Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

download Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

of 14

Transcript of Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    1/14

    MAKALAH PELAYANAN FARMASI

    PHARMACEUTICAL CARE UNTUK

    PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

    OLEH :

    KELOMPOK 6

    KELAS A 2012

    ULFA WILDA (F1F1 12 007)

    NUR FITRAH MASUMI (F1F1 12 017)

    CHICHI FAUZIYAH (F1F1 12 028)

    LA ODE MUHAMMAD DIMAN (F1F1 12 042)

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HALU OLEO

    KENDARI

    2015

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    LATAR BELAKANGPenyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini

    merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan

    berkembang, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada

    tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh

    kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di

    Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem

    sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni

    sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang

    disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat

    orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko

    mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis,

    imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di

    seluruh dunia pada tahun 2001, meninggal karena penyakit kardiovaskular.

    Sementara, sepertiga dari seluruh populasi dunia saat ini berisiko tinggi untuk

    mengalami major cardiovascular events. Pada tahun yang sama, WHO mencatat

    sekitar 17 juta orang meninggal karena penyakit ini dan melaporkan bahwa sekitar

    32 juta orang mengalami serangan jantung dan stroke setiap tahunnya.

    Diperkirakan pada tahun 2001 di seluruh dunia terjadi satu serangan jantung

    setiap 4 detik dan satu stroke setiap 5 detik. Perkembangan terkini

    memperlihatkan, penyakit kardiovaskular telah menjadi suatu epidemi global yang

    tidak membedakan pria maupun wanita, serta tidak mengenal batas geografis dan

    sosio-ekonomis.

    Berbagai pedoman dan standar terapi telah dibuat untuk penatalaksanaan

    penderita PJK. Agar standar dan strategi pengobatan serta penatalaksanaan pasien

    PJK berlangsung secara optimal, efektif dan efisien sesuai dengan pedoman atau

    standar terapi yang telah ditetapkan, maka perlu adanya suatu sistem dan/atau

    mekanisme yang secara terus menerus memonitor dan memantau terapi obat yang

    diterima pasien.

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    3/14

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini

    adalah :

    1.

    Apa itu penyakit jantung koroner?

    2. Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit jantung koroner?

    3. Bagaimanakah peran farmasis dalam pelayanan kefarmasian terhadap penyakit

    jantung koroner ?

    C. TUJUAN

    Tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :

    1.

    Mengetahui penyakit jantung koroner.2. Mengetahui penatalaksanaan penyakit jantung koroner.

    3. Mengetahui peran farmasis dalam pelayanan kefarmasian terhadap penyakit

    jantung koroner.

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    4/14

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.

    PENYAKIT JANTUNG KORONER1. Pengertian

    Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat adanya

    perlemakan atau timbunan lemak yang terjadi pada pembuluh darah koroner pada

    organ jantung. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang mensuplai

    darah segar yang berisi oksigen dan nutrisi ke otot-otot jantung. Penyempitan atau

    penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering

    ditandai dengan adanya rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).

    Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyempitan dan penghambatan

    pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Mengeras dan

    menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan lemak menyebabkan terjadinya

    arteriosklerosis. Akibat terjadinya arteriosklorosis maka akan terjadi

    ketidakseimbangan antara suplai oksigen disatu pihak dengan kebutuhan oksigen

    pada otot jantung.

    Gambar 1. Perbedaan arteri koroner normal dan arteri koroner yang mengalami

    aterosklerosis

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    5/14

    2. Patofisiologi

    Proses arteriosklerosis diawali dengan metabolisme lipid yang abnormal

    dan lemak jenuh yang berlebihan. Tahap awal adalah pembentukan lapisan lemak,

    atau akumulasi lipid subendotelial dan monosit terisi lipid. Low-density

    Lipoprotein (LDL) adalah lipid utama pembentuk arteriosklerosis. LDL

    mengalami oksidasi, yang menjadikannya sulit di pindahkan semudah zat toksik

    lainnya. Makrofag bermigrasi kedalam ruang subendotelial dan memakan lipid,

    sehingga terbentuk sel sabun (foam cell). Begitu terjadi proses pembentukan plak,

    sel-sel otot polos juga bermigrasi ke dalam lesi ini. Pada tahap ini lesi tersebut

    secara hemodinamik belum kelihatan, tetapi fungsi endotel sudah abnormal dan

    kemampuannya untuk membatasi masuknya lipoprotein ke dalam dinding

    pembuluh darah menjadi terganggu. Apabila plak ini sudah stabil, terbentuk

    selubung fibrosa, lesi ini mengalami klasifikasi dan lumen pembuluh darah

    menyempit.

