Makalah Kemosintesis
-
Upload
muh-syafiudin -
Category
Documents
-
view
1.918 -
download
78
Transcript of Makalah Kemosintesis
MAKALAH BIOLOGI
KEMOSINTESIS
Disusun oleh :
1. Aini Laksmita
2. Dhani Novriani
3. Dini Novalia
4. Fitri Febriana
5. Inneka Intan Fernanda
6. Vishal Aditya
Kelas XII IPA 1
MADRASAH ALIYAH NEGERI BATANG
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan bimbingannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.
Dalam pembuatan Makalah yang berjudul “Kemosistesis” ini mudah-mudahan
Penulis bisa memahami dan mendapatkan hasil maksimal. Tugas Makalah yang di
berikan guru kepada Penulis ini sangat membantu Penulis dalam kegiatan belajar
mengajar. Mudah-mudahan dengan adanya tugas yang di berikan guru, Penulis bisa
mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan, yang bermanfaat untuk Penulis.
Penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik, namun Penulis menyadari masih
jauh dari kesempurnaan, karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik pembaca
untuk kesempurnaan tugas yang telah Penulis selesaikan. Penulis mengucapkan terima
kasih.
Batang, September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemosintesis sendiri sebenarnya merupakan reaksi dengan mekanisme
anabolisme. Ia merupakan prosesi konversi secara biologis suatu molekul karbon
atau juga bisa lebih, senyawa nitrogen juga sumber makanan dikonversi menjadi
senyawa organik dengan jalan oksidasi. Kemosintesis merupakan reaksi
anabolisme dengan memakai energi kimia. Energi tersebut merupakan sejenis
energi yang didapatkan dari reaksi kimia yakni oksidasi. Organisme yang
melakukan proses kemosintesis sendiri disebut dengan nama kemoautotrof,
khususnya bagi organisme auotrof.
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa kemampuan untuk melakukan
kemosintesis hanya bisa dilakukan oleh beberapa jenis organisme tepatnya
mikroorganisme. Misalnya bakteri belerang jenis nonfotosintetis bernama
Thionacillus dan juga bakteri nitrogen bernama nitrosomonas juga nitrosococcus.
Mereka merupakan mikro-organisme dengan habitat lautan. Mereka melakukan
proses kemosintesis dalam rangka memperoleh biomassa yang bersumber dari
satu atau dua molekul karbon. Mahluk laut ini dibedakan atas dua kategori yakni
yang pertama, mikro-organism yang berada di wilayah dimana jarang terdapat
molekul hydrogen sehingga energi yang tersedia di sana hanyalah energi hasil
reaksi H2 juga CO2. Kedua energi tersebut cukup besar dalam melaksananan
proses produksi biomassa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemosintesis
Kemosintesis adalah sintesis (anabolisme) dengan menggunakan sumber
energi berasal dari reaksi kimia eksergonik. Reaksi kimia eksergonik adalah
oksidasi senyawa anorganik, misalnya ion amonium, besi (Fe ), atau belerang
(S). Kemosintesis dapat dilakukan oleh beberapa bakteri kemosintetik.
Bakteri kemosintetik berperan penting pada daur biogeokimia. Misalnya,
bakteri belerang mengubah belerang menjadi sulfat, yang kemudian dapat
digunakan oleh tanaman untuk sintesis protein.
Reaksi kemosintesis pada bakteri belerang berlangsung sebagai berikut.
Bakteri nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi
hasil dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan CO2 dan
membentuk amonium karbonat ((NH4)2CO3).
Jenis bakteri lain yang mampu melaksanakan kemosintesis antara lain Nitrobacter.
Bakteri ini mampu mengoksidasi senyawa nitrit dalam mediumnya. Hasilnya
adalah senyawa nitrat dan membebaskan energi yang akan dipergunakan untuk
menyintesis senyawa organik.
B. Metabolisme Lemak
Seperti halnya karbohidrat, lemak merupakan substrat penting dalam proses
respirasi. Lemak disintesis dari karbohidrat atau protein melalui asetil koenzim A
dan gliserol yang berasal dari fosfogliseraldehid ( PGAL ), di mana PGAL
merupakan senyawa antara dalam tahap glikolisis dan daur krebs. Secara
kimiawi, lemak tersusun dari penggabungan suatu asam lemak dengan gliserol.
Agar dapat digunakan sebagai substrat respirasi ( reaksi katabolitik ) lemak
terlebih dahulu dibongkar menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian gliserol
diubah menjadi dihidroksiaseton fosfat, untuk selanjutnya diubah menjadi
fosfogliseraldehida yang merupakan zat antara pada tahap glikolisis dan daur
krebs. Sementara itu asam lemak diubah menjadi molekul asetil ko A dan masuk
ke jalur respirasi.
C. Metabolisme Protein
Berbeda dengan lemak, protein merupakan molekul yang pembentukannya
melibatkan DNA, RNA dan ribosom. Protein di dalam sel tersusun dari asam
amino. Beberapa asam amino dapat diubah menjadi glukosa ( alanin, serin, glisin,
sistein, metionin dan triptofan ). Dan beberapa asam amino lainnya seperti :
fenilalanin, tirosin, leusin, isoleusin dan lisin dapat diubah menjadi asam lemak.
Dalam reaksi katabolitik, protein dipecah menjadi asam amino. Asam amino ini
dapat masuk ke jalur respirasi melalui cara transaminasi ( pemindahan gugus
amin-NH2 ) maupun deaminasi ( pembuangan gugus amin ). Asam amino seperti
alanin, serin, glisin, sistein diubah menjadi asam piruvat dan masuk ke dalam
mitokondria untuk dimanfaatkan dalam respirasi. Sedangkan asam amino seperti
fenilalanin, tirosin, leusin, isoleusin dan lisin diubah menjadi asetil ko A untuk
selanjutnya mengikuti jalur respirasi.
D. Metabolisme Karbohidrat
Dalam proses repirasi, karbohidrat merupakan molekul pertama yang
menjadi substrat respirasi, Jika karbohidrat habis maka baru lemak yang akan
dioksidasi. Jika karbohidrat dan lemak sudah tidak ada lagi maka protein akan
dibongkar menjadi asam amino untuk dioksidasi.
E. Hubungan antara Metabolisme Karbohidrat, Lemak dan Protein
Di dalam sel, reaksi-reaksi metabolisme tidak terpisah satu sama lain,
melainkan membentuk jejaring yang saling berkaitan. Kalau pun terjadi
pemisahan jalur metabolisme, hal tersebut lebih disebabkan oleh perbedaan lokasi
terjadinya reaksi metabolisme. Didalam tubuh manusia terjadi metabolisme
karbohidrat, yaitu katabolisme karbohidrat dan anabolisme karbohidrat. Contoh
katabolisme karbohidrat yaitu proses respirasi sel. Sedangkan contoh anabolisme
karbohidrat yaitu pembentukan glikogen dan glukosa. Perhatikan bagan pada
Gambar 2.28.
Selain terjadi metabolisme karbohidrat, di dalam tubuh manusia juga
terjadi metabolisme lemak dan protein. Bagaimana hubungan atau keterkaitan
antara metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein? Perhatikan Gambar 2.29.
Karbohidrat, lemak dan protein bertemu dalam proses metabolisme, yaitu
di dalam siklus krebs. Sebagian besar pertemuannya langsung melalui pintu
gerbang utama siklus krebs, yaitu asetil koenzim A. Akibatnya, ketiga zat tersebut
dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat tersebut. Karbohidrat
dapat disintesis dari lemak dan protein. Lemak dapat disintesis dari karbohidrat
dan protein. Protein dapat disintesis dari karbohidrat dan lemak. Untuk lebih
memahaminya, coba perhatikan diagram di bawah ini :
Sintesis lemak dari karbohidrat dimulai saat karbohidrat berupa glukosa
diuraikan menjadi asam piruvat. Asam piruvat akan diubah menjadi gliserol.
