Makalah-Marasmus
-
Upload
ramadhan-akmal -
Category
Documents
-
view
678 -
download
2
Transcript of Makalah-Marasmus
![Page 1: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok
yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein
(KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai
pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan
masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40%
menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis
ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi
kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Selain di Indonesia, kasus gizi buruk atau penyakit yag
disebabkan oleh malnutrisi sering terjadi di negara berkembang,
dimana angka kemiskinan masih tinggi. Gizi buruk marak terjadi di
daerah di Afrika dimana terjadinya masa kekeringan yang
berkepanjangan, sehingga rakyat sulit mendapatkan makanan.
Penyakit gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi
yang disebabkan oleh kekurangan satu zat gizi atau lebih secara
makro. Kwashiorkor, marasmus dan marasmic kwashiorkor ialah
penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi pada waktu
yang lama. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi
dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan
sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat
badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar
organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah
standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh
dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk
adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut
(Pardede, J, 2006).
1
![Page 2: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/2.jpg)
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan
dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan
menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang
administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan
seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas,
balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG
(Pusat Pemulihan Gizi).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan
hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara
garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau
marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai
edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi
buruk tipe kwasiorkor.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan
klasifikasi Malnutrisi Energi Protein (MEP) ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai
berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP
ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor
(MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP
berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik
kwashiorkor (MEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
2
![Page 3: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/3.jpg)
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh
defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi
pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah
karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup
mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan
sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi
dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena
kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita
defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi
makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa
disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber kalori dan
protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak
dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi
Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).
Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi bila anak dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Puskesmas
Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis
merah (BGM) segera lakukan penimbangan ulang dan kaji
secara teliti. Bila KEP Berat/Gizi buruk (BB < 60% Standard
WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila tanpa
3
![Page 4: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/4.jpg)
penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas.
Bila KEP berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus
dirujuk ke rumah sakit umum.
BAB 2
PEMBAHASAN
Seperti yang telah diutarakan pada pendahuluan, Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umur
maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar)
yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai
dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah
standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar
4
![Page 5: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/5.jpg)
dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda
klinis disebut marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000)
2.1. MARASMUS
Berikut ialah definisi Marasmus menurut para ahli,
Marasmus adalah MEP berat yang
disebabkan oleh defisiensi makanan
sumber energi (kalori), dapat terjadi
bersama atau tanpa disertai
defsiensi protein. Bila kekurangan
sumber kalori dan protein terjadi
bersama dalam waktu yang cukup
lama maka anak dapat berlanjut ke
dalam status marasmik
kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
Marasmus adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh kekurangan
kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat
pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup atau
higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis
yang menekankan satu ayau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori.
http://teguhsubianto.blogspot.com
Ciri-Ciri :
- Bayi cengeng dan sering merasa lapar.
5
![Page 6: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/6.jpg)
- Iga gambang dan perut cekung
- Otot paha mengendor (baggy pant)
- Ubun-ubun cekung pada bayi
- Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat
dilihat pada paha dan pantat bayi yang seharusnya kuat dan
kenyal dan tebal.
6
![Page 7: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/7.jpg)
- Oedema (bengkak) tidak terjadi.
- Warna rambut tidak berubah.
- Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi
pertumbuhan, berat badan dibanding usianya
sampai kurang 60% standar berat normal.
Sedikitnya jaringan adipose pada marasmus
berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi
lemak tetap utuh namun menghabiskan
cadangan lemak tubuh. Keberadaan
persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor
yang menentukan apakah bayi marasmus dapat
bertahan/survive
- Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai
dengan kehilangan berat badan sampai berakibat
kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari
bantalan pipi,
- Abdomen dapat kembung dan datar.
- Suhu biasanya normal, nadi mungkin
melambat, kemudian lesu dan nafsu makan
hilang.
- Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi
mucus dan sedikit.
7
![Page 8: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/8.jpg)
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberculosis
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah
penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah
rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada
anak dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak
terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat
menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair
2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami
gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera
rujuk ke RSU kabupaten.
2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah
360 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang
dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap
anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu
dijaga agar anak tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut
tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak
boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama
masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada
dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak
8
![Page 9: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/9.jpg)
sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau
pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan
hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan
menggunakan botol berisi air panas.
