makalah instrumen

download makalah instrumen

If you can't read please download the document

description

ada deeehh

Transcript of makalah instrumen

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiagnosis laboratorium penyakit infeksi dimulai saat pengambilan spesimen. Laboratorium akan mengerjakan apa yang diminta dokter yang merawat pasien. Peran perawat di rumah sakit merupakan kunci keberhasilan pemeriksaan laboratorium, karena pengumpulan dan pengambilan spesimen sangat tergantung cara, waktu, jumlah, serta metode pengirimannya.Untuk melakukan diagnosis mikrobilogi antara lain dapat dilakukan dengan test Imunoserologi dan test biomolekular untuk bakteri.Imunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadapantigen, protein asing di dalam tubuh, investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif dan mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi. Untuk pemeriksaan bakteri Test imunoserologi yang biasa digunakan adalah test Widal.Sedangkan untuk pemeriksaan biomolekulernya biasanya dilakukan dengan teknik PCR. PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode untuk amplifikasi potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan 105-106-kali lipat dari jumlah nanogram dari DNA template. Proses ini mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif. Polymerase Chain Reaction (PCR) ini dapat digunakan untuk amplifikasi urutan nukleotida, menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi, pada bidang kedokteran forensik serta melacak asal-usul sesorang dengan membandingkan finger print1.2 TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui dasar-dasar diagnosis mikrobilogi2. Untuk mengetahui test Imunoserologi untuk bakteri3. Untuk mengetahui test biomolekuler untuk bakteriBAB IIPEMBAHASAN2.1 Dasar-Dasar Diagnosis MikrobilogiDiagnosis laboratorium penyakit infeksi dimulai saat pengambilan spesimen. Laboratorium akan mengerjakan apa yang diminta dokter yang merawat pasien. Peran perawat di rumah sakit merupakan kunci keberhasilan pemeriksaan laboratorium, karena pengumpulan dan pengambilan spesimen sangat tergantung cara, waktu, jumlah, serta metode pengirimannya.- Seleksi spesimenSpesimen yang dapat dikirim ke laboratorium untuk diisolasi dan diidentifikasi contohnya adalah darah, urine, tinja, sputum dan nanah dari luka atau luka operasi.- Waktu pengambilanPengetahuan tentang jalannya penyakit dan pengamatan terhadap gejala penyakit membantu menentukan kapan spesimen harus diambil. Pada umumnya paling baik pada saat gejala sedang menghebat misalnya saat demam tinggi. Spesimen untuk biakan/ kultur sebaiknya diambil sebelum pemberian antibiotik.- Pengumpulan spesimenYang harus diperhatikan adalah sterilitas kerja, jumlah spesimen yang dibutuhkan , spesimen yang representatif untuk infeksi tersebut dan cepatnya pemeriksaan.- Penanganan spesimenSpesimen yang dipilih dan dikirim ke laboratorium untuk dibiakkan , mengandung kuman hidup yang patogen. Setiap spesimen harus dipandang sebagai sumber penyakit bagi yang menanganinya.Fungsi laboratorium1. Menetapkan / memastikan penyebab infeksi dengan cara isolasi dan identifikasi agen nya2. Melakukan uji sensitivitas/ kepekaan antibiotik terhadap organismenya3. Melakukan uji serologis untuk mengetahui respon antibodi spesifiknya sehingga pengobatan dapat terarah dan tepat untuk penyakitnya Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis mikrobiologi dapat di gambarkan sebagai berikut : Diagnosis laboratorium penyakit infeksi :1. Bacteriologic Approacha. Memilih spesimen klinik yang sesuai, untuk ini perlu memahami patogenesis dari infeksinyab. Pengambilan spesimen dengan benar untuk menghindari terkontaminasi dengan flora normalc. Pengiriman spesimen secepatnya ke Lab atau di simpan di lemari es.d. Informasi klinis yang diperlukan untuk memilih metode/prosedur yang tepatUmumnya bacteriologic laboratory work dibagi dalam 3 tahap yaitu observasi sediaan yang diwarnai secara mikroskopis (direct microscopic exam.), memperoleh biakan murni (pure culture) dari mikroorganisme dengan membiakkan spesimen klinik di mediaIdentifikasi isolat, antara lain dengan : Uji biokimia Pertumbuhan di media selektif Aglutinasi ,co-aglutinasi, latex aglutinasi Immunofluorescence