Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

19
Struktur Kalimat dalam Puisi ‘L’Aube Spirituelle’ Karya Baudelaire dan dalam Puisi ‘Barbara’ Karya Jacques Prévert MAKALAH Diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengkajian Bahasa Prancis Oleh Dinia Putri 1106020415 Hana Maulida 1106063023 Meutia Adelia 1106062891

Transcript of Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Page 1: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Struktur Kalimat dalam Puisi ‘L’Aube Spirituelle’ Karya Baudelaire

dan dalam Puisi ‘Barbara’ Karya Jacques Prévert

MAKALAH

Diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengkajian Bahasa Prancis

Oleh

Dinia Putri 1106020415

Hana Maulida 1106063023

Meutia Adelia 1106062891

Page 2: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Nurul Handayani 1106077483

PROGRAM STUDI PRANCIS

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2013

Daftar Isi

Halaman Judul

Daftar Isi 2

BAB I Pendahuluan 3

a. Latar Belakang 3

b. Rumusan Masalah 4

c. Tujuan Penelitian 4

d. Metodologi Penelitian 4

e. Kerangka Teoretis 4

f. Ruang Lingkup Penelitian 4

BAB II Hubungan Struktur Kalimat dengan Rasa dalam Puisi ‘L’Aube Spirituelle’ Karya

Baudelaire dan Puisi ‘Babara’ Karya Jacques Prévert 5

A. Hubungan struktur kalimat dengan rasa dalam puisi ‘L’Aube Spirituelle’ 5

B. Hubungan struktur kalimat kalimat dengan rasa dalam puisi ‘Barbara’ 7

2

Page 3: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

BABIII Kesimpulan 12

Daftar Pustaka 13

Lampiran 14

BAB I

Pendahuluan

a. Latar Belakang

Sebuah penelitian karya sastra dengan metode struktural memiliki

kemungkinan besar untuk menggunakan analisis sintaksis. Namun, jika sudut

3

Page 4: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

pandang yang dipakai adalah lingusitik, rasanya tidak banyak penelitian lingusitik

dengan fokus sintaksis menggunakan karya sastra, dalam hal ini puisi, sebagai korpus.

Untuk itu, dalam penelitian ini akan digunakan dua puisi, yakni L’Aube Spiritulle

karya Baudelaire dan Barbara karya Jacques Prévert.

Puisi dalam kesusastraan Prancis telah ada seiring dengan berkembanganya

sastra, dan ilmu pengetahuan sejak sebelum abad ke-11. Dalam perkembangan

kesusastraan Prancis, puisi mengalami berbagai transformasi baik dalam

kecenderungan isi, maupun bentuk. Kecenderungan isi, dan kemiripan cara

penyampaian (terlepas dari kekhasan masing-masing penyair) membuat puisi dapat

digolongkan ke dalam aliran-aliran kesusastraan seperti romantisisme, simbolisme,

dan lain-lain. Adapun L’Aube Spiritulle karya Baudelaire dan Barbara karya Jacques

Prévert merupakan dua karya dengan aliran berbeda yakni simbolisme (Baudelaire)

dan surrealisme (Prévert).

Terlepas dari perbedaan aliran, secara kasat mata dua puisi tersebut memiliki

tampilan yang berbeda. Perbedaan itu terkait dengan struktur kalimat di masing-

masing puisi. Struktur kalimat yang dimaksud salah satunya adalah panjang-pendek

kalimat yang digunakan. Perlu diingat bahwa sebuah karya sastra tidak sekadar

mengantar pembaca untuk memahami isi yang disampaikan oleh penyair, tetapi juga

memberikan pembaca pengalaman batiniah yang berkaitan dengan rasa. Ringkasnya,

terdapat korelasi antara struktur kalimat yang digunakan dalam puisi dengan rasa

yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba memperlihatkan

korelasi dan sejauh mana struktur kalimat berpengaruh terhadap rasa dalam puisi.

b. Rumusan Masalah

Bagaimana struktur kalimat dapat mempengaruhi rasa dalam puisi?

c. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah struktur kalimat yang

digunakan dalam puisi turut mendukung rasa yang ingin ditimbulkan oleh penyair.

