makalah penelitian

19
Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Kebersihan Mulut dengan Status Kebersihan Mulut pada Lanjut Usia (Kajian di Panti Wreda Abiyoso) Asti Imania Pratiwi INTISARI Latar Belakang: Jumlah penduduk lanjut usia, terutama di Negara berkembang bertambah lebih cepat daripada penduduk usia muda. Dari berbagai penelitian, status kebersihan mulut penduduk lanjut usia buruk, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan dan sikap mereka terhadap pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut buruk. Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap kebersihan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia. Metode Penelitian:Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan mengunakan pendekatan cross sectional dilakukan terhadap 30 sampel lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda Abiyoso Yogyakarta dan dipilih secarapurposive sampling.Untuk mengukur sikap, digunakan kuesioner sikap dari skala Likert, dan pengetahuan diukur dengan kuisioner, status kebersihan mulut responden diukur dengan OHI-S dari Greene dan Vermillon. Hasil Analisis:Pada hasil analisis bivariat, nilai sikap dan pengetahuan terhadap kesehatan mulut pada lanjut usia berturut-turut adalah 0,545 (p>0,05); 0,92(p>0.05). 1

description

kesehatan

Transcript of makalah penelitian

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Kebersihan Mulut dengan Status Kebersihan Mulut pada Lanjut Usia(Kajian di Panti Wreda Abiyoso)

Asti Imania Pratiwi

INTISARILatar Belakang: Jumlah penduduk lanjut usia, terutama di Negara berkembang bertambah lebih cepat daripada penduduk usia muda. Dari berbagai penelitian, status kebersihan mulut penduduk lanjut usia buruk, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan dan sikap mereka terhadap pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut buruk.

Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap kebersihan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia.

Metode Penelitian:Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan mengunakan pendekatan cross sectional dilakukan terhadap 30 sampel lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda Abiyoso Yogyakarta dan dipilih secarapurposive sampling.Untuk mengukur sikap, digunakan kuesioner sikap dari skala Likert, dan pengetahuan diukur dengan kuisioner, status kebersihan mulut responden diukur dengan OHI-S dari Greene dan Vermillon.

Hasil Analisis:Pada hasil analisis bivariat, nilai sikap dan pengetahuan terhadap kesehatan mulut pada lanjut usia berturut-turut adalah 0,545 (p>0,05); 0,92(p>0.05).

Kesimpulan:pengetahuan dan sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia.

Kata kunci: kebersihan mulut, lanjut usia, pengetahuan dan sikap

The relationship between knowledge and attitude toward Oral Hygine with theOral Hygiene Status in Elderly(Studies at Abiyoso nursing home)

Asti Imania Pratiwi

ABSTRACTBackground:The numberof elderly people, especiallyindeveloping countriesgrowfaster thanyoung people. From variousstudies, oral hygienestatusof the elderlypoor, this is likelydue totheirknowledgeandattitudestowardsthe maintenance oforalhygiene.

Objective:This study aimed istodetermine the relationshipbetweenknowledgeandattitudes towardsoral hygienewith the oral hygienestatus ofthe elderly.

Methods:This study is asurvey researchby usingcross-sectional approach, and iscarried out on 30samples ofelderlyliving innursingAbiyosoSocial InstitutionTresnaYogyakartaandselectedby purposivesampling. To attitude of samples, we usedquestionnaire Likertscale,while knowledge we used by questionnaire. The result of theoral hygienestatus ofthe respondentswas measured byOHI-SofGreeneandVermillion.

Analysis Results:The result ofbivariateanalysis, valuesattitudesandknowledge towardsoral hygienein the elderlyare0,545 (p>0,05);0,92(p>0.05) respectively.

Conclusion:knowledgeandattitudeshave nosignificant relationship on thestatus oforal hygienein the elderly(p>0.05).

