Makalah Agama Islam Hg4
-
Upload
hatta-gusnadi-putra -
Category
Documents
-
view
47 -
download
6
description
Transcript of Makalah Agama Islam Hg4
-
MAKALAH
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN AGAMA
ISLAM
PERJUDIAN DI INDONESIA DIPANDANG DARI SEGI SENI DAN
BUDAYA ISLAM
Oleh:
Arlissa Tamara V. [ 1406532160 ]
Fathullah Aryo [ ]
Hatta Gusnadi [1106847086]
Putty Ekadewi [1406533535]
Ristina Hasna [1106127954]
Satrioyudo H [ ]
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik perjudian merupakan suatu tradisi yang telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat global. Praktik ini dapat ditemukan di Indonesia dalam
berbagai bentuk, salah satunya adalah perjudian online. Seiring dengan
berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, tren dalam praktik perjudian
mengalami peralihan ke metode online yang dianggap relatif lebih aman dan
mudah dilakukan dewasa ini.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia telah memberi pengaruh
dalam perkembangan seni dan budaya negara Indonesia. Pengaruh seni dan
budaya Islam dapat ditemukan dalam tradisi masyarakat, bentuk bangunan, seni
pertunjukan, dan bentuk lain.
Perjudian dianggap sebagai kegiatan yang tidak baik dalam Islam. Hal ini
disebabkan oleh tingginya risiko yang dihadapi, dan hal-hal lain yang melanggar
norma dan etika dalam Islam. Oleh karena itu, perjudian perlu dipandang dari segi
seni dan kebudayaan Islam untuk mengetahui hubungan antar keduanya dan
mendapatkan solusi untuk menghadapi maraknya praktik perjudian.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang karya tulis, dapat dirumuskan masalah-
masalah berupa:
1. Bagaimana seni dan budaya menurut Islam?
2. Seperti apa konsep pengembangan seni dan budaya dalam Islam?
3. Bagaimana kondisi perjudian di Indonesia?
4. Bagaimana hukum mengatur perjudian?
5. Apa hubungan antara seni dan budaya Islam dengan perjudian di
Indonesia?
Masalah-masalah yang telah dirumuskan memiliki batasan tertentu yang
akan dibahas dalam karya tulis, yaitu:
-
1. Seni dan budaya Islam dibahas dalam ruang lingkup menurut Alquran
dan As-Sunnah.
2. Perjudian dan hukum yang dibahas adalah praktik perjudian dan
hukum yang berlaku di Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mengetahui seni dan budaya menurut Islam.
2. Mengetahui konsep pengembangan seni dan budaya dalam Islam.
3. Mengetahui kondisi perjudian di Indonesia.
4. Mengetahui hukum tentang perjudian.
5. Mengetahui hubungan antara seni dan budaya Islam dan perjudian di
Indonesia.
Penulisan karya tulis diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai topik utama karya tulis.
2. Meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai hubungan seni dan budaya
Islam dengan perjudian di Indonesia.
1.4 Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode kajian pustaka dari sumber-sumber
berikut:
1. Buku cetak.
2. Website.
3. Buku elektronik.
Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif deskriptif,
yaitu melakukan analisis secara deskriptif dengan data kualitatif.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
-
1.4 Metodologi Penelitian
BAB II ISI KEBUDAYAAN ISLAM
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup
2.2 Budaya dan Seni dalam Islam
2.3 Konsep Pengembangan Seni dan Budaya dalam Islam
BAB III ISI PERJUDIAN DI INDONESIA
3.1 Praktik Perjudian di Indonesia
3.2 Perjudian Menurut Hukum yang Berlaku di Indonesia
3.3 Perjudian Menurut Hukum Islam di Indonesia
3.4 Perjudian dalam Seni dan Budaya Islam
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
-
BAB II
ISI KEBUDAYAAN ISLAM
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup
Kata budaya merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang berarti
hasil yang diperoleh dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih luas kebudayaan
mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat istiadat, dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
2. Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati dan diobservasi.
3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang saling
berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan, sebagai
hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
Kebudayaan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam disebut kebudayaan
Islam. Dalam ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus melalui
bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan
Rasul-Nya. Akal manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan/keburukan,
karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal manusia yang ternyata buruk
menurut agama; demikian sebaliknya.
Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni. Seni
berasal dari hasil karya manusia dan alamiah. Seni berusaha memberikan makna
yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan bersifat
universal; tidak terikat oleh selera individu, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan, atau lokal.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai
agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis,
ukir, suara, tari, dan lain-lain.
-
Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam berperan sebagai
syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya berkembang dengan nilai-nilai
Islam di dalamnya.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya;
selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam menjadi
sesuatu yang bermanfaat. Dengan demikian, Islam berperan sebagai pendorong
manusia untuk berbudaya. Islam meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa kebudayaan berasal dari agama.
Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di
bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi. Semua itu
diilhami oleh ayat-ayat Alquran dan sunnah. Nilai kebudayaan Islam yang harus
dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah, bekerja secara professional,
mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan,
mengutamakan kemaslahatan umum, berpikir rasional, dan bersikap objektif.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai
agama. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, maka seni tersebut telah
menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.
2.2 Budaya dan Seni dalam Islam
Perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Islam antara lain:
1. Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua
ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
3. Manusia diberi potensi yang lebih dibanding makhluk lainnya.
4. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia, baik tanah, air,
angin, tumbuhan dan hewan.
5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta
pertanggung jawabannya kelak.
Dengan berbagai kelebihan dan fasilitas yang diberikan oleh Allah kepada
manusia, beserta tanggung jawab atas semua itu, manusia melahirkan berbagai ide
dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan berkarya. Dan pada puncaknya,
-
manusia akan menghasilkan apa yang disebut dengan kebudayaan. Prinsip-prinsip
yang diperlukan untuk menghasilkan kebudayaan yang Islami antara lain:
1. Dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah.
2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan
penghuninya.
4. Pengembangan ide, perbuatan dan karya, dituntut sesuai kemampuan
maksimal manusia.
5. Keseimbangan individu, sosial dan anatara makhluk lain dengan alam
merupakan cita tertinggi dari kebudayaan.
Prinsip kebudayaan dalam Islam adalah suatu di antara dua alternatif.
Sepanjang sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model yaitu
membangun atau merusak. Kedua model itu hidup dan berkembang dan
saling bergantian (Al-Anbiya : 104). Selain itu prinsip kebudayaan dalam
pandangan Islam adalah adanya ruh (jiwa) di dalamnya dan ruh itu tidak lain
adalah wahyu Allah (Al-Quran menurut Sunnah Rasul-Nya), seperti yang telah di
nyatakan oleh surat Asy-Syuraa : 52-53. Jika ruh kebudayaan adalah wahyu Allah,
maka kebudayaan bergerak ke arah kemajuan atau membangun. Dan sebaliknya
jika ruh kebudayaan bukan berasal dari wahyu Allah maka arah kebudayaan akan
merusak.
2.3 Konsep Pengembangan Seni dan Budaya dalam Islam
Dalam kaidah fiqih disebutkan "al adatu muhakkamatun" artinya bahwa
adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya
manusia mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum dan tidak bertentangan
dengan Islam. Ketika terdapat kebudayaan yang bertentangan dengan Islam, maka
kebudayaan itu harus dihindari, seperti ngaben di Bali yang mengandung unsur-
unsur syirik.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya. Seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang yang kemudian dapat
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni yang lepas dari nilai-nilai
keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu, bukan akal dan budi.
-
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang istimewa, hamper
seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Tetapi seni di dalam Islam
harus diarahkan kepada hal yang positif, menimbulkan budi pekerti, sopan santun,
tidak mengarah ke hal yang negative, seperti menimbulkan syahwat dan
kemungkaran. Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung unsur
seni, seperti pada pakaian, tutur kata, kendaraan, perumahan, alat-alat rumah
tangga, alat tulis, dan lain sebagainya.
Karya seni bagi umat Islam dapat ditunjukkan dengan bentuk bangunan
yang indah, seperti istana raja seni tari, seni rabana dulunya, masjid, menara,
kubah, dan lain-lain. Ada juga yang mewujudkan dengan seni lukis, seperti
lukisan keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah, dan gambar-
gambar. Ada pula yang berbentuk dalam seni musik.
Islam selalu memiliki batasan-batasan tertentu untuk mengatur umatnya
agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki Islam adalah seni
yang dapat mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti
menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain sebagainya.
