Makalah Pendukung 9 -...

13
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012 181 Makalah Pendukung 9 Perbanyakan Anggrek Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis Spesies dengan Semai Biji Secara In Vitro untuk Tujuan Koleksi dan Konservasi Debora Herlina Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang Segunung, Pacet Cianjur 43243 PO. Box 8 SDL, Jawa Barat, Indonesia ABSTRAK. Perbanyakan anggrek Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis spesies dengan biji telah dilakukan dengan tujuan untuk mengoleksi dan mengkonservasi anggrek spesies mempunyai nilai komersial dan keberadaan di alam aslinya sudah jarang, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia. Koleksi yang berupa tanaman induk dikawinkan kemudian buah yang terbentuk disemai secara in vitro. Media ½ MS atau Knudson C yang ditambah dengan air kelapa 150 ml/l, air kentang (65 g/l air) dan pepton 1g/l digunakan sebagai media semai biji. Dari hasil penelitian ini sudah terkoleksi 32 spesies Phalaenopsis dan 3 spesies Paraphalaenopsis, 25 spesies bunganya diserbukan dan 24 spesies buahnya berhasil dipanen dan disemai. Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah penyerbukan. Tidak semua spesies yang bunganya berhasil diserbukan membentuk buah maupun biji. P. gigantea, P. bellina, P. violacea Sumatra, P. modesta, P. manii dan P. venosa biji berkecambah dengan sangat baik pada media yang digunakan. Kata kunci: Phalaenopsis, Paraphalaenopsis, Spesies,Perbanyakan, Invitro, Konservasi ABSTRACT. Debora Herlina (2012) In vitro propagation of Phalaenopsis and Paraphalaenopsis via seed germination for collection and conservation purpose. Research on Phalaenopsis and Pharaphalaenopsis species having economic and commercial value both local and international species through seed germination inconjunction to collect and conserve them was carried out. The plants were originally collected from Indonesia and other countries such as Philippines, Germany, Burma, Malaysia and India. Pollination was achieved by self pollination and intercrossing, and after fruits matured, the seeds were germinated by artificial propagation in vitro. Half-strength Murashige and Skoog medium and Knudson C containing 150 ml/l coconut water, potato water extract (65 g/l) and pepton 1g/l were used in the study. Results of the study indicated that 32 Phalaenopsis species and 3 Paraphalaenopsis species were successfully collected , 25 of them were pollinated, 24 species produced fruits and the fruits were then germinated in vitro. The fruits derived from the research matured between 3 to 7 months after pollination. P. gigantea, P. bellina, P. violacea Sumatra, P. modesta, P. manii and P. venosa were successfully germinated under treated medium. Key words: Phalaenopsis, Paraphalaenopsis, Species,Propagation, In vitro, Conservation

Transcript of Makalah Pendukung 9 -...

Page 1: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

181

Makalah Pendukung 9

Perbanyakan Anggrek Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis

Spesies dengan Semai Biji Secara In Vitro untuk Tujuan

Koleksi dan Konservasi

Debora Herlina Balai Penelitian Tanaman Hias

Jl. Raya Ciherang Segunung, Pacet Cianjur 43243 PO. Box 8 SDL, Jawa Barat, Indonesia

ABSTRAK. Perbanyakan anggrek Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis spesies dengan biji telah

dilakukan dengan tujuan untuk mengoleksi dan mengkonservasi anggrek spesies mempunyai

nilai komersial dan keberadaan di alam aslinya sudah jarang, baik yang berasal dari Indonesia

maupun luar Indonesia. Koleksi yang berupa tanaman induk dikawinkan kemudian buah yang

terbentuk disemai secara in vitro. Media ½ MS atau Knudson C yang ditambah dengan air

kelapa 150 ml/l, air kentang (65 g/l air) dan pepton 1g/l digunakan sebagai media semai biji.

Dari hasil penelitian ini sudah terkoleksi 32 spesies Phalaenopsis dan 3 spesies

Paraphalaenopsis, 25 spesies bunganya diserbukan dan 24 spesies buahnya berhasil dipanen dan

disemai. Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah penyerbukan. Tidak semua

spesies yang bunganya berhasil diserbukan membentuk buah maupun biji. P. gigantea, P.

bellina, P. violacea Sumatra, P. modesta, P. manii dan P. venosa biji berkecambah dengan

sangat baik pada media yang digunakan.

Kata kunci: Phalaenopsis, Paraphalaenopsis, Spesies,Perbanyakan, Invitro, Konservasi

ABSTRACT. Debora Herlina (2012) In vitro propagation of Phalaenopsis and

Paraphalaenopsis via seed germination for collection and conservation purpose. Research

on Phalaenopsis and Pharaphalaenopsis species having economic and commercial value both

local and international species through seed germination inconjunction to collect and conserve

them was carried out. The plants were originally collected from Indonesia and other countries

such as Philippines, Germany, Burma, Malaysia and India. Pollination was achieved by self

pollination and intercrossing, and after fruits matured, the seeds were germinated by artificial

propagation in vitro. Half-strength Murashige and Skoog medium and Knudson C containing

150 ml/l coconut water, potato water extract (65 g/l) and pepton 1g/l were used in the study.

