Makalah Hutan Hujan Tropis

38
HUTAN HUJAN TROPIS A. PENDAHULUAN Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembab, dan curah hujan yang tinggi (Zaenuddin, 2008). Patandianan (1996) mengatakan bahwa sifat tanah hutan hujan tropis adalah miskin hara sehingga tidak mampu mendukung produktivitas tumbuhan yang sangat tinggi. Menurut Resosoedarmo et al., (1986) produktivitas yang sangat tinggi pada kawasan ini terjadi karena ekosistem hutan hujan tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran, dan berlangsung cepat. Pada hutan hujan tropis di wilayah Situ Lembang, terutama dalam kanopi pohon, terdapat berbagai kehidupan hewan serangga yang jumlahnya tak terhitung dan kadang-kadang memiliki warna yang indah sekali. Selain itu banyak juga terdapat katak pohon, kadal, ular, burung, tupai, monyet, dsb. Sebagian besar hidup hewan-hewan tersebut di atas pohon dan sangat jarang turun untuk menyentuh tanah selama hidupnya. Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-

Transcript of Makalah Hutan Hujan Tropis

Page 1: Makalah Hutan Hujan Tropis

HUTAN HUJAN TROPIS

A. PENDAHULUAN

            Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan

yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang

lembab, dan curah hujan yang tinggi (Zaenuddin, 2008).

            Patandianan (1996) mengatakan bahwa sifat tanah hutan hujan tropis

adalah miskin hara sehingga tidak mampu mendukung produktivitas  tumbuhan

yang sangat tinggi. Menurut Resosoedarmo et al., (1986) produktivitas yang

sangat tinggi pada kawasan ini terjadi karena ekosistem hutan hujan tropis

memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran, dan berlangsung

cepat. 

Pada hutan hujan tropis di wilayah Situ Lembang, terutama dalam kanopi

pohon, terdapat berbagai kehidupan hewan serangga yang jumlahnya tak terhitung

dan kadang-kadang memiliki warna yang indah sekali. Selain itu banyak juga

terdapat katak pohon, kadal, ular, burung, tupai, monyet, dsb. Sebagian besar

hidup hewan-hewan tersebut di atas pohon dan sangat jarang turun untuk

menyentuh tanah selama hidupnya. Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat

berganti daun-daunya setiap tahunnya secara individual. Namun demikian tidak

terdapat perubahan musiman yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap

seluruh vegetasi yang ada. Sepanjang tahun terjadi pembungaan dan

pembentukkan buah, meskipun ada kecenderungan setiap tumbuhannya memiliki

musim pembuahan pada waktu-waktu tertentu dan tidak sama untuk masing-

masing jenis tumbuhan. Proses demikian disebut dengan gejala cauliflory

(berbunga dan berbuah pada batang atau dahan-dahan yang telah tua dan tidak

berdaun lagi). Proses dan siklus yang demikian itu merupakan gejala yang sangat

umum dalam wilayah hutan hujan tropis (Ardiananda, 2008).

Page 2: Makalah Hutan Hujan Tropis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Hutan Hujan Tropis.

           

Secara geografis daerah hutan hujan tropis mencakup wilayah yang terletak di

antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capricornus, yaitu suatu

wilayah yang terletak di antara 23027’ LU dan 23027’ LS (Weidelt, 1995).

Menurut Ewusie (1980)  wilayah hutan hujan tropis mencakup  ± 30 % dari luas

permukaan bumi dan terdapat mulai dari Amerika Selatan, bagian tengah dari

Page 3: Makalah Hutan Hujan Tropis

benua Afrika, sebagian anak benua India, sebagian besar wilayah Asia Selatan dan

wilayah Asia Tenggra, gugusan kepulauan di samudra Pasifik, dan sebagian kecil

wilayah Australia.

            Pada umumnya wilayah hutan hujan tropis  dicirikan oleh adanya 2 musim

dengan perbedaan yang jelas, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Ciri

lainnya adalah suhu dan kelembapan udara yang tinngi, demikian juga dengan

curah hujan, sedangkan hari hujan merata sepanjang tahun (Walter, 1981).

B. Ciri-ciri Umum Hutan Hujan Tropis

1. Lokasi: hutan hujan berada di daerah tropis

2. Curah hujan: hutan hujan memperoleh curah hujan sebesar paling tidak 80 inci

setiap tahunnya

3. Kanopi: hutan hujan memiliki kanopi, yaitu lapisan-lapisan cabang pohon

beserta daunnya yang terbentuk oleh rapatnya pohon-pohon hutan hujan

4. Keanekaragaman biota: hutan hujan memiliki tingkan keragaman biota yang

tinggi (biodiversity). Biodiversity adalah sebutan untuk seluruh benda hidup --

seperti tumbuhan, hewan, dan jamur -- yang ditemukan di suatu ekosistem.

Para peneliti percaya bahwa sekitar separuh dari tumbuhan dan hewan yang

ditemukan di muka bumi hidup di hutan hujan

5. Hubungan simbiotik antar spesies: spesies di hutan hujan seringkali bekerja

bersama. Hubungan simbiotik adalah hubungan dimana dua spesies berbeda

saling menguntungkan dengan saling membantu. Contohnya, beberapa

tumbuhan membuat struktur tempat tinggal kecil dan gula untuk semut.

Sebagai balasannya, semut menjaga tumbuhan dari serangga-serangga lain

yang mungkin ingin memakan daun dari tumbuhan tersebut

Page 4: Makalah Hutan Hujan Tropis

6. Ciri-ciri : Iklim selalu basah. curah hujan tinggi. dan merata, tanah kering

sampai lembab dan bermacam-macam jenis tanah. Mayoritas hidup tumbuhan

berkayu (perpohonan. liana). tumbuhan berbatang kurus (tidak banyak cabang.

kulit tipis). Terdapat di pedalaman. pada tanah rendah sampai berbukit (1000

mdpl) sampai pada dataran tinggi (s/d 4000 mdpi). Dapat dibedakan menjadi 3

zone menurut ketinggiannya : Hutan Hujan Bawah (2 - 1000 mdpl). Hutan

Hujan Tengah (1000 - 3000 mdpl), Hutan Hujan Atas (3000 - 4000 mdpl).

Terdapat terutama di Sumatera. Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian.

C. Jenis tumbuhan yang hidup di daeran hutan hujan tropis antara lain :

Pohon jelutung dapat disadap sepanjang tahun, produksi getah per pohon tergantung pada ukuran pohon dan cara penyadapannya. Sedangkan mutu getah jelutung tergantung pada jenis pohon jelutung yang disadap serta perlakuan dan teknik penanganan pascapanen yang diterapkan. Mutu getah jelutung terbaik dihasilkan dari Dyera costulata (Jelutung oukit). Getah jelutung bermutu tinggi bila memiliki kandungan karet (perca) yang tinggi dan resin (harsa) yang rendah. Dyera Costulata menghasilkan getah sekitar 2,5 kg lebih banyak dari Dyera laxiflora yang hanya menghasilkan 0,5 kg getah. Di Kalimantan dari satu pohon pantung rata-rata dapat menghasilkan pantung seberat pikul atau rata-rata produksi getah jelutung sebanyak 50 kg/pohon/tahun.

Page 5: Makalah Hutan Hujan Tropis

Kayu jelutung bersifat lunak dan berwarna putih dengan tekstur permukaan agak rata, halus dan licin sehingga bisa digunakan sebagai bahan pola sepatu, sebagai bahan baku pembuatan batang pensil dan sebagai bahan pembuatan papan dan peti. Vinir kayu jelutung mudah dibuat dan mudah direkat. Kayu jelutung mudah digergaji dalam keadaan kering dan mudah dikerjakan seperti diserut, dibor, dipaku, disekrup dan diberi finishing seperti cat, divernis dan dipelitur. Semua bagian kayu segar sangat rentan terhadap serangan jamur blue-stain, pengupasan kulit tanpa dibarengi pembubuhan fungisida akan mempermudah serangan blue-stain.

Karena pohon jelutung termasuk jenis pohon dwiguna, maka sangat baik untuk dikembangkan di kawasan penyangga (buffer zone) sebagai tanaman konservasi dan sumber penambah penghasilan bagi masyarakat setempat. Upaya pengembangan tanaman jelutung di kawasan penyangga perlu dibarengi dengan penyuluhan tentang teknik penyadapan, pengolahan dan standar mutu komoditi jelutung, sehingga masyarakat setempat dapat menikmati nilai tambah dari pengolahan getah jelutung.

ENCEKIK

Secara umum strangler dikatakan sebagai tanaman hemi-epifit atau semi-epifit. Jenis tumbuh-tumbuhan ini hidup dengan jalan mengandalkan tumbuhan lain untuk mencari makanannya. Awalnya epifit tersebut mengecambahkan bijinya tinggi di atas tanah pada cabang pohon besar. Kecambah tersebut mempunyai dua macam akar yang melilit cabang. Akar yang berjuntai mirip kabel dan tumbuh terus mencapai tanah merupakan alat untuk bertahan di tempat. Sebelum akar sampai tanah, pohon pencekik tumbuh seperti epifit lain yang memperoleh air dan hara dari kotoran di celah-celah pohon. Setelah akar mencapai tanah, sumber hara dan air mencukupi kebutuhan hidup pohon tersebut, sehingga akar semakin banyak berjuntaian munuju tanah dan pohon penopangnya terkurung dalam jaring jaring akar tersebut dan tercekik. Inang tersebut membusuk dan akhirnya tanaman tersebut hidup bebas dengan bagian tengahnya berlubang (gerowong).

D. Tumbuhan Penyusun Hutan Hujan Tropis.

Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis yang basah (lembab),

biasanya terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu :

Page 6: Makalah Hutan Hujan Tropis

1. Pohon-pohon Hutan

Pohon-pohon ini merupakan komponen struktural utama, kadang-kadang untuk

mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan,

dan masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A

merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari

30 meter. Pohon-pohonnya dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan

dan jarang merupakan suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B

merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan

ini merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk

sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuah atap (kanopi). Sedangkan tingkatan

C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan

dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit

meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali

dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon yang tidak seragam

seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas. Pengamatan tingkatan

kanopi di atas hanyalah bersifat causal saja.

Daun-daun pohon biasanya berukuran sedang, memiliki luas antara 2.000-18.000

mm2. Daun-daun itu biasanya tunggal dan kaku seperti belulang, berwarna hijau tua

dengan permukaan yang mengkilap. Jadi daun-daun itu tergolong dalam daun Laurus

atau tipe sklerofil besar. Kebanyakan daun-daun itu terbentang memanjang, bangun

lanset sampai bangun jorong, kadang-kadang dengan ujung memanjang seperti ekor

yang disebut ujung penetes. Kebanyakan hutan hujan tropis memiliki perdaunan

meluas dan kontinu mulai dari terna di tanah sampai ke puncak pohon-pohon yang

paling dominan. Perdaunan ini bahkan dapat menutup batang-batang pohon dominan

yang besar, hingga tertutup sama sekali.

Page 7: Makalah Hutan Hujan Tropis

Pemandangan lainnya adalah tajuk pohon yang sedemikian rapatnya, menyebabkan

sinar matahari sukar tembus hingga ke dasar tanah. Dampaknya adalah hanya sedikit

saja perkembangan vegetasi bawah (undergrowth) dan tumbuhan penutup tanah,

sehingga batang-batang pokok pohon-pohon tampak menonjol dalam keremangan

cahaya sebagai tiang-tiang raksasa.

2. Terna

Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari

dapat tembus hingga ke lantai hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang

vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar.

Tumbuhan yang demikian hidup dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat

terna seperti paku-pakuan dan paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian

dindingnya sebagian besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk

lapisan tersendiri, yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak

tinggi. Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2

meter.

Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna besar seperti Scitamineae

(pisang, jahe, dll.) yang tingginya dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi iklim

mikronya panas dan lembab, namun perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan

tropis kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya pencahayaan matahari untuk

membantu proses fotosintesisnya. Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah

terbuka dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar

matahari leluasa mencapai lantai hutan.

3. Tumbuhan Pemanjat

Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan

hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal dengan

Page 8: Makalah Hutan Hujan Tropis

sebutan Liana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga mampu

memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan hujan tropis.

Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha

orang dewasa. Tumbuhan ini seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan atau

bergantungan dalam bentuk simpul-simpul tali raksasa (ingat dalam film Tarzan, the

Adventure). Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan pohon-pohon besar.

Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200 meter.

4. Epifita

Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang atau pada daun-daun pohon,

semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup diakibatkan oleh kebutuhan akan cahaya

matahari yang cukup tinggi. Beberapa dari tipe ini hidup di atas tanah pada pohon-

pohon yang telah mati. Tumbuhan ini pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh

buruk terhadap inang yang menunjangnya. Tumbuhan ini pun hanya memainkan

peran yang kurang berarti dalam ekonomi hutan. Namun demikian, epfita memainkan

peranan penting dalam ekosistem sebagai habitat bagi hewan. Epifit pun memainkan

peranan penting dan sangat menarik untuk menunjukkan adaptasi struktural terhadap

habitatnya. Jumlah jenisnya lebih beraneka ragam, biasanya melibatkan kekayaan

jenis-jenis tumbuhan spora, baik dari golongan yang rendah maupun paku-pakuan

dan tumbuhan berbunga termasuk diantaranya semak-semak. Kehadiran epifit dalam

ukuran yang luas lagi digunakan untuk membedakan antara hutan hujan tropis dengan

komunitas hutan di daerah iklim sedang.

Epifit hidup dengan mengumpulkan pengganti tanah berupa sisa tumbuhan yang telah

mati. Sisa-sisa tumbuhan yang telah mati itu biasanya dikumpulkan oleh semut yang

menghuni sistem perakaran tumbuhan dan berfungsi sebagai pot bunga bagi epifit.

Kebutuhan air bagi epfit dikumpulkan dari udara hutan hujan tropis yang sangat

lembab dengan sistem perakaran berbentuk jaringan velamen yang bersifat sepon.

Page 9: Makalah Hutan Hujan Tropis

Epifit juga harus mampu menyimpan air yang telah diperolehnya. Sebagai

konsekuensinya, epifit sering bersifat xeromorfik atau memiliki tempat penyimpanan

air yang khusus atau jaringan-jaringan penyimpan air.

Epifit dalam hutan hujan tropis dapat dibedakan dalam tiga tipe utama sesuai dengan

mikrohabitatnya yang berbeda-beda. Tipe pertama adalah epifit yang bersifat ekstrim

xerofil. Epifit ini hidup pada bagian paling ujung cabang-cabang dan ranting-ranting

pohon yang besar sebagai inangnya, misalnya pada suku Bromeliaceae dan juga dari

jenis Cactus. Tipe yang kedua adalah epfita matahari. Epifit ini biasanya bersifat

xeromorfik dan terutama terdapat pada pagian tengah tajuk inangnya. Epifit ini pun

hidup di sepanjang dahan-dahan pohon besar penyusun tiga tingkat teratas. Epifit ini

biasanya merupakan epifit terkaya diantara sinusia eofitik baik dari segi jenis maupun

populasinya. Tipe yang ketiga adalah tipe epift naungan. Epifit ini dapat ditemui pada

batang dan dahan-dahan pohon lapisan C, atau pada batang liana yang besar. Sinusia

epifit naungan terutama terdiri dari tumbuhan paku yang tidak menunjukkan tanda-

tanda xeromorfik. Pola pemencaran dan regenerasi epifita dapat dengan spora yang

diterbangkan oleh angin, biji, dan buah. Pemencaran biji dan buah epifita ini biasanya

dilakukan oleh hewan. Contoh yang menarik dari jenis epifita yang banyak

dikembangkan oleh manusia adalah dari epifita anggrek.

5. Pencekik Pohon

Tumbuhan pencekik memulai kehidupannya sebagai epifita, tetapi kemudian akar-

akarnya menancap ke tanah dan tidak menggantung lagi pada inangnya. Tumbuhan

ini sering membunuh pohon yang semula membantu menjadi inangnya. Tumbuhan

pencekik yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dari segi jenis

ataupun populasinya, adalah Fircus spp. yang memainkan peranan penting baik

dalam ekonomi maupun fisiognomi hutan hujan tropis. Biji-biji dari tumbuhan

pencekik ini berkecambah diantara dahan-dahan pohon besar yang tinggi atau semak

Page 10: Makalah Hutan Hujan Tropis

yang merupakan inangnya. Pada stadium ini tumbuhan pencekik masih berupa epifit,

namun akar-akarnya bercabang-cabang dan menujam ke bawah melalui batang-

batang inangnya hingga mencapai tanah. Kemudian batang-batang pohon itu tertutup

dan terjalin oleh akar-akar tumbuhan pencekik dengan sangat kuat. Setelah beberapa

waktu tertentu inang pohon pun akan mati dan membusuk meninggalkan

pencekiknya. Sementara itu tajuk tumbuhan pencekik menjadi besar dan lebat.

6. Saprofita

Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang telah mati

bersama-sama dengan parasit-parasit. Tumbuhan ini merupakan komponen

heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri

atas cendawan atau jamur (fungi), dan bakteri. Tumbuhan ini dapat membantu

terjadinya penguraian organik, terutama yang hidup di dekat permukaan lantai hutan.

Namun beberapa jenis anggrek tertentu, suku Burmanniaceae dan Gentianaceae,

jenis-jenis Triuridaceae dan Balanophoraceae yang sedikit mengandung klorofil

dapat hidup dengan cara saprofit yang sama.

Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lantai hutan yang memiliki rontokkan daun-

daun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan yang nyata. Tumpukan dedaunan

tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga atau sudut-sudut diantara akar-akar banir

pohon-pohon.

7. Parasit

Jenis tumbuhan ini biasanya mengambil unsur hara dari pohon inangnya untuk

kelangsungan hidupnya. Tumbuhan ini hidupnya hanya untuk merugikan tumbuhan

inangnya. Tumbuhan ini dapat berupa cendawan dan bakteria yang digolongkan

dalam 2 sinusia penting. Pertama adalah parasit akar yang tumbuh di atas tanah dan

yang kedua adalah setengah parasit (hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas

Page 11: Makalah Hutan Hujan Tropis

pohon. Parasit akar jumlahnya sangat sedikit dan tidak seberapa penting artinya,

namun bila dikaji secara mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang

bersifat seperti epifit jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun melimpah

ruah serta banyak dijumpai di seluruh hutan hujan tropis. Kebanyakan hemiparasit

adalah dari suku benalu (Loranthaceae).

2. Produktivitas Ekosistem Dunia dan Kaitannya dengan Hutan Hujan

Tropis.

            Jumlah total energi yang terbentuk melalui proses fotosintesis perunit area

perunit waktu di sebut produktivitas primer kotor, namun demikian tidak semua

energi yang dihasilkan melalui fotosintesis ini diubah menjadi biomassa, tetapi

sebagian dibebaskan lagi melalui proses respirasi. Produktivitas primer bersih

dengan demikian adalah hasil fotosintesis dikurangi dengan respirasi (Barbour et

al., 1987).        

Jika Tabel 1 diperhatikan dengan seksama maka dapat disimpulkan

beberapa hal, antara lain produktivitas primer bersih hutan hujan tropis adalah

yang tertinggi di banding wilayah lain, yang mencapai 1000-3500 g/m2/tahun,

disusul oleh hutan musim tropis yang mencapai 1000-2500 g/m2/tahun. Daerah

daratan yang memiliki produktivitas terendah adalah gurun dan  semak-gurun

yang hanya berkisar 10-250 g/m2/tahun.

Page 12: Makalah Hutan Hujan Tropis

Tabel 1. Produktivitas Primer Biosfer

Tipe Ekosistem Produktivitas Primer

Bersih (Bahan

Kering)

Kisaran Normal

(g/m2/tahun)

Hutan Hutan Tropis 1000-3500

Hutan Musim Tropis 1000-2500

Hutan Iklim Sedang:

           Selalu Hijau 600-2500

           Luruh 600-2500

Hutan Boreal 400-2000

Savana 200-2000

Padang Rumput Iklim Sedang 200-1500

Tundra dan Alpin 10-400

Gurun dan Semak Gurun 10-250

Sumber: Whittaker dan Likens (1975).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Hutan Hujan Tropis.

Page 13: Makalah Hutan Hujan Tropis

            Produktivitas merupakan parameter ekologi yang sangat penting.

Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh

kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam

ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam

jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil,

tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan  telah terjadi

perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam

interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985).

Produktivitas khususnya di wilayah tropis dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain adalah:

a. Suhu dan Cahaya Matahari

           

Suhu udara di daerah dataran rendah hutan hujan tropis tidak pernah turun

sampai pada titik beku. Sebagian besar suhu pada wilayah ini berkisar antara 20-

28 0 C (Walter, 1981). Radiasi global bervariasi berdasarkan keadaan atmosfer,

lintang, dan ketinggian (Whittaker, 1973). Suhu Udara di daerah hutan hujan

tropis tidak pernah turun sampai sampai mencapai titik beku (00 C) namun pada

daerah yang sangat tinggi dimana kadang-kadang tapi sangat jarang suhu turun

hampir mencapai titk beku (Warsito, 1999). Suhu rata-rata pada sebagian besar

daerah adalah 270C, dan kisaran suhu bulanan berkisar 24-280C, yang dengan

demikian kisaran suhu musiman ini jauh lebih kecil dibanding kisaran suhu siang

dan malam (diurnal) yang dapat mencapai 100. Suhu maksimum jarang mencapai

380C  juga jarang jatuh sampai di bawah 200C (Mabberly,1983).Berdasarkan

gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari wilayah

Page 14: Makalah Hutan Hujan Tropis

kutup ke wilayah ekuator (Barbour et al, 1987), namun untuk daerah hutan hujan

tropis  suhu bukanlah faktor dominan yang menentukan produktivitas, tapi

lamanya musim tumbuh (Walter, 1981).

            Wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan

yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan wilayah iklim sedang. Hal ini

disebabkan oleh 3 faktor: (1) Kemiringan poros bumi menyebabkan wilayah

tropika menerima lebih banyak sinar matahari dibanding pada atmosfer luarnya

dibanding dengan wilayah iklim sedang. (2) Lewatnya sinar matahari pada

atmosfer yang lebih  tipis (karena sudut yang lebih tegak lurus di daerah tropika),

mengurangi jumlah sinaran yang diserap oleh atmosfer. Di wilayah hutan hujan

tropis, 56% sampai dengan 59 % sinar matahari pada batas atmosfer dapat sampai

di permukaan tanah. (3) Masa tumbuh, yang terbatas oleh keadaan suhu adalah

lebih panjang di daerah hutan hujan tropis (kecuali di tempat-tempat yang sangat

tinggi) (Sanches, 1992).

            Jordan (1995) menjelaskan bahwa adanya suhu yang tinggi dan konstan

hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan

akan berlangsung lama, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas.

Berdasarkan sinar matahari dan lamanya masa tumbuh De Witt dalam Sanches

(1992) menaksir hasil tanaman pangan yang mungkin, berdasarkan jalur lintang.

Perhitunganya menunjukkan bahwa daerah hutan hujan tropis  berkemungkinan

memberikan hasil lebih besar per tahun dibanding daerah iklim sedang, dengan

mengandaikan tidaknya faktor pembatas. Pada daerah lintang tropika kemampuan

panen tahunan rata-rata adalah sebesar 60 ton/ha hasil kering keseluruhan. Kira-

kira setengah dari jumlah itu dianggap sebagai hasil panen yang menguntungkan

dari segi ekonomi.

b. Curah Hujan

            Di daerah hutan hujan tropis jumlah curah hujan per tahun berkisar antara

1600 sampai dengan 4000 mm (Warsito, 1999) dengan sebaran bulan basah 9,5-12

Page 15: Makalah Hutan Hujan Tropis

bulan basah (Sanches, 1992). Kondisi ini menjadi wilayah ini memiliki curah

hujan yang merata hampir sepanjang tahun yang akan sangat mendukung

produktivitas yang tinggi.

Hujan selain berfungsi sebagai sumber air juga berfungsi sebagai sumber

hara. Whitmore (1986) mengatakan bahwa banyak nitrogen yang terfiksasi selama

terjadi badai dan turun ke bumi bersama dengan hujan. Hara lain yang banyak

masuk ke dalam ekosistem melalui curah hujan  menurut Kenworty dalam

Whitmore (1986) adalah K, Ca, dan Mg.

Walaupun memberi dampak positif bagi produktivitas vegetasi  menurut

Resosoedarmo et al., (1986) curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanah-

tanah yang tidak tertutupi oleh vegetasi rentan sekali terhadap pencucian yang

akan mengurangi kesuburan tanah dengan cepat. Barbour et al, (1987) mengatakan

bahwa sebagai salah satu faktor siklus hara dalam sistem, pencucian  adalah

penyebab utama hilangnya hara dari suatu ekosistem. Hara yang mudah sekali

tercuci terutama adalah Ca dan K.

c. Interaksi Antara Suhu dan Curah Hujan.

            Produktivitas yang tinggi dan kontinyu sepanjang tahun tidak akan

berlangsung jika hanya didukung oleh suhu yang tinggi. Banyak wilayah lain di

dunia yang memiliki suhu yang jauh lebih tinggi di banding wilayah hutan hujan

tropis, tetapi memiliki produktivitas yang rendah (Woodweell, 1967).

            Interaksi antara suhu yang tinggi dan curah hujan yang banyak yang

berlangsung sepanjang tahun menghasilkan  kondisi kelembapan yang sangat ideal

bagi vegetasi hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas. Warsito

(1999) menjelaskan bahwa kelembapan atmosfer merupakan fungsi dari lamanya

hari hujan, terdapatnya air yang tergenag, dan suhu. Sumber utama air dalam

atmosfer adalah hasil dari penguapan dari sungai, air laut, dan genangan air tanah

lainnya serta transpirasi dari tumbuhan. Menurut Jordan (1995) tingginya

kelembapan pada gilirannya akan meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme.

Page 16: Makalah Hutan Hujan Tropis

Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi oleh proses ini adalah pelapukan

tanah yang berlangsung cepat. Pelapukan terjadi ketika hidrogen dalam larutan

tanah bereaksi dengan mineral-mineral dalam tanah atau lapisan batuan, yang

mengakibatkan terlepas unsur-unsur hara . Hara-hara ini ada yang dapat dengan

segera diserap oleh tumbuhan.

d. Produktivitas Serasah

Produktivitas serasah di hutan hujan tropis adalah juga yang tertinggi di

banding dengan wilayah-wilayah lain sebagaimana yang terlihat pada Table 2.

Oleh karena produktivitas serasah yang tinggi maka akan memberikan keuntungan

bagi vegetasi untuk meningkatkan produktivitas karena tersedianya sumber hara

yang banyak.

Tabel 2. Laju Produktivitas Serasah Di Berbagai Tipe Ekosistem Dunia

Ekosistem Lokasi Produktivitas

Serasah

(g/m/tahun)

Hutan hujan

tropis

Thailand 2322

Hutan iklim

sedang

Di beberapa

lokasi

1200

Savana kering Rusia 290

Hutan oak Rusia 350

Taiga Rusia 250-300

Hutan musim

tropis

Pantai Gading 440

Herba perennial Jepang 1484

Page 17: Makalah Hutan Hujan Tropis

Prairi Amerika

Serikat

520

Sumber: Dikompilasi dari Jordan (1971)

Produktivitas serasah yang tinggi ini disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut: (1) Hutan hujan tropis yang selalu hijau (Bray dan Gorham, 1964), dan (2)

Iklim, sebagai mana yang diperlihatkan oleh oleh Ewusie (1990) yang

membandingkan produktivitas tahunan serasah di 4 zone iklim yang berbeda dan

menemukan pada hutan hujan tropis, hutan iklim sedang yang hangat, hutan iklim

sedang yang sejuk, dan hutan alphin produktivitasnya berturut-turut adalah: 10,2

t/ha/tahun; 5,6 t/ha/tahun; 3,1 ton/ha/tahun; dan 1,1 t/ha/tahun.

Hutan hujan tropis adalah ekosistem dengan laju dekomposisi serasah

tercepat dibanding ekosistem-ekosistem lainnya sebagaimana yang terlihat pada

Tabel 3. Menurut Resosoedarmo et al., (1986) hal ini disebabkan karena serasah

yang jatuh ke permukaan tanah tidak akan lama tertimbun di lantai hutan tetapi

segera mengalami dekomposisi sehingga dapat dengan segera diserap kembali

oleh tumbuhan. Barbour et al., (1987) mengatakan bahwa laju dekomposisi

serasah berbeda antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Laju ini terutama

dipengaruhi oleh kelembapan udara, organisme flora dan fauna mikro dan

kandungan kimia dari serasah.

f. Tanah.

            Tanah adalah faktor di daerah tropis yang tidak mendukung tingginya

produktivitas yang tinggi. Tanah di hutan hujan tropis adalah tanah yang berumur

sangat tua, kecuali tanah vulkanik. Periode Pleistocene tidak berpengaruh sama

sekali pada tanah disini, dan kemungkinan besar tanah disini berasal dari periode

Tertiary (Walter,  1981).        

Page 18: Makalah Hutan Hujan Tropis

            Pencucian terjadi menurut Brady (1974) karena beberapa hara tersimpan di

permukaan tanah  liat atau pada bahan organik koloid, Permukaan ini bermuatan

negatif. Ion-ion bermuatan positif seperti K+, Ca++, dan NH4+ akan bergabung

dengan permukaan yang memiliki muatan negatif. Kemampuan tanah untuk

mempertahankan kation pada permukaan liat maupun humus terutama ditentukan

oleh nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK)nya. Tanah yang memiliki kandungan liat

atau kandungan organik yang tinggi memiliki KTK yang tinggi yang berarti tanah

tersebut memiliki kemampuan tinggi dalam mempertahankan mineral-mineralnya.

Namun faktor lain juga turut berperan dalam hal ini, terutama jenis mineral liat

yang terdapat di tanah. Mineral liat yang mengalami pelapukan yang sangat kuat

seperti kaolinit memiliki KTK yang rendah (Sanchez, 1992).

            Ion hara yang bermuatan positif  pada permukaan liat dapat digantikan oleh

ion hidrogen. Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis

disebabkan oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang

dilangsungkan oleh mikroorganisme tanah dan akar. Respirasi oleh pengurai

bersama dengan respirasi oleh akar disebut respirasi tanah.

Jika tanah dalam keadaan basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi

tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3) yang kemudian

akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen

bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara

yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang

dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil

tanah.

Karakteristik dari lapisan tanah juga menentukan apakan kation akan 

tercuci  dari horizon tanah. Kemasamanlah yang menjadi faktor utama pencucian

dan pelapukan, walaupun secara umum kejadian ini dipicu oleh ketersediaan air

(Johnson et al. dalam Jordan, 1985).

            Sumber hidrogen lainnya berasal dari transformasi Nitrogen. Selama masa

penguraian bahan organik, nitrogen yang terikat secara organik pada bahan

Page 19: Makalah Hutan Hujan Tropis

tersebut di konversi menjadi ammonium (NH4) yang kemudian akan diserap oleh

tumbuhan atau dikonversi menjadi Nitrat (NO3) melalui proses nitrifikasi.

Hidrogen yang dibebaskan dari proses ini  dapat menggantikan kation hara yang

dapat dipertukarkan pada permukaan tanah, dan ion nitrat yang tersedia kemudain

akan bereaksi dengan kation hara tersebut.

Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan

bereaksi dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium

merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis, maka

alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di daerah ini.

            Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini

dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui

aktivitas organisme mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik

juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah (Jordan, 1985).

Laju pelapukan yang tinggi juga berpotensi tinggi untuk terjadi di kawasan

hutan hujan tropis yang juga dipicu oleh kelembapan dan panas yang tinggi yang

berlangsung sepanjang tahun. Pelapukan terjadi ketika hidrogen di dalam larutan

tanah bereaksi dengan mineral di dalam tanah atau lapisan bebatuan, sehingga

unsur-unsur hara dapat tersingkirkan. Hal ini misalnya dapat terlihat pada feldspar

yang terdapat dalam aluminosilikat (senyawa aluminium dan silikat) yang

mengandung hara-hara seperti Na, K, dan Ca. Jika feldspar terhidrolisasi , maka

hara-hara tersebut akan di keluarkan dari aluminosilikat. Hara yang terlarut ini

kemudian dapat diadsorpsi oleh koloida tanah, dan kemudian digunakan oleh

tumbuhan, atau hilang dari ekosistem lewat pencucian (Jenny,  dalam Jordan,

1985).

            Karakteristik dari tanah seperti tekstur, hara, dan kedalaman telah banyak

dibahas sebagai komponen yang penting dalam menentukan hubungan kompetisi

dan laju pertumbuhan dari tumbuhan di berbagai kondisi lingkungan.  Namun

menurut Pastor dan Bockheim dalam Barbour at al., (1987) merupakan hal yang

sulit untuk mentranslasikan pengaruh edafik pada studi-studi  produktivitas. Hal

Page 20: Makalah Hutan Hujan Tropis

ini disebabkan karena tidak semua spesies memiliki kebutuhan hara yang sama

untuk memproduksi sejumlah biomassa dengan ukuran yang sama. Pengaruh

edafik mungkin akan tertutupi jika spesies yang tumbuh pada lingkungan miskin

hara memiliki efisisensi pemanfaatan hara yang tinggi. Pada lingkungan yang

demikian ini, baik komposisi  spesies maupun produktivitas dapat dipengaruhi

dengan modifikasi rezim hara.

g. Herbivora

            Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi. 

Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora

biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat (Barbour at al.,

1987). Oleh karena produktivitas yang tinggi, maka dapat di antisipasi adanya

potensi yang tinggi untuk terjadi serangan insekta. Namun, sedikit bukti yang ada,

sekurang-kurangnya di hutan yang tumbuh secara alami, adanya serangan insekta

pada areal berskala luas (Lugo et al., dalam Jordan, 1985). Walau pun demikian

defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi (Jordan,

1985). Menurut penulis yang sama hal ini disebabkan oleh tingginya

keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Banyak pohon mengembangkan alat

pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika

dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.

h. Sistem Konservasi Hara

            Curah hujan yang sangat tinggi seperti dikemukakan di atas selain

memberi dampak positif juga berdampak negatif karena mudahnya hara hilang

dari ekosistem akibat pencucian. Tanpa mekanisme konservasi hara yang tepat,

ekosistem hutan hujan tropis tidak dapat mempertahankan produktivitasnya yang

Page 21: Makalah Hutan Hujan Tropis

tinggi. Rupanya mekanisme tersebut telah terdapat pada komponen-komponen

yang menyusun ekosistem hutan hujan tropis.

Salah satu bentuk adaptasi konservasi hara secara alami di hutan hujan

tropis yang memiliki tanah yang miskin hara adalah dengan menghasilkan

biomassa akar yang relatif besar dibanding bagian tubuh tumbuhan lainnya, dan

konsentrasi  dari akar tersebut sebagian besar di atas permukaan tanah. Nye dan

Thinker (1977) dalam Jordan (1985) meneliti pentingnya pergerakan hara di dalam

tanah, dan mereka menemukan bahwa tumbuhan yang tumbuh di tanah yang

miskin hara memiliki konsentrasi akar yang sangat besar di atas permukaan tanah.

Keuntungan dari adaptasi ini adalah akar dapat menyerap hara lebih banyak.

Konsentrasi akar di atas permukaan tanah juga memungkinkan akar

bercampur dengan serasah, berbagai organisme yang telah mati, dan organisme

pengurai. Hal ini memungkinkan akar dapat dengan cepat dan lebih banyak

menyerap berbagai hasil penguraian yang dilakukan organisme pengurai di

sekelilingnya. Selanjutnya kondisi ini juga akan membuat hara terserap ke dalam

pohon daripada ke organisme lain atau tercuci keluar dari sistem.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa di daerah hutan hujan tropis, hara

jarang sekali tersimpan lama di tanah, namun langsung diserap oleh tumbuhan

atau oleh mikroorganisme. Pergerakan hara yang demikian ini juga ditunjang oleh

keberadaan berbagai organisme yang hidup maupun mati seperti bryophyta,

lichens, lumut, bromelia, paku-pakuan, anggrek, dan epifit lainnya yang sangat

banyak terdapat pada tajuk pohon. Organisme-organisme ini mampu menyerap

haranya sendiri dari lingkungan sekitarnya, terutama dari atmosfer tanpa merusak

tumbuhan inangnya.

Pada saat organisme penghuni tajuk ini mati, maka hara yang

dikandungnya juga akan terurai dan langsung diserap oleh akar-akar udara yang

sangat banyak terdapat di hutan hujan tropis. Kemampuan ini ditunjang oleh

morfologi akar udara yang memiliki banyak sekali akar-akar halus di

Page 22: Makalah Hutan Hujan Tropis

permukaannya, juga banyak dari akar ini dapat berasosiasi dengan jamur

membentuk endomikoriza, dan memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen. 

            Kehadiran mikoriza juga sangat membantu tumbuhan memperoleh hara

pada tanah yang miskin. Kimmins (1987) menjelaskan bahwa mikoriza adalah

asosiasi antara jamur dan akar tumbuhan tinggi. Jamur-jamur ini menyelimuti 

akar tumbuhan dengan akar yang disebut hyphae. Hyphae kemudian berhubungan

dengan sel-sel akar dan hasil metabolosme pun ditransfer di antara keduanya. Akar

tumbuhan secara pasif akan terus-menerus mengeluarkan senyawa-senyawa yang

dibutuhkan oleh jamur seperti asam amino yang kemudian diserap oleh jamur.

Jamur, sebaliknya menyuplai tumbuhan dengan berbagai hara yang diperlukan.

Jamur-jamur ini memperoleh hara-hara tersebut dari penguraian maupun melalui

fiksasi.

Fungsi Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan berfungsi bagi ekosistem global. Hutan hujan:

menyediakan rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan;

membantu menstabilkan iklim dunia;

melindungi dari banjir, kekeringan, dan erosi;

adalah sumber dari obat-obatan dan makanan;

menyokong kehidupan manusia suku pedalaman; dan

adalah tempat menarik untuk dikunjungi

Hutan hujan menyediakan rumah bagi tumbuhan dan hewan liar. Hutan hujan

merupakan rumah bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan di dunia,

Page 23: Makalah Hutan Hujan Tropis

termasuk diantaranya spesies yang terancam punah. Saat hutan ditebangi,

banyak spesies yang harus menghadapi kepunahan. Beberapa spesies di hutan

hujan hanya dapat bertahan hidup di habitat asli mereka. Kebun binatang tidak

dapat menyelamatkan seluruh hewan.

Hutan hujan membantu menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap

karbon dioksida dari atmosfer. Pembuangan karbon dioksida ke atmosfer

dipercaya memberikan pengaruh bagi perubahan iklim melalui pemanasan

global. Karenanya hutan hujan mempunyai peran yang penting dalam

mengatasi pemanasan global. Hutan hujan juga mempengaruhi kondisi cuaca

lokal dengan membuat hujan dan mengatur suhu.

Permasalahan Hutan Hujan Tropis

Manusia adalah penyebab utama hilangnya hutan. Manusia menebangi hutan hujan

dengan banyak alasan, termasuk:

• kayu untuk bangunan dan kayu untuk membuat api;

• agrikultur untuk pertanian kecil maupun besar;

• tanah untuk petani miskin yang tidak punya tempat lain untuk tinggal;

• tanah berumput untuk memberi makan ternak;

• pembangunan jalan

Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan adalah penebangan hutan.

Banyak tipe kayu yang digunakanuntuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari

hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu

tertentu, orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung

membantuperusakan hutan hujan.

Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang

mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan

sangat merusak. Pohon-pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara

jalan akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan

pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada hewan-

hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewan-hewan liar

Page 24: Makalah Hutan Hujan Tropis

seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.Penelitian telah menemukan

bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan yang telah ditebang jauh lebih

rendah dibandingkan dengan jumlah yang ditemukan di hutan hujan utama yang

belum tersentuh. Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat bertahan hidup dengan

berubahnya lingkungan sekitar.

Usaha pelestarian keanekaragaman Hayati di indonesia

Hutan hujan menghilang dengan sangat cepat. Berita baiknya adalah banyak orang

yang ingin menyelamatkan hutan hujan. Berita buruknya adalah menyelamatkan

hutan hujan tidak akan mudah. Ini akan membutuhkan usaha banyak orang yang

bekerja bersama dalam rangka menjaga hutan hujan dan kehidupan alam liarnya

dapat bertahan agar anak-anak kita dapat menghargai dan menikmatinya. Beberapa

langkah untuk menyelamatkan hutan hujan dan, dalam skala yang lebih luas,

ekosistem di seluruh

dunia adalah fokus pada "TREES":

• Teach others about the importance of the environment and how they can help save

rainforests. (Ajarkan

orang lain tentang pentingnya lingkungan dan bagaimana mereka bisa membantu

menyelamatkan hutan

hujan)

• Restore damaged ecosystems by planting trees on land where forests have been cut

down.

(Memperbaiki ekosistem yang rusak dengan menanam pepohonan di wilayah dimana

hutan telah

ditebangi.)

• Encourage people to live in a way that doesn't hurt the environment (Anjurkan

orang-orang untuk hidup

dengan cara yang tidak merusak lingkungan)

• Establish parks to protect rainforests and wildlife (Dirikan taman-taman yang dapat

melindungi hutan

Page 25: Makalah Hutan Hujan Tropis

hujan dan alam liarnya)

• Support companies that operate in ways that minimize damage to the environment

(Dukung perusahaanperusahaan yang bekerja dalam aturan yang meminimalkan

kerusakan terhadap lingkungan)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiananda. 2008. Forest Ecology. Gadjah Mada: Jogjakarta.

http://ahmad-zaenudin.blogspot.com/2008/03/hutan-hujan-tropis-di-indonesia-usaha.html

http://geocorida.blogspot.com/2008/01/hutan-hujan-tropis.html

Patandianan, A. T. 1996. Studi Komposisi dan Struktur Vegetasi Areal HPH  PT.

Bina Wana Sejahtera, Propinsi Sulawesi Utara. Tesis. PPS Univ. Gadjah

Mada, Jogjakarta.

Zaenuddin. 2008. Pengantar Ekolologi. Penerbit Remadja Karya CV, Bandung.