MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

18
MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH Sampah merupakan suatu bahan yang dibuang atau terbuang sebagai hasil dari aktivitas manusia maupun hasil aktivitas alam yang tidak/belum memiliki nilai ekonomis. sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Jenis-jenis sampah Berdasarkan sumbernya 1. Sampah alam 2. Sampah manusia 3. Sampah konsumsi 4. Sampah nuklir 5. Sampah industri 6. Sampah pertambangan Berdasarkan sifatnya 1. Sampah organik – dapat diurai (degradable) 2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)

Transcript of MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Page 1: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Sampah merupakan suatu bahan yang dibuang

atau terbuang sebagai hasil dari aktivitas manusia

maupun hasil aktivitas alam yang tidak/belum memiliki

nilai ekonomis.

sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi

biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke

dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka

kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya

sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan.  Akan

tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat

dibagi menurut jenis-jenisnya.

Jenis-jenis sampah

Berdasarkan sumbernya

1. Sampah alam

2. Sampah manusia

3. Sampah konsumsi

4. Sampah nuklir

5. Sampah industri

6. Sampah pertambangan

Berdasarkan sifatnya

1. Sampah organik – dapat diurai (degradable)

2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)

Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran,

daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;

Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah

pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu,

Page 2: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku

dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual

adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,

kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;

Berdasarkan ciri atau karakteristik

a. Garbage, terdiri dari zat-zat yang mudah terurai

b. Rubbish, seperti karet, kayu, dan kaca

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industry

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar

e. Dead animal, bangkai binatang besar

f. House hold refuse, samph campuran

g. Abandoned vehicle, bangkai kendaraan

Berdasarkan bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang.

Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:

Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine

dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah

kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini

dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik

Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan

organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari

peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu

pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:

1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi

baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan

perkebunan.

Page 3: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat

dibagi lagi menjadi:

Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai

secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah

atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain

Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak

diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini

mengandung patogen yang berbahaya.

Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar

mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan

dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.

Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri

(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.

Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah

yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan

misalnya membuang ke selokan.

Sampah alam

Page 4: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses

daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi

tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,

misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa

digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat

digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus

dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah

pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang

higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori

penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang

misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

Sampah Konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)

pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke

tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun

demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan

sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

Limbah Radioaktif

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang

menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan

hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat

yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju

biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih

dilakukan).

Page 5: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

PENGOLAHAN SAMPAH

Pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil atau

menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan

lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi

tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu

penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak

menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran (Azwar, 1990).

Pada penelitian ini dikemukakan tiga jenis alternatif teknologi pengolahan sampah yang

dapat digunakan dalam pengolahan sampah di Jakarta Timur, yakni: pengomposan, incenerator,

dan tempat penimbunan akhir sampah (TPA) secara sanitary landfill. Berikut uraian mengenai

hal-hal yang terkait dengan ketiga jenis alternatif teknologi pengolahan sampah tersebut.

A. PENGOMPOSAN (COMPOSTING)

Uraian mengenai proses pengomposan berikut ini bersumber dari Suriawiria (1996).

Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan

anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang

dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah

mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.

Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa

organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari

udara, tanah, air, dan sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi proses mikrobiologis. Beberapa

hal yang harus diperhatikan agar proses tersebut berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen

dan karbon (C/N rasio) di dalam bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH,

dan jenis mikroba yang berperan di dalamnya. 

Indikator yang menunjukkan bahwa proses dekomposisi senyawa organik berjalan lancar

adalah adanya perubahan pH dan temperatur. Proses dekomposisi akan berjalan dalam empat

fase, yaitu mesofilik, termofilik, pendinginan, dan masak. 

Page 6: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Hubungan diantara keempat fase tersebut sebagai berikut:

1. Pada proses permulaan, media mempunyai nilai pH dan temperatur sesuai dengan kondisi

lingkungan yang ada, yaitu pH + 6.0 dan temperatur antara 18 - 22 derajat Celcius

2. Sejalan dengan adanya aktifitas mikroba (khususnya bakteri indigenousi) di dalam bahan,

maka temperatur mulai naik, dan akhirnya akan dihasilkan asam organic

3. Pada kenaikan temperatur diatas 40 derajat Celcius, aktifitas bakteri mesofilik akan

terhenti, kemudian diganti oleh kelompok termofilik. Bersamaan dengan pergantian ini,

amoniak dan gas nitrogen akan dihasilkan, sehingga nilai pH akan berubah kembali

menjadi basa

4. Kelompok jamur termofilik, yang terdapat selama proses, akan mati akibat kenaikan

temperatur diatas 60 derajat Celcius. Selanjutnya akan diganti oleh kelompok bakteri dan

actinomycetes termofilik sampai batas temperatur +86 derajat Celcius.