Keywords: oral hygiene, elderly, knowledgeandattitudes

PendahuluanPada tahun 2002, jumlah penduduk usia lanjut, terutama di Negara berkembang bertambah lebih cepat daripada penduduk usia muda. Penduduk yang berusia 60 tahun, terdapat sekitar 200 juta orang. Perhitungan ini akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2025 bahkan pada tahun 2050 akan menjadi 2 milyar, sekitar 80% dari jumlah penduduk lanjut usia bermukim di Negara berkembang.Bersamaan dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia, maka populasi penduduk lansia akan meningkat1.Populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan antara tahun 1990-2023 akan naik 414%, hal ini merupakan suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020 Indonesia akan menjadi urutan ke-4 jumlah usia lanjut yang paling banyak sesudah Cina, India dan Amerika Serikat2.Meningkatnya populasi usia lanjut menyebabkan perlunya mengantisipasi adanya peningkatan jumlah pasienusia lanjut yang memerlukan bantuan dan perawatan medis. Dengan bertambahnya usia tidak dapatdihindari penurunan kondisi fisik, baik berupa berkurangnya kekuatan fisik yang menyebabkan individu lanjut usia tersebut menjadi cepat lelah maupun menurunnya kecepatan reaksi yang menyebabkan gerak-geriknya menjadilamban. Selain itu timbulnya penyakit yang biasanya juga tidak hanya satu macam tetapi multipel, yang menyebabkan usia lanjut memerlukan bantuan, perawatan dan obat-obatan untuk proses penyembuhanatau sekedar mempertahankan agar penyakitnya tidak bertambah parah2.Kurva kematian pada golongan-golongan umur di Indonesia, seperti huruf U yang artinya kematian terbanyak terdapat pada golongan bayi dan anak kemudian lajut usia (yang merupakan golongan-golongan masyarakat yang paling rentan penyakit). Sekarang, golongan lanjut usia Indonesia masih berkualitas rendah akibat sisa-sisa penjajahan.Kebanyakan dari mereka bergantung pada keluarga dan kurang produktif. Keadaan ini akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan mereka3.Beberapa studi yang dilakukan di Negara maju menghasilkan bahwa gangguan mulut merupakan suatu kelainan yang bersifat kronik yang akan sering dijumpai pada lanjut usia seperti kehilangan gigi, karies gigi dan penyakit periodontal. Gejala-gejala dari penyakit diatas dapat berupa sakit, terganggunya fungsi mengunyah, serta infeksi, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lanjut usia.Kelainan kronik ini, dapat meningkat karena rendahnya kunjungan pemeriksaan ke pusat kesehatan gigi atau tenaga profesi kedokteran lainnya1.Dampak negatif dari kesehatan mulut lanjut usia dalam kualitas hidupnya, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Kesehatan mulut yang buruk pada lanjut usia akan terlihat dengan banyak gigi yang hilang, karies dan penyakit periodontal1. Gigi juga merupakan unsur yang penting dalam tubuh untuk mencapai derajat kesehatan dan gizi yang baik, terutama pada lanjut usia3.Dalam Islam, kita jugadianjurkan untuk menjaga kebersihan mulut, salah satu cara membersihkan mulut adalah dengan bersiwak, Rasulullah SAW bersabda,Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku wajibkan merekabersiwak setiap kali wudhu. (HR Imam Malik).Status kesehatan, termasuk kesehatan mulut, dapat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu 1). Faktor lingkungan, 2). Sikap atau perilaku, 3). Pelayanan kesehatan, dan 4). Genetik. Untuk Negara berkembang, faktor yang paling penting dan berpengaruh khususnya untuk kesehatan mulut adalah lingkungan (termasuk sikap atau perilaku dan pengetahuan). Dua faktor ini akan berhubungan dengan terjadinya tingkat kejadian karies, kehilangan gigi geligi, penyakit periodontal dan angka kebersihan mulut yang jelek4.Pengetahuan bisa mendorong manusia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut, juga keinginan untuk melakukan perawatan gigi5. Pengetahuan kesehatan gigi memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan mulut seseorang6. Penelitian Rosson (1991), menunjukkan pengetahuan dapat mempengaruhi status kesehatan gigi seseorang yaitu lewat kemauan untuk merubah kebiasaan buruk individu tersebut7. Tetapi, pada penelitian Astoeti dan Boesro (2003) menunjukkan pengetahuan kesehatan pada murid-murid SDN di wilayah DKI tidak mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut8.Sikap merupakan suatu respon seseorang yang belum dapat dilihat terhadap suatu objek atau perilaku9. Sikap dapat menjadi dua pilihan, yaitu sikap postif dan sikap negatif. Sikap positif merupakan hal-hal yang baik, menyenangkan, terhadap objek tertentu. Sikap negatif sebaliknya, menghindari, menjauhi, dan tidak menyukai objek tertentu9. Pada penelitian Sriyono (2006), lanjut usia memiliki sikap yang negatif terhadap kesehatan gigi dan mulut sehingga adanya kontribusi negatif dari sikap tergadap kesehatan gigi dan mulut10. Tetapi pada penelitian Sriyono (2002), tidak mendapatkan hambatan sikap dalam pemeliharaan kesehatan mulut, termasuk kebersihan mulut lanjut usia. Sikap merupakan salah satu yang mempengaruhi stastus kesehatan mulut di negara berkembang11.Maka berdasarkan latar belakang diatas, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap kebersihan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia.

