MAKALAH HIDROOGI JARWO

28
Hidrologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siklus alamiah air yang ter-buang atau di-buang akan berpengaruh terhadap air yang akan kita terima kembali. Makin hari, makin banyak masalah lingkungan yang terus memburu kita. Mulai dari sampah, sungai tercemar, banjir bandang dan banyak lagi. Baiknya kita sesekali membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita bersama. Ruang yang harus kita rawat siklus kealamiannya. ”Air” menjadi salah satu kata kuncinya. Permasalahan ”air” adalah permasalahan yang tak kunjung usai. Karena bagaimanapun juga permasalahan lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis semata tapi juga permasalahan sosial yang buntutnya adalah soal budaya. Membahas ”air” berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di permukaan tanah atau air di bawah tanah. Berdasarkan siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah akan mengalir menuju hilir sungai. Kemudian air akan digunakan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan mereka. Air yang telah mereka gunakan dinamakan air kotor, untuk mengalirkan air kotor kita membutuhkan saluran pembuangan yang biasanya kita kenal dengan parit atau got. Vadzar Deftananda (105534208) Page 1

Transcript of MAKALAH HIDROOGI JARWO

Page 1: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Siklus alamiah air yang ter-buang atau di-buang akan berpengaruh terhadap air

yang akan kita terima kembali. Makin hari, makin banyak masalah lingkungan yang terus

memburu kita. Mulai dari sampah, sungai tercemar, banjir bandang dan banyak lagi.

Baiknya kita sesekali membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung

jawab bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita bersama. Ruang

yang harus kita rawat siklus kealamiannya. ”Air” menjadi salah satu kata kuncinya.

Permasalahan ”air” adalah permasalahan yang tak kunjung usai. Karena

bagaimanapun juga permasalahan lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis

semata tapi juga permasalahan sosial yang buntutnya adalah soal budaya. Membahas

”air” berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di permukaan tanah atau air di bawah

tanah. Berdasarkan siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah.

Air yang meresap ke dalam tanah akan mengalir menuju hilir sungai. Kemudian air akan

digunakan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan mereka. Air yang telah mereka

gunakan dinamakan air kotor, untuk mengalirkan air kotor kita membutuhkan saluran

pembuangan yang biasanya kita kenal dengan parit atau got.

Saluran yang dapat kita lihat sekarang sudah tidak dapat lagi digunakan karena

sudah terisi dengan sampah. Bila saluran tersebut sudah tersumbat oleh sampah maka air

kotor tidak dapat mengalir yang akan terjadi adalah genangan-genangan air. Bila musim

hujan terjadi maka akan air kotor di pinggir jalan dan akan mengganggu para pengguna

jalan dan menimbulkan banjir bandang dimana-mana. Di kota Padang masalah ini telah

menyebabkan terjadinya banjir setiap terjadi hujan besar, dan mengakibatkan penampilan

kota menjadi kumuh. Bila semua ini terjadi maka akan banyak kerugian yang dialami

oleh semua penduduk. Oleh karena itu kita semua di harapkan untuk membuka mata dan

hati kita agar bertanggung jawab dengan permasalahan lingkungan. Semua masyarakat

punya peranan untuk menjaga kebersihan lingkungan disekitar mereka, terutama menjaga

kebersihan saluran pembuangan air atau got, selokan, dan drainase.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 1

Page 2: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

1.2. Tujuan dan Maksud

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulisan makalah ini memiliki tujuan

yaitu: untuk mengenal dan mempelajari tentang dampak lingkungan akibat saluran

drainase yang rusak di daerah pemukiman. Maksud dari penulisan makalah ini adalah

supaya dapat menjadi bahan wacana pengetahuan dan mencari solusi penyelesaian yang

baik atas masalah tersebut.

1.3. Standar yang digunakan.

Ditinjau dari aspek perencanaan dan pembangunan drainase di daerah

pemukiman, digunakan SNI 02-2406-1991; TATA CARA PERENCANAAN UMUM

DRAINASE PERKOTAAN.