    Meskipun plak arteriosklerosis dapat tetap stabil atau berubah secara

    bertahap, beberapa diantaranya dapat mengalami rupture, menyebabkan keluarnya

    lipid dan faktor jaringan dalam berbagai rangkaian kejadian dengan puncaknya

    terjadi trombosis intravaskuler. Akhirnya proses ditentukan oleh apakah pembuluh

    darah menjadi tersumbat atau apakah terjadi trombosis, baik spontan maupun

    akibat pengobatan, dan apakah plak selanjutnya menjadi stabil.

    Tersumbatnya pembuluh darah dapat parsial atau komplit (menimbulkan

    gejala angina tidak stabil atau infark miokard), atau plak (Tierney dkk, 2002)

    Gambar 2. Penimbunan plak pada pembuluh darah arrteri koroner

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    6/14

    3. Gejala Klinis

    Gejala klinis akan timbul apabila sudah terjadi obstruksi pada arteri

    koroner. Tanda-tanda tersebut antara lain:

    a.

    Nyeri dada (angina pectoris), jika miokardium tidak mendapatkan cukup

    darah, maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang

    berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak

    di dada atau perasaan dada seperti diremas-remas, yang timbul jika otot

    jantung tidak mendapatkan darah yang cukup.

    b. Sesak nafas

    c. Kelelahan atau kepenatan, jika jantung tidak efektif memompa maka aliran

    darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berukurang, menyebabkan

    penderita merasa lemah dan lelah.

    d. Palpitasi (jantung berdebar-debar).

    e.

    Pusing dan pingsan, penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung

    yang abnormal serta kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan

    pusing dan pingsan.

    4. Faktor Risiko

    Faktor risiko penyakit jantung koroner biasanya :

    a. Hiperkolesterolemia (terutama konsentrasi serum LDL)

    b.

    Hipertensi

    c. Diabetes

    d. Obesitas

    e. Merokok

    a. Genetik/ Riwayat keluarga

    b.

    Kurang olah ragac.

    Sering stres

    Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :

    a. Faktor usia

    b.

    Jenis kelamin, pria lebih berisiko

    c. Faktor genetik

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    7/14

    B. PENATALAKSANAAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

    Prinsip penatalaksanaan PJK adalah mengembalikan aliran darah koroner

    untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infarkmiokard, dan mempertahankan fungsi jantung. Penderita PJK perlu penanganan

    segera mulai sejak di luar rumah sakit sampai di rumah sakit.

    1. Terapi Farmakologi

    Prinsip dasar pengobatan penderita PJK adalah dengan mengusahakan

    adanya perbaikan aliran darah koroner. Penderita harus mendapat penaganan

    segera (cepat) dan tepat. Segera dilakukan pemasangan infus dan diberikan

    oksigen 2 l/menit dan penderita harus istirahat total serta dilakukan monitor EKG

    24 jam (di ICCU). Jika didapatkan komplikasi hendaknya dilakukan penanganan

    komplikasinya untuk menurunkan kematian. Adapun secara umum obat-obat yang

    diberikan adalah :

    1) Analgetik, biasanya diberikan golongan narkotik (morfin) yang diberikan

    secara intra vena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.

    2) Nitrat, dengan efek vasodilatasinya akan menurunkan venous return akan

    menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Nitrat dapat

    diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan

    per oral atau intravena.

    3) Aspirin, sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan

    sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka

    kematian.

    4) Trombolitik terapi, pemberian ini sangat bermanfaat jika diberikan pada jam

    pertama dari serangan infark. Dan terapi ini masih bermanfaat jika diberikan

    sampai 12 jam dari onset serangan infark.

    5)

    Beta blocker, diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga

    akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Disamping itu beta bloker juga

    mempunyai efek anti aritmia.

    6)

    ACE-inhibitor, dapat diberikan segera jika penderita disertai dengan hipertensi

    atau gagal jantung asalkan tekanan darah sistolik >90 mmHg.

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    8/14

    2. Terapi Non Farmakologi

    Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan antara lain :

    1) Tindakan Revaskularisasi

    Termasuk di sini yaitu angioplasti koroner (percutaneous transluminal

    coronary angioplasty / PTCA) yang merupakan prosedur melebarkan pembuluh

    darah dengan balloon dan dipasang ring/stent melalui prosedur tanpa operasi

    dimana dokter melakukan prosedur tersebut melalui kateter yang dikendalikan

    dari luar melewati pembuluh darah dibawah kulit. Biasanya melewati pembuluh

    darah di angkal paha atau lengan bawah.

    Gambar 3. Proses penggunaan balloon angioplasty

    (a)

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    9/14

    (b) (c)

    Gambar 4. (a) (b) (c) Proses pemasangan ring/stent pada pembuluh dara arteri koroner

    2)

    Rehabilitasi Medik

    Bagi penderita yang sedang mengalami serangan jantung tindakan yang

    dilakukan memang bersifat darurat dan dikerjakan dengan cepat. Seperti

    melakukan rangsangan menggunakan listrik bertegangan tinggi ketika jantung

    berhenti berdenyut. Pada kondisi penanganan jantung seperti ini, tindakan yang

    cepat merupakan prioritas utama.

