MAKALAH AGAMA ISLAM KESMAS.doc
-
Upload
suparningsih -
Category
Documents
-
view
97 -
download
0
Transcript of MAKALAH AGAMA ISLAM KESMAS.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan. Kesehatan merupakan
modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran islam
yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal
menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu
penentu sehat tidaknya seseorang. Makanan merupakan salah satu ilmu dalam bidang
Kesehatan Masyarakat yaitu pada Gizi.
Menurut oleh Professor Winslow dari Yale University, kesehatan masyarakat
merupakan ilmu dan Seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan, melalui Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat. Pada kesempatan ini, saya
selaku mahasiswi Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Progam Studi
Kesehatan Masyarakat tertarik dalam membahas tentang “Kesehatan Masyarakat dalam
Perspektif Islam”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kesehatan Masyarakat ?
2. Apa pengertian Agama Islam ?
3. Bagaimana sejarah ilmu Kesehatan Masyarakat ?
4. Apa fungsi Agama Islam bagi Kesehatan ?
5. Bagaimana Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah :
1. Mengetahui pengertian Kesehatan Masyarakat
2. Mengetahui pengetian Agama Islam
1
3. Mengetahui sejarah Kesehatan Masyarakat
4. Mengetahui fungsi Agama Islam bagi kesehatan
5. Mengetahui bagaimana Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini ialah :
1. Memberikan pengetahuan tentang ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Memberikan pengetahuan tentang Agama Islam
3. Memberikan ketertarikan pada diri dalam mempelajari ilmu Kesehatan Masyarakat
4. Membangun motivasi untuk selalu menjaga Agama Islam dari fungsi agama dalam
kesehatan
5. Mengetahui tentang Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Kesehatan Masyarakat dan Agama Islam
A. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow
dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) dari adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha
masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di
masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan
medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek
sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan
yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Kesehatan masyarakat adalah seni dan ilmu pencegahan penyakit, memperpanjang hidup,
dan meningkatkan kesehatan melalui upaya terorganisasi dari masyarakat.
B. Pengertian Agama Islam
Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan dan disyariatkan Allah subhanahu
wa ta’ala serta satu-satunya agama yang diakui dan diterima-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala
tidak akan menerima agama selainnya, dari siapapun, dimanapun dan sampai kapanpun juga.
Artinya : “Sesungguhnya Agama ( yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam “(QS.Ali-
Imran :19)
3
Islam berarti penyerahan diri kepada Allah dengan beriman dan bertauhid kepadaNya
serta mengikuti syariatNya yang dibawa oleh para rosulNya.
Syaykh Muhammad al-Tamīmiy menambahkan asas makna Islam ini menjadi 3 hal, yang
diistilahkannya dengan tawhīd, ta`at dan barā`ah dari syirik, dimana dia berkata:
ك� ) ر� الش� م�ن اءة� ر �ب ال و �الط�اعة� ب ه� ل اد� �ق�ي �ن �ال ا و �د� ي �الت ��و�ح� ب لله� م� ال �س� ت �س� �ال ا ه�و م� ال �س� إل ( ا
Artinya : “Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk dan patuh
kepada–Nya dengan keta`atan serta membebaskan diri (bara`ah) dari syirik”
Untuk beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dan untuk mencapai keridoan-
Nya, Alloh subhanahu wa ta’ala hanya menurunkan satu agama kepada hamba-hamba-Nya,
sejak awal penciptaan manusia hingga hari kiamat kelak, yaitu agama Islam. Seluruh nabi,
dari Nabi Adam ‘alayhis salam sampai Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam, hanya
membawa dan mendakwahkan agama Islam. Itulah sirotulmustaqim.