4

Page 5: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

d. Metodologi Penelitian

Kami menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun langkah kerja kami untuk

melakukan penelitian ini; memahami isi puisi, menentukan jumlah kalimat dalam

puisi, mencari struktur dari setiap kalimat, dan menganalisis hubungan antara struktur

yang digunakan dan rasa dalam puisi. Sumber data penelitian kami tentu saja kedua

puisi yang akan kami analisis yaitu, ‘L’Aube Spirituelle’ karya Baudelaire dan

‘Barbara’ karya Jacques Prévert.

e. Kerangka Teoretis

Menurut Roland Barthes, salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis teks

sastra adalah metode struktural. Metode tersebut memperhitungkan semua unsur-

unsur yang ada dalam sebuah karya sastra. (Barthes, 1996: 1-2). Menurut Roman

Jacobson dan Levi-Strauss, unsur-unsur tersebut adalah metrik, semantik, sintaksis,

dan bunyi. (Rifaterre, 1971: 311). Oleh karena pembahasan kami adalah menganalisis

unsur sintaksis dalam teks sastra, kami hanya akan mengulas unsur sintaksisnya saja.

Unsur sintaksis yang dianalisis meliputi panjang pendeknya kalimat dan jenis kalimat.

f. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas peran struktur kalimat dalam membangun rasa dalam

dua puisi yaitu ‘L’Aube Spirituelle’ karya Baudelaire dan ‘Barbara’ karya Jacques

Prévert. Hal ini berdasarkan teori yang kami gunakan.

5

Page 6: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

BAB II

Hubungan Struktur Kalimat dengan Rasa dalam Puisi ‘L’Aube

Spirituelle’ Karya Baudelaire dan Puisi ‘Babara’ Karya Jacques

Prévert

A. Hubungan struktur kalimat dengan rasa dalam puisi ‘L’Aube Spirituelle’

Secara keseluruhan, puisi ini memiliki empat buah kalimat. Kalimat pertama

diformulasikan ke dalam empat larik yang membentuk satu bait. Kalimat ini

digolongkan menjadi kalimat kompleks (phrase complèxe) karena terdiri dari dua

klausa, yakni klausa inti (proposition principale) dan klausa bawahan (proposition

subordonée circonstantiel de temps). Hal yang menarik dari kalimat ini adalah, klausa

inti diletakkan di akhir kalimat. Klausa inti yang berbunyi un ange se reveille,

didahului oleh klausa bawahan yang terkait dengan deskripsi waktu. Deskripsi

tersebut diformulasi oleh penyair ke dalam tiga setengah larik (karena di larik

keempat ada pula klausa bawahan) sebagai berikut:

Quand chez les débauchés l'aube blanche et vermeille

Entre en société de l'Idéal rongeur ,

Par l'opération d'un mystère vengeur

Dans la brute assoupie …..

Keberadaan klausa bawahan pada tiga setengah larik, dan hanya menyisakan setengah

larik di akhir bait sebagai klausa inti menunjukkan bahwa kalimat awal puisi L’Aube

Spirituelle dipenuhi oleh deskripsi mengenai waktu. Hal tersebut sengaja dihadirkan

dalam puisi ini oleh sang penyair untuk perasaannya kepada pembaca. Panjangnya

deskripsi seakan-akan mengatakan kepada pembaca bahwa ada hal yang lebih penting

dari inti kalimat itu sendiri, yakni suasana yang dibawa dalam kalimat itu.

Selanjutnya, kalimat kedua berada di bait kedua. Uniknya, kalimat kedua

tidak sepenuhnya mengisi bait kedua karena terdapat terpotong di larik ketiga pada

6

Page 7: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

bait ini. Dari empat larik yang membangun bait kedua, tiga larik pertama merupakan

kesatuan kalimat.

Kalimat kedua juga merupakan phrase complèxe atau kalimat kompleks.

Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara (phrase coordonée). Klausa inti

dalam kalimat ini tidak disampaikan secara utuh, tetapi terputus oleh klausa bawahan.

Hal itu akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.

Des Cieux Spirituels l'inaccessible azur ,

Pour l'homme terrassé qui rêve encore et souffre ,

S'ouvre et s'enfonce avec l'attirance du gouffre .

Jika kalimat tersebut dilepaskan dari bentuk bait, maka kalimat tersebut akan terlihat

seperti di bawah ini.

Des Cieux Spirituels l'inaccessible azur , Pour l'homme terrassé qui rêve encore et

souffre , S'ouvre et s'enfonce avec l'attirance du gouffre .

