Makalah Kbl Adat Kelahiran Suku Sasak

4
ADAT KELAHIRAN SUKU SASAK TRADISI BRETES Bretes adalah proses tradisi yang dilaksanakan setelah usia kandungan menginjak tujuh bulan (tujuh bulanan). Tradisi ini dilaksanakan dengan maksud memberikan keselamatan bagi calon ibu dan bayinya. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan cara mengundang tetangga dan sanak saudara untuk untuk mendoakan si calon ibu dan bayi. Acara ini dimulai dengan pembacaan bersanji oleh para tamu undangan, yang kemudian dilanjutkan dengan dzikiran dan pembacaan selakaran. Setelah, itu para tamu undangan dijamu oleh makanan yang telah disiapkan oleh pihak yang mengadakan acara. Setelah semua tamu undangan pulang, si ibu yang hamil biasanya akan disiram dengan air yang telah dicampur dengan bunga tujuh rupa yang dimasukkan ke dalam periuk (kendi gerabah) yang telah disediakan sebelum acara dimulai. Selain itu, si ibu yang hamil ini harus disiram di depan pintu/gerbang, yang dimaksudkan agar nanti ketika melahirkan anaknya akan cepat keluar sama seperti ketika orang yang keluar dari pintu/gerbang. Dalam tradisi ini terkandung beberapa nilai antara lain nilai religius dan juga nilai sosial. Nilai religius dapat kita lihat dari tujuan utama diadakannya acara ini yaitu memohon kepada Tuhan agar si ibu dan calon anak diberi keselamatan. Selain itu, tata cara pelaksanaan acara ini yang dimulai dengan pembacaan bersanji, yang kemudian dilanjutkan dengan dzikir kepada Allah, juga semakin menujukkan nilai religius dari acara ini. Selanjutnya, dengan diundangnya sanak saudara dan tetangga, menunjukkan adanya nilai sosial yang terkandung dalam acara ini. Karena selain untuk menyambung tali silaturrahmi, dalam acara ini para tamu undangan yang terdiri dari berbagai macam orang dengan berbagai macam profesi akan diberi jamuan berupa makanan dan minuman yang merupakan tanda

description

Adat Kelahiran Suku Sasak

Transcript of Makalah Kbl Adat Kelahiran Suku Sasak

Page 1: Makalah Kbl Adat Kelahiran Suku Sasak

ADAT KELAHIRAN SUKU SASAK

TRADISI BRETES Bretes adalah proses tradisi yang dilaksanakan setelah usia kandungan menginjak

tujuh bulan (tujuh bulanan). Tradisi ini dilaksanakan dengan maksud memberikan keselamatan bagi calon ibu dan bayinya. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan cara mengundang tetangga dan sanak saudara untuk untuk mendoakan si calon ibu dan bayi. Acara ini dimulai dengan pembacaan bersanji oleh para tamu undangan, yang kemudian dilanjutkan dengan dzikiran dan pembacaan selakaran. Setelah, itu para tamu undangan dijamu oleh makanan yang telah disiapkan oleh pihak yang mengadakan acara. Setelah semua tamu undangan pulang, si ibu yang hamil biasanya akan disiram dengan air yang telah dicampur dengan bunga tujuh rupa yang dimasukkan ke dalam periuk (kendi gerabah) yang telah disediakan sebelum acara dimulai. Selain itu, si ibu yang hamil ini harus disiram di depan pintu/gerbang, yang dimaksudkan agar nanti ketika melahirkan anaknya akan cepat keluar sama seperti ketika orang yang keluar dari pintu/gerbang.

Dalam tradisi ini terkandung beberapa nilai antara lain nilai religius dan juga nilai sosial. Nilai religius dapat kita lihat dari tujuan utama diadakannya acara ini yaitu memohon kepada Tuhan agar si ibu dan calon anak diberi keselamatan. Selain itu, tata cara pelaksanaan acara ini yang dimulai dengan pembacaan bersanji, yang kemudian dilanjutkan dengan dzikir kepada Allah, juga semakin menujukkan nilai religius dari acara ini.

Selanjutnya, dengan diundangnya sanak saudara dan tetangga, menunjukkan adanya nilai sosial yang terkandung dalam acara ini. Karena selain untuk menyambung tali silaturrahmi, dalam acara ini para tamu undangan yang terdiri dari berbagai macam orang dengan berbagai macam profesi akan diberi jamuan berupa makanan dan minuman yang merupakan tanda terima kasih dari pemilik hajat kepada tamu undangan yang bersedia datang.

