Makalah Imec Tahap Ke-2 - Copy-2

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu kompenen kebutuhan hidup yang sangat penting. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya pemanfaatan Minyak bumi dan gas alam sebagai penghasil energi. Terutama negara-negara yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar perindustriannya. Hal tersebut merupakan masalah besar yang dihadapi manusia dewasa ini. Karena benda tersebut tidak dapat diperbaharui lagi penggunaannya, dan persediaannya makin menipis. Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus menerus, tanpa memperhitungkan sumber cadangan minyak bumi yang tersisa, maka manusia akan kekurangan sumber energi tersebut. Akibatnya manusia akan kesulitan mendapatkan barang tambang minyak bumi. Oleh karena itu perlu dipikirkan bahan alternatif baru penghasil energi kalor yang lain. Pemanfaatan bahan organik sebagi pengganti penghasil kalor merupakan hal yang tepat. Karena bahan organik

description

x

Transcript of Makalah Imec Tahap Ke-2 - Copy-2

MAKALAH IMEC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan suatu kompenen kebutuhan hidup yang sangat penting. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya pemanfaatan Minyak bumi dan gas alam sebagai penghasil energi. Terutama negara-negara yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar perindustriannya.

Hal tersebut merupakan masalah besar yang dihadapi manusia dewasa ini. Karena benda tersebut tidak dapat diperbaharui lagi penggunaannya, dan persediaannya makin menipis.

Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus menerus, tanpa memperhitungkan sumber cadangan minyak bumi yang tersisa, maka manusia akan kekurangan sumber energi tersebut. Akibatnya manusia akan kesulitan mendapatkan barang tambang minyak bumi. Oleh karena itu perlu dipikirkan bahan alternatif baru penghasil energi kalor yang lain. Pemanfaatan bahan organik sebagi pengganti penghasil kalor merupakan hal yang tepat. Karena bahan organik dipastikan selalu dapat diproduksi ulang oleh manusia.

Salah satunya adalah kulit buah dari tanaman siwalan yang merupakan limbah perkebunan. Pemanfaatan kulit buah siwalan ini masih terbatas sebagai pakan ternak atau dibuang sebagai sampah. Padahal jika ditinjau dari komposisinya, kulit buah siwalan ini mengandung 5,268% selulosa. Di daerah Pantura Lamongan banyak terdapat penjual buah siwalan, karena memang di wilayah tersebut banyak tumbuh pohon siwalan (ental). Untuk bisa menikmati buah siwalan, seseorang harus mengupas kulitnya yang tebal. Dari hasil kegiatan tersebut ternyata banyak menghasilkan kulit siwalan dan ini belum termanfaatkan secara optimal dan justru menjadi gundukan kulit siwalan yang banyak dan akhirnya membusuk menjadi sampah.Selain dimakan buahnya pohon siwalan juga bisa diambil air niranya untuk dijadikan bahan pembuatan gula merah. Untuk membuat gula merah perlu proses perebusan yang cukup lama. Air nira dari pohon siwalan direbus dan diaduk hingga mengental dan padat. Lamanya perebusan ini membuat banyak membutuhkan bahan bakar dalam membuat gula merah.

Apabila limbah buangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil kalor, maka kalangan masyarakat luas dapat lebih menghemat penggunaan minyak bumi dan gas alam sebagai bahan bakar. Menanggapi hal itu penulis berinisiatif mencoba untuk mengolah limbah buangan tersebut menjadi sumber energi kalor pengganti bahan bakar dalam pembuatan gula merah yang berdaya guna.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas kami dapat membuat rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan limbah sabut kelapa (Cocos nucifera) dapat dijadikan bahan bakar dalam pembuatan gula merah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Bahwa limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan limbah sabut kelapa (Cocos nucifera) dapat dijadikan bahan bakar dalam pembuatan gula merah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengurangi limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan limbah sabut kelapa (Cocos nucifera). .

2. Dapat membantu pengusaha rumahan pembuat gula merah dalam menghemat biaya untuk pembelian BBM.

3. Dapat meningkatkan nilai ekonomi limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan limbah sabut kelapa (Cocos nucifera).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Siwalan

Buah siwalan atau buah ental yang dalam bahasa latin disebut sebagai Borassus flabellifer merupakan buah dengan keunikan serta manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh. Buah siwalan yang tergolong ke dalam kelas tumbuhan palma ini banyak terdapat di kawasan utara Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Bali.

