Makalah mAGic
Transcript of Makalah mAGic
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penataan Staf
Implementasi strategi dan kebijakan baru sering membutuhkan
prioritas-prioritas baru dalam manajemen sumber daya manusia dan
penggunaan yang berbeda atas sumber daya manusia yang tersedia.
Beberapa perubahan tertentu tersebut berarti mempekejjakan orang baru
dengan ketrarnpilan baru, memecat orang dengan ketrampilan yang tidak
sesuai atau tidak mampu memenuhi standar, dan atau melatih kembali
karyawan yang ada untuk.
Jika perusahaan akan Jika perusahaan akan mengimplernentasi
strategi-strategi pertumbuh-annya, perusahaan mungkin perlu merekrut
orang baru untuk dipekerjakan dan dilatih.
Jika perusahaan mengadopsi strategi perampingan, perusahaan
mungkin perlu memberhentikan sejumlah besar karyawan. Menejemen
perlu menetapkan criteria yang digunakan dalam keputusan penempatan
karyawan.
Penataan Staf Mengikuti Strategi
Perubahan dalam Kebutuhan Merekrut dan Melatih: setelah
sebuah strategi baru dirumuskan, berbagai jenis sumber daya manusia
mungkin dibutuhkan untuk mengisi posisi-posisi tertentu, atau
karyawan yang ada sekarang mungkin perlu dilatih kembali untuk
dapat mengimplementasi strategi baru.
Pelatihan dan pengembangan: salah satu jalan untuk
mengimplementasi strategi bisnis atau korporat suatu perusahaan dan
sangat penting dalam mengimplementasi strategi diferensiasi yang
menekankan kualitas atau layanan kepada pelanggan.
Menyesuaian Manajer dengan Strategi
1
Beberapa ahli menyatakan bahwa jenis “terbaik” atau sosok yang paling
sesuai dari seorang manajer umum (general manager) yang dapat dengan
efektif mengimplementasi sebuah strategi baru unit bisnis tersebut. Itulah
yang sebenarnya menjadi dasar pemikiran Jan Timmer, Komisaris Utama,
ketika memilih Frank Carrubba, seorang yang berorientasi riset untuk
menjadi CEO baru perusahaan raksasa Belanda Philips Electronics..
Bagian “ stratesi dalam tindakan” menggambarkan hasil keputusan
tersebut.
Pada eksekutif dengan paduan khusus keterampilan dan keahlian
serta pengalaman yang dimilikinya, dapat diklasifikasikan sebagai “jenis
khusus” tertentu dan sesuai dengan strategi khusus perusaan. Gambar 9.1
menggambarkan beberapa eksekutif puncak “jenis khusus” yang cocok
dengan berbagi strategi yang ditempuh perusahaan seperti yang
ditampilkan dalam matriks yang ada . Sebagai contoh, perusahaan yang
mengambil strtegi konsentrasi (concentration strategy) dengan penekanan
pada integrasi vertical atau hirozontal, mungkin memerlukan eksekutif
puncak yang agresif dengan pengalaman luas pada industry tertentu,
seperti ahli industri yang dinamis. Strategi diversifikasi, sebaliknya,
mungkin membutuhkan CEO dengan kemampuan analitis yang memiliki
pengetahuan luas akan berbagai industry lainnya dan dapat mengelola
berbagai lini produk yang berbeda, seperti manajer portofolio yang
analitis. Perusahaan yang memilih untuk mengambil strategi stabilitas
mungkin membutuhkan CEO- nya adalah perencanaan laba yang hati –
hati, yaitu orang yang memiliki gaya konservatif, berlatar belakang
produksi atau insinyur, dan berpengalaman dalam mengendalikan
pengeluaran, anggaran, persediaan, dan prosedur – prosedur standarisasi.
