Aspek Sosial Budaya Masyarakat Sasak, Lombok
description
Transcript of Aspek Sosial Budaya Masyarakat Sasak, Lombok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia
adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia
mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin
tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan
kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan telah lebih
jauh diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan bronislaw Malinowski, yang mengemukakan
bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat
ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. (Soemardjan, Selo:
1964: 115). Kemudian Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic.
Karena kebudayaan berturun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun
manusia yang menjadi anggota masyarakat sudah berganti karena kelahiran dan kematian.
Lebih jauh dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh E. B. Tylor (1871) dalam
bukunya Primitive Culture: kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan lain
perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-
pola perilaku normative. Oleh karena itu, manusia yang mempelajari kebudayaan dari
masyarakat, bisa membangun kebudayaan (konstruktif) dan bisa juga merusaknya (destruktif).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja aspek sosial budaya yang ada dimasyarakat Gunung Sari?
2. Bagaimanakah aspek sosial budaya sasak dan hindu di Gunung Sari?
1.3 TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu untuk beradaptasi dengan aspek sosial budaya masyarakat
sasak dan hindu. Sehingga mahasiswa dapat berperan sebagai “agent of change” di masyarakat.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Kepada pihak puskesmas Gunung Sari agar terus meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan, khususnya yang berkaitan dengan aspek sosial budaya
sasak dan hindu.
1.4.2 Kepada pembimbing untuk meningkatkan dan mempertahankan bimbingan
kepada para mahasiswa yang melaksanakan praktik untuk dapat menerapkan teori yang
telah diperoleh dari institusinya masing-masing.
1.4.3 Bagi mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tujuan dan manfaat dari penerapan
aspek sosial budaya sasak dan hindu.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Budaya Pada Masa Pra Pernikahan dan Pernikahan Masyarakat Sasak Di Lombok
2.1.1 Pengertian Merariq
Dalam adat Sasak pernikahan sering disebut dengan merariq. Secara etimologis
kata merariq diambil dari kata “lari”, berlari. Merariq-an berarti melai’ang artinya
melarikan. Kawin lari adalah sistem adat penikahan yang masih kuat diterapkan di
Lombok. Kawin lari dalam bahasa Sasak disebut merariq (Salam, 1992: 82). Menurut
Depdikbud (1995: 33) secara terminologis, merariq mengandung dua arti.Pertama, lari.Ini
adalah arti yang sebenarnya.Kedua, keseluruhan pelaksanaan perkawinan menurut adat
Sasak.Pelarian merupakan tindakan nyata untuk membebaskan gadis dari ikatan orang tua
serta keluarganya.Berdasarkan informasi dari nara sumber tentang sejarah munculnya
tradisi kawin lari (merariq) di pulau Lombok, paling tidak ada dua pandangan yang
mengemuka, yaitu:
Pertama , orisinalitas merariq . Kawin lari (merariq) dianggap sebagai budaya
produk lokal dan merupakan ritual asli ( genuine) dan leluhur masyarakat Sasak yang
sudah dipraktekkan oleh masyarakat – sebelumdatangnya kolonial Bali maupun kolonial
Belanda.Perkawinan bagi masyarakat Sasak juga memiliki makna yang sangat luas, bahkan
menurut orang Sasak, perkawinan bukan hanya mempersatukan seoranglaki-laki dengan
seorang perempuan saja, tetapi sekaligus mengandung artiuntuk mempersatukan hubungan
dua keluarga besar, yaitu kerabat pihak laki-laki dan kerabat pihak perempuan.
Berdasarkan tujuan perkawinan pada suku Sasak Lombok terdapattiga bentuk perkawinan
yaitu:
Perkawinan dalam satu kadang waris/pekawinan betempuh pisa (misan
denganmisan/cross cousin).
perkawinan yang mempunyai hubungan kadang jari (ikatan keluarga)
disebut perkawinan sambung atau uwat benang (untuk mempererat hubungan
kekeluargaan);
perkawinan yang tidak ada hubungan perkadangan (kekerabatan) disebut
perkawinan pegaluh gumi (memperluas daerah/wilayah). Sistem perkawinan suku
3
Sasak yang dikenal dengan istilah merariq telah mengakar secara mendalam dan
menjadi sistem budaya yang kuat.istilah kata merariq artinya mencuri atau maling.
Dalam terminologi Sasak, istilah kata merariq diartikan dengan melarikan anak
gadis untuk dijadikan istri.
2.1.2 Prinsip Merariq (kawin lari)
Merariq( kawin lari ) Pada pada suku sasak Menurut M. Nur Yasir dalam penelitiannya
tentang budaya merariq, ada empat prinsip dasar dalam praktek kawin lari di suku Sasak
Lombok.
a. Prestise Keluarga Perempuan. Kawin lari (merariq) diyakini sebagai bentuk
kehormatan atas harkat dan martabat keluarga prermpuan; perempuan yang
dilarikan sama sekali tidak dianggap sebagai pelanggaran sepihak oleh keluarga
lelaki atas keluarga perempuan. Adanya anggapan yang mengakar kuat dalam
struktur masyarakat Lombok bahwa dengan dilarikan, berarti seorang gadis
tersebut memiliki nilai keistimewaan yang tinggi bahkan jika perkawinannya
seorang gadis tidak dengan kawin lari (merariq) keluarga perempuan tersebut
beranggapan terhina.
b. Superioritas Lelaki dan Inferioritas Perempuan.Merupakan suatu hal yang tidak
bisa dihindarkan dari kawin lari (merariq) adalah seorang lelaki memiliki
kekuatan tersendiri, kaum lelaki mampu menguasai dan menjinakkan kondisi
sosial psikologis calon istri baik dengan dasar suka sama suka maupun telah
direncanakan sebelumnya sehingga pada sisi lain menggambarkan inferioritas
kaum perempuan atas segala tindakan yang dilakukan kaum lelaki.
c. Egalitarianisme (Menimbulkan Rasa Kebersamaan). Terjadinya kawin lari
memberikan kontribusi yang positif terhadap kedua belah pihak, kebersamaan
dari kedua keluarga besar melibatkan komunitas besar masyarakat di
lingkungan setempat/pertukaran budaya. Dalam pementasan kawin lari (budaya
merariq) tidak selalu berakhir dengan dilakukannya perkawinan (merariq),
tetapi ada kalanya berakhir dengan pembatalan, disebabkan ketidaksepakatan
antara kedua belah pihak.
d. Komersial. Terjadinya kawin lari hampir berkelanjutan ke prosestawar menawar
pisuke, yaitu proses nego yang sangat kental dengan nuansa bisnis. Alasannya
4
ada indikasi kuat bahwa seorang Ayah telah membesarkan anak gadisnya sejak
kecil hingga dewasa yang telah membesarkannya dengan segelintir dana yang
besar, akibatnya muncul sikap orang tua yang ingin agar biaya membesarkan
anaknya memperoleh ganti rugi dari calon menantunya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan dan tingkat sosial anak dan orang tua, semakin tinggi
pulanilai ekonomis yang ditawarkan. Tetapi komersialisasi kawin lari akan
melemah jika diantara calon suami istri berasal dari luar suku Sasak.Hal itu
diakibatkan adanya dialog peradaban, adat dan budaya antara nilai yang menjadi
pedoman orang sasak dan pedoman orang luar sasak Masyarakat ada di setiap
saat, dari masa lalu sampai ke masa yang akan mendatang. Kehadirannya
merupakan sebuah fase antara yang telah terjadi danapa yang akan terjadi.
