Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

18
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Inflasi Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Dalam wikipedia, inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, 3

Transcript of Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

Page 1: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi

Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan inflasi konvensional.

Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang

yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian ini, inflasi

mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak

terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara

alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru

suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara

berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika

tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang

menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.

Dalam wikipedia, inflasi didefinisikan sebagai suatu proses

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu).

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata

uang secara kontinu.1

B. Sejarah Inflasi

Sejarah inflasi terjadi pertama kali seiring dengan kerajaan Byzantium

yang berusaha mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditas-

nya sebanyak mungkin ke Negara-Negara lain agar dapat mengumpulkan

uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi apa yang kemudian terjadi?

Akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian, mengerluarkan biaya

untuk transportasi, serta juga menikmati sehingga mereka akan membelanja-

1 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 4243

Page 2: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

4

kan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi sehingga malah menaikkan

tingkat harga komoditasnya sendiri.

Sejarah inflasi di Indonesia antara tahun 1950-2002 dalam pemaparan

Akhtar Hossain antara lain dikelompokkan dalam 3 periode utama yakni:

1. Periode Soekarno

Tingkat inflasi lebih dipengaruhi kepentingan politik dan

pertumbuhan ekonomi seolah dikorbankan.

Saat itu, pemerintahan lebih memilih mencetak uang terus menerus

dan tanpa diikuti peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan

kerja. Akibatnya di tahun 1965 tingkat inflasi menjadi sangat tinggi

mencapai 162,9%.

Situasi itu mengakibatkan terjadinya kerusuhan di mana-mana dan

bermuara pada kejatuhan Presiden Soekarno.

2. Era Soeharto

Pembangunan ekonomi menjadi tujuan utama dengan penekanan pada

upaya mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi pembangunan.

Di era ini, pemicu (trigger) yang mendorong inflasi adalah karna

terlalu vokus pada investasi dalam pembangunan yang tidak

diimbangi dengan peningkatan penerimaan negara.

Hal ini menyebabkan pengeluaran APBN menjadi lebh besar dari

pada penerimaan rutin artinya peran pengeluaran pemerintah dalam

investasi tidak dapat diimbangi dengan penerimaan.

3. Periode setelah Krisis

Pembangunan ekonomi dinilainya hanya ditujukan untuk mencapai

stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh

peningkatan daya bel masyarakat.

Berikut adalah data inflasi dari oktober 2014 sampai bulan september

2015 yang diambil dari Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen)

berdasarkan perhitungan inflasi tahunan oleh Bank Sentral.

Page 3: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

5

Namun pada umumnya dari studi mengenai inflasi menunjukkan

bahwa penyebab inflasi di Indonesia adalah kenaikan harga-harga yang

diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh

pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan

politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung

jawab.

C. Teori Inflasi

Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Ada

beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi. Teori-

teori tersebut antara lain:2

1. Teori Kuantitas

Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan

harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap

timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang

beredar, baik uang kartal maupun giral.

b. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang

beredar  dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai

kenaikan harga di masa mendatang.

2. Teori Keynes

2Tim Abdi Guru, Ekonomi SMA kelas XI (Jakarta: Erlangga, 2004), 133

Page 4: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

6

Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling

menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah

permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait dengan

produksi dan kapasitas produksi yang tersedia. Rendahnya kapasitas

barang yang diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,

akibatnya timbul lagi inflasi.

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi

terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan

ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat

terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-

barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi 

inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran

agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi

tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan

agregat. Oleh karenanya model ini lebih banyak dipakai untuk

menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.

3. Teori Strukturalis

Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang

berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada

dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu :

a. Ketidak elastisan Penerimaan Ekspor.

Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan

sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :

1) Dipasar dunia, harga barang-barang ekspor dari negara

tersebut semakin memburuk.

2) Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap

kenaikan harga.

b. Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di

dalam Negeri.

Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat

pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini

Page 5: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

7

menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung

untuk naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain.

Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan

untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji. Naiknya upah dan

gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu

kenaikan harga barang pula.

Perbedaan teori Inflasi menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi

Islam adalah sebagai berikut:

1. Sebab-sebab Inflasi

a. Ekonomi Konvensional

1) Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi

moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran

yang berlebihan dan cara pembiayaannya.

2) Cost-push inflation, terjadi karena kenaikan biaya

produksi, biasanya menyebabkan penawaran agregat

berkurang. Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya

harga input pokok. Misalnya kenaikan upah dan kenaikan

BBM. 

3) Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat

yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga

umum.

4)  Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat

yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan

berubah.3

b. Ekonomi Islam

1) Natural cause inflation, inflasi yang terjadi dikarena

kondisi alam yang tidak bisa dicegah.

2) Human error cause inflation, yaitu inflasi yang terjadi

karena kesalahan manusai itu sendiri.

3 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 176-177

Page 6: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

8

Inflasi ini, menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal.

Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk. Kedua,

pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga,

jumlah uang yang berlebihan.4

2. Solusi dalam mengatasi Inflasi

a. Ekonomi Konvensional:5

1) Kebijakan moneter

2) Kebijakan fiscal

3) Kebijakan non-moneter, yaitu dengan cara menaikkan

hasil produksi, kebijaksanaan upah, pengawasan harga.

b. Ekonomi Islam:

1) Kebijakan moneter

2) Kebijakan fiscal

3) Kebijakan non-moneter

4) Perbaikan Perilaku Masyarakat.

5) Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang

dan menghubungkan antara        kuantitas uang dengan

kuantitas produksi.

6) Menjadikan emas perak sebagai standart nilai tukar uang

dunia

7) Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan

belanja yang tidak bermanfaat.

8) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong

untuk menginvestasikannya.

9) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan

kepada masyarakat secara materil dan moral.

10) Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok.

D. Natural Inflation (Inflasi Alamiah)

4 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 67-685 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam, 182-183

Page 7: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

9

Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan

disebabkan oleh berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh para

penguasa negara. Misalnya ketika suatu bencana banjir terjadi, maka akan

terjadi gagal panen diberbagai sawah sehingga terjadi kelangkaan bahan

makanan dan meningkatnya harga bahan makanan. Akibatnya, harga

barang-barang ini mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti oleh

kenaikan harga berbagai jenis barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan

gaji para pekerja.6

Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis

konvensional yaitu persamaan identitas berikut:7

MV = PT =Y

Dimana

M    : Jumlah uang beredar

V     : Kecepatan peredaran uang

P     : Tingkat harga

T     : Jumlah barang dan jasa

Y     : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)

Lebih lanjut, jika dianalisis dengan persamaan agregatif : 8

Dimana :                                 

AD = AS

AS = Y

AD = C + I + G + (X – M)

Serta :   Y           = Pendapatan nasional

C           = Konsumsi

I            = Investasi

G          = Pengeluaran pemerintah

6 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 425-4267 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 4278 Ibid,

Page 8: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

10

(X-M)  = Net export

Maka :     Y = C + I + G + (X – M)

Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi

dua yaitu: 9

1. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor

meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net export

nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya permintaan

agregatif (AD↑).

Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu

ekportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-

barang dari luar negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang

yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export

akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan

dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat

meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan

mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk

mengatasi keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk

membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut,

akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat

harga kembali normal.

2. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang

ataupun embargo ekonomi.

Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang

mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya

tingkat harga-harga (P↑).

E. Human Error Inflation

9 Ibid, 428

Page 9: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

11

Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Allah berfirman:

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar).”(Q.S. Ar-rum : 41)10

Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-

penyebabnya sebagai berikut :11

1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad

administration).

Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan

bukan karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada

berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai

kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela

menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini

juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut

akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan

pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finansial pribadi atau

keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya akan terjadi

penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan Negara.

Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan

10 Depag, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Surabaya: CV. Penerbit Fajar Mulya,1998), 40811 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 435-436

Page 10: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

12

menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman

yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam

biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya

produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual

menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan

nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi.

Harga terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini

menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy)

dan pada akhirnya terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang

merugikan masyarakat.

Jika merujuk pada persamaan AS-AD, terlihat korupsi dan

administrasi pemerintahan yang buruk menyebabkan kontraksi pada

kurva penawaran agregatif.

Selain menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan

kelemahan administrasi sangat membahayakan perekonomian yakni

terjerat pada spiralling inflation atau hyper inflation.

2. Pajak yang berlebihan (excessive tax)

Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian

hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan

administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva penawaran

agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive tax mengakibatkan

apa yang dinamakan para ekonom dengan efficiency loss atau dead

weight loss.

3. Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage)

Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan

ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan

uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara

besar-besaran. Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa percetakan uang

Page 11: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

13

yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑),

menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi

bernilai.

Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam

bentuk jumlah uang, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar),

harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang

sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk

bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil.

F. Menghitung Laju Inflasi

Laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan dalam beberapa indeks

harga dari satu periode ke periode lain.12

Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks

Harga, sebagai berikut:13

Laju inflasi =IHt – IHt-1

X 100 % IH0

Keterangan: 

IHt = Indeks Harga tahun tertentu  Ht = Harga tahun tertentu

IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya  H0 = Harga tahun dasar

IH0 = Indeks harga tahun dasar

Ada tiga cara pengukuran dalam memahami laju inflasi:14

1. Membandingkan rata-rata tahunan

2. Membandingkan bulan ini dengan bulan yang sama tahun lalu

12 Tim Abdi Guru, Ekonomi SMA kelas XI, 13513 Ibid, 13614 Ibid, 136

IHt =Ht

X 100 %H0

Page 12: Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II

14

3. Membandingkan bulan ini dengan bulan yang lalu.

Ada beberapa tingkatan inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau

tidaknya, yaitu:15

1. Inflasi ringan

Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation) adalah inflasi

yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar

terjadi pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses

pembangunan.

2. Inflasi sedang

Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30%

per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan

ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak

kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang

berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah

selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.

3. Inflasi berat

Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai

100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi

oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk

melakukan spekulasi.

4. Inflasi liar (hyperinflation)

Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per

tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan

meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama

disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak

terkendali (Hyperinflation).

15 Boediono, Ekonomi Moneter: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1985), 76