Inti agama Islam adalah “berserah diri secara total kepada Alloh subhanahu wa ta’ala,
mengesakan-Nya, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya dengan mengikuti wahyu dan
syariat-Nya”. Hakikat sesuatu yang diajarkan oleh Islam tidak akan pernah berubah, sejak
Nabi Adam ‘alayhis salam sampai Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam dan hingga
hari kiamat. Adapun syariat yang diturunkan Alloh subhanahu wa ta’ala, yaitu cara
beribadah, tempat dan kadar peribadatan serta peraturan kemasyarakatan, bahkan hukum
halal dan haram, masih bisa berbeda antara satu rosul dengan yang lainnya. Oleh karena itu,
walaupun berbeda dalam syariat di beberapa bagian detail atau rinciannya (mayoritas syari’at
global sama saja), namun aqidah para nabi dan ajaran mereka adalah sama, yaitu Islam.
1.2 Sejarah Kesehatan Masyarakat dan Fungsi Agama Islam bagi Kesehatan
A. Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah kesehatan dibagi atas dua periode yaitu :
4
a. Periode sebelum Ilmu pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah
tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah
kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut
tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur
tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air
minum, dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena kesehatan.
Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat
menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak
menyedapkan.
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa
minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali
dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu
peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan
adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan
bau, dan sebagainya.
Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan
supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public bar), warung makan,
tempat-tempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon, 1974).
Kemudian pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat
makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang
sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi
endemi.
5
Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur
Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah menjadi
pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil
dan Eropa melalui para emigran.
Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang
telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi lingkungan.
Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan
sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu
itu.
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India.
Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir
dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena pes.
Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu
mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut “the Black Death”.
Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke-
18. Disamping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih berlangsung.
Telah tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan
pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun
1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular.
Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain difteri, tipus, disentri
dan sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan
dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum
dilakukan oleh orang pada zamannya.
b. Periode Ilmu pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai
dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau pada
6
abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat sebagai
fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka
mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu
pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, multisektoral.
Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam
penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam carbol
(carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai
anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan
pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi
(wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang miskin.
Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan penanganan masalah
wabah kolera ini.
Edwin Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini
akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut : Masyarakat hidup di suatu
kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan
pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang
dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar
masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan
hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih.
Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan
undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk,
termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada
tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah
kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk
tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski
7
dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah
(Fakultas) Kedokteran.
Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan
sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan
masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan
kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi
bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor
genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan
dan pelayanan kedokteran / kesehatan.
Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika
telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan dan
pengawasan sanitasi lingkungan.
Departemen kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan
kota yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun
1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya.
Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian
kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota New York.
Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public
Health Association).
B. Fungsi Agama Islam bagi Kesehatan
Adapun fungsi agama bagi kesehatan sebagai berikut :
Sumber Moral
Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik
bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi orang
8
beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan
persangkaan manusia kepada-Nya.
Sumber Keilmuan
Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agam pun dapat berperan sebagai
sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualitasi dan pengembangan ilmu
kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan
profetik, dalam konteks islam disebut dengan ilmu kesehatan islami atau kedokteran
islami. Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan
gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Dalam islam dinyatakan bahwa makan itu
harus halal dan thayyib. Halaln artinya sehat secara psikis dan sosial (misalnya bukan
hasil mencuri), dan thayyib artinya sehat secara gizi. Praktik-praktik keagamaan
menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa
dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang
dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
Amal agama sebagai amal kesehatan
Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang
dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai
hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat
sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur pun memiliki implikasi dan
kontribusi nyata terhadap kesehatan.
1.3 Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam
Islam merupakan agama yang sangat sempurna, islam berbeda dengan agama yang
datang sebelumnya. Islam datang sebagai agama untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi
secara menyeluruh. Tidak terbatas jalur hubungan antara hamba dengan Tuhannya
(horisontal) saja tetapi Islam juga mengatur hubungan secara vertikal. Islam sangat
memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak
referensi tentang sehat. Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas,
9
Rasulullah bersabda. “Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia
yaitu kesehatan dan waktu luang.”
Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi
dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit. Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan
sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.
Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa
mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa dikatakan
Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa
syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan adalah
senantiasa menjaga kesehatan. Firman Allah dalam Al Quran, “Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih” (Surah Ibrahim [14]:7).
Berdasarkan Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi SAW bersabda:
Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk mengobatinya, maka
dapat memperoleh kesembuhan atas izin Allah SWT (HR. Muslim). Bahkan Allah SWT tidak
akan menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: Allah SWT tidak menurunkan
sakit, kecuali juga menurunkan obatnya (HR Bukhari).
Menurut Aswadi Syuhadak dari UIN Sunan Ampel Surabaya, indikasi sakit, sembuh
dan sehat dalam bahasa Al-Qur’an, secara berurutan dapat didasarkan pada kata maradl,
syifa’ dan salim. Kata maradl dan syifa’ secara berdampingan diungkapkan dalam (QS.al-
Syu`ara’ [26/47]: 80 )
و� ه� ف� رض�ت� م� إذ�ا و� ين ف ي�ش�
“Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku“.
Pada ayat ini tampak dengan jelas bahwa term sakit-maradl dikaitkan dengan
manusia, sedangkan syifa’ maupun kesembuhan yang diberikan pada manusia adalah
disandarkan pada Allah SWT. Kandungan makna demikian ini juga mengantarkan pada
10
sebuah pemahaman bahwa setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan apabila obatnya itu
sesuai penyakitnya akan memperoleh kesembuhan, dan kesembuhannya itu adalah atas izin
dari Allah SWT.
Kata salim, dapat dijadikan rujukan bahwa makna kesehatan menunjukkan
kebersihan dan kesucian dalam diri manusia, baik jasmani maupun ruhani, lahir maupun
batin, baik tauhid rububiyah (insaniyah) maupun uluhiyah (ilahiyah) sejak dari awal
kehidupan hingga di hari kebangkitan. Istilah kesehatan jasmani dalam kajian ini lebih
difokuskan pada perilaku amal shalih dan bukan sekedar berorientasi pada bentuk jasadiyah,
badaniyah maupun harta kekakayaan, tetapi sekali lagi bahwa kesehatan jasmani di sini lebih
mengarah pada amal perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai ruhaniyah uluhiyah maupun
rububiyyah.
Kesehatan amaliyah inilah yang dapat bertahan hingga hari kebangkitan. Sedangkan
kesehatan jasadiyah, badaniyah maupun ekonomi dapat dipahami sebagai raga, alat atau
media yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai kebersihan amal dengan melalui
pertimbangan tauhid rububiyah maupun uluhiyah.
Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah kesehatan telah menjadi urusan
publik maka terkait dengan kebijakan negara. Upaya mewujudkan perilaku sehat warga
masyarakat dalam perspektif kebijakan kesehatan antara lain: kebijakan penurunan angka
kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit; kebijakan peningkatan status gizi
masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat; kebijakan
peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan
hidup; Kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan
pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak;
dan kebijakan peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
Allah menyeru orang-orang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri
mereka, yang sesuai dengan fitrah jiwa mereka dan sunnah alam.
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh dalam surah Al Baqarah ayat 222, yaitu :
11
Katakanlah : “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci . Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah ayat 222)
Kebersihan terdiri dari kebersihan personal dan juga kebersihan lingkungan.
Kebersihan personal meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku, dan rambut. Di bawah
ini adalah beberapa ayat Al qur’an dan Hadist yang menyatakan pentingnya kebersihan
personal.
Selain itu dalam Surah Al Maidah ayat 6 yang berbunyi :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu 12
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.(QS. Al Maidah ayat 6)
Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Kunci shalat adalah bersuci
(melalui wudhu)”. Dalam kesempatan lain beliau pernah bersabda: “ Kunci surga adalah
shalat, dan kunci shalat adalah kebersihan dan bersuci.”
Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan, rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur
serta tebing-tebingnya. Umat Islam sangat berhati-hati dalam menjaga lingkungan terdekat
mereka agar tetap bersih. Satu contoh tentang itu disebutkan dalam surah al-Hajj ayat 26
yaitu dimana Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memelihara Ka’bah agar tetap
bersih untuk orang-orang beriman yang berdo’a di sekitar tempat itu. Adapun surah Al Hajj
ayat 26 yaitu :
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat
Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan
Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang
beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. (Q.S Al-Hajj ayat 26).
Sebagaimana dikehendaki ayat tersebut, kebersihan lingkungan tempat suci yang
sejenis (mushala, masjid, majelis taklim, dan lainnya) harus dipelihara, terutama sekali bagi
orang-orang beriman lainnya yang hendak menunaikan ibadah untuk mendapatkan ridha
Allah.
Selain itu Islam menjelaskan berbagai cara pencegahan penyakit menular, juga
mencegah penyebarannya. Di antaranya adalah dengan karantina penyakit. Nabi Muhammad
13
SAW bersabda: “Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang
berpenyakit lepra” dan“Larilah dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari harimau.”
(HR. Bukhari)
Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar pencegahan dan penanggulangan
berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan
cacar). Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
“Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan
bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.” (HR. Bukhari).
Hal ini dimaksudkan agar wabah tersebut tidak menyebar ke daerah lain, karena
apabila seseorang berada di daerah yang sedang terjangkit wabah maka kemungkinan besar ia
juga telah terserang infeksi yang dapat ia tularkan ke masyarakat sekitar.
Dalam hal nutrisi atau kesehatan makanan yang merupakan bagian dari ilmu
kesehatan masyarat, Islam pun menjelaskan tentang hal itu. Dalam kesehatan nutrisi, islam
menganjurkan terhadap pemeluknya untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang
halalan thoyyiban (halal dan baik). halal adalah suatu hal yang dibolehkan secara agama,
sedangkan thayyib adalah sesuatu yang baik pada dasarnya, tidak merusak fisik dan pikiran,
dan harus memenuhi syarat dari segi kebersihan dan kesehatannya. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an:
Artinya : “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu ”. (Q.S Al baqarah ayat 168)
Berdasarkan ayat diatas, Islam melarang manusia untuk mengonsumsi makanan dan
minuman yg tidak halal dan tidak baik seperti bangkai, darah daging babi, minuman keras
14
(khamer) binatang yang dicekik atau tercekik dan hewan ternak yang tidak disembelih
dengan menyebut nama Allah.
Islam begitu hati-hati dalam hal kesehatan nutrisi ini, karena kebersihan dan kebaikan
adalah suatu hal yang fitrah, hal yang fitrah ini akan dapat bersinergi dalam tubuh manusia
yang telah diciptkan oleh Allah dengan keadaan fitrah. Adapun pokok-pokok yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Bagi kaum muslimin, makanan di samping berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
fisik, juga berkaitan dengan ruhani, iman dan ibadah juga dengan identitas diri, bahkan
dengan perilaku. Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-
tumbuhan, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma,
susu, dan semua yang bergizi.
Bila kita menghindari makanan-makanan yang tidak baik (junk food), maka akan
dihasilkan tulang yang kokoh, otot yang kuat, pipa atau saluran-saluran yang bersih, otak
yang cemerlang, paru-paru dan hati yang bersih, jantung yang dapat memompa darah dengan
baik.
Jadi bagi seorang muslim makan dan makanan bukan sekedar penghilang lapar saja atau
sekedar terasa enak dilidah, tapi lebih jauh dari itu mampu menjadikan tubuhnya sehat
jasmani dan rohani sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai “khalifah fil Ardhi”.
