Makalah Kelapa Sawit

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam 10 tahun terakhir ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Sebagian besar lahan-lahan perkebunan non kelapa sawit di seluruh Indonesia berangsurangsur beralih atau diubah peruntukan nmenjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Dengan meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah menjadi negara yang paling besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak mentah kelapa sawit juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan yang sangat berarti, yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah menjadi primadona dalam komoditi eksport negara Indonesia. Namun dibalik kesuksesan tersebut, suatu, konsekuensi lain adalah timbulnya permasalahan limbah PKS. Hampir semua pabrik kelapa sawit, bahkan yang sudah mengeksport minyak mentah kelapa sawitmempunyai kelemahan dalam hal penanganan limbahnya, baik terhadap limbah padat ataupun limbah cair. Effluent (hasil akhir yang dibuang ke alam) dari instalasi pengolahan limbah cair dari pabrik-pabrik CPO yang ada di Indonesia umumnya masih belum memenuhi criteria sesuai standar peraturan yang berlaku, misalnya kadar BOD masih di atas 100 ppm. Dengan demikian bila telah diberlakukan secara konsisten tentang standar internasional yang mensyaratkan harus adanya ecolabelling, maka pabrikpabrik CPO tersebut tidak dapat menjual atau mengekspor CPO-nya ke luar negeri. Karena itu sangat

description

makalah kelapa sawit

Transcript of Makalah Kelapa Sawit

Page 1: Makalah Kelapa Sawit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam 10 tahun terakhir ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia berkembang

dengan sangat pesat. Sebagian besar lahan-lahan perkebunan non kelapa sawit di seluruh

Indonesia berangsurangsur beralih atau diubah peruntukan nmenjadi lahan perkebunan kelapa

sawit. Dengan meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah

menjadi negara yang paling besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak

mentah kelapa sawit juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan yang sangat

berarti, yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah menjadi primadona dalam

komoditi eksport negara Indonesia.

Namun dibalik kesuksesan tersebut, suatu, konsekuensi lain adalah timbulnya

permasalahan limbah PKS. Hampir semua pabrik kelapa sawit, bahkan yang sudah

mengeksport minyak mentah kelapa sawitmempunyai kelemahan dalam hal penanganan

limbahnya, baik terhadap limbah padat ataupun limbah cair. Effluent (hasil akhir yang

dibuang ke alam) dari instalasi pengolahan limbah cair dari pabrik-pabrik CPO yang ada di

Indonesia umumnya masih belum memenuhi criteria sesuai standar peraturan yang berlaku,

misalnya kadar BOD masih di atas 100 ppm. Dengan demikian bila telah diberlakukan secara

konsisten tentang standar internasional yang mensyaratkan harus adanya ecolabelling, maka

pabrikpabrik CPO tersebut tidak dapat menjual atau mengekspor CPO-nya ke luar negeri.

Karena itu sangat dibutuhkan penyempurnaan sistem pengolahan limbah cair untuk

meningkatkan kualitas air buangan akhir yang tidak mencemarkan lingkungan sekitar pabrik

CPO.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Proses Pengolahan Industri Kelapa Sawit ?

b. Apa Limbah yamg dihasilkan dari Industri Kelapa Sawit ?

c. Bagaimana proses pengeloalaan Limbah pada industri Kelapa Sawit ?

1.3 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui cara pengelolaan limbah dari

Industri kelapa sawit..

Page 2: Makalah Kelapa Sawit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Industri Kelapa Sawit

Sektor perkebunan telah menjadi sumber devisa utama bagi Indonesia dengan kelapa

sawit sebagai ujung tombaknya. Produksi Crude Palm Oil (CPO, minyak sawit mentah)

Indonesia di tahun 2007 telah lebih unggul sekitar 1 juta ton dibanding Malaysia. Walaupun

begitu, secara fundamental agroindustri sawit Indonesia tertinggal sangat jauh dari Malaysia

akibat produktivitas yang relatif lebih rendah. Minat untuk terus membuka kebun sawit baru,

pada tahun-tahun mendatang ini masih akan sangat besar. Ini disebabkan oleh harga CPO di

pasar dunia yang masih akan terus naik, mengikuti kenaikan harga minyak mentah di pasar

internasional. Selain itu, minyak nabati, terutama CPO akan terus dilirik sebagai bahan

biodiesel

Dari segi ekonomi, sektor perkebunan memiliki peran yang penting sebagai sumber

devisa. Ekspor hasil perkebunan tahun 2006 telah mencapai USD12.04 miliar. Perkebunan

merupakan sumber pendapatan masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja hingga 17.5

juta orang, khusus yang bekerja di on farm saja. Belum terhitung yang bekerja di off farm

seperti industri pengolahan dan perdagangan.

Di Indonesia, areal perkebunan rakyat mendominasi sektor ini yaitu 13.82 juta ha atau

76.13% dari total luas perkebunan sedang perusahaan besar swasta menguasai 3.36 juta ha

atau 17.87% dan BUMN menguasai 1.09 juta ha atau 6% saja. Dari segi produksi,

perkebunan rakyat dapat menghasilkan 14.06 juta ton atau 54.87% dari total produksi

perkebunan. Sedang perkebunan swasta dapat menghasilkan 8.47 juta ton atau 33.03% dari

total produksi dan perkebunan negara menghasilkan 3.1 juta ton atau 12.11%. Hal ini

menunjukkan produktivitas perkebunan swasta dan BUMN jauh lebih baik dibanding

perkebunan rakyat, secara umum sektor perkebunan di Indonesia masih perlu perbaikan

untuk meningkatkan produktivitas

Kelapa sawit merupakan komoditi yang paling mendominasi luas areal perkebunan di

Indonesia, data tahun 2006 menunjukkan luas kebun kelapa sawit mencapai 6.07 juta ha yang

terdiri dari perkebunan swasta 2.74 juta ha, perkebunan rakyat 2.63 juta ha dan BUMN 697

ribu ha. Produksi kelapa sawit tahun 2006 mencapai 16 juta ton terdiri dari perkebunan

swasta 7.78 juta ton, perkebunan rakyat 5.8 juta ton dan BUMN 2.4 juta ton. Kelapa yang

menempati posisi ke dua dengan luas area 3,81 juta ton hampir seluruhnya dimiliki rakyat

Page 3: Makalah Kelapa Sawit

dengan produksi 3.15 juta ton. Karet menempati posisi ke tiga dengan luas 3.3 juta ha yang

terbagi dalam perkebunan rakyat seluas 2.79 juta ha, perkebunan swasta 275,000 ha dan

BUMN 238,000 ha. Produksi karet Indonesia mencapai 2.36 juta ton, dimana perkebunan

rakyat menghasilkan 1.91 juta ton, swasta 232,000 ton dan BUMN 219,000 ton. Komoditi

lain yang cukup besar ialah kopi dengan luas area 1.26 juta ha yang hampir seluruhnya

dimiliki rakyat dengan produksi 672 ribu ton. Disusul Kakao dengan luar area 1.17 juta ha

yang juga hampir seluruhnya dimiliki rakyat dengan produksi 58 ribu ton. Tebu dengan luas

area 389,000 ha dengan perincian perkebunan rakyat 216,000 ha, perkebunan swasta 92,000

ha dan BUMN 82,000 ha. Produksi tebu sendiri mencapai 2.28 juta ton yang terdiri dari

2 Tabel 1

Tingkat Produksi Tanaman Perkebunan, Indonesia, 1995 - 2006* (Ton)

Year Dry

Rubber

Palm

Oil

Palm

Kernel

Cocoa Coffee Tea Cincho

na bark

Cane

Sugar 1)