Dalam bentuk di atas terlihat bahwa klausa inti kalimat tersebut adalah Des Cieux

Spirituels l’inaccessible azur S’ouvre. Namun klausa inti ini disekat oleh klausa

bawahan , dua propositions subordonées relatives, yakni l’homme terassé qui rêve

dan (l’homme terassé) qui souffre. Klausa selanjutnya adalah (Des Cieux Spirituels

l’inaccessible azur) s’enfonce avec l’attirance du gouffre. Klausa ini merupakan

klausa yang setara dengan klausa inti sebelumnya sehingga sebagai penghubung

diperlukan konjungsi yaitu et (dan). Klausa ini disebut sebagai proposition

indépendante coordonée à la précédente.

Dari analisis di atas, terlihat bagaimana penyair menyampaikan pesan dan rasa

dalam kalimat tersebut. Penyair mendahului kalimat dengan potongan dari klausa inti

kemudian dilanjutkan dengan dua klausa bawahan. Klausa bawahan tersebut terkait

dengan kata kerja dalam klausa inti: s’ouvre. Hal tersebut menunjukkan bahwa klausa

bawahan hadir sebagai deskripsi dari klausa inti. Satu hal menarik adalah deskripsi

tersebut hanya terdapat di klausa inti, sementara di klausa sejajar tidak terdapat

deskripisi. Tambahan pula, deskripsi tersebut hadir memenggal klausa inti. Artinya,

deskripsi tersebut memang menjadi fokus penekanan penyair.

Pada kalimat ketiga ini cukup unik karena kalimat ini dimulai dari larik

terakhir pada bait kedua sampai larik terakhir bait ketiga. Ainsi chère Déesse, Étre

7

Page 8: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

lucide et pur, sur les débris fumeux des stupides orgies ton souvenir plus claire, plus

rose, plus charmant, à mes yeux agrandis voltige incessamment. Kalimat ini adalah

kalimat sederhana dengan memiliki jenis klausa bebas dimana inti kalimat berada di

bagian akhir yaitu, ton souvenir voltige incessament.

Kalimat ketiga ini masih memiliki pola yang sama dengan dua kalimat

sebelumnya dimana inti kalimat berada di bagian akhir. Dengan struktur seperti ini,

deskripsi dari inti kalimat begitu terasa. Meskipun deskripsi memadati kalimat dan

apalagi pembukaan kalimat diawali dengan deskripsi, hal ini menjadikan inti

pembicaraan yang dituangkan menjadi inti kalimat memiliki kedudukan yang sama

pentingnya meski hanya dalam bentuk yang sederhana dan berada diakhir kalimat.

Berbeda halnya dengan kalimat keempat. Jika tiga kalimat sebelumnya

meletakan inti kalimat di akhir bagian, inti dari kalimat keempat justru berada di

bagian awal. Kalimat keempat ini adalah keseluruhan dari bait keempat. Inti

kalimatnya adalah le soleil a noici la flamme des bougies yang kemudian diikuti oleh

deskripsi dari inti kalimat tersebut. Kalimat ini merupakan kalimat sederhana dengan

jenis klausa bebas sama seperti kalimat ketiga.

Penuhnya deskripsi dalam komposisi kalimat keempat ini, tetap memberi rasa

yang sama seperti pada kalimat-kalimat sebelumnya meski inti kalimat berada di

bagian awal. Inti kalimat diletakan diatas untuk memperjelas deskripsi dari inti

kalimat. Kita dapat merasakan penekanan yang berbeda dalam bait keempat ini.

Penekanan pada inti kalimat lebih terasa dalam bait keempat karena posisinya yang di

awal.

Dari keseluruhan struktur kalimat yang digunakan dalam puisi ‘L’Aube

Spirituelle’ memberi kesan lambat dan bertele-tele meski dua kalimat terakhir adalah

klausa bebas. Mayoritas kalimat ditampilkan dengan klausa utama atau inti kalimat

berada di bagian akhir dan deskripsi dibagian awal serta memadati kalimat membuat

tema yang ingin disampaikan oleh Baudelaire tentang kebangkitan rasa spiritualitas

dalam kondisi yang buruk dapat tersampaikan dengan baik ke pembaca. Kondisi

buruk yang digambarkan dalam puisi ini menempati posisi anak kalimat ataupun

deskripsi dari induk kalimat atau inti kalimat yang membicarakan tentang bangkitnya

rasa spiritualistas menjadikan rasa dan tema yang ingin disampaikan dalam puisi ini

menjadi semakin terasa.

