makalah inovasi
Transcript of makalah inovasi
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 1/14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan
adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar baik lingkungan alam maupun
sosial budayanya. Berkaitan dengan hasil dari belajar yang dialami ada teori belajar
yang sering diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu teori belajar behavioristik
walaupun ada juga yang telah mengaplikasikan berbagai teori belajar yang ada..
Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan, begitu
dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber antara
lain pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi, intuisi, penalaran dan keyakinan benar
salah. Dari penjelasan ini jelas pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ditangkap
oleh manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui baik melaui indra
maupun akal.
Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori belajar,karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga tidak mustahil
bermunculan teori-teori belajar antara lain teori belajar kognitifisme, humanistik,
behaviorisme dan laian-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan
kelebihan.
Di dalam proses pembelajaran, munculnya kesulitan untuk memahami suatu
konsep merupakan hal yang wajar. Ini menggambarkan bahwa anak sedang
melakukan proses berpikir. Mereka berusaha untuk mengintegrasikan informasi baru
ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Skemata atau pengetahuan awal
setiap siswa tidaklah sama sehingga kesulitan yang dihadapi setiap anak pun tidaklah
selalu sama. Sebagai seorang guru atau orang yang membimbing mereka belajar,
sebaiknya kita dapat mengenali dan memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi
oleh anak. Karena jika dibiarkan kesulitan tersebut tidak lagi menjadi sebuah
kewajaran, melainkan suatu masalah yang dapat menghambat perkembangan
intelektual anak.
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 2/14
2
Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, Vygotsky seorang psikolog berpandangan bahwa anak membangun
sendiri pengetahuan dan pemahamannya, dan tidak secara pasif menerima
pengetahuan yang diberikan kepadanya (Budiningsih; 99). Pendapat tersebut hampir
sama dengan Pieget yang menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan itu terjadi
melalui interaksi anak dengan obyek fisik secara langsung dan anak melakukan
sendiri. Kedua hal inilah yang kemudian mendasari munculnya teori kontruktivisme.
Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 yang bekerja
sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky, yang sangat tertarik pada efek
interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Jaramillo (1996) menjelaskan,
Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada
situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subyek yang dipelajari berpengaruh pada
proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode
pembelajaran tersendiri.
Memasuki era demokrasi yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan
keragaman perilaku, adanya penghargaan terhadap saesuatu yang berbeda sehingga
perlu adanya perubahan di bidang pendidikan dan pembelajaran dengan teori belajar
sosiokultural.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori belajar Vygotsky itu?
2. Apa kelebihan dan kelemahan teori belajar Vygotsky?
3. Bagaimana penerapan teori belajar Vygotsky dalam pembelajaran ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui teori belajar Vigotsky
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar Vygotsky
3. Untuk mengaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 3/14
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Vygotsky
Dizaman Piaget dan Freud, Vygotsky menjalani hidup yang singkat tapi produktif
(1896 – 1934) Vygotsky adalah seorang Rusia yang meninggal diusia 38 tahun. Ia
merupakan salah seorang tokoh termasyur dalam bidang psikologi. Sebelum
meninggal ia mewariskan pemikiran yang mendobrak pemikiran psikologi saat itu.
Menurutnya apa yang menjadi perilaku manusia adalah proses menyesuaikan diri
dengan apa yang sesuai/tepat dan menjadi harapan masyarakat/lingkungan.
Perkembangan kognitif manusia adalah selain proses biologis juga karena proses
transformasi. Tetapi tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh lingkungan Vygotsky
menyebutnya sebagai kontruksi sosial.
Konstruksi Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikontruksi secara
kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap
individu. Proses dalam kognitif diarahkan melalui adaptasi intelektual dalam konsteks
sosial budaya. Proses penyesuaian itu harus sesuai dengan pengkontruksian
pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam
hubungan ini para kontruktivis lebih menekankan pada penerapan tehnik saling tukar
gagasan antar individual.
Tiga prinsip penting yang diturunkan teori Vygotsky adalah:
1. Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit
mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui;
2. Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; dan
3. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.
Bahasa dan Pemikiran
Menurut vykgotsky, anak-anak menggunakan percakapan tidak hanya untuk
berkomunikasi social, tetapi juga untuk membantu meraka memecahkan tugas.