Tobacc

o

1995 341,000 2,476,4

00

605,300 46,400 20,800 111,082 300 2,104,7

00

9,900

1996 334,600 2,569,5

00

626,600 46,800 26,500 132,000 400 2,160,1

00

7,100

1997 330,500 4,165,6

85

838,708 65,889 30,612 121,000 500 2,187,2

43

7,800

1998 332,570 4,585,8

46

917,169 60,925 28,530 132,682 400 1,928,7

44

7,700

1999 293,663 4,907,7

79

981,556 58,914 27,493 126,442 917 1,801,4

03

5,797

2000 375,819 5,094,8

55

1,018,9

71

57,725 28,265 123,120 792 1,780,1

30

6,312

2001 397,720 5,598,4

40

1,117,7

59

57,860 27,045 126,708 728 1,824,5

75

5,465

2002 403,712 6,195,6

05

1,209,7

23

48,245 26,740 120,421 635 1,901,3

26

5,340

2003 396,104 6,923,5

10

1,529,2

49

56,632 29,437 127,523 784 1,991,6

06

5,228

2004 403,800 8,479,2

62

1,861,9

65

54,921 29,159 125,514 740 2,051,6

42

2,679

2005 432,221 1,019,0

61

2,155,9

25

55,127 24,809 128,169 825 2,241,7

42

4,003

2006* 450,526 10,869,

365

2,315,7

40

55,482 25,179 114,332 796 2,266,8

12

3,986

Page 4: Makalah Kelapa Sawit

Catatan : 1). Termasuk produksi skala kecil *). Perkiraan sementara ; Sumber: BPS

perkebunan rakyat 1,21 juta ton, BUMN 432,000 ton dan swasta 367 ribu ton.

Diagram 1. Permintaan CPO Diproyeksikan Terus Meningkat Hingga 2020.

2.2 Sawit Sebagai Sumber Energi

Untuk mengatasi semakin mahalnya harga minyak bumi masyarakat dunia melakukan

berbagai cara untuk menghadapi kemungkinan krisis energi dan global warming melalui

berbagai pertemuan misalnya di Kyoto, Bali, Bangkok, dan sebagainya. Berbagai

rekomendasi yang dikeluarkan adalah dengan penurunan emisi, penurunan pertumbuhan

ekonomi (zero growth), reboisasi, reforestrasi dan penggantian sumber energi yang

menimbulkan polusi dengan yang ramah lingkungan. Berbagai altematif energi diluar sumber

fosil itu adalah tenaga matahari, angin, ombak/laut pasang, uap, panas bumi hingga bio-

energi. Sumber energi Ini diharapkan dapat mengurangi dampak energi yang menimbulkan

global warming yang sudah kita rasakan akibatnya sekarang seperti perubahan iklim, bencana

alam, dan sebagainya

Page 5: Makalah Kelapa Sawit

CPO merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling layak dikonversi menjadi

biofuel. Konversi tersebut sudah berlangsung di Kawasan Eropa. Kenaikan harga CPO

disebabkan karena faktor substitusi terhadap minyak bumi. Selain itu, pemakaian CPO pada

industri makanan dan lemak semakin meluas di Kawasan Asia. Di samping itu kenaikan

harga minyak goreng dari CPO menyebabkan harga kedelai juga terdongkrak naik, karena

kedelai dijadikan salah satu bahan baku minyak nabati substitusi dari minyak goreng asal

CPO

Walaupun harga CPO mulai turun di pasar internasional, dan juga telah penuhnya beberapa

tangki timbun di Indonesia, namun harga tender CPO di Kantor Pemasaran Bersama (KPB)

PT Perkebunan Nusantara tetaplah lebih tinggi dibanding tahun-tahun lalu (berfluktuasi

antara Rp 9,000 per kg hingga diatas Rp 10,000 per kg). Sementara itu dalam rancangan

APBN-P tahun 2008, Depdag telah mengusulkan anggaran tambahan senilai Rp 500 miliar

untuk mensubsidi 190,2 juta liter minyak goreng, yang ditujukan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah di 33 provinsi. Subsidi diberikan bagi masyarakat berpenghasilan

rendah senilai Rp 2,500 per liter dengan mengikuti pola penyelenggaraan pasar murah

Pengembangan bioenergi di Indonesia kedepan direncanakan tidak sampai

mengganggu ketahanan pangan khususnya beras, jagung, kedelai, gula dan minyak sawit.

