Marasmus Isi

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama diIndonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat. Menurut Survai Kesehatan tahun 1986 angka kejadian gizi buruk pada anak balita 1,72% dan gizi kurang sebanyak 11,4. Berbeda dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr. Pirngadi Medan mendapat 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas sebab-sebab terjadinya marasmus, patofisiologi, diagnosis, pencegahan dan pengobatannya pada anak balita. B. Rumusan Masalah 1. Sebutkan konsep dasar tentang Marasmus ! 2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dengan klien yang mengalami penyakit Marasmus ? C. Tujuan Penulisan

description

pencernaan

Transcript of Marasmus Isi

Page 1: Marasmus Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama diIndonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat. Menurut Survai Kesehatan tahun 1986 angka kejadian gizi buruk pada anak balita 1,72% dan gizi kurang sebanyak 11,4.

Berbeda dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr. Pirngadi Medan mendapat 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%.

Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas sebab-sebab terjadinya marasmus, patofisiologi, diagnosis, pencegahan dan pengobatannya pada anak balita.

B. Rumusan Masalah

1. Sebutkan konsep dasar tentang Marasmus !

2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dengan klien yang mengalami penyakit

Marasmus ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang marasmus, diantaranya dari pengertian,

penyebap, tanda dan gejala, penangananya dan komplikasinya.

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Marasmus.

3. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah gizi.

Page 2: Marasmus Isi

BAB II

A. Pengertian

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul

diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit

(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan

pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan

banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala

pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000)

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein (KEP) yang terutama akibat

kekurangan kalori yang hebat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan

mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Dorlan, 1998 : 649)

Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energy karena kelaparan, semua unsure

diet kurang. Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, penyekit usus

menahun, kelainan metabilok atau infeksi menahun seperti tuberculosis (Arisman, 2004)

Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diet yang berlangsung lama yang akan

menimbulkan gejala under nutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti, anak sering

menangis walaupun telah mendapat minum atau susu, sering bangun malam, konstipasi atau

diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi menghilang sehingga seperti

wajah orang tua (Mansjoer 2000)

B. Klasifikasi

Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak

sebagai berikut :

a. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)

b. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)

c. Berat badan kurang dari 60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)

d. Berat badan kurang dari 60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor ( MEP

berat), Ngastiah, 1997.

Page 3: Marasmus Isi

C. Etiologi

a. Kurang energy protein karena diet yang tidak cukup

b. Infeksi dan kelainan bawaan system pencernaan

c. Sering dijumpai pada bayi yang tidak cukup ASI dan tidak mendapat makanan

pengganti

d. Zat gizi tidak adekuat

e. Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

a) Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,

menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak

yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya

menderita kurang gizi.

b) Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan

kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga

merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,

ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi

buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam

jumlah yang cukup baik maupun gizinya (Dinkes SU, 2006).

D. Anatomi Fisiologi

Page 4: Marasmus Isi

a. Cavum Oris

Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:

a) Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah

b) Untuk berbicara

c) Bila perlu. Digunakan untuk bernafas

d) Memberi makan 

Rongga mulut (cavum oris) dibantu oleh:

a) Sebelah atas: Oleh pallantum durum dan pallantum mole

b) Sebelah bawah: Oleh otot-otot yang membentuk lidah, kecuali itu juga mandibula

c) Sebelah depan dan samping: Oleh gigi, bibir dan juga pipi

d) Sebelah belakang: Oleh isthmus faucium

Didalam rongga mulut tersebut terdapat:

a) Pipi dan Bibir

Page 5: Marasmus Isi

Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara

disebelah luar, pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit

b) Lidah

Lidah mengandung 2 jenis otot, yaitu:

Otot ekstrinsik yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah

Otot instrinsik yang berorigo dan insersi didalam lidah

c) Gigi

Gigi dibedakan menjadi 4 macam:

Gigi seri (Dens Incisivus) terdapat 8 buah

Gigi seri (Dens Caninus) terdapat 4 buah

Gigi geraham depan (Dens Premolaris)

Gigi geraham belakang (Dens Molaris)

d) Kelenjar Ludah

Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu:

Kelenjar Parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot

pengunyah dengan kulit pipih. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan

melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang

dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-

35 %.

Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai

rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %

Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari

kelenjar subinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi

seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %.

Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:

Page 6: Marasmus Isi

a) Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah,

dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu

bolus yang bulat untuk ditelan

b) Pencernaan kimiawi yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh pthialin (suatu

amylase) menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati),

lama-kelamaan akan sedikit terasa manis. Pthialin bekerja didalam rongga mulut

(pH 6,3-6,8) dan masih bekerja didalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-

kira 15 menit sampai asam lambung menurunan pH sehingga pthialin tidak bekerja

lagi

b. Faring

Faring menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan melakukan

gerakan mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup sementara

hanya beberapa detik dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus agar tidak

membahayakan pernapasan

c. Esofagus

Esophagus adalah yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, yg

letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang ± 20-25 cm dan lebar 2 cm. Fungsi dari

esophagus adalah:

a) Menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung

b) Tiap-tiap ujung esophagus dilindungi oleh suatu sphingter yang berperan sebagai

barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus.

Dinding esophagus terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

a) Lapisan Mukosa, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel berlapis gepeng

dan diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami perubahan yang mencolok

pada perbatasan esophagus lambung menjadi epitel selapis toraks pada lambung.

b) Lapisan Submukusa, mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus

untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa

dari cedera pencernaan kimiawi.

Page 7: Marasmus Isi

c) Lapisan otot, terdiri dari dua lapisan serabut otot yang satu berjalan longitudinal,

dan lainnya sirkulasi.

Mekanisme menelan dilakukan setelah mengunyah:

a) Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipu

dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring.

b) Setelah makanan masuk kedalam faring maka fallantum lunak naik untuk menutup

nares posterior, glottis menutup oleh kontraksi otot-otot dan otot kontrikstor faring

menangkap makanan dan pada saat ini pernapasan berhenti. Gerakan menelan pada

bagian ini merupakan gerakan refleks.

c) Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltik yang menghantarkan

bolus makanan ke lambung.

d.  Gaster

Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus, mengahancurkan

makanan, dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah

lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mekanis dan

kimiawi:

a) Mekanis, menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan

kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik

setiap 20 detik

b) Kimiawi, bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-

enzim

Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding lambung tersusun

dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong. Kontraksi dan

ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak

menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-

aduk.

Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang

menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara

refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam

Page 8: Marasmus Isi

lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh

mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan

enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan

mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya

terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein

digumpalkan oleh Ca²+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya

reninm sus yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usu tanpa

sempat dicerna.

Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi

lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian

pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot

pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang

bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi

(mengerut) jika tersentu kim.

Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan

membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus

belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun.

Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk

membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian

seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal

agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong

kembali.

e.  Intestinum

Intestinum adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan

penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan

walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Dengan panjang

sekitar 6,3 m (21 kaki), diameternya kecil yaitu 2,5 cm/1 inci. Bergulung didalam rongga

abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus terdiri dari 3 bagian

yaitu:

a) Duodenum

Page 9: Marasmus Isi

Duodenum disebut jga usus dua belas jari

Bagian pertama usus halus yang terbentuk sepatu kuda

Bermuara dua saluran: saluran getah pancreas dan saluran empedu

b) Jejenum

Disebut juga usus kosong

Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya

Terjadi pencernaan secara kimiawi

Pencernaan diselesaikan 

Menghasilkan enzim pencernaan

c) Ileum

Ileum disebut juga usus penyerapan 

Menempati 3/5 akhir

Penyerapan sari-sari makanan

f.   Colon

Colon terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a) Asenden

b) Transversum

c) Desenden

Fungsi utama usus besar antara lain:

a) Untuk menyimpan bahan sebelum defekasi

b) Selulosa dan bahan2 lain dalam makanan yg tidak dapat dicerna membentuk

sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara

teratur karena berperan menentukan volume isis colon

g.  Rektum dan Anus

Page 10: Marasmus Isi

Rektum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor

(usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan osakrum dan askoksigis.

Panjang 10 cm terbawah dari usus tebal.

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan

dunia luar (udara luar). Anus ini terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh tiga

spinter, yaitu

a) Spinter Ani Internus yang bekerja tidak menurut kehendak

b) Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut kehendak

c) Spinter Ani Eksternus yang bekerja bekerja menurut kehendak

h.  Pankreas

Pankreas memiliki panjang 15 cm, campuran jaringan eksokrin dan endokrin,

elenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah, diatas lengkung pertama

duodenum.

a) Eksokrin: sel sekretorik seperti anggur yg membentuk kantung-kantung atau

asinus, berhubungan yg akhirnya bermuara ke duodenum

b) Endokrin: pulau2 jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhands 

(insulin dan glukosa)

Enzim yg ada pada pancreas adalah:

a) Proteolitik: untuk pemcernaan protein

b) Amilase : untuk pencernaan karbohidrat

c) Lipase: untuk pencernaan lemak

i.   Hepar

Hati merupakan organ terbesar dari sistem pencernaan yg ada dalam tubuh

manusia. Berwarna coklat, sangat vaskuler lunak. Beratnya sekitar 1300-1500 gram.

Didalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar 50.000-100.000 buah.

Lobulus yang berbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosit)

seperti jari-jari roda melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati terdapat sinusinoid

yang pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut sel kuffer yang dapat memfagosit

Page 11: Marasmus Isi

sel-sel darah yg rusak dan bekteri. Hematosit menyerap nutrient, oksigen dan racun dari

darah sinusoid.

Didalam hematosit zat racun akan didektosifikasi. Diantaranya hematosit terdapat

saluran empedu. Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung menjadi duktus hepatikus, yang

bercabang menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut duktus sitikus, yang

kedua duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus wirsungi dari pancreas menuju

duodenum. Fungsi Hati antara lain:

a) Metabolisme Karbohidrat

Glikolisis: Pembentukan glukosa menjadi glikogen

Glikogenolisis: Pembentukan glikogen menjadi glukosa

Glukoneogenesis: Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari

protein dan lemak

b) Metabolisme Protein 

Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yg tidak

dibutuhkan menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kdalam darah dan

disekresikan oleh ginjal

c) Metabolisme Lemak 

Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol selain itu asam lemak dibawa

menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel

kecil yg dapat digunakan dalam proses metabolik

Page 12: Marasmus Isi

E. Patofisiologi

Status Social Ekonomi

(Pendidikan, Pekerjaan, Tekhnologi, Budaya)

Tanah Pendapatan Praktik pemberian Praktik Sanitasi Makanan Bayi Kesehatan Lingkungan

SumberPangan

LANGSUNGMasukan InfeksiZat Gizi

Ketersediaan Zat Gizi Pada tingkat Seluler

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Hilangnya Lemak Daya Tahan Tubuh Asam amino Kurang Dibantalan kulit esensial me Pengetahuan Keadaan lemah dan produksi Turgor kulit me albumen dan kulit keriput Infeksi Atrofi atauKerusan Integritas Resiko Infeksi pengecilan otot kulit Saluran pencernaan Keterlambatan

Anoreksia,Diare pertumbuhan dan perkembangan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Page 13: Marasmus Isi

F. Manifestari Klinis

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat

badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut

dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak

relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen

dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,

nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu

makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe

kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. Selain itu manifestasi

marasmus adalah sebagai berikut:

a. pertumbuhan kurang atau terhenti

b. konstipasi atau diare

c. jaringan bawah kulit menghilang

d. kulit keriput

e. lemak pipi menghilang sehingga seperti wajah orang tua

f. rambut mudah patah dan kemerahan

g. pembesaran hati dan sebagainya

G. Penatalaksanaan medis

a. Terapi cairan dan elektrolit

b. Diet TKTP, mineral dan vitamin

c. Pemberian antibiotic

d. Pemberian cairan IV

e. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas

f. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan

g. Pemberian imunisasi

h. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

i. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha

pencegahan jangka panjang

Page 14: Marasmus Isi

j. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang

gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan

H. Komplikasi

a. Infeksi

b. TB

c. Dehidrasi

d. Hipoglikemi

e. Hipotermi

f. Bronchopneumoni

g. Sepsis

h. Asklariasis

I. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan darah, albumin, kreatinin, Hb, Ht, Leukosit

b. Pemeriksaan tes sputum BTA (Basal Tahan Asam)

c. Tes AGD (Analisa Gas Darah)

d. Pemeriksaan Antropometri memeriksa :

Mengukur tinggi badan dan berat badan

Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan tinggi badan

Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep).

e. Biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan

f.      Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot.

g.   Analisis Penentuan Status Gizi Secara Tidak Langsung :

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi

Page 15: Marasmus Isi

Statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi

h .Pemeriksaan BMI umur X 7 -5/2 (Soetjiningsih, 1998 : 20)

i. Pemeriksaan BMI= BB(TB)2 m

Page 16: Marasmus Isi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus I

Kami adalah kumpulan anak pemuda yang biasa melakukan bakti sosial ke daerah-daerah yang terpencil. Kali ini kami mendapatkan rekomendasi tempat dari anggota kami yang berada di daerah pinggir. Di sana kami menemukan An. Y tinggal bersama nene (Ny.R) dan kakeknya (Tn.E). keduanya sudah rentan. Masing-masing berumur 70 tahun. Ny. R adalah buruh serabutan kuli tanam padi dan Tn.E menjadi buruh serabutan semenjak kebutaan menderanya. Keluarga yang sangat sederhana ini tinggal di rumah bilik berlantai tanah. An. Y ini sudah 9 tahun namun BB nya hanya 5,2 kg. Lengannya nyaris hanya kulit dan tulang saja. Badannya kurus kering. Gigi caries hampir di semua bagian pergelangan tangan nyaris sebesar jari orang dewasa. Setelah kami mensurfai ke rumahnya, kami bawa An. Y ke RSHS. Disitu didapatkan hasil ada pembesaran kelenjar getah bening, penurunan nafsu makan, cenderung apatis, belum dapat bicara, belum dapat berjalan. Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ada peningkatan leukosit, tes sputum BTA (+), kadar serum kolesterol rendah. Selain itu An.Y mempunyai riwayat batuk berdarah.

Pegkajian

a.Idetitas Klien -Nama : An.Y-Umur : 9 Tahun

-Jenis Kelamin : - -Agama :-

-Status : Belum Menikah-Alamat : Tanggerang

-Tanggal Pengkajian:- -Diagnosa Medis : Marasmus

b.Identitas Penanggung jawab --Nama :Tn.E

-Umur :70 tahun -Jenis Kelamin : laki-laki -Agama :-

-Status :Menikah-Alamat :Tanggerang

-Hubungan dengan Klien: cucu

Keluhan Utama-Anorekxia

Page 17: Marasmus Isi

Riwayat Penyakit Sekarang-Marasmus : badan kurus kering, penurunan nafsu makan, cenderung apatis, belum dapat bicara, belum dapat berjalan.

Riwayat Penyakit Dahulu-Batuk Berdarah

Riwayat Kesehatan Keluarga : -

Genogram : -

Riwayat Persalinan :-

Riwayat Imunisasi : -

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan :

Belum dapat bicara dan belum dapat berjalan

Pola Aktifitas : -

Pemeriksaan Fisik :

Kesadaran : cenderung apatis

Kepala:

Wajah : Gigi caries hampir disemua bagian.

Kulit : Nyaris hanya kulit dan tulang saja.

Ekstremitas atas : pergelangan tangan nyaris sebesar jari orang dewasa.

Pengkajian Psiko-Sosial-Spiritual

Pemeriksaan Penunjang

Laboraturium :

Leukosit meningkat

Sputum BTA (+)

Serum kolesterol rendah

Terapi Medis

Makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein)

Page 18: Marasmus Isi

Pemberian antibiotik untuk penanganan infeksi

Pemberian cairan elektrolit melalui intravena

Analisa data

No. Data Etiologi Masalah 1. DS : -

DO : BB 5,2 kgAnoreksiaGigi cariesBadannya kurus kering

Sosial ekonomi rendah

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Daya tahan tubuh menurun

Keadaan lemah

Adanya infeksi

Resiko in feksi saluran cerna

Anoreksia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

2. DS : -DO :Lengan nyaris hanya kulit dan tulang sajaBadannya kurus kering

Sosial ekonomi rendah

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Hilangnya lemak di

Kerusakan integritas kulit

Page 19: Marasmus Isi

bantalan kulit

Turgor kulit menurun dan kulit keriput

Kerusakan integritas kulit3. DS : -

DO : Pembesaran KGBPeningkatan leukositSputum BTA (+)

Sosial ekonomi rendah

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Daya tahan tubuh menurun

Keadaan lemah

Infeksi

Infeksi

4. DS : -DO :Belum dapat bicaraBelum dapat berjalan

Sosial ekonomi rendah

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Asam amino esensial menurun dan produksi albumin menurun

Atropi

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

Keterlambatan tumbuh kembang

Page 20: Marasmus Isi

  Diagnosa Keperawatan

a.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.

b.     Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit buruk

c.      Infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

d.      Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan motorik halus dan kasar.

PERENCANAAN

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malnutrisi energi protein ditandai dengan:

Penerunan nafsu makan

BB hanya 5,2 kg

Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat dan Berat badan meningkat

Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral

No. Intervensi Rasional Intervensi

1

2

Kaji riwayat diit pasien

Anjurkan orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

Untuk mengetahui riwayat diit pasien sebelumnya yang menyebabkan pasien menderita marasmus

Menyuapi anak atau ada disaat anak makan dapat membantu anak untuk makan lebih banyak

Kaji riwayat diit pasien

2)Anjurkan orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

3)Minta anak makan

Page 21: Marasmus Isi

3

4

5

6

Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan

Gunakan alat makan yang menarik (lucu, bergambar)

Sajikan makan sedikit tapi sering

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit pasien

Waktu makan yang menyenangkan dapat meningkatkan nafsu makan anak

Alat makan yang menarik (lucu, bergambar) dapat meningkatkan nafsu makan anak

Untuk mengurangi rasa mual dan muntah

Kolaborasi dengan ahli gizi dapat membantu mengetahui jenis makan apa yang baik untuk pasien

dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan

4)Gunakan alat makan yang menarik (lucu, bergambar)

5)Sajikan makan sedikit tapi sering

6)Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit pasien

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit buruk ditandai dengan :

Badannya kurus kering.

Lengannya hanya kulit dan tulang saja

Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit

Kriteria Hasil: Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal

No. Intervensi Rasional Intervensi

1 Monitor adanya kemerahan, pucat, dan ikterik

Untuk mengetahui adanya tanda-tanda gangguan integritas kulit pada pasien

Untuk menjaga kebersihan

1)Monitor adanya kemerahan, pucat, dan ikterik

2)Anjurkan pasien untuk

Page 22: Marasmus Isi

2

3

4

Anjurkan pasien untuk mandi 2 x sehari dan gunakan lotion setelah mandi

Massage kulit pada tempat-tempat penonjolan tulang

Anjurkan keluarga pasien untuk sering mengganti posisi pasien ketika berbaring

tubuh pasien dan kelembaban kulit pasien

Untuk meminimalkan terjadinya luka dekubitus pada pasien

Untuk meminimalkan terjadinya luka dekubitus pada pasien

mandi 2 x sehari dan gunakan lotion setelah mandi

3)Massage kulit pada tempat-tempat penonjolan tulang

4)Anjurkan keluarga pasien untuk sering mengganti posisi pasien ketika berbaring

Infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun ditandai dengan :

Peningkatan Leukosit

Pembesaran kelenjar getah bening

Tes sputum BTA(+)

Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal

No. Intervensi Rasional Intervensi

1

2

Monitor tanda-tanda vital pasien

Monitor adanya tanda-tanda infeksi

Tanda-tanda vital pasien dapat meningkat apabila terjadi infeksi pada pasien

Memonitor adanya tanda-tanda infeksi dapat memberikan tindakan lebih cepat untuk menangani nya

Untuk mengurangi

1)Monitor tanda-tanda vital pasien

2)Monitor adanya tanda-tanda infeksi

Page 23: Marasmus Isi

3

4

5

Anjarkan dan anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

Gunakan alat-alat yang bersih atau steril

Kolaborasi pemberian antibiotika

kontaminasi silang dan infeksi

Untuk mengurangi kontaminasi silang dan infeksi

Untuk menghambat atau mematikan kuman dalam tubuh pasien

3)Anjarkan dan anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

4)Gunakan alat-alat yang bersih atau steril

5)Kolaborasi pemberian antibiotika

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan motorik halus dan kasar ditandai dengan :

Belum bisa bicara

Belum bisa berjalan

Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Kriteria Hasil: Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau

aktifitas motorik sesuai dengan usianya

No. Intervensi Rasional Intervensi

Page 24: Marasmus Isi

1

2

3

4

Ajarkan pada orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia

Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II

Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan

Berikan mainan sesuai usia anak

Untuk menstimulasi anak sesuai dengan kelompok usianya

Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak

Untuk menstimulasi dan mempertahankan aktifitas anak

Untuk menimalkan dampak hospitalisasi anak

1)Ajarkan pada orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia

2)Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II

3)Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan

4)Berikan mainan sesuai usia anak

EVALUASI

Pemenuhan nutrisi terpenuhi

Berat badan meningkat

Gangguan integritas kulit tidak terjadi

Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal

Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal

Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya

Page 25: Marasmus Isi

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Marasmus adalah suatu penyakit atau gangguan gizi dikarenakan kekurangan zat energy pada makanan menyebabkan cadangan protein tubuh sehingga hingga anak menjadi kurus kering. Kekurangan energy pada makanan dapat terjadi karena intake atau konsumsi makanan yang tidak adekuat., pengetahuan gizi kurang, kebiasaan yang tidak biasa.

Pada kasus marasmus ini klien mengalami komplikasi TBC yang di mana marasmus merupakan kekurangan kalori protein sehingga menyebabkan komplikasi infeksi akibat penurunan system imun yang disebabkan jumlah atau kadar protein yang berkurang. Sehingga penanganan yang harus di berikan berupa makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein ), pemberian antibiotic jika ada infeksi bakteri, pemberian cairan elektrolit melalui intravena.