makalah penanaman tradisi islam

download makalah penanaman tradisi islam

of 90

description

dengan makalah ini semoga bisa membantu kawan kawan semua

Transcript of makalah penanaman tradisi islam

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan Islam sebagaimana halnya pendidikan lain, memainkan

    peranan penting dalam menyiapkan aset bangsa yang terdidik, berprilaku dan

    berkepribadian yang baik. Namun pada sisi lain, pendidikan Islam memiliki

    karakteristik fundamental yang membedakannya dari bentuk pendidikan

    lainya, bahwa pendidikan Islam adalah bentuk pendidikan yang dilaksanakan

    atas dasar keagamaan dan bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan keagamaan.1

    Pondok Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya lembaga

    pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga

    memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan,

    kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul

    budaya, maka itulah pondok pesantren.2 Pesantren memiliki sistem pengajaran

    Islam tradisional disebut sistem sorogan. Metode utama sistem pengajaran di

    lingkungan pesantren ialah sistem bandongan ini disebut halaqah yang arti

    bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar di bawah

    bimbingan seorang guru.3

    1 Afifudin Harisah, Keimanan Kepada Malaikat, Kependidikan Islam, Vol.2, No.1,

    (Juli, 2004), 73. 2 M. Dian Nafi, dkk., Praktis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi

    Aksara, 2007), 11. 3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: Penerbit LP3ES, 1994), 28.

  • Menurut Bahri Ghazali di dalam bukunya Pesantren Berwawasan

    Lingkungan mengatakan bahwa Pondok Pesantren memiliki tiga tipe di

    antaranya: Pondok Pesantren komprehensif, yaitu sistem pendidikan dan

    pengajaran gabungan antara yang tradisional dan modern. Artinya di

    dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode

    sorogan, bandongan, wektonan, namun secara regular sistem persekolahan

    terus dikembangkan.4 Jadi, jelaslah bahwa Pesantren di masa sekarang lebih

    mengkristal dalam sistem pengajaran dengan adanya lembaga-lembaga

    pendidikan yang dibawahinya berupa sekolah maupun madrasah.

    Madrasah merupakan ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan

    proses pendidikan Islam. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh

    dan berkembang dari tradisi pendidikan agama dalam masyarakat, memiliki

    arti penting sehingga keberadaannya terus diperjuangkan. Tujuan madrasah

    adalah untuk menanamkan keimanan kepada peserta didik, menumbuhkan

    semangat dan sikap untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam rangka

    membangun, memupuk sikap toleransi di antara sesama pemeluk agama

    dengan cara saling memahami misi luhur masing-masing agama.5 Dalam

    istilah sekarang lebih disebut dengan madrasah diniyah yang memiliki

    pengertian kumpulan orang yang belajar ilmu agama.

    Untuk mencapai tujuan madrasah tersebut diperlukan sebuah proses

    pengajaran terhadap anak didik, karena pengajaran sendiri merupakan salah

    4 Bahri, M. Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: CV. Prasasti, 2003),

    15. 5 Zulkarnain, Transformasi Nila-Nilai Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2008), 30-31.

  • satu sarana di antara sarana-sarana pendidikan dan hanya khusus

    menyampaikan ilmu pengetahuan ke dalam pikiran dan mengisi ingatan-

    ingatan anak dengan masalah-masalah seni dan ilmu pengetahuan. Sarana-

    sarana pengajaran itu ada tiga, yaitu: guru, murid, dan ilmu pengetahuan

    (materi pelajaran).

    Guru ialah perantara dua sarana yang lainya. Dialah yang memilih dari

    berbagai ilmu pengetahuan itu, kadar yang lazim dan sesuai dengan murid,

    maka tugasnya meliputi mempelajari kejiwaan murid dan memiliki

    pengetahuan yang sempurna/lengkap tentang ilmu-ilmu mengajar, terutama

    yang akan diajarkan kepada muridnya, sehingga mudah menyampaikannya

    kepada murid secara berurut, sistematis, serasi, dan berkaitan satu sama

    lainnya.6

    Pengajaran iman kepada Rasul melalui pelajaran Aqidah, bahannya

    diatur sesuai urutan penjenjangan kitab. Penjenjangannya itu diterapkan secara

    turun-temurun membentuk tradisi kurikuler yang terlihat dari segi standar-

    standar isi, kualifikasi pengajar, dan santri lulusannya. Pelajaran Aqdat

    dimulai dari Aqdat al-Awm, al-Jawhir al-Islmiyah, al-Hushn al-

    Hamdiyah, dan jika berlanjut sampai ke Maqlat al-Islmiyyn.7 Catatan itu

    hanya untuk menunjukkan salah satu paket yang diterapkan kebanyakan

    pesantren mengenai menggunakan pelajaran itu atau tidak tergantung

    pesantren masing-masing.

    6 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1981), 66-67. 7 Nafi, Praktis Pembelajaran Pesantren, 12.

  • Madarsah Diniyah kelas 2 l Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II

    Jenes Ponorogo menggunakan pelajaran Aqdat al-Awm. Dalam Aqdat al-

    Awm berisi materi mengenai rukun iman, yaitu suatu pengajaran yang

    menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan

    atau kepercayaan yang benar.8 Iman kepada Rasul merupakan kepercayaan

    yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan tidak bercampur syak

    dan ragu, serta memberi bagi pandangan hidup, tingkah laku, dan perbuatan

    pemiliknya sehari-hari.9

    Jadi lembaga pendidikan dalam hal ini dengan berbagai macam

    pengaruhnya, berperan untuk membantu anak, agar berkembang jasmaninya,

    akalnya, dan akhlaknya, dalam mengaplikasikan rukun iman yang ke 4, yaitu

    iman kepada Rasul dalam kehidupan sehari-hari. Islam juga menuntut manusia

    untuk iman kepada Rasul karena Rasul juga manusia sama dalam hal sifat dan

    pekertinya yang bertugas menyampaikan risalah Tuhan. Karena itu mudah

    menerima pelajaran dari mereka, dapat kata-kata dan perbuatannya ditiru dan

    diteladan.10

    Bedanya mereka dianugerahi semacam keistimewaan, dan layak untuk

    menerima wahyu langsung dari Allah dan diwajibkan untuk menyampaikan

    kepada manusia serta memimpin mereka dalam menyesuaikan diri dalam

    kehidupan dan perbuatanya dengan wahyu Ilhi.

    8 Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,

    2004),1. 9 Muhammad Chirzin, Konsep dan Hikmah Aqidah Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    1997), 13. 10 Syeikh Mahmud Syaltut, Aqidah dan Syariah Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), 27.

  • Jelaslah bahwa iman kepada Rasul merupakan landasan hidup dengan

    segala aspeknya. Jadi, suatu pengajaran iman kepada Rasul menjadi suatu hal

    yang sangat urgen bagi tiap individu sebagai bekal hidupnya.

    Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, di Madrasah Diniyah

    Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo saat kegiatan belajar

    mengajar Aqdat al-Awm kelas 2 l berlangsung masih banyak

    kekurangan. Di antaranya siswa ada yang mengantuk, ramai, melamun, dan

    malu bertanya. Hal ini mengakibatkan siswa sulit menjelaskan kembali

    (mereview) pelajaran yang baru disampaikan padahal materi Aqdat al-Awm

    mengenai iman kepada Rasul membutuhkan pemahaman lebih karena iman

    harus ada pengaplikasian langsung dalam kehidupan sehari-hari siswa

    sehingga tercermin dalam tingkah laku siswa. Ada beberapa hal yang

    menyebabkan kegiatan pengajaran iman kepada Rasul melalui pelajaran

    Aqdat al-Awm kelas 2 l menghadapi kendala, antara lain: kurangnya

    guru dalam memberi motivasi kepada siswa, kondisi kelas yang kurang

    kondusif, minimnya berbagai sarana prasarana11

    Kendala-kendala tersebut menyebabkan hasil yang dicapai siswa tidak

    maksimal padahal pengajaran beserta komponen-komponenya merupakan

    salah satu unsur penting dalam pendidikan karena memang sebagai proses

    untuk mencapai tujuan yang ada.

    Dalam survey pendahuluan yang peneliti lakukan, peneliti menemukan

    hal yang menarik untuk diteliti, bagaimana peran guru dalam penanaman iman

    11 Hasil Observasi di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes

    Ponorogo Sabtu, 8 Juni 2009 pukul 19.00.

  • kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l di Madrasah

    Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo? Apa faktor

    pendukung dan penghambat penanaman iman kepada Rasul melalui

    pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l di Madrasah Diniyah Hidayatul

    Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo? Bagaimana dampak penanaman

    Iman kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat al-Awm terhadap siswa kelas

    2 l di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes

    Ponorogo? Berdasarkan masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian

    dengan judul Peran Guru Dalam Penanaman Iman Kepada Rasul Melalui

    Pengajaran Aqdat al-Awm Kelas 2 l (Studi Kasus Di Madrasah

    Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo).

    B. Fokus Penelitian

    Dalam penelitian ini, perlu adannya fokus penelitian karena

    terbatasnya waktu dan sarana-prasana, maka dalam hal ini peneliti

    menfokuskan masalah pada peran guru dalam penanaman iman kepada Rasul

    melalui pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l di Madrasah Diniyah

    Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo, apa faktor pendukung

    dan penghambat penanaman iman kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat

    al-Awm kelas 2 l di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul

    Muna II Jenes Ponorogo, bagaimana dampak penanaman iman kepada Rasul

    melalui pengajaran Aqdat al-Awm terhadap siswa kelas 2 l di Madrasah

    Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo.