Gambar 2.1 buah siwalan

Untuk pohon dari siwalan sendiri mirip dengan pohon pinang, pohon kelapa dan palma-palma lainnya. Karena pohonnya yang tidak bercabang, tidak heran jika pohon ini menjulang tinggi dan tumbuh mengerumpul berdampingan antara satu pohon dengan pohon lainnya. Tinggi untuk pohon siwalan sendiri mampu mencapai 15 sampai 30 meter dan dapat tumbuh hingga usia 100.

Kandungan buah siwalan ada berbagai macam dan pastinya baik untuk kesehatan. Buah siwalan sendiri terdiri dari dua unsur pokok yang dapat dikonsumsi dan memiliki kandungan banyak gizi. Keduanya adalah nira dari pohon siwalan dan buah siwalan sendiri berupa daging buah yang segar. Di dalam nira pohon siwalan terdapat total gula (g/100 cc) sebesar 10,93 persen, gula reduksi (g/100 cc) sebesar 0,96 persen, protein (g/100 cc) sebesar 0,35 persen, nitrogen (g/100 cc) sebesar 0,056 persen, pH (g/100 cc) sebesar 6,7 sampai 6,9 persen, specific gravity sebesar 1,07 persen, mineral sebagai abu (g/100 cc) sebesar 0,54 persen, sedikit kalsium, kandungan fosfor sebesar 0,14 persen, besi (g/100 cc) sebesar 0,4 persen, vitamin C (g/100 cc) sebesar 13,25 dan vitamin B1 (IU) sebesar 3,9.

Kandungan buah siwalan dari satu potong daging buah sendiri berupa kadar air sebesar 87,78 persen, kadar gula 10,96 persen, kadar protein 0,28 persen, kadar lemak sebesar 0,02 persen dan kadar abu sebesar 0,10 persen. Buah siwalan adalah buah yang berkarbohidrat baik bagi tubuh mengingat kadar lemak, kadar protein dan seratnya yang sedikit. Dari kandungan gizi buah siwalan, tidak heran jika buah siwalan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

2.2 Kelapa (Cocos nucifera)

Gambar 2.2 Sabut kelapa

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Sabut kelapa merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.

Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain.

Serat sabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun 1990. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia, pangsa pasar serat sabut kelapa masih sangat kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu, merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa. Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa berupa butiran-butiran gabus sabut kelapa, dikenal dengan nama Coco Peat. Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai ekonomi. Coco Peat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultur dan media tanaman rumah kaca

Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku arenarenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini Selain itu Amin Tabin menjelaskan pula bahwa pohon ini memiliki ciri - ciri batang tunggal, beruas ruas, tebal, dan berkayu, berakar serabut yang berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai, daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, tersusun pada batang, warna daun hijau kekuningan, bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea, terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal, buah besar dengan diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau cokelat, buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air, endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fasa padatannya mengendap pada dinding endokarp ketika buah telah tua, embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos), dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m.

Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah pantai maupun daerah beriklim tropis. Kelapa dikatakan sebagai pohon yang serbaguna, karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, mulai dari ujung atas hingga akarnya. Akar kelapa menginspirasi penemuan teknologi penyangga bangunan Cakar Ayam (dipakai misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta) oleh Sedyatmo, batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan mutu menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah. Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik, terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi sapu. Tandan bunganya, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma), dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legn (bhs.Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tuak. Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan.

2.3 Bahan Bakar

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang dapat diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang dapat dipakai adalah logam radioaktif.

Jenis-jenis bahan bakar berdasarkan materinya, yaitu : d. Bahan bakar padat Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat yang umumnya digunakan sebagai sumber energi panas, misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi. e. Bahan bakar cair Bahan bakar yang berbentuk cair, paling populer adalah bahan bakar minyak atau BBM. Selain dapat digunakan untuk memanaskan air menjadi uap, bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan bakar cair seperti bensin dapat dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin. f. Bahan bakar gas Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG). CNG pada dasarnya terdiri dari metana, sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butane, dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga, sama dengan bahan bakar gas yang biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.

Namun sekarang ini bahan bakar padat, cair maupun gas sudah jarang ditemukan, sehingga mulailah dikembangkan bahan bakar alternatif. Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan dan bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Umumnya, istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change.