Dalam kehidupan masyarakat terkandung pengaruh, bekas,dan jiplakan masa
lalu, antara bibit dan potensi masa depan. Kesemuanya itu merupakan proses
sebab-akibat yang akan menentukan pada fase berikutnya (Sztompka, 2008: 65).
Masyarakat Suku Sasak merupakan masyarakat yang tumbuh dan berkembang
dengan berbagai macam tradisi yang sampai saat ini masih terus dijalani.
Tradisi masyarakat Sasak di Lombok sangat menonjol dan sering menjadi
obyek yang menarik untuk diteliti, baik itu oleh para pemerhati budaya atau
oleh para akademisi, adalah dalam sistem perkawinannya. Karena perkawinan
adat Sasak dianggap sebagai perkawinan yang unik dan patut mendapat
perhatian.Khusus membahas masalah proses menuju sebuah perkawinan,
terdapat dua tradisi yang secara umum berkembang dan merupakan
pengklasifikasian dari sistem yang ada, yakni tradisi kemelek mesak (kemauan
sendiri) dan tradisi suka lokaq (kemauan orangtua). Walaupun tradisi kemelek
mesak merupakan tradisi yang paling berkembang disbanding suka lokaq,
namun hal tersebut tetap merupakan suatu tradisi masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya, dan tetap menarik untuk dikaji secara
lebih mendalam, sebagaimana teori Toybee yang dikutif Sztompka (2008: 9)
menyatakan bahwa mempelajari kehidupan manusia disaat tertentu jelas lebih
bermanfaat, karena lebih realistis, ketimbang mempelajarinya dengan
membayangkannya berada dalam keadaan diam. Dalam menganalisis sebuah
5
faktor budaya (pergerakan sosial) dalam tatanan masyarakat Suku Sasak di
Lombok, penulis menggunakan dua sistem pendekatan sebagaimana disebutkan
Sztompka (2008: 65). Pendekatan pertama, pada faktor perkembangan budaya
yang berasal dari dalam ( proses endogen)dimana perubahan itu melekat dalam
budaya (intrinsik ). Pendekatan kedua, faktor dari luar (proses eksogen)
perubahan itu berasal dari luar (ekstrinsik ). Berangkat dari kedua pendekatan di
samping sebagai pisau analisis budaya yang saat initengah berkembang di
Lombok. Maka dalam hal ini, penulis berangkat dari bentuk perkawinan
masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok.
2.1.3 Analisis Dan Pembahasan
Sistem perkawinan yang pada umumnya sering digunakan dalam menjalani proses
perkawinan di Sasak adalah sistem menggah,system tadong atau kewin gantung, sistem
ngelamar atau ngendeng , sistem nyerah hukum atau memampon dan system
merariq(maling).
Di masyarakat Sasak secara umum dikenal berbagai macam bentuk dan sistem
perkwainan. Diantara sistem perkawinan tersebut adalah :
Sistem menggah merupakan sistem dimana pemuda melarikan gadis dengan cara
paksa pada siang hari, kemudian dibawa kerumah pemuda dan dijadikan istri. Cara
ini adalah cara yang tidak umum terjadi tapi diakui oleh masyarakat Sasak.
Sistem tadong atau kawin gantung yakni sistem perkawinan dengan menjodohkan
seorang gadis ketika dengan seorang laki-laki sebelum dewasa.
Sistem ngelamar atau ngendeng atau nunasyakni sistem perkawinan yang
dilangsungkan dengan sistem minta izin atau melamar si gadis secara resmi terlebih
dahulu kepada orangtuanya untuk dijadikan sebagai istri oleh seorang pemuda atau
yang menginginkannya. Dalam proses lamaran itu dilakukan setelah adanya
kesepakatan antara si pemuda dengan si gadis untuk membina rumah tangga melalui
perkawinan yang sah.
Sistem nyerah hukum atau memampon. Bagiandari sistem perkawinan yang hukum
pelaksanaannya diserahkan kepada diserahkan pada keluarga pihak gadis. Begitupun
biaya pelaksanaan pekawinannya ada kalanya diserahkan pada keluarga pihak
perempuan dan adakalanya ditanggung sama-sama setengah dari pihak perempuan
6
dan dari pihak laki-laki, tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Hal ini
biasanya dialakukan oleh laki-laki yang kurang biaya, atau statusnya sebagai
pembantu dirumah seorang perempuan yang akan dikawini, kecuali adanya
kemungkinan sebab lain, seperti salah satu pihak berasal dari budaya luar.
Sistem merariq yakni sistem perkawinan yang paling berlaku dikalangan masyarakat
Sasak .Pengertian merariq disini adalah berusaha mengeluarkan si perempuan dari
kekuasaan orangtuanya untuk selanjutnya masuk dalam kekuasaan keluarga laki-laki
(suami). Perkawinan yang paling banyak dipraktekkan dimasyarkat suku
Sasak Lombok adalah perkawinan dengan sistem merariq. Hal ini disebabkan oleh
persepsi masyarakat yang menganggap bahwa perkawinan dengan system merariq
adalah budaya asli Sasak .
Proses dalam Perkawaninan di masyarakat Lombokdalam adat sasak prosesi
perkawinan dikenal dengan merariq. Merariq yang sebenarnya berarti melarikan calon
pengantin prempuan dan dibawa menujuke rumah keluarganya sang lelaki. Dalam proses
merariq, ini ada tahap-tahap yang dilakukan oleh masyarakat Lombok. Adapun tahapan-
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Merariq
Pria dan wanita yang sudah cukup umur sepakat membangun kehidupan rumah tangga
melakukan tindakan adat merariq yaitu si calon pengantin pria menjemput calon
pengantin wanita dari rumahnya untuk dibawa ke rumah keluarga pria.penjemputan
tersebut biasanya dilakukan malam hari dan didampingi oleh beberapa orang dewasa.
Sejati
Adalah kegiatan melapor dari Pamong Desa calon pengantin pria kepada pria kepada
Pamong Desa tempat tinggal calon pengantin wanita.dilaksanakan segera setelah calon
pengantin dinyatakan merariq.
Selabar
Adalah bila tahap sejati sudah dilakukan dan diterima maka dilanjutkan dengan tahapan
kegiatan selabar yaitu Pamong Desa calon pengantin pria melapor kepada keluarga
calon pengantin wanita tentang telah terjadinya kegiatan merariq tersebut.
