Makalah Kolokium

22
1 MAKALAH KOLOKIUM MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA JUDUL : Penerapan Metode Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Biologi NAMA : Dyah Kesuma Ramadhani NIM : 06111009014 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Rahmi Susanti, M.Si. Abstrak Penulisan makalah yang berjudul Penerapan Metode Guided Discovery Learning ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode Guided Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi. Penelitian menerapkan metode kuasi eksperimen dengan pretest-posttest group design hasil belajar dan posttest only group design pada penelitian keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan hasil tes yang telah didapat, dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t. Hasilnya pada penelitian terhadap hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata pre-test 7,07 dan hasil rata-rata post-test 14.84, artinya hasil belajar post-test lebih tinggi dibandingkan pre-test. Penelitian yang menguji keterampilan berpikir kreatif siswa didapat hasil persentase aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode Guided Discovery Learning efektif meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kata Kunci: Guided Discovery Learning, hasil belajar, keterampilan berpikir kreatif.

description

Makalah Kolokium

Transcript of Makalah Kolokium

11

MAKALAH KOLOKIUMMAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

JUDUL: Penerapan Metode Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran BiologiNAMA: Dyah Kesuma Ramadhani

NIM: 06111009014

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Rahmi Susanti, M.Si.

Abstrak

Penulisan makalah yang berjudul Penerapan Metode Guided Discovery Learning ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode Guided Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi. Penelitian menerapkan metode kuasi eksperimen dengan pretest-posttest group design hasil belajar dan posttest only group design pada penelitian keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan hasil tes yang telah didapat, dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t. Hasilnya pada penelitian terhadap hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata pre-test 7,07 dan hasil rata-rata post-test 14.84, artinya hasil belajar post-test lebih tinggi dibandingkan pre-test. Penelitian yang menguji keterampilan berpikir kreatif siswa didapat hasil persentase aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode Guided Discovery Learning efektif meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Kata Kunci: Guided Discovery Learning, hasil belajar, keterampilan berpikir kreatif.

Pendahuluan

Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku, baik tingkah laku berpikir, bersikap, maupun berbuat (Gulo, 2002). Perubahan tingkah laku yang diperoleh dapat terjadi melalui suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut diwujudkan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan yang lainnya.

Menurut Haryono (2006), pembelajaran harus mampu mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) dalam wujud empat pilar pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui, belajar melakukan sesuatu, belajar hidup bersama sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerja sama dengan orang lain dan belajar untuk menjadi diri sendiri. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip utama dalam pembelajaran sains saat ini, yaitu mengajar siswa dengan mendorongnya untuk mampu menemukan gagasan, berpikir kreatif dan kritis, bertanya, dan terampil dalam memecahkan masalah. Sehingga kurikulum mengajar juga harus disesuaikan dengan prinsip ini, yaitu siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan belajar lebih efektif dengan membangun pengetahuan mereka sendiri. Biologi merupakan bagian dari sains yang penerapannya menekankan pada proses penemuan. Siswa dapat mengamati secara langsung untuk membangun pengetahuannya. Hal ini bisa didapat melalui serangkaian kegiatan yang ada di alam sehingga siswa mendapatkan sendiri pengetahuan secara utuh. Pembelajaran Biologi mengutamakan penguasaan konsep belajar yang berkaitan dengan alam dan lingkungan. Dalam pembelajaran Biologi hendaknya tidak lagi terlalu berpusat pada guru melainkan harus lebih berorientasi pada siswa. Dalam proses pembelajaran Biologi guru masih mendominasi dan kurang memberi kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2008 dikutip Widhiyantoro, dkk., 2012).Siswa seharusnya tidak lagi mendapatkan pengalaman belajar yang hanya berpusat pada guru. Siswa harus menjadi lebih aktif dan lebih menonjolkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran saat ini justru terkadang menghambat kreativitas peserta didik. Mereka kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir mereka. Sehingga pada akhirnya, siswa cenderung tidak mau menyampaikan ide dan pikiran mereka saat guru mengajukan pertanyaan. Seharusnya, penyampaian pertanyaan oleh guru dapat merangsang kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut Amri dan Ahmadi (2010) dikutip Ilmi,dkk., (2012), pengalaman belajar bagi siswa dapat diperoleh melalui rangkaian kegiatan dalam mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman sejawat dan seluruh lingkungan belajarnya.

Kegiatan pembelajaran Biologi saat ini cenderung hanya menggunakan kemampuan menghafal saja. Dalam pembelajaran Biologi, siswa seharusnya diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep. Akibatnya, hasil belajar Biologi siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar siswa yang belum optimal dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti belum tepatnya pemilihan metode pembelajaran dan kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar. Sehingga motivasi siswa dalam belajar menjadi kurang dan hasil belajar siswa menjadi kurang optimal.Menurut Rustaman (2005) dikutip Widhiyantoro, dkk., (2012), proses pembelajaran yang melibatkan siswa dapat diciptakan oleh guru melalui metode discovery (penemuan). Pembelajaran terjadi dengan penemuan yang mengutamakan refleksi, berpikir, bereksperimen, dan mengeksplorasi (Bruner, 1961 dikutip Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Hal ini didukung oleh pendapat Asmani (2010) dikutip Widhiyantoro, dkk., (2012) yang menyatakan bahwa metode discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri sehingga hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan serta dapat meningkatkan proses berpikir siswa.

Pembelajaran penemuan terpimpin (guided discovery learning) dirancang untuk mengajarkan konsep dan hubungan antar konsep, guru lebih sedikit menjelaskan dan lebih banyak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa cenderung aktif dan lebih memotivasi siswa (David, dkk., 2009 dikutip Widhiyantoro, dkk., 2012).

Metode pembelajaran penemuan terpimpin ini merupakan suatu metode yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam hal prestasi setelah diterapkan metode Guided Discovery Learning. Artinya, metode Guided Discovery Learning lebih efektif dalam meningkatkan prestasi akademik siswa jika dibandingkan dengan metode tradisional yang banyak digunakan (Hammer, 1997; Risnita, 2011; Hasibuan dan Bukit, 2012).Metode ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, selain memiliki efek positif terhadap prestasi akademik dan meningkatkan hasil belajar. Hal ini didukung oleh Apriyani (2013), Guided Discovery Learning meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Siswa dapat menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-gagasan baru dan melihat hubungan-hubungan yang baru dari unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Makalah kolokium ini disusun untuk mengetahui penerapan metode Guided Discovery Learning dalam pembelajaran Biologi. Dengan demikian makalah kolokium ini bermanfaat untuk menambah informasi tentang metode Guided Discovery Learning dan penerapannya dalam pembelajaran Biologi, baik untuk penulis maupun peserta kolokium lainnya. Makalah ini juga diharapkan dapat memperkaya wawasan penulis tentang garis besar metode Guided Discovery Learning dan menambah referensi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pembelajaran ini serta sebagai sarana informasi yang berguna bagi masyarakat pendidikan tentang metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.Tinjauan Umum Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning

Metode discovery learning adalah cara belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah metode expository yang membuat siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke metode discovery yang membuat siswa lebih bisa menemukan informasi sendiri.Menurut Mayer (2004), guided discovery learning merupakan salah satu cara belajar yang bertujuan melatih siswa untuk menemukan konsep secara mandiri. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan dan memecahkan persoalan untuk menemukan suatu konsep. Jacobson, dkk., (2009) dikutip Sulistyowati, dkk., (2012) menyatakan bahwa di dalam guided discovery learning, guru menyajikan contoh-contoh, memandu untuk menemukan pola-pola dalam contoh-contoh tersebut, dan memberikan kesimpulan ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang telah di ajarkan oleh guru. Penelitian yang dilakukan oleh Mayer (2004) menyimpulkan bahwa guided discovery learning lebih efektif daripada pure discovery dalam membantu proses transfer dan belajar siswa.Hasil Belajar

Hasil pembelajaran adalah suatu pernyataan yang dapat langsung menggambarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik (peserta didik harus tahu dan dapat memperlihatkannya) setelah menyelesaikan suatu kursus, latihan atau program belajar (Harden, 2002; Kennedy,dkk., 2006 dikutip Tarigan, 2012).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku disebut hasil belajar. Umumnya hasil belajar dibedakan menjadi hasil belajar tinggi, hasil belajar sedang dan hasil belajar rendah.Hasil belajar mengajar adalah suatu proses tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Intruksional Khusus (TIK)nya dapat tercapai. Penanda bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut: 1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok, 2) Perilaku yang digariskan dalam TIK telah tercapai oleh siswa, baik individu maupun kelompok.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap (Djamarah dan Zain, 2002 dikutip Tarigan, 2012).

Kemampuan Berpikir KreatifSelama ini aktivitas pembelajaran di sekolah menengah masih menekankan pada perubahan kemampuan berpikir pada tingkat dasar, belum memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Padahal kemampuan berpikir tingkat tinggi juga sangat penting bagi perkembangan mental dan perubahan pola pikir siswa sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berhasil. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan adalah keterampilan berpikir kreatif.Siswa yang mampu berpikir kreatif dapat memecahkan masalah secara efektif dalam mengerjakan tugas proyek, seperti menentukan topik yang akan diteliti, mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber termasuk guru, serta memilik banyak gagasan (Chang dan Ceah, 2002 dikutip Sudargo, 2012).Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berkaitan dengan kemampuannya dalam merumuskan pertanyaan dan menelusuri jalur metode ilmiah untuk menjawabnya. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan mengobservasi fenomena, menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena, melakukan analisis dan mengkomunikasikan hasilnya. Kemampuan berpikir kreatif berkaitan dengan proses berpikir yang berbeda namun tetap memperhatikan inti dari permasalahannya.

Menurut Cotton (1991) dikutip Mulyana (2008), kreatif adalah melakukan suatu kegiatan yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency (menurunkan banyak ide), flexibility (mengubah perspektif dengan mudah), originality (menyusun sesuatu yang baru), dan elaboration (mengembangkan ide lain dari suatu ide). Rincian ciri-ciri dari fluency, flexibility, originality, dan elaboration dikemukan oleh Munandar (1999) dikutip Mulyana, (2008), ciri-ciri fluency diantaranya adalah: (1) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar; (2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; (3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Ciri-ciri flexibility diantaranya adalah : (1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (2) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; (4) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ciri-ciri originality diantaranya adalah : (1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik; (2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri; (3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Ciri-ciri elaboration diantarnya adalah : (1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; (2) Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan pengertian kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang sifatnya baru yang diperoleh dengan mencoba-coba dan ditandai dengan keterampilan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan elaborasi. Dalam kehidupan nyata seringkali berbagai wawasan saling berpadu dalam keempat komponen ini. Kerja ilmuwan memerlukan proses berpikir kreatif. Begitu pun proses berpikir perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini, agar para peserta didik tidak menjadi seperti robot. Untuk ini diperlukan pembelajaran yang mengaktifkan siswa.Pengaruh Penerapan Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Guided Discovery Learning

Penelitian yang dilakukan oleh Balim (2009) mengenai efektifitas penerapan metode Guided Discovery Learning pada pembelajaran sains dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan metode ini terhadap prestasi akademik siswa. Penelitian ini dilakukan pada 57 siswa tingkat 7 (30 laki-laki dan 27 perempuan) yang dipilih secara acak dari sekolah ekonomi menengah di Izmir, kota terbesar ketiga di Turki. Sebanyak 28 dari siswa tadi termasuk dalam kelompok eksperimental dan 29 sisanya berada di kelompok kontrol.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan pemberian pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan eksperimen. Desain penelitian ini dirancang dengan memberikan pre-test sebelum diberi perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Hasil penelitian mengenai tingkat keberhasilan akademis antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diberikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-rata Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Kontrol dan Kelompok EksperimenKelompokTestJumlah SiswaNilai

Rata-rataGainNilai

t-testF-hitSig

EksperimenPre-Test

Post-Test287,07

14,847,7714,840,874Fhit > 0,05

KontrolPre-Test

Post-Test297,09

9,952,869,950,000Fhit < 0,05

Tes dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa yang pembelajarannya dilaksanakan dengan menerapkan metode Guided Discovery Learning. Berdasarkan hasil tes yang telah didapat, dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t terhadap nilai siswa.

Ketika nilai rata-rata pre-test dianalis diperoleh hasil bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tabel 1 memperlihatkan rata-rata nilai pre-test siswa di kelas eksperimen 7,07 sedangkan rata-rata post-test siswa 14,84 dan peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan melalui selisih hasil belajar siswa atau gain sebesar 14,84. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas yang diterapkan metode Guided Discovery Learning.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Omiorrhieren dalam Edu, dkk., (2012) bahwa peningkatan prestasi siswa setelah belajar dengan menggunakan metode Guided Discovery Learning lebih tinggi dibandingkan pembelajaran tradisional. Hasil belajar dengan kategori baik yang dimiliki oleh kelompok eksperimen dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hasibuan dan Bukit (2012) yang menunjukkan perbandingan kemampuan siswa dalam menjawab soal ujian pada ranah kognitif Bloom, siswa yang mengikuti pembelajaran guided discovery learning memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori.

Hal ini terjadi karena kelompok eksperimen telah terbiasa untuk memecahkan permalahan secara sistematis pada setiap pertemuan. Guru selalu membimbing siswa dalam menemukan konsep dan memecahkan permasalahan. Sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menemukan sendiri fakta dan konsep dalam pembelajaran. Akibatnya hasil yang diperoleh tahan lama dalam ingatan dan sangat membantu mereka dalam menjawab setiap soal test. Meningkatnya hasil belajar siswa dilihat dari semakin baiknya kemampuan siswa dalam mendefinisikan, mengidentifikasikan konsep, mengenali prosedur perhitungan yang tepat dan mengambil kesimpulan dari hasil penemuan (Risnita, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Widhiyantoro, dkk., (2012) mengenai penerapan metode Guided Discovery Learning diketahui bahwa metode ini berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa. Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa ini diterapkan pada siswa kelas sepuluh di SMA Negeri 1 Teras Boyolali. Peneliti melakukan penelitian dengan diawali pengambilan sampel melalui cara cluster random sampling sehingga pada akhirnya didapatkan dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Di kelompok kontrol pengajaran diberikan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi dan kelompok eksperimen dengan penerapan metode Guided Discovery. Desain penelitian yang digunakan adalah Postest Only Control Group Design, yakni hanya diberikan post-test pada kelompok kontrol dan eksperimen. Nilai-nilai post-test yang didapat kemudian dibandingkan untuk menetukan keefektifan perlakuan.Penelitian tersebut menggunakan tiga metode pengumpulan data, yakni teknik tes, dokumentasi dan observasi. Teknik tes digunakan untuk mengambil data kemampuan bepikir kreatif siswa. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data, mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen yang memiliki kaitan dengan objek penelitian. Sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan langkah-langkah metode Guided Discovery Learning. Penelitian dilakukan dengan menyelaraskan langkah-langkah pembelajaran dalam metode Guded Discovery Learning dengan aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa metode pembelajaran Guided Discovery Learning mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif karena keduanya memiliki aspek yang saling berkaitan. Tahap pertama pada metode Guided Disecovery Learning adalah pemberian rangsangan (stimulation) dapat mengoptimalkan aspek kemampuan berpikir luwes (flexibility). Guru menampilkan video tentang materi yang berkaitan untuk memberikan gambaran kepada siswa sehingga ketika guru memberikan pertanyaan siswa mampu menemukan konsep dan melatih kemampuan berpikir mereka. Dari data penelitian didapatkan nilai untuk aspek ini sebesar 86,56% di kelas eksperimen dan 74,25% di kelas kontrol.

Tahap kedua adalah pemecahan masalah (problem statement). Tahapan ini dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir lancar (fluency) dalam menyampaikan berbagai gagasan. Guru memotivasi untuk menyampaikan gagasan melalui masalah dan membuat hipotesis. Nilai untuk aspek berpikir lancar di kelas eksperimen adalah 83,25% dan 70,9% di kelas kontrol.

Tahap ketiga adalah pengumpulan data (data collection) untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis melalui suatu kegiatan praktikum. Tahapan ini dapat mengoptimalkan aspek berpikir terperinci (elaboration), yaitu dengan membuat rancangan percobaan. Peran guru pada tahapan ini hanya membimbing siswa melakukan eksperimen dan membantu siswa jika ada kesulitan. Hal ini dapat dikatakan efektif, dibuktikan dengan nilai rata-rata untuk aspek ini di kelas eksperimen adalah 88,05 %, lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki nilai 71,64%.

Tahap keempat adalah memproses data (processing data), semua informasi diolah dan ditafsirkan. Tahap kelima adalah pembuktian (verification), siswa menganalisis apa yang mereka dapatkan dari eksperimen. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan (generalization), siswa menganalisis lebih lanjut hasil eksperimen apakah sesuai dengan hipotesis yang dibuat atau belum serta memberikan alasan-alasan yang sesuai. Tahapan ini optimal untuk meningkatkan kemampuan berpikir orisinal (originality). Terbukti dari nilai rata-rata sebesar 86,56% di kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang nilai rata-ratanya hanya sebesar 69,4%.Gambar 1 memperlihatkan hasil penelitian mengenai pengaruh metode Guided Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

Gambar 1. Histogram Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

Gambar 1 menunjukkan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen tertinggi didapat pada aspek elaboration yaitu sebanyak 88,05% sedangkan terendah pada aspek fluency yaitu sebanyak 83,2%. Hal ini dikarenakan pada aspek ini terdapat aktivitas siswa membuat rancangan eksperimen sendiri. Rancangan eksperimennya meliputi judul rancangan, permasalahan, solusi permasalahan, tujuan, alat dan bahan, serta cara kerja.

Aspek elaboration ini kemudian diaplikasikan pada soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu berupa pertanyaan essay yang berisi tentang penyusunan suatu rancangan eksperimen sehingga siswa dengan mudah dan benar menjawab soal tersebut.Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase rata-rata dari setiap aspek kemampuan berpikir kreatif yang diamati kelas eksperimen selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa metode Guided Discovery Learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode pembelajaran ini juga terbukti memiliki aspek yang saling berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif sehingga dapat diterapkan beriringan.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Astuti (2008) bahwa penerapan metode discovery learning berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Proses pembelajaran Biologi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok. Aktivitas siswa pada kelas eksperimen terlihat lebih aktif dan pertanyaan yang diajukan siswa sudah mengarah ke proses berpikir kreatif.

Ini terjadi karena selama proses pembelajaran siswa terlibat aktif dalam mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menggunakan bukti, merancang suatu penyelidikan serta mengembangakan rasa ingin tahu mereka. Jika siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran maka keterampilan berpikir kreatif siswa dapat terbangun (Apriyani, 2013). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan metode Guided Discovery Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penerapan metode pembelajaran ini selain meningkatkan hasil belajar juga meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berikut ringkasan data dari 2 penelitian.NoJenis penelitianSubjek penelitianMetode yang digunakanHasil penelitianNama peneliti

1.Kuasi eksperimenSiswa Elemantary tingkat 7 di Izmir, TurkiGuided Discovery LearningHasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrolAli Gunay Balim

(2009)

2.Kuasi eksperimenSiswa SMA Kelas X di Boyolali, IndonesiaGuided Discovery LearningKemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrolTaufik Widhiyantoro, Meti Indrowati dan Riezky Maya Probosari

(2012)

Tabel 2. Hasil Penelitian Mengenai Penerapan Metode Guided Discovery Learning pada Pembelajaran Biologi Tabel 2 memperlihatkan bahwa dengan menerapkan metode Guided Discovery Learning hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan. Oleh karena itu salah satu alternatif dalam pembelajaran Biologi sehingga bermakna untuk siswa dapat digunakan metode pembelajaran Guided Discovery Learning.PenutupBerdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penerapan metode Guided Discovery Learning terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara signifikan penerapan metode Guided Discovery Learning terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Proses belajar menggunakan metode ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan proses belajar menggunakan metode konvensional. Berdasarkan data penelitian pada Tabel 2 disarankan lebih banyak lagi penelitian mengenai efektifitas metode Guided Discovery Learning pada materi-materi Biologi yang lain. Penerapan metode Guided Discovery Learning diharapkan dapat lebih merangsang siswa untuk mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui suatu proses penemuan yang mereka lewati sendiri sehingga hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka.DAFTAR PUSTAKAApriyani, Fitri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sifat-sifat Cahaya. Thesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Astuti, Dewi Puji. 2008. Pengaruh Implementasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Balim, Ali Gunay. 2009. The Effects of Discovery Learning on Students Success and Inquiry Learning Skills. Eurasian Journal of Educational Research. 35: 1-20.

Coughlan, Ann. 2007. Learn to Learn: Creative Thinking and Critical Thinking. DCU Student Learning Resources.

Edu, D.O., Anyang, E.E. & Idaka, I. 2012. Evaluation of Instructional Methods and Aptitude Effects on The Psychomotor Performance in Basic Electricity Among Technical Students in Southern Educational Zone, Cross River State, Nigeria. American International Journal of Contemporary Research. 2(2): 117-123Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.Hammer, David. 1997. Discovery Learning and Discovery Teaching. Cognition and Instruction. 15(4), 485-529.Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.7, No.1, 1-13.

Hasibuan dan Bukit. 2012. Analisis Pembelajaran Guided Discovery dengan Menggunakan Macromedia Flash dikaitkan dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika. Vol. 4(2).Ilmi, Abrari Nur Aan, Meti Indrowati, Riezky Maya Probosari. 2012. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol.4, No.2, 44-52.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Kenny, Natasha. 2011. Program-Level Learning Outcomes. Teaching Support Services.

Mayer, Richard E. 2004. Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure Discovery Learning? The Case for Guided Methods Instructions. American Physycological Association. Vol. 59, No. 1, 14-19.Mulyana, Tatang. 2008. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika. Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.Nugroho, Purwo Adi. 2012. Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMAN 1 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Purmaningrum, Arifah. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMAN 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret.

Risnita. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X3 Sma Negeri I Pangkalan Kerinci dengan Menerapkan Metode Penemuan Terbimbing. Jurnal Pendidikan. Vol.2, No. 2.

Sudargo, Fransisca. 2012. Metapedagogi dalam Pendidikan Guru Biologi: Membangun Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis Praktikum. Pidato disampaikan dalam Pengukuhan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, pada hari Rabu tanggal 25 Mei 2012.Sulistyowati, Nastiti, Antonius Tri Widodo, dan Woro Sumarni. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Journal Chemistry in Education. 2 (1).

Tarigan, Andreas Kurnia. 2012. Pengaruh Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon Kelas X Semester II SMAN 3 Binjai. Skripsi. Medan: Univeristas Negeri Medan.Widhiyantoro, Taufik, Meti Indrowati, dan Riezky Maya Probosari. 2012. The Effectiveness of Guided Discovery Method Application Toward Creative Thinking Skill at The Tenth Grade Students of SMAN 1 Teras Boyolali in the Academic Year 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4 (3): 89-99. EMBED Word.Picture.8

_1372437344.doc