makalah kajian budaya

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya adalah sebuah kata yang banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan dari yang demikian variatif ditinjau dari perspektif strata sosial, intelektual, dan finansial. Dengan berbagai macam interpretasi untuk memaknai kebudayaan baik dari sejarah, perkembangan, maupun eksistensinya, manusia secara sadar atau pun tidak sebenarnya telah bersinggungan dengan budaya itu sendiri dalam sepanjang sejarah hidupnya. Manusia yang dalam hidupnya senantiasa dihadapkan pada berbagai kompleksitas masalah dan upaya pemecahannya pastilah secara langsung maupun tidak langsung akan berjibaku dengan budaya yang melekat pada dirinya sejak lahir sebagai bawaan lingkungan tempat ia lahir, tumbuh, dan besar, tetai juga adanya pengaruh budaya dari luar lingkungan asalnya yang mungkin didapatnya ketika ia harus 1

Transcript of makalah kajian budaya

Page 1: makalah kajian budaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya adalah sebuah kata yang banyak diperbincangkan oleh berbagai

kalangan dari yang demikian variatif ditinjau dari perspektif strata sosial,

intelektual, dan finansial. Dengan berbagai macam interpretasi untuk memaknai

kebudayaan baik dari sejarah, perkembangan, maupun eksistensinya, manusia

secara sadar atau pun tidak sebenarnya telah bersinggungan dengan budaya itu

sendiri dalam sepanjang sejarah hidupnya. Manusia yang dalam hidupnya

senantiasa dihadapkan pada berbagai kompleksitas masalah dan upaya

pemecahannya pastilah secara langsung maupun tidak langsung akan berjibaku

dengan budaya yang melekat pada dirinya sejak lahir sebagai bawaan lingkungan

tempat ia lahir, tumbuh, dan besar, tetai juga adanya pengaruh budaya dari luar

lingkungan asalnya yang mungkin didapatnya ketika ia harus mengalami masa

peralihan domisili atau lingkungan pergaulan selama fase kehidupannya.

Ada banyak orang membicarakan kebudayaan dengan berbagai aspeknya,

tetapi tak banyak orang yang mampu mendefinisikan apa sesungguhnya

kebudayaan itu dan mengapa kebudayaan demikian kuat memberikan pengaruh

pada kehidupan manusia selama perjalanan hidupnya. Secara umum banyak orang

yang menganggap budaya terkotak hanya sebatas bersinggungan dengan hal-hal

yang berbau seni saja, padahal lebih dalam dibandingkan sebatas seni, pada

dasarnya budaya adalah pondasi yang demikian fundamen sebagai akar

terciptanya peradaban manusia.

1

Page 2: makalah kajian budaya

Raymond Williams (dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, 2005: 7)

menyatakan bahwa kata kebudayaan merupakan salah satu dari dua atau tiga kata

yang paling kompleks penggunaannya dalam bahasa Inggris yaitu culture.

Andi Setyo W. (2009: 3) berpendapat sebagai berikut.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia

sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan

menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi

tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-

aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas

serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan

digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana

terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.

Andi Setyo W. (2009: 3) menyatakan bahwa kebudayaan dapat

didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk

sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.

Jadi secara umum dapat dipahami bahwa kebudayaan merupakan sistem

pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran

manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.

Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

2

Page 3: makalah kajian budaya

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,

religi seni dan sebagainya, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia

dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Masyhuri Arifin, 2009: 4).

Segala sesuatu yang menjadi dasar atau akar dari suatu peradaban pastilah

memiliki unsur pembangun yang mengokohkan eksistensi hal yang disangga tersebut,

demikian pula budaya. Adapun menurut Rustopo (2007: 27), kebudayaan dalam arti

luas setidaknya meliputi tujuh sistem, yakni: (1) sistem religi dan upacara

keagamaan; (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan; (3) sistem pengetahuan; (4)

bahasa; (5) kesenian; (6) sistem mata pencaharian; dan (7) sistem teknologi dan

peralatan. Namun demikian sifat khas suatu kebudayaan hanya dapat

dimanifestasikan dalam unsur-unsur terbatas, terutama melalui bahasa, kesenian,

dan upacara.

Berdasarkan hal tersebut di atas budaya Jawa yang dalam perkembangannya

sebisa mungkin masih demikian kental mendarah daging dilestarikan oleh

sebagian besar masyarakat tetaplah memiliki daya tarik tersendiri untuk dipelajari

dan dipahami lebih dalam. Budaya Jawa adalah pengalaman–pengalaman yang

dipelajari dan mengacu pada pola–pola interaksi sosial yang terjadi pada

masyarakat Jawa; masyarakat yang lahir dari, tumbuh dan berkembang di tengah

ke luarga Jawa. Kebudayaan Jawa telah tumbuh dan berkembang selama lebih

dari ribuan tahun dan kebudayaan Jawa juga telah mengalami kontak sosial

dengan berbagai macam aspek kehidupan, yang meliputi seni, arsitektur,

kepercayaan dan lain–lain (Sayekti, tanpa tahun: 33).

3

Page 4: makalah kajian budaya

Kebudayaan dapat dilihat ke dalam tiga sisi, yaitu sisi materi(al), sisi

behavioral, dan sisi ideasional. Dari sisi material, kebudayaan terwujud ke dalam

bentuk artefak. Konsep “cagar budaya” misalnya, secara umum diacukan kepada

benda-benda budaya yang harus dilestarikannya. Dari sisi behavioral kebudayaan

diacukan kepada sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang berpola (pattern of

behavior) yang dianggap sebagai cermin kebudayaan. Sedang dalam arti

ideasional, kebudayaan bermakna dan diberi makna pada pengetahuan dan

keyakinan (atau pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya) dan karena itu

dijadikan pedoman acuan bertingkah laku. Dengan demikian, kebudayaan Jawa

adalah keseluruhan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh umumnya

orang Jawa dan digunakan sebagai acuan bertingkah laku dalam kerangka

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kebudayaan dapat dilihat ke dalam tiga sisi, yaitu sisi materi(al), sisi

behavioral, dan sisi ideasional. Dari sisi material, kebudayaan terwujud ke dalam

bentuk artefak. Konsep “cagar budaya” misalnya, secara umum diacukan kepada

benda-benda budaya yang harus dilestarikannya. Dari sisi behavioral kebudayaan

diacukan kepada sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang berpola (pattern of

behavior) yang dianggap sebagai cermin kebudayaan. Sedang dalam arti

ideasional, kebudayaan bermakna dan diberi makna pada pengetahuan dan

keyakinan (atau pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya) dan karena itu

dijadikan pedoman acuan bertingkah laku. Dengan demikian, kebudayaan Jawa

adalah keseluruhan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh umumnya

orang Jawa dan digunakan sebagai acuan bertingkah laku dalam kerangka

memenuhi kebutuhan hidupnya.

4

Page 5: makalah kajian budaya

Begitu pula, artefak bukanlah kebudayaan tetapi ia adalah benda-benda

budaya. Di mana lalu kebudayaannya? Kebudayaannya berada di balik benda

artefak tadi, berupa pengetahuan dan filsafat yang mendasarinya sehingga

terwujud benda-benda budaya dimaksud. Kebudayaan, baik dalam artian material,

behavioral, maupun ideasional sebagaimana penjelasan di atas – secara historis

lokusional, terbagi ke dalam dua ranah, yakni kebudayaan Jawa khas keraton dan

kebudayaan Jawa khas rakyat.

Madiun yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Pulau Jawa dengan

spesifikasi wilayah Jawa Timur bagian barat di mana wilayah karesidenannya

berbatasan langsung dengan wilayah Jawa tengah yang dikenal memiliki

kebudayaan Jawa khas rakyat yang kental pastilah juga memiliki kebudayaan

lokal yang dijunjung tinggi sebagai aset dan kebanggaan daerah. Dari sekian

banyak kebudayaan asli Madiun yang hingga saat ini diupayakan untuk tetap terus

dilestarikan mulai dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi

kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, sistem mata pencaharian, teknologi

dan peralatan, ada salah satu unsur yang demikian menonjol menjadi ciri khas

daerah, yaitu kesenian Dongkrek. Kesenian inilah yang sejak awal lahir dari

imajinasi yang berkolaborasi dengan daya magis dan intuisi penciptanya menjadi

sebuah seni khas daerah dengan muatan edukasi dan tata nilai moral dan pranata

sosial mampu mengharumkan nama Madiun di kancah nasional hingga

internasional.

5

Page 6: makalah kajian budaya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah sejarah Dongkrek?

2. Apa saja unsur-unsur yang tersirat dalam kesenian Dongkrek?

3. Bagaimanakah perkembangan Dongkrek?

4. Upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan

Dongkrek sebagai aset lokal yang membanggakan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah Dongkrek.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang tersirat dalam kesenian Dongkrek.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan Dongkrek.

4. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah

untuk melestarikan Dongkrek sebagai aset lokal yang membanggakan.

D. Kegunaan

1. Kegunaan Teoretis

Adapun kegunaan teoretis dari makalah ini adalah untuk menambah

khazanah pengetahuan tentang kebudayaan lokal Madiun khususnya dalam

bidang kesenian yaitu kesenian Dongkrek dengan berbagai keunggulannya

sebagai daya tarik tersendiri dalam memperkaya kesenian tradisional

Indonesia.

6

Page 7: makalah kajian budaya

2. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari makalah ini dapat dispesifikasikan

sebagai berikut.

a. Bagi Penulis

1) Sebagai salah satu sarana mempelajari dan memperdalam kebudayaan

lokal tempat penulis berdomisili khususnya dalam unsur kesenian.

2) Sebagai salah satu cara mencintai dan menghargai kesenian Dongkrek

yang merupakan warisan nenek moyang.

3) Sebagai upaya kecil untuk turut melestarikan kesenian Dongkrek agar

lebih dikenal oleh masyarakat luas.

b. Bagi Pembaca

1) Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kesenian lokal Madiun.

2) Untuk turut serta membantu pelestarian kesenian Dongkrek agar dapat

tetap terjaga eksistensinya.

7

Page 8: makalah kajian budaya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dongkrek

Tak ubahnya dengan daerah lain, Kota Caruban yang merupakan salah

satu bagian wilayah Kabupaten Madiun bagian timur, juga memiliki kesenian

daerah peninggalan nenek moyang. Kesenian daerah tersebut yaitu Dongkrek.

Suara krek menjadi ciri khas kesenian yang satu ini, suara krek berasal dari

alat musik yang disebut korek. Karena memang menghasilkan suara krek

maka alat musik satu ini namanya korek. Bentuknya sangat sederhana, yaitu

kayu bujur sangkar, di satu sisinya ada tangkai kayu bergerigi yang bila

digesek berbunyi krek. Iringan suara krek berpadu dengan bunyi kendang

yang ditabuh secara beriringan menjadikan perpaduan musik yang sangat

sederhana tetapi demikian menarik dan eksotik.

Dongkrek memiliki banyak versi: dari Madiun selatan, dari Takeran,

bahkan sampai dari Ngawi. Semua versi itu untuk kebaikan karena memang pada

dasarnya filosofi Dongkrek adalah untuk tolak bala dan untuk mengurangi

keburukan.

Dari sekian banyak versi ada yang mengatakan bahwa kesenian Dongkrek

lahir sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini namanya berganti

menjadi Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Pada awalnya dongkrek ini

hanyalah sebuah seni musik yang lahir pada masa kepemimpinan Raden Ngabehi

Lo Prawirodipuro yang menjadi demang (jabatan setingkat kepala desa) yang

membawahi empat sampai lima desa kala itu. Selain angka tahun tersebut ada pula

masyarakat yang mengatakan bahwa Dongkrek lahir pada tahun 1910.

8

Page 9: makalah kajian budaya

Konon, saat Raden Bei Lo Prawirodipuro menjabat demang atau palang

(jabatan setingkat kepala desa) di Mejoyo atau Mejayan, kini menjadi Caruban -

Madiun, pernah dirundung sedih karena rakyatnya sedang ditimpa musibah.

Wabah penyakit yang menyerang dusun Mejayan, waktu itu, sangat berbahaya

dan memilukan. Betapa tidak, siang terserang sakit sore hari meninggal dunia.

Atau, pagi sakit malam hari meninggal dunia. Sebagai pemimpin, Raden Bei Lo

Prawirodipuro merenung dan mencoba menemukan cara untuk mengatasi wabah

penyakit yang menimpa rakyatnya. Kemudian, seperti halnya kebiasaan

masyarakat zaman dulu yang suka menjalani tapa brata sebagai salah satu cara

lelaku, Raden Bei melakukan meditasi atau bertapa di wilayah gunung kidul

Caruban. Sebagai hasil dari Ia mendapatkan wangsit untuk membuat semacam

tarian atau kesenian yang bisa mengusir bala tersebut.

saat itu terjadi pagebluk atau wabah penyakit di Kecamatan tersebut. Maka,

sebagai seorang pemimpin yang arif dan budiman Raden Bei Lo Prawirodipuro

mengatasinya dengan kesenian dongkrek tersebut. Tidak tahu pasti, bagaimana

bisa Raden Bei Lo Prawirodipuro bisa menemukan ide dongkrek itu. Namun,

banyak orang meyakini bahwa semua itu berasal dari wangsit yang diterima

Raden Bei melalui mimpinya. Masyarakat setempat juga yakin bahwa ada nilai

mistis dalam kesenian dongkrek tersebut. Tarian dan irama seni dongkrek lahir

dari wangsit hasil lelaku sang demang yang empati terhadap nasib rakyatnya.

Dalam wangsit itu tergambar, para punggawa kerajaan roh halus atau

pasukan gondoruwo yang menyerang penduduk Mejayan dapat diusir dengan

menggiring mereka keluar dari desa. Wangsit itu kemudian direalisasikan dan

dibuatlah semacam kesenian yang melukiskan fragmentasi pengusiran arwah jahat

9

Page 10: makalah kajian budaya

yang membawa pagebluk tersebut. Komposisi para pemain fragmen satu babak

pengusiran roh halus tersebut terdiri dari barisan buto kolo, orang tua sakti dan

kedua perempuan tua separuh baya. Para perempuan sebagai simbol pihak yang

posisinya lemah sedang dikepung oleh para pasukan buto kolo dan ingin

membunuh perempuan tersebut. Lalu, muncullah lelaki tua dengan tongkatnya

mengusir barisan arwah jahat dan menjauhkannya dari para perempuan tersebut.

Setelah melaui peperangan yang cukup sengit, antara rombongan buto kolo

dengan orang tua sakti, dimenangkan oleh orang tua tersebut. Akhirnya, orang tua

sakti dapat menyelamatkan kedua perempuan dari ancaman para buto kolo.

Rombongan buto kolo itu bahkan menjadi patuh terhadap kehendak orang tua

sakti. Orang tua yang didampingi dua perempuan kemudian menggiring pasukan

buto kolo keluar dari Desa Mejayan dan sirnalah pagebluk yang menyerang rakyat

selama ini. Tradisi ini pun menjadi ciri khas kebudayaan masyarakat Caruban,

Madiun dengan sebutan “dongkrek”.

B. Unsur-Unsur yang Tersirat dalam Kesenian Dongkrek

Unsur pembangun kesenian Dongkrek ada beberapa hal, yaitu tarian,

nyanyian, dan yang paling utama adalah musik Dongkrek itu sendiri. Adapun

peralatan musik Dongkrek antara lain: bedug, korek, kentongan, kenong, gong

besi, gong kempul, kendang. peralatan topeng dongkrek: topeng orang tua, topeng

putri, topeng gendruwo/buto, juga topeng masyarakat dan gendongan.

Masyarakat pada waktu itu mendengar musik dari kesenian dongkrek ini

yang berupa bunyian “dung” berasal dari beduk atau kendang dan bunyi “krek”

berasal dari gamelan yang disebut korek. Alat korek ini berupa kayu berbentuk

bujur sangkar, di satu ujungnya ada tangkai kayu bergerigi yang saat digesek

10

Page 11: makalah kajian budaya

berbunyi krek. Dari bunyi “dung” pada kendang dan “krek” pada korek itulah

muncul nama kesenian Dongkrek. Dalam perkembangannya digunakan pula

komponen alat musik lainnya berupa gong, kenung, kentongan, kendang dan gong

berry sebagai perpaduan antarbudaya yang dialiri kebudayaan Islam, kebudayaan

Cina dan kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya.

Dalam tiap pementasan dongkrek, ada tiga topeng yang digunakan para

penari. Ada topeng raksasa atau “buto” dalam bahasa Jawa dengan muka yang

seram. Ada topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih serta topeng

orang tua lambang kebajikan. Jumlah penari dalam seni Dongkrek hanya 3 orang,

yaitu yang menggunakan topeng buto (raksasa), orang tua, dan emban.

Namun sekarang dimodifikasi menjadi 4 buto, 2 emban, dan satu orang tua.

Jumlah tersebut bisa jadi lebih banyak jika dijadikan iring-iringan.

Topeng raksaksa atau dalam istilah Jawa disebut buto, dengan muka yang

menyeramkan, dilengkapi siung, merupakan simbol dari keangkaramurkaan atau

pagebluk itu sendiri. Lalu ada topeng wanita dengan bibir perot karena sedang

nginang, merupakan simbol para putri atau masyarakat yang sedang berbahagia.

Topeng orang tua merupakan penggambaran dari suatu kebajikan. Kostum yang

digunakan pemain musiknya pun dibuat semeriah mungkin. Hal ini dimaksudkan

untuk mengusir rasa bosan atau monoton dari tontonan Dongkrek. Juga ini

merupakan modernisasi dongkrek.

Ada versi lain tentang jalan cerita Dongkrek. Maka adalah hal hal wajar

jika berawal dari mulut ke mulut, cerita yang termaktub dalam seni dongkrek

cukup beragam. Versi lain menyebutkan, ketika para petani melihat hasil

sawahnya memuaskan, mereka bersenang-senang dan melakukan pesta. Ini

11

Page 12: makalah kajian budaya

ditandai dengan munculnya dua emban. Namun, di tengah kesenangannya itu,

muncul 4 buto yang merupakan lambang wabah penyakit atau keburukan dan

malapetaka. Dua emban berusaha mengalahkan buto-buto itu, namun tak berhasil.

Hingga akhirnya datanglah seorang tua yang melambangkan kebajikan. Dia pun

bisa mengalahkan dan mengusir buto-buto tersebut. Hingga saat ini, Kesenian

Dongkrek dipercaya bisa membawa kebaikan

Kalau ditarik kesimpulan, maksud jahat akhirnya akan lebur juga dengan

kebakaan dan kebenaran sesuai dengan sesanti atau motto surodiro joyoningrat,

ngasto tekad darmastuti. Dalam Islam istilahnya, Ja’al haq wa zahaqal bathil.

Innal Bathila kaana zahuqa.

C. Perkembangan Dongkrek

Berdasar studi pustaka, seni Dongkrek lahir sekitar tahun 1867 di Mejoyo

atau Mejayan, nama kuno dari Kecamatan Caruban. Kesenian itu lahir di masa

kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro yang menjadi demang (jabatan

setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa. Kesenian Dongkrek, bisa

dibilang, mengalami masa kejayaan antara 1867-1902. Setelah itu,

perkembangannya pasang surut. Sebagaimana kesenian lainnya, seni Dongkrek

juga rentan dipengaruhi kondisi politik yang berkembang masa itu.

Pada masa kolonial, kesenian Dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan

Belanda untuk dijadikan pertunjukan kesenian rakyat. Demikian pula saat Jepang

berkuasa, kesenian Dongkrek tidak bisa hidup karena dilarang oleh tentara Dai

Nippon. Saat kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun tahun 1965,

pun kesenian Dongkrek tenggelam karena kalah pamor dengan kesenian genjer-

genjer yang dikembangkan PKI.