Nunas Wali
7
Adalah permintaan mandat wali orang tua atau keluarga yang berhak supaya dapat
dinikahkan, yang diutus untuk nunaswali biasanya adalah petugas agama, kyai, atau
penghulu yang nantinya menyelesaikan pernikahan.
Nikahbila sudah ada persetujuan wali nikah maka segera dilansungkan pernikahan.
Menikahkan pengatin dilakukan oleh si wali nikah dan atau diwakilkan kepada orang
lain yang dipercaya.
Bait Janji
Adalah perundingan untuk menyelesaikan adat.Pihak keluarga pengantin pria mengirim
utusan kepada keluarga pengantin wanita untuk merundingkan beberapa hal yang terkait
dengan gantiran/pisuke,sorong serah/aji karma danNyongkol.
Nyerah Gantiran/Pisuke
Menyerahkan bantuan kepada keluarga pengantin wanita.biasanya sekita seminggu
sebelum upacara adat dilaksanakan. Pihak keluarga pria mengantarkan bahan -bahan
berupasapi/kerbau, beras, kayu dsb.
Sorong serah/ aji krama
Adalah upacara sorong serah atau aji-kramamerupakan inti dari adat perkawinan sasak,
karena pada upacara tersebutakan hadir seluruh keluarga dan kerabat kedua belah
pihak.Prosesi sorongserah dipimpin oleh seorang pembayun dari masing-masing
pihak bersamaan dengan kegiatan tersebut, pihak keluarga pengantin wanita mengadakan
kegiatan yang disebut dengan Nanggep.
Nyongkol
Segera setelah upacara sorongserah selesai, disusul dengan acara nyongkol berupa arak-
arakan kedua pengantin diikuti oleh keluarga dan masyarakat pengantin pria menuju
rumah keluarga pengantin wanita. Nyongkol biasanya diiringi kesenian tradisional
gendang beleq.
Baliq Lampaq/ Tampak
Biasanya sekitar sehari dua hari sesuai kesepakatan kedua pihak keluarga sesudah
upacara adat nyongkolan selesai maka dilangsungkan acara balik lampak yaitu kunjungan
dari pengantin dan keluarga pria kepada pihak keluarga wanita dengan rombongan
terbatas dalam rangka saling mengenal lebih dekat dari kedua pihak
keluarga.Berdasarkan penjelasan di atas, maka masyarakat Lombok dalam proses
8
melanjutukan sistem perkawinan akan menerapkan tahapan-tahapan tersebut. Nilai-nilai
dalam praktek Merariq bagi masyarakat Lombok bukanlah rahasia umum lagi. Misalnya:
sifat pemberani, kesungguhan dan tanggung jawab. Seorang pemuda ketika ingin
mengambil gadis, maka dia harus punya keberanian, kesungguhan dan tanggung jawab
atas segala resiko yang diambil.Menurut salah satu pemuda, bahwa merariq menunjukkan
bahwa dia benar-benar sebagai laki-laki.
2.1.4 Busana Adat Sasaq Laki-Laki dan Maknanya
1) Capuq/Sapuk (batik, palung, songket)
Sapuk merupakan mahkota bagi pemakainya sebagai tanda kejantananserta menjaga
pemikiran dari hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak
dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain.
2) Baju Godek Nongkek (warna gelap)
Godek Nongkek merupakan busana pengaruh dari Jawa merupakan adaptasi jas Eropa
sebagai lambang keanggunan dan kesopanan.Modifikasi dilakukan bagian belakang
pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaan keris. Bahan yang digunakan
sebaiknya berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.
3) Leang/dodot/tampet (kain songket)
Adapun motif kain songket dengan motif subahnale, keker, bintang empet dan
sebagainya bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.
4) Kain dalam denganwiron/cute
9
Kain yang bahannya dari batik Jawa dengan motif tulang nangka ataukain pelung
hitam.Dapat juga digunakan pakaian tenun dengan motif tapokemalo dan songket
dengan motif serat penginang.Masyarakat Lombok menghindari penggunaan kain
putih polos dan merah.Wiron/Cuteyang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus ke
bumi bermaka sikap tawadduk-rendah hati.
5) Keris
Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika bentuknya besar dan bisa juga
disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai
lambang adat muka keris (lambe/gading ) harus menghadap ke depan, jika berbalik
bermakna siap beperang atau siaga.Keris bermakna: kesatriaan – keberanian dalam
mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka maka
diperbolehkan juga menyelipkan “ pemaja”(pisau kecil tajam untuk meraut).
6) Selendang Umbak (khusus untuk para pemangku adat)
Selendang Umbak adalah sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam
keluarga sasak.Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai
dengan empat meter. Diujung benang digantungkan uang cina ( kepeng
bolong ).Selendang Umbak sebagai pakaian adat hanya digunakan oleh para
pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih
sayang dan kebijakan.
10
2.1.5 Busana Adat Perempuan dan Maknanya
1. Pangkak
Pangkak merupakan mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-
bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
2. Tangkong
Tangkong adalah pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa pakaian kebaya
dan lambung dari bahan dengan warna cerah atau gelapdari jenis kain beludru atau
brokat. Dalam acara nyondolan masyarakat Lombok menghindari penggunaan model
yang memperlihatkan belahan dada dan transparan .
3. Tongkak
Tongkak adalah Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang
sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.
4. Lempot
Lempot berjenis serupa selendang atau kain tenun panjang bercorak khas yang
disampirkan di pundak kiri yang bermakna sebagai lambang kasih sayang.
5. Kereng
Kereng berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki
sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
6. Gendit /Pending
Gendit atau pending adalah bentuk asesoris yang digunakan pengantin priadan wanita
berupa berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat pinggang,Onggar-
onggar (hiasan berupa bunga-bunga emas yangdiselipkan pada konde) jiwang atau
tindik(anting-anting) suku /talen/ ketip( uang emas atau perak yang dibuat bros)
kalung dan sebagainya.
11
2.2 Budaya Kehamilan Masyarakat Sasak di Lombok
Semasa anak dalam kandungan seorang ibu, banyak sekali larangan-larangan yang
sifatnya psikologi educative yang dilakukan secara spiritual dan moral agama diberlakukan
terhadap seorang ibu yang mengandung anaknya dan juga petunjuk larangan atau anjuran
yang diberlakukan bagi seorang ayah. Seorang ibu dan Bapak semasa kehamilan dipanggil
Amaq dan Inaq Tebon ( Tebon; Panjang rambut) dimana calon kedua orang tua itu
dipantangkan untuk mencukur rambutnya ( dibiarkan gondrong bagi calon ayah) dan bagi
perempuan tidak boleh dipotong dibiarkan menjurai dikeramasi dengan santan bercampur
abu pangkal buah padi kentan yang sudah ditumbuk (sasak: Joman), maksudnya agar sang
anak kelak berpenampilan bersih dan teratur. Campuran air santan itu dijadikan bedak
kramas pada ibu yang sedang mengandung dapat dilakukan sekurang-kurangnya sekali
seminggu pada setiap jumat pagi. Larangan lain bagi calon orang tua anak itu baik ayah
maupun ibunya ialah tidak boleh memaki-maki, tidak boleh membunuh binantang yang
dianggap kramat di rumah dan binatang peliharaan, tidak boleh bergosip dan mencela orang
lain.
