Makalah Kel i Acc Forensic

17
AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD EXAMINATION, APA DAN BAGAIMANA? Oleh: Moh. Faisol, Ach. Renandi Ghazali, Putri Ayuningtyas, Lia Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Munculnya istilah Forensik dalam dunia akuntansi menakjubkan banyak pihak, karena memang keahlian ini sebelumnya banyak ditemukan pada dunia medis dan kedokteran yang dijakan sebagai bahan (bukti) kesaksian saat terjadi sengketa di pengadilan. Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa mendefinisikan forensik secara terbatas yaitu 1) forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan pemaparan fakta medis pada masaalah hukum, 2) ilmu bedah yang bekaitan dengan penentuan identitas mayat seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman dan peradilan 1 . Namun Merriam Webster’s Collegiate Dictionary forensik dalam bidang akuntansi diartikan sebagai penerapan disiplin akuntansi pada masalah hukum 2 . Maka dengan definisi forensik sebagai penerapan akuntansi pada masalah hukum, hal ini yang merupakan akibat dari perkembangan pesat dalam dunia ekonomi dan bisnis, ruang lingkup perusahaan yang semakin tidak terbatas dan tidak terkendali yang diikuti tidak tindakan-tindakan yang perugikan perusahaan yang 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. 2 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4 1

Transcript of Makalah Kel i Acc Forensic

Page 1: Makalah Kel i Acc Forensic

AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD EXAMINATION,

APA DAN BAGAIMANA?

Oleh:Moh. Faisol, Ach. Renandi Ghazali, Putri Ayuningtyas, Lia

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

PENDAHULUAN

Munculnya istilah Forensik dalam dunia akuntansi menakjubkan banyak pihak, karena

memang keahlian ini sebelumnya banyak ditemukan pada dunia medis dan kedokteran yang

dijakan sebagai bahan (bukti) kesaksian saat terjadi sengketa di pengadilan. Kamus Besar

Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa mendefinisikan forensik secara terbatas

yaitu 1) forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan pemaparan fakta

medis pada masaalah hukum, 2) ilmu bedah yang bekaitan dengan penentuan identitas mayat

seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman dan peradilan1. Namun Merriam Webster’s

Collegiate Dictionary forensik dalam bidang akuntansi diartikan sebagai penerapan disiplin

akuntansi pada masalah hukum2.

Maka dengan definisi forensik sebagai penerapan akuntansi pada masalah hukum, hal

ini yang merupakan akibat dari perkembangan pesat dalam dunia ekonomi dan bisnis, ruang

lingkup perusahaan yang semakin tidak terbatas dan tidak terkendali yang diikuti tidak

tindakan-tindakan yang perugikan perusahaan yang sampai kasusnya dibawa dalam rana

hukum. Sehubungan dengan masalah tersebut, karna bukti yang dibawa ke pengadilan juga

bersifat keuangan yang merupakan product dari akuntan maka muncullah istilah akuntansi

forensik sebagai kesaksian ahli dibidang akuntansi.

AKUNTANSI FORENSIK?

Tuanakotta (2010)3 mendefinisikan akuntansi forensik dengan penerapan disiplin

akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian

hukum di dalam atau di luar pengadilan. Sedangkan menurut D. Larry Crumbey dalam

Tuanakotta (2010) mengemukakan bahwa secara sederhana akuntansi forensik dapat

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.2 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 43 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4

1

Page 2: Makalah Kel i Acc Forensic

dikatakan sebagai akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum, atau akuntansi yang tahan uji

dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan yudisial,

atau tinjauan administratif4. Definisi dari Crumbey menekankan bahwa ukuran dari akuntansi

forensik adalah ketentuan hukum dan perundang-undangan, berbeda dari akuntansi yang

sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Akuntansi forensik

didefinisikan sebagai analisis akuntansi yang dapat mengungkap penipuan, yang mungkin

sangat cocok untuk presentasi di pengadilan. Analisis semacam itu akan menjadi dasar untuk

resolusi diskusi, perdebatan, dan perselisihan. Seorang akuntan forensik menggunakan

pengetahuannya tentang akuntansi, studi hukum, investigasi dan kriminologi untuk

mengungkap fraud, menemukan bukti dan selanjutnya bukti tersebut akan dibawa ke

pengadilan jika dibutuhkan.

Sehingga akuntansi forensik dapat diartikan sebagai penerapan disiplin ilmu

akuntansi dalam penyelesaian masalah hukum baik di dalam dan di luar pengadilan. Istilah

akuntansi forensik dalam definisi tersebut dapat digunakan dalam pengertian yang luas,

termasuk audit. Hal yang membedakan akuntansi dan audit adalah akuntansi berkaitan

dengan perhitungan sedangkan audit berkaitan dengan adanya penelusuran untuk

memastikan kepastian atau kewajaran dari apa yang dilaporkan. Jadi, akuntansi forensik

memayungi segala macam kegiatan akuntansi untuk kepentingan hukum.

Akuntansi forensik pada awalnya adalah perpaduan paling sederhana antara

akuntansi dan hukum (misalnya dalam pembagian harta gono-gini). Dalam kasus yang lebih

pelik, ada satu bidang tambahan yaitu audit sehingga model akuntansi forensiknya

direpresentasikan dalam tiga bidang. (Tuanakotta, 2010)

Diagram Akuntansi Forensik

Selain itu ada cara lain dalam melihat akuntansi forensik menurut Tuanakotta

(2010) yaitu dengan menggunakan Segitiga Akuntansi Forensik.

4 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4

2

AKUNTANSI

HUKUMAUDITING

Page 3: Makalah Kel i Acc Forensic

SEGITIGA AKUNTANSI FORENSIK5

Pada sektor publik maupun swasta akuntansi forensik berurusan dengan kerugian.

Pada sektor publik negara mengalami kerugian negara dan kerugian keuangan negara.

Sementara itu pada sektor swasta kerugian juga terjadi akibat adanya ingkar janji dalam

suatu perikatan. Titik pertama dalam segitiga adalah kerugian. Adapun perbuatan melawan

hukum menjadi titik kedua. Tanpa adanya perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat

dituntut untuk mengganti kerugian. Titik ketiganya adalah hubungan kausalitas antara

kerugian dan perbuatan melawan hukum. Hubungan kausalitas antara kerugian dan

perbuatan melawan hukum merupakan ranahnya para ahli dan praktisi hukum dalam

menghitung besarnya kerugian dan mengumpulkan barang bukti. Jadi, Segitiga Akuntansi

Forensik juga merupakan model yang mengaitkan disiplin hukum, akuntansi dan auditing.

RUANG LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK

Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif mengemukakan

bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang

menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.

1. Praktik di Sektor Swasta

Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta

(2010) menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud

auditing, forensik accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation

support merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan

ligitasi. Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit

investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis

5 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4

3

Perbuatan Melawan Hukum

Hubungan KausalitasKerugian

Page 4: Makalah Kel i Acc Forensic

berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung

kerugian negara karena tindakan korupsi.

2. Praktik di Sektor Pemerintahan

Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol daripada

akuntansi forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi forensik pada kedua

sektor tidak berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian

akuntansi forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan

keuangan negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan, lembaga pengadilan, dan

berbagai lembaga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure

group.

Perbandingan akuntansi Forensik di Sektor Publik dan Swasta6

Dimensi Sektor publik Sektor SwastaLandasan Penugasan

Amanat Undang-Undang Penugasan Tertulis Secara Spesifik

Imbalan Lazimnya tanpa imbalan Fee dan BiayaHukum Pidana Umum dan khusus,

hukum administrasi NegaraPerdata, Arbitrase, administratif aturan intern perusahaan

Ukuran Keberhasilan

Memnangkan perkara pidana dan memulihkan kerugian

Memulihkan kerugian

Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di luar lembaga yg bersangkutan

Bukti intern, dengan hasil bukti ekstern yang terbatas

Teknik Audit Investigatif

Sangat bervariasi karena kewenangan yang relatif besar

Relatif lebih sedikit dibandingkan di sektor publik. Kreativitas dalam pendekatan

Akuntansi Tekanan pada kerugian negara dan kerugian keungan negara

Penilaian Bisnis

PENGERTIAN FRAUD

Fraud atau yang sering dikenal dengan istilah kecurangan merupakan hal yang

sekarang banyak dibicarakan di Indonesia. Pengertian fraud itu sendiri merupakan penipuan

yang sengaja dilakukan, yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan

6 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4

4

Page 5: Makalah Kel i Acc Forensic

bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya (Sukanto, 2009)7. Sementara Albrecht (2003)

mendefinisikan fraud sebagai representasi tentang fakta material yang palsu dan sengaja atau

ceroboh sehingga diyakini dan ditindaklanjuti oleh korban dan kerusakan korban. Dalam

bahasa aslinya fraud meliputi berbagai tindakan melawan hukum.