Perusahaan yang lemah sementara berada dalam industry yang menarik,
cenderung akan mencari eksekutif yang berorientasi pada tantangan, atau
yang biasa dikenal sebagai orang yang ahli “membalikkan keadaan”
(turnaround specialists) untuk menyelematkan perusahaan mereka. Jika
perusahaan tidak dapat lagi diselamatkan, seorang likuidator yang
2
professional akan dibutuhkan dalam sebuah pengadilan yang menyatakan
asset perusahaan
Menyesuaikan "Denis khusus" Eksekutif PunCak Dengan Strategi
Perusahaan
Posisi Kompetitif Kekuatan Bisnis
Sumber: Thomas L. Wheelen dan J. David Hunger, “Matching Proposed Chief Executive “Types” with Corporation Sttrategy,” Hak Cipta © 1991 oleh Wheelen dan Hunger Associated.
CEO atau manajer unit bisnis yang berhasil dengan sebuah
panduan khusus pengalaman, keahlian dan factor – factor kepribadian
yang mendukung, cenderung terkait pada satu jenis strategi ; mereka
dengan berbagai macam kombinasi yang berbeda, akan terkait pada
strategi yang berbeda pula. Sebagai contoh, studi tentang para eksekutif
SBU menunjukkan bahwa unit bisnis strategis yang memiliki build
strategy dibandingkan dengan SBU yang memiliki harvest strategy
cenderung akan dipimpin oleh para manajer yang memiliki keinginan
besar untuk mengambil resiko, memiliki toleransi yang besar pada
ambiguitas, dan yang mempunyai pengalaman luas pada penjualan atau
3
KUAT SEDANG LEMAH
RE
ND
AH
S
ED
AN
G
TIN
GG
I Pertumbuhan-Konsentrasi
Ahli Industri yang dinamis
Pengurangan-Menyelamatkan Perusahaan
Ahli Pembalik KeadaanStabilitas
Perencanaan Laba yang hati-hati
Pertumbuhan – Diversifikasi
Manajer Portopolio yang Analisis
Pengurangan-Penutupan
Likuidator yang profesional
pemasaran. Sebagai tambahan, para eksekutif yang berhasil
mengimplementasi strategi diferensiasi bisnis cenderung memiliki locus of
control internal yang tinggi; mereka cenderung memandang dirir mereka
sebagai seorang pekerja keras dan memiliki kemampuan daripada melihat
hal – hal eksternal sebagai alasan keberhasilan yang diperoleh. Mereka
juga cenderung memiliki pengalamn yang cukup luas dalam penelitian dan
pengembangan. Unit bisnis yang menggunakan strategi bisnis biaya
rendah (low-cost strategy) cenderung akan dipimpin oleh seorang manajer
yang memiliki pengalaman luas dalam produksi. Studi lain menunjukkan
bahwa CEO dari perusahaan – perusahaan jenis Prospector ( pencari,
penyelidik) berusia lebih muda, dengan masa jabatan dalam perusahaan
dan posisi manajerial yang lebih pendek, dan lebih berpendidikan
disbanding CEO dari perusahaan jenis Defender (bertahan). Para CEO
perusahaan – perusahaan tipe Prospector cenderung memiliki latar
belakang lebih luas dalam hal pemasaran atau R&D; sementara para CEO
perusahaan Defender cenderung memiliki latar belakangs dalam
keuangan, mesin, dan pemanufakturan.
Strategi Dalam Tindakan
Seleksi dan Pengembangan Manajemen,
Seleksi dan pengembangan adalah hal yang sangat penting, tidak hanya
untuk memastikan bahwa perusahaan telah merekrut orang-orang yang
memiliki paduan keahlian dan pengalaman yang tepat, tetapi juga untuk
membantu mereka berkembang dalam pekerjaannya untuk mempersiapkan
mereka pada promosi yang akan datang.