BahandanCaraPenelitian ini merupakan penelitian survei dengan mengunakan pendekatan cross sectional.Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wreda Abiyoso, Pakem Sari Sleman, Yogyakarta.Waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah pada bulan Desember 2013.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta sebanyak 126 orang. Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam penelitian, kriteria sampel yang digunakan yaituusia 60 tahun, tidak buta hurufdan minimal ada 2 gigi indeks yang akan diperiksa.Data yang telah terkumpul dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 13.0. Metode-metode dalam analisis data adalah analisis univariat untuk masing-masing variabel, analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas, analisis regresi berganda, dilakukan untuk mengetahui hubungan semua variabel bebas dengan variabel terikat.

HasilResponden penelitian ini adalah para lanjut usia yang ada di Panti Sosial Tresna Wreda Abiyoso yang memenuhi kriteria sampel, yaitu sebanyak 30 orang. Sampelpenelitian ini mayoritas berumur > 70 tahun sebanyak 13 orang , dilihat dari jenis kelamin terlihat bahwa sampel penelitian mayoritas berjenis kelamin perempuan.Pengukuran kebersihan mulut pada penelitian ini menggunakan pengukuran indeks kebersihan mulut. Pengukuran indeks yang digunakan adalah menurut Greene dan Vermillon, yaitu OHI-S. Setelahrespondendiperiksa, terlihat bahwa mayoritas status kebersihan mulut lanjut usia berkategori sedang.Jikadilihatdaridistiribusi status kebersihanmulutdaritiapresponden, rata-rata status kebersihan mulut usia lanjut yang dilihat dari tiap responden yang ada di panti sosial tresna wreda Abiyoso Yogyakarta adalah sedang, yaitu 2,49.Pada penelitian ini, pengetahuan terhadap kebersihan mulut, diberikan kuesioner sebanyak 14 pernyataan. Mayoritas pengetahuan terhadap kebersihan mulut lanjut usia berkategori baik.Jikadilihatdaridaftardistribusipengetahuantiapresponden, rata-rata pengetahuan terhadap kebersihan mulut usia lanjut yang dilihat dari tiap responden yang ada di Panti Sosial Tresna Wreda Abiyoso Yogyakarta adalah sedang, yaitu bernilai 8,867.

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut BerdasarkanStatus Kebersihan Mulut (n=30)NoStatus kebersihan mulutPengetahuanTotal

Baik(10-14)Sedang(5-9)Buruk(0-4)N%

1Baik (0-1,2)320516,67

2Sedang (1,3-3,0)9832066,66

3Buruk (3,1-6,0)212516,67

Total1411530100

Dalam tabel di atas, merupakan distribusi pengetahuan terhadap kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia. Hasil dari tabel distribusi yaitu mayoritas lanjut usia yang memiliki status kebersihan mulut yang sedang, memiliki pengetahuan yangsedang.Pada penelitian ini, sikap terhadap kebersihan mulut, diberikan kuisioner sebanyak 14 pernyataan. Mayoritas sikap terhadap kebersihan mulut lanjut usia berkategori sedang yang memiliki nilai yang paling banyak.Jikadilihatdarisikapkebersihanmuluttiapresponden, rata-rata sikap terhadap kebersihan mulut usia lanjut yang dilihat dari tiap responden yang ada di Panti Sosial Tresna Wreda Abiyoso Yogyakarta adalah sedang, yaitu dengan rata-rata 39,067.