Berdasarkan standar ini ditetapkan Tata cara perencanaan umum Drainase

perkotaan yang dapat digunakan untuk memperoleh hasil perencanaan drainase perkotaan

yang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknik perencanaan.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 2

Page 3: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Banyak hal yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase

perkotaan, seperti masalah teknis konsep drainase perkotaan kita. Masalah yang terjadi

sekarang adalah air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir langsung ke sungai.

Air hujan yang turun tidak diberi kesempatan untuk meresap kedalam tanah yang

berfungsi sebagai cadangan air tanah. Akibatnya tanah tak punya cadangan air, muka air

tanah turun, kekeringan melanda. Sementara itu, sungai tidak lagi mengalirkan air bersih.

Air sungai bercampur juga dengan air limbah, baik itu skala kecil maupun besar.

Tumpang tindih fungsi atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan

yang potensial merusak lingkungan.

Drainase adalah istilah untuk tindakan teknis penanganan air kelebihan yang

disebabkan oleh hujan, rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah

tangga, dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, meresapkan, serta usaha-usaha

lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun meningkatkan fungsi

kawasan. Secara umum sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air yang

berfungsi mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan.

Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam

kaitannya dengan salinitas. Secara fungsional, sulit dipisahkan secara jelas antara sistem

drainase dan sistem pengendalian banjir. Genangan yang terjadi sehubungan dengan

aliran di saluran drainase akibat hujan lokal terhambat masuk ke saluran induk dan/atau

ke sungai, sering juga disebut banjir. Membedakan genangan akibat luapan sungai dengan

genangan akibat hujan lokal yang kurang lancar mengalir ke sungai, seringkali

mengalami kesulitan. Permasalahan Drainase di Wilayah Perkotaan. Perkotaan

merupakan pusat kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat

konsumen. Di wilayah perkotaan tinggal banyak manusia sehingga terdapat banyak

fasilitas umum, transportasi, komunikasi dan sebagainya. Saluran drainase di wilayah

perkotaan menerima tidak hanya air hujan, tetapi juga air buangan (limbah) rumah

tangga, dan mungkin juga limbah pabrik. Hujan yang jatuh di wilayah perkotaan

kemungkinan besar terkontaminasi ketika air itu memasuki dan melintasi atau berada di

Vadzar Deftananda (105534208) Page 3

Page 4: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

lingkungan perkotaan. Sumber kontaminasi berasal dari udara (asap, debu, uap, gas),

bangunan dan/atau permukaan tanah, dan limbah domestik yang mengalir bersama air

hujan. Setelah melewati lingkungan perkotaan, air hujan dengan atau tanpa limbah

domestik, membawa polutan ke badan air. Sumber penyebab utama permasalahan

drainase adalah peningkatan/pertumbuhan jumlah penduduk. Urbanisasi yang terjadi di

hampir seluruh kota besar di Indonesia akhir-akhir ini menambah beban daerah perkotaan

menjadi lebih berat. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan

infrastruktur perkotaan seperti perumahan, sarana transportasi, air bersih, prasarana

pendidikan, dan lain-lain. Di samping itu peningkatan penduduk selalu juga diikuti

dengan peningkatan limbah, baik limbah cair maupun padat (sampah).

Kebutuhan akan lahan untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian akan semakin

meningkat sehingga terjadi perubahan tataguna lahan yang mengakibatkan peningkatan

aliran permukaan dan debit puncak banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan

oleh pola penggunaan lahan, yang diekspresikan dalam koefisien pengaliran yang

bervariasi antara 0,10 (hutan datar) sampai 0,95 (perkerasan jalan). Hal ini menunjukkan

bahwa pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan jalan bisa meningkatkan

debit puncak banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana drainase yang

ada menjadi tidak mampu menampung debit yang meningkat tersebut. Manajemen

sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan/penyempitan

saluran dan sungai, sehingga kapasitas/kemampuan mengalirkan air dari sungai dan

saluran drainase menjadi berkurang. Perubahan fungsi lahan dari hutan (kawasan terbuka)

menjadi daerah terbangun (kawasan perdagangan, permukiman, jalan dan lain-lain) juga

mengakibatkan peningkatan erosi. Material yang tererosi, terbawa serta ke dalam saluran

dan sungai sehingga turut mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan. Oleh sebab itu,

setiap perkembangan kota harus diikuti dengan evaluasi dan/atau perbaikan sistem secara

menyeluruh, tidak hanya pada lokasi pengembangan, tetapi juga daerah sekitar yang

terpengaruh. Sebagai contoh, pengembangan suatu kawasan permukiman di daerah hulu

suatu sistem drainase, maka perencanaan drainasenya tidak hanya dilakukan pada

kawasan permukiman tersebut, tetapi sistem drainase di hilir juga harus dievaluasi

dan/atau diredesain jika diperlukan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka instansi atau

pengembang yang terlibat harus mampu menjamin (secara teknis) bahwa air dari kawasan

yang dikembangkan tidak mengalami perubahan dari sebelum dan sesudah

pengembangan. Cara lain yang dapat ditempuh adalah pengembang harus menyediakan di

Vadzar Deftananda (105534208) Page 4

Page 5: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

kawasan pengembangan tersebut, resapan-resapan buatan seperti sumur resapan, kolam

resapan, kolam tandon sementara dan sebagainya.

Permasalahan Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai. Kota-kota besar di

Indonesia sebagian besar terdapat di wilayah pesisir pantai, permasalahan drainase di

kota-kota pesisir pantai biasanya lebih rumit dibandingkan dengan permasalahan drainase

perkotaan secara umum. Permasalahan drainase khususnya kota pantai, bukanlah hal yang

sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam

perencanaan antara lain peningkatan debit, penyempitan dan pendangkalan saluran,

reklamasi, amblasan tanah, limbah cair dan padat (sampah), dan pasang surut air laut.

Amblasan tanah (land subsidence) yang terjadi di banyak kota pantai mengakibatkan

genangan banjir makin parah. Amblasan tanah ini disebabkan terutama oleh pengambilan

air tanah yang berlebihan, yang mengakibatkan beberapa bagian kota berada sama tinggi

dan bahkan di bawah muka air laut pasang. Akibatnya sistem drainase gravitasi akan

terganggu, bahkan tidak bisa bekerja tanpa bantuan pompa. Bahkan di beberapa tempat

dapat menyebabkan genangan permanen dari air pasang yang biasa dikenal sebagai banjir

rob.

Penerapan konsep drainase pengatusan di daerah pedalaman sering

menimbulkan/menambah permasalahan di wilayah pesisir, karena terjadi akumulasi debit

di saluran primer. Dapat disimpulkan bahwa selain penyebab secara umum seperti

tingginya curah hujan dan perubahan tataguna lahan, penyebab lainnya yang

menimbulkan permasalahan drainase di kota-kota yang terletak di kawasan pesisir pantai

adalah:

a. Kemiringan saluran drainase yang sangat kecil di kawasan yang hampir datar

menyebabkan kecepatan aliran cukup kecil dan sering terjadi pengendapan lumpur

yang mengurangi kapasitasnya.

b. Gelombang pasang-surut air laut (rob) yang membentuk semacam tembok

penghalang di hilir saluran dan muara sungai sehingga terjadi aliran balik (back

water curve).

c. Banyaknya endapan di muara sungai (sebagai saluran drainase primer)

menyebabkan kapasitas alirannya berkurang. Kondisi ini diperparah lagi dengan

banyaknya sampah dari warga kota yang dibuang ke saluran dan sungai.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 5

Page 6: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

d. Reklamasi dan pembangunan di daerah pantai sering tidak memperhatikan kondisi

topografi sehingga mengakibatkan hambatan aliran ke laut, sehingga

menimbulkan kawasan-kawasan genangan yang baru.

e. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan, turut

pula bertumbuh kawasan permukiman yang tidak beraturan. Rumah dibangun di

atas saluran, dan pembuangan limbah langsung ke saluran yang ada di bawahnya.

Hal ini menghambat upaya pemeliharaan saluran dan mengurangi kapasitas

alirannya.

