makalah inovasi

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya  perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. Berkaitan dengan hasil dari belajar yang dialami ada teori belajar yang sering diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu teori belajar behavioristik walaupun ada juga yang telah mengaplikasikan berbagai teori belajar yang ada.. Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan, begitu dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber antara lain pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi, intuisi, penalaran dan keyakinan benar salah. Dari penjelasan ini jelas pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ditangkap oleh manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui baik melaui indra maupun akal. Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori belajar, karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga tidak mustahil  bermunculan teori-teori belajar antara lain teori belajar kognitifisme, humanistik,  behaviorisme dan laian-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan kelebihan. Di dalam proses pembelajaran, munculnya kesulitan untuk memahami suatu konsep merupakan hal yang wajar. Ini menggambarkan bahwa anak sedang melakukan proses berpikir. Mereka berusaha untuk mengintegrasikan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Skemata atau pengetahuan awal setiap siswa tidaklah sama sehingga kesulitan yang dihadapi setiap anak pun tidaklah selalu sama. Sebagai seorang guru atau orang yang membimbing mereka belajar, sebaiknya kita dapat mengenali dan memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak. Karena jika dibiarkan kesulitan tersebut tidak lagi menjadi sebuah kewajaran, melainkan suatu masalah yang dapat menghambat perkembangan intelektual anak.

Transcript of makalah inovasi

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 1/14

1

BAB I

PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang 

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya

 perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan

adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar baik lingkungan alam maupun

sosial budayanya. Berkaitan dengan hasil dari belajar yang dialami ada teori belajar 

yang sering diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu teori belajar behavioristik 

walaupun ada juga yang telah mengaplikasikan berbagai teori belajar yang ada..

Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan, begitu

dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber antara

lain pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi, intuisi, penalaran dan keyakinan benar 

salah. Dari penjelasan ini jelas pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ditangkap

oleh manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui baik melaui indra

maupun akal.

Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori belajar,karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga tidak mustahil

 bermunculan teori-teori belajar antara lain teori belajar kognitifisme, humanistik,

 behaviorisme dan laian-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan

kelebihan.

Di dalam proses pembelajaran, munculnya kesulitan untuk memahami suatu

konsep merupakan hal yang wajar. Ini menggambarkan bahwa anak sedang

melakukan proses berpikir. Mereka berusaha untuk mengintegrasikan informasi baru

ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Skemata atau pengetahuan awal

setiap siswa tidaklah sama sehingga kesulitan yang dihadapi setiap anak pun tidaklah

selalu sama. Sebagai seorang guru atau orang yang membimbing mereka belajar,

sebaiknya kita dapat mengenali dan memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi

oleh anak. Karena jika dibiarkan kesulitan tersebut tidak lagi menjadi sebuah

kewajaran, melainkan suatu masalah yang dapat menghambat perkembangan

intelektual anak.

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 2/14

2

Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan segala kelebihan dan

kekurangannya, Vygotsky seorang psikolog berpandangan bahwa anak membangun

sendiri pengetahuan dan pemahamannya, dan tidak secara pasif menerima

 pengetahuan yang diberikan kepadanya (Budiningsih; 99). Pendapat tersebut hampir 

sama dengan Pieget yang menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan itu terjadi

melalui interaksi anak dengan obyek fisik secara langsung dan anak melakukan

sendiri. Kedua hal inilah yang kemudian mendasari munculnya teori kontruktivisme.

Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 yang bekerja

sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky, yang sangat tertarik pada efek 

interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Jaramillo (1996) menjelaskan,

Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada

situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subyek yang dipelajari berpengaruh pada

 proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode

 pembelajaran tersendiri.

Memasuki era demokrasi yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan

keragaman perilaku, adanya penghargaan terhadap saesuatu yang berbeda sehingga

 perlu adanya perubahan di bidang pendidikan dan pembelajaran dengan teori belajar 

sosiokultural.

B. Rumusan Masalah 

1. Bagaimana teori belajar Vygotsky itu?

2. Apa kelebihan dan kelemahan teori belajar Vygotsky?

3. Bagaimana penerapan teori belajar Vygotsky dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Pembahasan 

1. Untuk mengetahui teori belajar Vigotsky

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar Vygotsky

3. Untuk mengaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 3/14

3

BAB II

PEMBAHASAN 

A.  Teori Vygotsky 

Dizaman Piaget dan Freud, Vygotsky menjalani hidup yang singkat tapi produktif 

(1896  –  1934) Vygotsky adalah seorang Rusia yang meninggal diusia 38 tahun. Ia

merupakan salah seorang tokoh termasyur dalam bidang psikologi. Sebelum

meninggal ia mewariskan pemikiran yang mendobrak pemikiran psikologi saat itu.

Menurutnya apa yang menjadi perilaku manusia adalah proses menyesuaikan diri

dengan apa yang sesuai/tepat dan menjadi harapan masyarakat/lingkungan.

Perkembangan kognitif manusia adalah selain proses biologis juga karena proses

transformasi. Tetapi tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh lingkungan Vygotsky

menyebutnya sebagai kontruksi sosial.

Konstruksi Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikontruksi secara

kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap

individu. Proses dalam kognitif diarahkan melalui adaptasi intelektual dalam konsteks

sosial budaya. Proses penyesuaian itu harus sesuai dengan pengkontruksian

 pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam

hubungan ini para kontruktivis lebih menekankan pada penerapan tehnik saling tukar 

gagasan antar individual.

Tiga prinsip penting yang diturunkan teori Vygotsky adalah:

1.  Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit

mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui;

2.  Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; dan

3.  Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator 

 pembelajaran siswa.

Bahasa dan Pemikiran

Menurut vykgotsky, anak-anak menggunakan percakapan tidak hanya untuk 

 berkomunikasi social, tetapi juga untuk membantu meraka memecahkan tugas.

Vygotsky 1962 lebih percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk 

merencanakan, membimbing, dan memantau perilaku mereka. Penggunaan bahasa

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 4/14

4

untuk pengaturan diri ( self-regulation) ini dinamakan private speech. Sebagai contoh

anak-anak kecil berbicara keras-keras kepada diri mereka sendiri mengenai hal-hal

seperti mainan mereka dan tugas-tugas yang berusaha mereka selesaikan. Jadi, ketika

 pengerjaan sebuah  puzzle, seorang anak mungkin berkata “potongan ini tidak cocok;

mungkin aku akan mencoba yang itu” . beberapa menit kemudian dia mengatakan,

“ini sulit”. Bagi piaget  private speech adalah egosentris dan tidak dewasa tetapi bagi

Vygotsky, hal ini merupakan sebuah alat penting dari pemikiran selama tahun-tahun

 pada masa kanak-kanak. 

Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya berkembang

secara independent satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan bahwa

semua fungsi mental memiliki asal-asul eksternal atau social. Anak-anak harus

menggunakan bahasa sebelum mereka berkomunikasai dengan orang lain dan

sebelum mereka dapat berfokus pada pemiran-pemikran meraka sndiri. Anak-anak 

 juga harus berkomunikasi secara eksternal dengan menggunakan bahasa untuk 

 periode waktu yang lama, sebelum mereka dapat melakukan transisi dan percakapan

eksternal menjadi internal. Periode transisi ini terjadi pada antara umur 3-7 tahun dan

melibatkan pembicaraan pada diri sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri

( self-talk) menjadi sifat alami kedua bagi anak-anak dan mereka dapat melakukannya

tanpa verbalisasi.

Teori Sosiocultural

Lev Vygotsky (1896-1934) menyatakan bahwa perolehan pengetahuan dan

 perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya,

 pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial

di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam

 perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif 

seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya

lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan

kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh

lingkungan sosial secara aktif pula.

Pandangan yang mampu mengakomodasi sociocultural-revolution dalam teori

 belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vigotsky. Ia mengatakan bahwa

“ jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya”.