  • C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka

    permasalahan yang perlu dirumuskan adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana peran guru dalam penanaman iman kepada Rasul melalui

    pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l di Madrasah Diniyah Hidayatul

    Mubtadiat di Ponpes Hudatul Muna II Jenes Ponorogo?

    2. Apa faktor pendukung dan penghambat penanaman iman kepada Rasul

    melalui pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l di Madrasah Diniyah

    Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo?

    3. Bagaimana dampak penanaman iman kepada Rasul melalui pengajaran

    Aqdat al-Awm terhadap siswa kelas 2 l di Madrasah Diniyah

    Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo?

    D. Tujuan Penelitian

    Setelah dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

    bertujuan:

    1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan peran guru dalam penanaman

    iman kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l di

    Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat di Ponpes Hudatul Muna II Jenes

    Ponorogo.

    2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan

    penghambat penanaman iman kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat al-

  • Awm kelas 2 l di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul

    Muna II Jenes Ponorogo.

    3. Untuk mendiskripsikan dampak penanaman Iman kepada Rasul melalui

    pengajaran Aqdat al-Awm trehadap siswa kelas 2 l di Madrasah

    Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo.

    E. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penulis dan

    pembaca yaitu:

    1. Manfaat Teoritis

    Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    untuk pengembangan khazanah keilmuan khususnya dalam pendidikan

    Islam yang dapat diterapkan di tengah-tengah masyarakat.

    2. Manfaat Praktsis

    a. Bagi Madrasah

    Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan pendorong dalam

    usaha peningkatan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tersebut,

    serta untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam

    pengambilan kebijakan.

    b. Bagi Astidz

    Diharapkan menjadi masukan bagi astidz agar dapat

    menjalankan tugasnya dengan baik, yang berkaitan dengan KBM,

  • sehingga dapat mengantarkan peserta didik dalam pengembangan

    profesi yang dimiliki.

    c. Bagi Peneliti

    Penelitian ini selain secara formal sebagai syarat menempuh

    Sarjana Strata 1, juga untuk mengembangkan intelektual yang

    diperoleh selama ini.

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian dengan

    pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting)

    sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari

    pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara

    analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.12

    Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah studi kasus penelitian

    lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas

    dalam penelitian kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti

    berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu

    fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal ini terkait erat dengan

    pengamatan peran serta peneliti lapangan biasanya membuat catatan

    12 Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam lexy j. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 3.

  • lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan

    dianalisis dalam berbagai cara.13

    2. Kehadiran Peneliti

    Dalam penelitian kualitatif keikutsertaan peneliti sangat

    menentukan dalam pengumpulan data. Selain itu dalam penelitian

    kualitatif kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlakukan karena

    peneliti bertindak sebagai intrumen kunci, partisipan penulis sebagai aktor

    sekaligus pengumpul data sedangkan yang lain sebagai penunjang.

    3. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian tersebut adalah tempat di mana Madrasah

    Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo berada dan

    sekaligus menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai lembaga

    pendidikan.

    Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada tangal 31 Februari

    2009, lokasi Ponpes Hudatul Muna II Jenes Ponorogo berada di jalan Yos

    Sudarso B2 Jenes Broto Negaran yang tepatnya :

    a. Sebelah Barat = Perkampungan penduduk Jenes Ponorogo.

    b. Sebelah Timur = Pondok Hudatul Muna I Jenes Ponorogo.

    c. Sebelah Utara = Jembatan (sungai)

    d. Sebelah Selatan = SMA Negeri 3 Ponorogo.

    13 Ibid., 26.

  • 4. Sumber data

    Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan

    tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.

    Dengan demikian sumber data penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan

    sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis foto dan

    statistik adalah sebagai sumber data tambahan.14

    Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat

    diperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan

    datanya, maka sumber data tersebut responden, yaitu orang yang merespon

    atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan-

    pertanyaan tertulis maupun lisan.15

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi

    wawancara, observasi, dan dokumentasi sebab bagi peneliti kualitatif

    fenomenal dapat dimengerti maknanya secara baik. Apabila dilakukan

    interaksi dengan subjek melalui wawancara mendalam dan diobservasi

    pada latar belakang, di mana fenomena tersebut berlangsung dan di

    samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang

    bahan yang ditulis oleh atau tentang subjek).

    a. Teknik Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

    Maksud digunakannya wawancara antara lain adalah (1)

    14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 204. 15 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 135.

  • Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

    perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (2)

    Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang telah

    diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang, (3)

    Memproyeksikan kebutuhan-kebutuhan sebagai yang telah diharapkan

    untuk dialami pada masa yang akan datang, (4) Memverifikasi,

    mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang, baik

    manusia maupun bukan manusia, (5) Memverifikasi, mengubah dan

    memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai

    pengecekan anggota.16 Untuk mengetahui lebih dalam tentang peran

    guru dalam menyusun pengajaran iman kepada Rasul melalui

    pelajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l, peneliti melakukan

    wawancara dengan guru tentang sistem pembelajaran dan sarana

    prasarana. Hasil wawancara dari informan tersebut ditulis lengkap

    dengan kode-kode dalam transkip wawancara. Tulisan lengkap dari

    wawancara ini dinamakan transkip wawancara.

    b. Teknik Observasi

    Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatat secara

    sistematik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian.

    Pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau

    berlangsungnya peristiwa yang diselidiki disebut observasi langsung.

    Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak

    16 Arikunto, Prosedur Penelitian, 80.

  • pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki,

    misalnya peristiwa tersebut diawali melalui film atau rangkaian foto.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang melakukan

    observasi agar penggunaan teknik ini dapat menghimpun data secara

    efektif berikut ini: (1) pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai

    obyek yang akan observasi, (2) pemahaman tujuan umum dan tujuan

    khusus penelitian, (3) penentuan cara dan alat yang digunakan dalam

    mencatat pengamatan data, (4) penentuan kategori pendapatan gejala

    yang diamati, (5) pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara

    cermat dikritisi, (6) pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara

    terpisah agar tidak saling mempengaruhi, (7) pemilikan pengetahuan

    dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil.17 Adapun data

    yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik ini adalah

    pelaksanaan proses balajar mengajar Aqdat al-Awm kelas 2 l,

    antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran dan selain itu

    observasi yang diamati adalah letak geografis Madrasah Diniyah

    Hidayatul Mubtabiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo.

    c. Teknik Dokumentasi

    Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

    dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman,

    sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau

    untuk individual dan organisasi dengan membuktikan adanya suatu

    17 Tim Penyusun Ka-Prodi Tarbiyah, Metode Penelitian (Ponorogo: STAIN Press, 2008),

    2.

  • peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan dokumen digunakan

    untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan

    secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian,

    catatan khusus foto-foto dan sebagainya.18 Dokumen artinya barang-

    barang tertulis seperti buku, peraturan-peraturan notulen dan

    sebagainya.

    6. Analisis Data

    Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

    bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat

    diinformasikan kepada orang lain. Analisa data dilakukan dengan

    mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan

    sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

    akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

    orang lain.

    Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

    analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

    terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan

    datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data

    reductioan, data display dan conclution.

    Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar I

    18 Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Ponorogo,

    54-55.

    Pengumpulan Data

    Penyajian Data

  • Gambar I

    Langkah-langkah Analisis

    Keterangan:

    a. Mereduksi data dalam konteks penelititan yang dimaksud adalah

    merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal

    yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah

    direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

    mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

    selanjutnya.

    b. Setelah data direduksi, maka langkah-langkah selanjutnya adalah

    mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang

    dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network

    dan chat. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data

    selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku

    yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

    Reduksi Data

    Kesimpulan

  • c. Langkah kegiatan dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini

    adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

    G. Pengecekan Keabsahan Data

    Keabsahan data merupakan konsep tentang yang diperbaharui dari

    konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).19 Derajat

    kepercayaan dan keabsahan data (kredibilitas data). Dapat diadakan

    pengecekan dengan teknik : (1) pengamatan yang tekun dan triangulasi.

    Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-

    unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

    sedang dicari. Ketentuan pengamatan ini dilakukan peneliti dengan cara: (a)

    mengadakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada

    hubunganya dengan paradigma belajar dan mengajar, (b) menelaahnya secara

    rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak

    salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang

    biasa.

    Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

    sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai

    teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode,

    penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik

    dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

    19 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 171.

  • kepercayaaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

    berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai peneliti dengan jalan:

    (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b)

    membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

    dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

    tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d)

    membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat

    dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,

    orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

    dokumen yang berkaitan.

    H. Tahapan-Tahapan Penelitian

    Tahapan-tahapan dalam penelitan ini ada 3 dan ditambah dengan tahap

    terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian, Tahap-

    tahap tersebut adalah:

    1. Tahap pra laporan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,

    memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai

    keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

    perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

    2. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dan

    persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil

    mengumpulkan data.

  • 3. Tahap analisa data, yang meliputi analisa selama dan setelah pengumpulan

    data.

    4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

    I. Sistematika Pembahasan

    Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab dan masing-masing

    bab saling berkaitan dan merupakan kesatuan yang utuh, yaitu:

    Bab I : Pendahuluan, pada bab diberikan penjelasan tentang gambaran umum

    penelitian. Sedang penyusunannya terdiri dari latar belakang

    masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis

    penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik

    pengumpulan data, teknik analisa data, dan yang terakhir sistematika

    pembahasan.

    Bab II : Landasan teori, bab ini berfungsi untuk mengetahui kerangka acuan

    teori yang dipergunakan sebagai landasan melakuklan penelitian

    yang terdiri dari tujuan pendidikan islam, pengertian peran guru,

    pengertian pengajaran, komponen-komponen pengajaran, pengertian

    iman kepada Rasul, materi pelajaran Aqdat al-Awm yaitu;

    pengertian, tujuan, ruang lingkup. Fungsi umum mata pelajaran

    Aqidah dan rambu-rambu mata pelajaran Aqidah. Di samping

    memanfaatkan teori yang relevan untuk menjelaskan fenomena pada

    situasi sosial.