Tabel 2. Distribusi Sikap terhadap Kebersihan Gigi dan MulutberdasarkanStatus Kebersihan Mulut (n=30)NoStatus kebersihan mulutSikapTotal

Baik(44-56)Sedang(29-43)Buruk(14-28)N%

1Baik (0-1,2)140516,67

2Sedang (1,3-3,0)51232066,66

3Buruk (3,1-6,0)230516,67

Total819330100

Dalam tabel di atas, merupakan distribusi sikap terhadap kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia. Hasil dari tabel distribusi yaitu mayoritas lanjut usia yang memiliki status kebersihan mulut yang sedang, memiliki sikap sedang pula.

Tabel 3. Uji Normalitas DataNoData VariabelKolomogrov Smirnov ZPKesimpulan

1Sikap0.6080.853Normal

2Pengetahuan1.0220.247Normal

3Status Kebersihan Mulut0.9430.336Normal

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) untuk ke empat variabel independen dan dependen serta 1 variabel residual semuanya di atas 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 4. Output RegresionNoVariabel BebasCollinearity StatisticsKesimpulan

ToleranceVIF

1Sikap11Tidak multikolinearitas

Pengetahuan11Tidak multikolinearitas

Karena nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas, sehingga, terpenuhi syarat analisis data dengan pengujian statistik parametrik.

Tabel 5. AnalisisBivariatNoVariabel bebasProduct Moment

rXYP

1Sikap0.5450.115

Pengetahuan0.092-0.313

Dari tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Pengetahuan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia (nilai p> 0,05).2. Sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia (nilai p> 0,05).

PembahasanTelah dilakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap kebersihan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia di Panti Wreda Abiyoso, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tabel 1, jumlah subjek terbesar di umur > 70 tahun dan 90% berjenis kelamin wanita.Pada tabel 1, yang merupakan tabel distribusi pengetahuan terhadap kebersihan gigi dan mulut berdasarkan status kebersihan mulut, mayoritas subjekmemiliki pengetahuan yang sedang dan status kebersihan mulut yang sedang pula, sebanyak 20 responden (66,66%). Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan13. Perilaku yang dilandasi dengan pengetahuan akan lebih baik daripada yang tidak dilandasi pengetahuan12.Maka hal ini mungkin yang menjadikan responden yang memiliki pengetahuan sedang, kebersihan mulutnya juga sedang.Berdasarkan analisis bivariat dalam tabel 5, pengetahuan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astoeti dan Boesro (2003) yang menunjukkan pengetahuan kesehatan pada murid-murid SDN di wilayah DKI tidak mempengaruhi tingkat kebersihan mulut8. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, contohnya adalah pendidikan, rata-rata kebanyakan responden adalah lulusan SD atau SMP. Menurut pengelola panti, penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan gigi pernah dilakukan beberapa kali. Tetapi karena mayoritas responden memiliki pendidikan yang rendah dan menengah, kemungkinan dalam penambahan pengetahuan lanjut usia menjadi kurang maksimal, sehingga untuk aplikasi di kehidupan sehari-hari, menjadi tidak maksimal.Dalam tabel 2, yaitu tabel sikap terhadap kebersihan gigi dan mulut berdasarkan status kebersihan mulut, mayoritas subjek memiliki sikap yang sedang dengan status kebersihan mulut yang sedang pula sebanyak 20 responden (66,66%). Azwar (2011) mengatakan sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang: (a). komponen kognitif, berisi keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki individu mengenai objek, (b). Komponen afektif, merupakan peranan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosional dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang, dan (c). Komponen konatif, merupakan aspek kecendrungan bertindak atau berperilaku sesuai sikap yang dimiliki seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya14. Ketiga komponen ini, harus dalam keseimbangan yang dinamis, sehingga kemungkinan yang terjadi adalah sikap yang baik akan berperilaku baik, sikap yang sedang, cenderung berperilaku sedang.Maka hal ini mungkin menjadikan responden yang memiliki sikap yang sedang, mempunyai kebersihan mulut yang sedang.Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan analisis bivariat pada tabel 7, sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia. Hal ini sesuaidengan penelitian Sriyono (2002), bahwatidak mendapatkan hambatan sikap dalam pemeliharaan kesehatan mulut, termasuk kebersihan mulut lanjut usia11. Kemungkinan, ada juga beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut, yaitu adanya perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis dan faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dan adanya kemungkinan teori tentang sikap tidak dilakukan pada kegiatan sehari-hari. Pada saat penelitian, beberapa responden menyatakan bahwa meskipun mereka rajin menggosok gigi, tetapi karena usia mereka sudah tua, gigi mereka suka copot sendiri, sehingga banyak gigi geligi responden yang ompong.