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 5/14

5

Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang

ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan

sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari sejarah hidupnya (Budiningsih; 99).

Peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau

kelompoknya, dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi sosial demikian antara

lain berkaitan erat dengan aktifitas-aktifitas dan bahasa yang dipergunakan. Kunci

utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-

tanda atau lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambang

tersebut merupakan produk dari lingkungan sosial-kultural di mana seseorang berada.

Mekanisme teori yang digunakannya untuk menspesifikasi hubungan antara

 pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi

semiotik, yang artinya adalah tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang

terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam

 pendekatan sosiokultural dan manusia sebagai tempat berlangsungnya proses mental .

Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll dan Greenberg. Mereka melakukan studi

etnografi dan menemukan adanya jaringan-jaringan erat, luas, dan kompleks di dalam

dan di antara keluarga-keluarga. Jaringan-jaringan tersebut berkembang atas dasar 

confianza yang membentuk kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran

 pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh

 berbagai pengetahuan dan ketrampilan melalui interaksi sosial sehari-hari. Mereka

terlibat secara aktif dalam interaksi sosial dalam keluarga untuk memperoleh dan juga

menyebarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki. Ada suatu kerja sama di

antara anggota keluarga dalam interaksi tersebut.

Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang

sesuai dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan

dimensi idividualnya bersifat bersifat derivatif atau merupakan turunan dan bersifat

sekunder . Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari

sumber-sumber sosial diluar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersifat

 pasif dalam berkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya

 peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky

sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya,

 perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara

aktif, juga oleh lingkungan yang aktif pula. Ada dua hal penting yang digunakan

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 6/14

6

Vygotsky untuk menjelaskan teori belajarnya yaitu  Zone of Proximal Development 

(ZPD) , dan scaffolding. 

Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development ) 

Vygotsky juga mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal

( zone of proximal development/ZPD). Menurutnya, perkembangan kemampuan

seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu :

1.  Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk 

menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini

disebut sebagai kemampuan intramental.

2.  Tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang untuk 

menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan

orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih

kompeten. Ini disebut sebagai kemampuan intermental.

Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat

 perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona

 perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-

kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.

Ibaratnya sebagai embrio, kuncup atau bunga, yang belum menjadi buah. Tunas-tunas

 perkembangan ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa

atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Untuk menafsirkan

konsep zona perkembangan proksimal ini dengan menggunakan  scaffolding 

interpretation, yaitu memandang zona perkembangan proksimal sebagai perancah,

sejenis wilayah penyangga atau batu loncatan untuk mencapai taraf perkembangan

yang semakin tinggi. Jadi batas bawahnya adalah tingkat keterampilan yang dapat

diraih oleh anak yang dilakukan secara mandiri. Batas atasnya adalah tingkat

tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan seorang pengajar 

yang kompeten.

Gagasan Vygotsky tentang perkembangan proksimal ini mendasari

 perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan

mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep kunci yang perlu

dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 7/14

7

terkait, perkembangan kemampuan seseorang bersifat context dependent  atau tidak 

dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bantuk fundamental dalam belajar 

adalah partisipasi dalam kegiatan sosial.

Berpijak pada konsep zona perkembangan proksimal, maka sebelum terjadi

internalisasi dalam diri anak, atau sebelum kemampuan intramental terbentuk, anak 

 perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa dan atau teman sebaya yang

lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti memberikan contoh,

memberikan  feedback, menarik kesimpulan, dan sebagainya dalam rangka

 perkembangan kemampuannya.

Konsep Scaffolding

Teori Scaffolding  pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome

Bruner, seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan

anak-anak muda dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar 

 berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki

struktur untuk belajar barbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang

dewasa dan anak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu

di luar usaha mandiri-nya. Cazden menyatakan bahwa “scaffolding  sebagai kerangka

kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian” (Budiningsih, 2008).

