Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II
-
Upload
rifatin-aprilia -
Category
Education
-
view
338 -
download
5
Transcript of Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan inflasi konvensional.
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang
yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian ini, inflasi
mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak
terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara
alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru
suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika
tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang
menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
Dalam wikipedia, inflasi didefinisikan sebagai suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu).
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu.1
B. Sejarah Inflasi
Sejarah inflasi terjadi pertama kali seiring dengan kerajaan Byzantium
yang berusaha mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditas-
nya sebanyak mungkin ke Negara-Negara lain agar dapat mengumpulkan
uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi apa yang kemudian terjadi?
Akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian, mengerluarkan biaya
untuk transportasi, serta juga menikmati sehingga mereka akan membelanja-
1 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 4243
4
kan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi sehingga malah menaikkan
tingkat harga komoditasnya sendiri.
Sejarah inflasi di Indonesia antara tahun 1950-2002 dalam pemaparan
Akhtar Hossain antara lain dikelompokkan dalam 3 periode utama yakni:
1. Periode Soekarno
Tingkat inflasi lebih dipengaruhi kepentingan politik dan
pertumbuhan ekonomi seolah dikorbankan.
Saat itu, pemerintahan lebih memilih mencetak uang terus menerus
dan tanpa diikuti peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan
kerja. Akibatnya di tahun 1965 tingkat inflasi menjadi sangat tinggi
mencapai 162,9%.
Situasi itu mengakibatkan terjadinya kerusuhan di mana-mana dan
bermuara pada kejatuhan Presiden Soekarno.
2. Era Soeharto
Pembangunan ekonomi menjadi tujuan utama dengan penekanan pada
upaya mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi pembangunan.
Di era ini, pemicu (trigger) yang mendorong inflasi adalah karna
terlalu vokus pada investasi dalam pembangunan yang tidak
diimbangi dengan peningkatan penerimaan negara.
Hal ini menyebabkan pengeluaran APBN menjadi lebh besar dari
pada penerimaan rutin artinya peran pengeluaran pemerintah dalam
investasi tidak dapat diimbangi dengan penerimaan.
3. Periode setelah Krisis
Pembangunan ekonomi dinilainya hanya ditujukan untuk mencapai
stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh
peningkatan daya bel masyarakat.
Berikut adalah data inflasi dari oktober 2014 sampai bulan september
2015 yang diambil dari Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen)
berdasarkan perhitungan inflasi tahunan oleh Bank Sentral.
5
Namun pada umumnya dari studi mengenai inflasi menunjukkan
bahwa penyebab inflasi di Indonesia adalah kenaikan harga-harga yang
diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan
politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung
jawab.
C. Teori Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi. Teori-
teori tersebut antara lain:2
1. Teori Kuantitas
Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan
harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap
timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
b. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa mendatang.
2. Teori Keynes
2Tim Abdi Guru, Ekonomi SMA kelas XI (Jakarta: Erlangga, 2004), 133
6
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling
menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah
permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait dengan
produksi dan kapasitas produksi yang tersedia. Rendahnya kapasitas
barang yang diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,
akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi
inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran
agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi
tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan
agregat. Oleh karenanya model ini lebih banyak dipakai untuk
menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
3. Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang
berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada
dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu :
a. Ketidak elastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan
sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
1) Dipasar dunia, harga barang-barang ekspor dari negara
tersebut semakin memburuk.
2) Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap
kenaikan harga.
b. Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di
dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat
pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini
7
menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung
untuk naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain.
Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan
untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji. Naiknya upah dan
gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu
kenaikan harga barang pula.
Perbedaan teori Inflasi menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi
Islam adalah sebagai berikut:
1. Sebab-sebab Inflasi
a. Ekonomi Konvensional
1) Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi
moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran
yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
2) Cost-push inflation, terjadi karena kenaikan biaya
produksi, biasanya menyebabkan penawaran agregat
berkurang. Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya
harga input pokok. Misalnya kenaikan upah dan kenaikan
BBM.
3) Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat
yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga
umum.
4) Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat
yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan
berubah.3
b. Ekonomi Islam
1) Natural cause inflation, inflasi yang terjadi dikarena
kondisi alam yang tidak bisa dicegah.
2) Human error cause inflation, yaitu inflasi yang terjadi
karena kesalahan manusai itu sendiri.