Sebenarnya yang dimaksud sebagai energi alternatif telah berubah akibat banyaknya pilihan energi yang dapat dipilih dengan tujuan yang berbeda dalam penggunaannya. Istilah "alternatif" merujuk kepada suatu tekhnologi selain tekhnologi yang digunakan pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Tekhnologi alternatif yang digunakan untuk menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan tidak menghasilkan masalah seperti penggunaan bahan bakar fosil. Oxford Dictionary mendefinisikan energi alternatif sebagai energi yang digunakan untuk menghentikan penggunaan sumber daya alam atau perusakan lingkungan. Dalam sejarahnya, transisi penggunaan energi alternatif berdasarkan faktor ekonomi, hadirnya suatu sumber energi baru bertujuan untuk menggantikan sumber energi yang semakin lama semakin langka, dan mahal ( tidak ekonomis ). Salah satu energi alternatif adalah briket.

2.4 Briket

Briket adalah sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan elpiji dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai. Dengan penggunaan briket sebagai bahan bakar, maka kita dapat memanfaatkan limbah produksi yang mudah didapat. Selain itu, penggunaan briket dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan limbah produksi sebagai bahan pembuatan briket maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil produksi sekaligus mengurangi resiko pertumbuhan sarang penyakit, karena selama ini yang ada hanya dibiarkan begitu saja. Briket yang dikenal sekarang ini adalah briket batu bara, namun batu bara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga lama kelamaan akan habis. Sehingga sekarang ini mulai dikembangkan briket dari bahan baku lain yang dapat diperbaharui antara lain : a. Briket dari batok kelapa. b. Briket dari serbuk gergaji dan c. Briket dari sampah organik berupa daun kering.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Madrasah Aliyah Negeri Babat. Sedangkan waktu penelitian adalah selama 1 Bulan yaitu Mulai tanggal 14 Januari sampai dengan tanggal 16 Februari 2015.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No.

Kegiatan

Bulan Januari dan Februari

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

1

Studi Literatur

2

Pematangan Konsep

3

Persiapan Alat dan Bahan

4

Eksperimen

5

Analisa dan Pembahasan

6

Penyusunan laporan/makalah

3.2 Alur Penelitian

Persiapan

Eksperimen

Pengumpulan Data

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan

3.3 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan limbah sabut kelapa (Cocos nucifera). Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 1 kg limbah kulit buah siwalan dan 1 kg limbah sabut kelapa.

3.4 Variabel dan Parameter Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga variable yang bisa diidentifikasi yaitu variabel manipulasi (variabel bebas), variabel respon (variabel terikat), dan variabel kontrol.

a. Variable manipulasi dalam penelitian ini adalah berbedaan perbandingan campuran bahan briket. Dimana dalam manipulasi perlakuan kami membuat tiga macam campuran antara limbah kulit buah siwalan dengan limbah sabut kelapa, dengan tujuan untuk mendapatkan komposit briket yang paling optimal menyala apinya ketika dibakar. Perbandingannya adalah sebagai berikut:

1) Briket A perbandingan adalah 1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa,

2) Briket B perbandingan adalah 1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 2 bagian limbah sabut kelapa,

3) Briket C perbandingan adalah 2 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa

b. Variable respon (terikat) dalam penelitian ini adalah lamanya waktu briket bisa merebus cairan bahan pembuatan gula merah.

c. Variable kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah briket, valume briket, volume cairan bahan gula merah (nira), wadah yang digunakan untuk merebusdan factor lain yang dianggap dapat memengaruhi variable respon.

3.5 Teknik Pengumpul dan Analisa Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diambil melalui metode percobaan. Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan pengamatan untuk memperoleh data secara langsung dari sampel penelitian.

Untuk Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa kualitatif, dengan menggunakan kalimat-kalimat deskriptif dari data yang ada dalam hal ini peneliti menganalisa data angka dalam table dengan membaca tabel-tabel, kemudian melakukan uraian dan penafsiran berdasarkan literature yang dikaji.

3.6 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah melakukan percobaan dengan merebus air nira hingga mendidih dengan 3 macam briket. Desain percobaan sebagai berikut:

III

II

I

Keterangan Perlakuan:

I. 500 ml nira direbus dengan tiga batang briket A (1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa)

II. 500 ml nira direbus dengan tiga batang briket B (1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 2 bagian limbah sabut kelapa)

III. 500 ml nira direbus dengan tiga batang briket C (2 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa)

3.7 Alat dan Bahan

Dibawah ini merupakan pemaparan dari alat dan bahan untuk pembuatan briket berbahan dasar kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera):

18

1.

2. Alat yang diperlukan adalah :

a. Blender

b. Baskom

c. Alat penumbuk

d. parut

3. Bahan yang diperlukan adalah :

a. 2 kg kulit siwalan

b. 500 gram sabut kelapa

c. Tepung singkong

d. 500 cc Air

3.8 Cara Pembuatan

Cara pembuatan briket berbahan dasar kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan semua alat dan bahan

2. Menggiling atau menghaluskan kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) hingga menjadi serbuk yang halus dengan menggunakan alat penghalus.

4. Mencampur kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) dengan tepung kanji yang telah direbus (lem tepung).

5. Menyiapkan cetakan yang telah ada.

6. Meletakkan adonan pada cetakan secukupnya dan kemudian, meratakannya.

7. Setelah di cetak, mengeringkan dengan menjemur dipanas matahari sampai benar-benar kering.

3.9 Cara Pengujian Briket

Sesuai dengan rancangan percobaan dalam penelitian ini bahwa kami melakukan percobaan dengan merebus air nira hingga mendidih dengan 3 macam briket. Langkah percobaannya adalah sebagai berikut:

III

II

I

1) Menyiapkan alat berupa tungku dan wajan

2) Menyiapkan 4500 ml air nira yang dibeli dari Desa Paciran Kecamatan Paciran.

3) Membagi air nira ke dalam 9 wadah dengan volume 500ml, hal ini disesuaikan dengan perencanaan 3 wadah @ 500 ml untuk percobaan 1, percobaan 2 dan percobaan 3.

4) Merebus 500 ml air nira dengan tiga batang briket A (1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa)

5) Merebus 500 ml air nira dengan tiga batang briket B (1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 2 bagian limbah sabut kelapa)

6) Merebus 500 ml air nira dengan tiga batang briket C (2 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa)

7) Mencatat waktu yang dibutuhkan dari ketika air nira diletakkan di atas tungku sampai air nira mendidih.

8) Pengujian diulang tiga kali dengan langkah dan perlakuan yang sama.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Tabel hasil penelitian dengan menggunakan tiga batang briket dalam merebus 500ml air nira disajikan dalam table di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Percobaan

Jenis briket

Waktu yang dibutuhkan sampai mendidih

Rata-rata

Percobaan 1

Percobaan 2

Percobaan 3

Briket A

30 menit

30 menit

28 menit

29,3 menit

Briket B

30 menit

29 menit

30 menit

29,7 menit

Briket C

32 menit

29 menit

28 menit

29,7 menit

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian kami tentang pemanfaatan kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) sebagai bahan dasar dalam pembuatan briket adalah sebagai berikut:

Briket A (1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa) yang digunakan merebus 500 ml air nira dari percobaan 1 sampai percobaan 3 setelah di rata-rata membutuhkan waktu 29,3 menit.

Briket B (1 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 2 bagian limbah sabut kelapa) yang digunakan merebus 500 ml air nira dari percobaan 1 sampai percobaan 3 setelah di rata-rata membutuhkan waktu 29,7 menit.

Briket C (2 bagian limbah kulit buah siwalan dengan 1 bagian limbah sabut kelapa) yang digunakan merebus 500 ml air nira dari percobaan 1 sampai percobaan 3 setelah di rata-rata membutuhkan waktu 29,7 menit.

Dari hasil percobaan pada tiga jenis briket berdasarkan komposisi bahan dasarnya ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata pada proses perebusan air nira menjadi gula merah. Hal ini disebabkan struktur kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) mempunyai kesamaan.

Dalam penelitian ini sengaja percobaan perebusan air nira hanya diamati sampai mendidih saja karena untuk menghemat waktu. Asumsi peneliti adalah ketika briket itu dinyalakan kemudian bisa digunakan untuk merebus air nira sampai mendidih, berarti juga bisa digunakan untuk proses perebusan air nira hingga menjadi gula merah.