Konstruksi  scaffolding  terjadi pada peserta didik yang tidak dapat

mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkan

oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas,

melainkan dengan  scaffolding  yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk 

 berhasil menyelesaikan tugas.

Istilah  scaffolding digunakan pertama kali oleh Wood, dkk (Budiningsih, 2008),

dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya

menyelesaikan proses belajar  yang tidak dapat diselesaikannya sendiri”. Pengertian

dari Wood ini sejalan dengan pengertian  ZPD ( Zone of Proximal Development ) dari

Vygotsky. Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk 

mendapatkan pemahaman berada di luar daerah  ZPD-nya, sedang peserta didik yang

 bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah berada dalam daerah

 ZPD-nya. Menurut Vygotsky,

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 8/14

8

“peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih

tinggi ketika mendapat bimbingan ( scaffolding ) dari seorang yang lebih ahli

atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi”

(Martinis, 1960, 2010).

Larkin (Cahyono, 2010) menyatakan bahwa scaffolding adalah salah satu prinsip

 pembelajaran yang efektif yang memungkinkan para pembelajar untuk 

mengakomodasikan kebutuhan peserta didik masing-masing. Penulis sendiri

mendefinisikan  scaffolding sebagai bantuan yang besar kepada seorang anak selama

tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan

memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya

sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan

guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam

 bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Lihat gambar di bawah ini!

Gambar 1.1 Model Pengembangan ZPD ( Suryadi, 2005:156)

Gambar di atas menunjukan bahwa pemberian intervensi atau bantuan oleh guru

dilberikan pada saat siswa sudah merasa sangat kesulitan, yakni ketika ia benar-benar 

 berada di ujung kemampuan aktualnya. Dengan diberikan bantuan misalnya dengan

contoh, diskusi, hints atau pertanyaan, siswa dapat menuju kemampuan potensialnya,

dan jika anak telah sampai pada tingkat yang lebih sulit lagi, maka bantuan pun dapat

kembali diberikan begitu seterusnya. Sehingga siswa tidak akan merasa terganggu dan

merasa diabaikan.

Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh

Smith (Fauzi, 2009) :

Perkembanganaktual

Intervensiawal berupa

sajian masalah

Intervensi lanjutanmelalui teknik

scaffolding 

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 9/14

9

a.  Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting

 bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan

Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diganti sepenuhnya. Sebaliknya

mereka justru menyatakan walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif,

guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini

 berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru

menyediakan scaffolding bagi anak.

 b.  Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya

 juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan

 pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja

kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.

c.  Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi

oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal

di dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya

melewati  ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa

dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan

menyediakan scaffolding yang sesuai.

B.  Kelebihan dan Kelemahan Teori Vygotsky

Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa kelebihan:

1.  Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona

 perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;

2.  Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya

daripada tingkat perkembangan aktualnya;

3.  Pembelajaran lebih diarahkan pada penggnaan strategi untuk mengembangkan

kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;

4.  Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif 

yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan

untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;

5.  Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan

konstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makana baru secara

 bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 10/14

10

Konsep vygotsky mempuyai tiga kelemahan yaitu :

1.  Kesadaran terlihat dalam suatu cara yang intelektualistis. Tidak ada tempat untuk 

emosi dan motivasi.

2.  Generalisasi dari proses perkembangan terbatas pada fungsi-fungsi interaksi dan

komunikasi verbal. Inilah sebabnya maka vygotsky disebut seorang idealis

3.  Kurangnya data empiris yang menhyokong hipotesisnya. Psikologi anak yang

mutakhir di Rusia mencoba mengatasi kekurangan-kekurangan ini.

C. Penerapan Teori Vygotsky 

Teori Vygotsky memberikan suatu sumbangan yang sangat berarti dalam

kegiatan pembelajaran. Teori ini memberi penekanan pada hakekat sosiokultural dari

 pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta

didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-

tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam  Zone

of Proximal Development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini

yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan

orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding (pemecahan), dimana pemecahan mengacu kepada bantuan yang diberikan

teman sebaya atau orang dewasa yang lebih lompeten, yang berarti bahwa

memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal

 pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan

kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah

ia mampu melakukannya sendiri.

