

overview_of_pyoderma.html[diunduh 21 September 2016].

Untung, O. 1997.Merawat dan melatih Anjing Edisi keenam. Jakarta:

Penebar Swadaya.

OIE (The World Organisation for Animal Health). 2010. OIE Terrestrial

Manual 2010. http://www.oie.int. [di akses 21September 2016].

Palupi, E.A. 1997. Identifikasi Kapang Penyebab Ringworm pada Anjing-

anjing yang Dirawat di Pondok Pengayom Satwa Ragunan Jakarta

Selatan. Skripsi. Universitas Nasional Jakarta. Jakarta.

Pohan, K.A 2007. Bahan Kuliah Mikologi. Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta

Paradis M. 1999. New Approaches to the Treatment of Canine

Demodecosis. Veterinary Clinics of North America : Small Animal

Practice

Paterson S. 2008.Manual of the Skin Diseases of Dogs and Cats.Ed ke-

2.Oxford (GB): Blackwell. Hlm: 26-47.

Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner,ed.2. Denpasar. NV.

Percetakan Bali.

Page 37: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

34

Riza, Z.A. 2009. Permasalahan dan Penanggulangan Ringworm pada

Hewan. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Sardjana, I,.K,.W. 2012. Pengobatan Demodekosis Pada Anjing di Rumah

Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga.VetMedika J Klin Vet:Surabaya.

Scott, DW, WH Miller, CG Griffin. 2001. Small Animal Dermatology.

WB Saunders CompanyShipstone M, 2000. Generalised Demodecosis

in Dogs, Clinical Perspective. Aus. Vet. J. Vol. 78 (4) : 240-242.

Soulby EJL 1974: Helminth, Arthropods and Protozoa of Domesticated

Animal. 6 th Edition. London.

Suartha I Nyoman, Reny S dan I Ketut G. 2014. Bentuk dan Sebaran Lesi

Demodekosis pada Sapi Bali.Jurnal Veteriner. Fakultas Kedokteran

Hewan, Universitas Udayana: Bali.

Subronto.2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan

Kucing.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Subronto. 2013. Ilmu Penyakit Hewan Kesayangan Anjing. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Tannesan. 2005. Dissertation Babesiosis in Africa. University of Preforia

ets di akses di http://upted.up.ac.za/thesis/available/etd[diunduh 21

September 2016].

Tilley, L.P. and Smith F.W.K. 2000.The 5-minute Veterinary Consult, Ver.

2.0. USA: Lippincott Williams and Wilkins.

Page 38: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

35

LAMPIRAN

1. Pyoderma

11

1

2

3 4

Keterangan gambar :

1. Hyperkertatosis

2. Hyperkeratosis

3. Kebotakan (Alopecia)

4. Radang pada moncong

1 2

3 4

Ket Gambar:

1.Hperemi

2. Makula

3. Papula

4. Pustula

Gejala pada Anjing yang postif Pyoderma seperti : kerak pada kulit, luka

berdarah, nanah

Sumber:( http://www.vetstreet.com/care/pyoderma-in-dogs-and-cats)

Page 39: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

36

2. Demodekosis

2

1

Keterangan Gambar :

1. Eritema (kemerahan

2. Hyperkeratosis

3. Alopecia

3 (Kebotakan)

Lesi pada demodex canis( Sumber : vcahospitals.compet360.com)

3. Babesiosis

1 2 3

Keterangan gambar:

1. Caplak

2. vector caplak

3. Jaundice (Kekuningan)

Vektor Pembawa parasit darah dan gejala klinis babesiosis

(Sumber http://anjingkita.com/wmview.php?ArtID=27118)

Page 40: MAKALAH PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzM... · Pakan Diet Pada Kasus-kasus Penyakit Hewan Kesayangan. Makalah

37

4. Ringworm

1

Keterangan gambar :

1. Iritasi pada kulit

5. Pediculosis