Makalah Manajemen Limbah Babi

download Makalah Manajemen Limbah Babi

of 17

Transcript of Makalah Manajemen Limbah Babi

MAKALAHPEMANFAATAN LIMBAH MANUR PETERNAKAN BABI SEBAGAI PUPUK ORGANIK BERKUALITAS DAN BAHAN PEMBUATAN BIOGASDibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Manajemen Limbah Ternak

Oleh :

SistantoNPM : E1C010062

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2011

PEMANFAATAN LIMBAH MANUR PETERNAKAN BABI SEBAGAI PUPUK ORGANIK BERKUALITAS DAN BAHAN PEMBUATAN BIOGASSistanto Jurusan peternakan FAPERTA Universitas BengkuluAbstrak Peternakan babi menghasilkan limbah manur yang dapat menimbulkan masalah lingkungan apabila tidak dikelola dengan manajemen yang baik. Pembuangan kotoran ternak secara langsung ke saluran air akan menyebabkan perkolasi air tanah, biasanya dalam by-pass aliran melalui retakan dan celah, ini merupakan risiko besar bagi kesehatan manusia dan hewan karena kotoran ternak mengandung banyak patogen (bakteri, virus, parasit). Untuk mengatasi masalah tersebut, peternak harus menanganinya dengan baik. Limbah ternak babi dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, antara lain biogas dan pupuk kompos. Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Praktek-praktek pengelolaan pupuk kandang maupun biogas harus sesuai pedoman manajemen limbah untuk diadopsi oleh industry peternakan. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Kata kunci : Manur, pupuk kompos, biogas, anaerobik.

Kata PengantarPuji syukur atas karunia Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Pemanfaatan Limbah Manur Peternakan Babi Sebagai Pupuk Organik Berkualitas. Usaha peternakan babi dapat memberikan manfaat yang besar dilihat dari perannya sebagai penyedia protein hewani, namun hasil sampingan ternak berupa limbah dari usaha yang semakin intensif dan skala usaha besar dapat menimbulkan masalah yang kompleks. Selain baunya yang tidak sedap, keberadaannya juga mencemari lingkungan, mengganggu pemandangan, dan bisa menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memberikan beberapa cara untuk mengatasi limbah yang dihasilkan peternakan babi agar tidak mencemari lingkungan, diantaranya memanfaatkan limbah babi sebagai pupuk organic berkualitas tinggi dan sebagai bahan penghasil gas bio (biodegradable). Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca khususnya peternak babi. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan guna perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Bengkulu, 30 September 2011

Penulis

DAFATAR ISI

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DFTAR TABEL I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan II. III.3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6

TINJAUAN PUSTAKA ISI / REVIEVDampak Akibat Limbah Peternakan babi Pemanfaatan Manure Peternakan Babi untuk Biogas Pembuatan Instalasi Biogas Tipe bodigester Memanfaatkan Manur Peternakan Babi untuk Pupuk Organik Langkah-langkah pembuatan pupuk organic

I.V

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABELTabel 1. Jumlah Populasi Ternak Yang Perlu Dikelola Berdasarkan Potensi KTS Yang Dihasilkan Untuk Skala Rumah Tangga. Tabel 2. Potensi Kelompok Ternak dan Jumlah Kotoran Ternak Sebagai Bahan Penghasil Gas dan Pupuk Organik Tabel 3. Kandungan Unsur Hara Kompos Kotoran Sapi dan Babi Tabel 4. Suhu udara dan tanah selama minggu terakhir setiap eksperimental periode