  • Bab III : Temuan penelitian ini merupakan tentang penemuan penelitian di

    lapangan yang meliputi kondisi umum Madrasah Diniyah Hidayatul

    Mubtadiat, peran guru dalam penanaman iman kepada Rasul melalui

    pengajaran Aqdat al-Awm kelas 2 l, apa faktor pendukung dan

    penghambat penanaman iman kepada Rasul melalui pengajaran di

    Madrasah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes Ponorogo,

    Bagaimana dampak penanaman Iman kepada Rasul melalui

    pengajaran Aqdat al-Awm terhadap siswa kelas 2 l di

    Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes

    Ponorogo.

    Bab IV : Berisi analisis, bab ini menganalisis data peran guru dalam

    penanaman iman kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat al-Awm

    kelas 2 l di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul

    Muna II Jenes Ponorogo, faktor pendukung dan penghambat

    penanaman iman kepada Rasul melalui pengajaran Aqdat al-Awm

    kelas 2 l di Madrasah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II

    Jenes ponorogo, dampak penanaman Iman kepada Rasul melalui

    pengajaran Aqdat al-Awm terhadap siswa kelas 2 l di

    Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna II Jenes

    Ponorogo.

    Bab V : Penutup bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca

    yang mengambil intisari dari skripsi yang berisikan kesimpulan dan

    saran.

  • BAB II

    PERAN GURU DALAM PENANAMAN IMAN KEPADA RASUL

    MELALUI PENGAJARAN AQDAT AL-AWM

    A. Pengertian Peran Guru

    Menurut Amran peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus

    dilaksanakan.20

    Sedangkan menurut Wrightmen sebagaimana yang dikutip oleh Ozer

    Usman peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling

    berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu.21

    Selanjutnya menurutnya lagi peranan guru adalah terciptanya

    serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilaksanakan dalam suatu

    situasi tertentu, serta hubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan

    perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

    Guru adalah pemimpin di sekolah yang menjadi tempat mengabdikan

    ilmunya. Ia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak didiknya.22

    Tanggung jawab seorang guru mengajarkan kepada anak didiknya ilmu yang

    20 Amran, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Chaniago: TP. 1995), 449. 21 Wrightman, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (TK: TP, 1995), 231. 22 Muhamad Jameel Zeeno, Sabtu, 10 Januari 2009 22: 03: 18-Oleh: Admin, Menjadi

    Pendidik Teladan, http://www.cahaya-islam.com/index.php.?pilih=new&mod=yes&aksi=lihat&id =323. diakses 12 April 2009.

  • bermanfaat dan berguna seluas-luasnya bagi kepentingan seluruh umat

    manusia.23

    Menurut Abu Bakar Muhammad guru ialah perantara dua sarana yang

    lainnya. Dialah yang memilih dari berbagai ilmu pengetahuan itu, kadar yang

    lazim dan sesuai dengan murid, maka tugasnya meliputi mempelajari kejiwaan

    murid dan memiliki pengetahuan yang sempurna/lengkap tentang ilmu-ilmu

    mengajar, terutama yang akan diajarkan kepada muridnya, sehingga mudah

    menyampaikannya kepada murid secara berurut, sistematis, serasi, dan

    berkaitan satu sama lainnya.24

    1. Ciri-Ciri Guru Ideal

    Para ahli cendikiawan telah menetapkan beberapa ciri seorang guru

    yang baik dengan harapan dapat menjadi guru yang ahli dalam bidangnya.

    Adapun ciri-ciri tersebut, yaitu ikhlas dalam mengemban tugas sebagai

    pengajar, memegang amanat dalam menyampaikan ilmu, memiliki

    kompetensi dalam ilmunya, menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.

    Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan

    (1992: 41) tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa

    persyaratan seperti di bawah ini:

    a. Takwa kepada Allah SWT

    Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak

    mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia

    23 Husein Syahatah, Sabtu, 12 Januari 2009 06: 56: 15-Oleh: Admin, Ciri Guru Ideal

    Dalam Islam, http://www.cahaya-islam. Com / index.php.? pilih = new & mod = yes & aksi = lihat & id = 327. diakses 12 April 2009.

    24 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), 66-67.

  • sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak

    didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi

    umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang

    baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan

    akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa

    yang baik dan mulia.

    b. Berilmu

    Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti,

    bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan

    kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

    Gurupun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan

    mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik

    sangat meningkat, sedang jumlah guru jatuh dari mencukupi, maka

    terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang

    belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa

    makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada

    gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

    c. Sehat jasmani

    Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi

    mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidat

    penyakit menular, umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-

    anak. Disamping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah

    mengajar. Kita kenal ucapan mens sana in corpore sano, yang

  • artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun

    pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan

    badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-

    sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.

    d. Berkelakuan baik

    Budi pekerti penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru

    harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.

    Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada

    diri anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru

    berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin

    dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam

    ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam,

    seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad SAW.

    Diantara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya

    sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, diberlaku

    sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi,

    bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.25

    Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa

    persyaratan, yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, takwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur bertanggung

    jawab, dan berjiwa nasional.

    25 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2000), 32-34.

  • Menurut Suparlan dalam bukunya Guru Sebagai Profesi, bahwa

    guru memiliki status profesional yaitu:

    a. Responsibility artinya memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk

    melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

    b. Autonomy artinya memiliki kemadirian untuk melaksanakan tugasnya.

    c. Accountability artinya memiliki rasa tanggung jawab terhadap proses

    dan hasil dalam pelaksanaan tugasnya.

    d. Competence artinya memiliki kompetensi dalam melaksanakan

    tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

    e. Knowledge artinya memiliki pengetahuan yang luas dan keahlian

    untuk dapat mengemban tugasnya.

    f. Teacher Research artinya dapat merancang dan melaksanakan

    penelitian tentang pelaksanaan tugasnya sebagai guru.

    g. Publications artinya dapat menyampaikan laporan tentang pelaksanaan

    tugasnya atau menerbitkan tulisan atau hasil pelaksanaan tugasnya

    kepada publik.

    h. Professional organization artinya secara aktif dapat mengikuti

    kegiatan organisasi pembinaan profesionalisme guru.

    i. Participative management artinya dapat berperan serta aktif dalam

    kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan guru.26

    Menurut Muliadi Kurdi, bahwa profil seorang guru ideal sangat

    tergantung pada kemampuan dan pengalaman intelektualnya. Guru harus

    26 Suparlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: Hikayat, 2006), 20.

  • memiliki skill labour yaitu tenaga terdidik atau terlatih dengan

    kebiasaan-kebiasaan baik, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan

    subjek didik. Guru merupakan figur dalam penyuksesan pendidikan bagi

    anak didik. Tidak cukup hanya saja, bahkan guna dituntut harus memiliki

    akhlak yang baik seperti diajarkan oleh Rasulullah SAW.27

    Muhammad Abd al-Qadir Ahmad menuturkan bahwa Rasul sosok

    sang pendidik, para sahabat sebagai subjek didik kala itu menangkap

    teladan yang luhur pada dirinya, berakhlak baik, memiliki ilmu dan

    memiliki keutamaan dalam semua gerak-geriknya.

    Jika seorang pendidik mempunyai karakter seperti di atas, akan

    disenangi oleh peserta didik, dengan sendirinya akan disenangi ilmu yang

    diajarkannya. Muhammad Abd al-Qodir mengatakan, banyak siswa yang

    memberi suatu ilmu atas materi pelajaran karena watak guru yang keras,

    akhlak guru yang kasar dan cara mengajar guru yang sulit. Di pihak lain,

    banyak pula siswa yang menyukai dan tertarik untuk mempelajari suatu

    ilmu atau mata pelajaran karena cara perlakuan yang baik, kelembutan dan

    keteladanannya yang indah.

    Tugas ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan sulit dicapai

    oleh seseorang, apabila ia tidak mempunyai karakter pendidik. Seorang

    pendidik mempunyai sifat terpuji dan mampu menyesuaikan diri baik

    dengan peserta didik maupun dengan masyarakat. Sikap seperti inilah

    27 H:/opini_muliadi_kurdi_karakter_guru.htm diakses pada tanggal 22.

  • yang diketengahkan al-Quran dengan ungkapan ulul al bab (cendekiawan

    muslim).

    2. Keutamaan Ilmu

    Tentang kemulyaan ilmu, sudahlah jelas dapat diketahui oleh

    setiap orang, sebab ilmu itu khusus dimiliki manusia. Dalam pada itu,

    segala sesuatu pertingkah selain ilmu, selain manusia memiliki juga

    binatang bisa memilikinya. Seperti misalnya keberanian, kuat, baik hati,

    belas kasih, dan lain sebagainya selain ilmu. Dengan ilmu pula, Allah

    mengunggulkan Adam as. diatas Malaikat dan bahkan kepada Adam pula

    ia diperintah agar sujud menghormati kepada-Nya. Cukup menunjukkan

    kemulyaan ilmu, dengan adanya menjadi wasilah (perantara) taqwa Allah,

    di mana dengan taqwa itu pula orang bisa menduduki keramat kemulyaan

    di sisi Allah dan kebahagiaan yang abadi. Gubahan syiir dikemukakan

    oleh Muhamad ibnu Hasan bin Abdullah,28 sebagai berikut:

    a. Tuntutlah ilmu, sungguh dia akan menghias dirimu dia perlebihan,

    dan pertanda segala pujaan.

    b. Jadilah dirimu, di tiap hari tumbuh berilmu ayo renangkan, ketengah

    samudra artian.