8

Page 9: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

B. Hubungan struktur kalimat dengan rasa dalam puisi ‘Barbara’

Puisi kedua yang menjadi korpus dalam penelitian ini adalah puisi karya

Jacques Prévert, Barbara. Puisi ini bercerita tentang kota Brest yang hancur karena

perang. Namun demikian, pada awal puisi, diceritakan seseorang bernama Barbara

yang dicintai penulis walau mereka tak saling mengenal. Barulah pada bagian tengah

hingga akhir bercerita tentang perang. Barbara sendiri sebenarnya adalah kota Brest,

namun Prévert mengekspresikannya secara surealis dengan seorang Barbara. Oleh

karena itu, puisi ini sebenarnya terbagi menjadi dua berdasarkan isi.

Untuk struktur kalimat, berbeda dengan puisi L’Aube Spirituelle, puisi

Barbara justru terdiri dari kalimat-kalimat sederhana yang dipotong-potong menjadi

baris-baris yang banyak. Jika dihitung, dalam puisi ini terdapat 58 baris. Namun, jika

kita analisis tiap-tiap baris yang ada, hanya ditemukan 20 kalimat padu dalam

keseluruhan puisi ini. Untuk mengetahui hal itu, dilakukan analisi pada baris-baris

dalam puisi dengan berpegang pada teori sintaksis bahwa sebuah kalimat paling

tidak harus memiliki satu sujet dan satu pivot. Berikut bentuk puisi Barbara yang

sudah dikelompokkan perkalimat.

Keterangan:

____ : pivot

[ ] : pembatas proposition

1. Rappelle -toi Barbara! : TUNGGAL

2. [Il pleuvait sans cesse sur Brest ce jour-là] et [tu marchais souriante

Épanouie ravie ruisselante Sous la pluie.] : MAJEMUK SETARA

3. [Rappelle-toi Barbara!] : TUNGGAL

4. [Il pleuvait sans cesse sur Brest] et [je t’ai croisée rue de Siam.]: MAJEMUK

SETARA

5. [Tu souriais] et [moi je souriais de même.] MAJEMUK SETAR

6. [Rappelle-toi Barbara!] : TUNGGAL

9

Page 10: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

7. [Toi ] [que je ne connaissais pas.] : MAJEMUK BERTINGKAT

8. [Toi ] [qui ne me connaissais pas.] : MAJEMUK SETARA

9. [ Rappelle -toi!] : TUNGGAL

10. [ Rappelle toi quand même ce jour-là!] : TUNGGAL

11. [ N’oublie pas !] : TUNGGAL

12. [Un homme sous un porche s’abritait] et [il a crié ton nom, Barbara,] et [tu as

couru vers lui sous la pluie ruisselante ravie épanouie] Et [tu t’es jetée dans ses bras.]

MAJEMUK SETARA

13. [Rappelle-toi cela Barbara!] TUNGGAL

14. [Et ne m’en veux pas ] [si je te tutoie.] MAJEMUK BERTINGKAT

15. [Je dis tu à tous] [ceux que j’aime,] [Même si je ne les ai vus qu’une seule

fois] MAJEMUK BERTINGKAT

16. Je dis tu à tous [ceux qui s’aiment], [Même si je ne les connais pas.]

MAJEMUK BERTINGKAT

17. [Rappelle -toi Barbara]: Tunggal

18. [N'oublie pas Cette pluie sage et heureuse] [Sur ton visage heureux] [Sur cette

ville heureuse]: Tunggal

19. [Cette pluie sur la mer] [Sur l'arsenal] [Sur le bateau d'Ouessant]: Klausa

Tunggal

20. [Oh Barbara]: Tunggal

21. [Quelle connerie la guerre]: Tunggal

22. [Qu'es-tu devenue maintenant] [Sous cette pluie de fer de feu d'acier de sang]

Et [celui qui te serrait dans ses bras Amoureusement]: Majemuk Setara

23. [Est-il mort disparu] ou bien [encore vivant]: Majemuk Setara

24. [Oh Barbara]: Tunggal

10

Page 11: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

25. [Il pleut sans cesse sur Brest] Comme [il pleuvait avant] Mais [ce n'est plus

pareil] et [tout est abimé]: Majemuk Setara

26. [C'est une pluie de deuil terrible et désolée]: Tunggal

27. [Ce n'est même plus l'orage de fer d'acier de sang]: Tunggal

28. [Tout simplement des nuages] Qui [crèvent comme des chiens]: Majemuk

Setara

29. [Des chiens] qui [disparaissent au fil de l'eau sur Brest] Et [ vont pourrir au

loin]: Majemuk Setara

30. [Au loin très loin de Brest] Dont [il ne reste rien]: Majemuk Setara

Setelah struktur kalimat dalam puisi dikaji, jumlah baris dalam puisi semakin

berkurang, yakni dari 58 menjadi 20 baris. Hal ini memperlihatkan bahwa penulis

memotong-motong kalimat yang ada ke dalam beberapa baris sehingga muncul

kesan sederhana dan ringan pada puisi.