I.1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN

Usaha budidaya ternak babi yang dilakukan di pemukiman pedesaan secara intensif dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan yang paling sering terjadi adalah kesulitan pembuangan hasil samping berupa limbah kotoran ternak, urine dan permasalahan lingkungan sekitarnya. Limbah organik yang dihasilkan seperti kotoran ternak, sisa pakan lebih banyak menimbulkan masalah seperti penyakit ternak dan lingkungan dari pada keuntungan yang diperoleh. Seperti dikatakan para peneliti dari North Carolina State University, di Negara bagian Carolina utara, industri peternakan babi merupakan mesin penggerak ekonomi di daerah tersebut dan di beberapa Negara bagian lain. Akan tetapi limbah yang dihasilkan telah menyebabkan kecemasan masyarakat terhadap kualitas tanah air dan udara. Untuk mengatasi permasalahan tersebut upaya yang sering dilakukan peternak adalah bagaimana membuang atau menjual secepatnya kotoran ternak yang menumpuk ke daerahdaerah pertanian untuk pupuk organik dengan harga yang relatif lebih murah. Permasalahan lingkungan tersebut sebagian besar disebabkan oleh limbah organik yang tidak terurai dengan baik, sehingga menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti bau, gas beracun, hama penyakit dan lain-lain. Limbah ternak babi dapat dikelola untuk berbagai macam tujuan, terutama menjadi pupuk. Kotoran yang dihasilkan babi itu ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang telah membusuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran yang dikeluarkan babi sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya. Sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah. Sejak tahun 1987, kualitas air limbah mengalir dari peternakan telah diperlukan untuk memenuhi standar pemerintah. Berbagai macam metode pengolahan air limbah telah dicoba. Dari jumlah tersebut, tiga langkah pengolahan limbah sistem yang dikembangkan oleh Taiwan Livestock Research Institute (TLRI), yang meliputi pemisahan padat-cair, pengolahan anaerobik, dan pengobatan aerobik, diterima sebagai salah satu sistem terbaik untuk Taiwan, dan telah diperpanjang untuk peternakan babi sejak tahun 1987. Pada akhir tahun 1993, 6.827 dari total 9.108 peternakan babi yang mengangkat lebih dari 200 babi telah berinvestasi di fasilitas pengolahan limbah. Tenda-jenis digester anaerobik sudah digunakan pada lebih dari 2.000 peternakan. Potensi seluruh ternak ruminansia di Indonesia sebagai penghasil biogas dan pupuk organik sebesar 82,79% yang terdiri ternak ruminansia besar (sapi potong, sapi perah dan kerbau) mempunyai porsi yang paling besar yaitu 74,73% dan ternak ruminansia kecil

(kambing dan domba) sebesar 8,06%. Sedangkan ternak non ruminansia (kuda dan babi) sebesar 7,17% dan ternak unggas sebanyak 10,04%. Bila dikaitkan dengan efektifitas dan pola pemeliharaan, maka ternak yang dipelihara secara kelompok dan dikandangkan menjadi paling efektif dapat dikelola sebagai penghasil biogas dan pupuk organik. Kotoran ternak segar (KTS) dari seluruh populasi ternak di Indonesia tahun 2009 sebanyak 88.714.888.170 ton per tahun, apabila diproses menjadi biogas (asumsi secara keseluruhan) akan menghasilkan biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak di rumah tangga petani peternak setara dengan minyak tanah sebesar 4.331 juta liter per tahun. Sedangkan untuk keperluan memasak di dapur 1 rumah tangga petani dengan 4-6 anggota keluarga memerlukan 1,23 liter minyak tanah per hari. Dengan demikian potensi biogas tersebut sebagai energy alternatif substitusi minyak tanah dan bahan bakar lainnya di pedesaan dapat memenuhi 9,6 juta rumah tangga sepanjang tahun. Sedangkan pupuk organik kering dapat dihasilkan 34,6 juta ton per tahun. Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak Yang Perlu Dikelola Berdasarkan Potensi KTS Yang Dihasilkan Untuk Skala Rumah Tangga No 1. 2. 3. 4. 5. Jenis ternak Ruminansia besar Ruminansia kecil Kuda Babi unggas Jumlah (ekor) 2 36 3 15 363 Potensi biogas 2 Menghasilkan biogas setara minyak tanah 1,23 liter per hari.

1.2 Tujuan 1. Melakukan pengolahan limbah manur dari peternakan babi untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan. 2. Memperkenalkan cara cara penanganan limbah dari peternakan babi khususnya untuk pembuatan pupuk dan biogas. 3. Mengetahui teknik pembuatan pupuk kompos organic dari manur peternakan babi. 4. Mengetahui teknik pembuatan biogas dan instalasinya. 5. Mengatasi masalah pencemaran lingkungan pada area peternakan (ramah lingkungan, kesehatan keluarga peternak dan kelestarian usaha peternakan di pedesaan).