Vygotsky 1962 lebih percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk
merencanakan, membimbing, dan memantau perilaku mereka. Penggunaan bahasa
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 4/14
4
untuk pengaturan diri ( self-regulation) ini dinamakan private speech. Sebagai contoh
anak-anak kecil berbicara keras-keras kepada diri mereka sendiri mengenai hal-hal
seperti mainan mereka dan tugas-tugas yang berusaha mereka selesaikan. Jadi, ketika
pengerjaan sebuah puzzle, seorang anak mungkin berkata “potongan ini tidak cocok;
mungkin aku akan mencoba yang itu” . beberapa menit kemudian dia mengatakan,
“ini sulit”. Bagi piaget private speech adalah egosentris dan tidak dewasa tetapi bagi
Vygotsky, hal ini merupakan sebuah alat penting dari pemikiran selama tahun-tahun
pada masa kanak-kanak.
Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya berkembang
secara independent satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan bahwa
semua fungsi mental memiliki asal-asul eksternal atau social. Anak-anak harus
menggunakan bahasa sebelum mereka berkomunikasai dengan orang lain dan
sebelum mereka dapat berfokus pada pemiran-pemikran meraka sndiri. Anak-anak
juga harus berkomunikasi secara eksternal dengan menggunakan bahasa untuk
periode waktu yang lama, sebelum mereka dapat melakukan transisi dan percakapan
eksternal menjadi internal. Periode transisi ini terjadi pada antara umur 3-7 tahun dan
melibatkan pembicaraan pada diri sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri
( self-talk) menjadi sifat alami kedua bagi anak-anak dan mereka dapat melakukannya
tanpa verbalisasi.
Teori Sosiocultural
Lev Vygotsky (1896-1934) menyatakan bahwa perolehan pengetahuan dan
perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya,
pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial
di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam
perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif
seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya
lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh
lingkungan sosial secara aktif pula.
Pandangan yang mampu mengakomodasi sociocultural-revolution dalam teori
belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vigotsky. Ia mengatakan bahwa
“ jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya”.
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 5/14
5
Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang
ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan
sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari sejarah hidupnya (Budiningsih; 99).
Peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau
kelompoknya, dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi sosial demikian antara
lain berkaitan erat dengan aktifitas-aktifitas dan bahasa yang dipergunakan. Kunci
utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-
tanda atau lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambang
tersebut merupakan produk dari lingkungan sosial-kultural di mana seseorang berada.
Mekanisme teori yang digunakannya untuk menspesifikasi hubungan antara
pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi
semiotik, yang artinya adalah tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang
terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam
pendekatan sosiokultural dan manusia sebagai tempat berlangsungnya proses mental .
Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll dan Greenberg. Mereka melakukan studi
etnografi dan menemukan adanya jaringan-jaringan erat, luas, dan kompleks di dalam
dan di antara keluarga-keluarga. Jaringan-jaringan tersebut berkembang atas dasar
confianza yang membentuk kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran
pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh
berbagai pengetahuan dan ketrampilan melalui interaksi sosial sehari-hari. Mereka
terlibat secara aktif dalam interaksi sosial dalam keluarga untuk memperoleh dan juga
menyebarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki. Ada suatu kerja sama di
antara anggota keluarga dalam interaksi tersebut.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang
sesuai dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan
dimensi idividualnya bersifat bersifat derivatif atau merupakan turunan dan bersifat
sekunder . Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari
sumber-sumber sosial diluar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersifat
pasif dalam berkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya
peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky
sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya,
perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara
aktif, juga oleh lingkungan yang aktif pula. Ada dua hal penting yang digunakan
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 6/14
6
Vygotsky untuk menjelaskan teori belajarnya yaitu Zone of Proximal Development
(ZPD) , dan scaffolding.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development )
Vygotsky juga mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal
( zone of proximal development/ZPD). Menurutnya, perkembangan kemampuan
seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu :
1. Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini
disebut sebagai kemampuan intramental.
2. Tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan
orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten. Ini disebut sebagai kemampuan intermental.
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona
perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-
kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.