3 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 176-177
8
Inflasi ini, menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk. Kedua,
pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga,
jumlah uang yang berlebihan.4
2. Solusi dalam mengatasi Inflasi
a. Ekonomi Konvensional:5
1) Kebijakan moneter
2) Kebijakan fiscal
3) Kebijakan non-moneter, yaitu dengan cara menaikkan
hasil produksi, kebijaksanaan upah, pengawasan harga.
b. Ekonomi Islam:
1) Kebijakan moneter
2) Kebijakan fiscal
3) Kebijakan non-moneter
4) Perbaikan Perilaku Masyarakat.
5) Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang
dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan
kuantitas produksi.
6) Menjadikan emas perak sebagai standart nilai tukar uang
dunia
7) Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan
belanja yang tidak bermanfaat.
8) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong
untuk menginvestasikannya.
9) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan
kepada masyarakat secara materil dan moral.
10) Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok.
D. Natural Inflation (Inflasi Alamiah)
4 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 67-685 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam, 182-183
9
Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan
disebabkan oleh berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh para
penguasa negara. Misalnya ketika suatu bencana banjir terjadi, maka akan
terjadi gagal panen diberbagai sawah sehingga terjadi kelangkaan bahan
makanan dan meningkatnya harga bahan makanan. Akibatnya, harga
barang-barang ini mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti oleh
kenaikan harga berbagai jenis barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan
gaji para pekerja.6
Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis
konvensional yaitu persamaan identitas berikut:7
MV = PT =Y
Dimana
M : Jumlah uang beredar
V : Kecepatan peredaran uang
P : Tingkat harga
T : Jumlah barang dan jasa
Y : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)
Lebih lanjut, jika dianalisis dengan persamaan agregatif : 8
Dimana :
AD = AS
AS = Y
AD = C + I + G + (X – M)
Serta : Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
6 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 425-4267 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 4278 Ibid,
10
(X-M) = Net export
Maka : Y = C + I + G + (X – M)
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi
dua yaitu: 9
1. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor
meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net export
nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya permintaan
agregatif (AD↑).
Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu
ekportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-
barang dari luar negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang
yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export
akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan
dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat
meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk
mengatasi keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk
membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut,
akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat
harga kembali normal.
2. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang
ataupun embargo ekonomi.
Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang
mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya
tingkat harga-harga (P↑).
E. Human Error Inflation
9 Ibid, 428
11
Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Allah berfirman:
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”(Q.S. Ar-rum : 41)10
Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut :11
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad
administration).
Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan
bukan karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada
berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai
kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela
menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini
juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut
akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan
pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finansial pribadi atau
keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya akan terjadi
penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan
10 Depag, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Surabaya: CV. Penerbit Fajar Mulya,1998), 40811 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 435-436
12
menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman
yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam
biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya
produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual
menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan
nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi.
Harga terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini
menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy)
dan pada akhirnya terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang
merugikan masyarakat.
Jika merujuk pada persamaan AS-AD, terlihat korupsi dan
administrasi pemerintahan yang buruk menyebabkan kontraksi pada
kurva penawaran agregatif.
Selain menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan
kelemahan administrasi sangat membahayakan perekonomian yakni
terjerat pada spiralling inflation atau hyper inflation.
2. Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian
hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan
administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva penawaran
agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive tax mengakibatkan
apa yang dinamakan para ekonom dengan efficiency loss atau dead
weight loss.
3. Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage)
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan
ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan
uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara
besar-besaran. Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa percetakan uang
13
yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑),
menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi
bernilai.
Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam
bentuk jumlah uang, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar),
harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk
bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil.
F. Menghitung Laju Inflasi
Laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan dalam beberapa indeks
harga dari satu periode ke periode lain.12
Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks
Harga, sebagai berikut:13
Laju inflasi =IHt – IHt-1
X 100 % IH0
Keterangan:
IHt = Indeks Harga tahun tertentu Ht = Harga tahun tertentu
IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya H0 = Harga tahun dasar
IH0 = Indeks harga tahun dasar
Ada tiga cara pengukuran dalam memahami laju inflasi:14
1. Membandingkan rata-rata tahunan
2. Membandingkan bulan ini dengan bulan yang sama tahun lalu
12 Tim Abdi Guru, Ekonomi SMA kelas XI, 13513 Ibid, 13614 Ibid, 136
IHt =Ht
X 100 %H0
14
3. Membandingkan bulan ini dengan bulan yang lalu.
Ada beberapa tingkatan inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau
tidaknya, yaitu:15
1. Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation) adalah inflasi
yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar
terjadi pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses
pembangunan.
2. Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30%
per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah
selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
3. Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai
100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi
oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk
melakukan spekulasi.
4. Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per
tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hyperinflation).
15 Boediono, Ekonomi Moneter: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1985), 76