    Dari keterangan di atas jelaslah bahwa guru memiliki kedudukan

    yang sangat urgen untuk mengupayakan apa yang dibutuhkan dalam

    sebuah pengajaran karena gurulah yang mengemban tugas dalam proses

    28 Syaikh Az-Zarnujiy, terj. Aliy Asad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan

    (Yogyakarta: Menara Kudus, 1978), 5-6.

  • pengajaran untuk mencapai sebuah tujuan yang hendak dicapai dalam

    suatu pendidikan.

    B. Pengertian Pengajaran

    Pendidikan Islam sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan

    Nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.29

    Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan

    bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh

    manusia melalui syariat Islam harus dipahami sebelum kita beranjak pada

    metode dan karakteristik pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan Islam adalah

    merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik

    secara individual maupun secara sosial.30

    Menurut Abu Bakar Muhammad di dalam bukunya yang berjudul

    Pedoman Pendidikan dan Pengajaran mengatakan bahwa pendidikan ialah

    pemberian pengaruh dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja

    kita pilih untuk membantu anak, agar berkembang jasmaninya, akalnya, dan

    akhlaknya, sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada batas kesempurnaan

    maksimal yang dapat dia capai, sehingga dia bahagia dalam kehidupanya

    sebagai individu dan dalam kehidupan kemasyarakatan (sosial) dan setiap

    29 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

    (Surabaya: Media Center, 2005), 8. 30 Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Sekolah dan Madrasah, terj.

    Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 1996), 116-117.

  • tindakan yang keluar dari padanya, menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan

    lebih baik bagi masyarakat.31

    Dalam pendidikan terdapat unsur-unsur yang sangat berperan dalam

    proses belajar mengajar sebagai inti kegiatan pendidikan adalah interaksi

    proses belajar mengajar yang termasuk dalam unsur pendidikan yaitu guru,

    anak didik, alat, tujuan, dan lingkungan dan berbagai unsur pendukung

    lainya.32

    Menurut Abdul Majid di dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran

    bahwa, pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh

    para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik

    untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu

    cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.33

    Sesungguhnya pengajaran, salah satu sarana di antara sarana-sarana

    pendidikan dan hanya khusus menyampaikan ilmu pengetahuan ke dalam

    pikiran dan mengisi ingatan-ingatan anak dengan masalah-masalah seni dan

    ilmu pengetahuan. Sarana-sarana pengajaran itu ada tiga, yaitu: guru, murid,

    dan ilmu pengetahuan (materi pelajaran).

    Guru ialah perantara dua sarana yang lainya. Dialah yang memilih dari

    berbagai ilmu pengetahuan itu, kadar yang lazim dan sesuai dengan murid,

    maka tugasnya meliputi mempelajari kejiwaan murid dan memiliki

    31 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1981), 9. 32 Syaiful Bahri Jamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1994), 66. 33 Dikutip Abdul Majid dalam Mulyani Sumantri, kurikulum dan pengajaran, (Jakarta:

    Proyek LPTK, 1988), 16.

  • pengetahuan yang sempurna/lengkap tentang ilmu-ilmu mengajar, terutama

    yang akan diajarkan kepada muridnya, sehingga mudah menyampaikannya

    kepada murid secara berurut, sistematis, serasi, dan berkaitan satu sama

    lainnya.34

    Menurut Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama

    Islam mengatakan bahwa para ahli pendidikan telah mencoba merumuskan

    batasan pengertian tentang pengajaran, di antaranya seperti yang dikatakan

    oleh Hasan Langgulung bahwa pengajaran adalah pemindahan pengetahuan

    dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum

    mengetahui.

    Dari terminologi di atas, terdapat unsur-unsur substansial kegiatan

    pengajaran yang meliputi:

    1. Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan.

    2. Pemindahan pengetahuan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai

    pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui

    (pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.

    Pengetahuan yang dipindahkan diperoleh dari dua sumber, sumber

    Ilahi dan sumber manusiawi. Kedua jenis pengetahuan ini saling melengkapi

    dan pada hakikatnya, keduanya berasal dari Allah yang menciptakan manusia

    dan memberinya dengan berbagai potensi untuk bisa memahami dan

    memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang berasal dari sumber Ilahi ialah

    pengetahuan yang datang langsung dari Allah melalui wahyu-Nya. Adapun

    34 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, 66-67.

  • pengetahuan yang berasal dari sumber manusiawi ialah pengetahuan yang

    dipelajari manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan,

    juga dalam usahanya dalam menelaah dan memecahkan berbagai problem

    yang dihadapinya, atau melalui pendidikan dan pengajaran serta penelitian.35

    Melihat beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa pengajaran

    merupakan salah satu komponen yang sangat penting dari kegiatan pendidikan

    dan merupakan sarana inti yang digunakan dalam mencapai tujuan dan

    membentuk kompetensi peserta didik.

    Pengajaran sebagai suatu sistem yang dijadikan pola untuk suatu

    interaksi belajar mengajar untuk suatu waktu tertentu. Terdiri dari beberapa

    sub sistem atau komponen yang saling berhubungan satu dengan lainya dalam

    rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Proses yang dilakukan oleh sistem

    tersebut akan terhalang kalau salah satu komponennya keluar dari sistem,

    adapun komponen tersebut adalah:

    1. Tujuan pengajaran.

    2. Materi pengajaran.

    3. Alat pengajaran.

    4. Metode pengajaran.

    5. Kegiatan belajar mengajar.

    6. Evaluasi pengajaran.36

    35 Ramayulis, Metodologi Pengajaran (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 72. 36 Ibid, 237.

  • Kerjasama semua komponen itu menciptakan situasi pengajaran yang

    mengisi perjumpaan guru dan murid atau murid guru dalam usaha mencapai

    tujuan pengajaran.

    1. Tujuan Pengajaran

    Tujuan pengajaran adalah suatu rumusan yang menunjukkan dan

    menjelaskan hal yang ingin dicapai. Tujuan tersebut menunjukkan atau

    menjelaskan perubahan apa yang harus terjadi, sebagai akibat dari

    pengajaran yang dialami untuk murid. Antara lain perubahan dalam

    berfikir, perasaan serta dalam tingkah laku murid. Pengajar harus dapat

    membuat perubahan itu terjadi, dan inilah yang disebut mengajar. Untuk

    itu ia perlu memikirkan bahan pengajaran yang dibutuhkan. Untuk

    merangsang terjadinya perubahan-perubahan tersebut, serta cara

    menangani bahan yang dimaksud yang harus disiapkan meliputi: bahan

    ajar, cara, alat yang digunakan.37

    Tujuan sangat memegang peranan penting dalam mencapai

    sesuatu. Seseorang akan dalam hidupnya apabila ia memiliki tujuan hidup.

    Tujuan akan memberikan arah serta bimbingan bagaimana seseorang dapat

    mencapai tujuannya. Begitu juga guru dalam melakukan pengajaran, ia

    memerlukan tujuan agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran

    yang akan dilakukan. Dengan demikian tujuan pengajaran adalah segala

    37 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), 100.

  • sesuatu yang hendak dicapai sebelumnya, sedang, dan setelah kegiatan

    pengajaran berlangsung.38

    Dari pengertian-pengertian di atas maka yang dimaksud dengan

    tujuan pengajaran adalah harapan mengenai gambaran prilaku siswa yang

    meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor setelah mempelajari

    bahan pelajaran yang diajarkan oleh guru.

    a. Komponen-Komponen Tujuan Pengajaran

    Menurut Oemar Hamalik komponen-komponen tujuan

    pengajaran meliputi: (1) tingkah laku terminal, (2) kondisi-kondisi tes

    dan (3) ukuran-ukuran prilaku.

    1) Tingkah Laku Terminal

    Tingkah laku terminal berupa seperangkat perilaku yang

    harus ditunjukkan atau dikuasai siswa setelah kegiatan belajar

    mengajar selesai dilaksanakan. Untuk dapat mengetahui tingkah

    laku atau perilaku akhir setelah mengikuti kegiatan belajar megajar

    harus digunakan kata-kata operasional (kata-kata yang dapat

    menunjukkan peilaku siswa yang diukur oleh guru maupun pihak-

    pihak lainya).

    Di antara kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk

    mengamati atau mengukur perilaku siswa selama kegiatan belajar

    mengajar berlangsung antara lain: memilih, mengukur,

    38 Darwyan Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Gaung Persada

    Press, 2007), 99.

  • membandingkan, menerapkan, melakukan, membuat, dan

    sebagainya.39

    2) Kondisi-Kondisi Tes

    Kondisi tes yang dimaksudkan di sini adalah situasi pada

    saat dilakukan evaluasi atau tes terhadap tujuan pengajaran baik

    diakhir kegiatan proses belajar mengajar maupun pada saat

    diadakan ulangan harian, ulangan blok atau tes formatif maupun

    tes sumatif. Kondisi pada saat dilakukan evaluasi atau tes harus

    benar-benar dipersiapkan oleh guru yang meliputi aspek-aspek:

    a) Alat dan sumber yang harus dimiliki dan dipergunakan siswa

    sebagai sumber belajar berupa buku sumber, catatan dan

    sebagainya yang dapat dipergunakan siswa untuk

    menyelesaikan tes ulangan harian, ulangan blok, tes formatif

    maupun tes sumatif.

    b) Tantangan yang dihadapkan kepada siswa hendaknya

    disediakan waktu yang terbatas untuk siswa dapat

    menyelesaikan tes.

    c) Cara penyajian informasi dengan tulisan atau dengan

    mempergunakan media pengajaran.

