Makalah Luka

54
BAB I PENDAHULUAN Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12% dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius. Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klub- klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan

description

makalah luka.. ilmu forensik

Transcript of Makalah Luka

Page 1: Makalah Luka

BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah

dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan

yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu

sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka

bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah

rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang

dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan

pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12% dari penyerangan

menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan

itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari

kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami

luka yang serius.

Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam

tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-

macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat

tinggal dan klub-klub, 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum

waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang

disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%),

pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan

penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui.1

Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 persen pada 2006. Rata-rata orang

terkena kejahatan pun naik di tahun ini. Selama 2006, jumlah kejahatan meningkat

dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan kejahatan yakni

sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123

orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi

kenaikan 1,65 persen.1,2

Page 2: Makalah Luka

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan

bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah

Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan

korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak

pidana.2,3

Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran

Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu

menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk

mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan

benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim

untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter

sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya

pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa,

yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat

bukti yang sah di sidang pengadilan.1,2,3

Page 3: Makalah Luka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh

trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik

atau gigitan hewan. Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.

Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat

kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan

dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka,

dan kualifikasi luka.1,4

Etiologi

1. Luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api).

2. Luka karena kekerasan fisik (arus listrik, petir, suhu).

3. Luka karena kekerasan kimiawi (asam, basa, logam berat)

Kegunaan Menentukan Jenis atau Bentuk Luka

Dapat menentukan identitas pelaku

Dapat menentukan alatnya

Dapat menentukan kualifikasi/ derajat luka

Saat terjadinya luka

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Memeriksa Luka

Melihat kelainan objektif, diskontinuitas

Lokalisasi (koordinat sumbu x dan y)

Bentuknya

Ukuran

Tepi

Page 4: Makalah Luka

Sudut

Dasar dan dalamnya

Jembatan jaringan

Jaringan disekitar luka

Benda asing

Klasifikasi Jenis Luka Berdasarkan Jenis Benda5,6,7

1. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury).5,6

Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka

lecet, memar dan luka robek atau luka robek atau luka terbuka. Dan bila

kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula

menyebabkan patah tulang.

a. Luka lecet (abrasion):

Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas

hanya pada lapisan kulit yang paling luar/kulit ari. Walaupun kerusakan

yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di

dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat

memberikan banyak hal, misalnya:

1) Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat

dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari

pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai

dengan alat-alat dalam tersebut.

2) Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang

menyebabkan luka, seperti :

a. Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan

tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan

seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan

memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari

alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka

Page 5: Makalah Luka

lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”,

khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban.

b. Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas

oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban

seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila

ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana “kembang” dari ban

tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar.

Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka

yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.

c. Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada

tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu

dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan.

Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari

bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.

d. Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau

yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh

dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan

sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah

pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau

keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher

korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat;

dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya

kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan

apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau kasus

pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung.

e. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan

dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan

cetakan dari bentuk radiator penabrak.

Page 6: Makalah Luka

3) Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana

kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila

pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang

mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-

kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai

pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila

tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban

yang dipegang sewaktu korban diseret.

b. Luka memar (contusion)

Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah

dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan

pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.

Perjalanan memar :

1-2 hari : merah

3 hari : biru

>3 hari : cokelat / gelap

10 hari : kuning

>2 minggu : hilang

Tanda – tanda intra vital memar :

Ada reaksi jaringan

Tanda – tanda inflamasi

Bedakan dengan lebam (post mortem tidak ada reaksi jaringan , tidak

ada pembekuan)

Faktor yang mempengaruhi memar

Pengaruh gravitasi terhadap jaringan sekitar luka

Vaskularisasi

Jaringan ikat longgar

Berat ringannya trauma

Faktor internal

Page 7: Makalah Luka

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi

pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada

orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka

sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya

jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah

yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.

Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi

mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah

“perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban

terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru

tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk

perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua

kembang ban yang berdekatan.

Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda

yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang

membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan; darah antara kedua

memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pengukur

yang mengenai tubuh korban

.

