Makalah Pengling

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri kelapa sawit berlangsung sangat cepat di Indonesia saat ini. Pembangunan pabrik- pabrik kelapa sawit semakin meningkat sebagai akibat dari semakin tingginya produksi tandan buah segar yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi dilatarbelakangi oleh tingginya kebutuhan konsumen akan produk turunan dari minyak kelapa sawit itu sendiri. Industri kelapa sawit membawa pengaruh yang baik terhadap konsumen, distributor, dan produsen serta pemasukan devisa negara yang tinggi, industri kelapa sawit tetapi juga menyisakan limbah yang jika tidak diantisipasi akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah kosong dan cangkang sawit. Tandan buah kosong umunya dapat dimanfaatkan kembali dilahan perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan pupuk kompos. Prosesnya terlebih dahulu dicacah sebelum diaplikasikan (dibuang) ke lahan. Sedangkan cangkang buah sawit dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan bakar (alternative fuel oil) pada boiler dan power generation.

description

dampak limbah kelapa sawit

Transcript of Makalah Pengling

Page 1: Makalah Pengling

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri kelapa sawit berlangsung sangat cepat di Indonesia

saat ini. Pembangunan pabrik-pabrik kelapa sawit semakin meningkat sebagai

akibat dari semakin tingginya produksi tandan buah segar yang dihasilkan. Hal

tersebut terjadi dilatarbelakangi oleh tingginya kebutuhan konsumen akan produk

turunan dari minyak kelapa sawit itu sendiri.

Industri kelapa sawit membawa pengaruh yang baik terhadap konsumen,

distributor, dan produsen serta pemasukan devisa negara yang tinggi, industri

kelapa sawit tetapi juga menyisakan limbah yang jika tidak diantisipasi akan

mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.

Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah

limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah kosong dan

cangkang sawit. Tandan buah kosong umunya dapat dimanfaatkan kembali

dilahan perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan pupuk kompos. Prosesnya

terlebih dahulu dicacah sebelum diaplikasikan (dibuang) ke lahan. Sedangkan

cangkang buah sawit dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan bakar

(alternative fuel oil) pada boiler dan power generation.

Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri pengolahan minyak sawit

merupakan sisa dari proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah

ini masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan

tanah. Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai alternatif pupuk di lahan

perkebunan kelapa sawit yang sering disebut dengan land application.

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah untuk

digunakan sebagai pupuk pada lahan di perkebunan kelapa sawit yaitu: Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman

Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada

Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan

Page 2: Makalah Pengling

Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan

Kelapa Sawit.

Setelah kajian tentang dampak pencemaran lingkungan dilakukan dan data

tentang limbah cair pabrik kelapa sawit tersebut telah diketahui, maka kajian

selanjutnya yang dilakukan adalah evaluasi terhadap tanah lokasi aplikasi,

utamanya logam – logam berat yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan

tanaman kelapa sawit. Informasi yang ingin di dapatkan adalah jumlah logam –

logam berat serta pengaruh jarak lokasi aplikasi lahan terhadap tanaman kelapa

sawit dalam mendukung pemenuhan kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa

sawit.

Oleh sebab itulah dilakukan evaluasi dilakukan terhadap kadar logam –

logam berat yang dikandung oleh tanah yang telah diaplikasi, dalam hal ini

terkonsentrasi pada logam – logam berat, meliputi Cu, Zn, Pb, dan Cd pada tanah.

Dimana parameter-parameter tersebut sangat menunjang pertumbuhan tanaman

apabila di atas ambang optimum merupakan racun bagi tanaman. Hasil akhir yang

diinginkan adalah rekomendasi pemupukan pada lahan aplikasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana dampak limbah suatu pabrik kelapa sawit terhadap lingkungan

sekitar?

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang dampak limbah suatu pabrik kelapa sawit

terhadap lingkungan sekitar.

Page 3: Makalah Pengling

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pabrik Kelapa Sawit

Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) adalah kumpulan

peralatan/mesin instalasi yang digunakan sebagai alat pengolahan Tandan Buah

Segar (TBS) yang cukup besar dan mahal harganya yang menghasilkan minyak

sawit dan inti sawit + limbah cangkang, solid dan limbah cair.

