Makalah Pendidikan Agama Islam

18
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PANDANGAN ISLAM TENTANG EKONOMI Disusun oleh: Kelompok 6 Geofanny Tri Wibowo 145100600111012 Muhamad Amar Nadhif 145100601111004 Sri Wulan Hadiningsih 145100601111018 Nadya Ingkan Lamtama 145100601111038 JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Transcript of Makalah Pendidikan Agama Islam

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PANDANGAN ISLAM TENTANG EKONOMI

Disusun oleh:

Kelompok 6

Geofanny Tri Wibowo145100600111012

Muhamad Amar Nadhif145100601111004

Sri Wulan Hadiningsih145100601111018

Nadya Ingkan Lamtama145100601111038

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah ekonomi merupakan masalah yang universal, karenanya seluruh dunia menaruh perhatian yang besar terhadap permasalahan ekonomi.Dalam realita kehidupan, manusia berusaha mengerahkantenagadanjuga pikirannyauntukmemenuhiberbagai keperluan hidupnya ,seperti sandang , pangan dan tempat tinggal. Pengerahan tenaga danpikiraninipentinguntuk menyempurnakan kehidupannya sebagai individumaupunsebagai seorang anggota suatu masyarakat. Segala kegiatan yang bersangkutan denganusaha yang bertujuan untuk memenuhi keperluanini dinamakan ekonomi.

Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari keduanya. Islam memberikan perlindungan hak kepemilikan individu,sedangkanuntuk kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga keseimbangan kepentingan publik dan individu serta menjagamoralitas. Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta.

Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin. Islam menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan. Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam melarang terjadinya pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi janji serta menunaikan amanat.

Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, menunjukkan adanya masyarakat muslim yang dengan sadar memilih berintegrasi pada perekonomian dalam perbankan syariah sebagai implementasi ketaatan beragama, sekaligus sebagai usaha memenuhi kebutuhan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ekonomi dalam Islam?

2. Bagaimana sistem ekonomi dalam Islam?

3. Apakah prinsip-prinsip ekonomi dalam Islam?

4. Apakah tujuan ekonomi dalam Islam?

5. Apa yang dimaksud zakat dan wakaf dalam Islam?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

2. Pembaca dapat mengetahui sistem ekonomi dalam Islam.

3. Pembaca dapat mengetahui pengertian ekonomi Islam.

4. Pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip ekonomi dalam Islam.

5. Pembaca dapat mengetahui tujuan ekonomi dalam Islam.

6. Pembaca dapat mengetahui zakat dan wakaf dalam Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Dalam Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatanperekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah SWT memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam Surat At Taubahayat 105:

Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nyaserta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu.

2.2 Sistem Ekonomi Dalam Islam

Secara definisi, ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mengalokasikan dan mengelola sumber saya untuk mencapai falah berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah.

Muhammad Abdul Manan, berpendapat bahwa ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami nilai-nilai Islam. Ia mengatakan bahwa ekonomi Islam merupakan bagian dari suatu tata kehidupan lengkap, berdasarkan empat bagian nyata dari pengetahuan, yaitu: al-Quran, as-Sunnah, Ijma dan Qiyas.

Menurut Suhrawardi K. Lubis, bahwa sistem ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yan dilaksanakan dalam praktek (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah dalam rangka pengorganisasian faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatan barang/jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan Islam.

Sistem ekonomi Islam adalah sebuah sistem yang tidak lahir dari hasil ciptaan akal manusia, akan tetapi sebuah sistem yang berdasarkan wahyu Allah SWT. Dengan kata lain, sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran manusia yang memenuhi syarat dan ahli dalam bidangnya.

Subjek ekonomi dalam Islam seringkali dikaitkan dengan kata muamalah dalam ilmu fiqih. Kata muamalah sendiri berarti kerjasama antar sesama manusia, sehingga pengertiannya dapat menjadi luas. Menurut Muhammad Daud, bahwa dalam ruang lingkup hukum Islam tidak membadakan (dengan tajam) antara hukum perdata dan hukum pidana, karena menurut sistem hukum Islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya, maka hukum muamalah dalam arti luas adalah sebagai berikut:

a.Munakahat, mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat- akibatnya.

b.Wiratsah, segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian waris.

c.Muamalat dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, perserikatan, dan sebagainya.

d.Jinayat, memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud atau tazir.

e. Al-Ahkam as-Sulthaniyah, membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan pemerintahan, tentara, pajak, dan lain-lain.

f.Suyar, mengatur tentang urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama lain dan negara lain.

g.Mukhasamat, mengatur soal peradilan, kehakiman dan hukum acara.

