MAKALAH KIMFIS
-
Upload
rifqimuhammad -
Category
Documents
-
view
58 -
download
8
description
Transcript of MAKALAH KIMFIS
1
MAKALAH KIMIA FISIKA
SIFAT GAS DAN CAIRAN
Kelompok : 10 (Sepuluh)
Nama/NPM :
Alphasius Omega Dixon/1406607975
Naufal Syafiq Maro/1406607981
Muhammad Rifqi/1406608031
Muhammad Rubi Mujakki/1406608031
Reza Adhitya/1406608006
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
2
LANDASAN TEORI
a. Sifat gas,cairan, dan padatan
Gas merupakan fasa materi yang tidak memiliki volume dan bentuk yang tepat. Gas dalam
kehidupan sehari berada di sekeliling kita. Pada umunya gas tidak dapat dilihat kasat mata dan juga tidak
berbau. Berikut sifat-sifat gas pada umumnya :
1. Mengisi ruang yang ditempati
2. Menekan ke semua arah
3. Jarak antar partikelnya berubah-ubah dan berjarak sangat renggang
4. Bentuknya tidak tetap
5. Memiliki berat
6. Susunan partikel tidak teratur
7. Hampir tidak ada gaya tarik menarik antar partikel
8. Gerakan partikel sangat bebas.
Pada fasa cairan, volume fluida selalu tetap dalam wadah apapun. Hanya bentuknya saja yang
berubah mengikuti wadah. Jarak antar partikel pada fasa cairan lebih saling berdekatan dibanding gas.
Maka dari itu gaya intramolekulnya pun lebih besar.
Fasa padat merupakan fasa yang memiliki jarak antar partikel paling padat. Gaya intramolekulnya
paling besar diantara ketiga fasa zat. Bentuk fasa pada umunya tetap dan memiliki volume yang tetap
sebagai akibat dari gaya intramolekul ini.
b. Kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan kemampuan gas untuk dimampatkan atau penurunan fraksi volume
pada gas akibat dari tekanan. Ketika dimampatkan, partikel dalam gas akan terpadatkan menjadi semakin
dekat hingga nyaris bersentuhan. Partikel yang semakin dekat pada titik tertentu dapat membuat gas
berubah dan terkondensasi menjadi fasa cair. Energi yang dibutuhkan dalam mengkompresi fasa gas jauh
lebih kecil dibandingkan fasa cair dan padat. Hal itu dikarenakan gaya tolak antar partikel gas yang jauh
lebih kecil, sehingga bisa diabaikan. Berbeda dengan 2 fasa lain yang memiliki gaya intramolekul lebih
besar.
Faktor kompresi Z : Rasio volume molar aktual suatu gas dibandingkan terhadap volume molar
gas tersebut pada T & P yang sama dimana :
𝑽𝒎 = 𝑽/𝒏
Menggunakan hukum gas ideal,
𝑷𝑽𝒎 = 𝑹𝑻𝒁 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑷𝑽 = 𝒏𝑹𝑻𝒁
Faktor kompresi suatu gas merupakan ukuran penyimpangan dari keadaan ideal. Hal ini tergantung
pada tekanan (pengaruh gaya tolakan atau tarik), dimana :
- z = 1 pada tekanan rendah( berkelakuan pada gas ideal),
- z < 1 pada tekanan sedang maka gaya tarikan dominan,
- z > 1 pada tekanan tinggi terlihat gaya tolakan dominan
3
c. Hukum- hukum gas ideal
1. Hukum Boyle :
Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle. Hasil percobaan Boyle
menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka
tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan
keseimbangan yang berbeda pada suhu konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut.
𝑷𝟏𝑽𝟏 = 𝑷𝟐𝑽𝟐
2. Hukum Charles
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles. Charles menyatakan
bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas
sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada
tekanan konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut.
3. Hukum Gay Lussac
Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay Iussac. Gay Lussac
menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka
tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan seimbang yang
berbeda pada volume konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut.