Ibaratnya sebagai embrio, kuncup atau bunga, yang belum menjadi buah. Tunas-tunas
perkembangan ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa
atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Untuk menafsirkan
konsep zona perkembangan proksimal ini dengan menggunakan scaffolding
interpretation, yaitu memandang zona perkembangan proksimal sebagai perancah,
sejenis wilayah penyangga atau batu loncatan untuk mencapai taraf perkembangan
yang semakin tinggi. Jadi batas bawahnya adalah tingkat keterampilan yang dapat
diraih oleh anak yang dilakukan secara mandiri. Batas atasnya adalah tingkat
tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan seorang pengajar
yang kompeten.
Gagasan Vygotsky tentang perkembangan proksimal ini mendasari
perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep kunci yang perlu
dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 7/14
7
terkait, perkembangan kemampuan seseorang bersifat context dependent atau tidak
dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bantuk fundamental dalam belajar
adalah partisipasi dalam kegiatan sosial.
Berpijak pada konsep zona perkembangan proksimal, maka sebelum terjadi
internalisasi dalam diri anak, atau sebelum kemampuan intramental terbentuk, anak
perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa dan atau teman sebaya yang
lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti memberikan contoh,
memberikan feedback, menarik kesimpulan, dan sebagainya dalam rangka
perkembangan kemampuannya.
Konsep Scaffolding
Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome
Bruner, seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan
anak-anak muda dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar
berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki
struktur untuk belajar barbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang
dewasa dan anak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu
di luar usaha mandiri-nya. Cazden menyatakan bahwa “scaffolding sebagai kerangka
kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian” (Budiningsih, 2008).
Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapat
mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkan
oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas,
melainkan dengan scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk
berhasil menyelesaikan tugas.
Istilah scaffolding digunakan pertama kali oleh Wood, dkk (Budiningsih, 2008),
dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya
menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri”. Pengertian
dari Wood ini sejalan dengan pengertian ZPD ( Zone of Proximal Development ) dari
Vygotsky. Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk
mendapatkan pemahaman berada di luar daerah ZPD-nya, sedang peserta didik yang
bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah berada dalam daerah
ZPD-nya. Menurut Vygotsky,
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 8/14
8
“peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih
tinggi ketika mendapat bimbingan ( scaffolding ) dari seorang yang lebih ahli
atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi”
(Martinis, 1960, 2010).
Larkin (Cahyono, 2010) menyatakan bahwa scaffolding adalah salah satu prinsip
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan para pembelajar untuk
mengakomodasikan kebutuhan peserta didik masing-masing. Penulis sendiri
mendefinisikan scaffolding sebagai bantuan yang besar kepada seorang anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya
sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan
guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam
bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Lihat gambar di bawah ini!
Gambar 1.1 Model Pengembangan ZPD ( Suryadi, 2005:156)
Gambar di atas menunjukan bahwa pemberian intervensi atau bantuan oleh guru
dilberikan pada saat siswa sudah merasa sangat kesulitan, yakni ketika ia benar-benar
berada di ujung kemampuan aktualnya. Dengan diberikan bantuan misalnya dengan
contoh, diskusi, hints atau pertanyaan, siswa dapat menuju kemampuan potensialnya,
dan jika anak telah sampai pada tingkat yang lebih sulit lagi, maka bantuan pun dapat
kembali diberikan begitu seterusnya. Sehingga siswa tidak akan merasa terganggu dan
merasa diabaikan.
Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh
Smith (Fauzi, 2009) :
Perkembanganaktual
Intervensiawal berupa
sajian masalah
Intervensi lanjutanmelalui teknik
scaffolding
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 9/14
9
a. Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting
bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan
Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diganti sepenuhnya. Sebaliknya
mereka justru menyatakan walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif,
guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini
berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru
menyediakan scaffolding bagi anak.
b. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan
pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja
kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
c. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi
oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal
di dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya
melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa
dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan
menyediakan scaffolding yang sesuai.
B. Kelebihan dan Kelemahan Teori Vygotsky
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa kelebihan:
1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
daripada tingkat perkembangan aktualnya;
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggnaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan
untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
konstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makana baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 10/14
10
Konsep vygotsky mempuyai tiga kelemahan yaitu :
1. Kesadaran terlihat dalam suatu cara yang intelektualistis. Tidak ada tempat untuk
emosi dan motivasi.