Selain diubah menjadi asam piruvat, sebagian glukosa juga diubah menjadi gula
fosfat yang selanjutnya akan menjadi asetil koenzim A. Asetil koenzim A akan
menjadi asam lemak. Gliserol dan asam lemak akan menjadi lemak.
Sintesis lemak dari protein dimulai saat protein diuraikan menjadi asam
amino oleh enzim protease. Asam amino yang terbentuk akan mengalami
deaminasi. Selanjutnya, masuk ke dalam siklus krebs menjadi asam piruvat yang
akhirnya menjadi asetil koenzim A. Asetil koenzim A akan diubah menjadi asam
lemak. Beberapa jenis asam amino seperti serin, alanin, dan leusin dapat terurai
menjadi asam piruvat. Asam piruvat akan diubah menjadi gliserol. Gliserol dan
asam lemak akan membentuk lemak.
Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel melibatkan asam
deoksiribonukleat [ADN]/deoxyribonucleic [DNA], asam ribonukleat
[ARN]/ribonucleic acid [RNA], dan ribosom. Penggabungan molekul-molekul
asam amino dalam jumlah besar akan membentuk polipeptida. Pada dasarnya,
protein adalah suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme mampu untuk
mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis
protein dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat yang
Lemak
Asam Amino
Karbohidrat
Gula fosfat
Gliserol
Asam Lemak Asetil Koenzim A
Asam Piruvat
ATP
Protein
berperan penting sebagai pengatur sintesis protein. Substansi tersebut adalah ADN
dan ARN.
Sintesis karbohidrat dari lemak merupakan proses yang menarik karena
terjadi sebagian besar di spora jamur dan biji yang kaya lemak serta dibeberapa
bakteri. Tetapi tidak pada manusia atau hewan. Sebagian besar reaksi yang
diperlukan untuk mengubah lemak menjadi karbohidrat terjadi dalam glioksisom.
Sintesis karbohidrat dari asam-asam amino glikogenik yang berasal dari protein
terjadi melalui proses glukoneogenesis.
F. Perbandingan Jumlah Energi yang Dihasilkan oleh Katabolisme
Karbohidrat, Lemak dan Protein
1. Perbandingan jumlah energi menggunakan asam lemak heksanoat
Asam lemak heksanoat
Dibandingkan protein dan karbohidrat, mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak lebih memberikan rasa kenyang. Rasa kenyang tersebut
disebabkan oleh kemampuan metabolisme lemak untuk menghasilkan energi yang
lebih besar dibandingkan dengan metabolisme karbohidrat dan protein. Lemak
adalah senyawa karbon yang paling tereduksi, sedangkan karbohidrat dan protein
adalah senyawa yang lebih teroksidasi. Senyawa karbon yang tereduksi lebih
banyak menyimpan energi dan jika dibakar sempurna akan membebaskan energi
lebih banyak. Hal itu disebabkan oleh pembebasan elektron yang Iebih hanyak.
Jumlah elektron yang dibebaskan menyatakan jumlah energi yang
dihasilkan. Mari kita lihat pembandingan jalannya metabolisme senyawa karbon
yang sama-sama memiliki 6 karbon. Glukosa mewakili karbohidrat, asam
heksanoat mewakili lemak, dan asam glutamat mewakili protein.
Lihat Gambar 2.30. Gambar 2.30 (a) Glukosa mewakili karbohidrat, (b)
asam heksanoat mewakili lemak, dan (c) asam glutamat mewakili protein.
(a) Glukosa (karbohidrat) lebih banyak mengandung oksigen dan lebih sedikit
hidrogen terikat ( lebih teroksidasi ) di banding lemak.
(b) Asam heksanoat ( lemak ) lebih banyak mengandung hidrogen terikat ( lebih
tereduksi dibanding karbohidrat dan protein )
(c) Asm glutamat ( protein ) lebih banyak mengandung oksigen ( lebih teroksidasi
) di banding lemak.