Results of the study indicated that 32 Phalaenopsis species and 3 Paraphalaenopsis species

were successfully collected , 25 of them were pollinated, 24 species produced fruits and the

fruits were then germinated in vitro. The fruits derived from the research matured between 3 to

7 months after pollination. P. gigantea, P. bellina, P. violacea Sumatra, P. modesta, P. manii

and P. venosa were successfully germinated under treated medium.

Key words: Phalaenopsis, Paraphalaenopsis, Species,Propagation, In vitro, Conservation

Page 2: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

182

PENDAHULUAN

Anggrek Phalaenopsis atau anggrek

bulan dikatakan bunga yang paling cantik

di dunia, mempunyai nilai ekonomi yang

penting sebagai tanaman pot maupun

bunga potong (Chen and Chang, 2004).

Phalaenopsis tersebar dari Asia tenggara,

dan sedikit ada di Taiwan, Sikkhim

sampai Australia dan kepulauan Pasifik

(Teob, 1989).

P. gigantea, merupakan spesies

yang digolongkan langka dan masuk

dalam Appendix II dari Convention on

International Trade in Endangerd Apecies

(CITES). Disamping P. gigantea, P.

violacea, P. sumatrana, P. amboinensis,

Paraphalaenopsis denevei, Pp. laycockii.

Pp. serpentilingua termasuk anggrek

yang dilindungi undang-undang No. 7

Tahun 1999 (Dep. Kehutanan Republik

Indonesia). Penyebab kelangkaan

anggrek spesies di Indonesia antara lain

karena eksploitasi yang berlebihan,

akibat diperdagangkannya secara

komersial oleh pemburu anggrek tanpa

memikirkan kelangsungan hidup di alam;

tidak ada penanaman kembali ke habitat

aslinya dari hasil budidaya. Kerusakan

lingkungan akibat api, kerusakan hutan,

illegal logging, eksploitasi hutan yang

berlebihan termasuk penambangan,

pembakaran maupun alih fungsi hutan

untuk pertanian, ladang atau pemukiman

penduduk menyebabkan luas hutan

menyusut. Akibatnya terjadi perubahan

ekosistem yang menyebabkan penurunan

keaneka ragaman hayati yang ada.

Sejumlah besar spesies anggrek

asal Kalimantan berpotensi sebagai induk

silang. Di alam seperti tanaman yang

lain, pada anggrek terjadi pula

persilangan alami. 150 tahun terakhir

terdapat lebih dari 110.000 hibrida baru,

yang melibatkan lebih dari 20 spesies dan

9 genera. Persilangan pertama dilakukan

pada tahun 1854 dan sejak 1962

pendaftaran hibrida baru dilakukan oleh

Royal Horticulture Society dan lebih

dari 3.000 hibrida baru bertambah setiap

tahun (www. RHS.org).

Berbagai usaha sudah dilakukan

agar spesies anggrek tidak punah, usaha

tersebut dilakukan oleh para hobiis,

kolektor maupun masyarakat di daerah

setempat dengan pembinaan oleh

pemerintah kabupaten maupun

pengawasan oleh BKSDA.

Konservasi secara in-situ adalah

merupakan cara melindungi tanaman di

habitat asalnya; dalam arti sekaligus

melindungi ekosistemnya tanpa merusak

hutan tempat pohon-pohon hidup tempat

anggrek tumbuh. Cara ini yang terbaik

karena akan terselamatkan pula fauna dan

flora lainnya.

Konservasi ex-situ yaitu

membudidayakan anggrek diluar

habitatnya, hal ini dapat dilakukan di

kebun raya atau tempat-tempat khusus

yang dibuat untuk budidaya yang sesuai

habitatnya. Kesadaran para kolektor

untuk membudidayakan disesuaikan

habitatnya sangat membantu pula

konservasi anggrek (Puspitaningtyas,

1999) .

Perbanyakan anggrek melalui biji

pada anggrek spesies akan menghasilkan

tanaman sesuai dengan induknya

merupakan salah satu cara konservasi

pada anggrek yang langka atau terancam

Page 3: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

183

keberadaannya (Kauth, 2005; Murdad

et.al.2010; Christenson, 2001). Meskipun

konservasi merupakan tujuan utama

dengan memperbanyak anggrek spesies

melalui kultur in vitro, tujuan sekarang

yaitu melindungi tanaman dari

pengambilan yang berlebihan dari para

pemburu atau kolektor anggrek spesies.

Perbanyakan dengan teknik kultur in

vitro merupakan cara perbanyakan

dengan menggunakan media buatan dan

dilakukan di laboratorium.