Permasalahan di atas masih diperberat lagi dengan kurangnya perhatian dari

berbagai pihak dalam mengatasi masalah secara bersama dan proporsional, adanya

perbedaan kepentingan drainase dengan prasarana lain seperti jalan, jaringan bangunan

bawah tanah, jaringan perpipaan air bersih, telkom, listrik dan sebagainya, serta

kurangnya kepastian hukum dalam mengamankan fungsi prasarana drainase, maupun

adanya sementara pihak yang tidak mengetahui ketentuan-ketentuan yang berlaku. Saat

ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting.

Kualitas manajemen suatu kota tercermin dari kualitas sistem drainase di kota tersebut.

Sistem drainase yang kurang baik menyebabkan terjadinya genangan air di berbagai

tempat sehingga lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk dan sumber

penyakit, yang pada akhirnya bukan hanya menurunkan kualitas lingkungan dan

kesehatan masyarakat, tetapi dapat juga menggangu kegiatan transportasi, perekonomian

dan lain-lain.

2. 2 Saluran Drainase.

Muncul dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan adalah integrasi jaringan

antar wilayah/kabupaten. Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak mungkin bila aliran

air dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian saluran, penggunaan sungai secara terpadu,

sosialisasi kepada masyarakat harus dilakukan secara menyeluruh. Drainase yang

meliputi jenis, sistem, dan permasalahannya, yaitu :

Jenis – jenis drainase, yaitu:

Menurut sejarah terbentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Drainase alamiah (natural drainage).

Drainase alamiah adalah saluran yang terbentuk secara alamiah, dan tidak terdapat

bangunan penunjang.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 6

Page 7: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

2. Drainase buatan (artificial drainage).

Drainase buatan adalah saluran yang dibuat dengan tujuan tertentu, dan

memerlukan bangunan khusus.

Menurut letak bangunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Drainase permukaan tanah (surface drainage).

Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini

berguna untuk mencegah adanya genangan.

2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage).

Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.

Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi

ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Menurut fungsi, drainase dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Single purpose.

Suatu jenis saluran air buangan digunakan untuk mengalirkan air hujan, limbah

domestic, limbah industry, dan lain-lain.

2. Multi purpose.

Beberapa jenis air buangan tercampur dalam saluran yang sama.

Menurut bentuk kontruksinya, yaitu:

1. Saluran terbuka.

2. Saluran tertutup.

Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.

Sistem dan permasalahan drainase.

Sistem drainase dibagi menjadi:

1. tersier drainage.

2. secondary drainage.

3. main drainage.

4. sea drainage.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 7

Page 8: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang

berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan

untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai

usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

Pada prinsip air buangan terbagi menjadi 2 : air hujan dan air kotor. Ada 3 system

buangan/drainase, yaitu:

1. Sistem terpisah (separate system).

Pada system ini air hujan dan air kotor dilayani dua saluran buangan yang

terpisah. Pertimbangan pemilihan system ini adalah:

Periode musim hujan dan musim kemarau jangka waktunya lama.

Kuantitas air hujan dan air kotor berbeda berbahaya,.

Air kotor memerlukan pengolahan secara khusus (contoh; limbah industri

kimia).

Keuntungan dari system ini adalah:

1. Dimensi saluran drainase tidak terlalu besar.

2. Resiko bahaya masyarakat sekitar saluran drainase kecil.

3. Untuk air kotor (limbah industri) pengolahannya tidak tergantung

pada musim.

Kerugian: Harus membuat dua saluran yang berbeda.

2. Sistem tercampur (combined system).

Saluran drainase yang menggabungkan dua jenis air buangan dalam satu

saluran yang sama. Biasanya saluran pada sitem in dibuat tertutup. Dasar

pertimbangannya adalah:

Debit masing-masing air buangan relative kecil.

Kuantitas air kotor dan air hujan tidak jauh berbeda.

Fluktuasi curah hujan dari ketahun-ketahun relative kecil

Keuntungan: hanya diperlukan satu saluran dan terjadi pencampuran antara

air hujan dan air kotor sehingga konsentrasi kandungan bahan berbahaya

pada air ktor menurun. Kerugiannya: Pada terjadi curah hujan tinggi (hujan

tidak bias diprediksi secara pasti) diperlukan areal yang cukup luas untuk

menampung debit air buangan.