DNA probes Pemeriksaan Awal Direct microscopic examination : - Pemeriksaan sediaan basah (wet mount) Pemeriksaan sediaan yang di fiksasi dan diwarnai: pewarnaan gram, tahan asam dan antibody test2. Immunologic (serologic) approach- Tahap-Tahap Diagnosis Laboratorium1. Pengambilan Spesimen klinis2. Pemeriksaan sediaan yang diwarnai dengan Gram Z-N, dll3. Pembiakan spesimen klinis di media tertentu untuk mendapatkan biakan murni (isolated colony)4. Identifikasi isolat5. Antibiotic susceptibility tests2.2 Test ImunoserologiImunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadapantigen, protein asing di dalam tubuh, investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif dan mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi. Untuk pemeriksaan bakteri Test imunoserologi yang biasa digunakan adalah test Widal.2.2.1 Pemeriksaan Imunoserologi WidalUji widal positif artinya ada zat anti (antibodi) terhadap kuman Salmonella, menunjukkan bahwa seseorang pernah kontak/terinfeksi dengan kuman Salmonella tipe tertentu Beberapa hal yang sering disalahartikan :1. Pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, hal ini pengertian yang salah. Uji widal hanya menunjukkan adanya antibodi terhadap kuman Salmonella.2. Pemeriksaan widal yang diulang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil positif dianggap masih menderita tifus, ini juga pengertian yang salah.Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal tetap positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan.Hasil ulang pemeriksaan widal positif setelah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi untuk mengulang pengobatan bilamana tidak lagi didapatkan gejala yang sesuai. Hasil uji negatif dianggap tidak menderita tifus.Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari, sering kali hasilnya masih negatif dan baru akan positif bilamana pemeriksaan diulang. Dengan demikian,hasil uji widal negatif,terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan tifus.Untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid :1. Tetap harus didasarkan adanya gejala yang sesuai dengan penyakit tifus.2. Uji widal hanya sebagai pemeriksaan yang menunjang diagnosis.Seorang tanpa gejala, dengan uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus. Memang terdapat kesulitan dalam interpretasi hasil uji widal karena kita tinggal di daerah endemik,yang mana sebagian besar populasi sehat juga pernah kontak atau terinfeksi, sehingga menunjukkan hasil uji widal positif. Hasil survei pada orang sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan hasil uji widal positif pada 78% populasi orang dewasa. Untuk itu perlu kecermatan dan kehatihatian dalam interpretasi hasil pemeriksaan widal.2.2.2 PenilaianTiter widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.- Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).- Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada maka dinyatakan (+).- Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas.2.2.3 Dasar Uji WidalAntigen O ( somatic / badan ) Antigen H ( flagel/semacam ekor sebagai alat gerak ) Jika masuk ke dalam tubuh kita, maka timbul reaksi antigen-antibodi. ANTIBODI terhadap Antigen O : setelah 6 sampai 8 hari dari awal penyakit. Antigen H : 10-12 hari dari awal penyakit. Uji ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang (moderate). Pada kultur yang terbukti positif, uji Widal yang menunjukkan nilai negatif bisa mencapai 30 persen. Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah:1. Negatif PalsuPemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di negara kita, demam > kasih antibiotika > nggak sembuh dalam 5 hari > tes Widal) menghalangi respon antibodi. Padahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah.2. Positif PalsuBeberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).