Suksesi Eksekutif : Orang Dalam vs Orang Luar,
Perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat pada umumnya
mengganti eksekutif puncaknya setiap delapan tahun, Oleh sebab itu
perusahaan perlu merencanakan suksesi eksekutif, khususnya jika
perusahaan tersebut biasa melakukan promosi dari dalam.
Mengindentifikasi Kemampuan dan Potensi 4
Perusahaan dapat mengidentifikasi dan mempersiapkan orang-
orangnya untuk posisi-posisi penting dalam beberapa cara. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menetapkan sistem
penilaian kinerja yang baik untuk mengidentifikasi orang-orang yang
berkinerja baik dengan potensi promosi yang dimilikinya. Survaei
terhadap 34 perencana perusahaan dan eksekutif cumber daya manusia
dari 24 perusahaan besar Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 80
persen dari mereka telah membuat beberapa usaha untuk identifikasi bakat
dan perilaku manajer yang sesuai, sehingga mereka dapat menyesuaikan
manajer-manajer tersebut sedekat mungkin dengan strategi khusus yang
direncanakan perusahaan.
Berbagai Masalah dalam Pengurangan Karyawan
Downsizing (perampingan) merujuk kepada eliminasi terencana
posisi atau pekerjaan-pekerjaan tertentu. Perusahaan-perusahaan pada
umumnya menggunakan pendekatan tersebut dalam mengimplementasi
strategi pengurangan (retrenchment). Komunitas masyarakat keuangan
akan lebih bereaksi positif terhadap pengumuman perampingan dari
perusahaan yang sedang mengalami kesulitan, karena program seperti ini
dapat memberikan beberapa manfaat jangka pendek
Berikut ini adalah beberapa pedoman dalam melakukan
perampingan yang berhasil,
Eliminasi pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu, bukan melakukan
pemotongan di berbagai bidang : Gunakan waktu yang tersedia untuk
mengetahui dengan tepat ke mana dana mengalir dan kurangilah
pekerjaan, bukan pekerja, jika ternyata pekerjaan tersebut tidak member
nilai tambah kepada apa yang diproduksi perusahaan. Sebagai contoh,
produktivitas para ilmuan di R&D perusahaan Colgate-Palomolive
meningkat signifikan ketika mereka dibebaskan dari kewajiban untuk
melakukan pengawasan dan pelaporan yang berlebihan.
Kontrakkan keluar pekerjaan-pekerjaan yang pihak lain mampu
mengerjakannya dengan lebih murah
5
Rencanakan efisiensi jangka panjang: jangan mudah mengeliminasi
semua biaya yang dapat ditunda seperti perawatan, penelitian dan
pengembangan,dan periklanan, dengan anggapan (yang tidak dapat
dibenarkan) bahwa situasi lingkungan bisnis akan lebih mendukung.
Komunikasikan alasan-alasan mengambil tindakan perampingan :
Beritahukan kepada karyawan tidak hanya mengapa perusahaan akan
melakukan perampingan, tetapi juga apa yang sedang diusahakan oleh
perusahaan untuk tercapai. Fokuskan dan tekankan pada pernyataan misi
yang hendak dicapai.
Melakukan investasi pada karyawan yang selamat dari program
perampingan : Para karyawan perusahaan yang selamat dari proses
perampingan mungkin akan mengerjakan berbagai macam tugas yang
berbeda dari sebelumnya akibat perusahaan tersebut, karena itu perusahaan
perlu membuat draft baru tentang spesifikasi kerja, standar kinerja, teknik
penilaian kinerja, dan paket konpensasi baru bagi para karyawannya.
Pelatihan tambahan juga diperlukan untuk memastikan bahwa setiap orang
memiliki keterampilan yang sesuai untuk menghadapi berkembangnya
pekerjaan dan tanggung jawab yang akan ditanganinya.
Kembangkan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki nilai tambah untuk
mengimbangi berkurangnya pekerjaan: Ketika tidak ada lagi pekerjaan
yang tersedia bagi karyawan yang selamat dari perampingan, pihak
manajemen harus mempertimbangkan beberapa alternatif penataan staf
lainnya.