4. Hukum Boyle-Gay Lussac
Apabila hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka diperoleh persamaan
sebagai berikut.
5. Hukum Dalton tentang Tekanan Parsial
Pada suhu konstan, tekanan total yang diberikan oleh campuran gas dalam volume tertentu sama
dengan jumlah tekanan masing-masing gas yang akan diberikan jika gas menempati volume total yang
sama sendirian. ... Ptotal = P1 + P2 + P3 + P1, P2, P3, dst. = tekanan masing-masing gas (tekanan parsial)
6. Hukum Graham tentang Difusi
Pada suhu dan tekanan konstan, laju difusi berbagai macam gas berbanding terbalik dengan akar kuadrat
rapat jenisnya atau berat molekulnya.
4
7. Hukum Amagat tentang Volume Parsial
Pada sembarang campuran gas, volume total dapat dianggap merupakan jumlah volume parsial masing-
masing komponen dalam campuran. ... V = V1 + V2 + V3 + V1, V2, V3, dst. = volume parsial
d. Hukum gas nyata
1. Persamaan Van der Waals
Persamaan keadaan van der Waals sebenarnya merupakan persamaan keadaan gas, mirip seperti
persamaan keadaan gas ideal. Bedanya, persamaan gas ideal tidak bisa memberikan hasil yang akurat
apabila tekanan dan massa jenis alias kerapatan gas riil cukup besar. Sedangkan persamaan keadaan van
der Waals bisa memberikan hasil yang lebih akurat
Berikut rumusan hukum Van der Waals :
Selain persamaan Van der Waals, ada beberapa persamaan gas nyata lain sebagai berikut :
5
e. Pemisahan gas
Pemisahan udara untuk memperoleh kedua senyawa nitrogen dan oksigen dalam keadaan
mendekati murni dapat dilakukan secara kriogenik dan non-kriogenik. Kriogenik diartikan sebagai operasi
yang dilangsungkan dalam keadaan temperatur yang sangat rendah. Secara garis besar, udara dengan
komponen-komponen penyusunnya dicairkan kemudian dilakukan pemisahan dengan metode distilasi yang
memanfaatkan konsep kesetimbangan uap-cair antara nitrogen dan oksigen. Sedangkan untuk pemisahan
gas H2, biasanya menggunakan metode membrane. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk proses
perolehan hidrogen dengan menggunakan membran adalah dengan memanfaatkan membran metal
komposit, seperti membran Keramik/Nikel.
f. Teori Kinetika Gas
Teori atau postulat untuk gas ideal memiliki asumsi-asumsi berikut ini:
Gas terdiri dari partikel-partikel sangat kecil, dengan massa tidak nol.
Banyaknya molekul sangatlah banyak, sehingga perlakuan statistika dapat diterapkan.
Molekul-molekul berbentuk bulat (bola) sempurna, dan bersifat lentur (elastic).
Energi kinetik rata-rata partikel-partikel gas hanya bergantung kepada suhu sistem.
Efek-efek relativistik dapat diabaikan.
Molekul-molekul ini bergerak secara konstan sekaligus acak. Partikel-partike yang bergerak sangat
cepat itu secara konstan bertumbukan dengan dinding-dinding wadah.
Tumbukan-tumbukan partikel gas terhadap dinding wadah bersifat lenting (elastis) sempurna.
Interaksi antarmolekul dapat diabaikan (negligible). Mereka tidak mengeluarkan gaya satu sama
lain, kecuali saat tumbukan terjadi.
Efek-efek Mekanika kuantum dapat diabaikan. Artinya bahwa jarak antarpartikel lebih besar
daripada panjang gelombang panas de Broglie dan molekul-molekul dapat diperlakukan
sebagai objek klasik.
Keseluruhan volume molekul-molekul gas individual dapat diabaikan bila dibandingkan dengan
volume wadah. Ini setara dengan menyatakan bahwa jarak rata-rata antarpartikel gas cukuplah
besar bila dibandingkan dengan ukuran mereka.