Sampai saat ini sangat sedikit para

pembudidaya memperbanyak anggrek

spesies dengan cara kultur in vitro yaitu

memperbanyak dengan menggunakan

biji, kebanyakan para pembudidaya

maupun pedagang masih mengambil

anggrek spesies dari habitat aslinya

kemudian diperdagangkan tanpa

memperbanyak dulu. Hambatan terbesar

pada perbanyakan anggrek spesies yaitu

lambat berkecambah atau tidak

berkecambah, atau hanya berkecambah

sedikit dan proses pembesaran sampai

menjadi planlet membutuhkan waktu

yang lama demikian pula untuk sampai

berbunga membutuhkan 3 – 5 tahun pada

tanaman yang berasal dari biji (Kauth,

2005). Kurangnya pengetahuan dan

minat konsumen maupun industri,

kesulitan cara perbanyakan dan proses

yang panjang untuk sampai tanaman

berbunga menyebabkan pasar anggrek

spesies ini terbatas.

Untuk mengetahui hasil

perbanyakan anggrek spesies asal biji dan

permasalahannya dilakukan observasi

pada sejumlah anggrek Phalaenopsis

spesies dengan menyerbukan baik secara

selfing dan sibling kemudian disemai

secara in vitro.

BAHAN DAN METODA

A. Koleksi anggrek spesies

Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis

Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis

spesies yang dikoleksi berupa tanaman

induk yang sudah berbunga dan siap

dikawinkan atau belum berbunga yang

berasal dari kolektor, pedagang maupun

pemburu dari hutan. Tanaman induk

dipelihara di Bogor dengan ketinggian

tempat 240 m dpl, dalam rumah plastik

dengan tambahan net dengan kerapatan

65%. Dalam rumah plastik ini diberi

pengabutan halus dari jam 08.00 sampai

jam 16.00. Tanaman dipelihara dengan

pemberian pupuk organik 2x/minggu dan

pengendalian hama dengan menggunakan

Kelthane untuk mite dan Benlate untuk

pengendalian fungi.

B. Proses penyerbukan

Anggrek terkoleksi yang sudah

berbunga dikawinkan dengan cara selfing

(self pollination) maupun sibling

(intercross). Setiap tanaman induk hanya

2 buah bunga yang dikawinkan.

Penyerbukan dilakukan pada hari kedua

bunga mekar, setelah bunga dalam satu

rachis semua mekar. Selfing yaitu

polinia di transter ke dalam stigma pada

satu bunga dalam satu tanaman atau

dengan cara sibling yaitu polinia

ditransfer ke dalam stigma antar dua

bunga yang berbeda dalam satu tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap

keberhasilan membentuk buah.

Page 4: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

184

C. Panen buah

Buah yang dihasilkan dipelihara

sampai masak yang berkisar 3 bulan

sampai 7 bulan (tergantung spesies)

setelah penyerbukan dilakukan. Panen

buah dilakukan apabila buah sudah

menunjukkan ke masakan dengan tanda

gerigi buah sudah hampir datar, buah

padat sedikit agak lunak bila dipegang,

bekas petal bunga sedikit kekuningan

atau kadang-kadang bekas petal tadi

terlepas namun belum menguning warna

kulit buahnya. Buah dipotong beserta

tangkai buahnya dengan menggunakan

gunting atau pisau. Pengamatan

dilakukan terhadap umur panen, warna

kulit buah, ukuran buah.

D. Proses semai buah

Buah yang sudah dipanen

disemaikan dalam media ½ MS atau

Knudson C, susunan media tersebut ada

dalam lampiran. Media yang digunakan

tersebut ditambah dengan air kelapa 150

ml/l, air kentang (65 g/l air) dan pepton

1g/l. Cara menyemai buah yaitu diawali

dengan dicuci menggunakan deterjen,

kemudian dibersihkan dengan

menggunakan tissu yang diberi alkohol

70%. Sesudah itu buah disterilkan

dengan cara dibakar pada api bunsen

dengan sebelumnya dicelup dalam

alkohol 96% sebanyak 3 kali. Kemudian

buah dibelah dan biji disemai dalam

media secara kultur in vitro. Pengamatan

dilakukan terhadap kepadatan germinasi

biji dan embrio yang berkecambah,

pengamatan embrio dari biji anggrek

yang telah disemai diamati dibawah

mikroskop dengan perbesaran 10x.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil koleksi spesies Phalaenopsis dan

Paraphalaenopsis

Sejumlah 32 spesies Phalaenopsis

dan 3 spesies Paraphalaenopsis berupa

tanaman induk yang sudah pernah

berbunga dan belum berbunga berhasil

dikoleksi, berasal dari kolektor anggrek,

pedagang dan pemburu anggrek spesies

dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi

juga dari Phillipina, Jerman, Malaysia,

Burma dan India.