Dari sistematika pembagian hukum islam di atas, dapat diketahui bahwa sistem ekonomi Islam, masuk dalam ruang lingkup muamalah.Ekonomi tidak dapat dipisahkan dari subjek seputar kepemilikan dan pengelolaan terhadap harta benda. Kepemilikan ialah pemberian yang bersifat social dan diakui suatu hak kepada seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Pemberian ini mencerminkan hak potensial untuk memanfaatkan barang tertentu dan pada yang sama mengesampingkan pihak yang lain dari pemberian hak yang sama. Kepemilikan menunjukkan hubungan sosial dan yang diakui antara individu atau kelompok dalam masyarakat dan mencerminkan hak milik sah pemilik atas barang dan pada saat yang sama menghalangi pihak lain dari hak seperti itu.

Menurut Rofiq Yunus al-Masry kepemilikan terbagi dua, yaitu kepemilikan yang bersifat umum dan kepemilikan yang bersifat khusus (privat). Kepemilikan khusus adalah hak milik perorangan atau kelompok. Jenis kepemilikan seperti ini telah diakui dalam Islam, sebagaimana terdapat di dalam Al-Quran ayat-ayat yang menyebutkanamwaalakum/harta-hartamu,amwaalahum/harta-harta mereka,amwaal al-yatiim/harta anak yatim, ataubuyuutakum/rumah-rumah kamu. Sebagaiman pula terdapat dalam Al-Quran perintah untuk membayar zakat, mengeluarkan infaq. Sedangkan kepemilikan umum adalah wakaf yang dimiliki oleh seluruh kaum muslimin, setiap muslim boleh mengambil manfaat, namun tidak dapat dijual, dihapus atau dihadiahkan.

2.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1.Berbagai sumberdaya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT kepada manusia.

2.Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3.Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.

4.Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.

5.Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

6.Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan di akhirat nanti.

7.Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).

8.Islam melarang riba dalam segala bentuk.

2.4 Tujuan Ekonomi Dalam Islam

Segala aturan yang diturunkan AllahSWTdalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.

Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:

1.Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya.

2.Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

3.Tercapainyamashlahah(puncaknya). Para ulama menyepakati bahwamashlahahyang menjadipuncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:

a.keselamatan keyakinan agama ( aldin)

b.kesalamatan jiwa (al nafs)

c.keselamatan akal (al aql)

d.keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)

e.keselamatan harta benda (al mal)

2.5 Zakat dan Wakaf Dalam Islam

2.5.1 Zakat

Secara bahasa zakat berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Secara istilah zakat adalah sebagian harta yang wajib diberikan kepada orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula (Didin Hafidhuddin, 1998:13).

Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial Islam. Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Setiap muslim yang memenuhi syarat tertentu, berdasarkan dalil sebagai berikut:

a.Al-Quran

Surat at-Taubah : 103

( : )

Artinya:Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamumembersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

b.Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim

" ,

Artinya: Hadits adalah sebagaimana diriwiyatkan oleh Bukhori dan Muslim yang artinya Islam itu berdiri di atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, naik haji, dan puasa ramadhan.

Zakat bukan hanya kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan akan mendapat dosa, tetapi lebih dari itu zakat memiliki tujuan yang jelas. dengan terlaksananya lembaga zakat secara baik dan benar diharapkan kesulitan dan penderitaan fakir miskin dapat berkurang. Di samping itu dengan pengelolaan zakat yang professional berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang ada hubungannya dengan mustahiq zakat juga dapat dipecahkan.

Macam-macam zakat antara lain:

1. Zakat mal (zakat harta), yaitu bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu pula.

2. Zakat fitrah (zakat jiwa), yaitu zakat wajib dikeluarkan oleh setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan, besar atau kecil, setiap tahun menjelang hari raya Idul fitri.

Adapun secara lebih terperinci dapat dikemukakan hikmah zakat yang dirangkum dari pernyataan Hussein Syahatah (1998) adalah sebagai berikut:

1.Sebagai sarana pendidikan bagi jiwa manusia untuk bersyukur kepada Allah SWT

2.Melatih manusia untuk dapat merasakan penderitaan dan kesulitan fakir dan miskin

3.Sebagai sarana untuk menanamkan dalam jiwa manusia sifat jujur, amanah, pengorbanan, ikhlas, mencintai sesama dan persaudaraan

4. Membentuk masyarakat saling menanggung, menjamin dan saling menyayangi

5.Mewujudkan pembangunan perekonomian sebab zakat dapat menanggulangi masalah-masalah penimbunan harta melalui anjuran mengola dan mengembangkan harta

6.Untuk menanggulangi pengangguran, karena pengeluaran harta zakat kepada fakir dan miskin menambah kuatnya daya beli dan tuntutan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan pokok tentunya itu akan meningkatkan produktifitas dan kesempatan kerja

7.Harta zakat dapat mengetaskan kemiskinan, karena zakat dapat mengubah orang-orang fakir menjadi orang-orang yang dapat memanfaatkan harta zakat.

Benda yang wajib dizakati, yaitu:

1.Emas, perak, dan uang

2.Hasil bumi dan buah-buahan

3.Harta perniagaan

4.Barang tambang

5.Hewan ternak

Syarat-syarat wajib zakat, yaitu:

1.Kemilikan yang sah dan pasti

2.Berkembang biak secara alami atau usaha

3.Mencapai nisab

4.Melebihi kebutuhan pokok

5.Bersih dari hutang

6.Mencapai haul yaitu perputaran satu tahun.

Orang-orang yang berhak menerima zakat disebut mustahiq. Sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 60:

Artinya:Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

2.5.2 Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif

Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal, sebagian masyakarat yang tergerak hatinya untuk memikirikan pengelolaan zakat secara produktif, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan umat islam pada umumnya dan masyarakat pada umunya. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan masyakarat membentuk baitul mal atau lembaga yang bertugas mengelola dan zakat, infak dan sedekahdari karyawan perusahaan yang bersangkutan dan masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL.

Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara lain:

Pengelolaan harus berlandaskan Alquran dan Assunah

Keterbukaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amil zakat, pihak pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka

Menggunakan manajemen dan administrasi modern

Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat harus mengelolah zakat dengan sebaik-baiknya

Selain itu amil juga harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat antara lain:

Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan dan penderitaan

Membantu pemecahaan masalah yang dihadapi oleh para mustahik

Menjembatani antara orang kaya dan orang miskin dalam suatu masyarakat

Meningkatkan syiar Islam

Mengangkat harkat dan martabat banga dan negara

Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat

2.5.3 Wakaf

Wakaf berasal dari kata waqofa artinya menahan, dalam hal ini menahan harta untuk diwakafkan. Secara etimologi berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah SWT. Harta yang telah diserahkan oleh Wakif kepada Nazhir (untuk waktu selamanya), kepemilikannya berpindah kepada Allah SWT. Harta tersebut bukan milik wakif dan juga bukan milik nazhir. Sedangkan harta yang diserahkan oleh Wakif kepada Nazhir agar dimanfaatkan (untuk waktu tertentu), masih menjadi milik Wakif, sehingga harus dikembalikan kepada Wakif setelah jangka waktu pemanfaatan harta wakaf berakhir.

Harta wakaf (baik untuk waktu selamanya maupun untuk waktu tertentu) tidak dapat dijual, dihibahkan, diwariskan atau apapun yang dapat menghilangkan kewakafannya.Peran Nazhir adalah hanya mengelola harta wakaf tersebut agar jangan berkurang, dan mengupayakannya berkembang sehingga hasil (keuntungannya) dapat digunakan untuk keperluan sosial (mauquf alaih).

Di dalam Islam wakaf adalah salah satu bentuk sedekah yang dianjurkan meskipun perintahnya tidak disebutkan secara tegas sebagaimana halnya zakat, namun para ahli dipandang sebagai landasan perintah untuk berwakaf, yaitu:

1.Al-Quran

Surat al-Hajj : 77

Artinya:Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

2.Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Umar bin Khatab mempunyaitanah (kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, untuk meminta petunjuk mengenai tanah tersebut, ia berkata Wahai Rasulullah saya memperoleh tanah di Khaibar, yang belum pernah saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah itu, apa perintah engkau (kepadaku) mengenainya? Nabi SAW menjawab, jika mau kamu tahan pokoknya dan kamu sedekahkan (hasilnya), Ibnu Umar berkata maka Umar menyedekahkan tanah itu (dengan mensyaratkan) tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan ia menyedekahkan hasilnya kepada fuqara, kerabat, riqab (hamba sahaya, orang tertindas), sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak berdosa dari orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma'ruf (wajar) dan memberi makan (kepada orang lain) tanpa menjadikannya sebagai harta hak milik. Rawi berkata, saya menceritakan hadis tersebut kepada Ibnu Sirin, lalu ia berkata ghaira mutaatstsilin malan' (tanpa menyimpanya sebagai harta hak milik. (H.R. al-Bukhari, Muslim, al Tharmidzi, al-Nasa'i).