    3) Ukuran-Ukuran Prilaku

    Ukuranukuran prilaku adalah ukuran-ukuran yang

    dijadikan standar atau patokan untuk mengukur perubahan tingkah

    39 Darwyan Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, 100-101.

  • laku siswa selama maupun setelah mengikuti kegiatan belajar

    mengajar. Ukuran prilaku berisi tentang standar minimum prilaku

    yang harus dikuasai dan diperlihatkan oleh siswa selama mengikuti

    kegiatan belajar mengajar.

    Ukuran-ukuran yang digunakan dirumuskan dalam bentuk

    prilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun aspek psikomotor yang

    dapat mengukur ketercapaian tujuan pengajaran yang tampak pada

    diri siswa maupun hal-hal yang belum atau tidak tercapai oleh

    siswa.

    2. Materi Pengajaran

    Komponen isi dan struktur materi merupakan materi yang akan

    diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

    Isinya adalah materi-materi bidang studi seperti IPA, IPS, Aqidah, Fiqih,

    dsb. yang disesuaikan dengan jenis, jenjang dan jalur pendidikan yang

    tercantum dalam struktur program suatu sekolah.40

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain di dalam

    bukunya Strategi Belajar Mengajar menyebut materi pengajaran dengan

    bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses

    belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak

    akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan

    menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.

    40 Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

    1999), 49.

  • Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni

    penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan

    pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi

    yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuanya).

    Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan

    pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam

    mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan

    penunjang ini biasanya bahan yang terlepas dari disiplin keilmuan guru,

    tetapi dapat digunakan sebagai penunjang dalam menyampaian bahan

    pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran pokok yang dipegang agar

    dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.

    Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan

    yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang

    membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Bahan pelajaran menurut

    Suharsimi Arikunto (1990) merupakan unsur inti yang ada di dalam

    kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang

    diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.41

    Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang

    tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam

    proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.

    41 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 1996), 50.

  • 3. Alat Pengajaran

    Alat ialah segala sesuatu yang dipergunakan oleh guru dari

    berbagai alat itu, untuk membantunya, memberikan pengertian kepada

    murid-muridnya, bagi sesuatu pengajaran baru yang sulit pemahamannya.

    Terkadang guru mempergunakan sebagai alat pembantunya, pengetahuan

    mereka yang telah lalu atau mempergunakan indera mereka sendiri. Guru

    menunjukkan kepada mereka sesuatu yang gampang mereka ketahui

    dengan mempergunakan salah satu inderanya. Jelas bahwa penggunaan

    alat-alat peraga semacam itu, temasuk menerapkan kaidah pengajaran

    yang pokok; yaitu secara bertahap dari yang sudah diketahui dan mulai

    dari yang dapat diraba dan diamati menuju kepada yang maql

    (rasional).42

    a. Fungsi Media/Alat Dalam Pengajaran

    Dalam kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru

    media/alat pengajaran memiliki fungsi sebagai berikut:

    1) Sebagai alat bantu.

    2) Sebagai sumber belajar.

    3) Menarik perhatian siswa.

    4) Mempercepat proses belajar mengajar.

    5) Mempertinggi mutu belajar.

    42 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran , 97-98.

  • b. Manfaat Media/Alat Pengajaran

    Banyak manfaat yang diperoleh dari menggunakan media

    pengajaran dalam mengajar di antaranya:

    1) Bahan pelajaran akan lebih jelas lagi mananya sehingga dapat

    lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai

    tujuan pengajaran lebih baik.

    2) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

    komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

    siswa tidak bosan dan guru tidal kehabisan tenaga, apabila guru

    mengajar untuk setiap jam pelajaran di depan kelas yang berbeda

    secara bergantian.

    3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

    mendengarkan keterangan guru, tetapi melakukan juga aktivitas

    lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-

    lain.

    4) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

    menumbuhkan motivasi belajar.

    5) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis.

    6) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti:

    terlalu besar, terlalu kecil, gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat,

    peristiwa masa lalu, kompleks, konsep yang terlalu luas.43

    43 Darwyan Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,124-125.

  • 4. Metode Pengajaran

    Hadisusanto mengatakan bahwa sesungguhnya cara atau metode

    mengajar adalah suatu seni dalam hal ini seni mengajar. Sebagai suatu

    seni tentu saja metode mengajar harus menimbulkan kesenangan dan

    kepuasan merupakan salah satu yang dapat menimbulkan gairah dan

    semangat bagi anak didik.

    Istilah metode mengajar terdiri dari dua kata yaitu: metode dan

    mengajar, metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu

    metha + hodos, metha berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau

    cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.44

    Metode sebagai strategi pengajaran digunakan sebagi alat untuk

    mencapai tujuan belajar mengajar pada diri siswa karena dalam kegiatan

    pengajaran, tidak semua siswa dapat menyerap dan menguasai serta

    mengalami perubahan tingkah laku yang sama seperti yang diharapkan

    berdasarkan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Karena masing-

    masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, maka diperlukan

    strategi belajar yang tepat. Strategi pengajaran merupakan tindakan nyata

    dari seorang guru dalam mengajar dengan menggunakan cara-cara tertentu

    dan komponen-komponen pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat

    mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sekedar memberi gambaran

    atau untuk mengingatkan kembali para guru mengenai metode mengajar,

    44 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, 107-108.

  • maka di bawah ini akan dibahas berbagai jenis metode mengajar yang

    utama digunakan dalam suatu mata pelajaran:

    a. Metode Tanya Jawab

    Ialah cara penyajian pengajaran oleh guru dengan

    memberikan pertanyaan dan meminta jawaban kepada siswa metode

    ini dapat merangsang siswa untuk dapat mengemukakan pendapat dan

    pikiran masing-masing.

    b. Metode Ceramah

    Ialah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak

    senantiasa jelek bila penggunaanya betul-betul disiapkan dengan baik,

    didukung dengan alat media, serta memperhatikan batas-batas

    kemungkinan penggunaanya.

    c. Metode Diskusi

    Ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru

    memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa)

    untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan

    pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif

    pemecahan atas suatu masalah.45

    Dari keterangan di atas jelaslah bahwa metode merupakan salah

    satu alat pengajaran dalam suatu proses pengajaran untuk mencapai tujuan.

    45 Darwyan Syah, Perencanaan Sitem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, 135-141.

  • 5. Kegiatan Pengajaran

    Kegiatan pengajaran (belajar mengajar) adalah terjadinya interaksi

    guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada

    siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Nana Sudjana

    pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai

    berikut.46

    a. Tahap Pra Intruksional

    Tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar

    mengajar, yaitu:

    1) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak

    hadir.

    2) Bertanya kepada siswa sampai di mana pembahasan sebelumnya.

    3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

    bahan pelajaran yang belum dikuasainya, dari pelajaran yang sudah

    disampaikan.

    4) Mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan bahan

    yang sudah diberikan.

    5) Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat tetapi

    mencakup semua aspek bahan.

    b. Tahap Intruksional

    Tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan

    beberapa kegiatan sebagai berikut:

    46 B. Suryosubroto, Proses Balajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 36-37.

  • 1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai

    siswa.

    2) Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.

    3) Membahas pokok materi yang sudah dituliskan.

    4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan

    contoh-contoh yang kongkret, pertanyaan, tugas.

    5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan

    pada setiap materi pelajaran.

    6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.

    c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

    Untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional, kegiatan

    yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain:

    1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid

    mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap

    intruksional.

    2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa

    (kurang dari 70%), maka guru harus mengulang pengajaran.

    3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang

    dibahas, guru dapat memberikan tugas PR.

    4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberikan pokok

    materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

  • Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

    pengajaran merupakan proses yang dilalui oleh guru sebelum dalam

    interaksi dengan murid dan sesudah selesainya pengajaran berlangsung.

    6. Evaluasi Pengajaran

    Menurut Nana Sudjana di dalam bukunya Penilaian Hasil Proses

    Belajar Mengajar mengatakan bahwa evaluasi adalah pemberian

    keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan,

    gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Dilihat dari segi

    tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar

    tertentu. Hasil belajar sebagai objek evaluasi terdiri dari ranah kognitif,

    afektif dan psikomotorik. Di bawah ini akan dijelaskan ranah kognitif,

    afektif dan psikomotorik:

    a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

    dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

    aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

    kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk

    kognitif tingkat tinggi.

    b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

    yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

    internalisasi.

    c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (1)

  • gerakan refleks, (2) keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan

    perceptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5) gerakan keterampilan

    kompleks, dan (6) gerakan ekspresi dan interpretatif.47

    Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di

    antara ke 3 ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh

    para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

    dalam menguasai isi bahan pengajaran.

    Adapun di samping 6 komponen di atas juga terdapat 2 komponen

    yang berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar yaitu; (1). Warga

    belajar, faktor diri warga belajar berpengaruh terhadap keberhasilan

    belajar adalah bakat, minat, kemampuan, dan motivasi untuk belajar,

    warga belajar merupakan masukan mentah (raw input). (2). Lingkungan,

    yang mencakup lingkungan sosial, lingkungan budaya dan juga

    lingkungan alam, merupakan sumber belajar dan sekaligus masukan

    lingkungan. Pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses belajar. Dari

    komponen-komponen yang berpengaruh terhadap hasil belajar tersebut,

    komponen guru lebih menentukan, karena ia yang akan mengelola

    komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil proses belajar

    mengajar.48

    Kerjasama semua komponen yang dijelaskan di atas menciptakan

    situasi pengajaran yang mengisi perjumpaan guru dan murid atau murid

    47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 1989), 22-29. 48 Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Kegiatan Belajar

    Mengajar Madrasah Diniyah (Jakarta: 2003), 3-5.