UPACARA PEDAQ API

Setelah bayi lahir diadakan upacara pedaq api, dimana upacara ini dilaksanankan

tepatnya saat pusar sibayi mengering dan putus dengan sendirinya. upacara ini dilakukan

sekaligus untuk pemberian nama si bayi. Di beberapa tempat di Lombok selairi upacara

pedaq api dikenal juga upacara molang malik yang pada hakikatnya bertujuan sama. Prosesi

pelaksanaan pedaq api adalah:

a. Mem-boreh sang ibu dengan boreh yang sudah diramu atau dihaluskan dan

diberi doa oleh dukun beranak.

b. Setelah selesai memboreh lalu dukun menyiapkan bara api yang terbuat dari

sabut kelapa yang ditaburi dengan kemenyan dari daun lemundi (sejenis

tumbuhan perdu).

Page 2: Makalah Kbl Adat Kelahiran Suku Sasak

c. Setelah api dan kemenyan disiapkan kemudian bayi akan di putar mengelilingi

sanak keluarga dari tangan ketangan sebanyak tiga kali sambil membaca

shalawat, yang mana sanak keluarga harus berjumlah ganjil.

d. Setelah dukun beranak atau belian selesai berdo'a baru api disiram dengan air

bunga rampe (medak api).

e. Selanjutnya belian memberikan segumpal kecil benang pada tangan bayi, lalu

belian membisikan nama yang telah diberikan oleh orang tuanya. jika si bayi

menggenggam erat gumpalan benang maka artinya bayi menerima nama yag

diberikan oleh orangtuanya, sebaliknya jika benang tersebut tidak mau

digenggam maka bayi menolak pemberian nama

f. Kemudian belian menyembe' bayi menggunakan daun sirih, gambir dan kapur

yang ditumbuk. Pada saat itu juga diadakan upacara turun tanah (turun giumi)

dengan menurunkan bayi tersebut ke atas tanah. Untuk bayi perempuan

diturunkan bilamana terdapat alat nyesek (menenun) dan untuk bayi laki-laki

diturunkan bilamana terdapat tenggele/bajak (alat pertanian). Bagi orang Sasak

Lombok, pusar si bayi yang sudah jatuh disimpan dan dibungkus dengan kain

putih dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung perak atau kuningan untuk

dijadikan azimat. Selain itu air bekas siraman pusar bisa dijadikan obat apabila

si anak sakit.

Ngurisang.

Upacara ini sangat penting artinya bagi sebuah keluarga, rambut yang dibawa dari

dalam kandungan disebut bulu panas, maka harus dihilangkan. Untuk itu masyarakat Sasak

melakukan selamatan; doa atau upacara sederhana yang disebut ngurisang. Pada upacara ini

pihak keluarga mengundang para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat untuk

membacakan selakaran yang terdiri dari untain doa dan Shalawat Nabi. Biasanya seorang

laki-laki atau ayahnya menggendong bayi tersebut sambil berjalan berkeliling di hadapan

orang-orang yang sedang membacakan selakaran serta masing-masing yang hadir memotong

sedikit rambut sang bayi dengan gunting yang direndam dalam air bunga. Pada upacara ini

dikenakan sabuk pemalik yakni alat yang dipergunakan untuk menggendong si bayi: Sabuk

pemaliq dianggap keramat karena proses pembuatan dan penyimpanannya berdoa.

Upacara ngurisang biasanya diadakan secara besar-besaran dan diikuti dengan

upacara bekekah yaitu memotong hewan qurban disebut begawe kekah. Seringkali terkadang

pelaksanaan bekuris agak mundur karena terkait dengan finansial. Namun jika tidak mampu

cukup pergi ke dukun beranak yang telah membantu kelahirannya. Dalam hal ini cukup

Page 3: Makalah Kbl Adat Kelahiran Suku Sasak

mengantar sesaji (andang-andang) dan sabuk katiq (sejenis umbaq tepi berukuran kecil

dengan bentuk masih bersambung). Sabuk ketiq di Sembalun disebut lempot puset sedangkan

di Getap disebut sabuk kuning.

Beberapa kelompok masyarakat ada yang melaksanakan upacara ngurisang di

pedewaq atau kemaliq (ritual waktu telu) disebut begawe rasul. Sebelum upacara ngurisang

dimulai terlebih dahulu dibuatkan umbaq kombong yaitu umbaq yang rumbainya tidak

terdapat ikatan kepeng bolong (uang logam China). Jika terdapat ikatan pada rumbainya

maka umbaq tersebut dipergunakan pada upacara Ngayu-Ayu di Sembalun. Tenun umbaq

kombong dibuat oleh ibu atau nenek yang dipandang memiliki kemampuan secara spiritual

dan tidak dalam keadaan kotor. Jika tidak memiliki kemampuan dapat mendatangkan

bencana bagi si penenuji