Tujuan wakaf adalah sebagai berikut:

1.Untuk kepentingan umum

2.Untuk menolong fakir miskin

3.Untuk kepentingan anggota keluarga sendiri.

2.5.4Permasalahan wakaf di Indonesia

Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan di laksanakan oleh umat islam sejak agama islam masuk di Indonesia. Sebagai suatu lembaga islam, wakaf telah menjasi salah satu penunjang perkembangan masyarakat islam. Sebagian besar rumah ibadah, perguruan islam dan lembaga-lembaga keagamaan islam lainya dibangntuk kepentingan kegiatan keun di atas tanah wakaf.

Jumlah tanah wakaf di Indonesia sangat banyak. Menurut data yang ada di Departemen Agama RI, sampai dengan September 2002 jumlah seluruh tanah wakaf di Indonesia sebanyak 359.462 lokasi dengan luas tanah 1.472.047.607,29 m2. Apabila jumlah tanah wakaf di Indonesia dihubungkan dengan Negara yang saat ini mengalami berbagi krisis termasuk krisis ekonomi, sebenarnya wakaf merupakan salah satu lembaga islam yang sangat ptnsial untuk lebih di kembangkan guna membantu masyarakat yang kurang mampu. Sayangnya wakaf yang jumlahnya begitu banyak, pada umumnya pemanfaatanya masih bersifat konsumtif belum di kelola secara produktif.

Suatu kenyataan yan bias di lihat bahwa wakaf yang ada di Indonesia pada umumnya berupa masjid, mushala, madrasah, sekolah, makam, rumah yatim piatu. Dilihat dari segi sosial da menaggulangi permasalahan umat khususnya masalah sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam pengelolaannya. Kondisi ini di sebabkan oleh keadaan tanah wakaf yang sempit dan hanya cukup dipergunakan untuk tujuan wakafyang di ikrarkan wakif seperti untuk mushala dan masjid tanpa di iringi tanah atau benda yang dapat di kelola secara produktif memang ada tanah wakaf yang cukup luas, tetapi tetapi karena nadziirnya kurang kreatif, tanah yag memungkinka dikelola secara prodiktif tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan sama sekali. Bahkan perawatanya harus di carikan sumbangan dari masyarakat.

Wakaf yang dikelola secara prodiktif dapat membantu menyelesaikan masalah sosial ekoonomi masyarakat. Peruntukan dan pengelolaan wakaf di Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan cenderung hanya untuk kepentingan kegiatan-kegiatan ibadah khusus dapa dimaklumi, karena pada umunya ada keterbatasan umat islam tentang pemahaman wakaf khususnya mengenai harta yang boleh diwakafkan, peruntukan wakaf dan tugas nadzir wakaf. Pada umunya mereka memahami bahwa peruntukan wakaf hanya lazim di laksanakan di Indonesia seperti untuk sekolah, mushala, makam dan lain lain , sebagaimana sudah disebutkan

Adat wakaf di Indonesia dapat diberdayakan ekonomi uma, maka perlu dilakukan paradigm baru dalam pengolahan wakaf. Wakaf yang selama ini hanya dikelola secara konsumtif dan trasisionan saatnya kini dikelola secara produktif. Untuk itu, sebelum dilakukan pengelolaan wakaf produktif, perlu dilakukan pengkajian dan perumusan kembali mengenai benda-benda yang dapat di wakafkan (mauquf bih) peruntukan wakaf (mauquf alaih ) tugas kewajiban dan hak hak nadzir. Hasil pengkajian dan perumusan wakaf tersebut kemudian di sosialisasikan kepadamasyarakat, sehingga mereka dapat memahaminya.

2.5.5.Manajemen pengolahan wakaf di Indonesia

Bebicara tentang pengelolaan wakaf, berarti juga harus berbicara mengenai nadzir wakaf. Hal ini juga di sebabkan berkembang tidaknya harta wakaf, salah satu di antaranya sangat tergantung pada nadzir wakaf. Walaupun para mujtahid tidak menjadikan nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wakif harus menunjuk nadzir wakaf.