- Beberapa penyakit lainnya : malaria, tetanus, sirosis, dll.2.3 Test BiomolekulerPemeriksaan biomolekuler untuk diagnosis bakteri biasanya dilakukan dengan teknik PCR. PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode untuk amplifikasi potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan 105-106-kali lipat dari jumlah nanogram dari DNA template. Proses ini mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif. Polymerase Chain Reaction (PCR) ini dapat digunakan untuk amplifikasi urutan nukleotida, menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi, pada bidang kedokteran forensik serta melacak asal-usul sesorang dengan membandingkan finger print. Tahap tahap PCR yaknia. DenaturasiSelama proses denaturasi, double stranded DNA akan membuka menjadi single stranded DNA. Hal ini karena suhu tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa nitrogen yang komplemen. Tahap ini berlangsung sekitar 1 hingga 2 menit. Seluruh reaksi enzim tidak berjalan, misalnya reaksi polimerisasi pada siklus yang sebelumnya. Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90 oC 95 oC.b. Penempelan primerPada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju daerah yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk antara primer dengan urutan komplemen pada template selama 1-2 menit. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50 oC 60 oC. Selanjutnya, DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali apabila dilakukan reaksi polimerisasi selanjutnya, misalnya pada 72 oC.c. Reaksi polimerisasi (extension)Reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai terjadi pada suhu 72 oC. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi 3nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan template oleh DNA polimerase. Durasi tahap ini biasanya 1 menit.2.3.1 Macam-Macam PCRAdapun macam-macam tipe dan modifikasi dari PCR adalah sebagai berikut:a. Real-Time PCR Real-Time PCR (Quantitative Real time Polymerase Chain Reaction atau Q-PCR) merupakan suatu metode analisa yang dikembangkan dari reaksi PCR. Teknik ini digunakan untuk mengamplifikasi (memperbanyak) sekaligus kuantifikasi (menghitung) jumlah target molekul DNA hasil amplifikasi tersebut. Real time PCR memungkinkan dilalukan deteksi dan kuantifikasi (sebagai nilai absolut dari hasil perbanyakan DNA atau jumlah relatif setelah dinormalisasi terhadap input DNA atau gen-gen penormal yang ditambahkan) sekaligus terhadap sequens spesifik dari sampel DNA yang dianalisis. Pada analisa PCR konversional deteksi keberadaan DNA dilakukan pada akhir reaksi dan pengamatan keberadaan DNA hasil amplifikasi dilakukan di gel agarose setelah dilakukan proses elektroforesis. Sedangkan analisa menggunakan Real Time PCR memungkinkan untuk dilakukan pengamatan pada saat reaksi berlangsung, keberadaan DNA hasil amplifikasi dapat diamati pada grafik yang muncul sebagai hasil akumulasi fluoresensi dari probe(penanda). Pada Real Time PCR pengamatan hasil tidak lagi membutuhkan tahap elektroforensis, sehingga tidak lagi dibutuhkan gel agarose dan penggunaan Ethidium Bromide (EtBr) yang merupakan senyawa karsinogenik. Cara kerja dari Real Time mengikuti prinsip umum reaksi PCR, utamanya adalah DNA yang telah diamplifikasi dihitung setelah diakumulasikan dalam reaksi secara real time sesudah setiap siklus amplifikasi selesai. b. Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Reverse Transcriptase-PCR juga sering dikenal dengan kinetic polymerase chain reaction. RT-PCR merupakan modifikasi dari PCR, dimana yang diamplifikasi berupa m-RNA. Pada metode PCR biasa sumber sampel yang digunakan adalah DNA yang diekstrak dari sel atau jaringan. Pada RT-PCR sampel yang digunakan bukan DNA melainkan RNA. Sebagaimana kita ketahui, RNA merupakan asam ribonukleat rantai tunggal, sedangkan DNA adalah asam ribonuleat rantai ganda. Ciri khas RNA adalah tidak terdapat gugus basa timin (T) melainkan diganti oleh urasil (U). Proses RT PCR dibantu oleh enzim Reverse Transcriptase, karena hanya enzim jenis ini yang dapat mensintesis DNA dengan cetakan RNA karena polimerase DNA hanya dapat mensintesis dengan menggunakan cetakan DNA. Pertama-tama RNA diubah dulu menjadi DNA dengan menggunkan enzime reverse transcriptase yang disebut dengan komplemen DNA (cDNA) . dalam hal ini disintesis cDNA dari perpasangan anatar gugus basa U dan A serta G dan C. Dari cDNA inilah dilipat gandakan segemn DNA yang mirip urutan basa nukleotidanya dengan RNA, hanya U diganti kembali ke T. Karena adanya penambahan proses sintesis cDNA, tahapan proses PCR bertambah pula. Tahap pertama terjadi proses anneling untuk memasangkan primer untuk memperpanjang segmen cDNA. Setelah terbentuk segmen cDNA ini, baru kemudian masuk kepada proses PCR biasa. RT-PCR peting digunakan sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi dan menentukan serotipe virus, sebagai informasi untuk studi epidemiologi.c. Nested PCRNested PCR adalah suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA menggunakan bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua pasang primer untuk mengamplifikasi fragmen. Dengan menggunakan nested PCR, jika ada fragmen yang salah diamplifikasi maka kemungkinan bagian tersebut diamplifikasi untuk kedua kalinya oleh primer yang kedua. Dengan demikian, nested PCR adalah PCR yang sangat spesifik dalam melakukan amplifikasi. Nested PCR dan PCR biasa berguna untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu dalam jumlah banyak. Dimana pada nested PCR digunakan 2 pasang primer sedangkan pada PCR biasa hanya menggunakan 1 pasang primer. Oleh karena itu hasil fragmen DNA dari nested PCR lebih spesifik (lebih pendek) dibandingkan dengan PCR biasa. Waktu yang diperlukan dalam reaksi nested PCR lebih lama daripada PCR biasa karena pada nested PCR dilakukan 2 kali reaksi PCR sedangkan pada PCR biasa hanya 1 kali reaksi PCR. Selain itu, keuntungan nested PCR adalah meminimalkan kesalahan amplifikasi gen dengan menggunakan 2 pasang primer. Mekanisme kerja dari nested PCR sendiri yakni pada Fase Denaturasi, Pertama-tama DNA mengalami denaturasi lalu memasuki fase penempelan. Fase Penempelan, sepasang primer pertama melekat di kedua utas tunggal DNA dan mengamplifikasi DNA di antara kedua primer tersebut dan terbentuklah produk PCR pertama. Fase pemanjangan, produk PCR pertama tersebut dijalankan pada proses PCR kedua di mana pasangan primer kedua (nested primer) akan mengenali sekuen DNA spesifik yang berada di dalam fragmen produk PCR pertama dan memulai amplifikasi bagian di antara kedua primer tersebut. Hasilnya adalah sekuens DNA yang lebih pendek daripada sekuens DNA hasil PCR pertama.d. Multiplex-PCR Multiplex PCR merupakan beberapa set primer dalam campuran PCR tunggal untuk menghasilkan amplikon dari berbagai ukuran yang spesifik untuk sekuens DNA yang berbeda. Dengan penargetan gen sekaligus, informasi tambahan dapat diperoleh dari lari-tes tunggal yang tidak akan membutuhkan beberapa kali reagen dan lebih banyak waktu untuk melakukan. temperatur Annealing untuk masing-masing set primer harus dioptimalkan untuk bekerja dengan benar dalam reaksi tunggal, dan ukuran amplikon. Artinya, panjangnya pasangan basa harus berbeda cukup untuk membentuk band yang berbeda ketika divisualisasikan dengan elektroforesis gel .e. PCR-ELISAPCR-ELISA merupakan metode yang digunakan untuk menangkap asam nukleat yang meniru prinsip dari enzim linked immunosorbant yang terkait. Dimana dalam sebuah pengujian hibridisasi hasil produk dari PCR akan terdeteksi dengan metode ini. Dengan metode inilah dapat dilakukan pengukuran sequen internal pada produk PCR. Metode ini lebih dipilih karena lebih murah dibandingkan metode Real Time PCR.PCR-ELISA telah digunakan sejak akhir 1980-an dan telah berkembang untuk mendeteksi sequen tertentu dalam produk PCR. Meskipun banyak metode yang tersedia untuk mendeteksi sequen tersebut, ELISA PCR berguna untuk mendeteksi dan membedakan antara beberapa sasaran dari sequen yang diinginkan. ELISA PCR ini juga berguna untuk screening beberapa sampel, terutama bila jumlah sampel tidak menjamin. Salah satu aspek yang paling berguna dari PCR-ELISA adalah kemampuannya dalam membedakan antara produk reaksi perubahan polimerase yang dihasilkan dari seperangkat primer yang mengandung variasi sequen, yaitu sequen yang bervariasi antar primer. 