Pabrik yang berkapasitas 20 – 30 ton TBS/jam terdiri dari 1 phase;

selanjutnya untuk pabrik berkapasitas 40 – 60 ton TBS/jam terdiri dari

2 phase dan untuk pabrik kapasitas 40 – 60 ton TBS/jam terdiri dari 2 phase

dan untuk pabrik kapasitas 40 – 60 ton TBS/jam biasanya jumlah peralatan

pengolahannya 2 kali jumlah mesin/instalasi yang berkapasitas 20 – 40 ton

TBS/jam.

Tujuan perusahaan untuk memperoleh hasil optimal dan dengan biaya

operasi yang wajar, hanya akan dapat tercapai, apabila semua fungsi-fungsi

management dapat disinkronkan dengan baik berdasarkan pedoman/petunjuk

yang disepakati.

Untuk mencapai biaya operasi yang wajar, salah satu usaha adalah

perawatan mesin-mesin instalasi pengolahan/maintenance yang baik disamping

prosedur pengolahan yang dianut harus benar-benar dipahami.

2.2 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak

masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya

menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama

dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak

kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai

timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E.

oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species

Page 4: Makalah Pengling

kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki

produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah.

banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species

yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai

dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang,

yang terdiri dari

Dura,

Pisifera, dan

Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya

besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya

tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang

menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat

jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan

jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan

masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya

tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya

mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk

pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

2.3 Peraturan Pemerintah Terkait

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah untuk

digunakan sebagai pupuk pada lahan di perkebunan kelapa sawit yaitu: Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman

Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada

Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

Page 5: Makalah Pengling

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003

Tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah

Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian

terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada

tanah diperkebunan. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin

pemanfaatan tersebut. Selain kedua peraturan tersebut di atas yang mengatur

secara spesifik pemanfaatan air limbah industri kelapa sawit, ada satu peraturan

lagi yang dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah

yang boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 51 Tahun 1995.

2.4 Dampak Ekologi Perkebunan Kelapa Sawit

Pengembangan perkebunan kelapa sawit disarankan pada lahan-lahan yang

memiliki tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), dan S3 (agak sesuai).

Namun dalam kenyataannya pengembangan areal perkebunan kelapa sawit juga

dilakukan pada areal N – 1 (kurang sesuai), termasuk lahan gambut. Proses alih

fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yangat diminati oleh pengusaha,

karena sebelum pengusaha melakukan investasi perkebunan kelapa sawit mereka

telah mendapatkan keuantungan yang sangat besar. Bahkan banyak kasus yang

terjadi dimana perusahaan-perusahaan hanya menggunakan perkebunan kelapa

sawit sebagai tameng untuk mengambil kayu hutan. Setelah kayu hutan diambil,

lahan ditelantarkan dan tidak dijadikan perkebunan kelapa sawit. Penebangan

hutan merupakan sumber terbesar kedua dalam meningkatkan level CO2 (karbon

diokasida) di atmoster (Soerjani, 2007). Padahal menurut Protokol Kyoto, hutan

dapat dijual karena 1 hektar hutan dapat menyerap 250 – 300 ton CO2, jadi jika

dijual 1 ton CO2 bernilai US $ 5 (Soerjadi dkk, 2007).

Ekspansi perkebunan kelapa sawit yang merambah hutan bahkan telah

memasuki lahan-lahan basah, seperti gambut membuat emisi CO2 semakin

meningkat. Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit

telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem

Page 6: Makalah Pengling

hutan hujan tropis, serta plsama nutfah. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya

sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas

rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam. Perkebunan kelapa sawit

mengakibatkan berkurangnya kawasan resapan air, sehingga pada musim hujan

akan mengakibatkan banjir karena lahan tidak mempunyai kemampuan menyerap

dan menahan air.

Perubahan ekosistem hutan juga berdampak pada kehancuran habitat flora

dan fauna. Perubahan ini mengakibatkan konflik antar satwa, maupun konflik

satwa dengan manusia. Akibat habitat yang telah rusak, hewan tidak lagi memiliki

tempat yang cukup untuk hidup dan berkembang biak. Sering terjadi hewan

(gajah, harimau, dll) merusak lahan pertanian dan perumahan penduduk, bahkan

mengakibatkan korban jiwa bagi masyarakat sekitar, seperti yang terjadi di

Propinsi Jambi dan Bengkulu.

Pembukaan perkebunan kelapa sawit  yang dilakukan dengan pembakaran

akan mengakibatkan pencemaran asap, meningkatkan suhu udara, dan perubahan

iklim. Akibat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dengan cara pembakaran

yang dilakukan di Sumatera dan Kalimantan telah menghasilkan ekspor kabut ke

Malaysia dan Singapura. Kabut ini akan sangat mengganggu kesehatan dan

mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti terganggunya transportasi, dll.

Pembukaan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan besar menggunakan peralatan berat akan menyebabkan pemadatan

tanah. Dengan sistem monokultur juga mengakibatkan tanah lapisan atas (top soil)

yang subur akanhilang akibat terjadinya erosi. Dalam kultur budidaya, kelapa

sawit  merupakan tanaman yang rakus air dan unsur hara. Kelapa sawit setiap

harinya membutuhkan air sebanyak 20 – 30 liter / pohon. Dengan demikian secara

perlahan perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan permukaan air tanah. Selain

itu kelapa sawit juga merupakan tanaman yang rakus akan unsur hara, sehingga

diperlukan pemupukan yang memadai. Penggunaan pupuk anorganik yang

berlebihan akan menyebabkan residu dan mematikan organisme tanah. Selain itu

Page 7: Makalah Pengling

dalam pemeliharaan kelapa sawit yang dilakukan secara intensif menggunakan

banyak pestisida untuk penanggulangan hama dan penyakit. Hal ini

mengakibatkan adanya residu pestisida dan membunuh spesies lainnya yang akan

mengganggu keseimbangan rantai mahluk hidup.

Perubahan alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit

mengakibatkan terjadinya konflik dengan masyarakat sekitar hutan. Hal ini

disebabkan masyarakat sekitar hutan telah mengganggap hutan adalah bagian dari

leluhur masyarakat tersebut, sumber makanan, obat-obatan, spiritualitas dan

budaya. Dengan adanya perkebunan, maka fungsi hutan bagi masyarakat juga

menjadi hilang. Selain itu juga terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat

sekitar yang disebabkan oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang

dihasilkan oleh industri kelapa sawit.

2.5 Dampak Ekologi Limbah Industri Kelapa Sawit

Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan salah satu

bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan secara baik dan

profesional, meningat industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan

residu hasil pengolahan. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan

komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak

mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Berikut ini

adalah diagram aliran produk yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit.

TBS (100 %)

Air Kondensat (8-12 %)

Tandan Kosong (20-23 %)

Tandan Buah Rebus (88-92%)

Buah Terpipil (55-65 %)

Mesocarp  (43 – 53 %)

Biji  (12-16 %)

Cangkang (7 – 9  %)

Page 8: Makalah Pengling

Inti (5 – 7 %)

CPO (20 –23  %)

Air (13 –23  %)

Serat (10 – 12  %)

Berdasarkan diagram di atas ternyata produk yang dihasilkan oleh industri

kelapa sawit dasar hanya menghasilkan 25 – 30 % produk yang terdiri dari crude

palm oil (CPO) (20 – 23 %) dan inti sawit (5 – 7%), sisanya mengashilkan limbah

baik limbah cair, padat, dan gas.

A. Limbah Cair

Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit dapat berupa

limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm Oil

Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) an air hasil

pengolahan (13-23 %). Komposisi kimia limbah cair pabrik kelapa sawit

disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Komposisi Kimia Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Komponen % Berat Kering

Ekstrak dengan ether 31.60

Protein (N x 6,25) 8.20

Serat 11.90

Ekstrak tanpa N 34.20

Abu 14.10

P 0.24

K 0.99

Ca 0.97

Mg 0.30

Na 0.08

Energi (kkal / 100 gr) 454.00

Sumber : Naibaho (1996)

Page 9: Makalah Pengling

Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia

mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu meupakan

potensi yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

Namun sebaliknya akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan

manusia jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik dan profesional.