Bologna (1993) dalam Amrizal (2004)8 mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal

deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan

kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal

disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Ia

memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial dari tindakannya tersebut.

Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2)

penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the conversion.

Adapun menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah:

Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan

tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-

orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pibadi ataupun

kelompok secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Dengan demikian fraud

adalah mencangkup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh

seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain, dengan saran yang salah atau

pemaksaan kebenaran, dan mencangkup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat atau

tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu atau

menderita kerugian.

KLARIFIKASI FRAUD (FRAUD TREE)

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa

Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi profesional bergerak di bidang

pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai

tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam

beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “ The Fraud Tree” yaitu Sistem Klasifikasi

Mengenai Hal-hal Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud

Classification System.

7 Sukanto, Eman. 2009. Perbandingan persepsi auditor internal, akuntan publik, dan auditor pemerintah terhadap penugasan fraud audit dan profil fraud auditor. Fokus Ekonomi: Vol. 4 No. 1 Juni 20098 Amrizal, CFE, 2004, Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor, Jakarta.

5

Page 6: Makalah Kel i Acc Forensic

ACFE dalam Tuanakotta (2010)9 membagi fraud (kecurangan) dalam 3 (tiga)

jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:

1) Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Statement)

Kecurangan Laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang

merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau

kecurangan non finansial.

2) Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)

Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta

perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi

karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

3) Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama

dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang

terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah

dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya

masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para

pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk

didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of

interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities)

dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

PENYEBAB TERJADINYA FRAUD

Pemicu perbuatan fraud pada umumnya merupakan gabungan dari motivasi dan

kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan. Semakin besar kebutuhan

ekonomi seseorang yang bekerja di suatu organisasi yang pengendaliannya internnya lemah,

maka semakin kuat motivasinya untuk melakukan fraud. Terdapat empat faktor pendorong

seseorang untuk melakukan fraud, yang sering disebut teori GONE (Pusdiklatwas BPKP) yaitu

sebagai berikut:

1) Greed (keserakahan)

2) Opportunity (kesempatan)

3) Need (kebutuhan)

9 Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4

6

Page 7: Makalah Kel i Acc Forensic

4) Expossure (pengungkapan)

Faktor greed dan need merupakan faktor yang berhubungan dengan pelaku fraud

atau disebut faktor individu. Adapun faktor opportunity dan exposure merupakan faktor

yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban.

a. Faktor Generic

Faktor generik yang meliputi opportunity (kesempatan) dan exposure

(pengungkapan) merupakan faktor yang berada pada pengendalian organisasi. Pada

umumnya kesempatan melakukan fraud selalu ada pada setiap kedudukan, hanya saja

adanya kesempatan besar maupun kecil tergantung kedudukan pelaku menempati

kedudukan pada manajemen atau pegawai biasa.

b. Faktor Individu

Faktor individu yang meliputi greed (keserakahan) dan need (kebutuhan)

merupakan faktor yang ada pada diri masing-masing individu, dengan arti berada

diluar pengendalian organisasi. Faktor ini terdiri atas dua unsur yaitu:

(1) Greed factor, yaitu moral yang meliputi karakter, kejujuran dan integritas yang

berhubungan dengan keserakahan.

(2) Need factor, yaitu motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan seperti terlilit

hutang atau bergaya hidup mewah.

FRAUD EXAMINITION

Cara pencegahan fraud dapat dilakukan dengan cara (Amrizal, 2004) yaitu sebagai

berikut:

a. Membangun struktur pengendalian yang baik

Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of

Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September 1992

memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model

pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup manajemen risiko, yaitu

pengendalian intern terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling terkait yaitu:

1) Lingkungan pengendalian (control environment)

2) Penaksiran risiko (risk assessment) Standar Pengendalian (control activities)

3) Informasi dan komunikasi (information and communication)

4) Pemantauan (monitoring)

b. Mengefektifkan aktivitas pengendalian 7

Page 8: Makalah Kel i Acc Forensic

(a) Review kinerja

(b) Pengolahan informasi

(c) Pengendalian fisik

(d) Pemisahan tugas

3) Meningkatkan kultur organisasi

Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan mengimplementasikan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Saifuddien Hasan (2000) dalam

Amrizal (2004) mengemukakan GCG meliputi:

(a) Keadilan (Fairness)