Kesan sederhana dan ringan juga dapat terlihat dari aspek lain, yakni dengan

mengamati jenis kalimat dalam puisi. Seperti yang terlihat pada analisis di atas,

kalimat yang paling banyak ditemukan pada puisi adalah kalimat tunggal (15 buah),

yakni kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa. Kalimat tunggal yang ada pun

sangat pendek, seperti Rappelle-toi Barbara ! Banyaknya kalimat seperti ini

menimbulkan kesan lugas dan jelas, karena kalimat yang pendek memperlihatkan

keterusterangan dalam menyampaikan maksud yang ingin disapmpaikan. Hal ini

berbeda dengan puisi L’Aube Spirituelle yang tiap kalimatnya dirangkai menjadi

panjang sehingga terasa berat dan bertele-tele.

Sementara itu, bentuk kalimat tunggal impératif juga berpengaruh terhadap

timbulnya rasa dalam puisi. Pada puisi ini, memang tidak ditemukan adanya tanda

baca sama sekali. Namun, dari struktur kalimat kita dapat mengindikasikan bahwa

sebuah kalimat adalah kalimat tanya, kalimat berita atau kalimat perintah. Contohnya

pada kalimat Rappelle-toi Barbara. Dalam aturan bahasa Prancis, adanya verba

rappelle yang ditulis di awal kalimat yang di sambung dengan kata toi sebagai

pronom tonique membuktikan bahwa kalimat ini adalah kaimat perintah.Kalimat

perintah digunakan untuk menyuruh, mengajak, atau memaksa. Jadi, ketika

membaca puisi ini, kesan tegas dapat dirasakan oleh pembaca.

11

Page 12: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Kemudian, dalam mengkaji struktur kalimat pada puisi, juga dijabarkan

complément circonstanciel yang ada. Complément circontansciel adalah suatu kata

atau kelompok kata yang melengkapi tindakan yang diungkapkan oleh verba dari

sudut pandang situasi (lokasi, waktu, pengukuran, material, dll). (Sumber:

http://www.synapse-fr.com/manuels/COMP_CIR.htm). Posisi complément

circonstanciel dalam hal ini adalah untuk membantu kita memahami makna semantik

pada puisi, sehingga pemahaman tentang isi yang kita miliki pada akhirnya akan

mempengaruhi rasa yang tibul saat membaca puisi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, puisi karya Jacques Prévert ini

berisi tentang kota Brest yang hancur akibat perang. Namun, pada bagian bagian

awal puisi yang ditemukan adalah cerita tentang Barbarayang penulis suka walau

belum bertemu dengannya sama sekali. Pada bagian pertama ini, circonstanciel yang

paling banyak ditemukan adalah complément circonstanciel de condition.

Complément circonstanciel de condition berfungsi untuk menjelaskan kondisi ,

keadaan, atau situasi dari tindakan yang diungkapkan melalui verba. Banyaknya

complément circonstanciel de condition dalam puisi ini menandakan bahwa deskripsi

mengenai situasi memiliki peran yang penting terkait dengan isi puisi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, puisi karya Jacques Prévert ini

berisi tentang kota Brest yang hancur akibat perang. Namun, pada bagian bagian

awal puisi yang ditemukan adalah cerita tentang Barbarayang penulis suka walau

belum bertemu dengannya sama sekali. Pada bagian pertama ini, circonstanciel yang

paling banyak ditemukan adalah complément circonstanciel de condition.

Complément circonstanciel de condition berfungsi untuk menjelaskan kondisi ,

keadaan, atau situasi dari tindakan yang diungkapkan melalui verba. Banyaknya

complément circonstanciel de condition dalam puisi ini menandakan bahwa deskripsi

mengenai situasi memiliki peran yang penting terkait dengan isi puisi. Di sisi lain,

pada bagian kedua yang paling banyak adalah complément circonstanciel de lieu.