Mengingat pentingnya nadzir dalam pengelolaan wakaf, maka di indonesia nadzir ditetapkan sebagai unsur pewakafan. Pengankatan nadzir ini dimaksutkan agar harta wakaf tetap terjaga dan dipelihara sehingga harta wakaf itu tidak sia sia . nadziradalah orang yang disertai tugas untuk mengurus dan memelihara benda wakaf . di Indonesia pengertian ini kemudian di kembangkan menjadi kelompok orang ata badab hokum yang di serahi tugas untuk memelihara dan mengurus benda wakaf . dengan demikian nadzir dapat di artkan sebagai orang atau pihak yang berhak untuk bertindak atas harta wakaf, baik untuk orang yang berhak menerimanya, ataupun mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan harta itu tumbuh dengan baik dan kekal.

Dari pengertian nadzir yang sudah di kemukakan jelas dalam pewakafan, nadzir memegang peranan yang sangat penting. Agar harrta itu dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat berlangsung terus menerus , maka harta iti harus di jaga, dipelihara dan di kembangkan. Dilihat dari tugas nadzir dimana dia berkewajiban untuk menjaga, mengembangkan, dan melestarikan manfaat dari harta yang di wakafkan bagi orang orang yang berhak menerimanya, jelas berfungsi ata tidak berfungsinya suatu pewakafan tergantung pada nadzir.

Mengingat wakaf yang ada si Indonesia pada umumya berupa benda benda tidak bergerak, seperti tanah, bangunan dan lain lain . jumlah tanah wakaf d Indonesia sangat banyak lokasinya dan sangat luas, yang untuk pemeliharaannya diperlukan dana yang tidak sedikit, sementara itu,permasalahanya adalah masih cukup banyak nadzir yang kurang mampu untuk mendapatkan dana pemeliharaan wakaf yang di kelolanya , bahkan ada sebagian nadzir wakaf yang kurang memahami tugas dan kewajibanya maka dalam PP No 28 th 1997 pasal 7 ayat 1 disebutkan bawa nadzirberkewajiban untuk mengurus dan mengawasi kekayaan wakaf serta hasilnya menurut ketentuan ketentuan yang di atur lebih lanjut oleh mentri agama sesuai dengan tujuan wakaf. Kemudian dalam pasal 10 ayat 1 peraturan mentri agama No 1 tahun 1978 tentang peraturan pelaksanaan peraturan pemerintah no 28 tahun 1977 dengan jelas juga dinyatakan bahwa nadzirberkewajiban mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya yang meliputi :

1. Menyimpan salinan lembar kedua salinan akta ikrar wakaf

2. Memelihara tanah wakaf

3. Memanfaatkan tanah wakaf

4. Memanfaatkan dann berusaha meningkatkan hasil wakaf

5. Menyelenggarakan pembukuan yang meliputi :

a. Buku catatan tentang keadaan tanah wakaf

b. Buku catatan tentang pengelolaan hasil tanah wakaf

c. Buku catatan tentang penggunaan hasil tanah wakaf

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah SWT memerintahkannya.

Ekonomi islam memiliki syarat dan ketentuan yaitu meliputi sistem ekonomi dalam islam Secara definisi, ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mengalokasikan dan mengelola sumber saya untuk mencapai falah berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah. Muhammad Abdul Manan, berpendapat bahwa ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami nilai-nilai Islam. Prinsip ekonomi islam Secaragaris besar ekonomi Islam memiliki beberapaprinsip dasar yaitu berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT kepada manusia, Islam mengakui pemilikan priba didalam batas-batas tertentu, kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama,Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja, Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang, Seorang mulsim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan di akhirat nanti, Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab),Islam melarang riba dalam segala bentuk. Dan tujuan ekonomi islam yaitu Segala aturan yang diturunkan AllahSWTdalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat

Ekonomi islam meliputi zakat dan waqaf dalam islam. Zakat Secara bahasa zakat berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Secara istilah zakat adalah sebagian harta yang wajib diberikan kepada orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula (Didin Hafidhuddin, 1998:13). Dan waqaf Wakaf berasal dari kata waqofa artinya menahan, dalam hal ini menahan harta untuk diwakafkan. Secara etimologi berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah SWT. Harta yang telah diserahkan oleh Wakif kepada Nazhir (untuk waktu selamanya), kepemilikannya berpindah kepada Allah SWT.

3.2. Saran

Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini sudah semakin pesat dan sudah tidak mempunyai aturan dan prinsip, dengan adanya ekonomi Islam yang mempunyai prinsip, sistem, dan tujuan dalam cara berekonominya maka dari itu untuk kedepannya sistem ekonomi di Indonesia bisa mengikuti dan menjalankan aturannya sesuai dengan sistem ekonomi Islam yang mempunyai alur dan tujuan yang sudah pasti.