Tabel 1. Spesies Phalaenopsis terkoleksi, asal dan status konservasinya (Phalaenopsis species

collected, origin and its conservation status)

No. Nama spesies

(Species name)

Dikoleksi dari

(Origin)

Habitat asli

(Habitat)

Status konservasi

(Conservation Status )

1. P. gigantea J.J. Smith Arie Jatim Kalimantan E (Borneo)

(WCMC, 1995)

2. P. corningiana Rchb. f. Pedagang

Kalimantan

Kalimantan Belum diketahui

(Puspitaningtyas,1999)

3. P. inscriptionensis Fowlie Foresta Jatim Sumatra

4. P. maculata Rchb.f. Ayub Jabar Kalimantan Belum diketahui

(Puspitaningtyas,1997)

Page 5: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

185

No. Nama spesies

(Species name)

Dikoleksi dari

(Origin)

Habitat asli

(Habitat)

Status konservasi

(Conservation Status )

5. P. lowii Rchb.f. Ayub Jabar Burma

6. P. bellina (Rchb.f.) E. A.

Christ

Pedagang

Kalimantan

Kalimantan

7. P. cornu cervi

(Breda)Blume. Rchb.f.

Pedagang

Kalimantan

Kalimantan E (Jawa)

R (Sumatra)

E (Borneo) (WCMC,

1995)

8. P. celebensis Sw Pedagang Sulawesi Sulawesi

9. P. lindenii Loher Dedek Jatim Philipina

10. P. violacea Sumatra Witte Pedagang

Yogyakarta

Sumatra V (Sumatra)

V (Borneo) (WCMC,

1995)

11. P. florescensis Fowlie Dedek Jatim Flores

12. P. pallen (Lindl.) Rchb.f. HBO Jatim Philipina

13. P. equestris (Schauer)

Rchb.f.

HBO Jatim Philipina

14. P. fuscata Rchb.f. HBO Jatim Malaysia

15. P. amboinensis J.J. Smith Pedagang Sulawesi Sulawesi R (Sulawesi)

(Puspitaningtyas,1999)

16. P. venosa P. S. Shim &

Fowlie

Pedagang Sulawesi Sulawesi

17. P. sumatrana Korth &

Rchb.f.

Pedagang

Kalimantan

Sumatra R (Sumatra)

(Puspitaningtyas,1999)

18. P. fimbriata J. J. Smith Pedagang Jatim Jawa Timur I (Sumatra)

(Puspitaningtyas,1997)

19. P. pulcherima’ Red

Splash’

HBO Jatim

20. P. cornu cervi (Braem)

E.A. Christ f. alba

Hans Jabar Jerman

21. P. equestris (Schauer)

Rchb.f. f. flava

Hans Jabar Jerman

22. P. bastianii Gruss &

Rollke

Hans Jabar Philipina

23. P. pulchra Rchb.f. Hans Jabar Philipina

24. P. fasciata Rchb.f. Hans Jabar Philipina

25. P. lueddemanniana

Rchb.f.

Hans Jabar Philipina

26. P. amboinensis ‘Ambon’

J.J.Smith

Hans Jabar Ambon

27. P. viridis J. J. Smith Hans Jabar Sumatra

28. P. mariae Burbidge Hans Jabar Philipina

29. P. mannii Rchb.f. Hans Jabar India

30. P. modesta J. J. Smith Hans Jabar Kalimantan

31. P. schilleriana Rchb.f. Jabar Philipina

32. P. hieroglyphica Rchb.f. Hans Jabar Philipina

Keterangan: E= endanger (rawan), V= vunerable (genting), R=rare (jarang), I= indeterminate

Page 6: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

186

Tabel 2. Spesies Paraphalaenopsis terkoleksi dan asalnya (Pharaphalaenopsis species

collected and its origin)

No. Nama spesies

(Species name)

Dikoleksi dari

(Origin)

Habitat asli

(Habitat)

1. Pp. labukensis Shim Arie Jatim Kalimantan

2. Pp. serpentilingua J. J. Smith Pedagang Kalimantan Kalimantan

3. Pp. laycockii M. R. Hand Sunarto Jatim Kalimantan

Dari hasil pengumpulan tanaman

yang sudah terkoleksi, sudah berhasil

didapatkan 32 spesies Phalaenopsis baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia. Sebagian data mengenai

kelangkaan anggrek Phalaenopsis di

dunia bisa didapatkan dari

WCMC,namun demikian untuk spesies

yang lain data keberadaannya belum

diketahui dengan jelas. Dari data

Indonesian Plant Diversity semua spesies

Phalaenopsis dikategorikan dalam

Appendix II yang berarti tidak terancam

punah keberadaannya namun

perdagangannya dikendalikan dalam

undang-undang (www.cites.org). Namun

menurut Puspitaningtyas (konsultasi

pribadi) spesies-spesies Phalaenopsis

sekarang ini keberadaannya di Indonesia

sudah dalam kondisi genting karena sulit

didapatkan di daerah asalnya diakibatkan

eksploitasi yang berlebihan. Empat

spesies Phalaenopsis yang tergolong

dilindungi Undang- undang yaitu P.

gigantea, P. violacea, P. sumatrana, P.

amboinensis, juga telah terkoleksi dan

sudah dapat diperbanyak dengan

menggunakan biji. Demikian pula 3 dari

4 spesies Paraphalaenopsis yang

tergolong langka yaitu Pp. laycockii. Pp.

serpentilingua dan Pp. labukensis sudah

terkoleksi (Dep. Kehutanan RI, 1999).