Implementasi Pembelajaran IPA dengan Menggunakan LKS Berbasis Masalah

Berdasarkan teori  Zone of Proximal Development  dari Vygotsky serta teori

 scaffolding  dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke

 perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara individu

dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, guru

memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat

menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu mencapai

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 11/14

11

 perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan

 potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir matematika tingkat tinggi.

Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka

teori pembelajaran Vygotsky-Bruner yakni  ZPD dan  scaffolding  perlu dijadikan

sebagai landasan utama. Hal yang tak kalah penting, di dalam perencanaan guru perlu

menyiapkan bahan ajar yang tepat dan relevan. Bahan ajar yang digunakan harus

dirancang oleh guru ke dalam bentuk soal pemecahan masalah yang memungkinkan

disajikan di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hoffman dan

Ritchie (1997) (Lie, 2010) bahwa Scaffolding  selalu digunakan untuk mendukung

 pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya

guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Langkah-

langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

a.  Kegiatan Awal

1.  Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran

2.  Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa

3.  Mengajukan suatu konteks permasalahan

 b.  Kegiatan Inti

1.  Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian siswa diberi

lembar kegiatan

2.  Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan

 jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah

 permasalahan yang diajukan

3.  Kemudian ±25menit selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan jawaban

secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan agar anak 

dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak langsung dalam

kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lain di dalam

satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik  scaffolding 

dengan tepat selama proses kegiatan.

4.  Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka

c.  Kegiatan Akhir 

1.  Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari

2.  Guru menutup pembelajaran

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 12/14

12

d.  Penilaian

Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes

yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan akhir pelaksanaan

tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada pembelajaran ini dapat

dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam kelompok, keaktifan di

dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab.

Sedangkan untuk penilaian prestasi belajar aspek psikomotorik pada

 pembelajaran ini dapat dilihat dari kemampuan siswa memasukkan rumus atau

konsep matematika ke dalam penyelesaian masalah serta kemampuanya di dalam

mengaplikasikan pengetahuan ke dalam kegiatan sehari-hari. Pada dasarnya

 penilaian ditujukan untuk melihat sampai dimana tingkat keberhasilan teknik 

 scaffolding  dalam meningkatkan perkembangan siswa dari perkembangan

aktualnya ke perkembangan potensialnya. Sehingga ia mampu berpikir tingkat

tinggi.

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 13/14

13

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri

melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga. Karya Vygotsky didasarkan

 pada pada tiga ide utama, yaitu : 

1)  Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit

mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui

2)  Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual

3)  Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator 

 pembelajaran siswa.

Zona perkembangan proksimal atau  Zone of Proximal Development adalah jarak 

antara tingkat perkembangan aktual (kemampuan seseorang untuk menyelesaikan

tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri) dengan tingkat

 perkembangan potensial (kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas

dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika

 berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten).

Scaffolding  adalah dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk 

membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri.

Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes.

 penilaian aspek afektif dapat dilihat dari keaktifan siswa didalam kelompoknya.

Sedangkan penilaian aspek psikomotoriknya dapat dilihat dari kemampuan siswa

dalam menggunakan pengetahuannya didalam pemecahan masalah.

7/16/2019 makalah inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-inovasi-5633855a21a5c 14/14

14

DAFTA PUSTAKA

Agustiani, henriati. 2009. Psikologi Pekembagan. Bandung: Refika Aditama.

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar & Pekembangan. Jakarta: Rineka Cipta.Budiningsih, C. Asri. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muis, Daniel & Reynold, David. 2008.  Effective Teaching Teori & Aplikasi. Yogjakarta:

Pustaka Belajar.

Santrock, W, John. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Slameto. 2002. Belajar & Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyanto, slamet. 2005. Dasar-Dasar Pedidikan Anak Usia Dini. Yogyakata. Hikayat.