Rasulullah SAW pernah berkata dalam suatu hadistnya: “Seorang hamba Allah tidak akan
berpindah dua kakipun pada hari kiamat, sampai ia mampu menjawab empat hal: umurnya
bagaimana dihabiskan, pengetahuan bagaimana diamalkan, hartanya bagaimana
dinafkahkan serta tubuhnya bagaimana digunakan atau diboroskan” (HR.Tirmidzi).
2. Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makanan, makan bukan
karena lapar hingga kekenangan, diet ketika sedang sakit, memerintahkan berpuasa agar usus
dan perut besarnya dapat beristirahat dan tidak berbuk dengan berlebih-lebhan atau
melampaui batas.
Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah
memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW
15
mengatakan bahwa “perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit
bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”. ( Q.S Al A’raaf ayat 31)
3. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti banngkai,
darah, daging babi, juga khamer.
Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi
16
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.
(Q.S Al Maidah ayat 3)
Berkata Nabi Muhammad SAW :
“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram” (HR
Muslim).
“Rasulullah SAW melaknat tentang khamr, 10 golongan : (1) yang memerasnya, (2)
yang meminta diperaskan, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang
minta diantari, (6) yang menuangkan, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya,
(9) yang membelinya dan (10) yang minta dibelikan.
Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki
argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang
diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan
(kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh
(Trichina, Salmonella, cacing pita, dan lain-lain).
Serta dalam ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ), Islam pun membahasa hal
itu. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja dan bekerja mestilah dilakukan
dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup berupa rezeki di
dunia, disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah
menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi
sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Sebagaimana dalam
Firman Allah dalam Surah Al – Qasas Ayat 77 yaitu :
17
Artinya ; “ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (Q.S Al –
Qasas Ayat 77)
Begitu juga, Islam memerintahkan kita melakukan sesuatu kerja dengan cara yang
sebaik-baiknya dengan mengutamakan menjaga keselamatan dan kesehatan. Ini menepati
firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 195 berbunyi :
Artinya : “Dan infakkanlah (hartamu) dijalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan dari semua mahluk hidup
ciptaanNya diberi peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya
(perilakunya tidak aman) dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan
kondisi yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga
terhadap kelangsungan hidup ciptaanNya yang lain (lingkungan hidup).
Hal tersebut semua diawali karena perilaku individu maupun kelompok yang tidak
aman hingga membuat suatu kondisi atau lingkungan menjadi rusak, seperti :
18
Terjadi Longsor, banjir, perubahan iklim dan cuaca (climate change), penyakit, dan
musibah alam lainnya. Bukankah Allah SWT telah menciptakan semua yang ada dijagad raya
ini dengan keseimbangan yang baik. Namun karena keserakahan, kesaliman, dan
kemaksiatan manusia yang membuat kondisi alam menjadi tidak seimbang. Bencana yang
dirasakan sekarang ini hanya sebagai teguran dan cobaan bagi umatnya. Teguran, bagi
umatnya yang tidak beriman, yang telah melakukan kerusakan, dan cobaan bagi umatnya
yang beriman. Hal ini dijelaskan dalam surah al-An’am ayat 17 yaitu :
Maksudnya : ”Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan bahaya bencana, maka
tidak ada sesiapapun yang dapat menghapusnya melainkan Dia sendiri dan jika ia
mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka ia adalah Maha Kuasa atas
tiap-tiap sesuatu”. ( Surah al-An’am ayat : 17)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi pemeluknya.
Islam dalam Al qur’an dan hadist melarang umat untuk membuat kerusakan jangankan
kerusakan itu terjadi pada lingkungan, terhadap diri sendiri saja Allah melarangnya. Banyak
contoh seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Jelas menganiaya diri sendiri,
berperilaku tidak aman dan sehat serta menjaga Lingkungan tetap aman dan sehat, adalah
terjemahan dari segala larangan Allah swt baik, yang termaktup dalam Alquran maupun
hadist. Dengan berperilaku yang aman dan sehat kita akan menjaga lingkungan hisup kita,
karena Allah swt menciptakan alam semesta ini untuk dijaga demi kemaslahatan seluruh
umat manusia.
Hubungannya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dengan islam adalah sama
sama mengingatkan umat manusia agar senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang
aman dan sehat dalam bekerja ditempat kerja (dikantor, dipabrik, ditambang, dan dimana
tempat anda bekerja). Dengan berperilaku aman dan sehat akan tercipta suatu kondisi atau
lingkungan yang aman dan sehat. Dengan bekerja yang aman ditempat kerja, akan membawa
keuntungan bagi diri anda sendiri maupun perusahaan tempat kerja anda. Perusahaan anda
19
sehat andapun akan tenang dalam bekerja. Karena di situ tempat anda mencari nafkah. Anda
bekerja untuk mencari nafkah, bukan bekerja untuk mendapat kecelakaan, penyakit dan
masalah. Jadi mari kita mulai sekarang bekerja dengan selamat.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an untuk kita dianjurkan tuk senatiasa bekerja dengan
menjaga keselamatan diri sendiri, keluarga, harta benda dan lingkungan hidup ini. Karena
ingin mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak dari apa yang diusahakan sehingga
norma dan peringatan-peringatan akan keselamatan menjadi terlupakan. Karena ingin sesuap
nasi ada orang yang mau bekerja mempertaruhkan nyawanya, karena kurang bersyukur
dengan apa yang didapatkan ada orang melakukan hal yang menyimpang (korupsi misalnya,
mencuri, menipu dan lain sebagainya) yang mengakibatkan pada kesedihan, kesedihan
tersebut bukan hanya dialami oleh pelaku tersebut namun dialami oleh keluarganya, dan
orang lain, maupun lingkungan hidupnya. Seperti peribahasa (karena nila setitik rusak susu
sebelanga) yang maksudnya (karena perbuatan seseorang dapat merusak lingkungan
sekitarnya). Karena perbuatan seseorang dalam sebuah kelompok maka rusaklah nama
kelompok tersebut.
Jadi menjaga perilaku akan menjaga kondisi, dimana dalam suatu kondisi yang aman,
sehat dan nyaman bukan hanya seorang yang merasakan kondisi tersebut tapi semua mahluk
hidup ciptaanNya yang ingin merasakan lingkungan tersebut.
Menjaga perilaku yang aman dan sehat bukan hanya ditempat kerja, namun perilaku
tersebut selayaknya dibawa dan diawali dari Rumah tangga, dijalan raya maupun
dilingkungan rumah anda atau dilingkungan hidup lainnya.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow
dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) dari adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental,
dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar
setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga
kesehatannya.
Inti agama Islam adalah “berserah diri secara total kepada Alloh subhanahu wa ta’ala,
mengesakan-Nya, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya dengan mengikuti wahyu
dan syariat-Nya”. Hakikat sesuatu yang diajarkan oleh Islam tidak akan pernah
berubah, sejak Nabi Adam ‘alayhis salam sampai Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi
wa sallam dan hingga hari kiamat.
Fungsi agama terhadap kesehatan yaitu sebagai sumber moral, sumber keilmuan, dan
amal agama sebagai amal kesehatan.
Bahwa Agama Islam membantu manusia dalam menjalani hidupnya sesuai dengan
aturan yang ditetapkan Allah. Allah banyak menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan manusia, salah satunya tentang ilmu kesehatan masyarakat dalam perspektif
Islam yang menjelaskan banyak hal, dimana Islam merupakan agama yang sangat
sempurna, islam berbeda dengan agama yang datang sebelumnya. Islam datang
sebagai agama untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi secara menyeluruh. Tidak
terbatas jalur hubungan antara hamba dengan Tuhannya (horisontal) saja tetapi Islam
juga mengatur hubungan secara vertikal. Islam sangat memperhatikan kondisi
kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang
sehat. Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah
21
bersabda. “Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia
yaitu kesehatan dan waktu luang.”
22
23