Beberapa mitos lain yang berkembang pada masyarakat sasak dalam masa kehamilan,
antara lain :
Tidak boleh duduk didepan pintu. Mitosnya : sulit saat pembukaan kelahirannya.
Tidak boleh mengkalungi kain atau selendang di leher. Konon katanya bayi bisa terlilit
dengan tali pusarnya.
Tidak boleh mandi dengan menggunakan pakaian, karena bisa menyebabkan pendarahan.
Menaruh buah kancing di pakaian. Mitos : tidak bisa terebuka jalan lahirnya.
Tidak boleh duduk diatas alu. Mitos : vagina tidak bisa kembali normal dan tetap melebar
Tidak boleh memakan buah yang sudah dimakan kelelawar, karena akan menyebabkan
bayi tidak bisa keluar karena masih bergelantungan didalam rahim.
Tidak boleh makan udang karena dapat menyebabkan bayi keluar masuk pintu antas
panggul serta tidak bisa lahir normal.
2.3 Budaya Kelahiran , Nifas, dan Bayi Baru Lahir pada Masyarakat Sasak Di Lombok
Menjelang anak akan lahir sesudah kandungan memasuki kandungan ke 9 si ibu tidak
boleh melakukan kegiatan yang berat, bahkan melakukan kegiatan dapurpun dikurangi, agar
sang ibu benar-benar siap menghadapi tugas berat melahirkan. Sang ibu juga memakai
12
rempah-rempah; beras-kunyit-daun jeruk nipis dan sekuh untuk belangir (sasak: beboreh)
agar kondisinya tetap sehat. Sementara si suami disarankan untuk memperbanyak sedekah,
walaupun sekedar serabi (jajan tepung beras) sebagai simbul dari sedekah yang paling kecil
dari orang yang tidak mampu.Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki rasa kasih
sayang kepada sesama. Menjelang bayi akan keluar diminta bantuan seorang belian nganak /
dukun melahirkan (laki/perempuan) obat-obat penyejuk dan pelancar melahirkan berupa air
suci yang didoakan dengan mantra Sasak. Ketika anak keluar dari perut ibunya : si anak
langsung dipeluk oleh ibu dan bapaknya agar darahnya menyatu dengan badan kedua orang
tuanya agar sang anak menyayangi orang tuanya, setelah itu baru keluarga yang lain. Setelah
itu baru dimandikan oleh sang dukun. Beberapa mitos yang berkembang pada masa nifas,
yaitu :
Ibu nifas dianjurkan menggunakan sabuk panjang yang berukuran kurang lebih 6-9
meter.
Jika mereka sedang mandi, diganti menggunakan tali yang diikatkan pada ulu hati.
Maknanya yakni agar tubuh terasa lebih rileks dan tidak goyang.
Jika ibu keluar rumah, sebelum acara medak api, dianjurkan untuk membawa bawang
putih. Tujuannya agar bayi tidak diganggu makhluk halus.
Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang telah
dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan
kuat .Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik
untuk bayi.
Ibu nifas juga dianjurkan pada saat makan, agra tidak mencampur nasi dengan kuahnya,
kono katanya agar rahim sang ibu tidak mengembang.
Ibu nifaas dianjurkan menutupi ubun-ubun dengan kain atau penutup kepala, agar tidak
sempoyongan.
2.3.1Upacara Menanam Ari-Ari ( Nalet Adik –Kakak )
Acara ini dilaksanakan setelah ari-ari bayi terpotong dengan menggunakan pisau dari
bambu yang diambil dari para-para ( sasak :edas tereng ) . Edas tereng tersebut dianggap
telah steril karena setiap hari mendapat asap dari tungku dapur. Biasanya ari-ari yang
dipotong dengan edas tidak menimbulkan penyakit “ tetanus”. Ari-ari yang ditanam harus
ditanam dipelataran rumah serambi depan.
13
Setelah ditanam diatas gundukan diatarukkan batu lalu dikurung dengan kurungan
ayam. Diatas dibatu dinyalakan lampu agara anak kelak memiliki hati yang terang dan
setia (sasak: isah). Lampu dinyalakan sampai dengan upacara medak api atau buang au
sekurang-kurangnya pada hari kesembilan
2.3.2 Upacara daur Hidup Medak Api atau Buang Au
Ritual medak api dilakukan ketika tali pusar bayi terlepas. Biasanya 4-7 hari setelah
melahirkan. Pesertanya yaitu : belian (dukun beranak), ibu nifas, dan bayi.
Alat dan bahan : baskom/tepa, serabut kelapa, rendaman nasi yang baru selesai
ditanak, daun bikan/daun pare, kelapa, kunyit, korek api, benang atau tali (warna hitam dan
putih), jeringo, sembeq yang terbuat dari kapur;sirih;gambir;pinang.
Ritualnya :
Persiapkan alata dan bahan.
Serabut kelapa dibakar dengan daun pare atau daun bikan di atas
baskom/tepa
Kemudian sang ibu mngelilingi asap sambil mengepak-ngepakkan sarung sambil
dukun beranak membacakan doa-doa atau mantra
Kemudian sang anak juga dikelilingi di atas asap oleh ibu sambil dukun beranak
membacakan doa-doa.
Setelah itu, asap dipadamkan dengan air rendaman nasi.
Selanjutnya, kelapa yang sudah di parut dengan kunyit, digunakan untuk keramas.
Setelah itu, ibu dan anak dipasangkan gelang tangan dan perut dengan
menggunakan benang atau tali yang telah disediakan.
Kemudian, ibu dan anak di sembeq dan diberi nama. Selanjutnya, bagi tetangga
atau orang yang tidak sengaja melihat/kebetulan lewat, ritual tersebut dianjurkan
untuk ikut keramas dengan kelapa dan kunyit yang telah diparut tersebut agar
tidak pusing.
Dukun beranak/belian diberikan balas jasa berupa beras atau uang seikhlasnya.
2.3.3 Upacara Ngaranin
14
Jika upcara “ngaranin” (pemberian nama) tidak dikaitkan dengan upacara medak api
maka secara khusus diadakan upacara pada hari ganjil biasanya diambil pada malam jumat.
Pada masa sebelum ke Islaman belum memasuki masa perkembangan pada saat upacara ini
dibacakan kitab lontar Indarjaya atau Puspakarma.Setelah perkembangan pemahaman
Islam makin maju masyarakat sasak biasanya memeriahkan acara dengan pembacaan
hikayat yang diambil dari kitab Kisasul Ambiya. Nama-nama yang diberikan adalah nama
yang kental dengan budaya sasak. Misalnya : Galeng, Isin, bokah atau kebiasaan
masyarakat Sasak lama memebri nama anaknya dengan nama- nama yang berakhir dengan
konsonan. Misal : Sanep, Nurmalam, Ketip, Kerdep. Nasip.Ada juga dikaitkan dengan
nama-nama lakon foklor / legenda Sasak dan pewayangan.
2.3.4 Upacara Turun Tanak
Upacara ini dilakukan sebagai tanda anak boleh menginjakkan kaki ketanah
(sasak:lemah) sebelumnya harus tetap di gendongan. Sang anak akan disembeq /sepah
seluruh bagian tubuhnya dari kening sampai telapak kaki agar anak memiliki kekebalan
terhadap penyakit.
2.3.5 Upacara Ngurisan
Upacara ini menandai bahwa anak memasuki usia balita ditandai dengan potong
rambut, upacara dapat dilakukan di masjid, rumah keluarga dan di makam keramat, juga
dikaitkan dengan hari-hari besar seperti Maulid, Lebaran Topat, dll. Piranti yang disiapkan
adalah air kumkuman, kepeng bolong, bunga setaman, beras kuning, benang katak, uang
bolong atau uang logam dan selawat (uang) khusus sebagai tanda kesaksian bagi yang
hadir. Dalam upacara rowah (kenduri) selain hidangan nasi dan lauk pauk yang diwadahi
talam (dulang begibung) disediakan pula dulang penamat yang menyimbulkan proses
kehidupan manusia sejak manusi lahir – hidup dan mati. Proses kelahiran menurut sasak
dibagi atas meniwok bagi tumbuhan, menelok bagi binatang bertelur, menganak bagi
binatang memamah biak, simbul tersebut ada dalam dulang penamat. Maka harus ada topat
dan bantal sebagai simbul laki dan perempuan dan buah-buahan sebagai simbul yang
meniwok dan nasi rasun berisi daging sebagai simbul binatang yang menyusui
melahirkan.Dulang Penamat dihiasi pula oleh buah-buahan dan jajan tradisional sebagai
lambang kemakmuran. Sisa potongan rambut sang anak kalau tidak ditanam maka akan di
hanyutkan ke laut agar anak kelak tidak cepat kena penyakit.
15
2.3.6 Upacara Besunat
Upacara besunat atau hitanan khusus bagi anak laki-lakim upacara bekikir bagi anak
perempuan. Sebagai simbul perpindahan anak-anak ke jenjang usia remaja. Dalam upacara
di selenggarakan rowah kepada leluhur di ikuti dengan dulang penamat. Besunat dilakukan
oleh belian sunat(bayan: Penjalak) , untuk anak besunat disediakan andang-andang agar
terjauh dari bala.Andang diwadahi oleh soksokan berisi beras sekurang-kurangnya
sekobok, segulung daun sirih, pinang berjumlah ganjil ( 3-5-7) baik pinang muda (buaq
odaq) atau piang tua ( buaq toaq ), gambir, kapur pamaq ( kapur sirih) , benang setukel /
lawe dan uang bolong dalam jumlah ganjil. Andang-andang adalah simbul keberkahan
ilmu sang belian sekaligus sebagai penghargaan terhadap keahlian sang belian. Untuk anak
besunat disiapkan kain khusus dengan tongkat pengganjal agar kain tidak tersentuh bagian
luka ujung kelamin.Biasanya disiapkan pula tempat duduk kelapa tua hijau agar darah
tidak banyak mengucur keluar.Pada saat anak besunat diringi dengan selakar atau selawat
oleh orang-orang yang menyaksikan. Begitu alat vital dipotong sang orang tua mendekap
sang anak dipinggangnya, dengan maksud menekan keluar darahnya agar tidak terlalu
banyak keluar.
Upacara Medak Api
16
Berdasarakan teori dan hasil wawancara aspek sosial budaya sasak yang telah kami
lakukan, di daerah Gunung Sari antara teori dan penerapannya di masyarakat sudah sesuai dan
18
tidak ada perbedaan. Mulai dari aspek sosial budaya pranikah, pernikahan, kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan balita.
Di bawah ini merupakan hasil wawancara di masyarakat dan bidan mengenai aspek sosial
budaya sasak yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak :
NO SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK
YA TIDAK
1 Istri hamil, suami tidak boleh cukur rambut 2 Ibu hamil harus menutupi perutnya dengan handuk
3 Tidak boleh ke dapur
4 Tidak boleh masuk ke pure
5 Suami dan istri juga bersama keluarga tidak boleh sama sekali
mengeluarkan kata-kata kotor dan yang kasar
6 Suami istri bersama anggota keluarga harus berusaha untuk meningkatkan
amal shaleh dan menjauhi perbuatan tidak terpuji, sepeti dilarang
menganiaya manusie dan binatang, tidak menyembelih binatang ternak,
tidak berhubungan suami istri bila mendengarberita ada tetangga atau
orang lain meninggal, tidak BAB disembarang tempat, husus istri tidak
boleh tidur disaat matahari menjelang naik
7 Seuami dan istri bersama anggota keluarga, harus menjauhi diri dengan
makanan yang haram dan diperoleh dengan cara yang tidak terpuji
8 Ibu hami dan suaminya dilarang membunuh binatang , sebab jika itu
dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya
itu
9 Untuk sang ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan membunuh
hewan. Contohnya memancing, membunuh hewan, memburu dll
10 Jangan makan ikan mentah agar bayi tidak bau amis
11 Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam
kandungan gugur
12 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan
sesuatu, makanan atau sifat tertentuterutama diawal kehamilannya. Jika
tidak di turuti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur
13 Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya dikantung baju si ibu
agar janin terhindar dari marabahaya.
14 Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan
mengganggu janin.
15 Ibu hamil dilarang melilitkan handuk dileher agar anak yang
dikandungnya tidak dililit tali pusar.
16 Ibu hamil tidak boleh benci kepada seseorang secara berlebihan, nanti
19
anaknya jadi seperti orang yang dibenci tersebut.
17 Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi
kembar siam.
18 “amit – amit “ adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir” –
nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan,
mengecewakan, dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari
kejadian tersebut.
19 Tidak boleh duduk didepan pintu. Mitosnya : sulit saat pembukaan
kelahirannya
20 Tidak boleh mengkalungi kain atau selendang dileher. Konon katanya
bayi bisa terlilit dengan tali pusarnya.
21 Tidak boleh mandi dengan menggunakan pakaian, karena bisa
menyababkan perdarahan
22 Menaruh buah kancing di pakaian. Mitosnya : tidak bisa terbuka jalan
lahirnya.
23 Tidak boleh duduk diatas alu. Mitosnya : vaginanya tidak bisa kembali
normal dan tetap melebar.
24 Tidak boleh memakan buah yang sudah dimakan kelelawar, karena akan
menyebabkan bayi tidak bisa keluar karena masih bergelantungan didalam
rahim.
25 Tidak boleh makan udang karena dapat menyebabkan bayi keluar masuk
pintu atas panggul serta tidak bisa lahir normal
26 Dilarang menceritakan dan menghina orang cacat, karena anak yang bakal
lahir juga akan cacat
27 Dilarang memaku,memahat,mengail atau menyembelih binatang, anak
yang bakal lahir bibir terbelah atau mengalami kecacatan.