3.Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP
berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah :
Ada riwayat diare sebelumnya
Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap
setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat
minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi
minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal.
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi
buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika
anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena
(infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan
perbandingan 1:1.
9
![Page 10: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/10.jpg)
4.Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit diantaranya :
Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah.
Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan,
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu
paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2
X (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50
gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan
makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum,
Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan
lumat/lunak.
Contoh bahan makanan sumber mineral :
Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,
telur ayam
Sumber Cuprum : daging, hati.
Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.
Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.
Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak.
5.Obati/cegah infeksi
10
![Page 11: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/11.jpg)
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya
menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak
tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk
secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis
sebagai berikut :
UMUR
ATAU
BERAT BADAN
KOTRIMOKSASOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
AMOKSISILIN
Beri 3 kali
sehari untuk 5
hariTablet dewasa
80 mg trimeto
prim + 400 mg
sulfametok
sazol
Tablet Anak
20 mg trimeto
prim + 100 mg
sulfametok
sazol
Sirup/5ml
40 mg trimeto
prim + 200 mg
sulfametok
sazol
Sirup
125 mg
per 5 ml
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg)¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg)½ 2 5 ml 5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg)
1 3 7,5 ml 10 ml
11
![Page 12: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/12.jpg)
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah
mencapai 9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga
menderita penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk
mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak
ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit
Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi
akan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan
secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8
jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah
sakit
6.Mulai pemberian makanan
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-
hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak
dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan
protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja.
Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco
½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus
disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut
diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
12
![Page 13: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/13.jpg)
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg
bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi
Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan
cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan
sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau
pengganti dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sesuai dengan kebutuhan anak.
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka
tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3
hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa
formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan
ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg
bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan
menjadi setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi
menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
13
![Page 14: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/14.jpg)
- Berat badan (harian)
- Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada
penderita dengan edema , mula-mula berat badannya akan
berkurang kemudian berat badan naik
7.Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase
rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu ke 2) :
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara
berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang
dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0
g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal
dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan
dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya
sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30
ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1. frekwensi nafas
2. frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut
nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam
berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
14
![Page 15: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/15.jpg)
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak
terbatas dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri
formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan
protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :
- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah
tidak terbatas dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan
protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan fase rehabilitasi :
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.
Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-
evaluasi menyeluruh.
15
![Page 16: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/16.jpg)
TAHAPAN PEMBERIAN DIET
FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO
100 ATAU PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU
PENGGANTI)
MAKANAN KELUARGA
8.Koreksi defisiensi nutrien mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang
vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan
tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai
anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada
minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari :
Tambahan multivitamin lain
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk
tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :
UMUR
DAN
BERAT BADAN
TABLET BESI/FOLATSulfas ferosus 200
mg + 0,25 mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
SIRUP BESISulfas ferosus 150 ml
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
16
![Page 17: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/17.jpg)
12 bulan sampai 5 tahun
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel
Pamoat dengan dosis tunggal sebagai berikut :
UMUR ATAU BERAT BADAN
PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg)
½ tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg)
¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg)
1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg)
1 ½ tablet
Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis
Umur
Kapsul Vitamin A
Kapsul Vitamin A
200.000 IU 100.000 IU
6 bln sampai 12 bln
- 1 kapsul
12 bln sampai 5 Thn
1 kapsul -
Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A
9.Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan
mental dan perilaku, karenanya berikan :
17
![Page 18: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/18.jpg)
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan,
bermain dsb)
10.Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning
anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga
kesehatan puskesmas atau bidan di desa.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti
pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas
bermain.
Nasehatkan kepada orang tua untuk :
- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara
teratur di Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk
memperoleh PMT-Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat
pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan anak
selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan
nutrien yang padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau
Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
18
![Page 19: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/19.jpg)
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI
atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan
Agustus.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase
yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.
Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang
sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien
Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.
Bagan dan Jadwal Pengobatan :
No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
Hari ke 1-2Hari ke 2-7 Minggu ke-2Minggu ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
19
![Page 20: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/20.jpg)
8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana
kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6
tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu
kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
20
![Page 21: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/21.jpg)
SYARAT DIET PENDERITA MARASMUS ENERGI TINGGI PROTEIN
TINGGI (ETPT) :
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.
Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber
karbohidrat
Nasi, Roti, mie,
makaroni, cake,
tarcis, puding,
pastri, dodol, ubi,
gula pasir.
Sumber protein Daging sapi, ayam,
ikan, telur, susu,
keju, yoghurt dan
es krim.
Dimasak dengan
banyak minyak
atau kelapa/santan
kental.
Sumber protein
nabati
Semua jenis
kacang-kacangan,
tempe, tahu dan
pindakas.
Dimasak dengan
banyak minyak
atau kelapa/santan
kental
Sayuran Semua jenis
sayuran, terutama
Dimasak dengan
banyak minyak
21
![Page 22: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/22.jpg)
jenis bayam, daun
singkong, kacang
panjang, labu
siam, dan wortel,
dengan teknik
pengolahan
direbus, dikukus
dan ditumis
atau kelapa/santan
kental.
Buah-buahan Semua jenis buah
segar, buah
kaleng, buah
kering dan jus
buah.
Lemak dan
minyak
Minyak goreng,
mentega,
margarin, santan
encer dan salad
dressing.
Santan kental
Minuman Soft drink, madu,
sirup, teh dan kopi
encer.
Minuman rendah
energi.
Bumbu Bumbu tidak tajam
seperti bawang
merah, bawang
putih, laos, salam
dan kecap.
Bumbu yang tajam
seperti cabe dan
merica.
CONTOH MENU
22
![Page 23: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/23.jpg)
10.1. KWASHIORKOR
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak
yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk
malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus
23
![Page 24: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/24.jpg)
yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam
jumlah.
Jika marasmus umumnya terjadi pada bayi dibawah 12 bulan, kwashiorkor
bisanya terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya terhambat, jaringan
otot lunak dan kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada dibanding
bayi marasmus. Istilah kwashiorkor sendiri berasal dari bahasa salah satu suku di
Afrika yang berarti "kekurangan kasih sayang ibu". Beberapa tanda khusus dari
kwashiorkor adalah:
- Selalu ada oedema (bengkak), terutama pada kaki dan tungkai bawah. Sifatnya
“pitting oedema”. Bayi tampak gemuk, muka membulat (moon face), karena
oedema. Cairan oedema sekitar 5-20% dari jumlah berat badan yang
diperhitungkan dari penurunan berat badan ketika tidak oedema lagi (pada
masa penyembuhan).
- Rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah
rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus.
- Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia.
- Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein. Pada
kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat. Sering terjadi dermatitis
(radang pada kulit). Kulit mudah luka karena tidak adanya tryptophan dan
nicotinamide, meskipun kekurangan zinc bisa juga menjadi penyebab
dermatitis. Pada kasus kwashiorkor tingkat berat kulit akan mengeras seperti
keripik terutama pada persendian utama. Bibir retak-retak, lidah pun menjadi
lunak dan gampang luka.
- Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai adanya tremor
seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cabang) syaraf tunggal
maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering terjadi terus
berkedip, atau pada pita suara yang menghasilkan suara getar serak/cengeng.
Perubahan mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng, apatis,
hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala anemia dan
defisiensi mikronutrien juga sering dijumpai pada kasus ini.
24
![Page 25: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/25.jpg)
Ciri-ciri :
- Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam.
- Kulit tampak kering (Xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis-garis
permukaan yang jelas.
- Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang menunjukkan
hyperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar,
meninggalkan dasar yang licin berwarna putih mengkilap.
- Perut anak membuncit karena pembesaran hati.
- Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati.
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain :
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang
cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang
memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari
ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein
adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan
ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
25
![Page 26: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/26.jpg)
makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat
dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya
MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh
terhadap infeksi.
Gejala Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-
Kwashiorkor, antara lain :
Gagal untuk menambah berat badan Pertumbuhan linear terhenti. Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit) Diare yang tidak membaik Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo). Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut. Penurunan masa otot Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi. Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi
ginjal, dan anemia. Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma
dan berakhir dengan kematian
Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan
lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak
26
![Page 27: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/27.jpg)
akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara
statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi
dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.
Penatalaksanaan/ terapi
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.
Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume
darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam
bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua
sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral
dapat juga diberikan.
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama,
memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila
pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan
secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran
terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang
mengandung enzim lactase.
Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI
(ikatan dokter anak Indonesia) :
Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang
baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status
kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang
permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak
dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibta
yang fatal
10.2. MARASMIC KWASHIORKOR
27
![Page 28: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/28.jpg)
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala
(sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus
lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari
makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan
berkurang/habis terpakai
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan
jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi,
gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya
hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang
miskin akan protein. Gagalnya pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada
kasus KEP-marasmus, Kwashiorkor atau keduanya.
PENCEGAHAN KEP
KEP disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait sinergis secara klinis maupun
lingkungan (masyarakat). Pencegahan hendaknya meliputi seluruh faktor secara
simultan dan konsisten. Meskipun KEP tidak sepenuhnya dapat diberantas, tanpa
harus menunggu, dapat segera dilaksanakan beberapa tindakan untuk mengatasi
keadaan :
1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare:
- Sanitasi : personal, lingkungan terutama makanan dan peralatannya.
- Pendidikan : Dasar, Kesehatan dan Gizi.
- Program Imunisasi.\
- Pencegahan penyakit yang erat dengan lingkungan, seperti TBC, nyamuk
(malaria, DHF), parasit (cacing).
2. Memperkecil dampak penyakit-penyakit infeksi terutama diare di wilayah yang
sanitasi lingkungannya belum baik. Diarhea merupakan penyakit endemo-
epidemik yang menjadi salah satu penyebab bagi malnutrisi. Dehidrasi awal dan
re-feeding secepat mungkin merupakan pencegahan untuk menghindari bayi
malnutrisi/KEP.
28
![Page 29: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/29.jpg)
3. Deteksi dini dan manajemen KEP awal/ringan:
- Memonitor tumbuh kembang dan status gizi Balita secara kontinyu, misalnya
dengan tolok ukur KMS.
- Perhatian khusus untuk faktor “risiko tinggi” yang akan berpengaruh
kelangsungan status gizi (antara lain: kemiskinan, ketidak tahuan, adanya
penyakit infeksi).
4. Memelihara status gizi anak
- Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik diharapkan
akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
- Setelah lahir segera diberi ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6 bulan.
- Pemberian makanan pendamping ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 4
atau 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap
keluarga.
- Memperpanjang masa menyusui (prolong lactation) selama ibu dan bayi
menghendaki.
PENATALAKSANAAN
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan
kegawatan)
1) Penanganan hipoglikemi
2) Penanganan hipotermi
3) Penanganan dehidrasi
4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5) Pengobatan infeksi
6) Pemberian makanan
7) Fasilitasi tumbuh kejar
8) Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9) Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
29
![Page 30: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/30.jpg)
10) Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Pengobatan penyakit penyerta
1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14
atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis
diberikan vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering
disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-
permanganat) 1% selama 10 menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.
4. Diare melanjut
30
![Page 31: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/31.jpg)
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati
sesuai pedoman pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian
cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati
terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer
dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan
seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan
pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam
selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)
31
![Page 32: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/32.jpg)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada
anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6
g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
10.3. MENU MAKAN
1. Marasmus
Marasmus merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan protein,
terutama kekurangan energi yang berlebihan dan terjadi sangat lama atau
menahun. Diet yang digunakan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi
(ETPT). Makanan yang disarankan adalah makanan yang banyak
mengandung energi (kalori), sehingga kebutuhan kalorinya terpenuhi.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Marasmus :
Makan Pagi :
Bubur Jagung
*
Susu
Selingan Pagi :
Sus Kentang Vla Buah
Makan Siang :
Nasi Tim Keju
32
![Page 33: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/33.jpg)
*
Susu Kedelai
Selingan Sore :
Puding Roti
Makan Malam :
Schotel Talas
*
Jus Pepaya Jeruk
2. Kwasiorkor
Kwasiorkor merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan protein,
terutama kekurangan protein yang berlebihan. Diet yang digunakan adalah
diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT). Terutama penambahan protein
harus sangat diperhatikan.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Kwashoiorkor :
Makan Pagi :
Nasi Sup Bola Ayam
*
Jus Pepaya Tomat
Selingan Pagi :
Bubur Kacang Hijau
Makan Siang
Nasi Tim Wortel Daging
*
Jus Wortel
Sellingan Sore :
Puding Kacang Merah
Makan Malam :
Schotel Mie
*
Milkshake Coklat
3. Marasmic Kwasiorkor
33
![Page 34: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/34.jpg)
Marasmic Kwasiorkor merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi
dan protein dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit ini sebagai bentuk
terparah dari jenis penyakit KEP. Diet yang digunakan adalah diet Energi
Tinggi Protein Tinggi (ETPT). Makanan yang dianjurkan adalah makanan
yang tinggi Protein dan tinggi energi, tetapi tidak boleh merangsang
pencernaan dan makanan tidak boleh keras, lebih disarankan makanan yang
lembek.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Marasmic-Kwashoiorkor :
Makan Pagi :
Puree Greenpeas Soup
*
Susu Kedelai
Selingan Pagi :
Bubur Susu Ubi
Makan Siang :
Nasi tim Saring Bayam Merah
*
Puree Pisang
Selingan Sore :
Bubur Saring Ketan Hitam
Makan Malam :
Bubur Kentang Brokoli
*
Susu Sari Jeruk
34
![Page 35: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/35.jpg)
BAB 3
PENUTUP
Gizi buruk merupakan masalah yang serius, karena terjadi
kekurangan zat gizi penting yang manyebabkan menurunnya
fungsi kerja tubuh yang apabila didiamkan terus menerus akan
mengakibatkan masalah yang lebih rumit, bahkan dapat
mengakibatkan kematian.
Marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor adalah
serangkaian penyakit yang dialami oleh bayi hingga balita karena
mengalami kekurangan protein, kekurangan energi, dan komplikasi
dari keduanya, kekurangan energi dan karbohidrat.
Dalam proses penanganannya lebih spesifik karena penderita
penyakit ini harus dirawat secara intens dan dipantau secara terus-
menerus, dan waktu yang diperlukan untuk mengobati penyakit-
penyakit ini tidaklah sebentar.
Makanan yang dikonsumsipun disarankan makanan yang
tinggi energi tinggi protein. Jika keadaan lebih memburuk, selain
makanan yang tinggi energi tinggi protein biasanya ditambahkan
serum tertentu untuk memnuhi kebutuhan gizinya atau dirawat
secara intens karena memerlukan perlakuan khusus.
35
![Page 36: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/36.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Nestle. 1999. Energi – Protein: KEP dan Pencegahannya.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/
06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.pdf/
06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Marasmus
http://www.scribd.com/doc/27332235/Marasmus-Adalah-Salah-
Satu-Bentuk-Kekurangan-Gizi
http://myaluzz.wordpress.com/2011/02/22/marasmus-
kwashiorkor/
http://hsilkma.blogspot.com/2008/03/marasmus.html
http://fnrucucekari.multiply.com/journal/item/3
http://www.anneahira.com/penyakit-kekurangan-protein.htm
http://www.anneahira.com/akibat-kekurangan-protein.htm
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-
protein-mep-kwashiorkor/
http://www.surabaya-ehealth.org/artikel/marasmus-dan-
kwashiorkor-sebagai-efek-dari-kep
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916582-
kwashiorkor/
http://www.scribd.com/doc/39800547/kwashiorkor-pada-anak
http://belibis-a17.com/2008/04/25/mep-kwashiorkor/
http://ichadchemical.wordpress.com/2011/01/11/marasmik-
kwashiorkor/#more-1886
Health-cares Foundation. Kwashiorkor (kwash&180;eor’kor). Avaliable from :
http://health.allrefer.com/health/kwashiorkor-info.htlm.
36
![Page 37: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/37.jpg)
Wikimedia Foundation. Kwashiorkor. Avaliable from :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kwashiorkor.htm.
LAMPIRAN
Marasmus
Pertumbuhan Terhambat Marasmus Pada Usia Dewasa
37
![Page 38: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/38.jpg)
Marasmus pada Balita Kulit Pantat Berkeriput (Baggy Pants)
38
![Page 39: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/39.jpg)
Kwasiorkor
39
![Page 40: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/40.jpg)
Rambut Kemerahan dan Rontok
40
![Page 41: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/41.jpg)
Oedema Pada kaki Dermatitis
Marasmic Kwasorkor
41
![Page 42: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/42.jpg)
42
![Page 43: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/43.jpg)
Rancangan Menu
43
![Page 44: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/44.jpg)
44
![Page 45: Makalah-Marasmus](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051016/55721414497959fc0b93b64d/html5/thumbnails/45.jpg)
45