2.2. Pengarahan (Directing)
Implementasi juga melibatkan pengarahan karyawan untuk
menggunakan kemampuan dan keahlian mereka pada tingkat yang paling
efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi. Tanpa adanya
pengarahan, karyawan cenderung melakukan pekerjaan mereka menurut
cara pandang mereka pribadi tentang tugas-tugas apa yang seharusnya
dilakukan, bagaimana dilakukan, dan untuk tujuan apa. Mereka mungkin 6
melakukan peketaan menurut apa yang mereka dapatkan pada masa lalu
atau menekankan pekerjaan pada hal yang paling mereka sukai - dengan
tidak memperhatikan apakah yang mereka kerjakan merupakan prioritas
utama bagi perusahaan. Pengarahan dapat berbentuk kepemimpinan dari
pihak manajemen, mengkomunikasikan norma perilaku dari budaya
organisasi, atau membangun kesepakatan di antara para pekerja sendiri
dalam kelompok-kelompok kerja yang otonom.
Untuk mengarahkan sebuah strategi baru dengan efektif,
manajemen puncak harus mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab
dengan tepat kepada para manajer operasionaln. Mereka harus mampu
mendorong karyawan untuk berperilaku sesuai cara yang dinginkan oleh
organisisi dan mengkoodinasi tindakan tersebut untuk menghasilkan kinerja
yang efektif. Para manajer harus dirangsang untuk menemukan solusi
kreatif untuk mengimplementasi masalah tanpa terjebak ke dalam konflik.
Kadang kala sasaran tersebut dapat dicapai secara tidak langsung melalui
budaya perusahaan yang kuat, dengan diterimanya norma- norma dan nilai-
nilai yang menghargai kinerja tim, dan komitmen terhadap sasaran dan
strategi perusahaan. Sasaran itu juga dapat dicapai dengan cara yang lebih
formal melalui perencanaan tindakan atau melalui program- program
tertentu seperti Management By Objective (MBO) dan Total Quality
Management (TQM)
Mengelola Budaya Perusahaan
Pertama, intensitas, yaitu "seberapa besar para anggota sebuah unit bisnis sepakat pads norms, nilai, atau unsur-unsur budaya lain yang berhubungan dengan unit bisnis tersebut.
Organisasi dengan norma-norma yang kuat mendukung keberadaan nilai-nilai khusus tertentu, seperti konsep k-lialitas di Maytag, memiliki budaya yang intensif, sedangkan perusahaan-perusahaan baru (atau yang sedang berada dalam tahap transisi) memiliki budaya yang lebih lemah, budaya yang kurang intensif Karyawan sebuah perusahaan dengan budaya yang kuat cenderung menunjukkan konsistensi dalam perilaku, mereka cenderung berperilaku sama sepanjang waktu
7
Kedua, integrasi, yaitu "seberapa besar unit-unit bisnis dalam sebuah organisasi membagi sebuah budaya yang sama.
Organisasi dengan budaya dominan yang mengakar kuat biasanya terkendali secara hierarki dan berorientasi pada kekuasaan, misal dalam unit militer, dan memiliki budaya yang terintegrasi tinggi.
Menilai Kesesuaian Strategi-Budaya
Budaya Perusahaan Penghalang diberlakukannya pengawasan Proses Berdasarkan Statistik (SPC)
Sejak pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1940-an, Statistical Process Control (SPC) ditolak keberadaanya sampai W. Edward Deming, seorang pengajar di MIT, memperkenalkannya kepada orang Jepang pada tahun 1950-an. Statitistical Process Control adalah metode yang berusaha memfasilitasi pemahaman variabel-variabel kritis di setiap tahap proses pemanukfakturan dan interkorelasinya.
Berdasarkan pedoman yang disusun Deming, para pekerja pabrik-pabrik di Jepang mengambil contoh salah satu bagian yang sedang diproses dalam proses manufaktur, yang dengan kartu control, memastikan bahwa setiap penyimpangan dari spesifikasi yang telah ditetapkan dapat diperbaiki dengan cepat
Budaya Perusahaan Penghalang diberlakukannya pengawasan Proses Berdasarkan Statistik (SPC)
Sejak pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1940-an, Statistical Process Control (SPC) ditolak keberadaanya sampai W. Edward Deming, seorang pengajar di MIT, memperkenalkannya kepada orang Jepang pada tahun 1950-an. Statitistical Process Control adalah metode yang berusaha memfasilitasi pemahaman variabel-variabel kritis di setiap tahap proses pemanukfakturan dan interkorelasinya.
Berdasarkan pedoman yang disusun Deming, para pekerja pabrik-pabrik di Jepang mengambil contoh salah satu bagian yang sedang diproses dalam proses manufaktur, yang dengan kartu control, memastikan bahwa setiap penyimpangan dari spesifikasi yang telah ditetapkan dapat diperbaiki dengan cepat
8
Budaya pada pabrik-pabrik pemanufakturan ternyata memiliki tiga nilai dasar yang berlawanan dengan nilai dasar yang melandasi penggunaan SPC
Pertama, pabrik-pabrik tersebut memiliki norma yang menganggap kineja lebih penting dari belajar. Para pekerja dibayar untuk bekerja, bukan untuk berpikir. Sayangnya, SPC bejalan berlawanan dengan nilai dasar ini. Pelaksanaan SPC meliputi tidak hanya periode untuk belajar memahami SPC itu sendiri, tetapi juga periode pembelajaran semua proses pemanufakturan tempat SPC diimplementasi. Para manajer dalam pabrik tersebut menginterpretasi tindakan-tindakan, menyaringnya dengan pertanyaan seperti, "Apa yang dapat Anda, lakukan buat saya?" bukan "Apa yang telah Anda pelajari?"
Kedua, informasi digunakan hanya untuk menyebarkan harapan terhadap kinerja yang akan datang, melaporkan kineja yang buruk, dan mengalihkan tanggung jawab Informasi dinilai bukan berdasarkan kegunaannya untuk menyelesaikan masalah, tetapi hanya untuk menyalahkan. atau mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain. Sebaliknya, SPC menggunakan informasi untuk menemukan masalah dan menyelesaikannya. Pengumpulan data melibatkan pekerja dan manajer untuk bersama-sama menggunakan gambar dan grafik yang ada pada seluruh wilayah kerja, sehingga setiap orang dapat melihatnya. Sayangnya, seiring perjalanan waktu, pihak manajemen kembali hanya melihat hasil dan menugaskan tanggung jawab. Karyawan kembali ditugaskan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Perasaan para. karyawan menjadi, "Mengapa masalah saya harus diselesaikan dengan SPC?“
Ketiga, dengan mengikuti konsep struktural yang tradisional tentang divisi kerja, pekejaan-pekejaan dalam pabrik dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang dibagikan kepada individu-individu operator dan kepada setiap unit dalam lini perakitan. Ada garis pembatas yang jelas antara, pekerja dan manajer, bagian pemanufakturan dan jasa, dan antara pabrik dan divisi. Ada kecenderungan untuk menggolong-golongkan masalah dan informasi. Sebaliknya SPC membutuhkan pendekatan yang bersifat menyeluruh, bukan pendekatan segmentasi yang tradisional. SPC mengharuskan adanya pemikiran tentang interaksi berbagai variabel dalam sebuah proses dan mengelola masing-masing interdependensinya. Sebagai hasilnya, upayaupaya untuk meningkatkan produktivitas melalui usaha bersama antara kelompok-kelompok dan departemen disabotase oleh kecenderungan para staf divisi yang berpenghasilan dan berpendidikan
9
tinggi pada kantor pusat untuk menolak saran-saran dari karyawan produksi yang dianggapnya "rendah" dalam segala hal.
Mengelola Budaya Ketika Bertumbuh Melalui Akuisis
Ketika melakukan akuisisi atau bergabung dengan perusahaan lain, manajemen puncak harus mempertimbangkan potensi teradinya benturan budaya. Bahaya jika menganggap bahwa perusahaan dapat dengan mudah disatukan ke dalam striiktur pelaporan yang sama.
Pada umumnya para investor bersikap skeptis terhadap merger antar peperusahaan-perusahaanyang memiliki budaya berbeda. Makin besar kesenjangan antara budaya perusahaan yang diakusisi dengan perusahaan yang mengakuisisi, makin cepat pula para eksekutif perusahaan yang diakuisisi meninggalkan pekerjaannya dan menggunakan bakat berharga mereka di perusahaan lain. Contoh klasik kesalahan manajemen dalam menangani budaya perusahaan tedadi ketika Exxon Corporation memutuskan untuk membeli beberapa perusahaan yang memiliki teknologi tinggi.
Metode Mengelola Budaya Perusahaan yang Diakuisisi
10
Merencanakan Tindakan
11
Integrasi Asimilasi
Pemisahan Dekulturasi
Harus diambil tindakan-tindakan khusus untuk membuat program berjalan
Tanggal untuk memulai dan mengakhiri setiap tindakan
Menetapkan orang (diidentifikasi dengan Hama dan jabatan) yang bertang-
gung jawab terhadap pelaksanaan setiap tindakan
Mienetapkan orang yang akan bertanggung jawab untuk memantau waktu
dan efektivitas setiap tindakan
Perkirakan konsekuensi financial dan fisik dari setiap tindakan
Rencanakan tindakan-tindakan kontingensi
Management By Objectives (MBO)
Management By Objectives (MBO) merupakan pendekatan organisasional
yang secara luas telah digunakan untuk membantu diambilnya tindakan-
tindakan yang bermanfaat dalam mencapai sasaran yang diinginkan. MBO
menghubungkan sasaran organisasional dengan perilaku individu. Karena
sistem tersebut mampu menghubungkan rencana dengan kinerja, MBO
merupakan implementasi yang sangat bermanfaat. Proses MPO meliputi :
1. menetapkan dan mengkomunikasikan sasaran. Organisasional
2. Menyusun. sasaran individual (melalui interaksi karyawan dan atasan)
yang akan membantu implementasi sasaran organisasi.
3. Mengembangkan sebuah rencana tindakan terhadap aktivitas-aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, dan
4. Secara periodik (sedikitnya tiap triwulan) menganalisis kinerja yang
berhubungan dengan sasaran yang telah ditetapkan dan termasuk di
dalamnya hasil penilaian kinerja tahunan
Total Quality Management (TQM)
Menurut J. Schonberger, pakar dalam manajemen operasi dan rekayasa
produksi, ada ,pat tujuan dalam TQM:
1. Kualitas produk dan jasa yang lebih baik dan sedikit variabel;
2. Respon yang lebih cepat dan sedikit variabel dalam memproses kebutuhan
pelanggan;
3. Fleksibilitas yang lebih besar dalam penyesuaian terhadap perubahar.
kebutuhan pelanggan; dan
12
4. Biaya yang lebih rendah melalui peningkatan kualitas dan eliminasi
pekerjaan yang tidak memiliki nilai tambah.
Elemen-elemen penting dalam TQM
Fokus yang kuat terhadap kepuasan pelanggan;
Pelanggan adalah internal dan eksternal;
Pengukuran yang akurat terhadap seluruh variabel kritis dalam operasi
perusahaan;
Peningkatan berkelanjutan pada produk dan jasa;
Hubungan kerja yang baru yang didasarkan pada saling percaya dan kerja
tim.
13