3. Sistem kombinasi dua system terpisah dan tercampur. Air hujan maupun air

kotor dibuat terpisah. Jika debit air hujan > air kotor dua saluran dengan

Vadzar Deftananda (105534208) Page 8

Page 9: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

dua system berbeda tersebut disatukan melalui interceptor. Dasar

pertimbangan:

Adanya Perbedaan kuantitas yang besar antara air hujan dan air

kotor.

Biasanya digunakan di kota-kota yang banyak dilalui sungai

sehingga air hujan langsung ditampung oleh sungai (drainase

alami).

Fluktuasi air hujan yang tidak tetap.

Pola jaringan pada saluran drainase yaitu, adalah:

1. Siku-siku. digunakan pada daerah/wilayah yang memiliki topografi

sedikit lebih tinggi dari sungai. Sungai sebagai pembuangan akhir

berada ditengah kota.

2. Pararel. saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang.

3. Grid iron. Biasanya pada kota yang memiliki sungai di wilayah yang

jauh dari pemukiman/industri/pusat kota sehingga air buangan

dikumpulkan terlebih dahulu pada saluran pengumpul sebelum dibuang

ke sungai.

4. Radial. Biasanya digunakan pada daerah berbukit sehingga pola

salurannya memencar ke segala arah.

Ruang lingkup permasalahan drainase perkotaan yaitu: masalah fisik bangunan

saluran pembuangan, pembuangan air. Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal

yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang

dalam perencanaan, antara lain, adalah:

1. Peningkatan debit manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi

percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan

saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit

yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.

2. Peningkatan jumlah penduduk meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang

sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah

penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu

peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah

cair maupun pada sampah.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 9

Page 10: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

3. Amblesan tanah disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,

mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.

4. Penyempitan dan pendangkalan saluran disebabkan banyaknya sampah dan akibat

dari transport sedimentasi.

5. Reklamasi lahan.

6. Limbah sampah dan pasang surut air laut.

Pembangunan saluran drainase, terdiri dari tiga jenis berdasarkan fungsi dan letak

pembangunannya, yaitu, sebagai berikut:

Drainase Jalan Raya.

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota. Umumnya di

perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase

muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup

sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada

juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas

saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase

jalan raya di perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan.

.Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak

ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran

pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi,

maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan

jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat

pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan

jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada

jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang

rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan

adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari

saluran.

Drainase Lapangan Terbang.

Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run

way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi,

maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka

tanah atau surface drainage. Kemiringan keadan melintang untuk runway

Vadzar Deftananda (105534208) Page 10

Page 11: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan

antara 2,50 % sampai 5 %. Kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar

lebih kecil atau sama dengan 0,10 % , ketentuan dari FAA. Amerika Serikat,

genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.

Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus

ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sisi

luar lapangan terbang.

Drainase Lapangan Olahraga.

Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air

hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (subsurface drainage)

tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi. Kemiringan lapangan harus

lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh

dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan

lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 11

Page 12: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3. 1. Drainase Perkotaan.

Drainase perkotaan mencakup tentang pengelolaan pengaliran air limpasan (run

off) yang berasal dari hujan yang jatuh pada daerah perkotaan kedalam sistem

pembuang/drainase alamiah seperti sungai, danau, dan laut. Fasilitas waduk

retensi/penampung dan pompa drainase adalah bagian dari system drainase. Berdasarkan

fungsinya drainase Perkotaan berkembang menjadi: Pembuangan air limbah (waste

water) yang berupa buangan air dari daerah perumahan dan permukiman, dari daerah

industri dan kegiatan usaha lainnya, dari badan jalan dan perkerasan permukaan, serta

penyaluran kelebihan air baik air hujan, air kotor maupun air lebih lainnya.

Sistem Drainase, diatur menjadi dua system, yaitu:

1. Sistem Drainase Mikro, yaitu Adalah jaringan drainase yang melayani suatu

kawasan perkotaan yang telah terbangun seperti perumahan, kawasan

perdagangan, industri, pasar, atau komplek pertokoan. Luas tipikal kawasan ini

sekitar 10 Ha.