Badan Litbang Pertanian Deptan sudah merumuskan beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi sebelum bahan baku asal pertanian diubah menjadi bioenergi. Persyaratan itu

adalah: pengembangan bioenergi tidak menyebabkan kenaikan harga pangan secara

berlebihan; tidak merusak tetapi memperbaiki lingkungan hidup; tidak berebut lahan dengan

komoditas pangan; mampu meningkatkan pendapatan petani, mengurangi kemiskinan dan

pengangguran di pedesaan; harus ada kaitan dan koordinasi vertikal yang jelas dari hulu yang

memproduksi bahan baku sampai hilir yaitu distribusi produk akhir; lokasi pengembangan

kelapa sawit untuk biodiesel harus dipisahkan dengan untuk produk pangan sehingga

biodiesel tidak tercampur dengan minyak goring; harus ada dukungan semua pihak untuk

membangun desa mandiri energi berbasis jarak pagar untuk skala rakyat dan kawasan industri

biodiesel kelapa sawit untuk skala besar; dan harus ada eksplorasi sumber lain untuk

pengembangan bioenergi skala rakyat

Biaya bahan baku seperti CPO memakan 80–95% biaya operasional produksi biodiesel.

Terus meningkatnya kapasitas produksi global dan jumlah produsen biodiesel memberi

tekanan kuat pada persaingan memperoleh pasokan bahan baku tersebut, akibatnya harga

akan terus meningkat

Diagram 5. Dinamika Demand/Supply Minyak Sawit dan Minyak Nabati Dunia

Page 6: Makalah Kelapa Sawit

Sumber: Oil World

Walaupun tanpa adanya biodiesel, permintaan akan minyak sawit (palm oil) akan terus

meningkat didorong oleh kebutuhan sebagai bahan pengolahan pangan. Dari sisi produksi,

minyak sawit adalah minyak nabati

terbesar kedua yang diproduksi di dunia. Ekspor didominasi oleh Malaysia dan Indonesia

dimana kedua negara ini menguasai 45% total perdagangan dunia

Diagram 6. Konsumsi Minyak Nabati untuk Keperluan Bahan Bakar/Biodiesel Dunia

Sumber: www.palm-oil.org

Permintaan minyak sawit (palm oil) oleh China untuk keperluan pangan diperkirakan

akan mendominasi pasar dunia. Walaupun permintaan untuk keperluan biodiesel di China

masih relatif kecil. Rasio persediaan-konsumsi (stock-usage) minyak sawit dunia akan sangat

berkurang seiring aktifnya berbagai pabrik biodiesel, yang akan terus meningkatkan harga

Page 7: Makalah Kelapa Sawit

CPO. Tingkat stock-usage ratio dunia untuk minyak sawit sudah turun hingga 10.0% di 2007,

level terendah sejak 1980.

Gambar 1. Peta Produsen Minyak Sawit Dunia

Sumber: www.palm-oil.org

Akibatnya, jaminan pasokan minyak sawit (baik crude palm oil maupun refined palm oil)

menjadi kunci sukses industri biodiesel. Pabrik biodiesel yang tidak memiliki jaminan

pasokan bahan baku akan sangat rentan terhadap dinamika pasar dunia. Dibanding dengan

bahan baku biodiesel yang lain, minyak sawit (baik crude palm oil maupun refined palm oil)

memang lebih efektif

Diagram 7. Karakteristik Berbagai Bahan Baku Biodiesel

Sumber: www.palm-oil.org

Page 8: Makalah Kelapa Sawit

Bahkan minyak sawit (palm oil) sendiri bisa digunakan sebagai ignition fuel, menggantikan

heavy fuel oil yang berasal dari minyak bumi.

Diagram 8. Perbandingan Minyak Nabati, Biodiesel dan Diesel

Sumber: www.palm-oil.org

2.3 Proses Pengolahan Industri Kelapa Sawit