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbondalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman,sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosferbila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.(http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas) Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50 sampai 70 persen, gas karbon dioksida (CO2) 30 - 40 persen, Hidrogen (H2) 5 -10 persen , dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit. (Yadava and Hesse,1981; Abdulah, et al., 1991). Pada saat krisis energi saat ini limbah ternak babi juga dapat diolah untuk menghasilkan biogas. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif. Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi dipedesaan dapat berjalan dengan optimal. (Dede Sulaiman,2008) Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang, limbah ternak dan lain sebagainya (Murbandono, 2002). Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku organik ini dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti : kotoran ternak, sampah rumah tangga non sintetis, limbah-limbah makanan/minuman, dan lain-lain. Biasanya untuk membuat pupuk organik ini, ditambahkan larutan mikroorganisme yang membantu mempercepat proses pendegradasian (Prihandarini, 2004)

III. ISI/REVIEW3.1 Dampak Akibat Limbah Peternakan babi Pengolahan limbah peternakan baik skala besar maupun kecil merupakan kebutuhan mendesak dan perlu ditinjau kelangsungannya saat ini. Praktek-praktek pengelolaan pupuk kandang maupun biogas harus sesuai pedoman manajemen limbah untuk diadopsi oleh industry peternakan. Jika tidak terdapat manajemen, penanganan limbah cenderung mengarah ke saluran air. Hal ini menyebabkan eutrofikasi serius sungai dan danau, ditandai dengan tingginya konsentrasi bahan pencemaran yang menciptakan ketidakseimbangan ekologis dalam sistem air karena mendukung tingkat tinggi abnormal pertumbuhan ganggang dan tanaman air, misalnya hyacinth air. Hal ini mengurangi kadar oksigen dalam air dan memiliki implikasi serius pada kelangsungan hidup organisme dalam ekosistemnya, dan akan berakibat pada pasokan pangan dan keanekaragaman hayati. Selain itu, permukaan tanah dan air dapat tercemar dengan pencucian dan run-off dari nutrisi pupuk dan ini meningkatkan kebutuhan untuk pengolahan pemurnian air minum yang aman. Pembuangan kotoran ternak secara langsung ke saluran air akan menyebabkan perkolasi air tanah, biasanya dalam by-pass aliran melalui retakan dan celah, ini merupakan risiko besar bagi kesehatan manusia dan hewan karenakotoran ternak mengandung banyak patogen (bakteri, virus, parasit). Beberapa dapat ditularkan kepada manusia, dan dapat menyebabkan infeksi sistemik atau lokal, misalnya Escherichia coli, Campylobacter, Salmonella, Leptospira, Listeria, Shigella, Cryptosporidum, Hepatitis A,Rotavirus, virus Nipah, dan Avian Influenza. Terjadinya demam tipus tahunan telah diperkirakan 17 juta kasus dengan sekitar 600.000 kematian, dan diare penyakit menyebabkan kematian 951.000 orang setiap tahunnya di Asia Tenggara. Sebagian kasus ditularkan melalui air yang mengandung bakteri, protozoa, virus dan, khususnya, parasit adalah sumber penyakit ini. Dalam peternakan tradisional, binatang seperti babi hidup dalam kelompok yang kecil disbanding saat mereka dalam industri peternakan memiliki ruang untuk bergerak kemana-mana, dan kotoran mereka tidak akan menjadi masalah lingkungan, sebaliknya kotorannya dapat dipakai pupuk yang sangat berharga dan sumber bahan bakar. Tetapi ketika hewan ternak dipelihara dalam jumlah yang besar, kotoran tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan dan sulit untuk dibuang dalam jumlah yang sangat besar. Banyak unsur seperti nitrogen, fosfor dalam makanan hewan yang dikeluarkan dan menjadi polutan yang potensial. Dalam industri peternakan babi, campuran air kencing dan kotorannya disimpan dalam tangki besar atau lagoon (kolam penampungan) dan dibuang kedaratan dimana hal tersbut dapat menyebabkan polusi air dan tanah. Sebanyak 30% dari jumlah total nitrogen dalam campuran air kencing dan kotoran lepas ke lingkungan sebagai gas amonia. Tingkat amonia yang tinggi dalam air dekat tempat makan hewan berkaitan dengan resiko keguguran kandungan pada wanita.

Salah satu efek campuran kencing dan kotran hewan pada lingkungan adalah Eutrofikasi (perkembangbiakan alga karena terlalu banyak zat makanan) yang dapat mempengaruhi sungai dan saluran lainnya. Kadangkala menyebabkan pertumbuhan alga beracun dan kematian ikan. Banyak sekali kolam penampungan kotoran babi yang dibanjiri saat badai Floyd melanda Carolina Utara tahun 1999 yang menyebabkan kematian ikan dalam jumlah yang besar dengan biaya pembersihan jutaan dollar. (USU) Produksi peternakan babi, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Industri ini sering dianggap negatif oleh publik dan media karena konsentrasi unit produksi peternkan ini menimbulkan masalah pencemaran dan polusi yang mereka hasilkan, kotoran babi mengandung nutrisi tanaman utama dan bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman yang efisien dan untuk meningkatkan sifat-sifat tanah. Namun, karena unit produksi membutuhkan lahan yang luas dan dekat dari lahan perkebunan serta pembuangan limbah yang tidak ramah lingkungan menimbulkan peningkatan biaya yang signifikan terhadap industry. Kebanyakan babi di Amerika Utara ditempatkan dan dibesarkan dalam bentuk serupa. Akibatnya, isu-isu yang juga mirip di mana-mana: bau, air permukaan dan polusi air tanah, dan NH 3 volatilisasi. Oleh karena itu peternakan babi menjadi asal masalah lingkungan yang potensial untuk udara, air, dan tanah sumber daya. Publik memiliki harapan yang tinggi mengenai : 1. bau yang dilepaskan dari unit produksi dan fasilitas penyimpanan pupuk cair, dan selama aplikasi lapangan. 2. kontaminasi badan air oleh nutrisi dan bakteri. Industrialisasi peternakan babi juga menyebabkan perubahan demografi di daerah pedesaan (perkotaan substansial pembangunan ke lahan pertanian selama beberapa dekade terakhir) telah mengakibatkan masalah kohabitasi sensitif. Bau yang dihasilkan dari perumahan babi, penyimpanan kotoran, dan aplikasi di lapangan merupakan penyebab utama konflik antara peternak dan masyarakat.. Gas berbau yang dihasilkan oleh mikroba pemecahan protein tumbuhan dan hewan dan ketika kotoran disimpan di bawah kondisi anaerobik. Intensitas bau bervariasi tergantung pada : ukuran dan jenis fasilitas produksi babi Produksi praktek lokasi unit dan topografi lokal musim dan iklim waktu hari arah dan kecepatan angin turbulensi udara. Di beberapa daerah, ancaman emisi bau dari operasi peternakan babi telah membatasi pertumbuhan industri. Penguranagan bau merupakan perhatian utama bagi produsen babi. Saat ini, tidak ada teknologi kontrol ekonomis yang tersedia di Kanada untuk memecahkan masalah bau dari operasi babi. Sampai saat ini, bau dasarnya dianggap sebagai masalah

gangguan. Namun, ada bukti baru bahwa bau membawa efek negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain menyebabkan mual, sakit kepala, gangguan tidur, sakit perut dan kehilangan nafsu makan, dan depresi. Masalah kesehatan dapat lebih serius bagi pekerja pertanian yang terpapar terus menerus terhadap bau, debu, dan gas beracun. Beberapa pekerja pertanian telah mengalami masalah pernapasan seperti bronkitis kronis, batuk asma atau bahkan lebih buruk yaitu penyakit paru-paru. Karena operasi babi semakin lebih besar, maka lebih banyak pula pekerja yang terkena penyakit (Departemen Pasokan dan Jasa Kanada, 1998). 3.2 Pemanfaatan Manure Peternakan Babi untuk Biogas Pencernaan anaerobik merupakan salah satu langkah penanganan limbah yang paling penting untuk kotoran babi dan limbah organik lainnya, yang memungkinkan dapat memproduksi energi universal pembawa CH4. Penggunaan fermentasi anaerob untuk pengolahan limbah sangat penting, dengan beberapa juta sumber biogas skala kecil di Republik Rakyat China, India dan negara Asia lainnya. Tapi di Eropa, pengembangan teknologi ini mengalami stagnasi, mungkin karena harus bersaing dengan infrastruktur yang baik untuk distribusi fosil bahan bakar dan listrik. Oleh karena itu, mungkin lebih mudah untuk mempromosikan pencernaan anaerobik di daerah terpencil dan pedesaan di negaranegara berkembang, yang memiliki infrastruktur yang kurang berkembang untuk energi. setelah krisis minyak di tahun 1970-an dan harga minyak yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, minat energi terbarukan meningkat lagi untuk sementara waktu di sebagian besar Eropa.(International Atomic Energy Agency,2008) Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55oC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas Metan (CH4), Karbon dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon monoksida (CO), Oksigen (O2), Propena (C3H8), dan Hidrogen sulfida(H2S). Kotoran ternak segar (KTS) dari seluruh populasi ternak di Indonesia tahun 2009 sebanyak 88.714.888.170 ton per tahun, apabila diproses menjadi biogas (asumsi secara keseluruhan) akan menghasilkan biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak di rumah tangga petani peternak setara dengan minyak tanah sebesar 4.331 juta liter per tahun. Sedangkan untuk keperluan memasak di dapur 1 rumah tangga petani dengan 4-6 anggota keluarga memerlukan 1,23 liter minyak tanah per hari. Dengan demikian potensi biogas tersebut sebagai energy alternatif substitusi minyak tanah dan bahan bakar lainnya di pedesaan dapat memenuhi 9,6 juta rumah tangga sepanjang tahun. Sedangkan pupuk organik