2. Sistem Drainase Makro, yaitu Adalah jaringan drainase yang

mengumpulkan air buangan dari jaringan drainase mikro dan menyalurkannya ke

sistem pembuang alamiah terdekat seperti sungai, danau, dan laut.

Kota Padang memiliki jumlah saluran drainase yang cukup, secara kualitas kurang

sehingga mengakibatkan terjadinya banjir. Permasalahan banjir dan drainase perkotaan

diharapkan dapat ditangani secara terpadu dalam satu-kesatuan sistem pencegahan

limpasan aliran sungai dan pembuangan air genangan akibat hujan yang terjadi.

Pemerintah diharapkan dapat mengarahkan dan mempersiapkan masyarakat agar dapat

hidup bersama banjir dengan memperkuat “system ketahanan terhadap banjir”. Kegiatan

Pembinaan Penanganan Banjir dan Drainase Perkotaan Pembinaan penanganan drainase

perkotaan (urban drainage) dilaksanakan oleh Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,

sedangkan perlindungan banjir terhadap kota (urban flood protection) dilaksanakan oleh

Ditjen Sumber Daya Air. Berdasarkan KepMen PU No. 239/1997 : Jaringan drainase

perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya

terletak di kota dan bermuara di sungai yang meliputi sungai tersebut, atau bermuara ke

Vadzar Deftananda (105534208) Page 12

Page 13: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

laut di tepi kota tersebut. Jaringan alur air baik alamiah maupun buatan yang bukan

bagian jaringan drainase perkotaan adalah bagian dari sistem perlindungan banjir.

Kebijakan Umum Pengembangan Prasarana Banjir dan Drainase Perkotaan.

Berdasarkan kebijakan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan Pembangunan

prasarana perkotaan dan kegiatan SO&P-nya adalah menjadi kewenangan dan tanggung

jawab pemerintah daerah (kab/kota) dengan bantuan dan bimbingan dari pemerintah

propinsi dan Pusat Perencanaan, program dan identifikasi prioritas investasi telah

dilaksanakan melalui Program Peningkatan Prasarana Kota Terpadu (P3KT). Peningkatan

kemampuan aparat pemerintah daerah (propinsi, kab/kota) sesuai dengan prinsip

desentralisasi prasarana perkotaan. Perbaikan prosedur, pengembangan institusi, pelatihan

pelatihan Koordinasi dan konsultasi antara berbagai institusi. Kebijakan dan Strategi

Penanganan Prasarana Drainase Perkotaan Pemerintah Pusat menyediakan bantuan untuk

pembangunan komponen sistem drainase utama (major drainage) seperti saluran drainase

induk, waduk retensi, stasion pompa, pintu pengendali banjir

Pembangunan sistem drainase kecil (minor drainage) untuk daerah permukiman baru

yang dibangun oleh Perumnas, real estate menjadi tanggung jawab perusahaan yang

bersangkutan. Dari bidang Rencana Tata Ruang perlu memperhatikan kondisi tata air.

Prasarana pengendalian banjir perkotaan dan prasarana drainase perkotaan merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Baik dalam perencanaan, konstruksi maupun

dalam operasi dan pemeliharaannya. Hal ini diperlukan untuk mencapai efektivitas

pembuangan limpasan air hujan dan melindungi kawasan perkotaan dan genangan air.

Prasarana pengendalian banjir masih perlu ditangani oleh pemerintah pusat, sedangkan

prasarana drainase kota telah menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

kota/kabupaten dan masyarakat.

3. 2. Pengendalian Masalah Drainase Perkotaan.