Waktu selama terjadinya tumbukan molekul dengan dinding wadah dapat diabaikan karena
berbanding lurus terhadap waktu selang antartumbukan.
Persamaan-persamaan gerak molekul berbanding terbalik terhadap waktu.
Jakarta-
Bogor
Kecepatan 80 85 90 95 100
Volume 78 121 103 22 4
Distribusi kecepatan molekul dapat diterangkan melalui kurva Maxwell mengenai distribusi kecepatan
molekul, dimana sumbu x adalah fraksi molekul dan y adalah kecepatan molekul, pada kasus ini, dianggap
bahwa mobil-mobil dalam tol merupakan molekul molekul yang berada dalam kontainer V.
6
Jakarta, 80, 0.237804878
Jakarta, 85, 0.368902439
Jakarta, 90, 0.31402439
Jakarta, 95, 0.067073171
Jakarta, 100, 0.012195122
Kurva Distribusi Kecepatan Mobil di Tol Jagorawi
Dari kurva di atas, dapat dijelaskan mengenai most probable velocity, root mean square velocity, dan
kecepatan rata-rata. Kecepatan di titik maksimum kurva disebut Most probable velocity karena jumlah
fraksi terbesar dari molekul memiliki kecepatan itu.
Kecepatan molekul 80 85 90 95 100
Fraksi molekul 0,237805 0,368902 0,314024 0,067073 0,012195
Fraksi molekul terbesar adalah 0.368902, sehingga nilai kecepatan paling mungkinnya adalah 85
km/jam. Root mean square velocity adalah akar rata-rata jumlah kuadrat dari kecepatan.Kalkulasinya
adalah :
𝜇 = √(802. 78) + (852. 121) + (902. 103) + (952. 22) + (1002. 4)
328
𝜇 = 86,44 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
Kecepatan rata-rata molekulnya adalah :
𝑣𝑎𝑣𝑔 =(78𝑥80) + (121𝑥85) + (103𝑥90) + (22𝑥95) + (4𝑥100)
328
𝑣𝑎𝑣𝑔 = 86,23 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
Dapat disimpulkan bahwa Root mean square velocity > average velocity > most probable velocity.
1. Bayangkan mobil-mobil yang melaju di jalan tersebut adalah molekul-molekul gas yang berada dalam
suatu ruangan, dengan diameter. Jelaskan bagaimana Anda dapat menentukan jumlah tumbukan yang
terjadi antar mobil per volume per jam. Jelaskan juga bagaimana cara menentukan jalan bebas rata-rata
dan viskositas gas.
7
Tumbukan Antar Molekul Berbeda
Tumbukan terjadi bila dua molekul saling mendekat dalam jarak d. Jarak sebesar ini disebut sebagai
diameter tumbukan. Harga diameter tumbukan tersebut bagi molekul-molekul model bola keras yang
sejenis sama dengan diameter molekul bola keras tersebut. Untuk molekul model bola keras A dan B yang
tak sejenis, maka massa molekulnya merupakan massa molekul terreduksi , dan diameter tumbukannya
adalah rata-rata dari diameter kedua molekul yang bertumbukan.
Jumlah tumbukan satu molekul A dengan molekul B adalah dimana NA adalah jumlah molekul A dan
NB adalah jumlah molekul B. Jadi jumlah tumbukan A dan B persatuan volum dinyatakan dengan
persamaan:
Persamaan-persamaan di atas memperlihatkan bahwa peningkatan suhu sistem menyebabkan
peningkatan kecepatan rata-rata relatif dari molekulmolekul yang bertumbukan. Hal ini menyebabkan
frekwensi tumbukan meningkat. Persamaan ini menunjukkan bahwa pada suhu tertentu, frekwensi
tumbukan berbanding lurus dengan tekanan. Bila tekanan diperbesar maka kerapatan molekul membesar
sehingga kebolehjadian tumbukan antar molekul meningkat. Hal ini menyebabkan frekwensi tumbukan
juga meningkat. Sebagai contoh, molekul N2 pada tekanan 1 atm dan suhu 25 o C mempunyai frekwensi
tumbukan ≈ 7 × 109 s -1 yang berarti setiap detik molekul-molekul N2 bertumbukan 7 × 109 kali.