Limbah cair kelapa sawit mengadung konsentrasi bahan organik yang relatif

tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguaraian oleh

mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa

sawit  umumnya berwarna kecoklatan dan mengandung padatan terlarut dan

tersuspensi berupa koloid serta residu minyak dengan kandungan biological

oxygen demand (BOD) yang tinggi. Bila limbah cair ini dibuang ke perairan

akan berpeotensi mencemari lingkungan karena akan mengurani biota dan

mikroorganisme perairan dan dapat menyebabkan keracunan, sehingga

harus diolah sebelum dibuang. Standar baku mutu lingkungan limbah yang

dihasilkan pabrik CPO adalah pH 6 – 9, BOD 250 ppm, COD 500 ppm, TSS

(total suspended solid) 300 ppm, NH3 – N 20 ppm, dan oil grease  30 ppm

(Naibaho, 1996).

Limbah cair yang ditampung pada kolam-kolam terbuka akan melepaskan

gas metan (CH4) dan CO2 yang menaikkan emisi penyebab efek rumah kaca

yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Selain itu gas metan tersebut juga

menimbulkan bau yang tidak sedap.

Meskipun dengan beberapa teknologi yang telah dikembangkan saat ini

limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas, pakan ternak, bahan

pembuat  sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan

untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan, tetapi

bila limbah cair ini tidak ditangani dengan baik dan profesional akan

mengakibatkan kerusakan lingkungan.

B. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit terdiri

atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan tempurung

Page 10: Makalah Pengling

atau cangkang (7-9 %). Berikut ini adalah komposisi bahan organik serat

dan tandan kosong kelapa sawit. 

Tabel 2. Komposisi Bahan Organik Serat dan Tandan Kosong

Komposisi Serat (%) Tankos (%)

Karbohidrat 38.80 34.21

Glukosa 21.90 21.30

Xyla 15.30 11.70

Arabinam 1.60 1.20

Galactan 0.00 0.00

Mannan 0.00 0.00

Rhamman 0.00 0.00

Nitrogen 0.61 0.66

Lignin 23.40 15.60

Ekstraksi benzene / alkohol 11.20 10.50

Ekstraksi air panas 10.90 20.00

Kalor (kkal / kg) 4.586 4.888

Abu (500 0C) 5.10 7.90

SiO2 63.20 34.70

Al2O7 4.50 1.20

FeO3 3.90 1.80

CaO 7.20 3.30

MgO 3.80 2.90

Na2O 0.80 0.80

K2O 9.00 0.10

TiO2 0.20 0.10

P2O5 2.80 2.50

SO3 2.80 8.00

CO2 2.20 0.10

Sumber : Naibaho (1996)

Page 11: Makalah Pengling

Limbah padat yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit di Indonesia

mencapai 15,20 juta ton limbah / tahun. Limbah padat berupa cangkang,

tandan kosong, serat, pelepah, dan batang sawit mengandung 45 % selulose

dan 26 % hemiselulose. Limbah-limbah ini akan menghasilkan bau yang

tidak sedap. Pemanfaatan limbah padat dapat berupa pembuatan pupuk

kompos,  bioetanol, bahan pulp untuk pembuatan kertas, pembuatan sabun

dan media budidaya jamur.

C. Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan industri kelapa sawit dapat berupa gas hasil

pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energi serta gas metan

dan CO2 yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair.

Limbah gas ini akan menyebabkan meningkatnya kadar CO2 dan

mengakibatkan polusi udara.

Page 12: Makalah Pengling

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan materi yang sudah di bahas pada bab II maka dapat diambil

beberapa kesimpulan yaitu:

A. Pengembangan perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif dan

negatif. Oleh karena dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development) harus memperhatikan dan menyerasikan fungsi-

fungsi lingkungan.

B. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit agar terwujud produk bersih perlu

menerapkan prinsip 1E 4 R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, dan

Recovery).

C. Peningkatan luas kebun sawit yang diiringi dengan peningkatan jumlah

produksi mengakibatkan bertambahnya jumlah atau kapasitas industri

pengolahan minyak sawit. Hal ini juga akan menimbulkan masalah, karena

limbah yang dihasilkan akan bertambah pula, dan apabila tidak dikelola dan

dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan

3.2 Saran

Di dunia perkembangan industri seperti sekarang ini masih banyak

perusahaan-perusahaan yang kurang memperhatikan bagaimana dampak yang

akan di timbulkan dari limbah industri tersebut, baik industri dalam skala besar

maupun skala kecil, maka dari itu penulis menyarankan kepada dirinya dan para

pembaca marilah kita bersama-sama mengawasi perkembangan industri di

wilayah kita masing-masing agar kerusakan yang ditimbulkan tidak semakin

berbahaya.