(b) Transparansi

(c) Akuntabilitas (Accountability)

(d) Tanggung jawab (Responsibility)

(e) Moralitas

(f) Kehandalan (Reliability)

(g) Komitmen

4) Mengefektifkan fungsi internal audit

SKANDAL KORPORASI DAN AKUNTAN

Skandal akuntansi (accounting scandals) atau skandal akuntansi perusahaan (corporate

accounting scandals) adalah skandal politik dan bisnis yang muncul dengan pengungkapan

kelakuan buruk para eksekutif perusahaan publik. Kejahatan tersebut biasanya melibatkan

metode yang kompleks untuk menyalahgunakan dana atau menyesatkan, melebih-lebihkan

pendapatan, mengecilkan biaya, melebih-lebihkan nilai aset perusahaan atau mengurangi

pelaporan terhadap besarnya kewajiban, terkadang mereka juga melakukan kerjasama

dengan pejabat di perusahaan lain atau afiliasinya. Jika mengacu pada pengertian skandal

akuntansi tersebut di atas maka kejahatan akuntansi cenderung lebih dekat dengan istilah

fraudulent statement (fraud yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan).

Fraudulent statement atau financial statement fraud itu sendiri didefinisikan berbeda-

beda. Association of Certified Fraud Examiners  (ACFE) mendefinisikan financial statement

fraud sebagai “Salah  saji atau  pengabaian atas fakta-fakta yang  material yang disengaja, atau

data akuntansi yang menyesatkan, dan  ketika mempertimbangkan dengan semua informasi

yang tersedia, akan menyebabkan pembaca laporan mengganti atau mengubah penilaian atau

keputusannya.” Sedangkan The Treadway Commission  mendefiniskan sebagai “melakukan 8

Page 9: Makalah Kel i Acc Forensic

tindakan secara sengaja atau ceroboh, apakah (oleh) perbuatan atau kelalaian, yang

menghasilkan materi laporan keuangan yang menyesatkan”.

BENTUK KEJAHATAN AKUNTANSI

Hakekatnya kejahatan akuntansi bermuara pada pelaporan keuangan yang

menyesatkan bagi penggunanya, termasuk aktivitas yang tidak benar atau ilegal pada proses

pengidentifikasian dan pengukuran transaksi-transaksi keuangan. Adapun beberapa bentuk

kejahatan akuntansi, diantaranya adalah:

1. Manajemen Laba yang Tidak Sah (illegal earnings management)

Manajemen Laba adalah suatu intervensi atas tujuan  dalam proses

pelaporan keuangan eksternal yang dimaksudkan untuk memperoleh  keuntungan pribadi

(Schipper, 1989). Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam

pelaporan keuangan dan dalam penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan

untuk menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk

mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan

(Healy dan Wahlen, 1999). Manajemen laba dapat dikategorikan sebagai kejahatan

akuntansi jika laporan keuangan yang disajikan ditujukan untuk menyesatkan pengguna

laporan keuangan dan mengabaikan atau melanggar PABU (Prinsip-prinsip Akuntansi

yang Berlaku Umum).

2. Pendapat (opini) Auditor Eksternal yang Tidak Benar

Auditor eksternal diberi wewenang untuk melakukan audit keuangan pada

perusahaan publik. Auditor dianggap melakukan kejahatan jika dalam menjalankan

profesinya mengabaikan atau melanggar Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP).

Salah satu contohnya adalah memberikan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

atas laporan keuangan suatu perusahaan padahal auditor tersebut mengetahui dan

menemukan adanya pelanggaran dan kesalahan yang material pada laporan keuangan

yang diaudit tersebut. Hal ini terjadi jika terdapat persekongkolan jahat atau kolusi antara

auditor dengan manajemen perusahaan.

3. Kejahatan Perbankan

Kejahatan akuntansi di perbankan diantaranya dilakukan dengan mengambil dana

nasabah tanpa sepengetahuan nasabah, memanipulasi data nasabah, memalsukan

9

Page 10: Makalah Kel i Acc Forensic

rekening nasabah dan  pemalsuan tanda-tangan nasabah yang dilakukan oleh pelaku

kejahatan. Kejahatan ini termasuk dalam kategori penggelapan.

4. Kejahatan Akuntansi di Pasar Modal

Kejahatan akuntansi di pasar modal mencakup pelanggaran penyajian informasi

yang tidak benar atau menyesatkan (missleading information). Hal ini terjadi jika emiten

tidak menjalankan kewajiban pelaporan dan keterbukaan informasi dan isi laporan

tersebut mengandung informasi yang tidak benar atau dapat menyesatkan bagi investor

dalam mengambil keputusan ketika hendak menjual atau membeli saham emiten tersebut.

Kejahatan akuntansi di pasar modal lainnya adalah manipulasi pasar. Manipulasi pasar ini

merupakan modus kejahatan yang menggunakan teknik dan mekanisme pasar sebagai

alat untuk menciptakan pembentukan harga.

5. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (Related-Party

Transactions).

Bentuk pelanggaran ini mencakup transaksi yang material atau dalam jumlah yang

tidak biasa dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa, yang meliputi (1) penjualan

fiktif pada pihak yang memiliki hubungan istimewa (2) pinjaman kepada atau dari pihak

yang memiliki hubungan istimewa dimana tingkat bunganya lebih rendah dibandingkan

pasar (3) transaksi lainnya dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan harga

yang lebih rendah dibandingkan dengan transaksi normal, dan (4) pengungkapan yang

tidak memadai atas transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.

PENGGOLONGAN KEJAHATAN AKUNTANSI DALAM KRIMINOLOGI

Kejahatan akuntansi atau skandal akuntansi melibatkan kaum elit bisnis dan kaum

profesional. Contoh kasus yang populer adalah kasus Enron dimana harga saham perusahaan

tersebut anjlok karena ulah pendiri Enron, mantan CEO, eksekutif Enron lainnya serta Kantor

Akuntan Publik Arthur Anderson yang bersekongkol memanipulasi laporan keuangan Enron.

Kejahatan akuntansi di perbankan dan di pasar modal juga melibatkan kaum profesional. 

Dengan melihat pelakunya maka disimpulkan bahwa kejahatan akuntansi ini masuk

dalam kategori kejahatan kerah putih. Hal ini sejalan dengan pendapat Edwin H. Sutherland

yang menyatakan bahwa white collar crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang-

orang terhormat dan status sosial tinggi dalam kaitannya dengan okupasinya. Menurut

Muladi, kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terhormat ini biasanya dilakukan tanpa

10

Page 11: Makalah Kel i Acc Forensic

kekerasan tetapi selalu disertai dengan kecurangan, penyesatan, penyembunyian dari

kenyataan, akal-akalan, manipulasi, atau pengelakan terhadap peraturan.

Dalam kaitannya dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia, Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang yang terkait  menyebutkan beberapa

pasal yang terkait dengan kejahatan akuntansi, diantaranya adalah:

Berkaitan dengan manajemen laba ilegal, dapat dikenakan pasal 390 KUHP yaitu

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, dengan menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan harga barang-

barang dagangan, dana-dana atau surat-surat berharga menjadi turun atau naik diancam

dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan”.

Berkaitan dengan pemberian opini auditor yang menyesatkan, dapat dikenakan pasal

416 KUHP yaitu “Seorang pejabat atau orang lain yang diheri tugas menjalankan suatu

jabatan umum terus-menerus atau untuk sementara waktu, yang sengaja membuat secara

palsu atau memalsu buku buku-buku daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan

administrasi, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Berkaitan dengan kejahatan perbankan yang merupakan kategori penggelapan, dapat

dikenakan pasal 372 KUHP yaitu “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki

barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada

dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.

Berkaitan dengan kejahatan perbankan sehubungan pemalsuan rekening nasabah,

dapat dikenakan pasal 49 ayat (1) huruf c UU Perbankan No 10 Tahun 1998 yaitu:

“mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu

pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan

kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah,

mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut,

diancam dengan pidana penjara sekurangkurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah)”.

Berkaitan dengan kejahatan akuntansi di pasar modal yang berupa manipulasi pasar,

dapat dikenakan pasal 91 Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu:

”Setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan

11

Page 12: Makalah Kel i Acc Forensic

tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan

perdagangan, keadaan pasar atau harga efek di Bursa Efek.

KESIMPULAN

Akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi

preventif, detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur audit forensik dan audit

investigatif yang bersifat litigation suport untuk menghasilkan temuan dan bukti yang dapat

membantu proses pengambilan putusan di pengadilan. Disamping itu dengan fraud

examinition yang tidak terlepas dari akuntansi forensik akan menjadi bahan untuk profesi

akuntansi khususnya untuk menelusuri adanya kemungkinan-kemungkinan kecurangan yang

dilakukan.

12