Makalah Hosang Kimfis Pemicu 3

download Makalah Hosang Kimfis Pemicu 3

of 7

description

Makalah kimfis eny

Transcript of Makalah Hosang Kimfis Pemicu 3

  • C.4. Teknologi adsorpsi adalah dikenal paling ekonomis. Bagaimana menurut anda?

    Berikan contoh kasus untuk proses adsorpsi terutama kasus untuk penghilangan merkuri

    dalam hidrokarbon cair? Tuliskan referensi yang anda gunakan!

    Merkuri yang terkandung di dalam hidrokarbon cair dapat dihilangkan dengan sistem

    adsorpsi yang menggunakan adsorben untuk menangkap merkuri di umpan gas dan hidrokarbon

    cair, namun sistem tersebut tidak bekerja efektif pada semua bentuk kimia merkuri. Beberapa

    proses komersial tersedia untuk menghilangkan senyawa merkuri dari hidrokarbon. Beberapa

    sistem penghilangan merkuri komersial ditargetkan untuk penghilangan merkuri pada fase gas,

    dan beberapa ditargetkan pada fase cairan. Proses penghilangan merkuri untuk hidrokarbon cair

    terdiri dari karbon impregnasi iodida, logam sulfida pada karbon atau alumina, sistem amalgam

    molsieve, dan proses dua langkah yang terdiri dari katalis konversi hidrogenasi diikuti dengan

    reaksi logam sulfida dengan unsur merkuri (Wilhelm,1999). Sistem penghilangan merkuri dalam

    hidrokarbon dapat dilihat di taberl berikut.

    Reaktan Substrat Bentuk Komplek Aplikasi

    Sulfur Karbon, Al2O3 HgS Gas

    Logam Sulfida Karbon, Al2O3 HgS Gas, Liquid

    Iodida Karbon HgI2 Dry Liquid

    Pd+H2 ; Logam

    Sulfida

    Al2O3 HgS Liquid

    Ag Zeolit Ag/Hg Amalgam Gas, Light Liquid

    Logam Oksida Sulfida Oksida HgS Gas, Liquid

    Tabel 1.1 Sistem Penghilangan Merkuri dalam Hidrokarbon (Wilhelm dan Bloom, 2000)

    Sistem penghilangan merkuri yang paling banyak digunakan untuk hidrokarbon cair

    secara kimiawi khusus untuk satu bentuk merkuri, biasanya dalam bentuk elemental merkuri.Jika

    suatu umpan mengandung sejumlah besar merkuri ion, dialkil atau kompleks, maka sistem

    penghilangan merkuri mungkin tidak mencapai efisiensi kriteria desain yang diinginkan karena

    sistem penghilangan merkuri tersebut hanya mampu menghilangkan merkuri dalam bentuk

    elemental merkuri saja (McNamara, 1993). Suatu sistem penghilangan merkuri untuk cairan

  • hidrokarbon yang sudah ada sekarang menggunaan dua tahap proses. Langkah pertama

    menggunakan katalis hidrogenolisis yang dirancang untuk merubah organo dan anorganik

    menjadi bentuk elemental merkuri dan kemudian mengadsorp bentuk elemental merkuri tersebut

    pada langkah selanjutnya. Demikian pula, sistem penghilangan merkuri dengan menggunakan

    logam sulfida secara kimiawi khusus untuk bentuk unsur (elemental merkuri) dan tidak akan

    bereaksi dengan senyawa merkuri kovalen terikat.

    Zeolit memiliki potensi diberbagai jenis industri karena kemampuannya sebagai

    adsorben. Leppert (1990) melaporkan zeolit klinoptilolit merupakan salah satu jenis zeolit alam

    yang berasal dari Lampung. Pemilihan zeolit sebagai adsorben didasarkan pada keunggulannya,

    yaitu memiliki luas permukaan yang besar dan mempunyai struktur pori terbuka. Ukuran pori ini

    menentukan ukuran molekul yang dapat teradsorp. Zeolit mampu mengadsorp merkuri dalam

    bentuk merkuri halida dan elemental merkuri, namun sulit untuk mengadsorp organomerkuri

    (Wilhelm,1999). Pada tahun 1993, Weekman dan Yan, memperkenalkan sistem penghilangan

    merkuri menggunakan zeolit impregnasi Ag melalui proses Ag/Hg amalgam, dimana konsep ini

    mampu menghilangkan merkuri dalam bentuk organomerkuri namun Ag merupakan salah satu

    logam yang mahal harganya.

    Suatu konsep baru sistem penghilangan merkuri yang juga telah dikembangkan adalah

    merubah bentuk organomerkuri ke bentuk yang dapat di adsorp dengan cara impregnasi zeolit

    dengan senyawa reduktor SnCl2. Modifikasi ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi

    adsorpsi merkuri dalam minyak mentah dan kondensat. Metode pembuatan adsorben yang

    dipakai adalah metode impregnasi, yang sudah dikenal dalam dunia industri karena cukup

    sederhana dan relatif mudah (Campanati, 2003). Impregnasi dengan larutan SnCl2 . 2H2O

    dimanfaatkan untuk mendapatkan deposit SnO pada zeolit dan diharapkan menghasilkan

    zeolit/Sn dengan karakteristik yang baik.

    C.5. Karbon aktif, zeolit, clay, kitosan, dan sebagainya telah dimanfaatkan sebagai

    adsorben untuk mengadsorp logam berat seperti merkuri. Dapatkah anda menjelaskan

    konsep adsorpsi dengan berbagai jenis adsorben tersebut? Apa yang membedakan,

    sehingga efisiensi kapasitas adsorpsi itu berbeda? Faktor apa sajakah yang dapat

    berpengaruh dalam proses adsorpsi logam berat, jelaskan secara umum!

  • Karbon Aktif

    Karbon aktif telah banyak digunakan untuk menghilangkan berbagai spesies bahan kimia

    dari fase gas ataupun cair. Ukuran porinya terdistribusi luas dan dikenal sebagai adsorben

    universal. Namun, untuk meningkatkan kelemahannya diperlukan perlakuan kimia pada

    permukaannya. Karena karbon aktif memiliki makropori, maka dapat dimanfaatkan untuk

    impregnasi (Yoshida, 2004), salah satu tujuannya untuk membentuk komposit karbon aktif dan

    garam logam yang bersifat antibakteri.

    Impregnasi karbon aktif dengan berbagai mineral dan senyawa organik telah dipaparkan

    oleh penelitian-penelitian terdahulu. Karbon aktif diimpregnasi dengan senyawa organik dengan

    gugus aktif seperti SH, -NH dapat menghasilkan adsorpsi yang lebih efektif dan mengurangi

    logam berat dari limbah. Tingkat adsorpsi dan kesempurnaan penghilangan bergantung pada pH

    larutan, temperatur, konsentrasi, ukuran molekul, dan berat molekul, kompleksitas struktur

    molekul adsorben, tipe dan bentuk fisik karbon aktif yang digunakan. Faktor penting lain yang

    menentukan sifat adsorpsi karbon aktif adalah distribusi ukuran pori dan gugus fungsi

    permukaan. Karbon aktif tidak hanya memiliki karbon, tapi juga sejumlah kecil ikatan kimia

    atom O dan H dalam bentuk berbagai gugus fungsi yang biasanya memberikan sifat asam pada

    padatan karbon, ditambah kandungan mineral yang biasanya ditandai dengan abu atau residu

    setelah pengarangan (Khalkhali, 2004).

    Zeolit

    Zeolit merupakan material berpori dan memiliki beberapa kandungan mineral dominan

    (SiO4 dan AlO4). Kapasitas adsorpsinya dapat ditingkatkan dengan aktivasi larutan asam kuat

    atau basa kuat. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling

    berhubungan ke segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat besar (Sutarti dan

    Rachmawati, 1994).

    Menurut hasil penelitian Ginting (2003) dari proses aktivasi dapat meningkatkan

    beberapa sifat fisik dan kimia dari zeolit seperti keasaman permukaan dan porositas sehingga

    lebih efektif sebagai adsorben. Peningkatan daya guna zeolit sebagai adsorben dapat dilakukan

    melalui aktivasi secara fisis maupun kimia (Priatna dkk., 1985). Proses aktivasi secara fisis

    dilakukan dengan pemanasan (kalsinasi) untuk menguapkan air yang terparangkap dalam pori-

  • pori kristal zeolit sehingga jumlah pori dan luas permukaan spesifiknya bertambah. Aktivasi

    secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam klorida atau asam sulfat yang

    bertujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengganggu dan menata

    kembali letak atom yang dapat dipertukarkan (Suyartono dan Husaini, 1991).

    Clay Mineral

    Clay Mineral (phyllosilicate) terdiri dari sebuah grup alumunium silikat dengan suatu

    struktur berlapis-lapis dan berukuran kecil (kurang dari 2 m) (Brindley dan Brown, 1984).

    Selain silicon dan alumunium, clay mineral kadang-kadang juga mengandung besi, logam alkali,

    atau alkali tanah dalam jumlah yang relatif signifikan.

    Clay Mineral umumnya mempunyai struktur serupa, dan dapat dibedakan dengan x-ray

    diffraction, electron microscopy, atau analisis thermal differensial. Kebanyakan clay mineral

    tersusun dari dua unit struktur dasar. Pertama, lapisan silika yang merupakan suatu lapisan

    tetrahedron silika-oksigen yang tersusun menjadi network heksagonal dalam dua dimensi,

    dimana masing-masing tetrahedron mengikat tiga oksigen yang sudah terikat oleh tetrahedron

    lainnya. Kedua, lapisan oktahedral dimana oksigen atau hidroksil terikat pada suatu ion logam

    membentuk oktahedral. Ion logam tersebut biasanya aluminium, magnesium, atau besi. Lapisan

    tetrahedral dan oktahedral kemudian bertumpuk-tumpuk dalam beberapa konfigurasi yang

    berlapis-lapis.

    Salah satu contoh clay adalah Bentonit. Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri

    dari montmorillonit dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan

    mineral lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan komposisi

    kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari

    Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon Prancis

    yang dipublikasikan pada tahun 1853 1856 (www.dim.esdm.go.id).

    Bentonit berbeda dari clay lainnya karena hampir seluruhnya (75%) merupakan mineral

    monmorillonit. Mineral monmorillonit terdiri dari partikel yang sangat kecil sehingga hanya

    dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD (X-Ray Difraction). Berdasarkan kandungan

    alumino silikat hidrat yang terdapat dalam bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi

    dua golongan :

    a. Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang rendah.

  • b. Fullers earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat daya serap

    terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas.

    Kitosan

    Kitosan adalah jenis polimer alam yang mempunyai rantai linier dan mempunyai rumus

    umum (C6H11NO4)n atau disebut sebagai (1-4)-2-Amino-2-Deoksi--D-Glukosa (Vold et al.,

    2003). Kitosan merupakan salah satu senyawa turunan kitin yang diperoleh melalui proses

    deasetilasi. Kitin yang merupakan bahan baku kitosan adalah salah satu komponen utama limbah

    cangkang udang atau kepiting. Kitosan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, salah

    satunya adalah penyerap (adsorben) logam pada air limbah.

    Kitosan dapat berfungsi sebagai adsorben terhadap logam dalam air limbah karena

    kitosan mempunyai gugus amino bebas (-NH2) dan hidroksil (-OH) yang berfungsi sebagai situs

    ehelation (situs ikatan koordinasi) dengan ion logam guna membentuk chelate. Dari berbagai

    literatur diketahui bahwa kitosan dapat digunakan untuk mengadsorp beberapa logam seperti

    Cu(II), Pb(II), U(VI), Cr(III), Cr(VI), Ni(II), Cd(II), Zn(II), Co(II), Fe(II), Mn(II), Pt(IV), Ir(III),

    Pd(II), V(V), dan V(VI) (Schmuhl et al., 2001).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah sebagai berikut :

    1. Tekanan (P), Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat, dimana kenaikan tekanan

    adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi.

    2. Temperatur (T), Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat

    molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi

    pembebasan sejumlah energi yang dinamakan peristiwa eksotermis. Pengurangan

    temperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi.

    3. Interaksi Potensial (E) , merupakan interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding

    adsorben yang sangat bervariasi.

    4. Jenis Adsorbat

    a. Ukuran molekul adsorbat

    Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses adsorpsi dapat

    terjadi, karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul

    yang diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.

  • b. Kepolaran zat

    Apabila berdiameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat diadsorpsi daripada

    molekul non polar.

    5. Karakteristik adosrben

    a. Kemurnian adsorben

    Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih murni lebih diinginkan

    karena kemampuan adsorpsi lebih baik.

    b. Luas permukaan dan volume pori adsorben

    Jumlah molekul adsorbat yang teradsorp meningkat dengan bertambahnya luas

    permukaan dan volume pori adsorben.

    Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk proses adsorpsi yang baik :

    1. Luas permukaan adsorben yang luas

    2. Tidak ada perubahan volume yang berarti

    3. Kemurnian adsorben yang tinggi

    4. Jenis atau gugus fungsi atom yang ada pada permukaan adsorben yang sesuai

    C.6. Untuk dapat mengetahui regenerasi penggunaan adsorben setelah digunakan, perlu

    dilakukan proses-proses desorpsi, jelaskan dan bagaimana caranya!

    Proses desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion atau molekul yang telah berikatan

    dengan gugus aktif pada adsorben, atau bisa dibilang proses pelepasan substansi dari atau

    melalui suatu permukaan. Proses ini pada dasarnya merupakan proses yang berlawanan dengan

    proses adsorpsi.

    Metode untuk regenerasi adsorben dan desorpsi adalah sebagai berikut :

    Peningkatan suhu

    Penurunan tekanan parsial

    Pengurangan konsentrasi

    Membersihkan dengan cairan lembam

    Perpindahan dengan spesies yang lebih kuat menyerap

    Perubahan kondisi kimia, misalnya pH

  • Referensi

    Wibowo, Jaka. 2012. Peningkatan Kinerja Zeolit Klinoptilolit Aktif Untuk Menghilangkan

    Merkuri dalam Hidrokarbon Cair dengan Penambahan Tin(II) Klorida. Depok :

    Universitas Indonesia

    Santoso. 2012. Preparasi dan Aplikasi Komposit Hidroksiapatit/Kitosan Sebagai Adsorben

    Logam Berat. Depok : Universitas Indonesia

    Ginting, Ferdinan Delesev. 2008. Pengujian Alat Pendingin Sistim Adsorpsi Dua Adsorber

    dengan Menggunakan Metanol 1000ml Sebagai Refrigeran. Depok : Universitas

    Indonesia

    Ikhsan, Jaslin. 2005. Memahami Proses Adsorpsi Ion Logam oleh Clay Mineral. Depok : UNY