kering dapat dihasilkan 34,6 juta ton per tahun. Kotoran ternak segar yang dihasilkan berbagai jenis ternak dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Potensi Kelompok Ternak dan Jumlah Kotoran Ternak Sebagai Bahan Penghasil Gas dan Pupuk Organik No 1 Kelompok ternak Ternak ruminansia a. Ruminansia kecil b. Ruminansia besar Ternak Non Ruminansia - Kuda dan Babi Ternak Unggas - Ayam Ras, Buras dan Itik Jumlah KTS 000 ton/tahun 66.294.37 7.152,46 % 74,73 8,06

2 3

6.361,68 8,90,36 88.714,88

7,17 10,04 100,00

3.3 Pembuatan Instalasi Biogas Untuk kegiatan Pembuatan Biogas Asal perlengkapannya adalah sebagai berikut : Ternak Babi diperlukan digester dan

1) Digester yaitu komponen utama instalasi biogas sebagai alat penghasil biogas yang dilengkapi lubang pemasukan (inlet) dan lubang pengeluaran (outlet), penampung gas dan penampung sisa buangan (sludge). Terdapat beberapa model digester dalam pembuatan biogas, yaitu : model fixed dome (model kubah), model silinder / terapung, dan model kantong plastik. 2) Material/bahan digester : dari pasangan bata dan semen, drum, serat fiber dan bahan dari kantong plastik. 3) Pipa pralon (PVC) , slang plastik , kran, kompor,genset dan lainlain 3.4 Tipe biodigester Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan sampai 400.000 unit alat ini.

Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok. Kompas (8 Agustus 2005) 3.5 Memanfaatkan Manur Peternakan Babi untuk Pupuk Organik Manur peternakan babi apabila dibuang begitu saja akan menjadi pupuk kompos secara alami. Akibat dari proses fermentasi oleh berbagai macam mikroba, pH akan mengalami perubahan. Dalam fase fermentasi ini aktifitas mikroba memecah molekul molekul yang lebih besar seperti karbohidrat, protein dan lemak akan diuraikan menjadi asam asam organik yang merupakan molekul molekul yang lebih sederhana seperti asam lemak, asam asetat, asam propionate dan asam butirat yang menyebabkan pH turun sehingga menghasilkan bau busuk. ( Sittadewi, E.H., 2002) dalam (I w budiarsa suyasa,dkk, 2008). Setelah manure atau kotoran babi segar yang bercampur urine melewati proses composting melalui fermentasi, pH mulai naik karena selama kondisi pH asam terjadi dekomposisi senyawa organic dan senyawa nitrogen terlarut yang membentuk amoniak, amina, asam karbonat dan sebagian kecil CO2, H2 dan CH4. Gas gas inilah yang menyebabkan nilai pH menjadi meningkat kembali ( Dudi, H., 2001) dalam (Iw budiarsa suyasa,dkk, 2008). Dalam proses selanjutnya nilai pH kembali menurun sesuai dengan pH normal yaitu 7,81 karena aktifitas mikroba sudah kembali normal. Berikut kandungan unsure hara kompos sapi dan babi dalam tabel 3. Tabel 3. Kandungan Unsur Hara Kompos Kotoran Sapi dan Babi Kandungan Nama Unsur C-organik (%) N-total (%) P- tersedia (ppm) K-tersedia (ppm) C/N ratio Kotoran sapi 3,04 0,41 20,56 842,31 7,41 Kotoran babi 3,70 0,16 35,91 2517,10 23,13 Keterangan Warna coklat hitam, struktur gembur, tekstur halus dan berbutir halus

Kotoran babi merupakan sumber penting unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan lainnya sebagai nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Proses pengolahan pupuk degradasi parsial terjadi didalam biodigester anaerobik (Mempermanis et al., 1990). Selama pencernaan anaerobik, kebutuhan oksigen berkurang, tetapi banyak senyawa organik tetap atau dikurangi untuk yang lebih rendah berat molekul. Nutrisi anorganik masih ada, dengan beberapa bentuk seperti NH 4 meningkat. Juga, volume pupuk tetap konstan (Kirchmann dan Witter, 1989). Oleh karena itu, produsen biasanya masih perlu untuk memanfaatkan materi yang tersisa setelah pencernaan sebagai sumber nutrisi tanaman. Pencernaan anaerobik pupuk kandang telah diteliti selama dua dekade terakhir (Williams, 1995). Selama pencernaan anaerob, bakteri memecah organic materi dalam lingkungan bebas oksigen, sehingga lebih sedikit nutrisi organik bentuk dan lebih ke bentuk anorganik. Kirchmann dan Lundvall (1993) melaporkan peningkatan dari N anorganik (Peningkatan kurang dari 10%). Namun, informasi yang tersedia terbatas mengenai dampak pencernaan anaerobik pada konten dan ketersediaan nutrisi tanaman. (Esteban R. Loria, et.al,2004) Binder dkk. (1996) mengatakan pentingnya sinkronisasi antara pupuk mineralisasi dalam penggunaan nutrisi tanaman. Terjadinya kehilangan nutrisi lingkungan dapat terjadi ketika pasokan tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Satu masalah dalam pengelolaan pupuk adalah ketidakpastian tingkat mineralisasi materi organik. Khususnya yang berasal dari proses pencernaan hewan monogastrik atau ruminansia, preferensi pakan dan jatah dari spesies yang berbeda, dan penanganan keseluruhan dari pupuk bertanggung jawab atas perbedaan dalam konsentrasi nutrisi pupuk dan dampak pada ketersediaan untuk tanaman (Bailey dan Buckley, 2001) dalam (Esteban R. Loria, et.al,2004) 3.6 Langkah-langkah pembuatan pupuk organik Bahan baku utama yang digunakan adalah limbah ternak sapi dan babi, berupa kotoran babi dan sapi yang bercampur dengan sisa makanannya dan bercampur dengan air kencingnya. Bahan baku ini disediakan lebih kurang masing-masing 10 karung (beratnya 30 kg/karung). Bahan tambahan (substituen) adalah urea, SP-36, abu, serbuk kayu, kalsit. Starter digunakan EM4 (efective microorganism). Peralatan yang diperlukan antara lain : bak (kotak kayu ukuran 1x1x1 m) 3 buah, sekop, ember, ayakan, termometer, karung/kampil, timbangan, kantong plastik, dan lain-lain.(Mega I.M, et.al, 2008) Tahap I Bahan kotoran ternak disiapkan dengan kelembaban sekitar 60 %. Bila bahan terlalu becek atau kelembaban lebih dari 60 % maka kotoran ternak didiamkan beberapa waktu hingga mencapai kelembaban yang diinginkan. Bila kotoran ternak terlalu kering, maka perlu disiram dengan air agar mencapai kelembaban 60 %. Setelah kotoran ternak kelembaban mencapai 60 %, selanjutnya ditambah dengan serbuk gergaji, starter, urea, dan SP-36, lalu dicampur hingga rata. Diamkan bahan ini selama 1 minggu.

Tahap II Bahan pada tahap I dibalik dengan cara dipindahkan ke bak yang lain. Pada saat pembalikan ini, dilakukan penambahan abu dan kalsit. Proses yang berlangsung sekitar 3 minggu ini perlu dijaga kelembabanya dan suhunya dengan cara pembalikan. Tahap III Pada tahap yang terakhir ini, bahan kompos akan mengalami penstabilan, yaitu suhu mulai turun ke suhu normal dan bahan sudah berbentuk remah. Kondisi ini menandakan bahwa bahan kompos telah menjadi kompos (pupuk organik),sehingga siap digunakan. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengemasanagar dapat disimpan atau diangkut ketempat lain. Pada proses pengolahan limbah menjadi pupuk tidak ada perbedaan yang signifikan dalam suhu udara dan tanah antara periode yang berbeda (Tabel 2). Suhu udara rata-rata berkisar antara 25,3 sampai 27.3 oC. Kisaran suhu cocok untuk bakteri mesofilik (Adil dan Moor 1937, dikutip oleh Gunnerson dan Stuckey 1986). Suhu rata-rata Perbedaan antara siang dan malam adalah yang terbesar (11.3 o C) akhir tahap 3 suhu turun ke 17,8 o C. (Bui Xuan An dan TR Preston, 1999) Nilai mean (dari empat periode) untuk komposisi babi pakan dan kotoran dari yang dihasilkan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 4. Suhu udara dan tanah selama minggu terakhir setiap eksperimental periode Periode Maksimum Minimum Rata-rata Harian perbedaan Tanah temp. ( o C) 1 2 Air temp. ( o C) 32.9 27.4 21.7 23.2 27 3 25 9.2 3.8 261 25.6 3 27.9 24.6 3 26 3.3 26.0 4 29.1 17.8 3 26 11.3 24.8

Sumber : Bui Xuan An dan TR Preston, 1999

.

IV.

KESIMPULAN

Manure merupakan campuran feses dan urin yang dihasilkan industry peternakan. Limbah ternak babi dapat dikelola untuk dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, supaya tidak mencemari lingkungan terutama menjadi pupuk dan penghasil gas metan (CH4) atau dikenal dengan biogas. Peternakan babi sering dianggap negatif oleh publik dan media karena konsentrasi unit produksi peternkan ini menimbulkan masalah pencemaran dan polusi yang mereka hasilkan, bau yang dihasilkan dari perumahan babi, penyimpanan kotoran, dan aplikasi di lapangan merupakan penyebab utama konflik antara peternak dan masyarakat.Gas berbau yang dihasilkan oleh mikroba pemecahan protein tumbuhan dan hewan dan ketika kotoran disimpan di bawah kondisi anaerobik. Dalam mengolah limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan haruslah sesuai standar dan mengikuti pedoman Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), agar dalam pelaksanaanya tidak menimbulkan hal hal yang dapat merugikan lingkunan.

DAFATAR PUSTAKA Anonym. 1998. Strategi Penelitian Manajemen Pupuk Hog di Kanada . Penelitian CabangPertanian dan Agri-Makanan Kanada . Departemen Pasokan dan Jasa Kanada 1998. Loria , Esteban R. 2004. Penggunaan Kotoran Babi anaerobik dalam Produksi Jagung cerna. Departemen Pertanian dan Biosystems Rekayasa. Lowa State University . Rice, JM.et.al. 2004.Sabuk Sistem Pengelolaan Limbah Babi. Fakultas Pertanian dan Ilmu Pengetahuan, North Carolina State University. Departemen Pertanian dan Sumber daya Ekonomi, North Carolina Suyasa, iw. Budiarsa dan IG.A Kunti Sri Panca Dewi. 2008. Pemanfaatan Kotoran Babi Melalui Komposting dan Pengaruhnya Terhadap Lombok Rawit (Capsicum Frutescens). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. Mega, IM.dkk.2008. PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK YANG BERKUALITASDARILIMBAH PETERNAKAN SAPI DAN BABI DI DESA MARGA DAUHPURI,KECAMATAN MARGA, KABUPATEN TABANAN. Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar.

Xuan An, Bui dan TR Preston.1999. Produksi gas dari kotoran babi makan pada pembebanan yang berbeda harga untuk polietilen tubular biodigesters. Universitas Pertanian & Kehutanan, ThuDuc, HoChiMinh City, Vietnam Sulaiman , Dede.2008. Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak. Riwantoro. 2011. PEDOMAN PENATAAN BUDIDAYA TERNAK BABI RAMAH LINGKUNGAN. Jakarta. Kementrian Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesaehatan Hewan. Direktorat Budidaya ternak. Luthan, Fauzi.2010. PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN BIOGAS ASAL TERNAK BERSAMA MASYARAKAT ( BATAMAS). Jakarta : DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAKRUMINANSI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN.

Animal Production and Health Section Joint FAO/IAEA Division of Nuclear Techniques in Food and Agriculture. 2008. Guidelines for Sustainable Manure Management in Asian Livestock Production System. International Atomic Energy Agency. Vienna, Austria