Upaya Mengatasi Permasalahan Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai

Sampai saat ini drainase sering diabaikan dan direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan

penting. Seringkali pekerjaan drainase hanya dianggap sekedar pembuatan got, padahal

pekerjaan drainase terutama di perkotaan bisa merupakan pekerjaan yang rumit dan

kompleks, sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar. Jika perencana jembatan

harus dapat menjawab pertanyaan tentang berapa maksimum beban kendaraan yang bisa

melintasi jembatan yang direncanakannya, maka perencana drainase harus dapat

Vadzar Deftananda (105534208) Page 13

Page 14: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

menjawab pertanyaan tentang besar intensitas curah hujan ataupun periode ulang yang

diterapkan dalam perencanaan, seberapa besar peluang kapasitas saluran tidak mampu

menampung debit aliran akibat hujan, daerah mana saja yang merupakan daerah layanan

saluran (langsung maupun tidak langsung), apakah dengan saluran yang baru ini tidak

akan terjadi pencemaran air tanah, apakah tidak akan menimbulkan masalah di kawasan

bagian hilir, apakah koefisien limpasan sudah disesuaikan dengan peruntukkan lahan di

kemudian hari (sesuai rencana tata ruang), apakah sudah memperhitungkan adanya

pengaruh air balik (back water curve), dan berbagai pertanyaan lainnya.

Di Sumatera Barat, khususnya kota Padang, perlu dilakukan penataan dan

pengelolaan sistem drainase kota, melalui suatu rangkaian kegiatan yang disingkat

dengan SIDLACOM (Survey, Investigasi, Desain, Pembebasan Lahan, Pembangunan,

Operasi dan Pemeliharaan). Pada tahapan SID, perencana menyusun terlebih dulu suatu

Master Plan yang kemudian diikuti dengan Analisa Kelayakan dan Detailed Engineering

Design. Master plan drainase merupakan suatu rencana induk sistem drainase yang

memberikan arahan yang jelas tentang penanganan masalah drainase secara terpadu,

desain tipikal dari prasarana drainase, prioritas penanganan/pembangunan, perkiraan

biaya, pedoman operasional dan pemeliharaan dan sebagainya. Master plan adalah suatu

karya di atas kertas berupa laporan dan gambar, yang tentunya akan mubazir apabila tidak

dimanfaatkan dan dilanjutkan dengan suatu desain rinci (DED), dan implementasi di

lapangan. Operasional prasarana drainase merupakan usaha untuk memanfaatkan

prasarana drainase secara optimal (melalui pengoperasian pintu air, penyuluhan dan lain-

lain), sedangkan pemeliharaan prasarana drainase merupakan usaha untuk menjaga agar

prasarana drainase berfungsi dengan baik selama mungkin (melalui pengamanan,

perawatan, perbaikan). Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi

permasalahan drainase kota di kawasan pesisir pantai:

1. Reklamasi pantai harus dapat menjamin kemiringan topografi kawasan agar tidak

menimbulkan daerah-daerah rawan genangan yang baru. Alternatif lainnya adalah

dengan menyediakan akses drainase ke laut berupa saluran-saluran terbuka yang

kapasitasnya sudah melalui perencanaan yang mantap.

2. Bagian hilir saluran drainase harus direncanakan mampu mengatasi masalah back

water curve. Jika diperlukan, harus dibuat konstruksi penahan pasang surut air laut

seperti pintu air yang dibantu oleh kolam tandon dan pompa air, atau membangun

tanggul/tembok di sepanjang kiri kanan muara sungai/saluran.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 14

Page 15: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

3. Program normalisasi sungai yang memperlebar dan memperdalam alur sungai

merupakan cara yang paling tepat untuk mengatasi penyempitan dan

pendangkalan/penyumbatan di hilir/muara sungai.

4. Meningkatkan upaya non-struktur seperti penyuluhan dan sosialisasi kepada

masyarakat untuk menjaga prasarana drainase, serta penegakan hukum terhadap

kegiatan yang merusak prasarana drainase dan menghambat upaya pemeliharaan

drainase.

5. Barangkali sudah waktunya dipikirkan pembuatan peraturan penarikan retribusi

sistem drainase mengingat banyaknya kebutuhan pendanaan untuk suatu kota

sehingga subsidi untuk drainase mulai dikurangi sejak sekarang. Selain itu, sistem

drainase kota melayani pembuangan limbah cair di musim kemarau sehingga

wajar jika pemerintah menarik retribusi atas pelayanan yang diberikan.