Complément ini menunjukkan bahwa puisi Barbara memberatkan tentang

pembahasan tempat, yaitu kota Brest yang menjadi tempat pertama meletusnya PD II

di Prancis.

12

Page 13: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

BAB III

Kesimpulan

Penelitian kedua kelompok kami ini membahas tentang pengaruh struktur kalimat

terhadap rasa dalam puisi “L’Aube Spirituelle” karya Charles Baudelaire dan Puisi

“Barbara” karya Jacques Prévert. Puisi-puisi ini dibedah berdasarkan teori sintaksis dan teori

Barthes tentang pengaruh semua aspek dalam karya sastra. Setelah membedah struktur kedua

puisi ini ditemukanlah sebuah kesimpulan yang sama: rasa yang ingin disampaikan oleh

pengarang memang dipengaruhi oleh struktur kalimat.

13

Page 14: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Daftar Pustaka

Barthes, Roland. 1966. Introduction à l’analyse structurale des récits. Dalam communication 8 Paris : Seuil.

Querler, Nicole. 1994. Précise de syntaxe française. Caen : Presses Universitaire de Caen

Antaressa, Pritadevi. 1991. Tema Cinta Sensual dan Spiritual dalam Dua Puisi Karya Baudelaire. Depok: Universitas Indonesia. (skripsi)

http://www.synapse-fr.com/manuels/COMP_CIR.htm

http://www.copiedouble.com/node/119

14

Page 15: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Lampiran

L'Aube spirituelle

Quand chez les débauchés l'aube blanche et vermeille

Entre en société de l'Idéal rongeur,

Par l'opération d'un mystère vengeur

Dans la brute assoupie un ange se réveille.

Des Cieux Spirituels l'inaccessible azur,

Pour l'homme terrassé qui rêve encore et souffre,

S'ouvre et s'enfonce avec l'attirance du gouffre.

Ainsi, chère Déesse, Etre lucide et pur,

15

Page 16: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Sur les débris fumeux des stupides orgies

Ton souvenir plus clair, plus rose, plus charmant,

À mes yeux agrandis voltige incessamment.

Le soleil a noirci la flamme des bougies;

Ainsi, toujours vainqueur, ton fantôme est pareil,

Ame resplendissante, à l'immortel soleil!

— Charles Baudelaire

Sumber: http://fleursdumal.org/poem/141

Barbara

Rappelle-toi Barbara

Il pleuvait sans cesse sur Brest ce jour-là

Et tu marchais souriante

É panouie ravie ruisselante

Sous la pluie

Rappelle-toi Barbara

Il pleuvait sans cesse sur Brest

Et je t'ai croisée rue de Siam

Tu souriais

Et moi je souriais de même

16

Page 17: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Rappelle-toi Barbara

Toi que je ne connaissais pas

Toi qui ne me connaissais pas

Rappelle-toi

Rappelle-toi quand même ce jour-là

N'oublie pas

Un homme sous un porche s'abritait

Et il a crié ton nom

Barbara

Et tu as couru vers lui sous la pluie

Ruisselante ravie épanouie

Et tu t'es jetée dans ses bras

Rappelle-toi cela Barbara

Et ne m'en veux pas si je te tutoie

Je dis tu à tous ceux que j'aime

Même si je ne les ai vus qu'une seule fois

Je dis tu à tous ceux qui s'aiment

Même si je ne les connais pas

Rappelle-toi Barbara

N'oublie pas

Cette pluie sage et heureuse

Sur ton visage heureux

Sur cette ville heureuse

17

Page 18: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Cette pluie sur la mer

Sur l'arsenal

Sur le bateau d'Ouessant

Oh Barbara

Quelle connerie la guerre

Qu'es-tu devenue maintenant

Sous cette pluie de fer

De feu d'acier de sang

Et celui qui te serrait dans ses bras

Amoureusement

Est-il mort disparu ou bien encore vivant

Oh Barbara

Il pleut sans cesse sur Brest

Comme il pleuvait avant

Mais ce n'est plus pareil et tout est abimé

C'est une pluie de deuil terrible et désolée

Ce n'est même plus l'orage

De fer d'acier de sang

Tout simplement des nuages

Qui crèvent comme des chiens

Des chiens qui disparaissent

Au fil de l'eau sur Brest

Et vont pourrir au loin

18

Page 19: Makalah pbp akhir dapet a final plus dafus

Au loin très loin de Brest

Dont il ne reste rien.

Jacques Prévert

Sumber: http://www.bacdefrancais.net/barbara.php

19