  • dan guru dalam usaha mencapai tujuan pengajaran sebagai sarana inti

    dalam pendidikan.

    C. Pengertian Iman Kepada Rasul.

    Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh

    keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi

    pandangan hidup , tingkah laku dan perbuatan pemiliknya sehari-hari.

    Menurut Muhammad Chirzin mengatakan bahwa iman hendaknya

    berwujud pernyataan dengan lidah dilandasi ikhlas dan jujur dalam

    menjalankan perintah dan putusan Allah dan Rasul-Nya.49

    Beriman kepada Rasul merupakan rukun iman yang keempat yang

    harus dipercayai dan diyakini oleh setiap mukmin, yang mana Rasul adalah

    orang yang menerima wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.

    Sebagaimana Firman Allah dalam surat al-Baqarah :

    } 9 99 $# r& (# 9u ? 3 y _ t6% y9 $# > y9 $#u 3s9 u 99 $# t zt# u !$$/

    u9 $#u z F$# x6 n=y 9 $#u =tG3 9 $#u z h;9 $#u Bukankah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang-orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah dan Nabi/Rasul Allah. ( Q.S. al-Baqarah 2: 177)

    Firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 56 yang tafsirnya Wahai

    orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bershalawatlah

    49 Muhammad Chirzin, Konsep Dan Hikmah Aqidah Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    1997), 13-15.

  • kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan ucapkan salam penghormatan

    kepada-Nya (Allhumma shalli al Muhammad).50

    Sebagai seorang muslim, kita wajib beriman kepada Nabi dan

    Rasul Allah, jumlah Nabi dan Rasul sangatlah banyak, akan tetapi dua

    puluh lima Nabi dan Rasul yang wajib diketahui, yaitu:

    1. dam As

    2. Idrs As

    3. Nh As

    4. Hd As

    5. Shlih As

    6. Ibrhm As

    7. Lth As

    8. Ismil As

    9. Ishq As

    10. Yaqb As

    11. Ms As

    12. Harn As

    13. Dzulkifli As

    14. Dwd As

    15. Sulaimn As

    16. Ilys As

    17. Ilyasa As

    18. Ynus As

    19. Zakariy As

    20. Yahya As

    21. Yusuf As

    22. Ayyub As

    23. Syuaib As

    24. s As

    25. Muhammad SAW

    Adapun sifat-sifat Rasul Allah diharuskan memiliki beberapa sifat

    mulia, sifat wajib bagi Rasul ini ada 4 macam, yaitu:

    1. Shidq

    Shidq artinya benar, seorang Rasul harus menyampaikan

    sesuatu yang benar. Apapun yang disampaikan oleh seorang Rasul

    harus sesuatu yang benar. Jika ada orang yang mengaku Rasul tetapi

    ternyata menyampaikan kebohongan, maka tidak mungkin ia seorang

    Rasul Allah SWT.

    50 Husnudduat, Kesaktian Shalawat Nabi (t.k: t.h). 11.

  • Sifat ini wajib dimiliki oleh seorang Rasul karena ia adalah

    penyampai ajaran Allah SWT. Kita sebagai orang beriman kepada

    Rasul harus berusaha memiliki sifat shidq juga, karena berkata benar

    dan jujur merupakan bagian dari ajaran Islam yang harus dilakukan

    oleh semua umat Islam

    2. Amnah

    Seorang Rasul wajib memiliki sifat amnah (dapat dipercaya).

    Hal ini menjadi keharusan karena ajaran yang disampaikan oleh Rasul

    adalah ajaran agama dari Allah. Jika Rasul tidak memiliki sifat

    amnah, bagaimana umatnya akan percaya sifat pada apa yang

    didakwahkan oleh Rasul tersebut. Namun demikian, kita sebagai

    seorang muslim juga harus menjadi orang yang amnah, agar kita

    dipercaya orang lain. Jika kita mendapatkan kepercayaan dari orang

    lain, maka kita akan mendapatkan banyak keuntungan dan kemuliaan

    baik di dunia maupun di akhirat.

    3. Tablgh

    Tablgh adalah menyampaikan. Setiap Rasul pasti

    menyampaikan semua ajaran Allah kepada umatnya. Rasul tidak akan

    menyembunyikan apa yang diwahyukan Allah kepadanya, karena hal

    tersebut tidak sesuai dengan sifat wajib yang dimiliki oleh Rasul.

    Semua Rasul, baik Rasul Nuh as, Rasul Ibrahim as, Rasul Musa as,

    Rasul Isa as, Rasulullah Muhammad as selalu menyampaikan ajaran

    yang disampaikan Allah melalui malaikat-Nya.

  • Kita sebagai seorang muslim juga mendapatkan tugas untuk

    menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang di sekitar kita. Orang

    yang menyampaikan ajaran Islam disebut mubaligh. Dalam

    aktivitasnya, menjadi mubaligh tidak harus dalam bentuk ceramah,

    pengajian atau khutbah. Akan tetapi memberi nasehat kepada teman

    yang salah, berbuat kebajikan dan menjaga kerukunan dengan teman

    dan saudara adalah salah satu bertabligh (menyampaikan) ajaran

    Islam. Dari sini kita bisa menyadari bahwa kita semua bisa menjadi

    mubaligh dengan cara berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.

    4. Fathnah

    Fathnah artinya cerdas, cerdik atau jenius. Semua Rasul Allah

    adalah orang yang fathnah. Mengapa mereka harus fathnah! Karena

    ketika menerima wahyu dari Allah, para Rasul Allah harus dapat

    memahami dengan baik. Selanjutnya, saat menyampaikan ajaran

    Allah, para Rasul juga harus mampu menyampaikan bahwa bahasa

    yang mudah diterima umatnya. Pada saat umatnya tidak mengerti,

    maka Rasul Allah harus bisa menjelaskan dengan penuh kesabaran

    dan penjelasan yang tegas. Kita bisa membayangkan misi dakwah

    akan sulit dicapai kalau orang yang berdakwah tidak bisa menjawab

    pertanyaan yang diajukan umatnya. Oleh karena itulah Rasul Allah

    pasti orang-orang yang cerdas dan pintar.51

    51 Ibanah Suhrowardiyah, Aqidah Akhlak (Jakarta: Listafariska Putra, 2002), 51-52.

  • Jelaslah bahwa rukun iman tidak hanya sesuatu yang diyakini

    dalam hati saja, tapi keyakinan yang harus diaktualisasikan dalam

    kehidupan sehari-hari dengan menjalankan perintah-Nya sebagaimana

    risalah yang disampaikan lewat utusan-utusan-Nya.

    D. Mata Pelajaran Aqdat al-Awm

    1. Pengertian Aqdat al-Awm

    Aqdat al-Awm merupakan mata pelajaran kitab turts yang

    memiliki pengertian bahwa materi-materi yang tertuang di dalamnya

    dengan menggunakan bahasa Arab yang membutuhkan makna gandul

    dengan bahasa Jawa untuk memahami materi tersebut. Adapun kitab

    Aqdat al-Awm dikarang oleh Sayyid Ahmad Marzq.

    2. Tujuan Pelajaran Aqdat al-Awm

    a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada warga

    akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan

    tingkah lakunya sehari-hari.

    b. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk

    meneladani sifat-sifat Nab.

    3. Ruang Lingkup Pelajaran Aqdat al-Awm

    Secara garis besar, pengajaran Aqdat al-Awm berisi materi

    pokok mengenai hubungan manusia dengan Allah, yaitu hubungan vertikal

    antara manusia dengan khaliknya mencakup dari segi Aqdat al-Awm

    yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat-Nya, iman

  • kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya, kisah Nab Muhammad,

    dan isra miraj.52

    4. Materi Iman Kepada Rasul Dalam Pelajaran Aqdat al-Awm

    Setiap orang mukallaf, yaitu orang laki-laki atau perempuan yang

    sudah aqil baligh diwajibkan untuk meyakini sifat wajib bagi Rasul yang

    ada 4 (empat) di atas, meyakini sifat jiz Rasul, yaitu para Rasul juga

    memiliki sifat sebagaimana manusia biasa meskipun demikian tidak

    mengurangi derajat sebagi Rasul. Seperti, makan, tidur, sakit dll. wajib

    meyakini bahwa semua Nab dan Rasul terjaga dari dosa (maksum) begitu

    juga dengan malaikat, namun demikian kedudukan Nab dan Rasul lebih

    tinggi dari para Malikat.

    Setiap orang mukallaf wajib meyakini sifat mustahil bagi Rasul

    yaitu:

    No. Shifat

    Mustahil

    Arti dari

    Sifat Mustahil

    Kebalikan dari

    Sifat

    1. Kidzbun Berkata bohong Shidiq 2. Khiynat Tidak dapat dipercaya Amnah 3. Kitmn Menyembunyikan Tablgh 4 Baldah Bodoh Fatnah

    Setiap mukallaf diwajibkan mengetahui nama-nama Rasul yang 25

    sedangkan Rasul yang lain cukup meyakini secara ijmal maksudnya,

    meyakini bahwa Allah memiliki Nab Rasul yang banyak. Adapun nama-

    nama Rasul yang 25 yaitu: dam, Idrs, Nh, Hd, Shlih, Ibrhm, Lth,

    Ismil, Ishq, Yaqb, Ysuf, Ayyb, Syuaib, Harn, Ms, Dzulkifli,

    52 Ahmad Marzuqi, Aqidat al-Awam, terj. Bisyri Mushthofa (Rembang: Menara Qudus,

    1957), 6-57.

  • Dwd, Sulaimn, Ilys, Ynus, Zakariy, Yahya, s, dan Muhammad

    adapun Rasul yang memiliki sebutan lul azmi ada 5: Nab Muhammad,

    Nab Ibrhm, Nab Ms, Nab s, Nab Nh.