Di dalam sel, bahan bakar sel dapat berasal dan karhohidrat, protein,
maupun lemak tergantung dan makanan yang dikonsumsi. Katabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak bertemu pada jalur siklus Krebs dengan masukan
asetil koenzim A. Asetil KoA yang menjadi bahan baku siklus Krebs untuk
menghasilkan energi dapat berasal dari katabolisme karbohidrat, protein, maupun
lemak. Titik temu berbagai jalur metabolisme ini berguna untuk saling
menggantikan ‘bahan bakar’ dalam sel. Selain itu, hasil katabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak berguna menghasilkan senyawa-senyawa antara yang dapat
membentuk ATP, komponen hemoglobin, hormon, maupun komponen sel
lainnya. Kita lihat bahwa dengan jalur katabolisme yang berbeda, glukosa dan
asam glutamat menghasilkan jumlah ATP yang sama, yaitu 36 ATP.
2. Perbandingan jumlah energi menggunakan asam lemak tristearin
Asam lemak tristearin
Dari ketiga substrat respirasi, karbohidrat merupakan substrat respirasi
yang utama. Jumlah energi yang dihasilkan oleh setiap gram protein setara dengan
jumlah energi yang dihasilkan oleh setiap gram karbohidrat, yaitu + 4,1 kkal.
Sementara, setiap gram lemak bila dioksidasi akan menghasilkan 2 kali lipat dari
jumlah energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein setiap gramnya yaitu
+ 9,3 kkal. 1 Molekul lemak + 2H2O à 2 C6H12O6 ( glukosa ). Perbandingan C :
H : O molekul lemak ( misalnya : tristerin ) adalah 57 : 110 : 6. Pada molekul
karbohidrat perbandingan C : H : O adalah 6 : 12 : 6 . Itulah sebabnya energi yang
digunakan dalam oksidasi lemak jauh lebih banyak. Rantai asam lemak yang
banyak mengandung gugus –CH2 merupakan bentuk penyimpanan yang ideal
untuk surplus energi metabolic. Zat ini dalam bentuk sangat tereduksi, sehingga
energi yang dihasilkan juga besar.
Di sisi lain, lemak disimpan dalam bentuk paling pekat dan sedikit
mengandung air, di mana energi potensial dapat disimpan. Sementara itu, pada
oksidasi protein di dalam tubuh produk akhir katabolismenya adalah urea dan
senyawa nitrogen lainnya, ditambah CO2 dan H2O. Itulah sebabnya nilai kalori
protein dalam tubuh hanya + 4,1kkal / gram.
Catatan : setiap penggunaan per liter O2 untuk katabolisme, akan membebaskan
energi sebesar 4,82 kalori ( 4,82 kkal ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, kemosintesis
merupakan contoh reaksi anabolisme selain fotosintesis. Kemosintesis adalah
konversi biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya karbon dioksida atau
metana), senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi senyawa organik
dengan menggunakan oksidasi molekul anorganik (contohnya gas hidrogen,
hidrogen sulfida) atau metana sebagai sumber energi, daripada cahaya matahari,
seperti pada fotosintesis. Dalam penjelasan yang lebih sederhana, kemosintesis
adalah anabolisme yang menggunakan energi kimia. Energi kimia yang digunakan
pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi
oksidasi.
Organisme autotrof yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof.
Kemampuan melakukan kemosintesis hanya dimiliki oleh beberapa jenis
mikroorganisme, misalnya bakteri belerang nonfotosintetik (Thiobacillus) dan
bakteri nitrogen (Nitrosomonas dan Nitrosococcus). Banyak mikroorganisme di
daerah laut dalam menggunakan kemosintesis untuk memproduksi biomassa dari
satu molekul karbon. Dua kategori dapat dibedakan. Pertama, di tempat yang
jarang tersedia molekul hidrogen, energi yang tersedia dari reaksi antara CO2 dan
H2 (yang mengawali produksi metana, CH4) dapat menjadi cukup besar untuk
menjalankan produksi biomassa. Kemungkinan lain, dalam banyak lingkungan
laut, energi untuk kemosintesis didapat dari reaksi antara O2 dan substansi seperti
hidrogen sulfida atau amonia. Pada kasus kedua, mikroorganisme kemosintetik
bergantung pada fotosintesis yang berlangsung di tempat lain dan memproduksi
O2 yang mereka butuhkan.