Gambar 1. Luka Memar

Page 8: Makalah Luka

c. Luka robek, retak, koyak (laceration)

Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda

tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya hingga

melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih dimungkinkan bila arah dari

kekerasan tumpul tersebut membentuk sudut dengan permukaan tubuh yang

terkena benda tumpul. Dengan demikian bila luka robek tersebut salah satu

tepinya terbuka ke kanan misalnya, maka kekerasan atau benda tumpul

tersebut datang dari arah kiri; jika membuka ke depan maka kekerasan benda

tumpul datang dari arah belakang. Pelukisan yang cermat dari luka terbuka

akibat benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu penyidik

khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi; demikian pula sewaktu dokter

dijadikan saksi di meja hakim.

Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat

dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-

sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai

tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang

menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut

bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek ssring

tampak adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena luka pada umumnya

mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan kematian,

maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan

benda tumpul.

2. Jenis luka akibat benda tajam.

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda

yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi

dari alat-alat seperti golok, pisau, dan sebagainya hingga keeping kaca, gelas,

logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.5,7

Putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat

alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat benda

Page 9: Makalah Luka

tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda

tumpul dan dari luka tembakan senjata api.

Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus

dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya

karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.

a. Luka iris / luka sayat (incised wound)

Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh

karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian

digeserkan sepanjang kulit.

Gambar 2. Luka Iris

b. Luka tusuk (stab wound)

Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul

yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan

tubuh. Contoh: belati, bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk kerbau.

Selain itu, pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan

benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua.

Page 10: Makalah Luka

Gambar 3. Luka Tusuk

c. Luka bacok (chop wound)

Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau

agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup

besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Gambar 4. Luka Bacok

Page 11: Makalah Luka

d. Luka akibat benda yang mudah pecah (kaca)

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah (misalnya kaca), dapat

mengakibatkan luka-luka cmpuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk, luka

lecet.

Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen

dari benda yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah

kaca mobil maka luka-luka campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet

dan luka iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa

sehingga jika pecah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

Page 12: Makalah Luka

Tabel 1. Perbedaan Luka Tumpul dan Luka Tajam

3. Luka akibat tembakan senjata api

Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen

anak peluru, sedangkan LTM jarak dekat dibentuk oleh komponen anak

peluru dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar. LTM jarak sangat

dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga dan panas/api.

ISU Penting dalam menilai luka tembak :

• LTM ATAU LTK?

• DIAMETER PELURU? DESKRIPSI?

• PETUNJUK TENTANG SENJATA?

• JARAK TEMBAK?

• ARAH PELURU?

• SEBAB MATI

• LTM YG MANA YG BIKIN MATI?

LTM tempel/kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut di atas

(yang akan masuk ke saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna

hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak masuk sebagai

luka lecet jenis tekan, yang terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara

hasil ledakan mesiu.

Gambaran LTM jarak jauh dapat ditemukan pada korban yang tertembak

pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan kulit terdapat

Page 13: Makalah Luka

penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang, helm dan sebagainya

sehingga komponen-komponen butir mesiu yang tidak habis terbakar, jelaga

dan api tertahan oleh penghalang tersebut.

Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan luka

tembak kleuar (LTK). LTK umumnya lebih besar dari LTM akibat terjadinya

deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan

tulang yang pecah keluar dari LTK.

LTK mungkin lebih kecil dari LTM dari LTM bila terjadi pada luka

tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga

pada saat akan keluar meninggalkan tubuh. Di sekitar LTK mungkin pula

dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat benda yang

keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar pada dinding.

Gambar 6. Luka Tembak Masuk

Page 14: Makalah Luka

Gambar 7. Luka Tembak Secara Mikroskopis

4. Jenis luka akibat suhu / temperatur

a) Benda bersuhu tinggi.

Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar

yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhu serta

lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat

Page 15: Makalah Luka

mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III atau IV. Zat cair panas dapat

mengakibatkan luka bakar tingkat I, II atau III. Gas panas dapat

mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III atau IV.

b) Benda bersuhu rendah.

Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh

yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula

pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial

sehingga terlihat pucat, selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor

kontrol yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada

keadaan yang berat dapat menjadi gangren.

5. Luka akibat trauma listrik

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai

akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya pengaruh

listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan

(voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau

basah), lamanya kontak serta luasnya daerha terkena kontak.

Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan

lapisan kulti dengan tepi agak menonjol dan disekitarnya terdapat daerah

pucat dikelilingi daerah hiperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi.

Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukannya luka.

Bahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus

listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar. Tegangan arus kurang

dari 65 voltase biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000

volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat mematikan

adalah 100 mA.

Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot

pernapasan atau pusat pernapasan. Sedang faktor yang sering memperngaruhi

Page 16: Makalah Luka

kefatalan adalah kesadaran seseorang akan adanya arus listrik pada benda

yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak menyadari adanya arus listrik pada

benda yang dipegangnya biasanya pengaruhnya lebih berat dibanding orang-

orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan listrik.

6. Luka akibat petir

Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang

tegangannya dapat mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar 100.000

A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan

luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat

panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa luka-luka yang

mirip dengan akibat persentuhan dengan benda tumpul.

Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan

susunan syaraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat

terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya.

Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan

pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda

dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang dipakai.

Pakaian korban terbakar atau robek-robek.

7. Jenis luka akibat zat kimia korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai

tubuh manusia.

Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu :

(a) Golongan Asam.

Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain :

• Asam mineral, antara lain : H2SO4, HCl dan NO3.

• Asam organik, antara lain : asam oksalat, asam formiat dan asam asetat.

• Garam mineral, antara lain : AgNO3 dan Zinc Chlorida.

• Halogen, antara lain : F, Cl, Ba dan J.

Page 17: Makalah Luka

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka,

ialah:

• Mengekstraksi air dari jaringan.

• Mengkoagulasi protein menjadi albuminat.

• Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin.

Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas

ialah:

• Terlihat kering.

• Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid

berwarna kuning kehijauan.

• Perabaan keras dan kasar.

(b) Golongan Basa.

Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain :

• KOH

• NaOH

• NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:

• Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline

albumin dan sabun.

• Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin.

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini :

• Terlihat basah dan edematus

• Berwarna merah kecoklatan

• Perabaan lunak dan licin.

Petunjuk Deskripsi Luka dan Lokasi

Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,

bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak

perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi

Page 18: Makalah Luka

luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus

selalu ditulis diakhir kalimat.

Deskripsi luka meliputi :

1. Jumlah luka.

2. Lokasi luka, meliputi:

a. Lokasi berdasarkan regio anatomiknya.

b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian

tertentu dari tubuh. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat

dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut,

penggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal

yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal

mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang

melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit.

Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal

mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan

rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan

lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah

tulang belikat kanan dan kiri.

3. Bentuk luka, meliputi :

a. Bentuk sebelum dirapatkan

b. Bentuk setelah dirapatkan

4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam

bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.

5. Sifat-sifat luka, meliputi :

a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :

Batas (tegas atau tidak tegas), tepi (rata atau tidak rata), sudut luka (runcing

atau tumpul).

b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:

Page 19: Makalah Luka

Jembatan jaringan (ada atau tidak ada), tebing (ada atau tidak ada, jika ada

terdiri dari apa), dasar luka.

c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :

Memar (ada atau tidak), lecet (ada atau tidak), tatoase (ada atau tidak)

Contoh Beberapa Deskripsi Macam-Macam Luka :

1. Luka Iris

Pada pemeriksaan ditemukan luka, jumlahnya: satu, lokasi: Di perut kanan

atas, ujung pertama sepuluh sentimeter sebelah kanan garis tengah tubuh

dan lima sentimeter di atas garis mendatar yang melewati pusat sedang

ujung kedua lima belas sentimeter dari garis tengah tubuh dan empat

sentimeter di atas garis mendatar yang melewati pusat.