-
BAB III
ISI PERJUDIAN DI INDONESIA
3.1 Praktik Perjudian di Indonesia
Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu
pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan
menjadi pemenang. Perjudian di Indonesia sudah ada sejak jaman dulu, dalam
cerita Mahabarata dapat diketahui bahwa Pandawa kalah dalam permainan judi
melawan Kurawa sehingga kehilangan kerajaan dan diasingkan ke hutan selama
13 tahun. Permainan undian asal Eropa atau Belanda baru masuk Hindia Belanda
pada pertengahan abad ke-19. Pada era ini masih ada yang melakukan perjudian
di Indonesia dari permainan kartu, undian, hingga berjudi secara online.
Permainan kartu sangat mudah untuk terjadinya judi karena tidak butuh
banyak waktu untuk menentukan pemenangnya. Para pemain hanya perlu bermain
kartu sesuai dengan tipe permainan yang diinginkan seperti poker atau gaple dan
bertaruh sesuai yang disepakati. Bahkan ada tempat seperti kasino yang
melakukan judi dari permainan kartu. Setiap kalangan masyarakat dapat
melakukan judi dengan permainan kartu karena kartu seperti kartu remi mudah
terjangkau.
Pada perjudian dengan undian, peserta harus membeli sepotong tiket yang
diberi nomor. Nomor tiket-tiket akan ditarik secara acak dan nomor yang ditarik
adalah nomor pemenang. Pemegang tiket dengan nomor pemenang ini berhak atas
pengambilan hadiah tertentu. Judi dalam bentuk undian diterapkan dalam
beberapa acara resmi oleh beberapa pihak untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar seperti undian yang diterapkan oleh bank-bank.
Berjudi secara online banyak dilakukan di Indonesia karena proses
mendapatkan hasil judi mudah. Pemain hanya melakukan penyetoran uang dan
para bandar judi mengelola uang setoran tersebut maka seseorang dapat bertaruh
dalam jumlah berapa pun yang diinginkan. Ketika ada yang kalah dalam bertaruh
maka jumlah taruhan dikeluarkan dari saldo simpanan setoran. Banyak situs judi
online berada di Indonesia karena tempat judi di Indonesia sedikit sehingga
seseorang dapat melakukan judi melalui alat elektronik seperti laptop.
-
Perjudian di Indonesia sekarang ini masih ada dan dilakukan dengan
berbagai cara. Perjudian dapat menghasilkan banyak uang sehingga tidak sedikit
orang yang ingin melakukannya sampai menang. Berjudi di Indonesia dapat
dilakukan melalui permainan kartu, undian dan dalam bentuk apa pun ketika ada
yang bertaruh. Bentuk hasil judi untuk pemenang tidak hanya dapat berupa uang
tetapi berupa barang dan tindakan.
3.2 Perjudian Menurut Hukum yang Berlaku di Indonesia
Definisi dari permainan yang digolongkan sebagai judi diatur dalam Pasal
303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP):
Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana
pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada
peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih
mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara
mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala
pertaruhan lainnya.
Permainan judi mengandung unsur keuntungan yang bergantung pada
peruntungan atau kemahiran pemain. Selain itu, unsur pertaruhan terlibat dalam
permainan judi.
Pasal 2 ayat (1) UU. No.7 1974 hanya mengubah ancaman hukuman pasal
303 ayat (1) KUHP dari 8 bulan penjara atau denda setinggi-tingginya 90.000
rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda sebanyak-
banyaknya 25 juta rupiah. Pasal 303 ayat (1)-1 Bis KUHP dan pasal 303 ayat (1)-
2 Bis KUHP memperberat ancaman hukuman bagi mereka yang mempergunakan
kesempatan, serta turut serta main judi, diperberat menjadi 4 tahun penjara atau
denda setinggi-tingginya 10 juta rupiah dan ayat (2)-nya penjatuhan hukuman
bagi mereka yang pernah dihukum penjara berjudi selama-lamanya 6 tahun atau
denda setinggi-tingginya 15 juta rupiah.
Secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala bentuk judi telah
dilarang dengan tegas dalam undang-undang, namun praktik perjudian
diperbolehkan jika ada izin dari pemerintah.