Jumlah tumbukan yang terjadi antar mobil per volume per jam adalah:
Jika diibaratkan mobil tersebut adalah molekul-molekul gas, maka mobil atau diibaratkan molekul
akan bergerak dengan kecepatan rata-rata relatif terhadap molekul lain crel selama selang waktu ∆t. Akan
terjadi tumbukan dengan luas A=πσ2, menempuh jarak = crel. ∆t, volume dianggap V. Jumlah molekul
yang ada sama dengan A.crel.Nv. Nv merupakan jumlah molekul persatuan volum (dalam hal ini jumlah
keseluruhan mobil), Jumlah tumbukan persatuan waktu akan sama dengan jumlah molekul per satuan
volume atau frekuensi tumbukannya = A.crel.Nv. Nilai dari crel=21/2c, sehingga frekuensi tumbukan
molekul (Z) dihitung dengan persamaan:
𝑍 = √2𝑐𝐴𝑁𝑣
8
Sehingga untuk kasus ini didapatkan :
𝑍 = √2𝑐𝐴𝑁𝑣
Frekuensi tumbukan di tol Jagorawi ke arah Jakarta:
𝑍𝐽 = √2 × 72 × 3,14 × 𝜎2 × 169 = 54.033,59𝜎2
Karena, c rata-rata yang didapatkan dari data yaitu:
𝑐 =80 + 85 + 90 + 95 + 100
5= 72𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
Nv diibaratkan jumlah volume kendaraan yang melewati tol arah Jakarta = 169 kendaraan.
Untuk Frekuensi tumbukan di tol Jagorawi ke arah Bogor:
𝑍𝐵 = √2 × 72 × 3,14 × 𝜎2 × 159 = 50.836,34𝜎2
Karena, c rata-rata yang didapatkan dari data yaitu:
𝑐 =80 + 85 + 90 + 95 + 100
5= 72𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
Nv diibaratkan jumlah volume kendaraan yang melewati tol arah Jakarta = 159 kendaraan.
Jalan bebas rata-rata
Diantara tumbukan-tumbukan yang beruntun, sebuah molekul dalam suatu gas akan bergerak dengan
laju yang konstan sepanjang sebuah garis lurus. Jarak rata-rata diantara tumbukan-tumbukan yang beruntun
seperti itu dinamakan jalan bebas rata-rata (mean free path = ). Jika molekul bergerak dengan kecepatan
c dan bertumbukan dengan molekulmolekul lain secara beruntun dengan frekwensi Z, waktu untuk
mencapai tumbukan yang satu dengan lainnya adalah 1/Z dan jarak antar tumbukan dinyatakan dengan c
/Z (dimana Z adalah frekwensi tumbukan molekul tunggal), sehingga jalan bebas rata-ratanya adalah:
Besarnya jalan bebas rata-rata:
9
Jika molekul bergerak dengan kecepatan c dan bertumbukan dengan molekul-molekul lain secara beruntun
dengan frekuensi Z, waktu untuk mencapai tumbukan yang satu dengan yang lain adalah 1/Z dan jarak
antar tumbukan dinyatakan dengan c/Z, sehingga jalan bebas rata-rata nya adalah:
𝜆 =𝑐
𝑍=
𝑐
𝐴. 𝑐. 𝑁𝑣√2
Jalan bebas rata-rata untuk mobil yang bergerak ke arah Jakarta:
𝜆𝐽 =𝑐
𝑍=
𝑐
𝐴. 𝑐. 𝑁𝑣√2
𝜆𝐽 =𝑐
𝑍=
72
3,14 × 𝜎2 × 72 × 169 × √2
𝜆𝐽 = 1,33 × 10−3𝜎−2
Jalan bebas rata-rata untuk mobil yang bergerak ke arah Bogor:
𝜆𝐵 =𝑐
𝑍=
𝑐
𝐴. 𝑐. 𝑁𝑣√2
𝜆𝐵 =𝑐
𝑍=
72
3,14 × 𝜎2 × 72 × 159 × √2
𝜆𝐽 = 1,42 × 10−3𝜎−2
Viskositas
Viskositas untuk mobil yang bergerak ke arah Jakarta:
h =𝑚𝑐̅
3√2𝐴𝑘𝑔/𝑚𝑠
h =𝑚 × 86,272
3√2 × 𝜋𝜎2𝑘𝑔/𝑚𝑠
h =86,272𝑚
4,242𝜋𝜎2𝑘𝑔/𝑚𝑠
h =20,338
𝜋𝜎2𝑘𝑔/𝑚𝑠
Viskositas untuk mobil yang bergerak ke arah Bogor:
h =𝑚𝑐̅
3√2𝐴𝑘𝑔/𝑚𝑠
h =𝑚 × 86,19
3√2 × 𝜋𝜎2𝑘𝑔/𝑚𝑠
h =86,19𝑚
4,242𝜋𝜎2𝑘𝑔/𝑚𝑠
10
h =20,318
𝜋𝜎2𝑘𝑔/𝑚𝑠
g. Fluida Superkritis
Titik kritis adalah suatu titik dimana fasa gas dan fasa cair dari suatu fluida tidak dapat lagi
dibedakan. Suhu yang dibutuhkan untuk mencapai titik kritis suatu fluida disebut dengan temperatur kritis
(Tc), begitu pula dengan tekanan kritis (Pc), dan volum kritis (Vc).
Gambar 1 Diagram P-V-T
Fluida superkritis adalah zat yang berada pada suhu dan tekanan yang melampaui titik kritis. Zat
ini memiliki kemampuan unik untuk berdifusi melalui benda padat seperti gas, dan melarutkan benda
seperti cairan. Dengan kata lain, fluida superkritis juga dapat disebut sebagai fasa keempat suatu benda.
Sifat solvasinya mirip seperti zat cair, namun sifat mobilitas partikelnya mirip seperti gas, misalnya
kemudahan berdifusi dan viskositas yang rendah.
Fluida superkritis juga dapat berubah densitas jika diubah sedemikian temperatur dan tekanan yang
Sifat kerapatan (kg/m3 ) Viskositas (cP) Diffusivitas (mm2 /s)
Gas 1 0.01 1-10
11
diberikan. Sifat seperti ini membuatnya cocok sebagai pengganti pelarut organik dalam proses yang
disebut ekstraksi fluida superkritis. Setiap fluida dapat dibentuk menjadi fluida superkritis, namum karbon
dioksida dan air adalah fluida superkritis yang paling umum digunakan.
Salah satu fluida superkritis yang memiliki nilai komersial tinggi adalah karbon dioksida
superkritis. Karbon dioksida memiliki nilai Pc = 7,4 MPa dan Tc = 30oC. Kondisi seperti ini tidak terlalu
membutuhkan banyak energi dibanding fluida lain sehingga termasuk relatif mudah untuk dicapai. Karbon
dioksida juga dapat secara mudah didapat dari alam sehingga ekonomis. Saat ini, kebanyakan biji kopi
terdekafeinasi (tanpa kafein) diproduksi dengan bantuan karbon dioksida superkritis. Selain itu, karbon
dioksida superkritis juga dipakai untuk keperluan-keperluan lain, seperti ekstraksi bahan-bahan alam seperti
bahan obat dari tumbuhan, untuk mengolah limbah-limbah, ekstraksi bahan makanan, dan lain sebagainya.
Manfaat Fluida Superkritis CO2
- Sebagai pelarut pada ekstraksi, misalnya pada ekstraksi kafein dari kopi untuk mendapat kopi
yang bebas kafein
- Sebagai fase gerak pada kromotografi (super critical fluide chromothography)
- Dry cleaning
- Media pada sintesis polimer dari nano material
- Mengurangi pemakaian pelarut pelarut organik yang toksik dan mudah terbakar
Salah satu fluida superkritis yang memiliki nilai komersial tinggi adalah karbon dioksida
superkritis. Karbon dioksida memiliki nilai Pc = 7,4 MPa dan Tc = 30oC. Kondisi seperti ini tidak terlalu
membutuhkan banyak energi dibanding fluida lain sehingga termasuk relatif mudah untuk dicapai. Karbon
dioksida juga dapat secara mudah didapat dari alam sehingga ekonomis.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Seperti yang sudah dibahas pada landasan teori, perbedaan antara fasa gasa dengan fasa lainnya
adalah pada jarak antara partikelnya yang sangat renggang, sehingga dapat bergerak bebas(volume
dan bentuk tidak tetap). Berbeda dengan fasa cair dan padat yang memiliki gaya intramolekul lebih
besar yang menyebabkan kedua fasa ini tidak sebebas fasa gas.
2. Gas ideal merupakan gas yang dikondisikan sebagai gas yang bergerak bebas dan tidak beraturan,
serta tidak saling memberikan gaya antar partikel kecuali ketika bertabrakan. Berbeda dengan gas
non ideal yang merupakan gas yang riil berada di sekitar kita, sehingga memiliki gaya tarik-menarik
dan tolak menolak antar partikelnya. Perbedaan antara gas ideal dan gas nyata pada faktor
kompresibilitasnya adalah pada gas ideal, faktor kompresibilitasnya dianggap 1, sedangkan pas gas
nyata, faktor kompresiilitasnya tidak mugkin bernilai 1.
3. Pada soal tertulis perubahan terjadi pada volume dan tekanan. Maka jika ditinjau dari hukum gas
ideal, hukum yang berlaku adalah hukum Boyle, dimana : P1.V1 =P2.V2 pada suhu tetap.
Sedangkan jika ditinjau dengan gas riil tekanan akhir dari gas N2 dapat ditinjau dengan persamaan
Virial/ The Kamerlingh Onnes Equation of State karena persamaan ini tidak menggunakan variabel
T(suhu) yang tidak diketahui di soal. Adapun hukum-hukum gas ideal seperti yang sudah tertulis
Fluida
superkritis
100-800 0.05-0.1 0.01-0.1
Cair 1000 0.5-1.0 0.001
12
di teori adalah : Boyle, Gay Lussac, Charles, Dalton, Graham dan Amagat. Untuk hukum-hukum
gas nyata sebagai berikut : Van der Waals, Kamerlingh/Virial, Berthelot, Dieterici, dan Beattie-
Bridgeman.
4. Persamaan Van der Waals merupakan penurunan dari rumus gas ideal PV= nRt, namun telah
mengalami modifikasi karena pada gas riil, tekanan hasil observasi pasti lebih kecil dari tekanan
ideal, sedangkan volume hanya dihitung volume efektif saja. Variabel P dan V yang didetailkan
mendekati gas riil menghasilkan rumus Van der Waals. Adapun 2 konstanta yang bergantung dari
jenis zat pada persamaan Van der Waals adalah a (konstanta karakteristik zat) dan b(volume efektif
gas).
5. Untuk mencari fraksi berat, perlu diketahui berat masing-masing gas. Diperlukan basis tertentu
untuk mengetahui perbandingan berat dalam basis itu. Hubungan antara berat dan volume terdapat
pada rumus rho= m/v. Maka dari itu, dengan mengalikan v dengan rho, didapatlah massa masing-
masing zat yang bisa dibandingkan menjadi fraksi berat. Untuk menentukan fraksi mol, berat yang
sudah didapat sebelumnya hanya perlu dibagi dengan dengan mr masing-masing zat dan
dibandingkan sebagai fraksi mol. Untuk berat molekul rata-rata, diperlukan total massa dan total
mol campuran tadi. Berdasar pada rumus n= m/Mr, maka Mr didapat dari pembagian total m
dengan total mol(n) karena yang diminta merupakan mr rata-rata campuran. Untuk tekan parsial
gas, diperlukan perhitungan tekanan total melalui hukum-hukum diatas( tergantung ditinjau secara
gas ideal atau riil). Lalu menggunakan hukum dalton untuk mencari tekanan parsial, dengan
mengalikan tekanan total dengan fraksi mol. Untuk mencari densitas campuran, hanya perlu
membagi total massa dengan total volume.
6. Salah satu cara membuat gas menjadi cair adalah dengan mengkompres gas pada tekanan tertentu,
sehingga partikel gas saling mendekat dan membuat gas berubah fasa. Selain itu pendinginan suhu
sampai pada titik acir gas dapat pula membuat gas menjadi cair.
7. Pemisahan gas, seperti pada tori diatas, dapat dilakukan dengan beberapa metode, contohnya
metode kriogenik dan membran dengan penjelasan secara lebih lengkap pada landasan teori.
Sedangkan penyimpanan gas pada umunya di simpan dalam tangki tahan tekanan. Adapun
penggunaan hidrogen dan oksigen dapat digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan untuk nitrogen,
dapat digunakan sebagai gas inert, bahan pengisi gas ban mobil, dll.
KESIMPULAN
Gas ideal dan gas nyata. Gas ideal adalah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV = nRT
dan hukum gas lainnya di semua suhu dan tekanan. Gas nyata tidak mematuhi persamaan gas umum dan
hukum gas lainnya di semua kondisi suhu dan tekanan.
Pengaruh Tekanan
13
Semua gas yang diketahui ada sebagai gas nyata dan menunjukkan perilaku yang ideal hanya
sampai batas tertentu dalam kondisi tertentu. Untuk gas nyata Z mungkin kurang lebih dari satu. Jika Z
kurang dari 1 maka gas kurang kompresibel dan itu disebut penyimpangan positif. Hal ini diamati ada
sedikit penyimpangan pada tekanan rendah. Pada tekanan tinggi penyimpangan tergantung pada sifat gas.
Untuk H2 dan He, 'Z' lebih besar dari
satu sedangkan untuk N2, CH4 dan CO2
'Z' lebih kecil dari satu.
Ini berarti bahwa gasgas yang
kompresibel lebih pada tekanan rendah
dan kurang kompresibel pada tekanan
tinggi dari yang diharapkan dari perilaku
ideal.
Pengaruh Temperatur
Pengaruh suhu pada perilaku gas nyata dipelajari dengan memetakan nilai 'PV' terhadap
temperatur. Hal ini diamati bahwa penyimpangan dari perilaku kurang ideal dengan peningkatan suhu.
Dengan demikian, gas nyata menunjukkan perilaku yang ideal pada tekanan rendah dan suhu tinggi.
Penyebab Penyimpangan
Untuk mengetahui penyebab penyimpangan dari idealitas, van der Waals menunjukkan asumsi
kesalahan yang dibuat dalam merumuskan model kinetik molekular gas. Volume yang ditempati oleh massa
molekul diabaikan dibandingkan dengan total volume gas adalah tidak valid. Meskipun volume ini 0,1%
dari total volume gas, volume molekul gas tetap sama dibandingkan dengan penurunan volume total gas.
Penurunan volume terjadi dengan penurunan suhu dan peningkatan tekanan, tetapi volume molekul tidak
dapat diabaikan. Kekuatan tarik antara molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada
tekanan rendah dan suhu tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan tinggi dan
suhu rendah volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil. Volume koreksi
dibuat menyatakan bahwa volume bebas dari gas sebenarnya kurang dari volume yang diamati. Istilah
koreksi, 'b' adalah sebuah konstanta tergantung pada sifat gas. Untuk 'n' gas, istilah koreksi 'nb' dan sehingga
volume dikoreksi diberikan oleh, Vkoreksi= (Vnb)
𝑽𝒌𝒐𝒓𝒆𝒌𝒔𝒊 = (𝑽 − 𝒏𝒃)
Koreksi ada karena gaya antarmolekul berda dalam pengaruh tekanan. Sebuah molekul mengalami tarik
menarik. Persamaan tekanan koreksi
Mengganti nilainilai untuk tekanan dan volume, persamaan gas ideal sekarang dapat ditulis sebagai:
14
Persamaan ini adalah persamaan Van der Waal. Di sini konstanta 'a' menyatakan gaya tarik antar molekul
gas, dan 'b' menyatakan volume atau ukuran molekul gas.
Tekanan Gas dan Hubungannya dengan Energi Kinetik gas
Partikel-partikel gas senantiasa bergerak hingga menumbuk dinding tempat gas. Dan tumbukan
partikel gas dengan dinding tempat gas akan menghasilkan tekanan.
𝑷 =𝑵𝒎𝒗𝟐
𝟑𝑽
dengan :
P = tekanan gas (N/m2) v = kecepatan partikel gas (m/s)
m = massa tiap partikel gas (kg) N = jumlah partikel gas
V = volume gas (m3)
Secara kualitatif dapat diambil suatu pemikiran berikut. Jika suhu gas berubah, maka kecepatan
partikel gas berubah. Jika kecepatan partikel gas berubah, maka energi kinetik tiap partikel gas dan tekanan
gas juga berubah. Hubungan ketiga faktor tersebut secara kuantitatif membentuk persamaan :
Persamaan diatas dapat disubstitusi dengan persamaan energi kinetik, sehingga terbentuk persamaan :
𝑷 =𝑵𝒎𝒗𝟐
𝟑𝑽 sedangkan 𝒎𝒗𝟐 = 𝟐 𝑬𝒌𝒊𝒏𝒆𝒕𝒊𝒌, sehingga
𝑷 =𝑵𝟐𝑬𝒌
𝟑𝑽 𝑷 =
𝟐𝑵𝑬𝒌
𝑽 dengan Ek = Energi Kinetik Gas
Dengan mensubstitusikan persamaan umum gas ideal pada persamaan tersebut, maka akan
diperoleh hubungan energi kinetik dengan suhu gas sebagai berikut.
𝑷𝑽 = 𝑵𝒌𝑻
𝑷 =𝑵𝒌𝑻
𝑽=
𝟐𝑵
𝟑𝑽∗ 𝑬𝒌
𝑬𝒌 =𝟑
𝟐∗ 𝒌𝑻
dengan :
T = suhu gas (K)
Fluida Superkritis
Fluida superkritis adalah zat yang berada pada suhu dan tekanan di atas titik kritis termodinamika.
Zat ini memiliki kemampuan unik untuk berdifusi melalui benda padat seperti gas, dan melarutkan benda
seperti cairan. Dan dia juga dapat mengubah kepadatannya bila mengubah sedikit suhu dan tekanannya.
15
Sifat seperti ini membuatnya cocok sebagai pengganti pelarut organik dalam proses yang disebut Ekstraksi
fluid superkritis. Karbon dioksida dan air adalah fluida yang paling umum digunakan.
REFERENSI
R.C. Reid, J.M. Prausnitz and B.E. Poling, The properties of gases and liquids, 4th ed., McGraw-
Hill, New York, 1987.
W. Wagner and A. Kruse, Properties of Water and Steam, Springer-Verlag, Berlin, 1998.
Tanko J. M., Fletcher B., Sadeghipour M., Suleman N. K. 2009. Green Chemistry
Through the Use of Supercritical Fluids and Free Radicals. Green Chemistry Education,
Chapter 7. ACS Symposium Series, Volume 1011.
Atkins, P.W. dan de Paula, Julio. 2006. Physical Chemistry. Oxford University Press:
Oxford.
Sudarlin. 2011. Termodinamika Kimia. Yogyakarta.
http://www.ilmukimia.org/2012/12/hubungan-gas-ideal-dan-konstanta-gas.html
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-76328.pdf