Bentuknya: Sebelum dirapatkan terbuka dan ketika ditautkan rapat serta

membentuk garis lurus (atau sedikit lengkung) yang arahnya miring.

Ukurannya: Sebelum ditautkan panjang lima sentimeter, lebar dua

sentimeter dan dalamnya satu sentimeter. Ketika dirapatkan panjang luka

menjadi lima koma tiga sentimeter.

Sifatnya: Garis batas luka bentuknya teratur, tepi rata dan kedua sudutnya

runcing. Tebing luka rata dan terdiri atas jaringan kulit, jaringan ikat,

lemak serta otot. Jembatan jaringan tidak ada. Dasar luka terdiri atas

jaringan otot. Daerah di sekitar garis batas luka tidak didapati memar

2. Luka Tusuk

Pada pemeriksaan ditemukan luka, jumlahnya: Satu, letaknya: Di dada

bagian kanan atas, sepuluh sentimeter sebelah kanan garis tengah tubuh

dan tujuh sentimeter di atas garis mendatar yang melewati puting susu.

Bentuknya: Berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan rapat

serta membentuk garis lurus yang arahnya mendatar. Ukurannya: Sebelum

dirapatkan panjangnya dua koma lima sentimeter, lebar nol koma enam

sentimeter dan dalamnya belum dapat ditentukan pada pemeriksaan luar

sebab luka menembus dinding dada. Ketika dirapatkan panjangnya menjadi

Page 20: Makalah Luka

dua koma tujuh sentimeter. Sifatnya: Garis batas luka bentuknya teratur

dan simetris, tepinya rata serta kedua sudutnya runcing. Tebing luka rata

terdiri atas kulit, jaringan ikat, jaringan lemak dan otot. Tidak ditemukan

ada-nya jembatan jaringan dan dasar luka tidak terlihat pada pemeriksaan

luar. Di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

3. Luka Tembak Masuk

Pada pemeriksaan ditemukan luka.

Jumlahnya: Satu.

Lokasinya: Di perut bagian kanan atas, delapan sentimeter di sebe¬lah

kanan dari garis tengah tubuh dan setinggi seratus sepuluh sentimeter dari

tumit. (Pada luka tembak selalu diukur setinggi berapa sentimeter dari

tumit guna kepentingan rekonstruksi).

Bentuknya: Terdiri atas dua bagian, yaitu bagian luar berupa cincin lecet

dan bagian dalamnya berupa lubang. Posisi lubang terhadap cincin lecet

konsentris (atau episentris).

Ukurannya: Diameter cincin lecet sebelas milimeter dan diameter lubang

sembilan milimeter.

Sifatnya: Garis batas luar dari cincin lecet bentuknya teratur (bulat) serta

tepinya tak rata dan garis batas lubang bentuknya juga teratur serta tepi-nya

tidak rata. Tebing luka tak rata, berbentuk silinder dan terdiri atas jaringan

kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.

Dasar cincin lecet adalah jaringan ikat sedang dasar lubang tidak dapat

ditentukan pada pe-meriksaan luar sebab menembus dinding perut. Daerah

di sekitar cincin lecet terlihat memar ber-warna merah kebiruan, jelaga dan

tatoase.

4. Memar (Kontusi)

Pada pemeriksaan ditemukan memar.

Jumlahnya: Dua buah.

Page 21: Makalah Luka

Lokasinya: Memar pertama di sisi luar dari lengan bawah kiri, sepuluh

sentimeter dari garis pergelangan tangan. Memar kedua di pipi kiri, lima

sentimeter sebelah kiri dari garis tengah tubuh dan lima sentimeter sebelah

bawah dari garis mendatar yang melewati kedua mata.

Bentuknya: Tidak teratur.

Ukurannya: Memar di lengan kiri tiga sentimeter kali empat sen¬timeter

dan memar di pipi tiga sentimeter kali tiga sentimeter.

Sifatnya: Garis batas memar tidak begitu tegas dan ben¬tuknya tidak

teratur.

Daerah di dalam garis batas luka terlihat sedikit menonjol (bengkak),

terdiri atas kulit yang masih utuh. Di sekitar memar tidak ditemukan

kelainan.4

WAKTU TERJADINYA KEKERASAN 5,7,8

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan

penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta

untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus informasi tentang waktu

terjadinya kekerasan akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna

mengungkapkan banyak hal, teerutama yang berkaitan dengan alibi seseorang.

Masalahnya ialah, tidak seharusnya seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat

terjadinya tindak pidana ia berada di tempat yang jauh dari tempat kejadian perkara.

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliri akan dapat ditentukan : Luka terjadi

ante mortem atau post mortem.

Umur luka

a. Luka ante mortem atau post mortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu

terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut

perlu dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka

terjadi sebelum mati dan demikian pula sebaliknya.

Page 22: Makalah Luka

Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang

menunjukkan bahwa :

1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan

hidup ketika terjadi trauma antara lain :

a. Retraksi jaringan.

Terjadi karena serabut-serabut elastis di bawah kulit terpotong dan

kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka

memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga,

tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka bentuk luka

tidak begitu menganga.

b. Retraksi vaskuler.

Bentuk retraksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :

1. Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa: Eritema

(kulit berwarna kemerahan), vesikel atau bulla.

2. Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :

Kontusio atau memar.

c. Retraksi mikroorganisme (infeksi)

Jika tubuh dari orang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah

tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa : kenaikan kadar

serotinin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma). Kenaikan

kadar histamin (kadar maksimal terjadi 20-30 menit sesudah trauma).

Kenaikan kadar enzim yang terjadi beberapa jam sesudah trauma

sebagai akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.

2. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma

Jika organ dalam (jantung atau paru) masih dalam keadaan berfuungsi ketika

terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :

a. Perdarahan hebat (profuse bleeding)

Page 23: Makalah Luka

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan

yang banyak sebab jantung masih bekerja terus-menerus memompa

darah lewat luka. Berbeda dengan trauma yang terjadi sesudah mati

sebab keluarnya darah secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga

jumlah lukanya tidak banyak.

Perdarahan pada luka intravital dibagi 2, yaitu :

- Perdarahan internal :

Mudah dibuktikan karena darah tertampung dirongga badan (rongga

perut, rongga panggul, rongga dada, rongga kepala dan kantong

perikardium) sehingga dapat diukur pada waktu otopsi.

- Perdarahan eksternal :

Darah yang tumpah di tempat kejadian, yang hanya dapat disimpulkan

jika pada waktu otopsi ditemukan tanda-tanda anemis (muka dan

organ-organ dalam pucat) disertai tanda-tanda limpa melisut,

jantung dan nadi utama tidak berisi darah.

c. Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara arterial

(sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang

terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik, seperti

misalnya vena jugularis eksterna atau subclavia. Udara akan masuk

ketika tekanan di jantung kanan negatif. Gelembung udara yang

terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru-paru

sehingga dapat mengganggu fungsinya.

Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara

venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari

tindakan pneumotorak artifisial atau karena luka-luka yang menembus

paru-paru. kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk

pembuluh darah koroner atau otak.

d. Emboli lemak.

Page 24: Makalah Luka

Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai

jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang

panjang. Akibatnya jaringan jaringan lemak akan mengalami pencairan

dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah menuju

atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru-paru.

e. Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita

luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka

berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru

akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.

Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak

yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru

sehingga pada akhirnya paru-paru menjadi kolap.

f. Emfisema kulit krepitasi

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk

pau-paru maka pada setiap ekspirasi udara, paru-paru dapat masuk ke

jaringan ikat di bawah kulit. Pada palpasi akan terasa ada krepitasi

disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika

trauma terjadi sesudah orang meninggal.

b. Umur Luka 5,9,10

Untuk mengetahui kapan kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur

luka. Tidak ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan

tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup atau mati)

dilakukan mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya

infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya,

yaitu dengan melakukan :

1. Pemeriksaan Makroskopik.

Page 25: Makalah Luka

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan

berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiran dihitung dari

saat trauma sampai saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari

saat trauma sampai saat kematiannya.

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan

dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula

akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasai dan inflamasi,

berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari warna tersebut

berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu

menjadi kekuningan. Pada luka robek atau terbuka dapat

diperkirakan umurnya dengan mengamati perubahan-perubahannya.

Dalam selang waktu 12 jam sesudah trauma akan terjadi

pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka akan

didominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan disusul tanda

penyembuhan.

2. Pemeriksaan mikroskopik

Perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.

Selain berari guna bagi penentuan intravitalitas luka, juga dapat

menentukan umur luka secara lebih teliti dengan mengamati

perubahan-perubahan histologiknya.

Menurut Walcher, Robertson dan hodge, infiltrasi perivaskular

dari lekosit polimorfnuklear dapat dilihat dengan jelas pada kasus

dengan periode-periode survival sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi

kapiler dan marginasi sel lekosit mungkin dapat lebih dini lagi,

bahkan beberapa menit sesudah trauma.

Pada trauma dengan iinflamasi aseptik, proses eksudasi akan

mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam.Epitelisasi baru terjadi

hati ketiga, sedang sel-sel fibroblas mulai menunjukkan perubahan

reaktif sekitar 15 jam sesudah trauma. Tingkat proliferasi tersebut

Page 26: Makalah Luka

serta pembentukan kapiler-kapiler baru sangat variatif, biasanya

jaringan granulasi lengkap dengan vaskularisasinya akan terbentuk

sesudah 3 hari. Serabut kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4

atau 5 hari sesudah trauma.

Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan parut tampak pada

akhir minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma,

aktivitas sel-sel epitel dan jaringan di bawahnya mengalami regresi.

Akibatnya jaringan epitel mengalami atrofi, vaskularisasi jeringan di

bawahnya juga berkurang diganti serabut-serabut kolagen. Sampai

beberapa minggu sesudah penyembuhannya, serabut elastis masih

lebih banyak dari jaringan yang tidak kena trauma.

Perubahan histologik dari luka sangat dipengaruhi oleh ada

tidaknya infeksi karena infeksi akan menghambat proses

penyembuhan luka.

3. Pemeriksaan histokemik

Perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat

trauma adalah akibat dari fenomena fungsional yang sejalan dengan

aktifitas enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator

reaksi biologik.

Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat

dilihat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-

zat tertentu. Mula-mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan

menyertakan jaringan di sekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo

dari potongan itu difiksasi dengan mengunakan formalin 10% di

dalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam

untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase.

Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan

es kering guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan

aminopeptidase.

Page 27: Makalah Luka

Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase

dapat dilihat lebih dini setengah jam setelah trauma. Peningkatan

aktifitas aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedang

peningkatan acid phosphatase alkali phophatase sesudah 4 jam.

4. Pemeriksaan biokemik

Meskipun pemeriksaan histokemik telah banyak menolong, tetapi

reaksi trauma yang ditunjukkan masih memerlukan waktu yang

relatif panjang, yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang

sering terjadi, korban mati beberapa saat sesudah trauma sehingga

belum dapat dilihat reaksinya dengan metode tersebut. Oleh sebab

itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik.

Histamin dan serotinin merupakan zat vasoaktif yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada

stadium awal trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik telah

diplubikasikan pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas dan

Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya kenaikan histamin bebas

pada jejas jerat antemortem pada kasus gantung. Oleh peneliti lain

kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah trauma, sedang

serotonin naik setelah 10 menit.

Akibat Trauma 9,11,12

1. Aspek Medik

Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo Galilei,

setiap benda akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan

luar yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton dengan 3 buah

hukumnya berhasil menemukan metode yang dapat dipakai untuk mengukur

dan menghitung energi.

Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu

energi potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik

Page 28: Makalah Luka

yang mampu menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat

disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit.

Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa :

1. Kelainan fisik / organik

Bentuk dari kelainan fisik atau organik ini dapat berupa :

- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh.

- Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu.

2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu

Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh

yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta,

tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam.

3. Infeksi

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrana mukosa merupakan barier

terhadap infeksi. Bila kulit atau membrana tersebut rusak maka kuman akan

masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau

bahkan iritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh kuman. Jenis kuman

dapat berupa streptococcus, staphylococcus, Eschericia coli, Proteus

vulgaris, Clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.

4. Penyakit

Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit

jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam

kontroversi.

5. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat

menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang

spektrumnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety

neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia), manic depressive atau

psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental

Page 29: Makalah Luka

yang abnormal merupakan faktor utama timbulnya gangguan mental

tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada

setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya

yang terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relatif bagi yang

bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum

dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau organ

dengan psikosis post trauma didasrkan atas :

- Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma.

- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat.

- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan

seseorang.

- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau fungsinya

dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau

wajah.

- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan.

- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal.

- Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang

menimpanya.

2. Aspek Yuridis 9,12

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau

tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut

hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak

pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau

negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman

perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.

Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut

didasarkan atas pengaruhnya terhadap :

- Kesehatan jasmani.

- Kesehatan rohani.

Page 30: Makalah Luka

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan.

- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.

- Fungsi alat indera :

1. Luka ringan.

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan

dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.

2. Luka sedang.

Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.

3. Luka berat.

Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri

atas:

a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan

sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan

pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea

robek. Sesudah dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.

b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahay

maut pengertiannya memiliki potenis untuk menimbulkan kematian, tetapi

sesudah diobati dapat sembuh.

c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan

jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak

membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai luka

berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah

seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak

dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut selamanya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan

kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat

Page 31: Makalah Luka

digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan

sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di atas.

e. Cacat besar atau kudung.

f. Lumpuh.

g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir

tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia,

disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.

h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud

dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak

didahului oleh proses sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika

melahirkan. Sedang, kematian janin mengandung pengertian bahwa janin

tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup. tidak dipersoalkan bayi keluar atau

tidak dari perut ibunya.

Kualifikasi Luka 5,9,13

Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu Kedokteran

Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab

XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90.

Pasal 351

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama

tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352

Page 32: Makalah Luka

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang

tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan

jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana

penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang

melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi

bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 90

Luka berat berarti:

(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut

(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencarian;

(3) Kehilangan salah satu pancaindera;

(4) Mendapat cacat berat;

(5) Menderita sakit lumpuh;

(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Page 33: Makalah Luka

BAB III

KESIMPULAN

Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian terpenting.

Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa terjadi

akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan kimiawi. Luka dapat

diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul,

akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda yang muda pecah,

akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia

korosif.

Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi

antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur

luka. Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai

dengan tepat kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai

macam faktor yang mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah,

atau penyakit defisiensi.

Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum

untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan

352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan

hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi

luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita sebagai calon dokter yang

nantinya sebagai dokter di masyarakat umum akan banyak menemukan kasus

kekerasan yang menyebabkan luka baik pada korban hidup maupun korban

mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum et Repertum.

Page 34: Makalah Luka

DAFTAR PUSTAKA

1. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar

[online]. 2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-

memar_rev.pdf. [cited : 03 Juni 2010].

2. Wales J. Visum et Repertum. [online]. 2010. Available at :

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. [cited : 04 Juni 2010].

3. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. Semarang : 2003.

4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,

Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

5. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.

6. Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010 [cited: 09 Juni 2010]. Available at:

www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf (cited : 09

Juni 2010).

7. Apuranto, Hariadi. Luka tajam [online]. 2010. Available at :

www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf [cited :

09 Juni 2010]

8. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.

9. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa

Aksara: Jakarta 1997. Hal 85-129.

10. Turner Ralph. Forensik science. [online]. 2009. Available at :

http://www.Portalkriminal.Com/Index. [cited : 16 Desember 2009].

11. Anonim. 2010. http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/index.htm [cited : 07

Juni 2010).

12. Anonim. 2010. http://ayumi.inube.com/blog/34039/forensic-electric trauma/

[cited : 07 Juni 2010].