-
Secara hukum orang yang dapat dihukum ialah :
1) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) yang mengadakan atau
memberi kesempatan main judi sebagai mata pencahariannya, dan juga
bagi mereka yang turut campur dalam perjudian (sebagai bagian
penyelenggara judi) atau juga sebagai pemain judi; tidak perlu ditempat
umum, walaupun tersembunyi, dan tertutup dapat dihukum;
2) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) sengaja mengadakan atau
memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, tidak disyaratkan
sebagai mata pencaharian, asal ditempat umum yang dapat dikunjungi
orang banyak/umum. Pengecualian jika memiliki izin dari pemerintah;
3) Orang yang mata pencahariannya dari judi dapat dihukum;
4) orang yang hanya ikut pada permainan judi yang bukan sebagai mata
pencaharian juga tetap dapat dihukum. (vide, pasal 303 bis KUHP).
Jika mengacu pada Peraturan Pemerintah, pasal 1 PPRI No.9 tahun 1981
yang melarang memberikan izin terhadap segala bentuk perjudian, baik dalam
bentuk judi yang diselenggarakan di kasino, di keramaian maupun dikaitkan
dengan alasan lain, yang jika dikaitkan lagi dengan isi pasal 2 dari PPRI No.9
tahun 1981 yang intinya menghapuskan semua peraturan perundang-undangan
yang bertentangan dengan pasal 1 PPRI No.9 tahun 1981, khususnya yang
memberikan izin terhadap segala bentuk perjudian. Hal ini mengakibatkan
pembatalan pasal 303 ayat (1) dan/atau pasal 303 bis KUHP.
Terdapat peraturan yang saling bertentangan, yaitu UU No.7 tahun 1974
Jo. pasal 303 KUHP yang mengatur tentang izin judi oleh yang berwenang, disisi
lain bertentangan dengan aturan pelaksanaannya, yaitu PPRI No.9 tahun 1981,
yang melarang perjudian dengan segala bentuknya. Memang secara azas teori
hukum, PPRI No.9 tahun 1981 batal demi hukum karena bertentangan dengan
peraturan yang di atasnya.
Kepolisian hanya dapat menindak perjudian yang tidak memiliki izin,
walaupun judi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai seluruh agama yang dianut.
Guna menghindari adanya tindakan anarkisme dari kalangan ormas keagamaan
terhadap maraknya praktik perjuadian yang ada, maka sudah seharusnya
Pemerintah bersama DPR tanggap dan segera membuat perangkat peraturan
-
perundang-undangan yang mengatur tentang larangan praktik perjudian yang
lebih tegas. Khususnya larangan pemberian izin judi di tempat umum atau di kota-
kota dan di tempat-tempat pemukiman penduduk, agar Pancasila dan masyarakat
yang relijius tetap terjaga.
3.3 Perjudian Menurut Hukum Islam
Dalam Al-Qur'an, kata maysir disebutkan sabanyak tiga kali, yaitu dalam
surat Al-Baqara (2) ayat 219, surat Al-M`ida (5) ayat 90 dan ayat 91. Ketiga
ayat ini menyebutkan beberapa kebiasaan buruk yang berkembang pada masa
jahiliyah, yaitu khamar, al-maysir, al-anshb (berkorban untuk berhala), dan al-
azlm (mengundi nasib dengan menggunakan panah).
Penjelasan tersebut dilakukan dengan menggunakan jumlah khabariyyah
dan jumlah insya`iyyah. Dengan penjelasan tersebut, sekaligus Al-Qur'an
sesungguhnya menetapkan hokum bagi perbuatan-perbuatan yang dijelaskan itu.
Di dalam surat al-Baqara (2) ayat 219 disebutkan sebagai berikut:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya."
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
Sehubungan dengan judi, ayat ini merupakan ayat pertama yang diturunkan
untuk menjelaskan keberadaannya secara hukum dalam pandangan Islam. Setelah
ayat ini, menurut Al-Qurthubiy kemudian diturunkan ayat yang terdapat di dalam
surat Al-Ma'idah ayat 91 (tentang khamar ayat ini merupakan penjelasan ketiga
setelah surat An-Nisa ayat 43). Terakhir Allah menegaskan pelarangan judi dan
khamar dalam surat al-Ma'idah ayat 90.
Al-Thabariy menjelaskan bahwa "dosa besar" ( tapadret gnay (
pada judi yang dimaksud ayat di atas adalah perbuatan judi atau taruhan yang
dilakukan seseorang akan menghalangi yang hak dan, konsekwensinya, ia
-
melakukan kezaliman terhadap diri, harta dan keluarganya atau terhadap harta,
keluarga dan orang lain.
Kezaliman yang dilakukannya terhadap dirinya adalah penurunan kualitas
keberagamaannya, dengan kelalaiannya dari mengingat Allah dan shalat.
Sedangkan kezaliman terhadap orang lain adalah membuka peluang terjadinya
permusuhan dan perpecahan. Sementara keuntungan yang ditumbulkan dari
perjudian itu hanya terbatas pada keuntungan material, kalau ia menang.
Di dalam surat al-M`ida (5) ayat 90 dan ayat 91 Allah berfirman sebagai
berikut:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Asbb al-nuzl ayat ini, seperti diceritakan oleh Thabariy Umar berdoa
"Ya Allah jelaskan buat kami tentang hukum khamar sejelas-jelasnya".
Sehubungan dengan itu diturunkanlah ayat yang terdapat dalam surat Al-
Baqarah ayat 219 ( ...). Setelah ayat itu turun, 'Umar
masih berdoa agar Allah menjelaskan hukum khamar tersebut. Kemudian
turunlah ayat yang terdapat dalam surat al-Nisa` ayat 43
( ...).
Setelah ayat itu turun, Nabi menegaskan bahwa dilarang shalat orang
yang sedang mabuk. Saat itu 'Umar masih berdoa agar Allah menjelaskan
hukum khamar. Kemudian turunlah ayat dalam surat Al-Ma'idah
-
( ...). Ketika 'Umar mendengar ujung ayat itu
( ), ia berkata kami berhenti, kami berhenti ( ).
Dengan memperhatikan unsur-unsur pengharaman yang terdapat
dalam judi, akan dijelaskan di bawah, dapat dipahami dan mestinya
pengharaman judi harus lebih tegas dan lebih keras dibanding pengharaman
khamar (dan riba).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dosa ( )
adalah perbuatan salah yang berhubungan langsung atau berakibat pada
pelakunya sendiri ( ). Sebagai lawannya
adalah al-bagy ( ), yaitu perbuatan salah yang memberikan akibat
(buruk) kepada orang orang lain atau orang banyak banyak
( ). Dalam konteks judi, menurut Al-Alusiy kata tersebut
berarti "penghalang dan jauh dari rasa ada (cukup)"
( ). Sedang kata rijs ( ) yang terdapat dalam ayat
di atas secara syara', seperti disebutkan Al-Syarbayniy, memiliki arti "najis
yang secara ijma' mesti dihindari" ( ). Tapi menurut
al-Thabariy, kata tersebut, yang juga bisa dibaca atau ditulis dengan ,
berarti azab ( ).
Kata rijs ternyata juga digunakan Al-Qur'an untuk patung, yaitu
terdapat surat Al-Hajj ayat 30 (... ...). Seperti
dikatakan Zamakhsyariy, tabiat dasar manusia adalah menghindari dan
menjauhi sesuatu yang disebut keji ( ),
dan kekejian yang paling keji dalam pandangan agama adalah menyembah
berhala. Dengan penyamaan itu, maka seharusnya para pelaku judi menjauhi
perbuatan tersebut sama seperti menjauhi perbuatan menyembah berhala.
Lafal yang terdapat di dalam ayat itu, yang secara bahasa
berarti jauhilah ( ), merupakan perintah Allah untuk menjauhi
perbuatan-perbuatan yang disebutkan sebelumnya. Penggunaan lafal
perintah untuk menjauhi itu sendiri memberikan konsekwensi bahwa
perbuatan yang disuruh jauhi itu adalah perbuatan yang status hukumnya
adalah haram. Malah, penggunaan lafal yang mengandung larangan dan
-
ancaman ini memberikan konsekwensi bahwa perbuatan itu merupakan
perbuatan yang keharamannya sangat kuat.
Berdasarkan ketiga ayat itu, ulama fikih sependapat menetapkan
bahwa al-maysiritu haram hukumnya. Akan tetapi, mereka berlainan
pendapat mengenai ayat yang mengharamkannya. Abu Bakar al-
Jashshas berpendapat bahwa keharaman Al-maysirini dipahami dari surat al-
Baqara (2) ayat 219. Dua ayat lainnya, yang terdapat dalam suratal-M`ida
(5), hanya memberikan pennjelasan tambahan bahwa al-maysir itu adalah
salah satu perbuatan kotor yang hanya dilakukan oleh setan dan
menumbuhkan beberapa dampak negatif, seperti permusuhan, saling
membenci, serta kelalaian dari perbuatan mengingat Allah, serta melalaikan
dari ibadah shalat. Menurutnya, dengan surat al-Baqara (2) ayat 219 saja
sudah memadai untuk mengharamkan khamar; walau ayat lain tidak
diturunkan untuk menjelaskan hal sama.
Karena di dalam ayat itu disebutkan bahwa al-maysir sebagai salah
satu dosa besar dan setiap dosa besar itu hukumnya haram. Sebagai sebuah
dosa besar, sudah barang tentu permainan judi termasuk dalam kategori
perbuatan yang keji. Sementara pengharaman terhadap perbuatan yang keji
itu juga disebutkan Allah dalam surat al-A'raf ayat 33 berikut:
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang
keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui."
Sedang Imam al-Qurthubiy dan Imam al-Syawkaniy berpendapat
bahwa hokum al-maysir itu baru jelas keharamannya setelah turunnya surat
al-M`ida (5) ayat 90-91. Menurut mereka, surat al-Baqara (2) ayat 219
merupakan tahap awal pelarangan al-maysir sebagai dosa besar dan juga
-
mengandung beberapa manfaat bagi manusia. Dengan pendapat seperti ini,
sesungguhnya al-Qurthubiy dan al-Syawkaniy mengikuti alur pikir bahwa
pengharaman judi itu dilakukan secara bertahap, melalui tiga ayat yang
berbeda, bukan sekaligus dalam satu ayat.
Ibnu Taymiyyah menegaskan bahwa dengan turunnya ayat yang
mengatakan bahwa judi itu adalah najis dan termasuk perbuatan setan, maka
haramlah segala jenis judi, baik yang dikenal bangsa Arab pada waktu itu
maupun yang tidak mereka kenal.
Keharamannya disepakati oleh semua kaum muslimin, termasuk juga
keharaman permainan lain, baik yang menggunakan taruhan maupun yang
tidak memakai taruhan ( ), seperti permainan catur, kartu,
dan sebagainya, karena lafal maysir mencakup semua jenis permainan
seperti itu.
3.4 Perjudian dalam Seni dan Budaya Islam
Perjudian merupakan aktivitas yang dilarang dalam agama Islam.
Perjudian bertentangan dengan nilai budaya Islam seperti ikhlas, bekerja secara
profesional, mengutamakan kemaslahatan umum, dan kejujuran.
Ikhlas memberi manfaat untuk kehidupan manusia karena dengan ikhlas
seseorang dapat bekerja tanpa ada beban. Perjudian tidak menerapkan rasa ikhlas
karena banyak orang merasa terbebani harus mempertaruhkan barang atau uang
agar menghasilkan barang atau uang yang lebih. Seseorang yang bekerja secara
ikhlas dapat meyenangkan berbagai kelompok ahkan diri sendiri.
Islam mengajarkan untuk bekerja secara professional dan memilliki etos
kerja yang tinggi, tetapi dengan mengikuti judi manusia tidak dapat bekerja secara
keras karena hanya mengandalkan keberuntungan. Dalam al-Quran dan Hadis
Rasulullah s.a.w banyak menyebutkan agar manusia lebih baik beretos kerja yang
tinggi dan mengarahkan pada profesionalisme.
Kejujuran adalah perilaku terpuji dan jika tidak dikembangkan, maka akan
menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Perjudian tidak
melatih kejujuran karena dalam judi terdapat banyak strategi yang licik sehingga
seseorang akan melakukan apa pun agar menjadi pemenang. Meraih kesuksesan
-
harusnya dilakukan secara jujur karena tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan
satu kelompok dan kelompok lainnya.
Mengutamakan kemaslahatan umum meningkatkan harkat dan martabat
manusia untuk melestarikan kehidupan alam semesta yang merupakan nilai
budaya Islam yang tidak terdapat pada perjudian. Perjudian tidak menimbulkan
dampak positif unutk lingkungan masyarakat karena merugikan berbagai
kelompok.
Islam mendukung kesenian selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama dan apabila bertentangan dengan ajaran agama maka dilarang secara keras.
Perjudian tidak memiliki nilai budaya Islam yang baik karena lebih banyak
memberikan kerugian untuk lingkungan sehingga seharusnya manusia tidak
melakukan judi dan melakukan hal lain yang baik seperti bekerja dengan usaha
dan kerja keras.
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Islam mendukung kesenian selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama dan apabila bertentangan dengan ajaran agama maka dilarang secara keras.
Perjudian tidak memiliki nilai budaya Islam yang baik karena lebih banyak
memberikan kerugian untuk lingkungan sehingga seharusnya manusia tidak
melakukan judi dan melakukan hal lain yang baik seperti bekerja dengan usaha
dan kerja keras.
Perjudian di Indonesia sekarang ini masih ada dan dilakukan dengan
berbagai cara. Perjudian dapat menghasilkan banyak uang sehingga tidak sedikit
orang Indonesia yang ingin melakukannya sampai menang.
Terdapat peraturan yang saling bertentangan menyebabkan lemahnya
penegakan hukum tentang berjudi di Indonesia. Terdapat pasal-pasal yang
melarang adanya perjudian, namun ada beberapa pasal yang memungkinkan
dizinkannya praktek perjudian, sehingga kepolisian hanya dapat menindak
perjudian yang tidak memiliki izin, walaupun judi tersebut bertentangan dengan
nilai-nilai seluruh agama yang dianut.
Perjudian merupakan aktivitas yang dilarang dalam agama Islam.
Perjudian bertentangan dengan nilai budaya Islam seperti ikhlas, bekerja secara
profesional, mengutamakan kemaslahatan umum, dan kejujuran.
Dalam Al-Qur'an, kata maysir (judi) disebutkan sabanyak tiga kali,
yaitu dalam surat Al-Baqara (2) ayat 219, surat Al-M`ida (5) ayat 90 dan
ayat 91. Ketiga ayat ini menyebutkan al-maysir (mengundi nasib dengan
menggunakan panah) adalah perbuatan yang termasuk dosa besar sehingga
hukum melakukannya adalah haram, termasuk juga keharaman permainan-
permainan judi (yang mengundi nasib), baik yang menggunakan taruhan
maupun yang tidak memakai taruhan, seperti permainan catur, kartu, dan
sebagainya, karena lafal Al-Maysir mencakup semua jenis permainan seperti
itu.
-
4.2 Saran
Islam sudah menjelaskan tentang perjudian yang hukumnya adalaah haram
dan akan mendapat dosa yang besar. Namun hokum di Indonesia tentang berrjudi
masih perlu diperjelas lagi mengenai aturan-aturan dan undang-undang tentang
berjudi.
Berjudi dapat menimbulkan banyak efek yang buruk dan merugikan diri
sendiri dan masyarrakat sekitar. Untuk menghentikan perjudian di Indonesia dapat
dilakukan dengan mengedukasi dan memberi pelajaran kepada masyarakat mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa bahwa berjudi akan menimbulkan kerugian
dan efek yang buruk. Selain itu, harus ada hukum dan aturan yang jelas mengenai
perjudian sehingga orang yang melakukan judi akan jera dan tidak mengulagi
perbuatannya kembali.
-
DAFTAR PUSTAKA
Hifni Bik, A., Laksono, D., Anggarwarti, E. S. B., Fakhriyana, I., Tyas,
Ismi A., Hidayanti, T. Agama Islam, Seni, Budaya, IPTEK, dan Filsafat.
2012. Depok: Universitas Indonesia.
https://imammorati23.wordpress.com/2011/05/16/konsep-pengembangan-
budaya-dan-seni-menurut-islam/
http://www.slideshare.net/dwilaksonoabdhillah/agama-islam-seni-budaya-
iptek-dan-filasafat-mpk-agama
Menjadi Cendekiawan Muslim; DR KH Zakky Mubarak, MA
Makalah Agama Kebudayaan dan Seni Islam. Humaira Hana. [website:
http://humairahanads.blogspot.com/2012/11/makalah-agama-kebudayaan-
dan-seni-islam.html]
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia