Makalah Hukum Pasar Modal
-
Upload
thirza-adelaide -
Category
Documents
-
view
75 -
download
4
description
Transcript of Makalah Hukum Pasar Modal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam pembangunan adalah
bergairahnya sektor usaha. Kemajuan pada sektor usaha dengan sendirinya
memerlukan dana investasi yang cukup besar dalam rangka melakukan
pengembangan-pengembangan usaha. Pasar modal adalah salah satu alternatif
atau sarana dalam memobilisasi dana masyarakat serta sekaligus sebagai sarana
investasi bagi pemilik modal. Menurut Munir Fuady, pasar modal adalah “Suatu
pasar dan dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri
diperdagangkan. Danadana jangka panjang yang merupakan utang biasanya
berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang biasanya berbentuk saham”1.
Sedangkan I Nyoman Tjager menyebutkan bahwa “Pasar Modal
disamping sebagai sumber pembiayaan dunia usaha juga merupakan wahana
investasi bagi masyarakat pemodal, sehingga melalui pasar modal potensi dan
kreasi masyarakat dapat dikerahkan dan dikembangkan menjadi suatu kekuatan
yang nyata bagi peningkatan kemakmuran rakyat untuk mewujudkan masyarakat
indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”2.
Pasar modal adalah industri yang sangat dinamis, atraktif, selalu berubah
dan mempunyai interdepedensi yang sedemikian tinggi dengan sektor jasa
keuangan lainnya di tingkat domestik, regional maupun global. Karakteristik
tersebut membawa konsekuensi terhadap perlunya regulator yang independen
serta siap menghadapi dinamika dari perubahan tersebut3. Garis-garis Besar
1 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1996, h. 8.
2I Nyoman Tjegger, Pokok-pokok Materi Undang-undang Pasar Modal, Universitas Udayana,
Bali, h. 97
3 Republik Indonesia, Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009, Bapepam, Jakarta,
2005, h. 5.
1
Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 menyebutkan bahwa untuk
menciptakan industri pasar modal yang efektif dan efisien perlu dibentuk suatu
lembaga independen yang mengawasi kegiatan di bidang pasar modal. Selain itu,
berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia, disebutkan bahwa pengawasan industri pasar modal dilakukan oleh
lembaga pengawas sektor jasa keuangan.
Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh
BAPEPAM yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur,
wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Kemudian dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 606/KMK.01./2005
tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, organisasi unit eselon I Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dan unit eselon I Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan
(DJLK) digabungkan menjadi satu organisasi unit eselon I, yaitu menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Penggabungan
kedua badan/lembaga tersebut dimaksudkan agar lebih efektif dan efisien dalam
menjalankan regulasi sektor keuangan, disamping dalam kerangka mengikuti
perkembangan dunia pasar modal yang semakin cepat dan atraktif.
Dari uraian tersebut, maka menarik untuk dikaji mengenai kedudukan dan
wewenang Bapepam-LK sebagai badan otoritas di bidang pasar modal dan
lembaga keuangan.
B. Rumusan Masalah
2
Untuk identifikasi masalah dalam membahas mengenai kedudukan dan
wewenang Bapepam-LK sebagai badan otoritas di bidang pasar modal dan
lembaga keuangan, pembahasan difokuskan pada dua hal :
1. Kedudukan Bapepam-LK dan Pihak-Pihak yang Terkait dalam
Penanaman Modal
Bagaimana kedudukan Bapepam-LK dan pihak-pihak yang terkait
sebagai badan otoritas di bidang pasar modal dan lembaga keuangan ? Apa
saja organ yang dimiliki dalam menunjang aktivitasnya ?
2. Wewenang Bapepam-LK dan Pihak-Pihak yang terkait dalam
Penanaman Modal
Apa saja wewenang Bapepam-LK sebagai badan otoritas di bidang
pasar modal, lembaga keuangan dan pihak-pihak yang terkait dalam
penanaman modal ?
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Bapepam-LK
Ketika pasar modal diaktifkan kembali oleh pemerintah Indonesia pada
tahun 1976, dibentuklah Bapepam yang pada saat itu kepanjangannya adalah
Badan Pelaksana Pasar Modal. Menurut Keppres No.52 tahun 1976, Bapepam
bertugas mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan
menjual saham-sahamnya melalui pasar modal, apakah telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dan apakah perusahaan dalam keadaan sehat serta
baik. Selain itu juga menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif dan
efisien, serta secara terus-menurus mengikuti perkembangan perusahaan-
perusahaan yang menjual sahamsahamnya melalui pasar modal. Bapepam
dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat oleh Presiden dan dalam
melaksanakan tugasnya ia bertanggung-jawab kepada Menteri Keuangan.
Selain bertindak sebagai penyelenggara, pada saat itu Bapepam sekaligus
merupakan pembina dan pengawas. Namun setelah dikeluarkannya Keppres 53
tentang Pasar Modal dan SK Menkeu No. 1548 tahun 1990, dualisme fungsi
Bapepam tersebut dihapus dengan harapan Bapepam dapat lebih memfokuskan
diri pada pengawasan dan pembinaan pasar modal. Sementara penyelenggara
pasar bursa diserahkan pada pihak swasta.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 606/KMK.01./2005
tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, organisasi unit eselon I Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dan unit eselon I Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan
(DJLK) digabungkan menjadi satu organisasi unit eselon I, yaitu menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Penggabungan
ini sebagai respon atas semakin terintegrasinya industri jasa keuangan.
Bapepam-LK berkedudukan sebagai badan otoritas di bidang pasar modal
dan lembaga keuangan, berada di bawah Menteri Keuangan dengan tugas
membina, mengatur, dan mengawasi kegiatan pasar modal serta merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan,
4
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam menjalankan tugasnya, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan memiliki beberapa organ pelaksana. Struktur organisasi Bapepam-LK
terdiri dari :
1. Ketua Bapepam dan LK
2. Sekretaris Bapepam dan LK
3. Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum
4. Biro Riset dan Teknologi Informasi
5. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan
6. Biro Pengelolaan Investasi
7. Biro Transaksi dan Lembaga Efek
8. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa
9. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan
10. Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan
11. Biro Perbankan, Pembiayaan, dan Penjaminan
12. Biro Perasuransian
13. Biro Dana Pensiun
B. Wewenang Bapepam-LK
Kecenderungan diterapkannya sistem pengawasan industri jasa keuangan
secara terpadu di banyak negara memicu regulator di Indonesia menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut. Jika sebelumnya pengawasan pasar modal dilakukan
oleh institusi khusus pengawas pasar modal, maka saat ini pengawasan dilakukan
oleh suatu institusi pengawas terpadu yang mengawasi seluruh kegiatan sektor
keuangan.
Institusi pengawasan terpadu ini dibentuk dengan maksud untuk
menciptakan lembaga pengawas yang terintegrasi bagi pasar modal, perbankan,
dana pensiun, asuransi serta lembaga keuangan lainnya. Hal ini ditujukan dalam
rangka mengurangi tingkat risiko di sektor keuangan dan mengantisipasi
berkembangnya universal product, meningkatkan kepercayaan pasar,
5
perlindungan konsumen, transparansi, standar praktik bisnis keuangan, dan
mengurangi kejahatan di bidang keuangan4.
Bapepam-LK memiliki wewenang untuk membina, mengatur, dan
mengawasi kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan. Dalam melaksanakan
wewenang tersebut Bapepam-LK menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :5
1. Penyusunan peraturan di bidang pasar modal;
2. Penegakan peraturan di bidang pasar modal;
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin
usaha, persetujuan, pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang
bergerak di pasar modal;
4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan
Perusahaan Publik;
5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan
sanksi oleh Bursa Efek, Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian;
6. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal;
7. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan;
8. Pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
9. Perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang
lembaga keuangan;
10. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga
keuangan;
11. Pelaksanaan tata usaha Badan.
Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari pasar modal dilakukan oleh
4Fuad Rahmany, Makalah Seminar Pasar Modal Cides, Cides, Jakarta, 07 April 2008, h. 4.
5 Nindyo Pramono, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, h. 52.
6
Bapepam yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur,
wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam
melaksanakan fungsi tersebut, Bapepam mempunyai kewenangan untuk
memberikan izin, persetujuan dan pendaftaran kepada para pelaku pasar modal,
memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan
pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan
penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang Pasar Modal.
Dalam pasal 5 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 disebutkan bahwa
Bapepam berwenang untuk :
a. memberi :
1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan, Efek, Penasihat
investasi, dan Biro Administrasi Efek;
2) izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara
Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan
3) persetujuan bagi Bank Kustodian;
b. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;
c. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk
sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen
sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau
direktur yang baru.
d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta
menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran;
e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang
ini dan / atau peraturan pelaksanaannya.
f. mewajibkan setiap Pihak untuk :
1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan
kegiatan di Pasar Modal; atau
7
2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang
timbul dari iklan atau promosi dimaksud;
g. melakukan pemeriksaan terhadap :
1) setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau
2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki ijin usaha, izin orang perseorangan,
persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini.
h. menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka
pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;
i. mengumumkan hasil pemeriksaan;
j. membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau
menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu
guna melindungi kepentingan pemodal;
k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu
dalam hal keadaan darurat;
l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan
pengenaan sanksi dimaksud;
m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan
penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;
n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat
sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan dibidang Pasar Modal;
o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang
ini atau peraturan pelaksanaannya;
p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam
Pasal angka 5; dan
q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan pada Undang-undang
Pasar Modal.
Selain diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, wewenang dan fungsi Bapepam-LK juga diatur pada :
8
1. Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1995 tentang
penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal.
2. Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 1995 tentang tata cara
pemeriksaan di bidang pasar modal.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 503/KMK.01/1997
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal.
4. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 606/KMK.01./2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan.
Dengan terintegrasikannya Bapepam dan Lembaga Keuangan dalam satu
institusi, maka diharapkan Bapepam-LK dapat melaksanakan wewenang dan
fungsinya dengan lebih efektif dan efisien, sehingga dapat menjadi otoritas di
bidang pasar modal dan lembaga keuangan yang independen dan profesional,
serta mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank
sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing
global.
Ketentuan tindak kejahatan manipulasi pasar diatur di dalam pasal 91 s.d.
pasal 93 UU Pasar Modal. Manipulasi pasar merupakan tindak pidana yang
pengaturannya hanya berlaku bagi kegiatan di bursa efek saja, khususnya terkait
perdagangan efek/saham terdaftar di bursa efek. Publikasi yang selalu dilakukan
atas harga efek dan keadaan pasar dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan
gambaran yang real dan objektif tentang pasar, bukan merupakan sesuatu yang
direkayasa. Manipulasi pasar dapat berbentuk manipulasi terhadap perdagangan
efek dan manipulasi terhadap harga efek. Tindakan manipulasi pasar dan
manipulasi harga merupakan tindakan yang dilakukan dengan perantaraan
anggota bursa, baik secara sendiri maupun secara bersama-sama, yang dapat
memberikan gambaran bahwa transaksi efek atau harga efek yang terjadi adalah
sesuai dengan kekuatan pasar.
Gambaran semu dan menyesatkan dalam transaksi dapat dilakukan oleh
anggota bursa dengan cara melakukan transaksi efek tanpa mengakibatkan
perubahan kepemilikan atas efek tersebut (wash sales), atau melakukan
penawaran (jual-beli efek) pada harga tertentu yang sudah disepakati sebelumnya.
9
Transaksi semu ini dapat dilakukan dengan atau tanpa barang sama sekali.
Dengan demikian dalam kasus ini, penjual tidak menyerahkan saham kepada
pembeli, dan pembelinya pun tidak menerima saham yang dijual. Transaksi ini
dimaksudkan untuk menciptakan “a misleading appearance of active trading
(penampilan menyesatkan perdagangan aktif)”.
Tindakan manipulasi pasar sudah semestinya dilarang, karena yang
diinginkan oleh masyarakat adalah gambaran real tentang pasar, yang dapat
menjadi pertimbangan bagi masyarakat bersangkutan dalam berinvestasi. Dengan
kata lain, investor ingin agar apa yang terjadi di pasar memang merupakan
cerminan dari kekuatan penawaran dan permintaan, bukan sesuatu yang dibuat-
buat, seolah-olah cerminan kekuatan pasar tersebut adalah gambaran yang nyata
dan benar tentang pasar.
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar
Modal adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak
dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-
undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya. Wewenang Bapepam
untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan dijabarkan lebih lanjut di dalam
pasal 100 dan pasal 101 UU Pasar Modal. Bahkan, berdasarkan pasal 102 UU
Pasar Modal, Bapepam diberikan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
administratif kepada pihak yang melanggar UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya. Dari kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam, dapatlah kita
katakan bahwa Bapepam adalah polisi khusus bagi pasar modal. Kendatipun
demikian, dapatkah wewenang ini dijalankan secara maksimal oleh Bapepam?
Kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam, cukup untuk menjadikannya
sebagai lembaga yang efektif untuk memberantas kejahatan-kejahatan yang terjadi
di pasar modal. Terhadap beberapa kasus, Bapepam berhasil membuktikan
pelanggaran pihak-pihak tertentu terhadap UU Pasar Modal dan peraturan-
peraturan pelaksanaannya serta menjatuhkan sanksi administratif bagi pihak-pihak
tersebut.
10
C. Wewenang dan Kewajiban Pihak-Pihak yang terkait dengan Pasar Modal
Kegiatan profesi penunjang pasar modal dilakukan oleh (lihat Pasal 56 PP No.45 Tahun 1995) :
1. Akuntan;
2. Konsultan hukum
3. Pemilik;
4. Notaris.
Namun tidak semua pihak yang berfungsi sebagaimana profesi tersebut di
atas dapat menjadi profesi penunjang pasar modal. Agar supaya dapat menjadi
Konsultan pasar modal, maka pihak-pihak yang menyandang profesi Konsultan
hukum haruslah mendaftarkan diri di Bapepam. Hal tersebut sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 64 ayat 2 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Jo. Pasal 56
PP No.: 45 Tahun 1995. Dalam rangka melaksanakan tugasnya di dalam kegiatan
pasar modal, maka setiap Konsultan hukum pasar modal wajib melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Adanya kewajiban untuk mentaati kode etik dan standar profesi yang
ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing, sebagaimana ditentukan di
dalam Pasal 66 UU No. 8 Tahun 1995. Kode etik dan standar profesi ini
dimaksudkan sebagai suatu standar pemenuhan kualitas minimal jasa yang
diberikan kepada kliennya, dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap Profesi
Penunjang Pasar Modal untuk mentaatinya. Berkenaan dengan hal tersebut,
konsultan hukum terwadahi dalam asosiasi profesinya yang disebut HKPM.
Pada umumnya standar profesi penunjang pasar modal memiliki tiga unsur
utama yaitu :
a. Adanya integritas, yaitu yang bersangkutan menjalankan usahanya
dengan integritas yang tinggi;
b. Adanya keharusan bersikap hati-hati dan teliti, serta memiliki
tanggung jawab penuh sesuai dengan keahliannya (duty skill of care);
11
c. Memegang prinsip know your costumer atau mengetahui latar
belakang klien atau nasabahnya yang berinvestasi. Dengan demikian
kode etik standart profesi dari konsultan hukum, dan setiap Profesi
Penunjang Pasar Modal, harus dijaga seketat mungkin di dalam kegiatan
pasar modal. Hal tersebut dimaksudkan agar supaya tidak pernah terjadi
kompromi atau kolusi antara konsultan hukum pasar modal dengan
emiten, yang sebenarnya menjadi sumber pendapatan dari konsultan
hukum pasar modal tersebut dan diharapkan jangan terjadi adanya
laporan dari konsultan hukum pasar modal tersebut yang sepertinya
direkayasa untuk memenuhi selera emiten, misalnya adanya pendapat
hukum (legal opinion) yang tidak berdasarkan pada data atau fakta yang
telah diungkapkan dalam pemeriksaan hukum (legal audit).
2. Adanya kewajiban untuk memberikan pendapat dan penilaian yang
independen, sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 67 UU No. 8 Tahun 1995.
Hal tersebut dimaksdukan agar supaya pendapat dan penilaian yang diberikan
oleh Konsultan hukum Pasar Modal dilakukan secara profesional dan bebas
dari pengaruh pihak yang memberikan tugas, sehingga pendapat atau penilaian
yang diberian obyketif dan wajar, serta harus menghindari benturan
kepentingan (conflick of inferest), yang mempengaruhi kebebasan dan
independen. Hal tersebut berakibat adanya larangan bagi konsultan hukum
pasar modal, antara lain memberikan jasa-jasa bagi emiten yang terafiliasi,
membuat perjanjian bagi kepentingan dalam efek atau bagian dari laba emiten.
Adapun yang dimaksudkan dengan pihak terafiliasi adalah : (Pasal 1 angka 1
UU No. 8 Tahun 1995).
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keterunan sampai derajat
kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari
pihak tersebut;
c. hubungan antara 2 (dua ) perusahaan dimana terdapat satu atau lebih
anggota direksi atau dewan komisaris yang sama;
12
d. hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan baik langsung
maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama;
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Dengan demikian dituntut adanya kejujuran dari setiap konsultan hukum
pasar modal untuk betul-betul berpraktek secara indenpenden, dan diharapkan
tidak menjadi kepanjangan tangan dari emiten. Hal tersebut dimungkinkan karena
adanya tendensi untuk membuat suatu jasa pelayanan profesional dalam bisnis
pasar modal, yang keberadaan dalam satu atap, dimana melibatkan emiten sebagai
pemilik modalnya. Untuk itu setiap konsultan hukum pasar modal dalam rangka
penjalankan tugasnya dituntut untuk mengkaji dan mempelajari semua dokumen
dari cara emiten, bukan sekedar percaya kepada keterangan/informasi yang
diberikan oleh direksi dan/atau komisaris, yang biasanya hanya berupa fotocopy
dokumen.
3. Adanya kewajiban dalam melakukan due diligence. Due diligence
merupakan kewajiban mutlak bagi piohak yang berkepentingan, dalam hal ini
Konsultan hukum pasar modal, untuk memverifikasikan keakuratan dari
prinsip keterbukaan yang berhubungan dengan sekuritas perusahaan dan
merupakan standar untuk penyelidikan dan penelitian yang merupakan bagian
dari proses go public. Dengan demikian due diligence dapat dimaknakan
sebagai suatu penelitian yang mendalam, yang dilakukan oleh Konsultan
hukum pasar modal dalam proses penawaran umum oleh Emiten. Tujuan
utama adanya kewajiban due diligence ini adalah:
a. untuk memastikan bahwa perusahaan itu telah lulus dan telah
memenuhi persyaratan untuk dapat menawarkan efeknya;
b. merupakan persiapan untuk melakukan pembelaan diri bagi setiap
setiap profesi penunjang pasar modal apabila terjadi tuntutan atau
13
gugatan dari pihak-pihak yang dirugikan dalam rangka penawaran umum
efek tersebut.
Hal ini sejalan dengan ketentuan di dalam penjelasan Pasal 80 UU No. 8 Tahun
1995, yang menentukan diantaranya sebagai berikut:
“profesi penunjang pasar modal tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerugian yang
diderita oleh pemodal apabila … telah melakukan langkah-langkah konkrit yang
diperlukan untuk memastikan kebenaran dari pernyataan atau keterangan yang
diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran”.
Selanjutnya dalam rangka pelaksaan due diligence tersebut, hal-hal pokok
yang menjadi perhatian Konsultan hukum pasar modal dapat diperinci sebagai
berikut :
a. Konsultan hukum wajib untuk meneliti keabsahan dokumen-dokumen
penting perusahaan, seperti izii-izin dari lembaga pemerintah, sertifikat
tanah dan bangunan, lisensi-lisensi serta lingkungan hidup;
b. Konsultan hukum wajib untuk meneliti keabsahan Akta Pendirian
berserta perubahan-perubahannya, untuk memastikan tidak ada
perubahan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan, seperti
pengendalian perusahaan, tata cara pemilikan organ perseroan;
c. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Anggaran Dasar perusahaan
berserta perubahan-perubahan, untuk memastikan tidak ada ketentuan
dalam pasal-pasalnya yang akan membawa akibat yang kurang baik
bagui proses penawaran umum efek perusahaan;
d. Konsultan hukum wajib untuk meneliti catatan-catatan/risalah rapat
(RUPS/direksi, untuk dapat mengetahui keputusan rapat dan segala hal
yang terjadi sewaktu rapat tersebut berlangsung;
14
e. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Perjanjian hutang untuk
memastikan adanya tidak adanya perjanjian yang berakibat tidak baik
terhadap hukum dimasa yang akan datang;
f. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Kontrak-kontrak dengan
pemasok, untuk menjamin tidak ada kontrak-kontrak yang
disembunyikan yang akan berakibat merugikan perusahaan dimasa yang
akan datang;
g. Konsultan hukum wajib untuk meneliti Proses hukum yang sedang
berjalan dan mungkin akan terjadi, yang dapat mengancam kelancaran
bisnis perusahaan.
D. Peranan Konsultan Hukum Pasar Modal
Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan hukum pasar modal mempunyai
peranan sebagai berikut:
1. Membantu membereskan segala aspek hukum suatu perusahaan yang akan
go publik, dengan jalan memberikan nasehat dan pendapat yang diperlukan
oleh emiten, juga pendapatnya tentang emiten sendiri yang dimuat dalam
prospektus yang diterbitkan dalam rangka emisi. Hal tersebut diwujudkan
dengan pembuatan legal audit (pemeriksaan hukum) dan legal opinion
(pendapat hukum). Legal audit dipakai oleh seorang Konsultan hukum pasar
modal sebgai landasan untuk membuat legal opinion. Serta legal opinion ini
wajib dimuat dalam prospektus yang dibuat oleh Emiten. Sebagaimana
ditentukan dalam Keputusan Ketua Bapepam No. KEP-51/PM/1996, bahwa
pendapat dari Konsultan hukum pasar modal antara lain meliputi:
a. keabsahan akta pendirian serta Anggaran Dasar dan perubahan-
perubahannya;
b. keabsahan perjanjian-perjanjian dalam rangka Penawaran Umum dan
perjanjian penting lainnya;
15
c. apakah semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan usaha yang direncanakan Emiten telah diperoleh;
d. status pemilikan aktiva yang materiil dari Emiten;
e. sengketa (litigasi) yang penting dan relevan, tuntutan perdata atau
pidana serta tindakan hukum lainnya menyangkut Emiten, komisaris atau
direktur;
f. apakah modal Emiten dan perubahan-perubahan yang direncanakan,
diajukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
telah memperoleh semua persetujuan yang diperlukan;
g. hal-hal yang materiil lainnya sehubungan dengan status hukum dari
Emiten dan penawaran Efek yang akan dilaksanakan.
Di samping itu berkenaan dengan pendapat hukum, ada beberapa aspek
yang menonjol dalam pendapat hukum, yaitu :
a. Pendapat hukum merupakan dasar penilaian perjanjian;
b. Pendapat hukum haruslah yang dapat diterima oleh perjanjian;
c. Pendapat hukum haruslah dibuat oleh konsultan yang ditunjuk oleh
Emiten dan berkulaitas sebagai konsultan hukum yang independen.
2. Membenahi suatu perusahaan yang akan go publik, misalnya dengan
melakukan restrukturisasi dalam berbagai hal;
3. Ikut mendampingi dan memberikan advis hukum kepada kliennya, yang
diduga telah melakukan pelanggaran hukum pasar modal;
4. Ikut membantu profesi lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal untuk
menangani masalah-masalah hukum, seperti membantu notaris, akuntan,
underwriter dalam pembuatan kontrak-kontrak;
16
5. Merupakan mitra pemerintah, dalam hal ini Bapepam untuk memecahkan
berbagai peraturan hukum pasar modal.
E. Tanggung Gugat Konsultan Hukum Pasar Modal
Pada prinsipnya tanggung gugat Konsultan hukum pasar modal hanya
terbatas pada pendapat atau keterangan yang diberikannya dalam rangka
pernyataan pendaftaran baik dalam bentuk legal audit maupun legal opinion, oleh
karena itu investor hanya dapat menuntut ganti rugi atas kerugian yang timbul
akibat dari pendapat atau penilaian yang diberikan oleh Konsultan hukum pasar
modal tersebut (lihat Pasal 80 ayat (2) UUPM beserta penjelasannya). Bahkan
lebih lanjut ditentukan dai dalam Pasal 80 ayat 3 UU No. 8 Tahun 1995, bahwa
Konsultan hukum pasar modal tidak bertanggung gugat atas kerugian yang
diderita oleh investor apabila Konsultan hukum pasar modal. Tersebut telah
melakukan penilaian atau memberikan pendapatnya secara profesional. Adapun
penilaian atau pendapat tersebut dianggap telah diberikan secara profesional
apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Pekerjaannya telah dilakukan sesuai dengan norma pemeriksaan;
b. Sesuai pula dengan prinsip-prinsip dan kode etik profesinya;
c. Pendapatnya atau penilaiannya itu telah diberikan secara independen;
d. Telah pula melakukan langkah-langkah kongkrit yang diperlukan untuk
memastikan kebenaran dari pernyataan atau keterangan yang diungkapkan
dalam suatu Pernyataan Pendaftaran, dalam hal ini sering disebut kewajiban
due diligence (pemeriksaan yang mendalam).
Kriteria tersebut ditentukan secara tegas di dalam penjelasan Pasal 80 ayat
3 yang bunyi lengkapnya adalah sebagai berikut: “Penjamin Pelaksana Emisi Efek
atau Profesi Penunjang Pasar Modal tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerugian
yang dideriat oleh pemodal apabila penjamin pelaksana emisi efek atau profesi
penunjang pasar modal tersebut telah melakukan penilaian atau memberikan
pendapatnya secara profesional, dalam arti pekerjaannya telah dilaksanakan
sesuai dengan norma pemeriksaan, prinsip-prinsip dan kode etik masing-masing
17
profesi, dan pendapatnya atau penilaiannya itu telah diberikan secara
independen. Selain itu, penjamin pelaksana emisi efek atau profesi penunjang
pasar modal telah melakukan langkah-langkah kongkrit yang diperlukan untuk
memastikan kebenaran dari pernyataan atau keterangan yang diungkapkan
dalam Pernyataan Pendaftaran”
Berkenaan dengan adanya tuntutan ganti rugi di atas maka perlu
diperhatikan adanya ketentuan di dalam Pasal 80 ayat 4 UU No. 8 Tahun 1995
yang menyebutkan bahwa tuntutan ganti rugi itu hanya diajukan dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak pernyataan pendaftaran efektif.
G. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang
dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lemabag keuangan seperti
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan
asuransi. Adapun tujuan utama pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan
memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat, melindungi
kepentingan konsumen jasa keuangan. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis
keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang
kembali.
Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah
membuat sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah
kesepakatan membentuk OJK yang menurut undang-undang tersebut harus
terbentuk pada tahun 2002. Meskipun OJK dibidani berdasarkan kesepakatan dan
diamanatkan oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002 draf pembentukan OJK
belum ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut
direvisi, menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.
Setelah lebih dari tiga tahun akhirnya sidang paripurna DPR pada tanggal
19 Desember 2003 menyelesaikan amandemen Undang-Undang Bank Indonesia.
Usulan amendemen ini semula diajukan semasa pemerintahan Presiden Gus Dur.
18
Undang-undang hasil amendemen ini disebut oleh Menteri Keuangan Boediono
sebagai undang-undang bank sentral modern. Salah satu masalah krusial yang
memperlambat proses amendemen ini adalah menentukan siapa yang berwenang
mengawasi industri perbankan. Terjadi tarik ulur yang alot antara Bank Indonesia
dan pemerintah yang dalam kaitan ini diwakili oleh Departemen Keuangan.
Kompromi yang dicapai akhirnya menetapkan bahwa OJK akan dibentuk paling
lambat tahun 2010. Sebelum diamandemen bunyi ketentuannya adalah Lembaga
Pengawas Jasa Keuangan/LPJK (yang kemudian menjadi OJK) paling lambat
sudah harus dibentuk pada akhir Desember 2002.
Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi
untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank
Indonesia oleh DPR. Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah
mengajukan RUU tentang Bank Indonesia yang memberikan independensi kepada
bank sentral. RUU ini disamping memberikan independensi tetapi juga
mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia. Ide pemisahan
fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan
Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang pada waktu penyusunan RUU
(kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999) bertindak sebagai
konsultan. Mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak mengawasi bank.
Sejauh ini, perumusan pembentukan OJK dilakukan berdasarkan hasil
kajian mengenai Bank Indonesia, Bapepam, lembaga keuangan yang dibina oleh
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan dan lembaga Otoritas Jasa Keuangan di
negara lain. Pokok-pokok pikiran dalam perumusan pembentukan OJK
menyangkut (1.) status dan kedudukan, (2.) objek pengawasan, (3.) fungsi, (4.)
governance, (5.) pendanaan, (6.) koordinasi, dan (7.) responsibilitas dan
akuntabilitas OJK.
RUU tentang Otoritas Jasa Keuangan didusun dengan pertimbangan antara
lain:
1. Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, diperlukan industri jasa keuangan yang sehat,
teratur, dan mempunyai daya saing yang tinggi.
19
2. Untuk itu diperlukan otoritas jasa keuangan yang bertugas melaksanakan
pengawasan yang dapat mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan tugas
pengawasan tersebut.
3. Sebagai pelaksanaan Pasal 34 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 6
Tahun 2009.
Pasal 34 UU tentang Bank Indonesia memuat pokok pikiran sebagai
berikut:
1. Pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dengan Undang-
undang. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor
3, September 2010
2. Lembaga tersebut harus bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan
kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan
laporan kepada BPK dan DPR.
3. Dalam melaksanakan tugasnya lembaga tersebut (supervisory body)
melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia.
4. Koordinasi dan kerjasama tersebut diatur dalam Undang-undang
pembentukan lembaga pengawasan dimaksud.
5. Lembaga pengawasan tersebut dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas pengawasan bank dengan koordinasi dengan Bank
Indonesia dan meminta penjelasan dari Bank Indonesia, serta keterangan dan
data makro yang diperlukan.
6. Pengalihan fungsi pengawasan dari Bank Indonesia kepada lembaga
pengawas sektor jasa keuangan dilakukan secara bertahap setelah dipenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-undang.
7. Pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan akan dilaksanakan
selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2010.
8. Sepanjang lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1) belum dibentuk, menurut Pasal 35 UU tentang Bank Indonesia maka
tugas pengaturan dan pengawasan bank dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
20
1. Status dan kedudukan
OJK merupakan lembaga independen yang tidak berafiliasi pada
departemen tertentu. OJK berkedudukan di luar pemerintah - dalam arti kabinet -
tetapi merupakan bagian dari eksekutif. Sejalan dengan hal ini, OJK bertanggung
jawab kepada Presiden.
Independensi OJK tidak diwujudkan dalam bentuk keterpisahan
organisatoris dari pemerintah. Independensi lembaga ini akan ditentukan oleh
struktur governance dan intergritas para penyelenggaranya yang mampu
mencegah setiap upaya campur tangan dari pihak manapun dalam kegiatan
pengaturan, pembinaan dan pengawasan lembaga keuangan dan lembaga lain
yang mengelola dana masyarakat. Untuk itu, struktur governance dan syarat-
syarat pokok penyelenggara OJK harus diatur dengan jelas pada tingkat undang-
undang.
OJK merupakan lembaga yang memiliki hak, kewajiban, tugas dan
wewenang, termasuk wewenang untuk berhubungan dan melakukan perjanjian
atau perikatan hukum dengan orang atau badan hukum lain. Segala akibat dari
pelaksanaan hak, kewajiban, tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan tidak dapat dibebankan pada pejabat atau karyawan OJK.
Walaupun berdiri secara independen, OJK tetap perlu berhubungan kerja
dengan departemen, lembaga pemerintah nondepartemen atau lembaga Negara
yang lain. Walaupun pembagaian fungsi pembinaan moneter, fiskal, serta pasar
dan lembaga keuangan diantara Bank Indonesia, pemerintah dan OJK nantinya
akan lengkap diatur dalam perundang-undangan, dalam praktik akan tetap ada
situasi dan area kebijakan yang harus ditangani secara bersamasama.
Dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat, OJK
juga harus berhubungan kerja dengan DPR, lembaga-lembaga perlindungan hak
konsumen atau lembaga-lembaga peradilan.
OJK juga akan perlu berkoordinasi dengan lembaga-lembaga lain yang
saat ini belum terbentuk. Sebagai contoh, pemerintah telah membentuk lembaga
penjaminan simpanan (deposit insurance institution), OJK akan harus melakukan
kerja sama yang erat dengan lembaga ini untuk menghindari penyalahgunaan
21
program penjaminan simpanan oleh pemilik atau pengelola bank atau pihak-pihak
lain.
2. Objek pengawasan
Objek pengawasan OJK adalah sebagai berikut:
a. bank;
b. perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang usaha perasuransian;
c. perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pasar modal dan
perdaganganberjangka;
d. dana pensiun;
e. perusahaan pembiayaan;
f. pengadaian;
g. modal ventura;
h. badan penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja;
i. badan penyelengga program pensiun atau program jaminan/santunan lain
untuk pegawai negeri sipil dan anggota TNI/POLRI;
j. koperasi simpan pinjam;
k. lembaga keuangan lain dan badan – badan lain yang mengelola dan
masyarakat.
Dengan mempertimbangkan kekuatan OJK pada saat pendirinya
pengawasan terhadap objek pada huruf h, i, j, dan k dapat didelegasikan kepada
pihak lain seperti pemerintah daerah atau asosiasi industri. Walaupun demikian,
OJK tetap berwenang dalam menentukan kebijakan pengawasan lembaga
pengelola dana masyarakat secara nasional.
3. Fungsi
Berdasarkan ketentuan pasal 34 Undang-undang tentang Bank Indonesia
beserta penjelasannya dapat disimpulkan bahwa OJK akan bertugas mengawasi
bank, lembaga-lembaga usaha perasuransian, lembaga-lembaga usaha pasar
modal, dana pensiun, lembaga-lembaga usaha pembiayaan, modal ventura, dan
lembaga-lembaga lain yang mengelola dana masyarakat. Dengan demikian OJK
akan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia, Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, dan institusi-institusi
pemerintah lain yang selama ini mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat.
22
Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, fungsi OJK ditunjukan dalam Tabel
Fungsi OJK
FUNGSI OJK
BANK BUKAN BANK LEMBAGA LAIN
PENGATURAN OJK OJK ?
PEMBERIAN IZIN OJK OJK OJK
PENGAWASAN OJK OJK OJK
PERNCABUTAN IZIN OJK OJK OJK
Keterangan :1) Bukan bank adalah lembaga keuangan bukan bank sebagaimana dimaksud dalam huruf b s/d huruf j dari objekpengawasan di atas.2) Lembaga lain adalah lembaga-lembaga keuangan lain dan badan-badan lain yang mengelola dana masyarakatsebagaimana dimaksud dalam huruf k dari objek pengawasan di atas.
Pengaturan kegiatan bank yang terkait dengan kewenangan Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter, tetap berada ditangan Bank Indonesia. Dalam
beberapa hal yang lain, pengaturan kegiatan bank harus dikoordinasikan oleh
OJKdan Bank Indonesia.
4. Governance
OJK terdiri atas sebuah Dewan Eksekutif dan tenaga profesional. Dewan
Eksekutif akan menjadi organ penentu dan pengambil kebijakan atas nama OJK.
Adapun para tenaga profesional akan menjadi pelaksana operasional fungsi
pengawasan dan pengaturan.
Dewan Eksekutif terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang dan
sebanyak-banyaknya sembilan orang anggota. Salah satu diantara anggota dipilih
sebagai Ketua.
Ketua Dewan Eksekutif OJK dicalonkan dan diangkat oleh Presiden atas
persetujuan DPR. Anggota-anggota lain dari Dewan Eksekutif OJK dicalonkan
oleh Ketua Dewan Eksekutif dan diangkat oleh Presiden. Dalam pengangkatan
Ketua maupun anggota Dewan Eksekutif OJK, Presiden bertindak selaku kepala
pemerintahan.
Masa jabatan anggota Dewan Eksekutif OJK diusulkan empat tahun.
Setiap anggota dapat diangkat untuk sebanyak-banyaknya dua periode jabatan.
Untuk menjamin konsistensi kebijakan, masa jabatan anggota Dewan Eksekutif
23
berselang-seling. Penggantian anggota Dewan Eksekutif terjadi tidak secara
bersamaan untuk semua anggota, melainkan separuh dewan untuk
setiappenggantian.
Pembagian tugas dan wewenang diantara anggota-anggota Dewan
Eksekutif OJK ditetapkan oleh dewan itu sendiri. Dewan Eksekutif juga akan
menyusun struktur organisasi di bawah dewan, menetapkan uraian tugas dan
jabatan, menetapkan sistem penggajian, merencanakan dan melaksanakan
rekrutmen staf, melakukan pembinaan staf dan hal-hal lain untuk kelancaran
pelaksanaan tugas organisasi.
Dewan Eksekutif OJK menyelenggarakan rapat-rapat secara periodik.
Dalam rapat-rapat tersebut, perlu dibuka kesempatan untuk kehadiran wakil-wakil
dari Bank Indonesia dan pemerintah, terutama bila fungsi pengaturan dan
pengawasan dipisahkan, dan OJK hanya menjalankan fungsi pengawasan. Tata
cara rapat dan pengambilan keputusan dalam rapat akan diatur dalam undang-
undang mengenai OJK.
5. Pendanaan
OJK harus ditetapkan sebagai lembaga nirlaba. OJK tidak boleh
mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya, walaupun tidak berarti pula
OJK boleh mengabaikan prinsip efisiensi dalam menjalankan kegiatannya.
Untuk menjaga independensi organisasi dan integritas karyawannya,
pendanaan kegiatan OJK sejauh mungkin harus dilakukan secara swadana.
Pendanaan dipungut dari lembaga-lembaga yang diawasinya dalam bentuk:
a. biaya registrasi untuk lembaga-lembaga keuangan baru;
b. iuran tahunan;
c. iuran untuk kegiatan audit; dan
d. denda, bunga atau bentuk lainnya.
Biaya registrasi dapat ditetapkan sama besarnya untuk setiap lembaga
yang akan diawasi. Iuran tahunan ditentukan menurut basar kekayaan dari
lembaga tersebut. Adapun iuran untuk kegiatan audit dapat ditetapkan sama besar
untuk semua lembaga atau bervariasi menurut besar kekayaan masing-masing.
OJK harus menghitung besar biaya atau iuran-iuran ini agar cukup untuk
mendanai seluruh kegiatannya dan dapat mempertahankan prinsip nirlaba.
24
Masalah pendanaan akan segera muncul pada awal pembentukan OJK.
Pada saat tersebut OJK belum dapat memungut biaya registrasi atau iuraniuran
dari lembaga-lembaga yang diawasinya. Untuk mengatasi masalah pendanaan
awal ini, pemerintah perlu menyetorkan dana ke OJK. Dana tidak dapat
diperlakukan sebagai penyertaan modal pemerintah dan karenanya pemerintah
tidak berhak atas dividen atau imbalannya sejenisnya dai OJK.
Apabila karena hal-hal yang secara normal tidak dapat diperkirakan, OJK
kekurangan dana untuk membiayai kegiatan-kegiatannya, OJK dapat diberi
wewenang untuk mencari dan mendapatkan dana dari pihak lain (misalnya dengan
meminjam kepada pemerintah). Namun demikian, sarana pendanaan darurat ini
harus dirumuskan dengan baik untuk menghindari pemanfaatan secara tidak benar
oleh OJK atau pejabat-pejabatnya.
Pengeluaran-pengeluaran OJK diatur dan direncanakan semata-mata untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya. Pengeluaran tersebut dapat berupa pengeluaran
modal dan pengeluaran biaya. Pengeluaran modal dilakukan untuk mendapatkan
aktiva tetap atau aktiva lain yang diperlukan guna pelaksanaan tugas OJK.
Pengeluaran biaya mencakup gaji pejabat dan karyawannya, biaya operasional,
biaya pemeliharaan aktiva, biaya pembelian alat tulis dan kantor, dan lain
sebagainya.
Dalam keadaan tertentu, penerima OJK dan biaya registrasi, iuran-iuran,
denda, bunga dan bentuk pungutan lain mungkin lebih besar daripada
penggeluarannya. Dalam keadaan demikian, kelebihan penerimaan dari
pengeluaran harus digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan dan
pelayanan di tahun berikutnya. Kelebihan ini kiranya juga layak untuk
diperlakukan sebagai “bukan objek pajak”.
OJK harus menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja. Rencana
anggaran tersebut harus disampaikan Presiden.
6. Koordinasi
Keterlibatan OJK dalam upaya pemurnian fungsi fiskal dan moneter
hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing otoritas mempu
melaksanakan fungsinya dengan baik. Arena-arena tugas yang memerlukan
koordinasi antara otoritas fiskal, moneter dan OJK harus ditegaskan secara
25
konkret di dalam peraturan perundangan. Sistem koordinasi yang terbentuk harus
dapat memperjelas pemisahan tugas serta pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Permintaan informasi oleh Otoritas Moneter dan Otoritas fiskal untuk
membentu pelaksanaan fungsi moneter dan fiskal sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di bidang Otoritas Jasa Keuanganwajib
dipenuhi oleh OJK.
Disamping itu secara proaktif OJK juga diharapkan memberikan informasi
kepada otoritas terkait dalam hal dari hasil pengawasannya menunjukan adanya
indikasi keadaan yang dapat membahayakan perekonomian nasional.
Mengingat fungsi pengawasan sangat erat dengan penegakan hukum, OJK
juga harus berkoordinasi dengan instansi penegakan hukum seperti kepolisian dan
kejaksaan. Untuk itu, bila dipandang perlu, OJK dapat membentuk organ
koordinasi yang beranggotakan Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa
Agung dan Ketua Dewan Eksekutif OJK.
7. Responsibilitas dan akuntabilitas OJK
OJK bertanggung jawab kepada Presiden. Untuk itu OJK akan
menyampaikan laporan secara periodik kepada Presiden, yang mencangkup
laporan kegiatan dan laporan keuangan. Presiden dapat meminta pihak
independen untuk memeriksa OJK.
Untuk memberi kesempatan kepada masyarakat, khususnya yang
diwajibkan membayar biaya registrasi dan iuran-iuran, mengawasi penggunaan
dana oleh OJK, lembaga ini harus mengumumkan laporan keuangannya kepada
masyarakat. Pengumuman tersebut dilakukan dengan menempatkan bagian-bagian
tertentu dari laporan keuangan OJK pada Koran-koran yang memiliki jangkauan
edaran luas. Untuk mendapatkan tanggapan dari industri jasa keuangan yang
diawasinya, OJK menyelenggarakan pertemuan tahunan dengan para pelaku
industri jasa keuangan tersebut.
Akuntabilitas OJK kepada publik juga diwujudkan dengan kehadiran OJK
pada rapat-rapat kerja dengan DPR. Dalam kesempatan tersebut, OJK
memberikan penjelasan atau informasi mengenai kinerja pengawasannya.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan pasar modal Indonesia yang sedemikian pesat, turut
mengembangkan jumlah dan ragam kejahatan yang terjadi di pasar modal. Salah
satu kejahatan yang paling sering terjadi di pasar modal adalah market
manipulation. Manipulasi pasar dapat berbentuk manipulasi terhadap perdagangan
efek dan manipulasi terhadap harga efek. Kejahatan-kejahatan yang terjadi di
pasar modal umumnya sangat sulit dibuktikan sehingga sulit juga dibawa ke meja
hijau. Di satu sisi, kejahatan ini sulit dibuktikan karena memang dilakukan secara
profesional oleh penjahat-penjahat kerah putih (white color criminal) yang
bersembunyi di balik korporasi dan rekening efek yang mereka buka. Di sisi lain,
kesulitan diakibatkan oleh karena alat bukti elektronis yang sulit diterima oleh
sistem hukum Indonesia. Selain itu, niat Bapepam sebagai polisi di bidang pasar
modal untuk membuktikan dan menuntut pelaku kejahatan dinilai kurang
memadai. Dari uraian tentang kedudukan dan wewenang Bapepam-LK sebagai
Badan Otoritas di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dapatlah
dikemukakan rangkuman sebagai berikut :
1. Bapepam-LK berkedudukan sebagai badan otoritas di bidang pasar modal
dan lembaga keuangan, berada di bawah Menteri Keuangan dengan tugas
membina, mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal serta
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang lembaga keuangan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Sebagai badan otoritas di bidang pasar modal dan lembaga keuangan,
Bapepam-LK memiliki kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan
dan pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran
dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan
27
hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang Pasar Modal.
3. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan prinsip keterbukaan informasi di
dalam kegiatan pasar modal, tidak terlepas dari peranan Konsultan hukum,
sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal. Konsultan hukum pasar
modal tersebut diberi tugas untuk memberikan pendapat,
keterangan/persetujuan berkenaan dengan Emiten dalam rangka
pernyataan pendaftaran, dalam hal ini dalam bentuk pemeriksaan hukum
(legal audit) dan pendapat hukum (legal opinion).
4. Dalam rangka melaksanakan bidang tugasnya tersebut, Konsultan hukum
pasar modal diwajibkan mematuhi kode etik dan standar profesi yang
ditetapkan oleh asosiasinya, dalam hal ini HKPM (Himpunan Konsultan
hukum Pasar Modal), yang bersifat independen, serta harus mematuhi pula
segala ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
5. Untuk menjamin agar pendapat dan keterangan yang diberikan oleh
Konsultan Hu-kum pasar modal benar-benar sesuai dengan kode etik dan
standar profesi, diberikan secara independen serta mendukung prinsip
keterbukaan, maka ditentukan adanya kewajiban untuk ikut bertanggung
gugat atas kerugian yang diderita investor dalam hal pendapat dan
keterangan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dimaksud.
6. OJK adalah lembaga yang menjalankan fungsi pemerintah dalam mengatur
dan mengawasi sektor jasa keuangan. Sesuai dengan penjelasan pasal 24
Undang-undang No. 3 Tahun 2004 OJK harus independen tidak ada
campur tangan diluar pihak sebagaiman dimaksud undang-undang tersebut
(BPK dan DPR)
B. Saran
Berdasarkan pembahasan Bapepam harus konsisten dalam menegakan
prinsip-prinsip yang berlaku di pasar modal, diantaranya mengenai keterbukaan
informasi. Bapepam harus tegas menindak para pihak (khususnya emiten dan
perusahaan publik) yang melanggar prinsip ini. Sejauh Bapepam konsisten
terhadap penegakan hukum terhadap pasar modal, tingkat kepercayaan investor
28
(domestik dan asing) terhadap pasar modal Indonesia semakin bertumbuh.
Sebagai institusi yang memiliki otoritas di bidang pasar modal dan lembaga
keuangan, Bapepam-LK harus selalu siap menghadapi dinamika pasar modal dan
sektor keuangan yang dinamis, atraktif dan selalu berubah. Pembentukan OJK
akan mempengaruhi tugas dan wewenang sebelumnya diemban Bapepam-LK
maka diperlukan penyesuaian dan pengkoordinasian pada tingkat peraturan yang
lebih teknis dan operasional agar OJK berperan secara optimal.
29
DAFTAR PUSTAKA
Fuad Rahmany, Makalah Seminar Pasar Modal Cides, Cides, Jakarta, 07 April
2008
I Nyoman Tjegger, Pokok-pokok Materi Undang-undang Pasar Modal,
Universitas Udayana, Bali, 1997
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996
Nindyo Pramono, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1997
Republik Indonesia, Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009, Bapepam,
Jakarta, 2005
Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
30