Keberadaan sistem drainase sanggup menaikkan nilai tanah dan bangunan,

sehingga sewajarnya jika pemerintah mendapatkan bagian guna membangun dan

memelihara sistem drainase. Sebagian besar kota – kota di Indonesia perlu segera

membenahi dalam masalah lingkungan. Ini berdasarkan hasil analisis yang sudah dapat

dikategorikan terganggu kondisi lingkungan tata airnya yang disebabkan karena semakin

luasnya peta genangan yang terjadi dibeberapa daerah. Untuk itu, beberapa yang dapat

dilakukan adalah dengan mempertahankan ruang terbuka hijau yang dimulai dari

lingkungan rumah sendiri, pembuatan sumur resapan yang dapat bermanfaat sebagai

pengurangan genangan/banjir, membuat suatu peraturan daerah yang mengatur tentang

tata kota serta mengadakan penertiban pada bangunan-bangunan baru yang tidak ber-IMB

yang berdiri di atas tanah yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, yang berada di atas

saluran drainasi, dengan tidak memberikan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) dan

mengadakan Rencana Tata Ruang Perkotaan dengan cermat dengan memperhatikan

kondisi tata air yang ada di perkotaan tersebut.

Selain itu usaha konservasi air dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Salah

satunya adalah dengan menetapkan suatu kawasan menjadi daerah resapan air yang pada

umumnya berada di sebelah hulu dari daerah yang dimanfaatkan sebagai aktivitas

kehidupan sehari-hari. Alternatif solusi lainnya adalah dengan memanfaatkan sumur

peresapan air hujan untuk gedung dan parit resapan air untuk jalan serta cara vegetatif

yaitu jalur hijau. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya pengaruh yang besar.

Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur standar pengendalian air, semisal, standar

Vadzar Deftananda (105534208) Page 15

Page 16: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

penyambungan saluran air hujan, air limbah, atau juga septictank rumah tangga. Melalui

konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi masyarakat. Begitu juga

dengan masyarakat, partisipasi dan sikap proaktif akan menentukan keberhasilan rencana

induk kota. Secara bersama-sama pemerintah dan masyarakat harus saling bahu membahu

melakukan penanggulangan masalah drainase perkotaan agar tercipta sebuah kota yang

bersih, teratur, rapi, dan bebas banjir.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 16

Page 17: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan.

1. Drainase sebagai saluran yang berfungsi mengatur aliran air dan juga sebagai

pengendali banjir, dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu; drainase alami dan

drainase buatan.

2. Kota Padang adalah contoh kota dikawasan pesisir yang secara kuantitas memiliki

jumlah saluran drainase yang cukup, secara kualitas kurang sehingga

mengakibatkan terjadinya banjir.

3. Berkaitan dengan system pembuang/drainase alamiah seperti sungai, danau, dan

badan air lainnya (diluar laut) termasuk prasarananya (tanggul, pintu banjir, dll)

yang diperlukan untuk mencegah peluapan dari system pembuang/drainase

alamiah menggenangi daerah perkotaan.

4. Melalui konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi

masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi dan sikap proaktif akan

menentukan keberhasilan rencana induk kota.

4. 2 Saran.

Untuk Penanganan drainase perkotaan di kota Padang, sebaiknya dilakukan

beberapa hal, yaitu :

1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah.

2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat

dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.

3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan

sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar

drainase.

4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi

lingkungan.

5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air

hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 17

Page 18: MAKALAH HIDROOGI JARWO

Hidrologi

DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI

1. Laporan Akhir, Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perkotaan di

Indosesia, Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Direktorat

Jenderal Cipta Karya, 1998.

2. Laporan Akhir, Pedoman Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan,

Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1998.

3. Laporan Akhir, Penyusunan Standar Spesifikasi Teknis Instalasi

Penanggulangan KawasanKota, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1998.

5. Laporan Akhir, Model Perbaikan Lingkungan Permukiman

PerkotaanTepi Air dengan Mengembangkan Kearifan Masyarakat dan

Nilai-nilai Tradisional, Puslitbang Permukiman, 2000.

6. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman.

7. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Vadzar Deftananda (105534208) Page 18