Kendala dalam percobaan adalah untuk mengontrol suhu awal panci atau wajan yang digunakan untuk merebus air nira dan juga suhu tungku. Ketika baru pertama kali digunakan maka banyak kalor yang terserap ke panic maupun tungku karena suhunya masih rendah. Namun setelah dipakai dalam percobaan ke 1 maka suhu tungku masih hangat, begitu juga dengan panci perebusan suhunya masih terasa hangat. Tentu saja ini juga mempengaruhi suhu akhir untuk mencapai titik didih air nira.

Secara umum, hasil percobaan menunjukkan bahwa komposit kulit limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) yang dijadikan briket dapat digunakan untuk perebusan air nira dalam pembuatan gula merah.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari berbagai pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa briket yang berbahan dasar limbah kulit buah siwalan (Borassus flabellifer) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) dapat digunakan sebagai pengganti BBM dalam perebusan air nira menjadi gula merah.

5.2 Saran

Masyarakat dapat memanfaatkan kulit buah siwalan dan sabut kelapa untuk bahan dasar pembuatan briket dalam pembuatan gula merah.

Bagi pecinta lingkungan bisa mengembangkan penelitian lain yang hasilnya dapat mengurangi limbah.

Bagi pemerintah hendaknya selalu mendorong masyarakat untuk mencari energy alternative yang ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Mere, S., 2004, Pengaruh Penggunaan Serat Serabut Kelapa Sebagai Bahan Tambah pada Campuran SMA (Split Mastic Asphalt) 0/11, Tugas Akhir S1, UAJY, Yogyakarta.

http://bursainformasiterbaru.blogspot.com/2013/08/kandungan-buah-siwalan.html

https://kelapaindonesia2020.wordpress.com/produk-dari-kelapa/serat-sabut-kelapa/

https://produkkelapa.wordpress.com/category/sabut-kelapa/

LAMPIRAN I

BIODATA KETUA DAN ANGGOTA

A. Identitas Ketua

1

Nama Lengkap

Anisa Dwi Febriyanti

2

Jenis Kelamin

Perempuan

3

Program Studi

IPA

4

NIS

5525

5

Tempat Tanggal Lahir

Tuban, 13 Februari 1999

6

E-mail

7

Nomor Telepon/HP

085624733241

B. Riwayat Pendidikan

SD

SMP

SMA

Nama Institusi

Mi Tarbiyatul Athfal Tegalsari

MtsN Model Babat

MA Negeri Babat

Jurusan

-

-

IPA

Tahun Masuk-Lulus

2006/2007

2011/2012

C. Penghargaan dalam 3 tahun terakhir

No

Jenis Penghargaan

Intitusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1

2

3

A. Identitas Anggota

1

Nama Lengkap

Irma Arfiliani Zuana

2

Jenis Kelamin

Perempuan

3

Program Studi

Ipa

4

NIS

5536

5

Tempat Tanggal Lahir

Tuban, 18 April 1999

6

E-mail

7

Nomor Telepon/HP

-

B. Riwayat Pendidikan

SD

SMP

SMA

Nama Institusi

Mi Ta Widang

MtsN Model Babat

MA Negeri Babat

Jurusan

-

-

Ipa

Tahun Masuk-Lulus

2006/2007

2011/2012

C. Penghargaan dalam 3 tahun terakhir

No

Jenis Penghargaan

Intitusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1

2

3

D. Karya Tulis yang pernah dibuat selama3 tahun terakhir

No

Judul Karya Tulis

Tahun

1

2

3

A. Identitas Anggota

1

Nama Lengkap

Khoirum Misbahul Ummah

2

Jenis Kelamin

Perempuan

3

Program Studi

Ipa

4

Nis

5323

5

Tempat Tanggal Lahir

Lamongan, 26 Juni 1998

6

E-mail

7

Nomor Telepon/HP

081249006374

B. Riwayat Pendidikan

SD

SMP

SMA

Nama Institusi

MI Miftahul Ulum

MtsN Model Babat

MA N Babat

Jurusan

Ipa

Tahun Masuk-Lulus

2005/2006

2010/2011

2012/2013

C. Penghargaan dalam 3 tahun terakhir

No

Jenis Penghargaan

Intitusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1

2

3

D. Karya Tulis yang pernah dibuat selama 3 tahun terakhir

No

Judul Karya Tulis

Tahun

1

Pertisida Nabati

2014

2

3