Pp. denevei sampai sat ini sudah sulit

didapatkan di habitat asalnya yaitu

Kalimantan karena sudah banyak dibawa

keluar daerahnya (Siregar, 2009

komunikasi pribadi), kalaupun bisa

didapatkan di kolektor harga sudah

sangat mahal. Demikian pula P. javanica

yang berasal dari Garut Jawa Barat

(Sweet, 1980), P. amabilis ’Pleihari’

yang berasal dari Pleihari Kalimantan

(Ardiansyah, 2011) di daerah asalnya

sudah tidak bisa didapatkan lagi karena

diburu oleh kolektor.

P. gigantea P. violacea Sumatra P. amboinensis P. sumatrana

Gambar 1. P. gigantea, P. violacea, P. sumatrana dan P. amboinensis

Page 7: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

187

Pp. laycockii Pp. serpentilingua Pp. labukensis Pp. denevei

Gambar 2. Pp. laycockii. Pp. serpentilingua , Pp. labukensis dan Pp. denevei

Proses penyerbukan

Anggrek terkoleksi yang sudah

berbunga dikawinkan dengan cara selfing

maupun sibling. Pada anggrek

Phalaenopsis maupun Paraphalaenopsis

ini penyerbukan dilakukan dengan

bantuan manusia karena tanpa bantuan

sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.

Jika terjadi pembuahan pada anggrek

tanpa bantuan manusia, kebanyakan

penyerbukan terjadi karena bantuan

tawon terutama pada spesies yang

bunganya beraroma wangi pada siang

hari (Christenson, 2001) . Penyerbukan

dilakukan pada hari kedua bunga mekar,

setelah bunga dalam satu rachis semua

kuntum bunga mekar.

Dalam satu tanaman maksimal

diserbukkan 2 bunga, jika penyerbukan

berhasil maka dalam 2 hari bunga

menjadi layu namun tidak gugur,

kemudian petal berubah warna dari

warna petal asal berubah menjadi warna

hijau dan bakal buah membengkak.

Pembengkakan bakal buah berlanjut dan

ukuran buah menjadi makin besar.

Sampai buah siap dipanen, petal bunga

yang menjadi hijau tetap menempel pada

bagian ujung buah atau ada pula petal

mengering dan terlepas dari ujung buah.

Tidak semua spesies Phalaenopsis

maupun Paraphalaenopsis selalu berhasil

diserbukkan dan membentuk buah. Dari

hasil penyerbukan 25 spesies

Phalaenopsis dan 2 spesies

Paraphalaenopsis, beberapa spesies tidak

berhasil membentuk buah (yaitu P.

pantherina, P. equestris, P. equestris

flava) atau prosentase terbentuk buah

sangat kecil yaitu pada P. celebensis

(Tabel 3). Menurut Puspaningtyas et al.,

2006 dikatakan fertilitas berbagai jenis

anggrek terutama jenis anggrek asal

Indonesia tidak banyak diketahui.

Keberhasilan biji bernas lebih ditentukan

faktor keberhasilan penyerbukan.

Kesehatan tanaman turut mempengaruhi

perkembangan biji. Pada anggrek

Paraphalaenopsis serpentilingua

keberhasilan membentuk buah tertinggi

terjadi pada penyerbukan outcrossing

(yaitu polinia di transfer ke dalam stigma

antar dua bunga yang berbeda dan berasal

dari dua individu tanaman) dibanding

selfing maupun intercross.

Page 8: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

188

Tabel 3. Keberhasilan membentuk buah pada 25 spesies Phalaenopsis dan 2 spesies

Paraphalaenopsis (Table 3. Fruit formation on 25 Phalaenopsis species and 2

Paraphalaenopsis species)

No. Nama spesies

(Species name)

Cara penyerbukan

(Pollination method)

Keberhasilan

membentuk buah

(Fruit formation)

1. P. gigantea Selfing +

2. P. pantherina Selfing _

3. P. bellina selfing

sibling

+

+

4. P. cornu cervi Selfing +

5. P. celebensis Selfing

Sibling

_

_

6. P. lindenii Selfing +

7. P. violacea Sumatra selfing

sibling

+

+

8. P. florecensis Selfing +

9. P. equestris Selfing _

11. P. amboinensis selfing

sibling

+

+

12. P. venosa selfing

sibling

+

+

13. P. sumatrana Selfing +

14. P. schilleriana Selfing +

15. P. pulcherrima’ Red

Splash’

Selfing +

16. P. cornu cervi f. alba Selfing +

17. P. equestris f. flava selfing

sibling

_

_

18. P. bastianii ‘Philipine’ Sibling +

19. P. pulchra Selfing +

20. P. fasciata Selfing +

21. P. lueddemanniana Selfing +

22. P. amboinensis ‘ Ambon’ Selfing +

23. P. viridis Selfing +

24. P. manii Sibling +

25. P. mariae Selfing +

26. Pp. labukensis selfing

sibling

+

27. Pp. serpentilingua selfing

sibling

+

Keterangan: + adalah terbentuk buah; _ tidak terbentuk buah (+ fruit set; _ no fruit set)

Page 9: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

189

Panen buah

Panen buah dilakukan apabila buah

sudah menunjukkan ke masakan dengan

tanda gerigi buah sudah hampir datar,

buah padat sedikit agak lunak bila

dipegang, bekas petal bunga sedikit

kekuningan atau kadang-kadang bekas

petal tadi terlepas. Umur buah masak

berbeda- beda tergantung spesiesnya dan

lokasi tempat tumbuhnya. . Hasil

pengamatan pada P. bellina ternyata

buah akan lebih cepat masak bila

tanaman ditanam di Pontianak

dibandingkan di Bogor atau di Malang,

makin panas suhu udara di lokasi

pertumbuhan tanaman buah akan lebih

cepat masak. Buah P. bellina akan masak

3-4 bulan bila ditanam di Pontianak,

sedangkan di Bogor (240 m dpl) akan

masak setelah buah berumur 5-6 bulan

dan di Cipanas (1100 mdpl) akan masak

lebih dari 6 bulan. Buah yang berukuran

kecil yaitu dengan panjang kisaran 7 cm

atau kurang umumnya berumur panen

lebih pendek dibanding buah yang

berukuran besar dengan panjang berkisar

14 cm. Umur panen buah yang berukuran

kecil berkisar 3,5 – 4 bulan sedangkan

buah berukuran besar 5 – 7 bulan (Tabel

4).

Menurut Mweetwa, Welbaum and

Tay, 2008, tidak cukup informasi yang

menyatakan fase yang tepat untuk buah

siap dipanen dan berkecambah dengan

baik. Hasil penelitian pada buah

Phalaenopsis amabilis yang dipanen

pada kondisi buah masih hijau yaitu 120

hari setelah polinasi menunjukkan

persentasi perkecambahan yang tertinggi

dibanding buah yang dipanen 140 hari

setelah polinasi dan biji sudah mulai

browning. Biji yang browning ini

ternyata dorman dan akan berkecambah

dengan perlakuan suhu rendah.

Tabel 4. Waktu panen, Warna buah dan Ukuran buah pada 23 spesies Phalaenopsis dan 2

spesies Paraphalaenopsis (Table 4. Fruit harvest, Fruit color, Fruit size on 23

Phalaenopsis and 2 Paraphalaenopsis species)

No. Nama spesies

(Species name)

Waktu panen

buah (bulan,

hari)

(Fruit harvest

time) (month,

day)

Warna buah

(Fruit color)

Ukuran buah maksimal

(Maximum fruit size)

Panjang

(Length)

(cm)

Diameter

(Diameter)

(cm)

1. P. gigantea 5 bln Hijau abu-abu 10 1,3

2. P. corningiana 5 bln Hijau 9 0,9

3. P. bellina 5 bln Hijau tua 13 1,3

4. P. cornu cervi 4 bln – 2 hr Hijau muda 4 0,6

5. P. lindenii 3 bln-10 hr Hijau muda 5 0,9

6. P. violacea Sumatra 5 bln Hijau tua 13 1,3

7. P. florecensis 4 bln Hijau keabuan 10,7 1,3

8. P. equestris 3 bln Hijau

kemerahan

3,2 0,5

9. P. amboinensis 6 bln Hijau tua 12, 5 1,2

Page 10: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

190

No. Nama spesies

(Species name)

Waktu panen

buah (bulan,

hari)

(Fruit harvest

time) (month,

day)

Warna buah

(Fruit color)

Ukuran buah maksimal

(Maximum fruit size)

Panjang

(Length)

(cm)

Diameter

(Diameter)

(cm)

10. P. venosa 4 bln + 14 hr Hijau tua 10 1,2

11. P. venosa kuning 4 bln + 2 hr Hijau tua 10 1,2

11. P. pulcherrima’ Red

Splash’

3 bln Hijau

kemerahan

3 O,4

12. P.

bastiani’Philipine’

6 bln + 12 hr Hijau muda 4,7 1

13. P. pulchra 4 bln + 12 hr Hijau muda 4 0,7

14. P. fasciata hijau 5 0,8

15. P.lueddemanniana

‘Quezon’

hijau 7.6 0,8

16. P. ambonensis

‘Ambon’

6 bln + 3 hr Hijau muda 12,2 1,2

17. P. viridis 4 bln+20 hr Hijau keabuan 9,6 0,7

18. P. manii 4 bln + 19 hr Hijau sangat

muda

7 0.8

19. P. javanica 5 bln hijau 7,5 0,8

20. P. amabilis 3 bln + 20 hr hijau

21. P. celebensis 4 bln – 3 hr merah 5.0 0,5

22. P. violacea ‘ Blue’ 5 bln + 19 hr hijau

23. P. schilleriana 5 bln merah 10,5 0,8

24. Pp. labukensis 4 bln Hijau gelap

kemerahan

9 0,9

25. Pp. serpentilingua 4 bln Hijau gelap

kemerahan

9 0,9

Proses semai buah

Buah yang diperkirakan telah

masak disemai secara kultur in vitro

dengan menggunakan media ½ MS atau

70% Knudson C (susunan ada pada

lampiran 1). Dari sejumlah buah spesies

Phalaenopsis dan Paraphalaenopsis yang

disemai tidak semua buah berkecambah

dengan baik. Ada buah yang

berkecambah padat, ada yang sedikit, ada

yang pada awalnya browning baru

setelah lebih dari 8 bulan berkecambah

sedikit dan ada yang tidak berkecambah

(Tabel 5).

Page 11: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

191

Tabel 5. Germinasi biji pada 21 spesies Phalaenopsis dan 2 spesies Paraphalaenopsis (Table 5.

Seed germination on 21 Phalaenopsis and 2 Paraphalaenopsis species)

No. Nama spesies

(Species name)

Germinasi (Germination)

Padat

(Solid)

Sedikit

(less )

Browning

(Browning)

Tidak

berkecambah

(No

germination)

1. P. gigantea x

2. P. amabilis ’

Plehari’

x

3. P. cornu cervi x

4. P. bellina x x x

5. P. lindenii x

6. P. violacea

‘Sumatra’

x

7. P. violacea ‘blue’ x

8. P. viloacea ‘alba’ x

9. P. florecensis x

10. P. amboinensis x

11. P. venosa x

12. P. venosa kuning x

13. P. sumatrana x

14. P. pulcherrima’ Red

Splash’

x

15. P. amboinensis

‘Ambon’

x

16. P. viridis x

17. P. corningiana x x

18. P. javanica x

19. P. manii x

20. P. bastiani x

21. P. fasciata x

22. Pp. labukensis x

23. Pp. serpentilingua x

A. B. C.

Gambar 3. A. Biji yang berkecambah sedikit,B. Biji yang berkecambah sedang ,C. Biji yang

berkecambah dalam jumlah banyak. (A. Seed less germinated, B. Seed germinated

more, C. Seed fully germinated)

Page 12: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

192

Dari hasil pengamatan buah yang

browning dan lambat berkecambah

ternyata pada buah tersebut, biji telah

lepas dari testanya dan sudah berwarna

kecoklatan yang berarti buah lewat

masak, sehingga biji mengalami

dormansi sesuai dengan hasil penelitian

Mweetwa, Welbaum and Tay, 2008.

Sedangkan buah P. violacea Sumatra

yang berkecambah padat yaitu yang

dipanen pada kondisi buah hijau yang

berumur 5 bulan setelah polinasi. Pada

spesies ini bila dipanen pada umur 6

bulan setelah polinasi yaitu biji sudah

berwarna kecoklatan dan lepas dari

testanya juga akan berkecambah sedikit

dan lambat.

Dari hasil pengamatan buah yang

disemai pada umur 1 bulan dan diamati

dibawah mikroskop, nampak bila hasil

semaian berwarna putih jernih atau hanya

terdiri dari serabut-serabut putih ternyata

pada butiran-butiran biji yang jernih tidak

nampak calon embrio yang akan

berkecambah atau bahkan tidak ada

embrionya, yang berarti biji tidak bernas

(Puspaningtyas et.al., 2006). Sedangkan

bila semaian nampak kehijauan maka

pengamatan dibawah mikroskop ada

butiran-butiran biji dengan setiap butiran

ada calon embrio yang tumbuh.

Pengamatan pada 4 spesies Phalaenopsis

yaitu P. mariae, P. viridis, P. celebensis,

P. schilleriana dan 2 spesies

Paraphalaenopsis labukensis dan Pp.

serpentilingua didapat bahwa hanya P.

viridis yang menampakan butiran biji

yang ada calon embrionya berwarna

hijau, yang lainnya semua butiran

berwarna putih bening tanpa calon

embrio.

KESIMPULAN

1. Telah berhasil dikoleksi sebanyak 32

spesies Phalaenopsis dengan

variannya dan 3 spesies

Paraphalaenopsis sebagai tanaman

induk dan sebagian besar telah

diperbanyak dengan menggunakan biji

secara in vitro.

2. Tidak semua spesies berhasil

diserbukan dan membentuk buah,

tidak semua buah menghasilkan biji

dan bisa berkecambah. P. gigantea, P.

violacea Sumatra, P. venosa dan P.

hieroglyphica berkecambah dengan

sangat baik dan protocorm yang

dihasilkan padat.

3. Waktu masak buah berbeda-beda

tergantung spesies, berkisar 3-7 bulan

SARAN

1. Masih perlu dilakukan penelitian

mengenai media yang sesuai untuk

beberapa spesies yang sulit, lambat

berkecambah atau pertumbuhan biji

maupun protocorm yang lambat

perkembangannya.

2. Masih perlu dilengkapi koleksi spesies

Phalaenopsis yang bernilai komersial

maupun Paraphalaenopsis denevii

yang belum dimiliki.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penghargaan dan ucapan terima

kasih disampaikan kepada Nina Marlina

yang telah membantu pelaksanaan

penelitian ini.

Page 13: Makalah Pendukung 9 - balithi.litbang.pertanian.go.idbalithi.litbang.pertanian.go.id/jurnal-pf2012-181-193-perbanyakan... · Kemasakan buah berkisar dari 3 sampai 7 bulan setelah

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

193

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, E. 2011. Cinta anggrek spesies

Indonesia. http://

Indonesianorchids.wordpress.com

Christenson, E. A. 2001. Phalaenopsis. A

Monograph. Timber Press. Potrland,

Oregon. 330 p.

Chen, J.T. and W.C. Chang, 2004. Induction

of Repetitive Embryogenesis from

Seed-Derived Protocorms of

Phalaenopsis amabilis var. Formosa

Shimadzu. In Vitro Cell. Dev. Biol.

Plant 40: 290-293.

Dep. Kehutanan Republik Indonesia (1999).

Anggrek yang Dilindungi Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia, No. 7 Tahun

1999, Tanggal 27 Januari 1999.

Kauth, P. 2005. In Vitro Seed Germination

and Seedling Development of

Calopogon tuberosus And Sacoila

lanceolata var. lanceolata: Two

Florida Native Terrestrial Orchid. A

thesis. University of Florida.

Murdad, R., M. Abd. Latip, Z. Abdul Aziz

and R. Ripin, 2010. Effects of carbon

source and potato homogenate on in

vitro growth and development of

Sabah’s Endangerd orchid:

Phalaenopsis gigantea. AsPac J. Mal.

Biol.Biotechnol Vol. 18(1): 199-202.

Mweetwa, A. M., G. E. Welbaum and D.

Tay, 2008. Effects of development,

temperature, and calcium hypochlorite

treatment on in vitro germinability of

Phalaenopsis seeds . Scientia

Horticulturae, Vol. 117 : 257-262

Puspaningtyas, D. M. 1997. Phalaenopsis

javanica J.J.Smith. Eksplorasi (3)2, p.

5.

-------------------------. 1999. Koleksi Jenis-

jenis anggrek Phalaenopsis di Kebun

Raya Bogor. Prosiding Seminar

Nasional Konservasi Flora Nusantara.

UPT BP Kebun Raya-LIPI, hal. 180-

186

Puspaningtyas, D. M., Sofi Mursidawati,

Suprih Wijayanti. 2006. Studi fertilitas

anggrek Paraphalaenopsis

serpentilingua (J.J.Sm.) A.D. Hawkes.

Biodiversitas 7(3), hal.237-247.

Sweet, H. R. 1980. The Genus Phalaenopsis.

Day Printing Corp., Pomona,

California. P 78-79.

Teob, E. S. , 1989. Orchids of Asia.

Singapore: Times books International;

1989:125-134.

www.RHS.org

www.cites.org

Lampiran 1. Susunan media MS dan Knudson C MS Knudson C MS Knudson C

(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)

Macro CoCL2 6H2O 0.025

NH4NO3 1650.00 500.00 Al3.6H2O 0.054

(NH4)2 SO4 500.00 FeCl3.6H2O 1.00

KNO3 1900.00 NiCl2.6H2O 0.025

Ca (NO3)2 4H2O 241.30 Fe chelate

Mg SO4 180.54 122.15 FeNaEDTA 36.70 30.00

Ca Cl2 332.02 Vitamin

Na HPO4 H2O Myo inositol 100.00

KH2PO4 170.00 250.00 Thiamine HCl 1.00

KCl 250.00 Nicotinic acid 0.50

Ca3(PO4)2 Pyridoxine HCl 0.50

Micro Glycine 2.00

H3BO3 6.20 6.20 Air kelapa (cc/l) 100 100

KI 0.83 0.015 Carbon Source

MnSO4. H2O 16.90 0.08 Sucrose (g/l) 20 20

ZnSO4. 7H2O 8.60 1.00 Gelling agent

Na2MoO4 2H2O 0.25 Agar (g/l) 7 7

CuSO4 5H2O 0.025 0.03 pH 5.8 5.8