    Setiap mukallaf wajib meyakini kitab suci yang 4, sedangkan

    selain 4 wajib meyakini secara ijmal saja, adapun kitab suci yang 4 yaitu:

    1. Kitab Taurt, diturunkan kepada Nab Ms.

    2. Kitab Zabr, diturunkan kepada Nab Dwd.

    3. Kitab Injl, diturunkan kepada Nab s.

    4. Kitab Quran, diturunkan kepada Nab Muhammad. 53

    Setiap orang mukallaf wajib meyakini bahwa Nabi Muhammad

    SAW diutus untuk menyampaikan perintah Allah kepada semua manusia

    dan jalan di dunia sampai para malaikat, dan kita wajib meyakini bahwa

    Nabi Muhammad SAW itu lebih utama-utamanya Nabi dan Rasul. Kita

    orang mukallaf wajib mengetahui nasab-nasabnya mulai dari urutan ayah

    dan urutan ibu, dari urutan ayah sampai ngadnan sedangkan dari urutan

    ibu sampai kilb. Adapun keterangannya yaitu: dari urutan ayah, Nabi

    Muhammad SAW putra dari Abdullah bin Abdi al-Muthollib bin Hsyim

    bin Abdi Manaf bin Qushoyyin bin Kilb bin Murroh bin Kab bin

    Luayyin bin Ghlib bin Fihri bin Mlik bin Nadzr bin Kinnat bin

    Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilys bin Mudlor bin Nizar bin Maaddin bin

    Adnan.

    53 Marzuqi, Aqidat al-Awam, terj. Bisyri Mushthofa, 16-27.

  • Sedangkan dari urutan ibu: nabi Muhammad SAW Putra dari

    Aminah binti Mahbin bin Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilb.

    Tambahan: Abdi Manaf kakeknya Abbdillah bukan Abdi Manaf

    kakeknya Dewi Aminah.

    Setiap orang mukallaf wajib meyakini bahwa Nabi lahir di Mekkah

    dan wafat di Madinah. Nabi pertama kali menerima wahyu pada waktu 40

    tahun dan wafat pada usia 63 tahun. Adapun anak Nabi Muhammad ada 7

    yang 3 laki-laki dan 4 perempuan. Sebagai orang mukallaf juga harus

    mengetahui nama-namanya: Sayyid Qsim, Sit Ruqoddah, Sit Ummu

    Kultsum, Sit Ftimah, Sayyid Abdullah, Sayyid Ibrhim. Dari Ibu Sit

    Khodjah, kecuali Ibrhim dari Sit Mriyah.

    Nabi Muhammad ketika wafat meninggalkan 9 istri yang

    semuanya kala itu pernah disuruh memilih: milih surga atau suka dengan

    keindahan dunia. Semuanya memilih surga / memilih ikut bersama

    Rasulullah SAW. Adapun istri Nabi Muhammad SAW yaitu: isyah,

    Hafshoh, Saudah, Shofiyyah, Maimnah. Romlah, Hindun, Zainab,

    Juwariyah.

    Sebagai orang mukallaf juga wajin meyakini bahwa Nabi

    Muhammad SAW di Isro dan Mirojkan sebelum hijrah kurang dari satu

    tahun. Isro yaitu perjalanan Nabi pada waktu malam dari Makkah sampai

    Baitul Maqdis.

    Miroj adalah perjalanan Nabi Muhammad ke langit tingkat 7

    sampai pada sidrotun al-Muntah dan al-Mustaw.

  • Ketika Nabi miroj Nabi menerima perintah dari Allah: agar Nabi

    dan umatnya bersama-sama menjalankan shalt 5 waktu dari Allah. Ketika

    Nabi Muhammad miroj Nabi bisa melihat Allah akan tetapi tidak bisa

    digambarkan. Setelah Nabi isra maka ditetapkannya shalat fardhu 5 waktu

    kepada umat manusia. Adapun orang yang pertama kali percaya Isro dan

    Miroj Nabi Muhammad adalah Abu Bakar Shidiq.

    5. Fungsi Umum Mata Pelajaran Aqidah

    Mata pelajaran Aqidah di Madrasah Diniyah berfungsi:

    a. Pengembangan, yaitu meningkakan keimanan dan ketaqwaan warga

    belajar kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam ligkungan

    keluarga.

    b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,

    pemahaman, dan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan

    sehari-hari.

    c. Pencegahan, yaitu untuk menjaga hal-hal negatif dari lingkungannya

    atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan

    menghambat perkembanganya demi menuju manusia seutuhnya.

    d. Pengajaran, yaitu menyampaikan informasi dan pengetahuan

    keimanan.54

    54 Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Pedoman Kegiatan Belajar

    Mengajar Madrasah Diniyah (Jakarta: Departemen Agama Ri, 2003), 34.

  • 6. Rambu-Rambu Pelajaran Aqidah

    a. Pendekatan

    Untuk dapat melaksanakan pengajaran mata pelajaran Aqidah

    dapat digunakan beberapa pendekatan antara lain:

    1. Pendekatan emosional, yaitu pendekatan untuk menggugah emosi

    warga belajar dalam memahami dan meyakini Aqidah Islam.

    2. Pendekatan rasional, yaitu usaha memberikan peranan rasio (akal)

    dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran Islam.

    3. Pendekatan fungsional, yaitu usaha untuk menyajikan ajaran Islam

    dengan menekankan pada segi kemanfaatannya warga belajar

    dalam kehidupan sehari-hari.

    4. Pendekatan keteladanan, yaitu menyuguhkan keteladanan, baik

    yang langsung melalui penciptaan tingkah laku yang

    mencerminkan iman, dan meneladani kisah-kisah Nab.55

    Selain pendekatan-pendekatan di atas dalam rangka

    mengupayakan perolehan (hasil belajar) yang bermakna dan tahan

    lama jika kemungkinan dapat juga menggunakan pendekatan

    keterampilan proses yang mengarah pada warga belajar aktif. Dalam

    pelaksanaan guru dapat menggunakan salah satu metode atau

    menggabungkan beberapa metode mengajar yang perlu diperhatikan,

    bahwa metode yang dipilih tersebut sesuai dengan tujuan pelajaran,

    materi pelajaran, sarana yang ada, serta waktu yang tersedia.

    55 Ibid, 35-36.

  • Kemampuan dasar yang diharapkan pada warga belajar setelah

    menamatkan pendidikan di Madrasah Diniyah adalah:

    1. Mengetahui dan meyakini kebenaran aqidah islam sebagaimana

    yang terdapat dalam rukun iman.

    2. Dapat mencerminkan keimanan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengetahui dan meyakini sifat-sifat Allah, Rasul Allah dan

    Malikat Allah.

    4. Meneladani sifat-sifat Rasulullah.

  • BAB III

    PENGAJARAN KITAB AQDAT AL-AWM KELAS 2 L

    DI MADRASAH HIDAYATUL MUBTADIAT HUDATUL MUNA II

    JENES PONOROGO

    A. Gambaran Umum Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul

    Muna 2 Jenes Ponorogo

    1. Letak Geografis

    Madrasah Hidayatul Mubtadiat Jenes Brotonegaran Ponorogo

    merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Islam sebagai tempat untuk

    kegiatan belajar mengajar non formal yang terletak di kelurahan

    Brotonegaran Kecamatan Kota Ponorogo Jawa Timur dengan batas-

    batasnya :

    1. Sebelah Barat = Perkampungan penduduk Jenes Ponorogo.

    2. Sebelah Timur = Pondok Hudatul Muna I Jenes Ponorogo.

    3. Sebelah Utara = Jembatan (sungai)

    4. Sebelah Selatan = SMA Negeri 3 Ponorogo.

    Kompleks Madrasah Hidayatul Mubtadiat Jenes ini terletak di

    kelurahan Brotonegaran 500 M di sebelah Selatan alon-alon Ponorogo.

    Penduduknya 90% beragama Islam. Karena masyarakatnya adalah

    masyarakat perkotaan, maka mata pencahariannya beraneka ragam antara

    lain: pegawai negeri, petani, pedagang, dan wiraswasta di kelurahan

    Brotonegaran ini. Di samping ada Madrasah Hidayatul Mubtadiat yang

  • dalam lingkup pesantren juga terdapat beberapa lembaga pendidikan

    lainnya, antara lain : Pondok Pesantren, TPQ Sunan Ampel, MTS/SMP,

    MA/SMA dan USG ( Universitas Satyagama Program Ekstensen) Dari

    sekian kawasan yang mengelilinginya tercipta suasana yang baik dan

    suasana keagamaan yang harmonis, sehingga hal yang demikian itu

    mendukung program pendidikan di Madrasah Hidayatul Mubtadiat Jenes

    Brotonegaran Ponorogo.56

    2. Sejarah Singkat Madrasah Hidayatul Mubtadiat Jenes Ponorogo

    Madarsah Hidayatul Mubtadiat adalah salah satu lembaga yang

    berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Hudatul Muna Jenes.

    Madrasah Hidayatul Mubtadiat awalnya bernama Madrasah Miftahul

    Huda, karena beberapa hal bernama Hidayatul Mubtadiat.

    Pondok Pesantren Hudatul Muna berdiri sejak tahun 1964 M

    dengan bermodal sebuah masjid dan sebidang tanah warisan. Awalnya

    santri Pondok tersebut banyak yang laju dari rumah, akhirnya santrinya

    banyak berkurang. Kemudian pada tahun 1964 M pondok diasuh oleh

    K.H. Qomarudn Muft selaku menantu K.H. Thoyyib.