KesimpulanHasil penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap kebersihan mulut dengan status kebersihan mulut pada lanjut usia dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Pengetahuan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia. 2. Sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap status kebersihan mulut pada lanjut usia.

Saran1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untukmengetahuiapakahada variable lain yang sangatberpengaruhterhadap status kebersihanmulutpadalanjutusia.2. Untukinstansi, perluadanyapeningkatanbimbinganpemeliharaankebersihanmulutsupayausialanjut yang ada di PSTW Abiyoso Yogyakarta memilikikualitas yang lebihbaik.

DaftarPustaka1. Wangsaraharja, 2007. Hubunganantara Status KesehatanMulutdanKualitasHidup Para LanjutUsia. Jakarta:Universa Medicina.2. Dinkes, 2003. PedomanKesehatanWanitaLanjutUsia, http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman%20keswa_lansia.pdf, 11/05/20133. Darmojo, B.R., 2010. Buku Ajar GeriatriIlmuKesehatanUsiaLanjut. Jakarta: FKUI.4. Sriyono, N.W., 2005. Correlation of Age, Attitude And Dental Care Behavior with the Oral Health Status of InstitusiOnalized Elderly in Yogyakarta Indonesia. Hongkong Dental Jurnal, 2:30-4.5. Notoatmodjo, 2003. PendidikandanPerilakuKesehatan.Jakarta:RinekaCipta.6. Koegh, T. dan Linden, G.J., 1991, Knowlege, Atitude and Behavior in Relation to Dental Health of Adult InBelfas. Northern Ireland: Community Dental Oral Epidemology.7. Rosson, A.W., 1991. Behavior and Atitudes an Aplication of Corespondence Analysis Community Dental Oral Epidemology, 19(6): 321-323.8. AstutidanBoesro, 2003. Pengaruh Tingkat PengetahuanTerhadapKebersihan Gigi danMulutMurid-MuridSekolahDasarNegeri (SDN). Jakarta: Dentika Dental Journal.9. Notoatmodjo, 2007. KesehatanMasyarakat: IlmudanSeni. Jakarta:RinekaCipta.10. Sriyono, N.W., 2006, The Business of Dental Practice,MajalahKedokteran GigiUniversitasAirlangga, Surabaya.11. Sriyono, N.W., 2002. HubunganantaraHambatan Internal: PersepsidanSikapTerhadapKesehatan Gigi danMulutdenganTindakanPerawatanKesehatan Gigi danMulutpadaLansia.Ceril X (edisiKhusus) Dies NatalisFakultasKedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, 14: 0853-1352.12. Budiharto, 2009. PengantarIlmuPerilakuKesehatandanPendidikanKesehatan Gigi. Jakarta: EGC.13. Notoatmodjo, 1997. IlmuKesehatanMasyarakat. Jakarta: RinekaCipta14. Azwar, 2011. SikapManusiaTeoridanPengukurannya(edisi 2). Yogyakarta: PustakaPelajar.

1

13