Makalah Kerja dan Kebutuhan Hidup dalam Islam.doc

17
Makalah Kerja dan Kebutuhan Hidup dalam Islam Pembina : Tohedi M.Pd.I Disusun oleh : Kelompok 9 Tania Ratna Iswanti 132010101045 Emma Enggar Safitri 132010101047 Novyanti Nur Arini 132010101048 Rovian Cahya P 132010101049 Zakiah Novayani 132010101050 Safiya Rachmawati 132010101053 Intan Wahyu Prabandari 132010101056

description

wew

Transcript of Makalah Kerja dan Kebutuhan Hidup dalam Islam.doc

Makalah Kerja dan Kebutuhan Hidup dalam Islam

Pembina :

Tohedi M.Pd.IDisusun oleh :Kelompok 9

Tania Ratna Iswanti

132010101045

Emma Enggar Safitri

132010101047

Novyanti Nur Arini

132010101048

Rovian Cahya P

132010101049

Zakiah Novayani

132010101050

Safiya Rachmawati

132010101053

Intan Wahyu Prabandari

132010101056

UNIVERSITAS JEMBER

2013Makalah Kerja dan Kebutuhan Hidup dalam IslamBAB I

PENDAHULUAN a. Latar BelakangKemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu, suatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat kelak; apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya.

Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara.

Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli Syurga seperti yang digambarkan dalam Al-Quran bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan kemaluannya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah disediakan Allah Swt, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus bekerja sama dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung oleh suasana yang tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat diperlukan aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat.b. Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud kerja?b. Bagaimana tuntunan kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup menurut Islam?BAB IIPEMBAHASAN1. Pengertian KerjaKerja atau amal menurut Islam dapat diartikan dengan makna yang umum dan makna yang khusus. Amal dengan makna umum ialah melakukan atau meninggalkan apa saja perbuatan yang disuruh atau dilarang oleh agama yang meliputi perbuatan baik atau jahat. Perbuatan baik dinamakanamal solehdan perbuatan jahat dinamakanmaksiat.

Adapun kerja atau amal dengan maknanya yang khusus yaitu melakukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya.

Konsep kerja menurut Islam meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syarak sebagai balasan kepada upah atau bayaran, kerja dapat dibedakan menjadi kerja bercorak jasmani (fisik) seperti kerja buruh, pertanian, pertukangan dan sebagainya atau kerja bercorak aqli (mental) seperti pegawai kantor. 2. Kerja dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Menurut IslamIslam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya selaras dengan dasar persamaan yang ditetapkan oleh Islam untuk menghapuskan sistem yang membeda-bedakan manusia mengikut derajat atau kasta dan warna kulit.Dengan menggunakan segala unsur-unsur perbedaan derajat atau warna kulit itu maka jadilah kerja menurut Islam suatu tuntutan kewajiban yang menyeluruh atas setiap orang yang mampu bekerja untuk mencapai kebahagiaan individu dan juga masyarakat. Jadi tidaklah kerja itu hanya khusus untuk golongan hamba abdi seperti sebelumnya.

Firman Allah SWT dalam Q.S. At-Taubah ayat 105 :

"Dan katakanlah wahai Muhammad, beramalah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan."

Islam juga meningkatkan tuntutan kerja itu hingga ke tahap kewajiban agama. Oleh karena itu tahap iman sentiasa dikaitkan oleh al-Quran dengan amal soleh atau perbuatan baik. Ini berarti Islam itu adalah akidah yang mesti diamalkan dan amalan yang mesti berakidah secara tidak terpisah. Seperti firman Allah dalam Q.S. Al-Asr ayat 1-3 :"Demi masa, sesungguhnya sekalian manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh". Kerja Sebagai Sumber NilaiKerja sebagai sumber nilai manusia berarti manusia itu sendiri menentukan nilai atau harga atas suatu perkara itu. Kerja juga merupakan sumber yang objektif bagi penilai prestasi manusia berasaskan segi kelayakan. Dengan cara ini, Islam dapat menyingkirkan perasaan pilih kasih dalam menilai prestasi seseorang.

"Dan bahwa sesungguhnya tidak ada balasan bagi seseorang itu melainkan balasan apa yang diusahakan".(Q.S. An-Najm: 39)

"Dan bagi tiap-tiap seseorang beberapa derajat tingkatan balasan disebabkan amal yang mereka kerjakan dan ingatlah Tuhan itu tidak lalai dari apa yang mereka lakukan".(Q.S. Al-An'am: 132)

Kerja Sebagai Sumber Pencarian:Islam mewajibkan setiap umatnya bekerja untuk mencari rezeki dan pendapatan untuk menyambung hidupnya. Islam memberi berbagai kemudahan hidup dan jalan-jalan mendapatkan rezeki di bumi Allah yang penuh dengan segala nikmat ini. "Dan sesungguhnya Kami telah menetapkan kamu (dan memberi kuasa) di bumi dan Kami jadikan untuk kamu padanya (berbagai-bagai jalan) penghidupan."(Q.S. Al-A'raf: 168)

"Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu mudah digunakan, maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantaunnya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah dan kepada-Nya jualah dibangkitkan hidup semula."(Q.S. Al-Mulk: 15)

Islam memerintahkan umatnya mencari rezeki yang halal karena pekerjaan itu adalah bagi memelihara diri dan kehormatan manusia.

"Wahai sekalian manusia, makanlah dari apa yang ada di muka bumi yang halal lagi baik".(Q.S. Al-Baqarah: 168)

Rasulullah SAW bersabda :"Mencari kerja halal itu wajib atas setiap orang Islam."

Oleh karena itu Islam mencela kerja meminta-minta atau mengharapkan pertolongan orang lain karena hal itu merendahkan harga diri. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :"Bahwa sesungguhnya seseorang kamu pergi mengambil seutas tali kemudian mengikat seberkas kayu api lalu menjualnya hingga dengan sebab itu ia dapat memelihara harga dirinya, adalah lebih baik daripada ia pergi meminta-minta kepada orang sama ada mereka rnemberinya atau menolaknya."

Kerja Sebagai Asas Kemajuan UmatIslam mewajibkan kerja untuk tujuan mendapatkan mata pencarian hidup dan secara langsung mendorong kemajuan sosio ekonomi. Islam memberi perhatian yang lebih terhadap kemajuan umat karena itu Islam sangat menekankan kemajuan masyarakat dengan menggalakkan berbagai kegiatan ekonomi di berbagai sektor seperti pertanian dan perniagaan. Etika Kerja dalam Islam

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan denganitqon(tekun, rapi dan teliti). (HR. Al-Baihaqi)Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, Rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya.

Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan. (HR. Bukhari dan Muslim).

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.

Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian (Q.S. Al-Baqarah : 264)

Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia.

Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disamping mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.

Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus. (HR Hambali)2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. Al-Baqarah: 172)

3. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.

4. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.

5. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi. Islam Menolak PengangguranIslam menuntut umatnya bekerja dengan cara yang disyariatkan atau dibenarkan menurut syarak untuk menjamin kebaikan bersama dengan melarang meminta-minta dan hendaklah mandiri. Islam sentiasa memandang berat dan menyeru umatnya untuk bekerja dan berusaha mencari rezeki.Banyak hadis Nabi Muhammad SAW mengenai larangan bekerja dengan cara meminta-minta. Baginda sering mengarahkan orang yang datang meminta kepada beliau agar mereka bekerja.BAB IIIPENUTUPBerdasarkan kepada keterangan ayat-ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah SAW dengan uraian seperti yang disebutkan dapat dibuat kesimpulan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kerja dengan menjelaskan konsep kerja itu dan kedudukannya yang tinggi dalam ajaran Islam. Ringkasnya, kita dapat simpulkan seperti berikut :1. Kerja menurut konsep Islam adalah segala yang dilakukan oleh manusia yang meliputi kerja untuk dunia dan kerja untuk akhirat.

2. Kerja untuk kehidupan dunia ada yang bercorak aqli/mental (white collar job) atau bercorak jasmani (blue collar job). Keduanya dipandang sama penting dan mulia di sisi Islam asal saja diperbolehkan oleh syarak.

3. Islam mewajibkan kerja atas seluruh umatnya tanpa membedakan derajat, keturunan atau warna kulit, karena seluruh umat manusia adalah sama di sisi Allah, yang membedakan adalah ketaqwanya.

4. Kerja adalah asas penilaian manusia dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya sebagai khalifah Allah dan hamba-Nya untuk memakmurkan bumi ini dan sekaligus pula beribadat kepada Allah.5. Kerja merupakan cara yang tabi'i untuk manusia mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarga melalui berbagai sektor pekerjaan dan perusahaan yang sedia terbuka peluangnya dengan persediaan dan kemudahan alam yang Allah sediakan di atas muka bumi ini.

6. Islam melarang/menolak pengangguran. Islam menghendaki setiap umatnya berdikari, tidak meminta-minta dan berharap kepada bantuan dan belas kasihan orang lain, bahkan sebaliknya hendaklah menjadi umat yang kuat dan mampu membela mereka yang lemah dan tertindas agar seluruh manusia menikmati keadilan dan rahmat yang dibawa oleh Islam sebagai agama atau "ad-Din" yang tertinggi dan mengatasi seluruh kepercayaan dan ideologi manusia. 7. Masyarakat Islam sama-sama bertanggung jawab dan bekerjasama melalui kerja masing-masing. Berdasarkan kemampuan dan kelayakan serta kualifikasi bidang masing-masing karena segala pekerjaan mereka adalah bersumberkan iman dan bertujuan melakukan amal saleh.DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1990,Al-Quran dan Terjemahan, Depag RI.

Anonim, 1997,Konsep dan etika kerja dalam Islam, Almadani.

KH. Toto Tasmara,Membudayakan Etos Kerja, Jakarta : Gema Insani