28 Dilarang ribut dengan ibu mertua,akan mengalami kesulitan ketika
melahirkan anak
ASPEK SOSIAL BUDAYA SASAK TAMBAHAN BERDASARKAN PENDAPAT
MASYARAKAT
20
NO SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK
YA TIDAK
1 Tidak boleh mandi di siang hari
2 Dilarang makan pucuk perenggi,
3 Dilarang makan mangga perawa
4 Minum air kelapa harus memakai gelas
5 Tidak boleh menginjak atau melewati tulisan dijalan
6 Dilarang makan kepiting
7 Tidak boleh menyimpulkan kain
8 Tidak boleh menjahit pakaian
9 Memakai sabuk setelah melahirkan
10 Mengikat tali/benang di perut, kedua tangan dan kedua kaki ibu dan bayi
setelah bayi diberi nama.
11 Tidak boleh memakan makanan menjalar. Seperti labu dan semangka.
12 Meminum air kelapa agar bayi menjadi bersih ketika lahir.
13 Bayi dan ibu harus menggunakan gelang ketika bayi sudah diberi nama
14 Ibu nifas harus menggunakan “pilis” (ramuan pada dahi) agar ibu tidak
pusing
HASIL WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT
Nama : Papuq TohriUmur : 70 tahunAlamat: Jeringo Lauk, Desa Jeringo, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
NO PERNYATAAN
1 Istri hamil, suami tidak boleh cukur rambut.
2 Ibu hamil harus menutupi perutnya dengan handuk
3 Tidak boleh ke dapur
4 tidak berhubungan suami istri bila mendengar berita ada tetangga atau orang lain meninggal
5 istri tidak boleh tidur disaat matahari menjelang naik
6 Ibu hami dan suaminya dilarang membunuh binatang , sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu
21
7 Tidak boleh makan udang karena dapat menyebabkan bayi keluar masuk pintu atas panggul serta tidak bisa lahir normal
8 Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur
9 Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya dikantung baju si ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
10 Ibu hamil dilarang melilitkan handuk dileher agar anak yang dikandungnya tidak dililit tali pusar.
11 “amit – amit “ adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir” –nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan, dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
12 Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
13 Menaruh buah peniti di pakaian. Mitosnya : tidak bisa terbuka jalan lahirnya.
14 Tidak boleh mandi di siang hari
15 Dilarang makan mangga perawe
16 Tidak boleh menginjak atau melewati tulisan dijalan
17 Dilarang makan kepiting
18 Tidak boleh menyimpulkan kain karena menurut mitos dapat menyebabkan pembukaan jalan lahir menjadi lambat
19 Tidak boleh menjahit pakaian
20 Memakai sabuk setelah melahirkan
21 Ibu dan bayinya harus diikatkan tali pada perut, kedua tangan dan kedua kaki agar ibu dan bayi memiliki kontak batin yang kuat dan sebagai tanda bahwa sang bayi sudah diberi nama
22 Suami dan istri juga bersama keluarga tidak boleh sama sekali mengeluarkan kata-kata kotor dan yang kasar
23 Suami istri bersama anggota keluarga harus berusaha untuk meningkatkan amal shaleh dan menjauhi perbuatan tidak terpuji, sepeti dilarang menganiaya manusia dan binatang, tidak menyembelih binatang ternak.
24 tidak boleh BAB disembarang tempat,
25 Seuami dan istri bersama anggota keluarga, harus menjauhi diri dengan makanan yang haram dan diperoleh dengan cara yang tidak terpuji
26 Jangan makan ikan mentah agar bayi tidak bau amis
27 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak di turuti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur
28 Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu
22
janin.
29 Ibu hamil tidak boleh benci kepada seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi seperti orang yang dibenci tersebut.
30 Tidak boleh duduk didepan pintu. Mitosnya : sulit saat pembukaan kelahirannya
31 Tidak boleh mandi dengan menggunakan pakaian, karena bisa menyababkan bayi yang lahir dalam keadaan kedinginan dan lemah
32 Tidak boleh duduk diatas alu. Mitosnya : vaginanya tidak bisa kembali normal dan tetap melebar.
33 Tidak boleh memakan buah yang sudah dimakan kelelawar, karena akan menyebabkan bayi tidak bisa keluar karena masih bergelantungan didalam rahim.
34 Dilarang menceritakan dan menghina orang cacat, karena anak yang bakal lahir juga akan cacat
35 Dilarang memaku,memahat,mengail atau menyembelih binatang, anak yang bakal lahir bibir terbelah atau mengalami kecacatan.
36 Dilarang ribut dengan ibu mertua,akan mengalami kesulitan ketika melahirkan anak
37 Minum air kelapa harus memakai gelas
38 Ibu nifas tidak boleh masuk masjid bagi musilim dan tidak boleh masuk pura bagi yang beragama hindu
HASIL WAWANCARA DENGAN BIDAN
Nama : Lale Fanni
Umur : 25 tahun
Alamat: Jeringo Daye, Desa Jeringo
Peran bidan dalam menguatkan aspek positif pada aspek budaya yang ada, yaitu dengan
cara :
Bidan selalu memberi dukungan dan nasihat yang meyakinkan kepada masyarakat
khususnya ibu hamil agar tetap melakukan tradisi yang memang benar berdampak positif
untuk kesehatannya dan janin yang dikandungnya.
Peranan bidan dalam mengurangi dampak negatif pada aspek sosial budaya
1. Melakukan konseling kepada ibu hamil untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang
merugikan kesehatan ibu dan bayinya.
23
2. Mengadakan kelas ibu hamil dan penyuluhan kesehatan
3. Bekerja sama dengan tokoh agama, seperti ustadz untuk membantu penyuluhan
kesehatan. Contohnya dengan membagikan brosur-brosur tentang kesehatan dyang
dibacakan ketika khotbah jum’at atau pada hari-hari tetentu. Bekerja sama dengan
penghulu untuk dapat memberikan konseling pranikah kepada calon pengantin.
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Seringkali mitos-mitos atau tradisi dalam suku Sasak dihubungkan dengan akibat yang
menyeramkan, sehingga banyak anggota penganut suatu budaya yang tidak mau mengambil
resiko, memilih menurut saja pada mitos yang berlaku. Di samping itu, terdapat banyak mitos
atau tradisi yang terkait dengan basis etik dan tata nilai supranatural yang tidak boleh
dilanggar/dilakukan.
Beberapa mitos ini (walaupun tidak terkait dengan sejarah tertentu), namun dianggap
memiliki efek mistik (seperti kualat, pamali dan lain-lain) yang cukup kuat bila dilanggar. Maka
masyarakat Sasak senantiasa menghindarinya. Misalnya seperti mitos atau tradisi Ibu hami dan
suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada
janin sesuai dengan perbuatannya itu. Sebenarnya maksudnya adalah ibu hamil beserta suami
dilarang membunuh binatang karena sudah seharusnya manusia juga harus menyayangi dan
memelihara binatang. Bukan berarti membunuh binatang dapat membuat bayi cacat.