2. Generalisasi dari proses perkembangan terbatas pada fungsi-fungsi interaksi dan
komunikasi verbal. Inilah sebabnya maka vygotsky disebut seorang idealis
3. Kurangnya data empiris yang menhyokong hipotesisnya. Psikologi anak yang
mutakhir di Rusia mencoba mengatasi kekurangan-kekurangan ini.
C. Penerapan Teori Vygotsky
Teori Vygotsky memberikan suatu sumbangan yang sangat berarti dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini memberi penekanan pada hakekat sosiokultural dari
pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta
didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-
tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam Zone
of Proximal Development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini
yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding (pemecahan), dimana pemecahan mengacu kepada bantuan yang diberikan
teman sebaya atau orang dewasa yang lebih lompeten, yang berarti bahwa
memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan
kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah
ia mampu melakukannya sendiri.
Implementasi Pembelajaran IPA dengan Menggunakan LKS Berbasis Masalah
Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky serta teori
scaffolding dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke
perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara individu
dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, guru
memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat
menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu mencapai
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 11/14
11
perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan
potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir matematika tingkat tinggi.
Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka
teori pembelajaran Vygotsky-Bruner yakni ZPD dan scaffolding perlu dijadikan
sebagai landasan utama. Hal yang tak kalah penting, di dalam perencanaan guru perlu
menyiapkan bahan ajar yang tepat dan relevan. Bahan ajar yang digunakan harus
dirancang oleh guru ke dalam bentuk soal pemecahan masalah yang memungkinkan
disajikan di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hoffman dan
Ritchie (1997) (Lie, 2010) bahwa Scaffolding selalu digunakan untuk mendukung
pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya
guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran
2. Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa
3. Mengajukan suatu konteks permasalahan
b. Kegiatan Inti
1. Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian siswa diberi
lembar kegiatan
2. Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah
permasalahan yang diajukan
3. Kemudian ±25menit selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan jawaban
secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan agar anak
dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak langsung dalam
kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lain di dalam
satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik scaffolding
dengan tepat selama proses kegiatan.
4. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
2. Guru menutup pembelajaran
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 12/14
12
d. Penilaian
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes
yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan akhir pelaksanaan
tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada pembelajaran ini dapat
dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam kelompok, keaktifan di
dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab.
Sedangkan untuk penilaian prestasi belajar aspek psikomotorik pada
pembelajaran ini dapat dilihat dari kemampuan siswa memasukkan rumus atau
konsep matematika ke dalam penyelesaian masalah serta kemampuanya di dalam
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam kegiatan sehari-hari. Pada dasarnya
penilaian ditujukan untuk melihat sampai dimana tingkat keberhasilan teknik
scaffolding dalam meningkatkan perkembangan siswa dari perkembangan
aktualnya ke perkembangan potensialnya. Sehingga ia mampu berpikir tingkat
tinggi.
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 13/14
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri
melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga. Karya Vygotsky didasarkan
pada pada tiga ide utama, yaitu :
1) Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit
mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui
2) Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual
3) Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.
Zona perkembangan proksimal atau Zone of Proximal Development adalah jarak
antara tingkat perkembangan aktual (kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri) dengan tingkat
perkembangan potensial (kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas
dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten).
Scaffolding adalah dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk
membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri.
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes.
penilaian aspek afektif dapat dilihat dari keaktifan siswa didalam kelompoknya.
Sedangkan penilaian aspek psikomotoriknya dapat dilihat dari kemampuan siswa
dalam menggunakan pengetahuannya didalam pemecahan masalah.
7/16/2019 makalah inovasi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 14/14
14
DAFTA PUSTAKA
Agustiani, henriati. 2009. Psikologi Pekembagan. Bandung: Refika Aditama.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar & Pekembangan. Jakarta: Rineka Cipta.Budiningsih, C. Asri. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Muis, Daniel & Reynold, David. 2008. Effective Teaching Teori & Aplikasi. Yogjakarta:
Pustaka Belajar.
Santrock, W, John. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Slameto. 2002. Belajar & Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyanto, slamet. 2005. Dasar-Dasar Pedidikan Anak Usia Dini. Yogyakata. Hikayat.