12

Page 13: makalah kajian budaya

Namun, hingga tahun 1970-an, kesenian Dongkrek masih bisa ditemui,

meskipun pamornya telah meredup. Tahun 1973, Dongkrek digali dan

dikembangkan oleh dinas P dan K Kabupaten Madiun dan dinas P dan K Propinsi

Jawa Timur. Catatan lain tertulis, pada era 1979, tepatnya pada masa

pemerintahan Bupati Madiun Kadiyono, kesenian Dongkrek mulai dibangkitkan.

Saat itu, dilakukan upaya merekonstruksi sejarah dan pakem Dongkrek melalui

penelusuran dan studi dokumentasi. Sayangnya, perkembangan kesenian ini masih

tersendat karena kalah pamor dengan kesenian modern. Akibatnya, eksistensi

kesenian Dongkrek berada di ujung tanduk. Selain itu, minimnya minat

masyarakat untuk mengembangkan kesenian tradisional tersebut turut

memperpuruk seni Dongkrek. Akhirnya, hanya ada beberapa kelompok seni saja

yang masih melestarikan kesenian ini. Hanya generasi tua saja yang menjadi

pelaku utama kesenian ini. Tahun 1980 diadakan garap tari oleh Pak Suwondo,

Kepala Seksi Kebudayaan Kabupaten Madiun. Tapi, semakin lama Dongkrek ini

semakin tenggelam, jadi justru semakin tidak terkenal.

Selama hampir 20 tahun, sejak tahun 80-an itulah bisa dikatakan bahwa

kesenian Dongkrek hampir punah. Akhirnya, baru pada tahun 2001 kesenian

Dongkrek mulai dirintis kembali oleh Andri Suwito, seorang tokoh pecinta seni

dari Karangmalang, Balerejo, Madiun, yang juga pemilik kelompok seni “Condro

Budoyo”. Awal mula kembali bangunnya kesenian Dongkrek dari mati suri ini

adalah dari acara kumpul-kumpul warga masyarakat desa setempat.

Sejak tahun itu, sedikit demi sedikit kesenian Dongkrek mulai kembali

populer. Dengan mengikuti berbagai festival, Dongkrek kini sudah menjadi

tontonan rutin di Kediri, Solo, Surabaya, dan Malang. Bahkan, Dongkrek pernah

13

Page 14: makalah kajian budaya

juga sampai ke Istana Merdeka Jakarta, untuk mengisi acara Gita Nantya

Nusantara atau pawai budaya nusantara tahun 2005.

Festival lain yang telah dikuti antara lain Festival Bonraja, Festival Sri Wedari,

Festival Wayang, Festival Bengawan Solo, Festival Cak Durasim, Festival

Kesenian Rakyat, dan Festival Topeng, yang digelar di Solo, Surabaya, dan

Malang.

Dari sekian festival yang pernah diikuti, ada dua kejuaraan yang membuat

para pelaku Dongkrek ini bangga, yaitu ketika dalam Festival Bengawan Solo

tingkat nasional, mereka mendapat tropi juara III. Lalu, saat Festival Kesenian

Rakyat di Malang, mereka bisa masuk dalam 10 besar.

Dengan berbagai festival yang diikuti, kesenian Dongkrek cukup populer di luar

Kabupaten Madiun.

D. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Melestarikan Dongkrek

Sebagai Aset Lokal yang Membanggakan

Adanya kepercayaan kesenian Dongkrek bisa membawa kebaikan, maka

sudah selayaknya kesenian ini dipopulerkan kembali, bahkan juga harus

dilestarikan. Namun, tampaknya pemerintah tidak sepenuhnya mencurahkan

perhatian untuk mengangkat dan mempopulerkan kesenian Dongkrek ini.

Bahkan di daerah Madiun sendiri, Dongkrek masih kalah dengan Reog Ponorogo

dan kesenian Barongsai. Padahal, jika disandingkan dengan Reog dan Barongsai,

kesenian Dongkrek tidak kalah menarik. Bahkan sebagai kesenian pembuka,

Dongkrek mampu meraup penonton yang tidak sedikit.

Jika di daerah asalnya, keberadaan Dongkrek belum terlalu menguntungkan, tidak

demikian di daerah lain. Di Solo, misalnya, Dongkrek dipercaya menjadi

14

Page 15: makalah kajian budaya

pengiring tumpeng sebanyak 262 buah pada saat hari jadi Solo. Iring-iringan

Dongkrek ini berada di barisan paling depan.

Dengan berbagai festival yang diikuti, kesenian Dongkrek cukup populer di

luar Kabupaten Madiun. Namun rupanya kepopuleran seni Dongkrek ini tak

cukup membuat pemerintah setempat cepat tanggap, dan memberikan perhatian

terhadap kelestarian Dongkrek itu sendiri. Saat ini yang bisa dilakukan oleh

pemerintah hanyalah memberikan bantuan seperangkat alat Dongkrek di masing-

masing kecamatan. Namun semua itu belum bisa menjadi upaya yang efektif

untuk membangkitkan gairah bermain Dongkrek. Sebab, banyak perangkat

Dongkrek yang akhirnya mangkrak dan tidak digunakan. Namun tidak demikian

menurut Djoko Setyono, Kasi Budaya Sekolah Subdin Seni dan Budaya, Dinas

Pendidikan Kabupaten Madiun. Menurutnya, pemerintah selama ini sudah

melakukan upaya yang maksimal untuk membangkitkan dan memasyarakatkan

kembali kesenian Dongkrek. Hanya saja, karena kondisinya yang sudah terlibas

oleh modernisasi, membuat usaha tersebut seakan tiada artinya. Satu hal yang

pasti, agar masyarakat lebih greget dalam berlatih Dongkrek, maka setiap tahun

hendaknya diadakan festival. Hal positif dan progresif yang telah dimulai pada

tahun 2006 dengan digelarnya Dongkrek untuk murid SD hendaknya bisa menjadi

acara rutin yang mewadahi eksistensi Dongkrek sebagai salah satu budaya lokal

Madiun yang membanggakan dan mengharumkan nama Kabupaten Madiun di

tingkat nasional maupun internasional, tentunya dengan bentuk dan kemasan yang

sudah dimodifikasi tanpa melupakan akar dan khas kesenian Dongkrek itu sendiri.

15

Page 16: makalah kajian budaya

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dongkrek adalah kesenian asli Kota Caruban tapi sayangnya kesenian

Dongkrek ini kini hampir terlupakan, kita hanya bisa menjumpai kesenian

Dongkrek pada saat karnaval perayaan hari kemerdekaan saja. Banyaknya pola

pikir yang menganggap modernitas adalah segalanya dan tradisi maupun seni

budaya nenek moyang hanyalah sebatas wajib untuk dipandang sebelah mata

membuat kesenian Dongkrek menjadi kesenian yang tidak mendapat tempat di

hati dan pikiran para generasi muda. Sementara jika keberlangsungan pola pikir

demikian terpupuk dengan baik maka dapat dipastikan bahwa eksistensi kesenian

lokal yang penuh kearifan ini akan kembali menemui ajalnya di simpang jalan

mati suri yang kesekian.

B. Saran

Akan sangat disayangkan jika seni Dongkrek nantinya hanya tinggal

kenangan saja, untuk itu sangat diharapkan bantuan dari pihak-pihak yang terkait

dalam bidang kesenian khususnya di wilayah Kabupaten Madiun untuk bersama-

sama melestarikan kembali kesenian asli Kota Caruban ini, jangan sampai

generasi muda nantinya benar-benar tidak mengenal kesenian yang berasal dari

daerahnya sendiri. Jika hanya masyarakat sendiri yang melestarikan pasti akan

sangat kesulitan untuk berkembang dan cenderung akan hilang tapi berbeda jika

ada campur tangan dari pihak pemerintah setempat hasilnya pasti akan jauh

berbeda dan bermakna.

16

Page 17: makalah kajian budaya

17