Mitos atau tradisi yang terdapat di masyarakat sasak lebih banyak yang tidak ada sangkut
pautnya dengan teori kesehatan ibu dan anak yang ada. Lebih banyak dari mitos atau radisi yang
berdampak negatif dan merugikan seperti pada tabel berikut :
No Pernyataan Positif Negatif Alasan Hubungan dengan
kesehatan
1 Istri hamil, suami tidak
boleh cukur rambut.
Agar bayi yang
dikandung tidak
botak atau cacat.
Memotong
rambut tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
2 Ibu hamil harus
menutupi perutnya
dengan handuk
Agar bayi yang
dikandung tidak
kedinginan/tidak
kepanasan.
Itu merupakan hal
yang tidak perlu,
justru itu
membuat ibu
hamil menjadi
risih.
3 Tidak boleh ke dapur
Karena pada zaman
dahulu orang
memasak
menggunakan
tungku, sehingga
bumil tidak
Hal itu tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu maupun
anaknya.
25
diperbolehkan
untuk memasak
karena bayinya
akan kepanasan.
4 Tidak berhubungan
suami istri bila
mendengar berita ada
tetangga atau orang lain
meninggal
Karena pasutri
takut bayinya
mendapatkan hal
yang buruk karena
mendengar berita
buruk (ada orang
yang meninggal).
Hal tersebut tidak
ada hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
Karena, dari segi
kesehatan ibu
hamil boleh
berhubungan
suami-istri namun
disesuaikan
dengan
keadaannya juga.
5 Istri tidak boleh tidur
disaat matahari
menjelang naik (siang
hari)
Karena takut
anaknya menjadi
anak yang malas.
Dari segi
kesehatan, tidur
siang boleh untuk
ibu hamil karena
itu merupakan
cara penyesuaian
diri dengan
keadaannya yang
sedang hamil
sehingga
membutuhkan
istirahat yang
cukup.
6 Ibu hamil dan suaminya
dilarang membunuh
binatang
Karena jika itu
dilakukan bisa
menimbulkan cacat
pada janin sesuai
dengan
perbuatannya itu.
Dari segi
kesehatan, hal ini
tidak ada
kaitannya dengan
kondisi ibu
maupun anaknya.
Namun, sebagai
makhluk ciptaan
Allah, kita harus
menjaga makhluk
26
lainnya.
7 Tidak boleh makan
udang
karena dapat
menyebabkan bayi
keluar masuk pintu
atas panggul serta
tidak bisa lahir
normal
Karena udang
banyak
mengandung
protein
8 Dilarang makan nanas
Karena nanas
dipercaya dapat
menyebabkan janin
dalam kandungan
gugur
Karena nanas
mengandung zat
bromelian yang
bisa menyebabkan
melemahnya leher
rahim sehingga
menyebabkan
kontraksi. Selain
itu nanas juga
dapat
menyebabkan
diare dan mulas.
9 Membawa gunting
kecil/pisau/benda tajam
lainnya dikantung baju
si ibu.
Karena masyarakat
percaya hal
tersebut dilakukan
agar janin terhindar
dari marabahaya
Kaena dapat
berbahaya apabila
sewaktu-waktu
mengenai ibu.
10 Ibu hamil dilarang
melilitkan handuk di
leher
Karena hal tersebut
dipercaya agar
anak yang
dikandungnya tidak
dililit tali pusar.
Karena dapat
mengganggu
kelancaran
pernafasan
11 “Amit – amit “ adalah
ungkapan yang harus
diucapkan sebagai
“dzikir” –nya orang
hamil ketika melihat
peristiwa yang
menjijikan, mengerikan,
mengecewakan, dan
sebagainya
Hal tersebut
dilakukan sebagai
harapan janin
terhindar dari
kejadian tersebut.
Karena dapat
menyebabkam
orang lain
tersinggung.
12 Ibu hamil tidak boleh Hal tersebut Karena pisang
27
makan pisang yang
dempet
dipercaya dapat
menyebabkan
anaknya jadi
kembar siam.
termasuk buah
yang mengandung
vitamin dan zat-
zat penting yang
berguna untuk
kesehatan ibu dan
janin.
13 Menaruh peniti di
pakaian
Hal tersebut
dipercaya tidak
bisa terbuka jalan
lahirnya.
Karena tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan janin.
14 Tidak boleh mandi di
siang hari
Karena pada siang
hari suhu tubuh
manusia sedang
tinggi sehingga
apabila mandi
disiang hari dapat
menyebabkan
demam.
Karena mandi
siang hari tidak
dapat menambah
kebersihan ibu.
15 Dilarang makan mangga
perawe Karena mangga
tersebut dapat
menyebabkan
gatal-gatal.
Karena justru
buah tersebut
kaya dengan
vitamin c
16 Tidak boleh menginjak
atau melewati tulisan di
jalan
Karena dipercaya
pada bulannya
akan melahirkan,
ibu akan sulit
melahirkan.
Karena hal
tersebut tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan janin.
17 Dilarang makan kepiting
Karena dipercaya
dapat membuat
anak yang
dilahirkan bau
amis.
Karena kepiting
kaya dengan
protein
18 Tidak boleh
menyimpulkan kain
karena menurut
mitos dapat
menyebabkan
pembukaan jalan
lahir menjadi
lambat
Karena tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan janin.
28
19 Tidak boleh menjahit
pakaian saat hamil besar Karena dipercaya
ibu akan kesulitan
dalam melahirkan.
Karena tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan janin.
20 Memakai sabuk setelah
melahirkan
Karena masyarakat
percaya jika
menggunakan
sabuk setelah
melahirkan dapat
mengembalikan
bentuk tubuhnya
seperti semula
Hal tersebut
berhubungan
dengan kesehatan
ibu . Karena dapat
membantu
kembalinya
bentuk perut ibu
seperti semula
21 Ibu dan bayinya harus
diikatkan tali pada perut,
kedua tangan dan kedua
kaki
Karena hal tersebut
dipercaya agar ibu
dan bayi memiliki
kontak batin yang
kuat dan sebagai
tanda bahwa sang
bayi sudah diberi
nama
tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan bayi
22 Suami dan istri juga
bersama keluarga tidak
boleh sama sekali
mengeluarkan kata-kata
kotor dan yang kasar
Karena hal tersebut
dipercaya dapat
menyebabkan sifat
jelek akan menurun
ke anaknya kelak.
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
23 Suami istri bersama
anggota keluarga harus
berusaha untuk
meningkatkan amal
shaleh dan menjauhi
perbuatan tidak terpuji,
sepeti dilarang
menganiaya manusia
dan binatang, tidak
menyembelih binatang
ternak.
Karena dipercaya
dengan begitu
anaknya akan
menjadi anak yang
soleh dan solehah
kelak.
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
24 Tidak boleh BAB
disembarang tempat
Karena masyarakat
percaya jika BAB
sembarangan akan
Hal tersebut
berhubungan
dengan kesehatan
29
terdapatrumah jin
yang dapat
menyebabkan ibu
dan janin diganggu
oleh jin tersebut.
ibu dan anak
karena jika BAB
sembarangan akan
menyebabkan
lingkungan
menjadi kotor dan
dapat
menimbulkan
penyakit.
25 Suami dan istri bersama
anggota keluarga, harus
menjauhi diri dengan
makanan yang haram
dan diperoleh dengan
cara yang tidak terpuji
Karena orang tua
berharap anaknya
akan menjadi anak
yang baik.
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
26 Jangan makan ikan
mentah
Karena hal tersebut
dipercaya dapat
membuat anak bau
amis.
Berhubungan
dengan kesehatan
ibu dan bayi,
karena apabila
memakan ikan
mentah bisa saja
menyebabkan
penyakit karena
kebersihannya
yang tidak
terjamin.
27 Ngidam adalah perilaku
khas perempuan hamil
yang menginginkan
sesuatu, makanan atau
sifat tertentu terutama
diawal kehamilannya
Masyarakat
percaya jika
ngidam tidak di
turuti maka
anaknya akan
mudah
mengeluarkan air
liur
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
28 Ibu tidak boleh keluar
malam
karena masyarakat
percaya banyak roh
jahat yang akan
mengganggu janin
Berhubungan
dengan kesehatan
ibu dan anak
karena tidak baik
jika sering keluar
30
malam,dan dapat
menyebabkan
penyakit jika suhu
tidak stabil.
29 Ibu hamil tidak boleh
benci kepada seseorang
secara berlebihan
Karena dipercaya
anaknya jadi
seperti orang yang
dibenci tersebut
kelak.
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak
30 Tidak boleh duduk di
depan pintu
Hal tersebut
dipercaya akan
sulit saat
pembukaan
kelahirannya
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak
31 Tidak boleh mandi
dengan menggunakan
pakaian,
Karena bisa
menyebabkan bayi
yang lahir dalam
keadaan
kedinginan dan
lemah
Dari segi
kesehatan,
pakaian yang
basah dapat
membuat badan
kedinginan (suhu
tubuh menurun)
dan bisa membuat
seseorang masuk
angin.
32 Tidak boleh duduk di
atas alu. Karena mitosnya
vaginanya tidak
bisa kembali
normal dan tetap
melebar.
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
33 Tidak boleh memakan
buah yang sudah
dimakan kelelawar
Karena akan
menyebabkan
bayinya tidak bisa
keluar karena
masih
bergelantungan di
dalam rahim dan
anak akan
penyakitan.
Berhubungan
dengan kesehatan
ibu dan bayi
karena jika
memakannya
dapat
menyebabkan
penyakit karena
kuman yang ada
34 Dilarang menceritakan Karena masyarakat Tidak ada
31
dan menghina orang
cacat
percaya anak yang
bakal lahir juga
akan cacat
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
35 Ibu hamil dilarang
memaku, memahat, dan
mengail
Karena masyarakat
percaya jika
dilakukan, anak
yang akan lahir
bibir terbelah atau
mengalami
kecacatan
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak,
tetapi hal tersebut
dapat berbahaya
bagi keselamatan
ibu dan anak
36 Dilarang ribut dengan
ibu mertua Karena akan
mengalami
kesulitan ketika
melahirkan anak
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
37 Minum air kelapa harus
memakai gelas
Karena dipercaya
anak akan lahir
dengan bersih.
Berhubungan
dengan kesehatan
ibu dan anak,
karena meminum
dengan
menggunakan
gelas akan lebih
bersih dan rapi.
38 Ibu nifas tidak boleh
masuk masjid bagi
musilim dan tidak boleh
masuk pura bagi yang
beragama hindu
Karena di dalam
agama, masa nifas
sama dengan masa
haid yaitu
mengeluarkan
darah kotor
sehingga dilarang
untuk masuk
kedalam tempat
ibadah.
Tidak ada
hubungannya
dengan kesehatan
ibu dan anak.
39 Suami dan istri
menyembelih binatang Menurut mitos
yang ada,
menyembelih
binatang akan
berdampak buruk
bagi bayi dalam
Dari segi
kesehatan, ini
tidak ada
hubungannya
dengan kondisi
ibu maupun janin.
32
kandungan
sehingga bayi bisa
saja cacat
Sehingga,
menyembelih
binatang adalah
hal yang
diperbolehkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tradisi merarik dalam budaya masyarakat suku Sasak di Lombok, hingga kini lebih
banyak dipahami sebagai selarian (kawin lari). Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
33
tradisi merarik lebih banyak mendapat konotasi negatif sebagaimana pemahaman tentang
kawin lari yang biasadilakukan oleh pasangan remaja yang tidak mendapat restu dari orang
tua.Bahkan, akibat keluguan masyarakat Sasak yang menyederhanakan katamerariqdengan
istilah memaling (mencuri), kesan negatif itu makin sulit dihindari. Meskiada juga tata cara
perkawinan yang lain, seperti perjodohan dan melamar, pengertianmerariqdengan konotasi
negatif lebih banyak dikenal oleh masyarakatdari luar daerah.Dalam prosesnya, tradisi
merariq dilakukan dengan beberapa tahapan,seperti:merariq, sejati, selabar, nunas wali, nikah,
nyerah gantiran/pisuke, sorong serah/aji krama, nyongkol , dan baliq lampaq/ tampak.Selain
itu,merariqmemiliki sisi positif dan negatif dalam prakteknya.Selain itu, juga ada beberapa
budaya sasak yang kental dengan adat istiadatnya seperti pada saat kehamilan, yang memiliki
upacara adat yang harus dilakukan.Semasa anak dalam kandungan seorang ibu, banyak sekali
larangan-larangan yang sifatnya psikologi educative yang dilakukan secara spiritual dan
moral agama diberlakukan.
Menjelang anak akan lahir sesudah kandungan memasuki kandungan ke 9 si ibu tidak
boleh melakukan kegiatan yang berat, bahkan melakukan kegiatan dapurpun dikurangi, agar
sang ibu benar-benar siap menghadapi tugas berat melahirkan. Sang ibu juga memakai
remapah-rempah.
Beberapa upacara yang dilakukan seperti upacara menanam ari-ari, upacara medak
api, upacara ngaranin, upacara turun tanak, upacara ngurisan, dan upacara besunat.
5.2 Saran
Sebagai masyarakat suku sasak sebaiknya tetap melestarikan budaya yang telah terjaga
untuk melestarikan warisan nenek moyang. Namun perlu memperhatikan adanya beberapa
mintos yang berkembang seputar masa pernikahan, kehamilan, kelahiran, nifas dan bayi baru
lahir.Sebaiknya setiap mitos tersebut mendapat kajian tentang dampak positif dan negatif agar
tidak merugikan masyarakat itu sendiri.
34