    K.H. Qomarudn Muft lahir di Kembang Sawit, Kebonsari,

    Madiun pada tahun 1936 M, dari seorang ayah bernama K.H. Muft,

    56 Lihat transkip dokumentasi nomor: 01/D/24-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.

  • sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Subuhul Huda, Kembang Sawit dan

    Ibu bernama Nyai Sringatun.57

    Dari silsilah bapaknya beliau dari K.H. Muft bin K. Hasan

    Munadi bin Mbah Kondo bin Kyai Ageng Rending Kincang Madiun,

    adapun silsilah dari ibu beliau putra Ibu Sringatun binti K.H. Umar Pucang

    Anom bin Kyai Kamil Tegalsari Jetis Ponorogo.

    Tahun 1944, beliau masuk Sekolah Rakyat (SR) III pagi (SD) di

    kembang Sawit dan tamat pada tahun 1950. Bersamaan itu pula, beliau

    sekolah Madrasah Diniyah masuk sore (MI) Ngujur 1 Km arah barat

    Kembang Sawit yang diasuh oleh al maghfurllh K.H. Ali Rohmad pada

    tiap bulan Ramadhan beliau juga mondok/ pasan di Bacem bersama adik

    beliau yaitu Kasmuri dan keponakan beliau K.H. Ahmad Dardiri.

    Pada tahun 1953, beliau masuk Madrasah Tsanawiyah Kembang

    Sawit dan tamat pada tahun 1956 M. Madrasah Tsanawiyah saat itu

    pelajarannya sudah alfiyah, jawahirul maknun, dan lain-lain. Ketika itu

    Kembang Sawit terkenal dengan Pondok Pesantren Subuhul Huda,

    pengasuhnya adalah K.H. Munirul Ikhwan (adik ipar K.H Qomarudn

    Muft). Pada tahun 1957, beliau berangkat mondok ke Pon-Pes Al-

    Hidayah Sodetan Lasem yang diasuh oleh al-Maghfurllh K.H Maksum.

    Selama 6 bulan, beliau berkhidmat dan mendapatkan gemblengan dari K.H

    Maksum. Tahun 1962, K.H Qomarudn Muft pindah ke Kembang Sawit

    dan pada tanggal 28 april 1964 menikah dengan Ibu Nyai Saudah Binti

    57 Lihat transkip dokumentasi nomor: 02/D/24-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.

  • K.H Thoyyib, Jenes Ponorogo ( seorang guru ngaji di desa Jenes

    Brotonegaran Ponorogo ).58

    Setelah menikah dengan Ibu Nyai Saudah pada tanggal 28 April

    1964 M, K.H Qomarudn Muft pindah dari tanah kelahirannya ke Jenes

    pada 27 Ruwah dengan diikuti 35 santri dari Pon-Pes Subuhul Huda

    Kembang Sawit. 3 hari kemudian datanglah bulan suci Ramadhan, maka

    beliau langsung mengaji kitab-kitab kuning. Sebelumnya pada tanggal 27

    Rajab dengan diikuti dengan K.H Munrul Ikhwn, K.H Qamarudn Muft

    berpidato di depan masyarakat yang isinya, Insy Allah akan mendirikan

    Pondok Pesantren Hudatul Muna dan Madrasah Miftahul Huda. Setelah

    melewati bulan suci Ramadhan, bertepatan tanggal 12 Syawal, janji

    tersebut ditunaikan. Akhirnya berdirilah Pondok Pesantren Hudatul Muna

    dan Madrasah Miftahul Huda di Jenes yang terletak di Kelurahan

    Brotonegaran, yang lebih terkenal Jenes-nya dari pada Desa Brotonegaran

    itu sendiri, yaitu di Jalan Yos Sudarso 2 B Ponorogo.59

    Pondok Pesantren Hudatul Muna masa-masa mencapai

    kejayaannya antara tahun 1972-1980, yang pendidikanya meliputi

    pengajian kitab kuning (salaf), sorogan kitab, dan sorogan al-Quran,

    Pendidikannya juga ada yang di bagi menjadi kelas-kelas yaitu ibtida,

    Tsanawiyah dan Aliyah pada waktu itu santrinya mencapai 300 lebih.

    Genap usia 53 tahun tepatnya tanggal 20 Januari 1989 atau Senin Wage

    58 Ponpes Hudatul Muna, Sekilas Manaqib K.H. Qomaruddin Mufti ( Ponorogo:

    t.p., 2008), 1-7. 59 Ponpes Hudatul Muna, Sekilas Manaqib K.H. Qomaruddin Mufti ( Ponorogo: t.p.,

    2008), 1-7.

  • tanggal 12 Rajab 1409 H, sekitar pukul 04.00 WIB. beliau meninggal

    dunia dengan meninggalkan 11 anak.

    Selang beberapa bulan meninggalnya K.H Qomarudn Muft,

    akhirnya kepemimpinan pondok pesantren Hudatul Muna digantikan adik

    iparnya yaitu K.H Masduqi Toyyib. Pada waktu itu, belum ada perubahan

    sistem pendidikan dan masih menggunakan metode pendidikan ulama

    salaf. Tingkatan pendidikanya meliputi : Ibtida, dari mulai kelas 1-6,

    kelas 13 Tsanawiyah dan kelas 1-3 Aliyah. Pada tahun 2000, K.H.

    Masduqi Thoyyib meninggal dunia setelah selama 10 tahun memimpin

    pondok pesantren Hudatul Muna. Sepeninggal K.H. Masduqi Thoyyib,

    Pondok Pesantren Hudatul Muna terpecah menjadi dua, yang sebelah

    selatan dipegang K.H. Abdul Qodir (keponakan K.H. Masduqi Thoyyib)

    dan sebelah utara dipegang oleh K.M. Munirul Janani, S.Pd.I. (putra

    sulung K.H. Qomaruddin Mufti). Walaupun terbagi menjadi dua tetapi

    memiliki pelindung pondok yang sama yaitu K.H. Masykuri Thoyyib

    (adik kandung K.H. Masduqi Thoyyib).

    Pondok bagian selatan bernama Hudatul Muna I dan sebelah utara

    bernama Hudatul Muna II dan madrasah diniyah yang awalnya bernama

    Miftahul Huda menjadi Hidayatul Mubtadiat. Pencetus nama itu adalah

    Ibu Siti Roudlotah Nimah beserta suami K.M. Muslih al-Barony yang

    mengkiblat nama Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiat Lirboyo Kediri.

    Kemudian diteruskan oleh K.M. Fauzi Muhtarom selaku adik ipar Ibn Siti

  • Roudlotun Nimah. Madrasah Hidayatul Mubtadiat ini terdiri dari l,

    wusth dan uly sampai sekarang.

    Lembaga pendidikan yang dikelola di Pondok Pesantren Hudatul

    Muna 2 Antara lain:

    1. Lembaga non formal:

    a. Madrasah diniyah yaitu program pendidikan agama system salaf

    dengan menekankan pendidikan akhlak, aqidah, fiqih, nahwu atau

    sharaf dan ubudiyah. Madrasah ada tiga tingkatan yaitu l,

    wushth dan ly. Madrasah ini dimulai setelah shalat Magrib

    sampai pukul 20.30 WIB.

    b. Madrasah Muratil Quran, madrasah ini mengkhususkan perbaikan

    dan pembetulan bacaan al-Quran dari segi makhroj dan tajwidnya.

    Madrasah ini berbentuk sorogan, yaitu santri maju satu persatu

    menghadap ustadz/ustadzah. Madrasah ini Madrasah ini berbentuk

    sorogan, yaitu santri maju satu persatu menghadap ustadz/

    ustadzah madrasah ini juga diperuntukkan bagi santri yang

    menghafal al-Quran.60

    2. Lembaga formal:

    a. Madratah Tsanawiyah Terpadu dan Madrasah Aliyah Terpadu

    Hudatul Muna, kedua madrasah ini berdiri pada bulan juni 2002

    dengan menggunakan kurikulum terpadu, yaitu pendidikan modern

    berkurikulum departemen agama, sehingga murid-murid dapat

    60 Lihat transkip dokumentasi nomor: 04/D/24-V/2009 dalam lampiran skripsi ini

  • mengikuti ujian negara. Namun, masih tetap menggutamakan mata

    pelajaran agama dengan perbandingan 70% agama dan 30% umum.

    b. SMK teknik informatika program keahlian teknik komputer dan

    jaringan. Sekolah ini pelaksanaannya dimulai pada Tahun Ajaran

    2005/2006. SMK yang memakai kurikulum Diknas ini merupakan

    kerjasama antara lembaga pendidikan ponpes Hudatul Muna 2

    dengan SMKN 1 Jenangan Ponorogo dan kelas 1-3 masuk sore

    dikarenakan terbatasnya ruang belajar. Sekolah ini juga dilengkapi

    laboratorium komputer.

    Pondok Pesantren Hudatul Muna 2 sekarang diasuh oleh K.M

    Munrul Janni, S.Pd.I (putra sulung K.H Qomarudn Muft),

    K.M.Muslih Albaroni dan K.M Fauzi Muhtarm, keduanya menantu

    K.H. Qomarudn Muft. Mulai Tahun 2005 Ponpes Hudatul Muna 2

    telah bernaung di bawah yayasan. Akhirnya segala kegiatan belajar

    mengajar yang ada di Ponpes Hudatul Muna 2 bernaung di bawah

    yayasan .

    3. Visi, Misi dan Tujuan

    Sebagai suatu lembaga pendidikan yang mampu menjawab

    tantangan perubahan dan perkembangan madrasah diniyah Hidayatul

    Mubtadiat Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo merumuskan visi, misi dan

    tujuannya, sebagai berikut:

  • a. Visi Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiat Hudatul Muna 2 adalah: