Makalah Kep Komunitas II Kelompok 2

6
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh manusia mudah terserang berbagai macam penyakit. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Fakta menyebutkan, di seluruh dunia, setiap hari virus HIV menular kepada sekitar 2000 anak di bawah usia 15 tahun melalui penularan ibu-bayi; menewaskan 1400 anak di bawah usia 15 tahun; dan menginfeksi lebih dari 6000 orang muda dengan usia produktif antara 15-24 tahun yang juga merupakan mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS. Orang dengan HIV/AIDS atau biasa dikenal sebagai ODHA dihadapkan kepada polemik yang berkepanjangan dalam hidupnya. Selain harus berjuang melawan penyakit yang diderita, pasien juga mendapatkan stigma negatif dan perilaku diskriminatif dari lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena masalah HIV/AIDS bukan hanya masalah kesehatan, namun juga telah menjadi masalah sosial. Hampir 70% penderita adalah anggota masyarakat yang

description

MAK KOMUNITAS 2

Transcript of Makalah Kep Komunitas II Kelompok 2

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGHIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh manusia mudah terserang berbagai macam penyakit. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.Fakta menyebutkan, di seluruh dunia, setiap hari virus HIV menular kepada sekitar 2000 anak di bawah usia 15 tahun melalui penularan ibu-bayi; menewaskan 1400 anak di bawah usia 15 tahun; dan menginfeksi lebih dari 6000 orang muda dengan usia produktif antara 15-24 tahun yang juga merupakan mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS. Orang dengan HIV/AIDS atau biasa dikenal sebagai ODHA dihadapkan kepada polemik yang berkepanjangan dalam hidupnya. Selain harus berjuang melawan penyakit yang diderita, pasien juga mendapatkan stigma negatif dan perilaku diskriminatif dari lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena masalah HIV/AIDS bukan hanya masalah kesehatan, namun juga telah menjadi masalah sosial. Hampir 70% penderita adalah anggota masyarakat yang berusia produktif, sehingga membutuhkan pertolongan supaya tidak menjadi beban keluarga dan masyarakat.Strategi Nasional Pengendalian HIV dan AIDS (1994) merupakan respon yang sangat penting pada periode tersebut, dimana KPA telah mengkoordinasikan upaya pengendalian baik yang dilaksanakan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta sektor lainnya. Sementara itu bantuan dari luar negeri baik bantuan bilateral maupun multilateral mulai berperan meningkatkan upaya pengendalian diberbagai level. Bantuan-bantuan tersebut semakin meningkat, baik jenis maupun besarannya pada masa-masa berikutnya.Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS disemua tingkat. Anggaran dari sektor pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan kompleksitas masalah yang dihadapi. Sektor-sektor akan meningkatkan sumber daya dan cakupan program masing-masing. Masyarakat umum termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional diharapkanakan tetap memberikan bantuan teknis dan dana.Epidemi HIV telah berlangsung selama dua puluh tahun di Indonesia dan sejak tahun 2000 epidemi tersebut telah terkonsentrasi pada sub-populasi beresiko tinggi, yaitu pengguna Napza suntik (penasun), penjaja seks komersial (PSK), dan waria. Sejak tahun 2004, laju peningkatan jumlah kasus AIDS semankin cepat. Menurut Kemenkes RI sampai dengan juni 2014. Jumlah penderita HIV 142.950 orang, dan AIDS sampai dengan 55.623 orang.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB IIIPEMBAHASAN

1. Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daeraha. Analisis Existing SistemUpaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia telah dimulai secara sistematis sejak tahun 1994, tetapi jumlah kasus dan luas persebarannya semakin meningkat setiap tahunnya. Secara prosedural, menurut KPA, terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Indoensia. Implementasi program yang terpecah-pecah di banyak tempat oleh banyak pelaksana berjalan sendiri-sendiri dan cakupan program yang sangat kecil. Kemampuan sumber daya yang rendah juga menjadi kendala tersendiri. Anggaran dari pemerintah sangat kecil bila dibandingkan dengan besarnya masalah yang dihadapi. Pemerintah Daerah masih beranggapan bahwa masalah HIV dan AIDS belum menjadi prioritas utama di daerah sehingga dukungan dana sangat tidak memadai. Lemahnya kepemimpinan dan mutu sumber daya juga menyebabkan Komisi Penanggulangan AIDS di daerah tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan.b. Analisis Stakeholdersc. RedesignMemperkuat kelembagaan KPAN dengan menjadikannya lembaga mandiri di bawah Presiden, sehingga program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tidak terpecah-pecah ke dalam kementerian/lembaga. Sementara program-program kementerian/lembaga yang masih berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS tetap untuk perlu diarus-utamakan di bawah pengawasan (bukan koordinasi) langsung dari KPAN.d. AdvokasiStrategi Nasional Pengendalian HIV dan AIDS (1994) merupakan respon yang sangat penting pada periode tersebut, dimana KPA telah mengkoordinasikan upaya pengendalian baik yang dilaksanakan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta sektor lainnya. Dasar hukum pengendalian tertuang antara lain dalam: Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daerah sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian AIDS, dimana Pemerintah telah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat Pusat disusul dengan terbentuknya KPA di beberapa provinsi di Indonesia.Desentralisasi dan otonomi pemerintahan dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat termasuk dalam bidang kesehatan. Dengan demikian memberikan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk merencanakan program yang dibutuhkan termasuk pencegahan HIV dan AIDS yang didasarkan pada kebutuhan lokal dan mengalokasikan anggaran yang sesuai. Dengan semangat Komitmen Sentani beberapa provinsi dan kabupaten/kota telah memperlihatkan perhatian yang cukup besar terhadap masalah HIV dan AIDS di daerah masing-masing. Namun sebagain besar pemerintah daerah belum menganggap masalah HIV dan AIDS sebagai prioritas pembangunan untuk ditanggulangi, walaupun data telah menunjukkan masalah HIV dan AIDS sudah mengkhawatirkan. Advokasi kepada pemerintah daerah perlu tetap dilanjutkan dan ditingkatkan untuk mewujudkan tujuan otonomi dan desentralisai pemerintahan, antara lain melalui penguatan dan pemberdayaan KPA di daerah dan pemberiaan bantuan teknis.