5. Jika temperatur maksimum sudah tercapai serta hampir seluruh kehidupan di dalamnya

mengalami kematian, maka temperatur akan turun kembali hingga mencapai kisaran

temperatur asal. Fase ini disebut fase pendinginan dan akhirnya terbentuklah kompos

yang siap digunakan.

Beberapa faktor, baik biotik maupun abiotik yang mempengaruhi proses pengomposan, antara

lain :

1. Pemisahan bahan. Bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar didegradasi harus

dipisahkan. Bahan-bahan tersebut dapat berupa logam, batu, plastik dan sebagainya.

Bahkan bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat menghambat pertumbuhan

mikroba, antara lain residu pestisida, harus benar-benar dibebaskan dari dalam timbunan

bahan baku kompos.

2. Bentuk bahan. Lebih kecil dan homogen bentuk bahan, maka proses pengomposan akan

berjalan lebih cepat dan baik. Karena lebih kecil dan homogen bahan baku kompos, lebih

luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktifitas mikroba. Juga

pengaruhnya terhadap kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2

yang dihasilkan.

Page 7: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

3. Nutrien. Aktifitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan sumber nutrien

karbohidrat, antara 20%-40% karbohidrat yang digunakan akan diasimilasikan menjadi

komponen sel dan CO2.

4. Kadar air bahan. Kadar air bahan bergantung pada bentuk dan jenis bahan, namun

optimum pada kisaran 50% hingga 70%, terutama selama proses fase pertama. Kadang-

kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai sampai 85%, misal pada

jerami.

B. PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR)

Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah satu cara pengolahan

sampah, baik padat maupun cair. Didalam incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan

berubah menjadi gas (asap) dan abu. Dalam proses pembuangan sampah, cara ini bukan

merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih memerlukan penanganan lebih

Page 8: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar yang terbawa, sehingga cara ini masih merupakan

intermediate treatment.

Salah satu kelebihan incenerator menurut Salvato (1982) adalah dapat mencegah

pencemaran udara dengan syarat incenerator harus beroperasi secara berkesinambungan selama

enam atau tujuh hari dalam seminggu dengan kondisi temperatur yang dikontrol dengan baik dan

adanya alat pengendali polusi udara hingga mencapai tingkat efisiensi, serta mencegah terjadinya

pencemaran udara dan bau.

Kelebihan incenerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh Sidik et al.

(1985), yaitu meskipun incenerator masih belum sempurna sebagai sarana pembuangan sampah,

akan tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai berikut:

1. Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80%

dari sampah awal yang datang tanpa proses pemisahan.

2. Sisa pembakaran yang berupa abu cukup kering dan bebas dari pembusukan

3. Pada instalasi yang cukup besar kapasitasnya (lebih besar dari 300 ton/hari) dapat

dilengkapi dengan peralatan pembangkit listrik

Menurut Sidik et al. (1985), sistem incenerator pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu:

1. Sistem pembakaran berkesinambungan. Sistem ini menggunakan gerakan mekanisasi dan

otomatisasi dalam kesinambungan pengumpanan sampah ke dalam ruang bakar (tungku)

dan pembuangan sisa pembakaran. Sistem ini umumnya dilengkapi fasilitas pengendali

pembersih sisa pembakaran untuk membersihkan abu dan gas. Sistem ini dapat

digunakan untuk instalasi dengan kapasitas besar (lebih besar dari 100 ton/hari) dan

beroperasi selama 24 jam atau 16 jam per hari.

2. Sistem pembakaran terputus. Sistem ini umumnya sederhana dan mudah dioperasikan.

Digunakan untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 ton/hari). Biasanya beroperasi kurang

dari 8 jam per hari. Cara kerjanya terputus-putus dalam arti bila sampah yang sudah

dibakar menjadi abu, maka untuk pembakaran berikutnya abu tersebut harus dikeluarkan

lebih dahulu. Setelah bersih, baru dapat dilakukan pembakaran sampah selanjutnya.

Proses yang terdapat pada incenerator pada dasarnya terdiri atas enam tahap, yaitu:

Page 9: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

1. Proses pembakaran

2. Poses pengolahan abu

3. Proses pendinginan gas

4. Poses pengolahan gas

5. Proses pengolahan air kotor, dan

6. Proses pemanfaatan panas.

Proses tersebut menunjukkan bahwa pengolahan sampah dengan incenerator dilakukan dengan

memperhatikan aspek keamanan terhadap lingkungan.

C. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH = TPA (LANDFILL)

Menurut Sidik et al. (1985), pengolahan sampah metoda pembuangan akhir dilakukan

dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah

padat dengan cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan, menstabilkan sampah

(mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam siklus metabolisme alam. Ditinjau dari

segi teknis, proses ini merupakan pengisian tanah dengan menggunakan sampah.

Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan

2. Mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah

3. Aman terhadap lingkungan sekitarnya.

Page 10: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Ada dua teknik yang dikemukakan oleh Salvato (1982) yang termasuk dalam kategori

TPA, yaitu teknik open dumping dan sanitary landfill. Teknik open dumping adalah cara

pembuangan sampah yang sederhana, yaitu sampah dihamparkan di suatu lokasi dan dibiarkan

terbuka begitu saja. Setelah lokasi penuh dengan sampah, maka ditinggalkan. Teknik ini sering

menimbulkan masalah berupa munculnya bau busuk, menimbulkan pemandangan tidak indah,

menjadi tempat bersarangnya tikus, lalat, dan berbagai kutu lainnya, menimbulkan bahaya

kebakaran, bahkan sering juga menimbulkan masalah pencemaran air. Oleh karena itu, teknik

open dumping sebaiknya tidak perlu dikembangkan, melainkan diganti dengan teknik sanitary

landfill.

Teknik sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu hamparan

lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap

sampah. Pada teknik ini sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu

dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah dan dipadatkan kembali. Pada bagian atas

timbunan tanah tersebut dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan

tanah. Demikian seterusnya hingga terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Pada bagian

dasar dari konstruksi sanitary landfill dibangun suatu lapisan kedap air yang dilengkapi dengan

pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) serta pipa penyalur gas yang terbentuk

dari hasil penguraian sampah-sampah organik yang ditimbun.

Menurut Sidik et al. (1985) penimbunan sampah yang sesuai dengan persyaratan teknis

akan membuat stabilisasi lapisan tanah lebih cepat dicapai. Dasar dari pelaksanaannya adalah

meratakan setiap lapisan sampah, memadatkan sampah dengan menggunakan compactor, dan

menutupnya setiap hari dengan tanah yang juga Dipadatkan. Ketebalan lapisan sampah

umumnya sekitar 2 meter, namun boleh juga lebih atau kurang dari 2 meter bergantung pada sifat

sampah, metoda penimbunan, peralatan yang digunakan, topografi lokasi penimbunan,

pemanfaatan tanah bekas penimbunan, kondisi lingkungan sekitarnya, dan sebagainya.

Adapun fungsi lapisan penutup tersebut sebagai berikut:

1. Mencegah berkembangnya vektor penyakit

2. Mencegah penyebaran debu dan sampah ringan

3. Mencegah tersebarnya bau dan gas yang timbul

4. Mencegah kebakaran

Page 11: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

5. Menjaga agar pemandangan tetap indah

6. Menciptakan stabilisasi lokasi penimbunan sampah

7. Mengurangi volume lindi

Hal yang sangat penting diperhatikan sehubungan dengan pembangunan TPA dengan

teknik sanitary landfill adalah kemungkinan timbulnya pencemaran lingkungan di areal TPA

tersebut.

Sidik et al. (1985) mengatakan bahwa ada beberapa jenis pencemaran di lahan

penimbunan sampah (TPA) yaitu:

1. Air lindi, yang keluar dari dalam tumpukan sampah karena masuknya rembesan air hujan

ke dalam tumpukan sampah lalu bersenyawa dengan komponen-komponen hasil

penguraian sampah.

2. Pembentukan gas. Penguraian bahan organik secara aerobik akan meghasilkan gas CO2,

sedangkan penguraian bahan organik pada kondisi anaerobik akan menghasilkan gas

CH4, H2S, dan NH3. Gas CH4 perlu ditangani karena merupakan salah satu gas rumah

kaca serta sifatnya mudah terbakar. Sedangkan gas H2S, dan NH3 merupakan sumber

bau yang tidak enak.

Selain itu, masih banyak cara-cara pengolahan sampah, diantaranya :

Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah Padat menggunakan suatu

alat yang disebut insinerator. Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat

dapat dibakar dalam jenis insinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk

insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet. Sedangkan contoh jenis

limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan,

dan baterai.

Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume Sampah berkurang sangat

banyak (bisa mencapai  90%). Sedangkan kelemahan utamanya adalah Biaya

operasi yang mahal. Selain itu, insinerasi Menghasilkan asap buangan yang dapat

menjadi Pencemar udara serta abu hasil pembakaran yang Kemungkinan

mengandung senyawa berbahaya.

Page 12: MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Merumuskan dan mendemontrasikan sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan (reduce,

reuse, recycle)

Reduce

 Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak

lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak

“terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya

adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu

tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak

agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya.

Reuse

Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju

bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang

kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa

bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.

Recycle

Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang

sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun

sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali.

Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah

yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Malah akhirnya lebih

banyak gerilyawan lingkungan yang melakukan daur ulang secara kreatif dan

menularkannya pada banyak orang dibandingkan pemerintah