    Pasien yang mengalami serangan jantung dan pasca operasi pada

    umumnya mengalami gangguan pada fungsi-fungsi organ tubuhnya. Karena ituuntuk meningkatkan kemampuan organ itu paling tidak mendekati kondisi semula

    dilakukan rehabilitasi medik dengan maksud untuk mengoptimalkan fisik,

    fisiologi dan sosial pada pasien-pasien yang sebelumnya menderita

    kejadiankardiovaskular.

    3) Modifikasi Faktor Risiko

    Berhenti merokok, pasien yang berhenti merokok akan menurunkan angka

    kematian dan infark dalam 1 tahun pertama.

    Berat badan, untuk mencapai dan /atau mempertahankan berat badan optimal.

    Latihan, melakukan aktivitas sedang selama 30-60 menit 3-4x/minggu (jalan,

    bersepeda, berenang atau aktivitas aerobic yang sesuai)

    Diet mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol rendah atau lemak

    dengan saturasi rendah

    Menurunkan kadar kolestrol, target primer kolesterol LDL < 100 mg/dl.

    Hipertensi, target tekanan darah

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    10/14

    C. PERAN FARMASIS DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN PJK

    Rencana asuhan kefarmasian yang dibuat untuk pasien PJK harus memiliki

    tujuan untuk mengatasi masalah yang muncul dan meningkatkan kesempatan

    pasien untuk bertahan dalam jangka waktu lama. Prinsip dasar rencana asuhan

    kefarmasian secara garis besar pada prinsipnya terdiri dari:

    1.

    Melaksanakan manajemen DRPs

    2. Menjaga dan berupaya agar pedoman penatalaksanaan pasien berjalan

    sebagaimana telah disepakati berdasarkan standar pelayanan profesi dan kode

    etik yang telah ditetapkan.

    3. Melaksanakan pemberdayaan pasien dalam hal penggunaan obat secara cerdas

    serta bijak dan pengetahuan tentang penyakit jantung koronerr

    Pelaksanaan asuhan kefarmasian oleh apoteker dapat dilaksanakan

    sebelum penderita ke rumah sakit, di rumah sakit dan atau setelah keluar dari

    rumah sakit.

    a. Sebelum ke Rumah Sakit

    Prinsip pelaksanaanasuhan kefarmasian sebelum ke rumah sakit adalah

    seorang apoteker harus dapat mengenali bahwa seseorang telah terkena PJK dari

    gejala dan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Jika berdasarkan keluhan apoteker

    menilai bahwa pasien kemungkinan mengalami PJK, maka:

    1)

    Berikan Nitrat sublingual

    2)Kirim ke fasilitas yang memungkinkan

    b.Saat di Rumah Sakit

    IGD/UGD

    Rencana asuhan kefarmasian yang dibuat harus mencakup dan mempunyai

    tujuan dalam hal menjamin dan memastikan ketersediaan dan distribusi

    barangbarang kefarmasian untuk terlaksananya terapi/penatalaksanaan secara

    optimal.

    Rawat Inap, ICCU/CVC

    Rencana asuhan kefarmasian yang dibuat untuk pasien harus mempunyai

    tujuan untuk mengatasi masalah gejala yang muncul dan meningkatkan

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    11/14

    kesempatan bertahan untuk jangka waktu lama dengan kondisi bebas dari terapi.

    Hal-hal penting yang diperlukan harus mencakup :

    1)

    Pengoptimasian regimen obat antiangina penderita untuk menjamin

    kerasionalannya apakah penambahan terapinya sampai tercapai kontrol gejala

    yang baik.

    2)

    Memonitor setiap penambahan dan atau penggantian regimen obat pada pasien

    untuk melihat keberhasilan dan kemampuan toleransinya dengan

    melakukan pengukuran hasil pengobatan melalui analisa frekuensi serangan

    angina yang terjadi pada pasien.

    3) Memberikan konsultasi pada pasien untuk memastikan bahwa dia mengerti

    tujuan dari pengobatan dan menggunakan obatnya dengan tepat sehingga

    tercapai efek maksimum terapi dan minimalisasi efek samping. Menjelaskan

    kepada pasien, alasan pemberian setiap obat yang digunakannya serta

    hubungannya dengan gejala dan keluhan yang dirasakannya.

    4) Memberikan konsultasi pada pasien perihal pola hidupnya (seperti diet,

    merokok dll).

    5)

    Memastikan bahwa pasien mendapatkan saran dan obat yang kontinyu ketika

    keluar dari rumah sakit. Sebelum pulang ke rumah, pasien harus

    mendapatkan petunjuk yang detail mengenai pengobatannya termasuk

    penjelasan bagaimana mendapat obat selanjutnya dan apa yang harus

    dilakukan jika gejala yang muncul tidak terkontrol atau jika dia terkena efek

    samping dari pengobatannya.

    6) Memastikan prinsip-prinsip dari manajemen DRPs sudah berjalan dengan

    optimal.

    c.

    Setelah Keluar dari Rumah SakitAsuhan kefarmasian bagi pasien PJK yang menjalani terapi rawat jalan

    adalah dalam bentuk kegiatan layanan konsultasi obat terhadap pasien. Materi

    yang disampaikn pada konsultasi harus mencakup hal-hal berikut:

    1)

    Informasi terkait obat yang diterima. Termasuk nama obat yang diresepkan

    pada pasien, rejimen pengobatan, sertagolongan obat tersebut.

    2) Indikasi dari penggunaan obat yang diresepkan pada pasien.

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    12/14

    3) Tindakan yang perlu dilakukan jika pasien lupa mengonsumsi obat. Misalnya

    untuk warfarin, disarankan agar segera mengonsumsi obat selagi ingat dan

    jarak waktu secukupnya untuk konsumsi warfarin selanjutnya.

    4)

    Efek samping obat dan cara mengatasinya. Misalnya, efek samping pusing

    atau sakit kepala karena minum obat ISDN, kepada pasien diberitahu bahwa

    sakitnya akan hilang dengan sendirinya dan jika diperlukan pasien dapat

    menggunakan obat analgetik untuk mengatasinya.

    5) Cara penyimpanan obat. Dijelaskan pada pasien bahwa mutu, stabilitas dan

    keamanan obat ditentukan pula oleh cara penyimpanannya. Pasien diberitahu

    agar obat dijauhkan dari jangkauan anak dan disimpan pada tempat yang

    terhindar dari cahaya matahari.

    6) Hal penting yang perlu diperhatikan oleh pasien semasa penggunaan obat.

    Misalnya, makanan apa yang perlu dihindari pada saat penggunaan obat, atau

    kondisi fisiologis yang dialami pasien secara pribadi (misal: terdapat alergi

    obat tertentu, atau kondisi kehamilan)

    7) Hal-hal tertentu yang dapat memperburuk kondisi penyakit. Misalnya

    disampaikan pada pasien bahwa kondisi PJK akan memburuk pada kondisi

    pasien mengalami hiperlipidemia (kolesterol tinggi), sehingga pasien

    diharapkan dapat menghindari makanan tinggi kolesterol. Disampaikan pula

    hal-hal yang dapat memperburuk atau meringankan kondisi penyakit, yaitu

    dilakukannya diet dan latihan fisik rutin dapat mencegah timbulnya gejala

    pada masa mendatang.

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    13/14

    BAB III

    PENUTUP

    A.

    KESIMPULANDari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease) adalah penyakit pada

    pembuluh darah koroner berupa adanya perlemakan atau timbunan lemak

    yang terjadi pada pembuluh darah koroner.

    2.

    Penatalakasanaan penyakit jantung koroner dapa dilakukan dengan terapi

    farmakologi dengan mengusahakan adanya perbaikan aliran darah koroner

    serta terapi non farmakologi.

    3. Rencana asuhan kefarmasian yang dibuat untuk pasien PJK harus memiliki

    tujuan untuk mengatasi masalah yang muncul dan meningkatkan kesempatan

    pasien untuk bertahan dalam jangka waktu lama.

    B. SARAN

    Perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut tentang asuhan kefermasian

    terhadap penyakit jantung koroner untuk mengoptimalkan pelayanan terhadap

    pasien.

  • 7/23/2019 Makalah Pelayanan Farmasi Pjk

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Atti A., Bunawan Sunarlim, dan Utami Dyah Syafitri, 2008, Analisis Faktor

    Risiko Penyakit Jantung Koroner Menggunakan Metode Regresi Logistik

    Dan Chaid,Jurnal Mat Stat, 8(2).

    Fitrawan A., Citrakesumasari, Devintha Virani, 2013, Uji Sensitivitas Skor

    Riskesdas Coronary Heart Disease Terhadap Rasio Ldl/Hdl Pada Pasien

    Rawat Jalan Rsud Kh Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar.

    Universitas Hasanudin, Makassar.

    Kuswardani I., 2010, Terapi Kultural Dan Spiritual Penyakit Jantung Koroner,

    Universitas Setia Budi.

    Riskesdas. 2008. Riset Kesehatan Dasar, Laporan Nasional Riskesdas 2007.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

    WHO, 2004, The Atlas Heart Disease and Stroke, Volume 84, New York.