2.3.2 RESUME JURNALA review of RT-PCR technologies used in veterinary virology and disease control: Sensitive and specific diagnosis of five livestock diseases notifiable to the World Organisation for Animal HealthReal-Time, reverse transcription polymerase chain reaction (rRT-PCR) telah menjadi salah satu metode yang paling banyak digunakan di bidang diagnostik molekuler dan penelitian. Potensi format ini untuk memberikan deteksi yang sensitif, spesifik, cepat dan kuantifikasi virus RNA telah membuatnya menjadi alat yang sangat diperlukan untuk diagnostik virus patogen yang penting bagi manusia dan hewan. Integrasi dari tes ini yakni platform liquid otomatis untuk meningkatkan tingkat ekstraksi asam nukleat dan standardisasi dari sampel serta menurunkan potensi kontaminasi silang.Kehandalan dari tes ini dapat lebih ditingkatkan dengan menggunakan kontrol internal untuk memvalidasi hasil tes. Berdasarkan karakteristik menguntungkan ini, banyak sistem kuat rRT-PCRs telah dikembangkan dan divalidasi untuk penyakit epizootic penting pada ternak. Dalam jurnal ini, meninjau tes rRT-PCR yang telah dikembangkan untuk mendeteksi virus RNA lima penyebab penyakit yang menaati untuk organisasi dunia untuk hewan Kesehatan (OIE), yaitu: kaki - dan - penyakit mulut, Hog cholera, bluetongue penyakit, flu dan penyakit Newcastle. Kinerja tes ini untuk virus diagnostik dan pengendalian penyakit dan prospek untuk meningkatkan strategi di masa depan dibahas.Sumber:Hoffmann, et al. 2009. A review of RT-PCR technologies used in veterinary virology and disease control: Sensitive and specific diagnosis of five livestock diseases notifiable to the World Organisation for Animal Health. Available from journal homepage: www.elsevier.com/locat e/vetmicUSE OF PCR FOR DIRECT DETECTION OF CAMPYLOBACTER SPECIES IN BOVINE FECESJurnal ini membahas mengenai penggunaan PCR untuk langsung mendeteksi dan membedakan spesies Campylobacter dalam kotoran sapi tanpa pengayaan uraniumnya. Inhibitor yang ada dalam tinja adalah rintangan utama untuk menggunakan PCR dalam mendeteksi mikroorganisme. Metode mini kit ternyata tidak manjur untuk ekstraksi, seperti yang ditetapkan oleh amplifikasi positif dari internal kontrol DNA ditambahkan ke kotoran sapi sebelum ekstraksi. Campylobacter coli, C. janin, C. hyointestinalis, dan C. jejuni tersebut diletakkan atau seminested multiplex PCR, yang dideteksi pada semua sampel kotoran, kemudian diinokulasi di 104 CFU g-1 dan 50 hingga 83 % dari sampel diinokulasi di 103 CFU g-1 terbukti positif. Pada 102 CFU g-1 C. fetus, C. hyointestinalis, and C. jejuni ( 17 hingga 50 persen dari sampel ) selain C. coli terdeteksi oleh PCR. Dari kotoran sapi uninoculated, dipilih secara acak sebanyak 196 Campylobacter diisolasi ditemukan di empat yang umum digunakan di tiga media isolasi dalam inkubasi.Kelompok yang paling sering ditemukan adalah C. jejuni ( 152) dan C. lanienae ( 42), tapi mengisolasi C. Janin. Janin, Arcobacter butzleri, dan. Skirrowii juga ditemukan. Frekuensi isolasi Campylobacters cukup bervariasi terpantau di antara empat media dan tiga suhu inkubasi yang diujikan. Dengan primer genus-specific, Campylobacter DNA itu terdeteksi di 75 persen sampel kotoran, terjadi 8 persen peningkatan dibandingkan dengan yang diperoleh dari sensitivitas isolasi mikrobiologi di empat media dan tiga suhu inkubasi yang diujikan. Dengan primer bersarang, C. jejuni dan C. lanienae tersebut yang masing-masing terdeteksi 25 dan 67 persen dari sampel. Tidak ada DNA yang terlihat baik dari C. coli, C. janin, atau C. hyointestinalis dideteksi pada kotoran sapi yang tidak diinokulasi. PCR lebih sensitif dari isolasi mikrobiologi pada media untuk mendeteksi C. lanienae ( 17 % ) tetapi tidak C. jejuni.Campylobacters yang beragam dan pengembangan langsung PCR tidak hanya akan meningkatkan pemahaman tentang spesies Campylobacter yang beragam dan frekuensi kemunculannya dalam kotoran, tetapi juga akan meningkatkan pengetahuan tentang peran mereka dalam saluran pencernaan ternak dan dari sejumlah faktor yang mempengaruhi.BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanUntuk melakukan diagnosis mikrobilogi antara lain dapat dilakukan dengan test Imunoserologi dan test biomolekular untuk bakteri.Imunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadapantigen, protein asing di dalam tubuh, investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif dan mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi. Untuk pemeriksaan bakteri Test imunoserologi yang biasa digunakan adalah test Widal. Sedangkan untuk pemeriksaan biomolekulernya biasanya dilakukan dengan teknik PCR. PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode untuk amplifikasi potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida.